bab ii landasan teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2009-2-00226-if bab 2.pdfdapat...
TRANSCRIPT
8
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Sistem Informasi
2.1.1 Definisi Sistem
Sistem adalah sebuah tatanan (keterpaduan) yang terdiri atas sejumlah
komponen fungsional (dengan satuan fungsi atau tugas khusus) yang saling
berhubungan dan secara bersama-sama bertujuan untuk memenuhi suatu proses
atau pekerjaan tertentu. (Fathansyah, 1999, p9).
Adapun menurut Prahasta (2005, p37), definisi dari sistem adalah
sekumpulan objek, ide, berikut saling keterhubungannya (inter-relasi) dalam
mencapai tujuan atau sasaran bersama.
Namun ia juga menjabarkan definisi-definisi lain dari beberapa sumber,
seperti Simatu (1995) yang mendefinisikan sistem sebagai cara pandang terhadap
dunia nyata yang terdiri dari elemen-elemen yang saling berinteraksi untuk
mencapai tujuan dalam lingkungan yang kompleks, dan Robert & Michael
(1991), yang mendefinisikan sistem sebagai kumpulan elemen yang saling
berinteraksi membentuk kesatuan, dalam interaksi yang kuat maupun lemah
dengan pembatas yang jelas.
9
Dari beberapa definisi yang telah dijabarkan diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa sistem adalah suatu kumpulan objek yang terangkai dalam
sebuah interaksi untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
2.1.2 Definisi Informasi
Informasi, menurut Prahasta (2005, p30), adalah data yang ditempatkan
pada konteks yang penuh arti oleh penerimanya. Ia (Prahasta), juga menjabarkan
definisi-definisi lain dari informasi, yaitu sebagai makna atau pengertian yang
dapat diambil dari suatu data dengan menggunakan kenvensi-konvensi yang
umum digunakan di dalam representasinya (pustaka ITS,1986), kemudian juga
sebagai analisis dan sintesis terhadap data (pustaka Kadir, 1999).
Namun, dalam bidang ilmu komputer, dapat disimpulkan bahwa informasi
adalah data yang disimpan, diproses, atau ditransmisikan. Pernyataan ini
memfokuskan pada definisi informasi sebagai pengetahuan yang didapatkan dari
pembelajaran, pengalaman, atau instruksi.
2.1.3 Definisi Sistem Informasi
Sistem informasi menurut pustaka Budihar (1995), adalah suatu sistem
manusia-mesin yang terpadu untuk menyajikan informasi guna mendukung
fungsi operasi, manajemen, dan pengambilan keputusan dalam organisasi.
Namun, Prahasta (2005, p40) berpendapat bahwa sistem informasi adalah
entity (kesatuan) formal yang terdiri dari berbagi sumber daya fisik maupun
logika. Dari organisasi ke organisasi, sumber daya-sumber daya ini disusun atau
10
distrukturkan dengan beberapa cara yang berlainan karena organisasi dan sistem
informasi merupakan sumber daya- sumber daya yang bersifat dinamis.
2.2 Sistem Informasi Geografi
2.2.1 Definisi Geografi
Geografi didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari hubungan timbal
balik antara manusia dan alam, yaitu mempelajari permukaan bumi, yang
mencakup bentuk dan pengembangannya, gejala-gejala yang terjadi diatasnya,
tampakan-tampakan iklim, vegetasi, hidrologi, lahan dan penggunaannya, yang
berkaitan dengan kehadiran dan kegiatan manusia, dalam konteks keruangan,
lingkungan dan wilayah (Tejoyuwono, 1991).
Dari definisi diatas, dapat diartikan bahwa geografi adalah ilmu tentang
lokasi serta persamaan dan perbedaan (variasi) keruangan atas fenomena fisik
dan manusia di atas permukaan bumi. Kata geografi berasal dari Bahasa Yunani
yaitu gê ("Bumi") dan graphein ("menulis", atau "menjelaskan").
Geografi tidak hanya menjawab apa dan dimana di atas muka bumi, tapi
juga mengapa disitu dan tidak di tempat lainnya, kadang diartikan dengan "lokasi
pada ruang." Geografi mempelajari hal ini, baik yang disebabkan oleh alam atau
manusia. Juga mempelajari akibat yang disebabkan dari perbedaan yang terjadi
itu.
11
2.2.2 Definisi Informasi Geografi
Sedangkan informasi geografi, oleh Tejoyuwono (1991) didefinisikan
sebagai informasi yang menyangkut lingkungan, wilayah dan isi yang luas, tidak
hanya menyangkut potensi dan distribusi sumber dayanya, tetapi juga
menyangkut keruangan dan ekologi dalam konteks suatu wilayah, baik bagian
darat, laut maupun lingkungan kehidupan.
Informasi geografi mencakup informasi mengenai tempat-tempat yang
terletak di permukaan bumi, pengetahuan mengenai posisi dimana suatu objek
terletak di permukaan bumi, dan informasi mengenai keterangan-keterangan
(atribut) yang terdapat di permukaan bumi yang posisinya diberikan atau
diketahui (Prahasta, 2005).
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa informasi geografi
merupakan representasi fakta-fakta dari kondisi fisik maupun sosial ekonomi
yang ada di permukaan bumi.
2.2.3 Definisi Sistem Informasi Geografi (SIG)
Pada dasarnya, sistem informasi geografi merupakan gabungan dari tiga
unsur pokok: sistem, informasi, dan geografi. Dengan memperhatikan pengertian
sistem informasi, maka SIG merupakan suatu kesatuan formal yang terdiri dari
berbagai sumber daya fisik dan logika yang berkenaan dengan objek-objek yang
terdapat di permukaan bumi. Jadi, SIG juga merupakan sejenis perangkat lunak
yang dapat digunakan untuk pemasukan, penyimpanan, manipulasi,
12
menampilkan, dan keluaran informasi geografis berikut atribut-atributnya
(Prahasta, 2005).
