bab ii landasan teori -...
TRANSCRIPT
6
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Pengertian Penghantar Listrik
Secara umum pengertian kabel adalah media penghantar tenaga listrik
dari sumber tegangan listrik keperalatan yang menggunakan tenaga listrik
atau menghubungkan suatu peralatan listrik ke peralatan listrik lainnya.
Bahan dari kabel ini beraneka ragam, khusus sebagai pengantar arus listrik,
umumnya terbuat dari tembaga dan umumnya dilapisi dengan pelindung.
Selain tembaga, ada juga kabel yang terbuat dari serat optik, yang disebut
dengan fiber optic cable. Namun dalam hal ini yang akan kita bahas adalah
kabel yang berfungsi untuk menghantarkan energi listrik. Dalam penyaluran
tenaga listrik, ada banyak faktor yang mempengaruhi baik atau tidaknya
penyaluran tersebut. Bahan hantaran listrik dibagi menjadi beberapa bagian
yaitu :
1. Konduktor
Penghantar dalam teknik elektro adalah zat yang dapat
menghantarkanarus listrik, baik berupa zat padat, cair atau gas. Karena
sifatnya yang konduktif maka disebut konduktor. Konduktor yang baik
adalah yang memiliki tahanan jenis yang kecil. Pada umumnya logam
bersifat konduktif. Emas, perak, tembaga, alumunium, zink, besi berturut-
turut memiliki tahanan jenis semakin besar. Jadi sebagai penghantar emas
adalah sangat baik, tetapi karena sangat mahal harganya, maka secara
ekonomis tembaga dan alumunium paling banyak digunakan.
a. Karakteristik Konduktor
Ada 2 (dua) jenis karakteristik konduktor, yaitu:
1. Karakteristik mekanik, yang menunjukkan keadaan fisik dari
konduktor yang menyatakan kekuatan tarik dari pada konduktor
(dari SPLN 41-8:1981, untuk konduktor 70 AAAC-S pada
7
suhu sekitar 30º C dari konduktor untuk menghantar arus adalah
275 A).
2. Karakteristik listrik, yang menunjukkan kemampuan dari
konduktor terhadap arus listrik yang melewatinya (dari SPLN 41-
10 : 1991, untuk konduktor 70 berselubung AAAC-S pada
suhu sekitar 30º C, maka kemampuan maksimum dari konduktor
untuk menghantar arus adalah 275 A).
b. Sifat Bahan Konduktor
Bahan penghantar memiliki sifat-sifat penting, yaitu:
1. Daya Hantar Listrik
Arus yang mengalir dalam suatu penghantar selalu mengalami
hambatan dari penghantar itu sendiri. Besar hambatan tersebut
tergantung dari bahannya. Besar hambatan tiap meternya dengan
luas penampang 1 pada temperatur 200º C dinamakan
hambatan jenis
2. Koefisien Temperatur Hambatan
Telah kita ketahui bahwa dalam suatu bahan akan mengalami
perubahan volume bila terjadi perubahan temperatur. Bahan akan
memuai jika temperatur suhu naik dan akan menyusut jika
temperatur suhu turun.
3. Daya Hantar Panas
Daya hantar panas menunjukkan jumlah panas yang melalui
lapisan bahan tiap satuan waktu. Diperhitungkan dalam satuan
Kkal/jam 0º C. Terutama diperhitungkan dalam pemakaian mesin
listrik beserta perlengkapanya. Pada umumnya logam mempunyai
daya hantar panas yang tinggi.
4. Daya Tegangan Tarik
Sifat mekanis bahan sangat penting, terutama untuk hantaran di
atas tanah. Oleh sebab itu, bahan yang dipakai untuk keperluan
8
tersebut harus diketahui kekuatanya. Terutama menyangkut
penggunaan dalam pendistribusian tegangan tinggi.
5. Timbulnya Daya Elektro-Motoris Termo
Sifat ini sangat penting sekali terhadap dua titik kontak yang
terbuat dari dua bahan logam yang berlainan jenis, karena dalam
suatu rangkaian, arus akan menimbulkan daya elektro-motoris
termo tersendiri bila terjadi perubahan temperatur suhu.
6. Daya Elektro-Motoris Termo
Daya elektro-motoris termo dapat terjadi lebih tinggi, sehingga
dalam pengaturan arus dan tegangan dapat menyimpang meskipun
sangat kecil. Besarnya perbedaan tegangan yang dibangkitkan
tergantung pada sifat-sifat kedua bahan yang digunakan dan
sebanding dengan perbedaan temperaturnya. Daya elektro-motoris
yang dibangkitkan oleh perbedaan temperatur disebut dengan daya
elektro-motoris termo.
c. Konduktivitas Listrik
Sifat daya hantar listrik material dinyatakan dengan
konduktivitas, yaitu kebalikan dari resistivitas atau tahanan jenis
penghantar. Memberikan kemudahan suatu material untuk
menghantarkan arus listrik. Satuan konduktivitas adalah (ohm meter).
Konduktivitas merupakan sifat listrik yang diperlukan dalam berbagai
pemakaian sebagai penghantar tenaga listrik dan mempunyai rentang
harga yang sangat luas.
Logam atau material yang merupakan penghantar listrik yang
baik, memiliki konduktivitas listrik dengan orde 107 (ohm.m)-1 dan
sebaliknya material isolator memiliki konduktivitas yang sangat rendah,
yaitu antara 10-10 sampai dengan 10-20 (ohm.m)-1. Diantara kedua
sifat ekstrim tersebut, ada material semi konduktor yang
konduktivitasnya berkisar antara 10-6 sampai dengan 10-4 (ohm.m)-1.
Berbeda pada kabel tegangan rendah, pada kabel tegangan menengah
9
untuk pemenuhan fungsi penghantar dan pengaman terhadap
penggunaan, ketiga jenis atau sifat konduktivitas tersebut diatas
digunakan semuanya. Konduktivitas listrik berbagai logam dan
paduannya pada suhu kamar 20º C.
Tabel 2.1. Hambatan Logam Jenis
Logam Konduktivitas Listrik Ohm Meter
Perak ( Ag ) 6,8 x
Tembaga ( Cu ) 6,0 x
Emas ( Au ) 4,3 x
Alumunium ( Ac ) 3,8 x
Kuningan ( 70% Cu – 30% Zn ) 1,6 x
Besi ( Fe ) 1,0 x
Baja karbon ( Ffe – C ) 0,6 x
Baja tahan karat ( Ffe – Cr ) 0,2 x
Sumber: (http://dunia-listrik.blogspot.com/2008/09/konduktor.html)
d. Kriteria Mutu Penghantar
Konduktivitas logam penghantar sangat dipengaruhi oleh unsur-
unsur pemadu, impurity atau ketidak-sempurnaan dalam kristal logam,
yang ketiganya banyak berperan dalam proses pembuatan pembuatan
penghantar itu sendiri. Unsur-unsur pemandu selain mempengaruhi
konduktivitas listrik, akan mempengaruhi sifat-sifat mekanika dan
fisika lainnya. Logam murni memiliki konduktivitas listrik yang lebih
baik daripada yang lebih rendah kemurniannya. Akan tetapi kekuatan
mekanis logam murni adalah rendah.
Penghantar tenaga listrik, selain mensyaratkan konduktivitas yang
tinggi juga membutuhkan sifat mekanis dan fisika tertentu yang
disesuaikan dengan penggunaan penghantar itu sendiri. Selain masalah
teknis, penggunaan logam sebagai penghantar ternyata juga sangat
ditentukan oleh nilai ekonomis logam tersebut dimasyarakat. Sehingga
suatu kompromi antara nilai teknis dan ekonomi logam yang akan
10
digunakan mutlak diperhatikan. Nilai kompromi termurahlah yang akan
menentukan logam mana yang akan digunakan. Pada saat ini, logam
tembaga dan aluminium adalah logam yang terpilih diantara jenis
logam penghantar lainnya yang memenuhi nilai kompromi teknis
ekonomis termurah. Dari jenis–jenis logam penghantar pada tabel 2.1.
diatas, tembaga merupakan penghantar yang paling lama digunakan
dalam bidang kelistrikan.
Disamping persyaratan sifat listrik seperti konduktivitas listrik
diatas, kriteria mutu lainnya yang juga harus dipenuhi meliputi seluruh
atau sebagian dari sifat-sifat atau kondisi berikut ini, yaitu:
1. komposisi kimia.
2. sifat tarik seperti kekuatan tarik (tensile strength) dan regangan
tarik (elongation).
3. Sifat bending atau pembengkokan.
4. diameter dan variasi yang diijinkan.
5. kondisi permukaan kawat harus bebas dari cacat, dan lain-lain.
2. Semikonduktor
Bahan semikonduktor adalah bahan yang mempunyai level
konduktiviti (kemampuan menghantarkan arus listrik) diantara bahan
konduktor dan isolator. Kebalikan dari konduktiviti adalah resistansi, yaitu
kemampuan menahan arus listrik. Semakin tinggi level konduktiviti maka
semakin rendah level resistansi. Istilah resistiviti (rho, yunani) biasanya
digunakan untuk membandingkan level resistansi material. Jadi bahan
semikonduktor listrik lebih baik daripada isolator, tapi lebih rendah
dibandingkan konduktor.
3. Isolator
Dalam istilah elektronika, isolator listrik adalah sesuatu benda yang
bukan merupakan benda penghantar listrik yang berguna untuk menahan
penghantar listrik. Isolator dapat berupa karet, kayu, kertas, dan biasanya
11
adalah benda-benda selain golongan logam. Isolator contohnya dapat kita
lihat pada setiap kabel yaitu berupa karet yang berguna untuk melapisi
tembaga (logam) agar arus tetap mengalir pada tembaga. Dengan kata lain
berguna untuk melindungi kita dari sengatan listrik. Oleh sebab itu isolator
merupakan penghantar listrik yang paling buruk diantara konduktor maupun
semikonduktor. Isolator memiliki karakteristik lebih lunak daripada logam
namun tidak berair, karena sebagus apapun suatu isolator jika terkena air
maka arus listrik akan dapat mengalir. Isolator memiliki daya resistansi
yang tinggi terhadap arus listrik. Karena sifatnya yang resistant/
menghambat aliran arus listrik maka benda-benda tersebut disebut isolator.
