bab ii landasan teori a. tinjauan tentang ...repository.stitradenwijaya.ac.id/526/7/20 zm.pdfaktif...

31
20 BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN TENTANG METODE PEMBELAJARAN ACTIVE LEARNING 1. Pengertian Metode Pembelajaran Active Learning Pembelajaran aktif (active learning) dimaksudkan untuk mengoptimalkan penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh anak didik, sehingga semua anak didik dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan karakteristik pribadi yang mereka miliki. Di samping itu pembelajaran aktif (active learning) juga dimaksudkan untuk menjaga perhatian siswa/anak didik agar tetap tertuju pada proses pembelajaran. Adanya perbedaan antara kecepatan bicara guru dengan tingkat kemampuan siswa mendengarkan apa yang disampaikan guru. Kebanyakan guru berbicara sekitar 100-200 kata per menit, sementara anak didik hanya mampu mendengarkan 50-100 kata per menitnya (setengah dari apa yang dikemukakan guru), karena siswa mendengarkan pembicaraan guru sambil berpikir. Kerja otak manusia tidak sama dengan tape recorder yang mampu merekam suara sebanyak apa yang diucapkan dengan waktu yang sama dengan waktu pengucapan. Otak manusia selalu mempertanyakan setiap informasi yang masuk ke dalamnya, dan otak juga memproses setiap informasi yang ia terima, sehingga perhatian tidak dapat tertuju pada stimulus secara menyeluruh. Hal ini menyebabkan tidak semua yang dipelajari dapat diingat dengan baik. Penambahan visual pada proses pembelajaran dapat menaikkan ingatan sampai 171% dari ingatan semula. Dengan penambahan visual di samping auditori

Upload: others

Post on 23-May-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN TENTANG ...repository.stitradenwijaya.ac.id/526/7/20 zm.pdfaktif guru perlu menciptakan strategi yang tepat guna sedemikian rupa, sehingga peserta

20

BAB II

LANDASAN TEORI

A. TINJAUAN TENTANG METODE PEMBELAJARAN ACTIVE

LEARNING

1. Pengertian Metode Pembelajaran Active Learning

Pembelajaran aktif (active learning) dimaksudkan untuk mengoptimalkan

penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh anak didik, sehingga semua anak

didik dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan karakteristik

pribadi yang mereka miliki. Di samping itu pembelajaran aktif (active learning)

juga dimaksudkan untuk menjaga perhatian siswa/anak didik agar tetap tertuju

pada proses pembelajaran.

Adanya perbedaan antara kecepatan bicara guru dengan tingkat

kemampuan siswa mendengarkan apa yang disampaikan guru. Kebanyakan guru

berbicara sekitar 100-200 kata per menit, sementara anak didik hanya mampu

mendengarkan 50-100 kata per menitnya (setengah dari apa yang dikemukakan

guru), karena siswa mendengarkan pembicaraan guru sambil berpikir. Kerja otak

manusia tidak sama dengan tape recorder yang mampu merekam suara sebanyak

apa yang diucapkan dengan waktu yang sama dengan waktu pengucapan. Otak

manusia selalu mempertanyakan setiap informasi yang masuk ke dalamnya, dan

otak juga memproses setiap informasi yang ia terima, sehingga perhatian tidak

dapat tertuju pada stimulus secara menyeluruh. Hal ini menyebabkan tidak semua

yang dipelajari dapat diingat dengan baik.

Penambahan visual pada proses pembelajaran dapat menaikkan ingatan

sampai 171% dari ingatan semula. Dengan penambahan visual di samping auditori

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN TENTANG ...repository.stitradenwijaya.ac.id/526/7/20 zm.pdfaktif guru perlu menciptakan strategi yang tepat guna sedemikian rupa, sehingga peserta

21

dalam pembelajaran kesan yang masuk dalam diri anak didik semakin kuat

sehingga dapat bertahan lebih lama dibandingkan dengan hanya menggunakan

audio (pendengaran) saja. Hal ini disebabkan karena fungsi sensasi perhatian yang

dimiliki siswa saling menguatkan, apa yang didengar dikuatkan oleh penglihatan

(visual), dan apa yang dilihat dikuatkan oleh audio (pendengaran). Dalam arti kata

pada pembelajaran seperti ini sudah diikuti oleh reinforcement yang sangat

membantu bagi pemahaman anak didik terhadap materi pembelajaran.