Definisi SIG selalu berkembang, bertambah, dan bervariasi. Hal ini terlihat
dari banyaknya definisi SIG yang telah beredar. Selain itu, SIG juga merupakan
suatu kajian ilmu dan teknologi yang dapat dikatakan telah berkembang dengan
pesat akhir-akhir ini. Berikut ini adalah beberapa definisi dari berbagai ahli yang
akan dijabarkan oleh penulis:
a. SIG adalah sistem yang berbasiskan komputer yang digunakan untuk
menyimpan dan memanipulasi informasi-informasi geografi. SIG
dirancang untuk mengumpulkan, menyimpan, dan menganalisis objek-
objek dan fenomena dimana lokasi geografi merupakan karakteristik yang
penting atau kritis untuk dianalisis. Dengan demikian, SIG merupakan
sistem komputer yang memiliki empat kemampuan berikut dalam
menangani data yang bereferensi geografi, yaitu masukan, manajemen
data, analisis dan manipulasi data, dan keluaran (Aronoff, 1989).
b. SIG merupakan alat yang bermanfaat untuk pengumpulan, penimbunan,
dan pengambilan kembali data yang diinginkan dan juga merupakan
penayangan data keruangan yang berasal dari kenyataan dunia (Burrough,
1986).
c. SIG merupakan sistem yang terdiri dari perangkat keras, perangkat lunak,
data, manusia (brainware), organisasi dan lembaga yang digunakan untuk
13
mengumpulkan, menyimpan, menganalisa dan menyebarkan informasi-
informasi mengenai daerah-daerah di permukaan bumi (Chrisman, 1997).
d. SIG adalah sistem komputer yang digunakan untuk memanipulasi data
geografi. Sistem ini diimplementasikan dengan perangkat keras dan
perangkat lunak komputer yang berfungsi untuk akusisi dan verifikasi data,
kompilasi data, penyimpanan data, perubahan data, manajemen dan
pertukaran data, manipulasi data, pemanggilan dan presentasi data, dan
analisa data (Bern, 1992).
e. SIG adalah sistem komputer yang digunakan untuk mengumpulkan,
memeriksa, mengintegrasikan, dan menganalisa informasi-informasi yang
berhubungan dengan permukaan bumi (Demers, 1997).
2.2.4 Karakteristik Sistem Informasi Geografi
Dari beberapa definisi yang telah dijabarkan diatas, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa sistem informasi geografi memiliki karakteristik sebagai
berikut:
a. Merupakan suatu sistem hasil pengembangan perangkat keras dan
perangkat lunak untuk tujuan pemetaan, sehingga fakta wilayah dapat
disajikan dalam satu sistem berbasis komputer.
b. Melibatkan teknik informatika dan aplikasi lainnya yang terkait.
14
c. Mampu mengumpulkan, menyimpan, mentransformasikan, menampilkan,
memanipulasi, memadukan dan menganilisis data spasial dan fenomena
geografis suatu wilayah.
d. Mampu menyimpan data dasar yang dibutuhkan untuk penyelesaian suatu
masalah.
Contoh: penyelesaian masalah kemacetan di Jakarta yang memerlukan
informasi-informasi dasar seperti volume kendaraan, trayek angkutan
umum, dan yang lainnya.
2.2.5 Subsistem Sistem Informasi Geografi
Berdasarkan definisi-definisi diatas, maka SIG dapat diuraikan menjadi
beberapa subsistem, yaitu:
a. Data Input: Subsistem ini bertugas untuk mengumpulkan dan
mempersiapkan data spasial dan atribut dari berbagai sumber. Subsistem
ini pula yang bertanggung jawab dalam mengkonversi atau
mentransformasikan format data-data aslinya kedalam format yang dapat
digunakan oleh SIG.
b. Data Output: Subsistem ini menampilkan atau menghasilkan keluaran
seluruh atau sebagian basis data baik dalam bentuk softcopy maupun
bentuk hardcopy seperti tabel, grafik, peta, dan lain-lain.
15
c. Data Management: Subsistem ini mengorganisasikan baik data spasial
maupun atribut ke dalam sebuah basis data sedemikian rupa sehingga
mudah dipanggil, di-update, dan di-edit.
d. Data Manipulation & Analysis: Subsistem ini menentukan informasi-
informasi yang dapat dihasilkan oleh SIG. Selain itu, subsistem ini juga
melakukan manipulasi dan pemodelan data untuk menghasilkan informasi
yang diharapkan.
Gambar-gambar berikut adalah gambar-gambar yang menjelaskan tentang
uraian dari subsistem SIG, yang dijabarkan pada gambar 2.1 dan gambar 2.2
dibawah ini:
Gambar 2.1 Subsistem-subsistem SIG
16
Jika subsistem SIG diatas diperjelas berdasarkan uraian jenis
masukan, proses, dan jenis keluaran yang di dalamnya, maka subsistem
SIG juga dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.2: Uraian Subsistem-subsistem SIG
2.2.6 Komponen Sistem Informasi Geografi
SIG merupakan produk dari beberapa komponen. Komponen-komponen
yang terdapat dalam SIG adalah sebagai berikut:
a. Perangkat Keras
SIG membutuhkan komputer untuk penyimpanan dan pemroresan data.
Ukuran dari sistem komputerisasi bergantung pada tipe SIG itu sendiri.
SIG dengan skala yang kecil hanya membutuhkan PC (personal computer)
yang kecil dan sebaliknya. Ketika SIG yang di buat berskala besar di
perlukan spesifikasi komputer yang besar pula serta host untuk client
17
machine yang mendukung penggunaan multiple user. Hal tersebut
disebabkan data yang digunakan dalam SIG baik data vektor maupun data
raster penyimpanannya membutuhkan ruang yang besar dan dalam proses
analisanya membutuhkan memori yang besar dan prosesor yang cepat.