2.2. Kabel Penghantar
1. Metode Pemilihan Kabel
Sebelum memilih kabel kita harus memahami konsep dasar
penggunaan kabel yaitu :
a. Kapasitas dan fungsi.
b. Pemilihan kabel ( harus memiliki perencanaan ).
- Design layout instalasi/ single line diagram
- Sambungan dan hubungan
- Luas penampang kabel
- Nomenklatur/ kode huruf bahan kabel
- Warna standar
c. Manufacturer recommendation (usia–Standar Nasional (SPLN) dan/
atau Standar Internasional)
d. Perawatan kabel ( recondition cable )
2. Klasifikasikan dari bahan baku
Adapun bila ditinjau dari bahan baku, penghantar dapat
diklasifikasikan menjadi:
a. Tembaga
- Ciri-ciri: logam coklat kemerahan
12
- Sifat: mudah ditempa, konduktor yang baik, nonmagnetik, tahan
terhadap korosi dengan peleburan dan elektrolisa.
- Ilustrasi: Penyambungan kabel antara kabel jenis serabut dan kabel
pejal yang tidak sesuai standar adalah salah satu penyebab short
circuit yang merupakan awal dari pemicu kebakaran.
- Kegunaan: membuat kabel listrik, sistem pemanas, tabung
pendingin, radiator kendaraan, untuk keperluan listrik, komponen
terbesar dari logam campuran kuningan ini disaring sampai
kemurnian 98,8%, kotoran dikeluarkan dari bijih-bijih tembaga.
b. Alumunium
- Ciri-ciri: logam putih keabu-abuan.
- Sifat: konduktor yang sangat baik, nonmagnetik, tahan korosi, sangat
lunak dan ringan.
c. Kuningan
- Kuningan adalah alloy nonferrous terbuat dari campuran tembaga
dan seng.
- Sifat: mudah dibentuk, lebih keras dari tembaga maupun alumunium,
karenanya lebih mudah dikerjakan dengan mesin.
3. Konstruksi Jenis Kabel
Ada beberapa jenis kabel yang sering digunakan. Yaitu dilihat dari
segi konstruksinya dan dari segi jumlah penghantar dalam satu kabel.
Berikut ini adalah jenis kabel dilihat dari jenis konstruksinya :
a. Penghantar pejal (solid); yaitu penghantar yang berbentuk kawat pejal
yang berukuran sampai 10 mm². Tidak dibuat lebih besar lagi dengan
maksud untuk memudahkan penggulungan maupun pemasangannya.
b. Penghantar berlilit (stranded); penghantarnya terdiri dari beberapa urat
kawat yang berlilit dengan ukuran 1 mm² - 500 mm².
c. Penghantar serabut (fleksibel); banyak digunakan untuk tempat yang
sulit dan sempit, alat-alat portabel, alat-alat ukur listrik dan pada
kendaraan bermotor. Ukuran kabel ini antara 0,5 mm² - 400 mm².
13
d. Busbar; penampang penghantar ini biasanya digunakan pada PHB
(Papan Hubung Bagi) sebagai rel-rel pembagi atau rel penghubung.
Penghantar ini tidak berisolasi.
4. Jumlah Penghantar
Adapun bila ditinjau dari jumlah penghantar dalam satu kabel,
penghantar dapat diklasifikasikan menjadi:
a. Penghantar simplex; ialah kabel yang dapat berfungsi untuk satu macam
penghantar saja (misal: untuk fasa atau netral saja). Contoh penghantar
simplex ini antara lain: NYA 1,5 mm²; NYAF 2,5 mm² dan sebagainya.
b. Penghantar duplex; ialah kabel yang dapat menghantarkan dua aliran
(dua fasa yang berbeda atau fasa dengan netral). Setiap penghantarnya
diisolasi kemudian diikat menjadi satu menggunakan selubung.
Penghantar jenis ini contohnya NYM 2×2,5 mm², NYY 2×2,5mm².
c. Penghantar triplex; yaitu kabel dengan tiga pengantar yang dapat
menghantarkan aliran 3 fasa (R, S dan T) atau fasa, netral dan
pentanahan. Contoh kabel jenis ini: NYM 3×2,5 mm², NYY 3×2,5 mm²
dan sebagainya.
d. Penghantar quadruplex; kabel dengan empat penghantar
untuk mengalirkan arus 3 fasa dan netral atau 3 fasa dan pentanahan.
Susunan hantarannya ada yang pejal, berlilit ataupun serabut. Contoh
penghantar quadruplex misalnya NYM 4×2,5 mm², NYMHY 4×2,5
mm² dan sebagainya. Jenis penghantar yang paling banyak digunakan
pada instalasi rumah tinggal yang dibangun permanen saat ini adalah
kabel rumah NYA dan kabel NYM.
5. Kegunaan dan Fungsi Penghantar
Adapun bila ditinjau dari kegunaan dan fungsi penghantar dapat
diklasifikasikan menjadi:
a. Kabel Fleksibel
Kabel yang disyaratkan untuk mampu melentur pada waktu digunakan,
dan yang struktur dan bahannya memenuhi persyaratan. (flexible cable).
14
b. Kabel Tanah
Jenis kabel yang dibuat khusus untuk dipasang di permukaan atau
dalam tanah, atau dalam air. (underground cable).
c. Keadaan Darurat
Keadaan yang tidak biasa atau tidak dikehendaki yang membahayakan
keselamatan manusia dan keamanan bangunan serta isinya, yang
ditimbulkan oleh gangguan suplai utama listrik.
d. Kabel Kedap
Sifat tidak dapat dimasuki sesuatu; misalnya kedap air atau kedap debu.
e. Penghantar Aktif
Setiap penghantar dari sistem suplai yang mempunyai beda potensial
dengan netral atau dengan penghantar yang dibumikan. Dalam sistem
yang tidak memiliki titik netral, semua penghantar harus dianggap
sebagai penghantar aktif (active conductor).
f. Penghantar Bumi
Penghantar dengan impedansi rendah, yang secara listrik
menghubungkan titik yang tertentu pada suatu perlengkapan (instalasi
atau sistem) dengan elektrode bumi (earth conductor).
g. Penghantar Netral (N)
Penghantar yang dihubungkan ke titik netral sistem dan mampu
membantu mengalirkan energi listrik (neutral conductor).
h. Penghantar PEN
Penghantar netral yang dibumikan dengan menggabungkan fungsi
sebagai penghantar proteksi dan penghantar netral. Catatan singkatan
PEN dihasilkan dari penggabungan lambang PE untuk penghantar
proteksi dan N untuk penghantar netral.(PEN conductor).
i. Penghantar Pembumian
- Penghantar berimpedansi rendah yang dihubungkan ke bumi,
- Penghantar proteksi yang menghubungkan terminal pembumi utama
atau batang ke elektrode bumi (earthing conductor).
15
j. Penghantar Pilin
Penghantar yang terdiri atas satu pilinan, atau sejumlah pilinan yang
dipintal jadi satu tanpa isolasi di antaranya.
k. Penghantar Proteksi (PE)
Penghantar untuk proteksi dari kejut listrik yang menghubungkan
bagian berikut: bagian konduktif terbuka, bagian konduktif ekstra,
terminal pembumian utama, elektrode bumi, titik sumber yang
dibumikan atau netral buatan (protective conductor).
6. Hubungan Kabel Penghantar Dengan Harmonisa
Penghantar merupakan hal yang penting dalam mendistribusikan daya
listrik. Selama ini penghantar di setting sesuai dengan standar pemakaian
beban dan ketahanan penghantar tersebut dalam menghadapi sebuah arus
beban. Dengan menghitung kuat hantar arus, maka penampang kabel dapat
ditentukan sebagai berikut :
....................................................................... (2.1.)
Tetapi, apabila sistem mengandung harmonisa, arus efektif pada
sistem akan mengalami peningkatan. Karena setting awal dari penentuan
penampang berdasarkan arus nominal, maka setelah sistem dilalui arus yang
mengandung harmonisa, tidak lagi sesuai dengan hasil perhitungan awal.
Harmonisa arus menyebabkan kabel mengalami pemanasan berlebih.
Efek kulit (skin effect) dan efek proximity menyebabkan mengalami
resistansi bolak-balik terlebih pada konduktor besar. Kedua efek ini
merupakan fungsi dari frekuensi. Apabila arus yang mengalir banyak
mengandung harmonisa frekuensi tinggi, rugi-rugi yang dibangkitkan
juga akan semakin besar.
Pada sistem tiga fasa empat kawat, beban-beban nonlinear
menyebabkan arus urutan nol mengalir pada konduktor netral, walaupun
ketiga beban seimbang. Arus-arus fasa sistem seimbang yang mengandung
harmonisa dapat dinyatakan sebagai :
16
∑ ............................................. (2.2.)
∑ ................(2.3.)
∑ ................(2.4.)
Arus netral adalah penjumlahan dari arus-arus fasa, dinyatakan sebagai :
∑ .............................................. (2.5.)
Dari persamaan di atas terlihat bahwa pada penghantar netral akan
mengalir arus-arus harmonisa yang mempunyai urutan nol, yaitu harmonisa
ketiga, kesembilan, kelima-belas dan seterusnya. Dari persamaan ini juga,
ada peluang bahwa arus netral dapat berharga lebih besar dari arus fasanya.
Padahal dalam kebanyakan desain instalasi, kawat netral hanya dibuat
sedikit lebih besar dari kawat fasa atau bahkan lebih kecil dari kawat fasa
bila instalatur mengasumsikan beban seimbang. Akibatnya, kawat netral
akan mengalami pemanasan yang sangat berlebih. Panas yang dibangkitkan
dapat memutuskan konduktor, menimbulkan kebakaran atau merusak
komponen lain seperti isolator busbar dan sebagainya.
Pada gambar di bawah ini adalah menunjukkan suatu gelombang sinus
yang kaya akan kandungan harmonisa pada sistem tiga fasa empat kawat
yang mensupply beban penyearah dengan beban seimbang yang terhubung
bintang. Arus hasil percobaan memiliki nilai arus efektif sebesar 10,2 A.
(a) Kurva arus fasa R (b) Spektrum frekuensi arus fasa R
Gambar 2.1. Kurva Arus dan Spektrum mengandung Harmonisa
Sedangkan pada kawat netral terukur arus sebesar 17,7 A. Dari
spektrum frekuensi pada gambar di bawah tampak bahwa arus yang
mengalir pada kawat netral adalah arus-arus harmonisa urutan nol seperti
17
yang dijelaskan di atas, yaitu arus harmonisa ketiga, kesembilan, dan
kelima-belas. Berarti frekuensi fundamental arus netral adalah frekuensi
harmonisa orde ketiga dari arus fasa, yaitu 3 50 Hz.
(b) Kurva arus netral (b) Spektrum frekuensi arus netral
Gambar 2.2. Kurva dan Spektrum Arus Netral
Permasalahan kelistrikan yang terjadi di atas merupakan permasalahan
yang cukup besar. Beberapa peneliti permasalahan kelistrikan berasumsi
bahwa penyebab kebakaran yang banyak terjadi pada instalasi listrik
dikarenakan oleh besarnya arus pada penghantar netral, daripada hubung
singkat. Karena apabila terjadi hubung singkat, maka paling tidak salah satu
dari komponen proteksi arus lebih (MCB dan Fuse) akan mengalami trip,
sehingga mencegah arus lebih pemanasan lebih lanjut. Lain halnya arus
lebih dan pemanasan lebih yang terjadi pada penghantar netral yang tidak
memiliki pengaman. Bila sampai terjadi, pengantar netral putus akibat
pemanasan berlebih, maka dapat terjadi hunting pada tegangan beban.
Penyelesaian masalah pada kasus ini adalah penggantian kabel netral
dengan penghantar yang lebih besar, sehingga penghantar tersebut mampu
untuk dapat dialiri arus harmonisa urutan nol tersebut.
2.3. Jenis Kabel Pada Instalasi Listrik
Jenis kabel pada instalasi listrik di Indonesia adalah sebagai berikut:
1. Kabel NYA
Kabel NYA berinti tunggal, berlapis bahan isolasi PVC, untuk
instalasi luar/ kabel udara. Kode warna isolasi ada warna merah, kuning,
18
biru, kuning loreng hijau dan hitam. Kabel tipe ini umum dipergunakan di
perumahan karena harganya yang relatif murah. Lapisan isolasinya hanya 1
lapis sehingga mudah cacat, tidak tahan air (NYA adalah tipe kabel udara)
dan mudah digigit tikus. Agar aman memakai kabel tipe ini, kabel harus
dipasang dalam pipa/ conduit jenis PVC atau saluran tertutup. Sehingga
tidak mudah menjadi sasaran gigitan tikus, dan apabila ada isolasi yang
terkelupas tidak tersentuh langsung oleh orang.
Gambar 2.3. Bentuk Kabel NYA
2. Kabel NYM
Kabel NYM memiliki lapisan isolasi PVC (biasanya warna putih
atau abu-abu), ada yang berinti 2, 3 atau 4. Kabel NYM memiliki lapisan
isolasi dua lapis, sehingga tingkat keamanannya lebih baik dari kabel NYA
(harganya lebih mahal dari NYA). Kabel ini dapat dipergunakan di
lingkungan yang kering dan basah, namun tidak boleh ditanam.
Gambar 2.4. Bentuk Kabel NYM
19
3. Kabel NYAF
Kabel NYAF merupakan jenis kabel fleksibel dengan penghantar
tembaga serabut berisolasi PVC. Digunakan untuk instalasi panel-panel
yang memerlukan fleksibelitas yang tinggi.
Gambar 2.5. Bentuk Kabel NYAF
4. Kabel NYY
Kabel NYY memiliki lapisan isolasi PVC (biasanya warna hitam), ada
yang berinti 2, 3 atau 4. Kabel NYY dipergunakan untuk instalasi tertanam
(kabel tanah), dan memiliki lapisan isolasi yang lebih kuat dari kabel NYM
(harganya lebih mahal dari NYM). Kabel NYY memiliki isolasi yang
terbuat dari bahan yang tidak disukai tikus.
Gambar 2.6. Bentuk Kabel NYY
5. Kabel NYFGbY
Kabel NYFGbY ini digunakan untuk instalasi bawah tanah, di dalam
ruangan di dalam saluran-saluran dan pada tempat-tempat yang terbuka
dimana perlindungan terhadap gangguan mekanis dibutuhkan, atau untuk
tekanan rentangan yang tinggi selama dipasang dan dioperasikan.
20
Gambar 2.7. Bentuk Kabel NYFGbY
6. Kabel ACSR
Kabel ACSR merupakan kawat penghantar yang terdiri dari
aluminium berinti kawat baja. Kabel ini digunakan untuk saluran-saluran
transmisi tegangan tinggi, dimana jarak antara menara/ tiang berjauhan,
mencapai ratusan meter, maka dibutuhkan kuat tarik yang lebih tinggi,
untuk itu digunakan kawat penghantar ACSR.
Gambar 2.8. Bentuk Kabel ACSR
7. Kabel AAAC
Kabel ini terbuat dari aluminium-magnesium-silicon campuran
logam, keterhantaran elektris tinggi yang berisi magnesium silicide, untuk
memberi sifat yang lebih baik. Kabel ini biasanya dibuat dari paduan
aluminium 6201. AAAC mempunyai suatu anti karat dan kekuatan yang
baik, sehingga daya hantarnya lebih baik.
Gambar 2.9. Bentuk Kabel AAAC
21
8. Kabel ACAR
Kabel ACAR yaitu kawat penghantar aluminium yang diperkuat
dengan logam campuran, sehingga kabel ini lebih kuat daripada kabel
ACSR.
Gambar 2.10. Bentuk Kabel ACAR
9. Kabel BC (Bar Cable)
Kabel ini dipilin/ stranded, disatukan. Ukuran/ tegangan maksimal =
6-500 / 500 V. Pemakaian = saluran diatas tanah dan penghantar
pentanahan.
Gambar 2.11. Bentuk Kabel BC
2.4. Kuat Hantar Arus (KHA)
Kemampuan Hantar Arus suatu kabel dapat dinyatakan sebagai
kemampuan maksimum kabel untuk dilalui arus secara terus-menerus tanpa
menyebabkan kerusakan pada kabel tersebut.
Menurut Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000 pasal 5.5.3.1
penghantar sirkit akhir yang menyuplai motor tunggal tidak boleh
mempunyai KHA kurang dari 125% arus pengenal beban penuh. Untuk
menentukan besarnya KHA dapat menggunakan persamaan :
KHA = 1,25 In.
Jika KHA telah diketahui maka untuk menentukan luas penampang
dipilih kabel yang memiliki nilai yang diatasnya (pada tabel 2.2). Untuk
kabel daya diperhatikan juga rating MCB yang dipilih. Jika nilai KHA
22
masih dibawah rating MCB, maka ditetapkan rating MCB sebagai nilai
KHA minimal yang digunakan. Dengan tujuan apabila terjadi gangguan,
kabel masih dapat menghantarkan arus sebelum MCB memutuskan
rangkaian.
Dibawah ini adalah tabel untuk menentukan luas penampang
penghantar. Diambil dari tabel 7.3-1 pada PUIL 2000.
Tabel 2.2. Tabel Menentukan Luas Penampang Penghantar
2.5. Aplikasi Penghantar Pada Distribusi Listrik
Selama ini ada pemahaman bahwa yang dimaksud transmisi adalah
proses penyaluran energi listrik dengan menggunakan tegangan tinggi saja.
Bahkan ada yang memahami bahwa transmisi adalah proses penyaluran
energi listrik dengan menggunakan tegangan tinggi dan melalui saluran
udara (over head line). Namun sebenarnya, transmisi adalah proses
penyaluran energi listrik dari satu tempat ketempat lainnya, yang besaran
23
tegangannya adalah Tegangan Ultra Tinggi (UHV), Tegangan Ekstra Tinggi
(EHV), Tegangan Tinggi (HV), Tegangan Menengah (MHV), dan
Tegangan Rendah (LV). Sedangkan Transmisi Tegangan Tinggi, adalah:
1. Berfungsi menyalurkan energi listrik dari satu gardu induk ke gardu
induk lainnya.
2. Terdiri dari konduktor yang direntangkan antara tiang-tiang (tower)
melalui isolator-isolator, dengan sistem tegangan tinggi.
3. Standar tegangan tinggi yang berlaku di Indonesia adalah: 30 KV, 70
KV dan 150 KV.
Beberapa hal yang perlu diketahui:
1. Transmisi 30 KV dan 70 KV yang ada di Indonesia, secara berangsur-
angsur mulai ditiadakan (tidak digunakan).
2. Transmisi 70 KV dan 150 KV ada di Pulau Jawa dan Pulau lainnya
diIndonesia. Sedangkan transmisi 275 KV dikembangkan di Sumatera.
3. Transmisi 500 KV ada di Pulau Jawa.
Di Indonesia, kosntruksi transmisi terdiri dari:
1. Menggunakan kabel udara dan kabel tanah, untuk tegangan rendah,
tegangan menengah dan tegangan tinggi.
2. Menggunakan kabel udara untuk tegangan tinggi dan tegangan ekstra
tinggi.