Untuk mengubah peta ke dalam bentuk digital diperlukan hardware yang
disebut digitizer.
Perangkat keras dalam SIG terbagi menjadi tiga kelompok yaitu:
1. Alat masukan (input) sebagai alat untuk memasukkan data ke dalam
jaringan komputer. Contoh: scanner, digitizer, CD-ROM.
2. Alat pemrosesan, merupakan sistem dalam komputer yang berfungsi
mengolah, menganalisis dan menyimpan data yang masuk sesuai
kebutuhan, contoh: CPU (Central Processing Unit), tape drive, disk
drive.
3. Alat keluaran (output) yang berfungsi menayangkan informasi
geografi sebagai data dalam proses SIG, contoh: VDU (Visual
Display Unit), plotter, printer.
Dibawah ini adalah gambar 2.3 yang berupa skema dari perangkat
keras berikut keterangannya:
18
Gambar 2.3: Skema Perangkat Keras
Keterangan gambar 2.3:
Data dasar geografi melalui unit masukan (digitizer, scanner, CD-ROM)
dimasukkan ke komputer. Data yang telah masuk akan diolah melalui CPU
(pusat pemrosesan data), dan CPU ini dihubungkan dengan:
a. Unit penyimpanan (disk drive, tape drive) untuk disimpan dalam disket.
b. Unit keluaran (printer, plotter) untuk dicetak menjadi data dalam bentuk
peta.
c. VDU (layar monitor) untuk ditayangkan agar dapat dikontrol oleh para
pemakai dan programmer (pembuat program).
Scanner : alat untuk membaca tulisan pada sebuah kertas atau gambar.
CD-ROM : alat untuk menyimpan program.
Digitizer : alat pengubah data asli (gambar) menjadi data digital (angka).
Plotter : alat yang mencetak peta dalam ukuran relatif besar.
Printer : alat yang mencetak data maupun peta dalam ukuran relatif kecil.
CPU : pusat pemrosesan data digital.
19
VDU : layar monitor untuk menampilkan hasil pemrosesan.
Disk drive : bagian CPU untuk menghidupkan program.
Tape drive : bagian CPU untuk menyimpan program.
b. Perangkat Lunak
Dalam pembuatan SIG diperlukan software yang menyediakan fungsi tool
yang mampu melakukan penyimpanan data, analisis dan menampilkan
informasi geografi. Dengan demikian, elemen yang harus terdapat dalam
komponen software SIG adalah:
1. Tool untuk melakukan input dan transformasi data geografi
2. Sistem Manajemen Basis Data (DBMS)
3. Tool yang mendukung query geografis, analisa dan visualisasi
4. Graphical User Interface (GUI) untuk memudahkan akses pada tool
geografi.
Gambar 2.4: Skema Perangkat Lunak
20
Keterangan gambar 2.4:
Data hasil penginderaan jauh dan tambahan (data lapangan, peta) dijadikan
satu menjadi data dasar geografi. Data dasar tersebut dimasukkan ke
komputer melalui unit masukan untuk disimpan. Bila diperlukan data yang
telah disimpan tersebut dapat ditayangkan melalui layar monitor atau
dicetak untuk bahan laporan (dalam bentuk peta/gambar). Data ini juga
dapat diubah untuk menjaga agar data tetap aktual (sesuai dengan keadaan
sebenarnya).
c. Data dan Informasi
SIG merupakan perangkat pengelolaan basis data (DBMS = Data Base
Management System) dimana interaksi dengan pemakai dilakukan dengan
suatu sistem antar muka dan sistem query dan basis data dibangun untuk
aplikasi multiuser. SIG juga merupakan perangkat analisis keruangan
(spatial analysis) dengan kelebihan dapat mengelola data spasial dan data
non-spasial sekaligus.
Berikut yang merupakan tipe-tipe data geografi pada SIG:
i. Data lokasi:
1. Koordinat lokasi
2. Nama lokasi
3. Lokasi topologi (letak relatif: sebelah kiri perumahan A,
sebelah kanan pertokoan B)
21
ii. Data non-lokasi:
1. Trayek angkutan umum
2. Volume kendaraan
iii. Data dimensi waktu (temporal):
1. Data non-lokasi di lokasi bersangkutan dapat berubah dengan
waktu (misal: data volume kendaraan di suatu wilayah pada
saat hari kerja akan berbeda dengan saat hari libur).
Untuk dapat memperoleh data atau informasi geografi, terdapat lima cara,
yaitu:
1. Survei lapangan: pengukuran fisik (land marks), pengambilan sampel
(polusi air), pengumpulan data non-fisik (data sosial, politik,
ekonomi dan budaya).
2. Sensus: dengan pendekatan kuesioner, wawancara dan pengamatan,
pengumpulan data secara nasional dan periodik (sensus jumlah
penduduk, sensus kepemilikan tanah).
3. Statistik: merupakan metode pengumpulan data periodik/per-interval
waktu pada stasiun pengamatan dan analisis data geografi tersebut,
contoh: data titik-titik rawan macet pada jam kerja.
4. Tracking: merupakan cara pengumpulan data dalam periode tertentu
untuk tujuan pemantauan atau pengamatan perubahan, contoh: data
volume kendaraan di suatu wilayah.
5. Penginderaan jarak jauh (inderaja): merupakan ilmu dan seni untuk
22
mendapatkan informasi suatu obyek, wilayah atau fenomena melalui
analisis data yang diperoleh dari sensor pengamat tanpa harus kontak
langsung dengan obyek, wilayah atau fenomena yang diamati.
d. Intelegensi Manusia
Intelegensi manusia merupakan kemampuan manusia dalam pengelolaan
dan pemanfaatan SIG secara efektif. Bagaimanapun juga manusia
merupakan subyek (pelaku) yang mengendalikan seluruh sistem, sehingga
sangat dituntut kemampuan dan penguasaannya terhadap ilmu dan
teknologi mutakhir. Selain itu diperlukan pula kemampuan untuk
memadukan pengelolaan dengan pemanfaatan SIG, agar SIG dapat
digunakan secara efektif dan efisien. Adanya koordinasi dalam pengelolaan
SIG sangat diperlukan agar informasi yang diperoleh tidak simpang siur,
tetapi tepat dan akurat.