Berikut ini disampaikan pembahasan tentang transmisi ditinjau dari
klasifikasi tegangannya:
1. Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) 200 Kv - 500 Kv
2. Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 30 Kv – 150 Kv
3. Saluran Kabel Tegangan Tinggi (SKTT) 30 Kv – 150 Kv
4. Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) 6 Kv – 30 Kv
5. Saluran Kabel Tegangan Menengah (SKTM) 6 Kv – 20 Kv
6. Saluran Udara Tegangan Rendah (SUTR) 40 Volt – 1000 Volt
7. Saluran Kabel Tegangan Rendah (SKTR) 40 Volt – 1000 Volt
24
2.6. Karakteristik Beban
Beban perumahan/ gedung umumnya teridiri dari kombinasi beban-
beban linier dan beban nonlinier, yakni :
a. Karakteristik Beban Linier
Beban linier merupakan beban listrik yang digunakan jika tidak
berpengaruh pada bentuk gelombang (sinus) sumbernya, karena naik dan
turunnya arus (gelombang) sesuai atau proposional dengan bentuk
gelombang tegangan. Bila tegangan sumber sinusoidal maka arus yang
melewati beban harus sinusoidal juga. Beban linier tidak mempengaruhi
karakteristik pada tegangan, arus, frekuensi, dan bentuk gelombang, artinya
bentuk tidak berubah (tetap).
Untuk mengetahui karakteristik beban linier dapat diwakili dengan
beban R, L seperti pada Gambar 2.13.
Gambar 2.12. Rangkaian Pengganti untuk Beban Linier (Masri, Syafrudin, 2004 : 1)
Gambar 2.13. Bentuk Gelombang dan Arus Beban Linier (Masri, Syafrudin, 2004 : 1)
25
Gambar 2.14. Spektrum Arus Harmonisa Beban Linier (Masri, Syafrudin, 2004 : 2)
Contoh-contoh beban listrik linier:
1. Pemanasan Resistif
2. Lampu-lampu Pijar
3. Motor-motor induksi dengan putaran konstan
4. Motor-motor sinkron
b. Karakteristik Beban Nonlinier
Beban nonlinier adalah beban yang bentuk gelombang keluarannya
tidak sebanding dengan tegangan dalam setiap setengah siklus sehingga
bentuk gelombang arus maupun tegangan keluarannya tidak sama dengan
gelombang masukannya. Beban nonlinier menarik arus dengan bentuk
nonsinusoidal, walaupun disuplai dari sumber tegangan sinusoidal.
Untuk mengetahui karaktristik beban nonlinier satu fasa dapat diambil
suatu pendekatan dengan menggunakan rangkaian penyearah satu fasa
gelombang penuh yang dilengkapi dengan kapasitor perata tegangan DC
seperti pada Gambar 2.16. Adanya kapasitor C ini dimaksudkan untuk
mendapatkan tegangan DC yang relatif murni yang dikehendaki untuk
operasi komponen elektronik. Namun akibatnya arus pada jala-jala sistem Is
hanya akan mengalir pada saat terjadi pengisian muatan kapasitor C, yaitu
di daerah puncak gelombang tegangan jala-jala, sehingga bentuk gelombang
arus Is tidak proporsional lagi terhadap tegangannya (non-linier) dan
26
mengalami distorsi (non-sinusoidal), seperti yang diperlihatkan pada
Gambar 2.17.
Gambar 2.15. Rangkaian Pengganti untuk Beban Non-linier (Masri, Syafrudin, 2004 : 2)
Gambar 2.16. Bentuk Gelombang Arus dan Tegangan Beban Non-linier
(Masri, Syafrudin, 2004 : 2)
Gambar 2.17. Spektrum Arus Harmonisa Beban Non-linier (Masri, Syafrudin, 2004 : 2)
27
Secara teoritis, besarnya arus harmonisa orde h berbanding terbalik
dengan orde harmonisa, yaitu :
…....……………………............................................... (2.6.)
Dengan demikian arus dari beban elektronik satu fasa akan terdiri dari
arus fundamental IF yang sama dengan Is1 dan sejumlah komponen arus
harmonisa Ish. Spektrum arus harmonisa dari beban elektronik ini
diperlihatkan pada Gambar 2.17. Karena arus jala-jala Is berbentuk
gelombang bolak-balik yang simetris, maka hanya komponen arus
harmonisa orde ganjil (harmonisa orde ke 3, 5, 7,…) saja yang
dibangkitkannya.
Contoh-contoh Beban Listrik Nonlinier:
1. Static power converter
2. Electronic ballast
3. Variabel Frekuensi
4. Arc furnace
5. Komputer, printer, semikonduktor switching
Beban non linier terbagi atas 2 (dua) beban:
a. Beban non linier yang di industri :
1. Tiga fasa power converter
2. DC-Drive
3. AC-Drive
b. Beban nonlinier umum/komersil :
1. Electronic ballast
2. Lampu hemat energi (LHE)
3. Komputer
4. Alat-alat elektronik
5. Alat-alat ukur
6. Air Condition (AC)
7. Penerangan gedung pada umumnya
28
2.7. Harmonisa
Harmonisa atau harmonik adalah gangguan yang terjadi pada sistem
distribusi tenaga listrik akibat terjadinya distorsi gelombang arus dan
tegangan [Nanan Tribuana dan Wanhar, 1999]. Distorsi gelombang arus dan
tegangan ini disebabkan adanya pembentukan gelombang-gelombang
dengan frekuensi kelipatan bulat dengan frekuensi dasarnya (fundamental).
Hal ini disebut frekuensi harmonik yang timbul pada bentuk gelombang
aslinya sedangkan bilangan bulat pengali frekuensi dasar disebut angka
urutan harmonik [Jon Marjuni Kadang, 2006].
Harmonisa juga biasanya didefinisakan sebagai distorsi yang bersifat
periodik serta steady state pada gelombang arus dan gelombang tegangan
yang terjadi dalam sistem tenaga [Gary W Chang dan Paulo F. Ribeiro, ---]
Pasokan arus dan tegangan dari sistem transmisi umumnya berupa
gelombang sinusoidal murni, namun dengan keanekaragaman beban saat
ini, pasokan tegangan dan arus yang semula sinusoidal murni dapat
terdistorsi. Cacat gelombang arus atau tegangan ini disebut cacat harmonik,
cacat gelombang arus disebabkan oleh beban yang nonlinier seperti Lampu
(selain lampu pijar), Automatic/Variable speed drive (ASD), DC-drive,
Power rectifier, Pemanas Induksi, Furnaces, UPS, Computer dan lain-lain.
Arus harmonik yang melalui impedansi dari sistem akan dapat
menyebabkan tegangan harmonik pada titik beban tersebut [Jemjem
Kurnaen dan Sidik Prasetyo, ---].
Bentuk gelombang arus dan tegangan sinusoidal murni ditunjukkan
berikut ini:
Gambar 2.18. Gelombang Sinus Arus dan Tegangan [C. Sankaran, 2002]
29
Dan gambar berikut ini memperlihatkan gelombang sinus yang
terdistorsi oleh harmonik ke 3.
Gambar 2.19. Gelombang Harmonik [Jemjem Kurnen dan Sidik Prasetyo, ---]
2.8. Standar Harmonisa
Standar harmonisa berdasarkan stardar IEEE 519-1992. Ada dua
kriteria yang digunakan untuk mengevaluasi distorsi harmonisa. Yang
pertama adalah batasan untuk harmonisa arus. Dan yang kedua adalah
batasan untuk harmonisa tegangan. Untuk standar harmonisa arus,
ditentukan oleh rasio Isc/IL. Isc adalah arus hubung singkat yang ada pada
PCC (Point of Common Coupling), sedangkan IL adalah arus beban
fundamental nominal. Sedangkan untuk standar harmonisa tegangan
ditentukan oleh tegangan sistem yang dipakai. (Ned Mohan, 1994).
Standar harmonisa arus dapat dilihat pada Tabel 2.3. sedangkan
standar harmonisa tegangan dapat dilihat pada Tabel 2.4.
Tabel 2.3. Maximum Harmonics Current Distortion
Isc / IL
Harmonic Orde (Odd Harmonic)
THD
(%)
<11 11=<h<23 17=<h<23 23=<h<35 35=<h
<20 4 2 1.5 0.6 0.3 5
20-50 7 3.5 2.5 1 0.5 8
50-100 10 4.5 4 1.5 0.7 12
100-1000 12 5.5 5 2 1 15
>1000 15 7 6 2.5 1.4 20
30
Dimana :
Isc = Arus Maksimum Hubung Singkat pada PCC ( Point of Common
Coupling )
IL = Arus Beban Maksimum ( fundamental frequency ) pada PCC.
(Ned Mohan.1994)
Tabel 2.4. Maximum Harmonics Voltage Distortion
Maximum Voltage Distortion
Maximum Distortion System Voltage
Below 69 kV 69 - 138 kV >138
Individual Harmonics ( % ) 3 1.5 1
Total Harmonics ( % ) 5 2.5 1.5
2.9. Deret Fourier
Dalam menganalisa besarnya nilai jumlah gelombang antara
gelombang asli dan harmonisanya dapat digunakan analisis deret fourier.
Gelombang dikatakan memenuhi syarat jika gelombang tersebut periodik
dengan perioda T bila f(t) =f (t + T) untuk semua (t). Jika f(t) periodik,
maka deret fourier adalah [Jusmin Susanto dan Hernadi Buhron, ---]
∑ ................ (2.7.)
dengan koefisien masing masing adalah:
∫
................................................................... (2.8.)
∫
.............................................. (2.9.)
∫
............................................. (2.10.)
Dimana n adalah orde harmonisa, yaitu bilangan 1, 2, 3…dst. Pada
kasus di sistem tenaga listrik, umumnya orde yang dominan adalah orde
ganjil saja (1, 3, 5, dst.). Orde n=1 menyatakan komponen dasar atau
fundamental dari gelombang. Suku a0 menyatakan komponen dc atau nilai
rata-rata dari gelombang, yang mana umumnya komponen ini tidak muncul
31
dalam jaringan sistem arus bolak-balik. Bila gelombang arus atau tegangan
berbentuk sinusoidal sempurna, maka orde n=1 saja yang ada. Gelombang
yang cacat (terdistorsi) memiliki koefisien-koefisien dengan indeks h.
Amplitudo harmonisa biasa dinyatakan sebagai: [Jusmin Susanto dan
Hernadi Buhron, ---]
√
.................................................... (2.11.)
Nilai-nilai c sebagai fungsi n seringkali dikenal dengan „spektrum
frekuensi gelombang. Tingkat kecacatan seringkali dinyatakan dengan Total
Harmonic Disotortion (THD), yang dinyatakan sebagai (pada contoh ini
misalkan untuk arus): [Jusmin Susanto dan Hernadi Buhron, ---]
√∑
..................................................... (2.12.)
Dan untuk tegangan: [Jusmin Susanto dan Hernadi Buhron, ---]]
√∑
................................................... (2.13.)
Dengan Irms dapat dinyatakan dengan identitas Parseval: [Jusmin
Susanto dan Hernadi Buhron, ---]
√∑
................................................................... (2.14.)
2.10. Istilah-Istilah Harmonik
Berikut ini adalah pengertian dan persamaan yang terdapat dalam
analisis harmonik :
2.10.1. Komponen Harmonik
Komponen harmonik adalah gelombang sinusoida yang mempunyai
frekuensi perkalian antara bilanagan bulat dengan frekuensi dasar.
2.10.2. Orde Harmonik
Orde Harmonik adalah perbandingan frekuensi harmonik dengan
frekuensi dasar, dapat didefinisikan dengan persamaan berikut :
32
....................................................................................... (2.15.)
Keterangan: n = orde harmonik
= frekuensi harmonik ke-n
F = frekuensi dasar
Gelombang dengan frekuensi dasar tidak dianggap sebagai harmonik,
yang dianggap sebagai harmonik adalah orde ke-2 sampai ke-n.
2.10.3. Spektrum
Spektrum adalah distribusi dari semua amplitudo komponen harmonik
sebagai fungsi dari orde harmoniknya, dan diilustrasikan menggunakan
histogram. Jadi spektrum merupakan perbandingan arus dan tegangan
frekuensi harmonik terhadap arus atau tegangan frekuensi dasar.
2.10.4. Total Harmonic Distortion (THD)
THD menyatakan besarnya distorsi yang ditimbulkan oleh semua
komponen harmonik, dapat didefinisikan dengan persamaan berikut :
√∑
................................................................ (2.16.)
Keterangan: THD = Total Harmonic Distortion
= nilai rms arus atau tegangan harmonik Ke-n
= nilai rms arus atau tegangan pada frekuensi dasar
THD dapat dinyatakan sebagai suatu nilai potensi pemanasan akibat
harmonik relatif terhadap gelombang frekuensi dasar.
2.10.5. Total Demand Distortion (TDD)
Tingkat distorsi arus dapat dilihat dari nilai THD, namun hal tersebut
dapat saja salah saat diinterpretasikan. Aliran arus yang kecil dapat memiliki
nilai THD yang tinggi namun tidak menjadi ancaman yang dapat merusak
sistem. Beberapa analisis mencoba untuk menghindari kesulitan seperti ini
dengan melihat THD pada arus beban puncak frekuensi dasar dan bukan
33
melihat sampel sesaat pada frekuensi dasar. Hal ini disebut total demand
distortion atau distorsi permintaan total (TDD) dan masuk dalam Standar
IEEE 519-1992, tentang “Recommended Practices and Requirements for
Harmonic Control in Electrical Power Systems”. TDD dapat didefinisikan
dengan persamaan berikut :
√∑
................................................................ (2.17.)
Keterangan: = arus harmonik orde ke-n
= arus beban puncak pada frekuensi dasar yang
diukur pada PCC (Point of Common Coupling)
Terdapat dua cara untuk mengukur , pertama yaitu pada beban yang
telah terpasang pada sistem lalu dihitung nilai rata-rata dari arus beban
maksimum dari 12 bulan pengukuran. Sedangkan untuk sistem yang baru,
harus diperkirakan berdasarkan profil beban yang akan dipasang.
2.10.6. Nilai rms
Niilai rms yang dihasilkan oleh gelombang arus /tegangan yang
terdistorsi harmonik dapat didefinisikan dengan persamaan berikut :
√∑
√ .................... (2.18.)
Keterangan: = nilai rms dari arus atau tegangan ke-h
2.11. Kuantitas Listrik Pada Kondisi Non-Sinusoida
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, bahwa distorsi harmonik dapat
menghasilkan gelombang non-sinusoida hasil superposisi gelombang pada
frekuensi dasar dengan gelombang harmoniknya. Oleh karena itu, kuantitas
listrrik seperti arus dan tegangan pada kondisi non-sinusoida juga harus
diperhitungkan komponen harmoniknya. Untuk nilai rms dan tegangan saat
kondisi non-sinusoida dapat didefinisikan dengan persamaan berikut :
34
√
∫
√∑
√
…...… (2.19.)
Keterangan: = tegangan atau arus pada kondisi non sinusoida
T = periode v(t) dan i(t) (detik)
= tegangan atau arus rms pada frekuensi dasar
Pada dasarnya, daya listrik yang dikirimkan dari sumber ke beban
adalah daya kompleks. Dalam daya kompleks itu terdapat komponen daya
aktif (daya nyata) yaitu daya yang diserap oleh beban untuk melakukan
kerja yang sesungguhnya dan daya reaktif yaitu daya yang tidak terlihat
sebagai kerja nyata dan biasanya dipengaruhi oleh komponen reaktif seperti
induktor.
Daya aktif (P), daya rektif (Q), dan daya kompleks (S) pada kondisi
non-sinusoida dapat didefinisikan dengan persamaan berikut :
∑ ∑
....... (2.20.)
∑ ∑
......... (2.21.)
√
........................................................ (2.22.)
Keterangan: P = daya aktif pada kondisi non-sinusoida (Watt)
Q = daya reaktif pada kondisi non-sinusoida (VAR)
S = daya kompleks pada kondisi non-sinusoida (VA)
= daya aktif pada frekuensi dasar (Watt)
= daya reaktif pada frekuensi dasar (VAR)
D = distorsi daya akibat harmonik (VA)
Untuk faktor daya pada kondisi non-sinusoida dapat didefinisikan
dengan persamaan berikut :
.................................................................................... (2.23.)
Untuk menunjukan hubungan antara daya-daya pada kondisi non-
sinusoida tersebut, dapat digunakan diagram vektor tiga dimensi seperti
berikut :
35
D
P
Q S
Gambar 2.20. Hubungan Komponen Daya pada Kondisi Non-Sinusoida
P dan Q mewakili komponen S yang biasa terdapat pada kondisi
sinusoida murni, sedangkan D menunjukkan kontribusi tambahan terhadap
daya kompleks akibat harmonik.
2.12. Penyebab Timbulnya Harmonik
Pada sistem tenaga listrik dikenal dua jenis beban yaitu beban linier
dan beban nonlinier. Beban linier memberikan bentuk gelombang keluaran
linear artinya arus yang mengalir sebanding dengan perubahan tegangan.
Sedangkan beban nonlinier memberikan bentuk gelombang keluaran arus
yang tidak sebanding dengan tegangan dasar sehingga gelombang arus
maupun tegangannya tidak sama dengan gelombang masukannya.
Beban nonlinier umumnya merupakan komponen semikonduktor yang
pada proses kerjanya berlaku sebagai saklar yang bekerja pada setiap
setengah siklus gelombang atau beban yang membutuhkan arus yang tidak
tetap pada setiap periode waktunya. Proses kerja ini akan menghasilkan
gangguan/ distorsi gelombang arus yang tidak sinusoida. Bentuk gelombang
ini tidak menentu dan dapat berubah menurut pengaturan pada parameter
beban-beban nonlinier yang terpasang. Perubahan bentuk gelombang ini
tidak berkaitan dengan sumber tegangannya.
(a) (b)
Gambar 2.21. Permodelan beban nonlinier sebagai sumber harmonik
(a). Model gelombang dasar, (b). Model gelombang harmonik
36
Sumber harmonik secara garis besar terdiri dari 2 jenis yaitu peralatan
yang memiliki kondisi saturasi dan peralatan elektronika dasar. Peralatan
yang memiliki kondisi saturasi biasanya memiliki komponen yang bersifat
megnetik seperti transformator, mesin-mesin listrik, tanur busur listrik,
peralatan yang menggunakan power supply, dan magnetic ballast. Peralatan
elektronika daya seperti tiristor, dioda, dan lain-lain. Contoh peralatan yang
menggunakan komponen elektronika daya adalah konverter statik, konverter
PWM, inverter, pengendali motor listrik, electronic ballast, dan sebagainya.
Pada rumah tangga, beban nonlinier terdapat pada peralatan seperti lampu
hemat energi, televisi, video player, AC, komputer, dan kulkas/ dispenser.
2.13. Akibat Yang Ditimbulkan Harmonik
Setiap komponen sistem distribusi dapat dipengaruhi oleh harmonik
walaupun dengan akibat yang berbeda. Namun demikian komponen tersebut
akan mengalami penurunan kinerja dan bahkan akan mengalami kerusakan.
Salah satu dampak yang umum dari gangguan harmonik adalah panas lebih
pada kawat netral dan transformator sebagai akibat timbulnya harmonik
ketiga yang dibangkitkan oleh peralatan listrik satu phase. Pada keadaan
normal, arus beban setiap phase dari beban linier yang seimbang pada
frekuensi dasarnya akan saling mengurangi sehingga arus netralnya menjadi
nol. Sebaliknya beban tidak linier satu phase akan menimbulkan harmonik
kelipatan tiga ganjil yang disebut triplen harmonik (harmonik ke-3, ke-9,
ke-15 dan seterusnya) yang sering disebut zero sequence harmonik.
Harmonik ini tidak menghilangkan arus netral tetapi dapat menghasilkan
arus netral yang lebih tinggi dari arus phase [Nanan Tribuana dan Wanhar,
1999].