2.2.7 Kemampuan Sistem Informasi Geografi
Kemampuan SIG dapat diklasifikasikan melalui dua sudut pandang, yaitu
dari definisinya dan dari fungsi analisisnya (Prahasta, 2005, p72).
Secara eksplisit, kemampuan SIG dilihat dari definisnya. Kemampuan SIG
dari sudut pandang definisinya adalah sebagai berikut:
a. Memasukkan dan mengumpulkan data geografi (spasial dan atribut)
b. Mengintegrasikan data geografi
c. Memeriksa dan meng-update data geografi
23
d. Menyimpan dan memanggil kembali data geografi
e. Merepresentasikan atau menampilkan data geografi
f. Mengelola data geografi
g. Memanipulasi data geografi
h. Menganalisa data geografi
i. Menghasilkan keluaran (output) data geografi dalam bentuk-bentuk: peta
tematik (view dan layout), tabel, grafik, laporan, dan lainnya baik dalam
bentuk hardcopy maupun softcopy.
Sedangkan kemampuan SIG dari sudut pandang fungsi analisisnya adalah
sebagai berikut:
a. Fungsi analisis spasial
Fungsi analisis spasial terdiri dari:
1. Klasifikasi (reclassify) : fungsi ini mengklasifikasikan suatu data
spasial menjadi data spasial baru dengan menggunakan kriteria
tertentu.
2. Jaringan (network) : fungsi ini merujuk data spasial titik (point) atau
garis (line) sebagai suatu jaringan yang tak terpisahkan. Fungsi ini
sering digunakan di bidang-bidang transportasi dan utility. Sebagai
24
contoh, dengan fungsi analisis spasial network, untuk menghitung
jarak terdekat, yang pertama harus dilakukan adalah mencari seluruh
kombinasi jalan-jalan yang menghubungkan titik awal dan titik akhir
yang dimaksud. Pada setiap kombinasi, hitung jarak titik awal dan
akhir dengan mengakumulasikan jarak dari jalan-jalan yang
membentuknya. Kemudian pilih jarak terpendek dari kombinasi-
kombinasi yang ada.
3. Overlay : fungsi ini menghasilkan data spasial baru dari minimal
dua data spasial yang menjadi masukannya. Sebagai contoh, bila
ingin menghasilkan wilayah-wilayah yang memiliki titik-titik rawan
kemacetan, dimana data-data yang diperlukan adalah volume
kendaraan, dan kepadatan populasi di wilayah Jakarta Selatan, maka
fungsi analisis spasial overlay akan dikenakan terhadap data-data
spasial tersebut.
4. Buffering : fungsi ini akan menghasilkan data spasial baru yang
berbentuk polygon atau zone dengan jarak tertentu dari data spasial
yang menjadi masukannya. Data spasial titik akan menghasilkan data
spasial baru yang berupa lingkaran-lingkaran yang mengelilingi titik
pusatnya.
5. 3D analysis : fungsi ini terdiri dari beberapa subfungsi yang
berhubungan dengan presentasi data spasial dalam ruang 3 dimensi.
Fungsi analisis spasial ini banyak menggunakan fungsi interpolasi.
25
Sebagai contoh adalah untuk menampilkan data spasial ketinggian,
tataguna tanah, jaringan jalan dan utility dalam bentuk model 3
dimensi.
6. Digital image processing : fungsi ini dimiliki oleh perangkat SIG
yang berbasiskan raster. Karena data spasial permukaan bumi (citra
digital) banyak didapat dari perekaman data satelit yang berformat
raster, maka banyak SIG raster yang juga dilengkapi dengan fungsi
analisis ini.
b. Fungsi analisis atribut
Fungsi analisis atribut terdiri dari operasi dasar sistem pengelolaan basis
data (DBMS) dan perluasannya:
i. Operasi dasar basis data mencakup:
1. Membuat basis data baru (create database)
2. Menghapus basis data (drop database)
3. Membuat tabel basis data (create table)
4. Menghapus tabel basis data (drop table)
5. Mengisi dan menyisipkan data (record) ke dalam tabel (insert)
26
6. Membaca dan mencari data (field atau record) dari tabel basis
data (seek, find, search, retrieve)
7. Mengubah dan meng-edit data yang terdapat di dalam tabel
basis data (update, edit)
8. Menghapus data dari tabel basis data (delete, zap, pack)
9. Membuat indeks untuk setiap tabel basis data
ii. Perluasan operasi basis data:
1. Membaca dan menulis basis data dalam sistem basis data yang
lain (export dan import)
2. Dapat menggunakan bahasa basis data standar SQL (structured
query language)
2.3 Data
2.3.1 Definisi Data
Data adalah representasi fakta dunia nyata yang mewakili suatu objek,
seperti contohnya manusia, barang, dan sebagainya, yang direkam dalam bentuk
angka, huruf, simbol, teks, gambar, bunyi, dan lainnya (Fathansyah, 1999, p2).
Data merupakan bahasa, mathematical, dan simbol-simbol pengganti lain
yang disepakati oleh umum dalam menggambarkan objek, manusia, peristiwa,
konsep, dan objek-objek penting lainnya (Prahasta, 2005, p30).