Tabel 2.5. Polaritas dari Komponen Harmonik [Nanan Tribuana dan Wanhar, 1999].
Harmonik 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Frekuensi (Hz) 50 100 150 200 250 300 350 400 450
Urutan + - 0 + - 0 + - 0
37
Akibat yang dapat ditimbulkan oleh urutan polaritas komponen
harmonik antara lain tingginya arus netral pada sistem 3 phase 4 kawat (sisi
sekunder transformator) karena arus urutan nol (zero sequence) dan arus ini
akan terinduksi ke sisi primer transformator dan akan berputar pada sisi
primer transformator yang biasanya memiliki belitan delta (D). Hal ini
akibat pada kawat netral tidak memiliki peralatan pemutus arus untuk
proteksi tegangan atau arus lebih. Pengaruh harmonik pada transformator
sering tanpa disadari dan diantisipasi keberadaannya sampai terjadi
gangguan yang penyebabnya tidak jelas. Hal ini dapat juga terjadi bila
perubahan konfigurasi atau jenis beban yang dipasok. Transformator dan
peralatan induksi lainnya, selalu terpengaruh oleh harmonik karena trafo itu
sendiri dirancang sesuai dengan frekuensi kerjanya. selain itu transformator
juga merupakan media utama antara pembangkit dengan beban. Frekuensi
harmonik yang lebih tinggi dari frekuensi kerjanya akan mengakibatkan
penurunan efisiensi atau terjadi kerugian daya [Nanan Tribuana dan
Wanhar, 1999].
Umumnya harmonisa pada arus membawa dampak lebih jika
dibandingkan dengan harmonisa pada tegangan. Pada sistem distribusi
listrik, dampak utama yang ditimbulkan dari pengaruh harmonisa pada arus
adalah mengakibatkan bertambahnya harga nilai rms fundamental. [DA
Bradley, 1985]
Masing-masing elemen membangkitkan distorsi yang spesifik. Nilai
rms lebih besar dapat menyebabkan pemanasan yang lebih tinggi pada
konduktor. Nilai puncak lebih besar dapat mengganggu kerja alat ukur
sehingga terjadi kesalahan pembacaan. Sedangkan frekuensi mempengaruhi
impedansi kabel dimana semakin tinggi frekuensi (biasanya pada frekuensi
diatas 400 Hz) berarti semakin sering kabel menerima tegangan puncak
sehingga semakin besar tegangan jatuh yang terjadi. Fenomena resonansi
dapat terjadi pada frekuensi tertentu dan dapat menyebabkan arus
meningkat.
38
2.14. Efek Khusus Harmonik Pada Sistem Tenaga Listrik
Secara khusus, efek yang ditimbulkan oleh harmonik pada sistem
tenaga listrik dapat dibagi menjadi :
1. Efek Negatif Jangka Pendek
a. Tegangan harmonik dapat mengganggu kontrol yang digunakan pada
sistem elektronik. Sebagai contoh, harmonik mengganggu controller
yang digunakan pada elektronika daya. Yang terganggu adalah pada
saat kondisi putus hubungan dari tiristor.
b. Harmonik dapat menyebabkan kesalahan pada peralatan pengukuran
listrik yang menggunakan prinsip induski magnetik. Sebagai contoh,
kesalahan dari alat ukur kelas 2 akan meningkat 0,3 % sebagai akibat
dari harmonik ke-5 dengan ratio tegangan dan arus 5 %. Sebuah alat
ukur di desain dan disesuaikan untuk beroperasi pada rangkaian yang
mempunyai frekuensi dan tegangan standar dengan sedikit atau tidak
ada distorsi bentuk gelombang.
Pengaruh harmonik terhadap akurasi alat ukur adalah ;
- Alat ukur menjadi sensitif terhadap frekuensi.
- Medan magnet dari koil tegangan dalam sebuah alat ukur nonlinier
dan mengandung beberapa komponen harmonik yang seharusnya
dari kompensasi alat. Diyakini bahwa torsi tambahan akan
terbentuk, meskipun tidak ada tegangan dan arus harmonik pada
jaringan distribusi.
- Alat ukur tidak mengukur komponen energi DC yang seharusnya.
c. Harmonik juga dapat mengganggu alat-alat pengaman dalam sistem
tenaga listrik seperti relay. Kerena sifat relay yang sensitif terhadap
perubahan arus dan frekuensi maka relay bisa salah beroperasi karena
terjadi perubahan frekuensi ataupun arus walaupun tidak ada gangguan.
Selain itu, harmonik dapat menyebabkan perubahan impedansi, arus
dan tegangan dari sistem. Sedangkan relay jarak bekerja berdasarkan
prinsip impedansi dan arus.
39
d. Pada mesin-mesin berputar seperti generator dan motor, torsi mekanik
yang diakibatkan oleh arus harmonik dapat menyebabkan getaran dan
suara pada mesin-mesin tersebut. Torsi sesaat dihasilkan oleh interaksi
antara fluks celah udara (sebagian besar komponen dasar) dan fluks
yang dihasilkan oleh arus harmonik di dalam rotor. Torsi ini dapat
mempengaruhi bentuk kurva torsi kecepatan pada motor.
e. Bila ada sistem komunikasi yang dekat dengan sistem tenaga listrik
maka sistem tersebut dapat terganggu oleh harmonik. Biasanya sistem
kontrol dari sistem telekomunikasi yang terganggu oleh harmonik.
2. Efek Yang Bersifat Kontinu
Efek yang bersifat kontinu ini dapat menyebabkan pemanasan pada
peralatan listrik.
a. Pemanasan Kapasitor
Kapasitor sangat sensitif terhadap perubahan beban. Jika terjadi
harmonik maka rugi-rugi daya meningkat. Ketika harmonik terjadi,
beban akan semakin reaktif sehingga kapasitor harus memacu lebih
banyak daya reaktif kepada sistem. Dan satu lagi yang harus
diperhatikan adalah terjadinya resonansi. Saat terjadi resonansi,
impedansi sistem hanya resistif yang sangat kecil. Sehingga arus yang
masuk akan sangat besar dan dapat mengakibatkan kerusakan.
b. Pemanasan pada Mesin-mesin Listrik
Tegangan non-sinusoida yang ditetapkan pada mesin listrik dappat
menimbulkan masalah-masalah sebagai berikut :
- Meningkatkan rugi inti dan rugi belitan
- Pemanasan lebih
Tegangan atau arus harmonik meningkatkan rugi daya pada gulungan
stator dan rotor. Rugi pada penghantar stator dan rotor lebih besar
daripada resistansi DC-nya, karena adanya efek arus eddy dan efek
kulit. Rugi daya tambahan merupakan efek harmonik yang paling serius
40
dalam mesin arus bolak-balik. Rugi-rugi ini tergantung pada spektrum
frekuensi dari tegangan yang ditetapkan.
Arus harmonik menimbulkan panas lebih. Bila mesin dioperasikan
terus-menerus pada kondisi ini, maka umur mesin akan berkurang dan
lebih jauh dapat mengakibatkan kerusakan.
c. Pemanasan pada Transformator
Transformator sangat rentan terhadap pengaruh harmonik.
Transformator dirancang sesuai dengan frekuensi kerjanya. Frekuensi
harmonik yang lebih tinggi dari frekuensi kerjanya akan mengakibatkan
penurunan efisiensi dan pada akhirnya mengakibatkan kerugian daya.
Pengaruh utama harmonik pada transformator adalah :
- Panas lebih yang dibangkitkan oleh arus beban yang mengandung
harmonik.
- Kemungkinan resonansi paralel transformator dengan kapasitansi
sistem.
Transformator distribusi yang mencatu daya ke beban non-linear
menimbulkan arus harmonik kelipatan tiga ganjil. Harmonik ini dapat
menghasilkan arus netral yang lebih tinggi dari satu fasa. Akibatnya
terjadi peningkatan temperatur pada kawat netral. Sebagai dampak
lanjutnya, akan terjadi sirkulasi arus urutan nol pada beliatan delta
transformator sehingga temperaturnya akan meningkat. Peningkatan
temperatur ini akan menurunkan efisiensi transformator dan lebih jauh
lagi dapat mengakibatkan kerusakan.
Rugi-rugi yang terjadi pada transformator adalah rugi-rugi inti dan
rugi-rugi belitan. Rugi-rugi inti karena fluks yang dibangkitkan di
dalam inti bila transformator dieksitasi. Rugi-rugi belitan yang terdiri
dari R dan stay losses dibangkitkan oleh arus yang mengalir melalui
transformator.
41
d. Pemanasan pada Kabel dan Peralatan lainnya
Rugi-rugi kabel yang dilewati oleh arus harmonik akan semakin besar.
Hal ini disebabkan meningkatnya resistansi dari tembaga akibat
meningkatnya frekuensi (efek kulit). Akibatnya akan terjadi pemanasan
pada kawat penghantar. Ada dua mekanisme dimana arus harmonik
dapat menyebabkan pemanasan dalam penghantar yang lebih besar dari
nilaai arus RMS yang diharapkan. Mekanisme pertama disebabkan
distribusi arus dalam penghantar, termasuk efek kulit (Skin Effect) dan
efek kedekatan (Proximity Effect). Skin Effect disebabkan distribusi arus
dipermukaan lebih besar daripada di dalam penghantar, sehingga
resistansi efektif meningkat, skin effect meningkat dengan kenaikan
frekuensi dan diameter penghantar. Sedangkan Proximity Effect
disebabkan medan magnet penghantar mengganggu distribusi arus pada
penghantar-penghantar yang berdekatan.
Mekanisme kedua disebabkan arus yang tinggi pada penghantar netral
pada sistem distribusi satu fasa. Beberapa beban seperti power supply
switch mode menghasilkan arus harmonik ketiga yang cukup berarti.