27
2.3.2 Model Data
Data-data yang digunakan di dalam SIG dapat diklasifikasikan menjadi
beberapa data, yaitu data spasial dan data atribut.
a. Data spasial
Data spasial mempunyai pengertian sebagai suatu data yang mengacu pada
posisi, obyek, dan hubungan diantaranya dalam ruang bumi. Data spasial
merupakan salah satu item dari informasi, dimana didalamnya terdapat
informasi mengenai bumi termasuk permukaan bumi, dibawah permukaan
bumi, perairan, kelautan dan bawah atmosfir (www.ilmukomputer.com).
Data spasial dan informasi turunannya digunakan untuk menentukan posisi
dari identifikasi suatu elemen di permukaan bumi.
Karakteristik utama dari data spasial adalah bagaimana mengumpulkannya
dan memeliharanya untuk berbagai kepentingan. Selain itu juga ditujukan
sebagai salah satu elemen yang kritis dalam melaksanakan pembangunan
sosial ekonomi secara berkelanjutan dan pengelolaan lingkungan.
Data spasial memiliki beberapa model data yang diklasifikasikan sebagai
berikut:
i. Model data raster
Model data raster merupakan representasi dari obyek-obyek geografi
yang terekam sehingga dapat dikenali dan diproses oleh komputer.
28
Model data raster memberikan informasi spasial terhadap permukaan
di bumi dalam bentuk gambaran yang di generalisasi. Secara
konseptual, model data raster merupakan model data spasial yang
paling sederhana.
ii. Model data vektor
Model data vektor merupakan model data yang paling banyak
digunakan. Model ini berbasiskan pada titik (point) dengan nilai
koordinat (x,y) untuk membangun objek spasialnya. Objek yang
dibangun terbagi menjadi tiga bagian lagi yaitu berupa titik (point),
garis (line), dan area (polygon).
1. Titik (point)
Titik merupakan representasi grafis yang paling sederhana pada
suatu obyek. Titik tidak mempunyai dimensi tetapi dapat
ditampilkan dalam bentuk simbol baik pada peta maupun
dalam layar monitor. Contoh : lokasi fasilitas kesehatan, dan
lain-lain.
2. Garis (line)
Garis merupakan bentuk linear yang menghubungkan dua atau
lebih titik dan merepresentasikan obyek dalam satu dimensi.
Contoh : jalan, sungai, dan lain-lain.
29
3. Area (polygon)
Area merupakan representasi obyek dalam dua dimensi. Suatu
area paling sedikit dibatasi oleh tiga garis yang saling
terhubung diantara ketiga titik tersebut. Contoh : danau, persil
tanah, dan lain-lain.
Jenis Contoh Representasi Contoh Atribut
Titik
ID Nama Lokasi
1 SMU
1 Kec. A
2 SDN
B Kec. A
3 SMP
5 Kec. A
4 SDN
A Kec. B
5 SMU
2 Kec. B
30
Garis
ID Status
Jalan
Kondisi
1 Jalan
Nasional
Baik
2 Jalan
Provinsi
Sedang
3 Jalan
Kabupaten
Rusak
Poligon
ID Guna Lahan Luas
(Ha)
1 Sawah 20
2 Permukiman 30
3 Kebun 45
4 Danau 40
Gambar 2.5: Contoh Representasi data vektor dan
atributnya
31
b. Data atribut
Data atribut mendeskripsikan features objek hingga dapat dianggap sebagai
“informasi” milik komputer mengenai objek. Secara praktis, data atribut ini
disimpan didalam tabel-tabel basis data (objek sebagai baris atau record
dan atribut-atribut sebagai kolom atau field).
Data atribut dapat dijelaskan secara kualitatif dan kuantitatif. Pada
penjelasan secara kualitatif, yang dijelaskan adalah tipe, klasifikasi, dan
label suatu objek agar dapat dikenal dan dibedakan dengan objek yang lain,
misalnya sekolah, mall, dan sebagainya. Bila dilakukan secara kuantitatif,
data objek dapat diukur atau dinilai berdasarkan skala tingkatan, interval
dan rasio suatu titik tertentu. Misalnya, jumlah penduduk dalam suatu
kelurahan ada 1000 jiwa.
2.4 Sistem Basis Data
2.4.1 Definisi Basis Data
Basis data dapat didefinisikan dalam sejumlah sudut pandang, yaitu
(Fathansyah, 1999, p2):
a. Himpunan kelompok data (arsip) yang saling berhubungan yang
diorganisasi sedemikian rupa agar kelak dapat dimanfaatkan kembali
dengan cepat dan mudah.
32
b. Kumpulan data yang saling berhubungan, yang disimpan secara bersama
sedemikian rupa dan tanpa pengulangan (redundancy) yang tidak perlu,
untuk memenuhi berbagai kebutuhan.
c. Kumpulan file/tabel/arsip yang saling berhubungan, yang disimpan dalam
media penyimpanan elektronik.
Adanya basis data mengimplikasikan adanya pengertian keterpisahan
antara penyimpanan (storage) fisik data yang digunakan dengan program-
program aplikasi yang mengaksesnya untuk mencegah saling ketergantungan
(dependence) antara data dengan program-program yang mengaksesnya.
2.4.2 Definisi Sistem Basis Data
Secara umum, sistem basis data merupakan sistem yang terdiri atas
kumpulan file (tabel) yang saling berhubungan (dalam sebuah basis data di
sebuah sistem komputer) dan sekumpulan program (DBMS) yang
memungkinkan beberapa pemakai atau program lain untuk mengakses dan
memanipulasi file tersebut (Fathansyah, 1999, p10).
Dengan menggunakan sistem basis data, pengguna, pemrogram, atau
developer program aplikasi tidak perlu mengetahui informasi detil mengenai
bagaimana data-datanya disimpan (Prahasta, 2005, p190).
33
2.4.2.1. Table
Table adalah suatu relasi data yang digambarkan dalam kolom dan baris
(Connolly, 2002, p72).