Untuk beban konverter, arus harmonik ketiga dalam rangkaian satu fasa
menghasilkan arus netral yang lebih besar dari arus fasanya. Karena
penghantar netral biasanya sama ukurannya dengan penghantar fasa,
maka penghantar netral menjadi berbeban lebih dan akhirnya terjadi
panas lebih. Cara yang paling umum untuk mengatasi hal ini adalah
dengan memperbesar ukuran penghantar netral dua kali atau lebih besar
dari penghantar fasanya.
2.15. Dasar Pengontrolan Harmonik
Ketika sebuah sistem tenaga listrik mengalami permasalahan distorsi
harmonik, ada beberapa cara dasar untuk mengatasinya, yaitu dengan :
1. Mengurangi arus harmonik yang dihasilkan oleh beban.
2. Menambahkan filter untuk mengalihkan arus harmonik dari sistem,
memblok arus yang memasuki sistem, atau melokalisir arus harmonik.
42
3. Merubah respon frekuensi dengan menggunakan induktor, dan
kapasitor.
2.15.1. Mengurangi Arus Harmonik Pada Beban
Sedikit sekali yang dapat dilakukan terhadap peralatan beban yang ada
untuk mengurangi kuantitas harmonik yang dihasilkan. Suatu transformator
yang overeksitasi dapat dikembalikan kepada kondisi normal dengan
menurunkan tegangan yang diberikan kepadanya, sedangkan peralatan
arcing dan kebanyakan converter elektronika daya sudah fix kondisinya
sesuai dengan karakteristik rancangannya. Berbeda dengan PWM drives
yang men-charge DC bus kapasitor langsung dari line tanpa ada impedansi
tambahan, menambahkan suatu reaktor pada line secara seri dapat secara
signifikan mengurangi harmonik.
Hubungan transformator dapat digunakan untuk mengurangi
harmonik pada sistem tiga fasa. Hubungan delta pada transformator dapat
memblok aliran arus urutan nol harmonik (khususnya triplen harmonik) dari
line.
2.15.2. Filter Harmonik
Filter Shunt bekerja dengan menshort-circuitkan arus harmonik
sedekat mungkin kepada sumber distorsi secara praktis. Hal ini menjaga
agar tetap jauh dari sistem. Ini merupakan tipe filter yang banyak
diaplikasikan karena pertimbangan ekonomis dan juga karena filter
cenderung memperhalus tegangan pada sisi beban sebaik cara
memindahkan/ meredam arus harmonik.
Pendekatan lain adalah dengan filter seri yang dapat memblok arus
harmonik. Cara semacam ini merupakan rangkaian paralel-tuned yang
memberikan impedansi yang besar kepada arus harmonik. Filter semacam
ini jarang digunakan karena sulit untuk mengisolasinya dari jalur listrik dan
tegangan pada sisi beban dapat sangat terdistorsi. Aplikasi yang umum
digunakan adalah pada sisi netral kapasitor terhubung bintang yang
ditanahkan yang dapat memblok aliran dari arus triplen harmonik.
43
2.15.3. Memodifikasi Respon Frekuensi Sistem
Respon sistem yang merugikan terhadap harmonik dapat dimodifikasi
dengan beberapa metoda :
1. Menambah filter shunt. Filter ini tidak hanya meredam arus harmonik,
tetapi juga seringkali merubah respom sistem.
2. Menambah reaktor untuk memperbaiki. Resonansi yang merugikan
biasanya terjadi antara induktansi sistem dengan kapasitor yang
digunakan sebagai perbaikan faktor daya sistem. Reaktor harus
diletakkan di antara kapasitor dan sistem. Metoda untuk meletakkan
reaktor secara seri dengan kapasitor dapat menghindari terjadinya
resonansi sistem tanpa menyetel kapasitor untuk membuat filter.
3. Mengubah ukuran dari kapasitor. Hal ini merupakan pilihan terakhir
yang mahal bagi kedua sisi, penyedia listrik dan pelangggan industri.
4. Memindahkan kapasitor pada titik dengan impedansi hubung singkat
yang berbeda atau pada titik dengan losses terbesar. Bagi penyedia
listrik hal ini dapat menimbulkan masalah yakni menimbulkan
interferensi telepon walaupun hal ini dapat mengatasi masalah respon
sistem.
2.16. Identifikasi Harmonik
Untuk mengantisipasi harmonik, perlu dilakukan langkah-langkah
pengidentifikasian maslah dengan peralatan ukur yang memadai. Ada dua
cara untuk membentuk transformasi fourier dari gelombang tegangan dan
arus pada sistem tenaga listrik. Cara pertama adalah dengan menggunakan
penganalis spektrum (spectrum analyzer) dan mengukur harmonik pada
kondisi online. Namun cara ini tidak meberikan informasi sudut fasa
harmonik. Metode lain adalah dengan mengukur contoh gelombang dan
menyimpan gelombang tersebut dalam daerah waktu (time domain) sebagai
data diskrit dan menghitung komponen harmonik secara digital dengan
menggunakan mikroprosessor dalam kondisi offline.
44
Selain cara-cara lain di atas, keberadaan harmonik dapat diidentifikasi
dengan cara sederhana, yaitu :
1. Identifikasi jenis beban
2. Pemeriksaan arus sekunder transformator
3. Pemeriksaan tegangan netral-tanah
Bila banyak peralatan yang mempunyai komponen utama terbuat dari
bahan semikonduktor seperti: komputer, pengatur kecepatan motor, dan
peralatan lain yang menggunakan arus searah, maka diperkirakan masalah
harmonik ada di instalasi itu.
Pengukuran arus sekunder transformator perlu dilakukan, baik fasa
maupun netral. Bila arus netral lebih besar dari arus fasa, maka dapat
diperkirakan adanya triplen harmonik dan kemungkinan turunnya efisiensi
transformator.
Dengan melakukan pengukuran tegangan netral-tanah pada keadaan
berbeban maka terjadinya arus lebih pada kawat netral (untuk sistem 3 fasa
4 kawat) dapat diketahui. Bila tegangan terukur lebih besar dari dua volt,
maka terdapat indikasi adanya masalah harmonik pada beban.
2.17. Sumber-Sumber Harmonisa
Dalam sistem tenaga listrik dikenal dua jenis beban yaitu beban linier
dan beban nonlinier. Beban linier adalah beban yang memberikan bentuk
gelombang keluaran yang linier artinya arus yang mengalir sebanding
dengan impedensi dan perubahan tegangan. Sedangkan beban non linier
adalah bentuk gelombang keluarannya tidak sebanding dengan tegangan
dalam setiap setengan siklus sehingga bentuk gelombang arus maupun
tegangan keluarannya tidak sama dengan gelombang masukannya
(mengalami distorsi). Beban nonlinier yang umumnya merupakan peralatan
elektronik yang didalamnya banyak terdapat komponen semikonduktor,
dalam proses kerjanya berlaku sebagai saklar yang bekerja pada setiap
siklus gelombang dari sumber tegangan. Proses kerja ini akan menghasilkan
45
gangguan atau distorsi gelombang arus yang tidak sinusoidal [Nanan
Tribuana dan Wanhar, 1999].
Berikut adalah sumber-sumber yang menghasilkan harmonisa:
1. Lampu Flourescent
Lampu fluorescent sering juga disebut lampu TL. Pada dasarnya
lampu fluorescent termasuk dalam kelompok lampu merkuri tekanan
rendah. Hal ini disebabkan dalam tabung lampu fluoresen dimasukkan
merkuri, dan gas didalam tabung saat lampu bekerja adalah rendah, hanya
kira-kira 0,0039 atm, sedangkan tekanan gas dalam tabung lampu merkuri
kira-kira 10 atm. Lampu fluoresen tidak bekerja berdasarkan pemijaran
filament sebagaimana halnya dalam lampu pijar, tetapi lampu fluoresen
menghasilkan cahaya berdasarkan terjadinya pelepasan electron dalam
tabung lampu [R.Panjaitan, ---].
Gambar 2.22. Lampu Flourescent (TL)
Konstruksi tabung lampu fluorescent terdiri dari gelas dimana dinding
bagian dalam dilapisi serbuk phosphor sehingga tabung kelihatan berwarna
putih susu. Bentuk tabung lampu fluoresen ada yang memanjang dan
melingkar. Panjang tabung tergantung dari besar daya, mulai dari panjang
35 cm untuk 10 W sampai dengan panjang 150 cm untuk 60 W. Pada kedua
ujung tabung dipasang filamen tungsten yang dilapisi suatu bahan yang
dapat beremisi, biasanya terdiri dari barium, strontium, dan calcium. Untuk
lampu tabung (Discharge Lamp) filamen ini disebut juga elektroda, karena
salah satu dari filamen harus berfungsi katoda dan yang lainnya anoda.
Kedalam tabung diisikan merkuri dan gas argon dimana merkuri akan
46
berfungsi untuk menghasilkan radiasi ultraviolet sedangkan gas argon
befungsi sebagai keperluan start [R.Panjaitan, ---].
Gambar 2.23. Konstruksi lampu fluorescent [R.Panjaitan, ---].
Berdasarkan cara kerjanya, rangkaian lampu fluorescent terdiri dari
dua macam yaitu : rangkaian dengan starter (Switch start circuit) dan
rangkaian tanpa starter (Starterless circuit). Lampu fluorescent jenis switch-
start masih terbagi lagi, yaitu jenis glow yang bekerja berdasarkan tegangan
dan jenis termis yang bekerja berdasarkan arus. Lampu fluorescent yang
sering digunakan di masyarakat adalah dalam rangkaian switch-start jenis
glow karena dianggap lebih praktis dan murah [R.Panjaitan, ---].
Gambar 2.24. Rangkaian lampu fluorescent [R.Panjaitan, ---].
Starter terdiri dari bimetal yang diletakkan di dalam tabung gelas kecil
dan diisi dengan gas argon. Dalam keadaan tidak bekerja (off) bimetal
starter membuka. Oleh karena itu, starter ini berfungsi sebagai tombol NO
(Normally Open). Kapasitor C dan resistor R yang ditempatkan dalam
tabung luar starter berfungsi untuk mengurangi interferensi radio (gangguan
gelombang radio) [R.Panjaitan, ---].