2.4.2.2. Field
Field dalam konteks database biasanya sering disebut dengan atribut. Field
merupakan nama kolom dari sebuah tabel atau relasi (Connolly, 2002, p72).
2.4.2.3. Primary Key
Primary key adalah sebuah atribut atau himpunan atribut yang dipilih untuk
mengidentifikasi tuple-tuple atau record dalam sebuah table (Connoly, 2002,
p79).
2.4.2.4. Foreign Key
Foreign key adalah sebuah atribut atau himpunan atribut dalam suatu table
yang menunjuk pada key yang terdapat pada table lain. Foreign key berfungsi
untuk menunjukkan hubungan antar satu table dengan table lainnya (Connoly,
2002, p79).
2.4.2.5. Entity Relationship Diagram (ERD)
Model Entity Relationship berisi komponen-komponen himpunan entitas dan
himpunan relasi yang masing-masing dilengkapi dengan atribut-atribut yang
merepresentasikan seluruh fakta dari ‘dunia nyata’ yang telah ditinjau, yang
dapat digambarkan dengan lebih sistematis (Fathansyah, 1999, p79).
34
Contoh-contoh penggambaran relasi antar hubungan entitas yang ada adalah:
a. One-to-one
Sebuah entitas di A hanya dapat diasosiasikan dengan paling banyak
satu entitas di B, dan begitupun sebaliknya.
b. One-to-many
Sebuah entitas di A hanya dapat diasosiasikan dengan paling banyak
satu entitas di B, namun sebuah entitas di B dapat diasosiasikan dengan
nol atau lebih entitas di A.
c. Many-to-many
Sebuah entitas di A dapat diasosiasikan dengan nol atau lebih entitas di
B dan sebuah entitas di B dapat diasosiasikan dengan nol atau lebih
entitas di A.
Gambar 2.6: Diagram E-R
35
2.4.2.6. Data Flow Diagram (DFD)
Data Flow Diagram (DFD) adalah suatu diagram yang menggunakan notasi-
notasi untuk menggambarkan arus dari data sistem, yang penggunaannya
sangat membantu untuk memahami sistem secara logika, tersruktur dan jelas.
DFD merupakan alat bantu dalam menggambarkan atau menjelaskan sistem
yang sedang berjalan logis (id.wikipedia.org).
Tingkatan dalam DFD ada tiga, yaitu:
a. Diagram Konteks
1. Merupakan level tertinggi yang menggambarkan input dan output
sistem.
2. Terdiri dari satu proses yang tidak memiliki data store.
b. Diagram Nol
1. Memiliki data store.
2. Diagram tidak rinci, diberikan tanda bintang pada akhir nomor.
2.4.2.7. State Transition Diagram (STD)
State Transition Diagram (STD) mendeskripsikan bagaimana suatu objek
dapat mengalami perubahan status akibat dari suatu event (www.toki.or.id).
Penjabaran STD meliputi seluruh message yang dapat dikirim ataupun
36
diterima oleh objek yang berhubungan, dan interval antara dua message yang
dikirim oleh suatu objek umumnya merepresentasikan sebuah state.
2.4.3 Komponen Sistem Basis Data
Dalam sebuah sistem basis data, terdapat komponen-komponen utama yang
dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Fathansyah, 1999, p10):
a. Perangkat Keras (Hardware)
Perangkat keras yang biasanya terdapat dalam sebuah sistem basis data
adalah :
i. Komputer (satu untuk sistem yang stand-alone atau lebih dari satu
untuk sistem jaringan)
ii. Memori sekunder yang on-line (hard disk)
iii. Memori sekunder yang off-line (tape atau removable disk) untuk
keperluan back-up data
iv. Media/perangkat komunikasi (untuk sistem jaringan)
b. Sistem Operasi (Operating System)
Sistem operasi merupakan program yang mengaktifkan/memfungsikan
sistem komputer, mengendalikan seluruh sumber daya (resources) dalam
komputer dan melakukan operasi-operasi dasar dalam komputer (operasi
37
I/O, pengelolaan file, dan lain-lain. Program pengelola basis data hanya
dapat aktif jika sistem operasi yang dikehendakinya telah aktif.
c. Basis Data (Database)
Sebuah sistem basis data hanya dapat memiliki beberapa basis data. Setiap
basis data dapat berisi/memiliki sejumlah objek basis data (file/tabel,
indeks, dan lain-lain). Disamping untuk menyimpan data, setiap basis data
juga berguna untuk menyimpan definisi struktur (baik untuk basis data
maupun objek-objeknya secara detail).
d. Sistem Pengelola Basis Data (DBMS)
Pengelolaan basis data secara fisik tidak dilakukan oleh pemakai secara
langsung, tetapi ditangani oleh sebuah Perangkat Lunak (sistem) yang
spesifik. Perangkat lunak inilah (DBMS) yang akan menentukan
bagaimana data diorganisasi, disimpan, diubah dan diambil kembali. Ia
juga menerapkan mekanisme pengamanan data, pemakaian data secara
bersama, pemaksaan keakuratan atau konsistensi data, dan sebagainya.
e. Pengguna (User)
Untuk sebuah sistem basis data yang stand-alone, maka pada suatu saat
hanya ada satu pemakai yang dapat bekerja. Sedangkan untuk sistem basis
data dalam jaringan, maka pada suatu saat ada banyak pengguna yang
dapat menggunakan basis data yang sama. Pilihan untuk stand-alone atau
38
jaringan (multiuser) tergantung pada kebutuhan pengguna, perangkat keras
yang tersedia, sistem operasi yang digunakan, serta DBMS yang dipilih.
f. Aplikasi (Perangkat Lunak) Lain
Aplikasi lain ini bersifat opsional. Artinya, ada atau tidaknya tergantung
pada kebutuhan kita. DBMS yang kita gunakan lebih berperan dalam
pengorganisasian data dalam basis data, sementara bagi pemakai basis data
dapat disediakan program lain untuk melakukan pengisian, pengubahan
dan pengambilan data.
2.5 Pemetaan
2.5.1 Definisi Peta
Berdasarkan www.organisasi.org, peta mempunyai pengertian sebagai
representasi dua dimensi dari suatu ruang tiga dimensi, yang berbentuk gambar
atau lukisan keseluruhan atau pun sebagian permukaan bumi baik laut maupun
darat.
2.5.2 Jenis-Jenis Peta
Peta dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis, yaitu sebagai berikut:
a. Peta Umum
Peta umum adalah peta yang manampilkan bentuk fisik permukaan bumi
suatu wilayah. Contoh : Peta jalan dan gedung wilayah DKI Jakarta.
39
b. Peta Khusus
Peta khusus adalah peta yang menampakkan suatu keadaan atau kondisi
khusus suatu daerah tertentu atau keseluruhan daerah bumi. Contohnya
adalah peta persebaran hasil tambang, peta curah hujan, peta pertanian
perkebunan, peta iklim, dan lain sebagainya.
2.5.3 Skala pada Peta
Skala pada peta adalah perbandingan atau jarak di peta dengan jarak
sesungguhnya dengan satuan atau teknik tertentu (Badan Standarisasi Nasional).
Skala pada peta diklasifikasikan menjadi beberapa bagian, yaitu:
a. Skala angka / skala pecahan
Contohnya seperti 1 : 1000 yang berarti 1 cm di peta sama dengan 1000 cm
jarak aslinya di dunia nyata.
b. Skala Satuan
Misalnya seperti 1 inch to 5 miles dengan arti 1 inchi di peta adalah sama
dengan 5 mil pada jarak sebenarnya.
c. Skala Garis
Skala garis menampilkan suatu garis dengan beberapa satuan jarak yang
menyatakan suatu jarak pada tiap satuan jarak yang ada.
40
2.5.4 Penerapan Penggunaan Peta dalam Sistem Informasi Geografi
Pada dasarnya, peta mempunyai manfaat sebagai informasi geografi pada
suatu wilayah tertentu. Sedangkan SIG merupakan sejenis perangkat lunak yang
dapat digunakan untuk pemasukan, penyimpanan, manipulasi, menampilkan, dan
keluaran informasi geografis berikut atribut-atributnya.
Jadi, peta yang diimplementasikan pada aplikasi SIG tersebut dapat
diterapkan sebagai suatu informasi geografis yang dikoneksikan ke dalam suatu
sistem, yang dapat memudahkan penggunanya untuk memperoleh tujuan dari
penggunaan aplikasinya.
2.6 Kemacetan
2.6.1 Definisi Kemacetan
Menurut id.wikipedia.org, kemacetan adalah situasi atau keadaan
tersendatnya atau bahkan terhentinya lalu lintas yang disebabkan oleh banyaknya
jumlah kendaraan melebihi kapasitas jalan. Kemacetan biasanya banyak terjadi
di kota-kota besar, terutama yang tidak mempunyai transportasi publik yang baik
atau memadai ataupun juga tidak seimbangnya kebutuhan jalan dengan
kepadatan penduduk, seperti misalnya kota Jakarta.
2.6.2 Definisi Titik-Titik Rawan Kemacetan
Kota Jakarta kian lama kian dirundung macetnya lalu lintas. Dan
kemacetan itu hampir terjadi secara merata di banyak titik di Jakarta, termasuk di
wilayah Jakarta Selatan, yang merupakan satu wilayah dari kota Jakarta yang
41
mempunyai banyak titik rawan macet. Titik rawan kemacetan itu sendiri adalah
adalah wilayah yang mengindikasikan bahwa ruas jalan tak cukup untuk
membendung banyaknya arus kendaraan dalam satu waktu (id.wikipedia.org).
2.6.3 Penyebab Terjadinya Kemacetan di Wilayah Jakarta Selatan
Berdasarkan survei di dinas perhubungan DKI Jakarta yang telah dilakukan
oleh penulis, didapatkan kesimpulan bahwa terdapat beberapa alasan yang
menyebabkan terjadinya kemacetan di beberapa titik di wilayah Jakarta Selatan,
seperti misalnya:
a. Volume kendaraan yang melebihi kapasitas jalan pada jam-jam tertentu,
terutama pada jam berangkat dan pulang kerja
b. Banyak putaran (u-turn) yang menyebabkan antrian kendaraan
c. Lebar jalan yang kecil, yang hanya dapat dilalui satu jalur
d. Jarak antar persimpangan yang berdekatan, yang menyebabkan kepadatan
kendaraan semakin menumpuk
2.7 Jalur Alternatif
2.7.1 Definisi Jalur
Jalur menurut definisi adalah perkerasan jalan yang diperuntukan untuk
lalu lintas kendaraan, bisanya ditandai dari bagian jalan yang diaspal atau dibeton
pada jalan dengan perkerasan kaku/rigid pavement (id.wikipedia.org).
42
Jalur lalu lintas dikelompokkan atas jalur searah dan jalur dua arah baik
yang tidak dipisahkan atau dipisahkan dengan median ataupun pemisah jalur.
2.7.2 Definisi Jalur Alternatif
Jalur alternatif adalah adalah suatu jalur lalu lintas yang digunakan oleh
para pengendara bermotor untuk mengatasi kemacetan lalu lintas ataupun untuk
mempersingkat jarak dan waktu dari satu tempat ke tempat lain
(id.wikipedia.org).
Pada dasarnya, ada beberapa jenis jalan yang dapat dikategorikan menjadi
jalur alternatif, seperti misalnya jalan tol dan jalan kecil, atau yang biasa disebut
dengan gang di Indonesia. Pada umumnya, jalur alternatif di kota Jakarta lebih
ditujukan penggunaannya oleh masyarakat untuk menghindari kemacetan yang
pada jam tertentu bisa terdapat di banyak titik di wilayah Jakarta.