47
Gambar 2.25. a) Konstruksi starter b) Rangkaian starter c) Bentuk starter
Ballast yang digunakan dalam lampu fluorescent terdiri dari induktor
yang dihubungkan seri dengan salah satu elektroda. Ballast berfungsi untuk
membatasi arus apabila lampu sudah menyala normal [R.Panjaitan, ---].
Gambar 2.26. Konstruksi Ballast [R.Panjaitan, ---].
Untuk memperbaiki faktor daya (cos φ) lampu fluorescent digunakan
kapasitor AC dengan kapasitansi tergantung pada besar daya lampu. Untuk
mendapatkan faktor daya daya lagging (terbelakang), kapasitor
dihubungkan paralel dengan lampu. Sedangkan kalau dihubungkan seri
dengan lampu akan menghasilkan faktor daya leading (terdahulu)
[R.Panjaitan, ---].
2. Lampu Hemat Energi
Lampu hemat energi (LHE) atau compact flourescent adalah salah
satu bentuk pengembangan dari lampu flourescent. Lampu hemat energi ini
terdiri dari ballast elektronik dan tabung gelas [Jon Marjuni Kadang, 2006].
48
Gambar 2.27. Lampu Hemat Energi (LHE)
Lampu hemat energi ini memiliki bentuk yang lebih kecil dan lebih
sederhana jika dibandingkan dengan lampu flourescent. Dikatakan lebih
kecil karena ukuran tabung lampu yang digunakan relatif lebih kecil dan
lebih sederhana kerena pada umumnya pada sebuah rangkaian lampu ini
telah terdapat ballast dengan bentuk yang lebih kecil dan praktis (integral
ballast) baik itu magnetis maupun elektronik, dan ballast tersebut dipasang
permanent dengan lampu [Jon Marjuni Kadang, 2006].
Gambar 2.28. Konstruksi Lampu Hemat Energi [Jon Marjuni Kadang, 2006].
Proses kerja ballast elektronik dimana menggunakan prinsip switching
akan menghasilkan gangguan atau distorsi gelombang arus yang tidak
sinusoidal. Yaitu arus/ elektron-elektron yang mengalir dari sisi elektroda
”positif” menuju elektroda ”negatif” yang bebrbenturan dengan gas argon
49
dan merkuri yang terionisasi tentulah mempunyai besaran-besaran yang
berubah-ubah setiap saat sesuai kondisi benturan sehingga impedansi lampu
yang terdiri dari unsur-unsur R-L-C merupakan fungsi waktu yang tidak
linier [Jon Marjuni Kadang, 2006].
3. Peralatan Elektronik
Terdapat banyak peralatan elektronik yang termasuk beban nonlinier
dan menjadi penyebab timbulnya harmonisa. Peralatan-peralatan elektronik
tersebut sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari, baik itu yang
digunakan untuk keperluan rumah tangga, perkantoran, pertokoan, maupun
industri.
Berikut ini beberapa contoh peralatan elektronik yang digunakan
dalam rumah tangga, pertokoan, perkantoran, maupun industri.
Gambar 2.29. Komputer (kiri) dan Laptop (kanan)
Gambar 2.30. Televisi (kiri) dan Printer (kanan)
Gambar 2.31. Lemari Es (kiri) dan Air Conditioner (kanan)
50
4. Uninterruptible Power Supply (UPS)
Uninterruptible power supply atau biasa disingkat UPS adalah
perangkat yang biasanya menggunakan baterai backup sebagai catuan daya
alternatif, untuk dapat memberikan suplai daya yang tidak terganggu untuk
perangkat elektronik yang terpasang. UPS merupakan sistem penyedia daya
listrik yang sangat penting dan diperlukan sekaligus dijadikan sebagai
benteng dari kegagalan daya serta kerusakan sistem dan hardware. UPS
akan menjadi system yang sangat penting dan sangat diperlukan pada
banyak perusahaan penyedia jasa telekomunikasi, jasa informasi, penyedia
jasa internet dan banyak lagi. [Wikipedia, 2012]
Gambar 2.32. Uninterruptible Power Supply tampilan depan (kiri) dan belakang (kanan)
UPS bekerja berdasarkan kepekaan tegangan. UPS akan menemukan
penyimpangan jalur voltase (line voltage) misalnya kenaikan tajam,
kerendahan, gelombang dan juga penyimpangan yang disebabkan oleh
pemakaian dengan alat pembangkit tenaga listrik yang murah. Karena gagal,
UPS akan berpindah ke operasi on-battery atau baterai hidup sebagai reaksi
kepada penyimpangan untuk melindungi bebannya (load). Jika kualitas
listrik kurang, UPS mungkin akan sering berubah ke operasi on-battery.
Kalau beban bisa berfungsi dengan baik dalam kondisi tersebut, kapasitas
dan umur baterai dapat bertahan lama melalui penurunan kepekaan UPS.
51
5. Penyearah
Pada saat ini penyearah adalah merupakan sumber utama dari
timbulnya harmonisa. Peralatan elektronik yang dijumpai di rumah tinggal
menggunakan penyearah satu fasa gelombang penuh tak terkendali. Semua
peralatan elektronik, yang meliputi televisi, printer, scanner, UPS,
komputer, monitor, lampu fluorescent dengan ballast elektronik, lampu
hemat energi dll. menggunakan penyearah jenis satu fasa gelombang penuh
tak terkendali [Hera Heriani, 2008].
Sebuah penyearah adalah rangkaian yang dapat mengkonversikan
sinyal AC menjadi sinyal DC. Penyearah tak terkendali adalah suatu sistem
penyearahan sinyal yang memiliki karakteristik gelombang keluaran hanya
bergantung pada komponen itu sendiri, Contoh dari rangkaian penyearah tak
terkendali adalah rangkaian penyearah satu fasa gelombang penuh. Pada
gambar di bawah ini diperlihatkan penyearah tak terkendali [Hera Heriani,
2008].
Gambar 2.33. Penyearah tak-terkendali satu fasa gelombang penuh [Hera Heriani, 2008].
Dengan bentuk gelombang seperti gambar di bawah ini :
0
5
1 0
1 5
2 0
2 5
0 5 0 1 0 0 1 5 0 2 0 0 2 5 0 3 0 0 3 5 0 4 0 0
Gambar 2.34. Bentuk gelombang DC [Hera Heriani, 2008].
Bentuk gelombang diatas memiliki efek pada cacat gelombang arus pada
sisi input penyearah. Berikut ini adalah bentuk gelombang dan spektrum
52
yang dihasilkan oleh penyearah pada sisi input penyearah [Hera Heriani,
2008].
(a) Arus input penyearah (b) spektrum arus input penyearah
Gambar 2.35. Arus input (a) dan spektrum harmonisa (b) [Hera Heriani, 2008].
Untuk penyearah tak terkendali tiga fasa banyak dijumpai dalam
sektor industri. Penyearah ini sangat lazim dijumpai pada pengendali
putaran motor-motor asinkron tiga fasa dalam semua sektor industri [Hera
Heriani, 2008].
2.18. Rugi Daya Pada Penghantar
Rugi-rugi pada penghantar tidak dapat dihilangkan karena setiap
penghantar mempunyai nilai tahanan jenis yang menyebabkan adanya daya
terserap pada penghantar.
Nilai rugi-rugi pada penghantar dapat dihitung dengan rumus :
................................................................(2.24.)
..........................................(2.25.)
................(2.26.)
Dimana R dapat dihitung dengan rumus :
.........................................................(2.27.)
Dengan : = L meter kabel pada suhu t derajat C, dalam ohm
= resistans pada 70º C, dalam ohm/km
t = suhu penghantar, dalam derajat C
L = panjang penghantar, dalam m
53
Dibawah ini adalah tabel untuk resistansi penampang penghantar pada
suhu 70º. Diambil dari SNI 04-6629.6-2006.
Tabel 2.6. Data Umum Konduktor untuk Resistan Insulasi Minimum pada 70º C
Luas Penampang Nominal Konduktor
( )
Resistan Insulasi Minimum pada 70º C
(MΩ/km)
0,75
1
1,5
2,5
4
6
10
16
25
0,011
0,010
0,010
0,009
0,007
0,006
0,0056
0,0046
0,0044
Rugi-rugi penghantar dapat ditekan dengan menggunakan penggunaan
penampang yang sesuai sehingga rugi-rugi yang terjadi tidak melebihi nilai
standar yang ditentukan. Selain itu penyeimbangan beban juga akan
mempengaruhi nilai rugi-rugi yang terjadi pada penghantar.
2.19. Alat Ukur Dalam Pengukuran Harmonisa
Alat ukur Power Quality Analyzer Hioki 3286-20 Clamp On
merupakan sebuah alat ukur yang dapat mengukur parameter-parameter
listrik utama seperti KVA, KVAR, kW, pf, frekuensi, tegangan dan arus.
Alat ini juga dapat mengukur kandungan harmonisa. Pengukuran dengan
menggunakan alat ini tergolong mudah dan cepat karena dapat dibawa
dengan tangan dan dapat dihubungkan dengan personal komputer ataupun
laptop.
Gambar 2.36. Power Quality Analyzer Hioki 3286-20 Clamp On
54
Berikut ini adalah berbagai macam rangkaian penggunaan Power
Quality Analyzer Hioki 3286-20 Clamp On :
Gambar 2.37. Rangkaian Penggunaan Power Quality Analyzer Hioki 3286-20 Clamp On
untuk Pengukuran Satu Fasa
Gambar 2.38. Rangkaian penggunaan Power Quality Analyzer Hioki 3286-20 Clamp On
untuk Pengukuran Tiga Fasa Tiga Kawat
Gambar 2.39. Rangkaian Lain Penggunaan Power Quality Analyzer Hioki 3286-20 Clamp
On Untuk Pengukuran Tiga Fasa Tiga Kawat
55
Gambar 2.40. Tampilan di Komputer