2.7.3 Manfaat Adanya Jalur Alternatif di Jakarta Selatan
Seperti yang sudah dijelaskan diatas, jalur alternatif di kota Jakarta pada
umumnya digunakan oleh para pengguna kendaraan bermotor untuk menghindari
kemacetan di Jakarta, khususnya di Jakarta Selatan yang cukup banyak terdapat
jalur alternatif.
Dengan memanfaatkan kegunaan jalur alternatif tersebut pada jam-jam
tertentu dimana banyak terdapat titik kemacetan di wilayah Jakarta Selatan, maka
para pengguna jalan pun dapat mempersingkat waktu dan jarak dari suatu tempat
43
ke tempat lain dalam satu waktu, agar kegiatan menjadi tidak terhambat,
terutama hanya karena adanya kemacetan pada jam-jam sibuk.
2.8 Jalur Terpendek
2.8.1 Definisi Jalur Terpendek
Jalur terpendek adalah jalur minimum yang diperlukan untuk mencapai
suatu tempat dari tempat tertentu. Jalur minimum yang dimaksud dapat dicari
dengan menggunakan graph. Graph yang digunakan adalah graph yang
berbobot, yaitu graph yang nilainya tidak negatif, dan bobot yang dimaksud
seperti misalnya berupa jarak dan waktu kemacetan yang sedang terjadi (Munir,
2005).
2.8.2 Metode Pencarian Jalur Terpendek
Jalur terpendek adalah suatu jaringan pengarahan perjalanan dimana
seorang pengarah jalan ingin menentukan jalur terpendek antara dua kota,
berdasarkan beberapa jalur alternatif yang tersedia, dimana titik tujuan hanya
satu, seperti contohnya gambar 2.7 dibawah ini, yang menunjukkan suatu graf
ABCDEFG yang berarah dan tidak berbobot.
Gambar 2.7: Graf ABCDEFG
44
Pada gambar diatas, misalkan kita dari kota A ingin menuju kota G. Untuk
menuju kota G, dapat dipilih beberapa jalur yang tersedia :
A → B → C → D → E → G
A → B → C → D → F → G
A → B → C → D → G
A → B → C → F → G
A → B → D → E → G
A → B → D → F → G
A → B → D → G
A → B → E → G
A → C → D → E → G
A → C → D → F → G
A → C → D → G
A → C → F → G
Berdasarkan data diatas, dapat dihitung jalur terpendek dengan mencari
jarak antara jalur-jalur tersebut. Apabila jarak antar jalur belum diketahui, jarak
dapat dihitung berdasarkan koordinat kota-kota tersebut, kemudian menghitung
jalur terpendek yang dapat dilalui.
45
2.9 Algoritma
2.9.1 Definisi Algoritma
Kata algoritma berasal dari nama Abu Ja’far Mohammed Ibn Musa al-
Khowarizmi, seorang ilmuwan Persia yang menulis buku berjudul Kitab al jabr
w’al-muqabala (rules of restoration and reduction) sekitar tahun 825.
Pada Merriam-Webster’s Collegiate Dictionary, istilah algorithm diartikan
sebagai prosedur langkah demi langkah untuk memecahkan masalah atau
menyelesaikan suatu tugas khususnya dengan menggunakan bantuan komputer.
Sedangkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mendefinisikan algoritma
sebagai urutan logis pengambilan keputusan untuk pemecahan suatu masalah
(Ngoen, 2004, p5).
2.9.2 Definisi Algoritma Greedy
Algoritma Greedy adalah algoritma yang memecahkan masalah langkah
demi langkah, dimana setiap langkah adalah dengan mengambil pilihan yang
terbaik yang dapat diperoleh saat itu (Munir, 2005).
Prinsip algoritma greedy adalah “take what you can get now” yang berarti “ambil
apa yang bisa anda peroleh sekarang”. Prinsip ini juga dipakai dalam pemecahan
masalah optimasi. Contoh penggunaan prinsip greedy dalam kehidupan sehari-
hari:
a. Memilih jurusan di Perguruan Tinggi
46
b. Memilih jalur tersingkat dari Slipi ke Pasar Minggu
2.9.3 Definisi Algoritma Dijkstra
Algoritma Dijkstra ditemukan pertama kali oleh, Edsger Dijkstra.
Algoritma ini adalah sebuah greedy algorithm dalam memecahkan permasalahan
jarak terpendek untuk sebuah graf berarah (directed graph) dengan bobot-bobot
sisi yang bernilai tidak-negatif (id.wikipedia.org).
2.9.4 Penerapan Penggunaan Algoritma Dijkstra
Algoritma Djikstra melakukan komputasi pencarian rute terpendek antara
simpul sumber dan simpul tujuan berdasarkan bobot pada sisi yang
menghubungkan simpul-simpul dalam graph. Bobot pada sisi bisa berarti
jarak.waktu ataupun bobot lainnya. Jalur terpendek dalam graph adalah jumlah
total minimum bobot dari sisi-sisi yang menghubungkan simpul sumber dengan
simpul tujuan. Algoritma Djikstra adalah algoritma pencarian jalur terpendek
klasik yang dapat ditemukan pada banyak literatur seperti pada referensi.
Algoritma Djikstra bekerja dengan cara mengunjungi simpul-simpul pada graph
dimulai dengan simpul sumber. Algoritma Djikstra kemudian secara berulang
memilih simpul-simpul terdekat dan menghitung total bobot semua sisi yang
dilewati untuk mencapai simpul tersebut. Pada algoritma djikstra total biaya
untuk mencapai suatu simpul dihitung dengan :
47
Ekspansi ini terus dilakukan sampai simpul tujuan tercapai. Algoritma
Djikstra dijamin menemukan jalur terpendek asalkan tidak ada bobot negatif
pada setiap sisi dalam graph pencariannya.