Penelitian mutakhir tentang otak menyebutkan bahwa belahan kanan

korteks otak manusia bekerja 10.000 kali lebih cepat dari belahan kiri

otak sadar. Pemakaian bahasa membuat orang berpikir dengan kecepatan

kata. Otak limbik (bagian otak yang lebih dalam) bekerja 10.000 kali

lebih cepat dari korteks otak kanan, serta mengatur dan mengarahkan

seluruh proses otak kanan. Oleh karena itu sebagian proses mental jauh

lebih cepat dibanding pengalaman atau pemikiran sadar seseorang.1

Strategi pembelajaran konvensional pada umumnya lebih banyak

menggunakan belahan otak kiri (otak sadar) saja, sementara belahan otak kanan

kurang diperhatikan. Pada pembelajaran dengan Active learning (belajar aktif)

pemberdayaan otak kiri dan kanan sangat dipentingkan.

Thorndike (dalam Bimo Wagito, 1997) mengemukakan 3 hukum belajar,

yaitu :

1. law of readiness, yaitu kesiapan seseorang untuk berbuat dapat

memperlancar hubungan antara stimulus dan respons.

2. law of exercise, yaitu dengan adanya ulangan-ulangan yang selalu

dikerjakan maka hubungan antara stimulus dan respons akan menjadi

lancar

1 Win Wenger, Beyond Teaching and Learning, Memadukan

Quantum Teaching & Learning, (terjemahan Ria Sirait dan Purwanto),

Nuansa, Jakarta, 2003. Hal. 12 – 13

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN TENTANG ...repository.stitradenwijaya.ac.id/526/7/20 zm.pdfaktif guru perlu menciptakan strategi yang tepat guna sedemikian rupa, sehingga peserta

22

3. law of effect, yaitu hubungan antara stimulus dan respons akan

menjadi lebih baik jika dapat menimbulkan hal-hal yang

menyenangkan, dan hal ini cenderung akan selalu diulang.2

Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan pemberian stimulus-

stimulus kepada anak didik, agar terjadinya respons yang positif pada diri anak

didik. Kesediaan dan kesiapan mereka dalam mengikuti proses demi proses dalam

pembelajaran akan mampu menimbulkan respons yang baik terhadap stimulus

yang mereka terima dalam proses pembelajaran. Respons akan menjadi kuat jika

stimulusnya juga kuat. Ulangan-ulangan terhadap stimulus dapat memperlancar

hubungan antara stimulus dan respons, sehingga respons yang ditimbulkan akan

menjadi kuat. Hal ini akan memberi kesan yang kuat pula pada diri anak didik,

sehingga mereka akan mampu mempertahankan respons tersebut dalam memory

(ingatan) nya. Hubungan antara stimulus dan respons akan menjadi lebih baik

kalau dapat menghasilkan hal-hal yang menyenangkan.

Efek menyenangkan yang ditimbulkan stimulus akan mampu memberi

kesan yang mendalam pada diri anak didik, sehingga mereka cenderung akan

mengulang aktivitas tersebut. Akibat dari hal ini adalah anak didik mampu

mempertahan stimulus dalam memory mereka dalam waktu yang lama (longterm

memory), sehingga mereka mampu merecall apa yang mereka peroleh dalam

pembelajaran tanpa mengalami hambatan apapun.

Active learning (belajar aktif) pada dasarnya berusaha untuk memperkuat

dan memperlancar stimulus dan respons anak didik dalam pembelajaran, sehingga

2 Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, Yogyakarta, Andi

Offset, 1997., 5

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN TENTANG ...repository.stitradenwijaya.ac.id/526/7/20 zm.pdfaktif guru perlu menciptakan strategi yang tepat guna sedemikian rupa, sehingga peserta

23

proses pembelajaran menjadi hal yang menyenangkan, tidak menjadi hal yang

membosankan bagi mereka. Dengan memberikan strategi active learning (belajar

aktif) pada anak didik dapat membantu ingatan (memory) mereka, sehingga

mereka dapat dihantarkan kepada tujuan pembelajaran dengan sukses. Hal ini

kurang diperhatikan pada pembelajaran konvensional.

Dalam metode active learning (belajar aktif) setiap materi pelajaran yang

baru harus dikaitkan dengan berbagai pengetahuan dan pengalaman yang

ada sebelumnya. Materi pelajaran yang baru disediakan secara aktif

dengan pengetahuan yang sudah ada. Agar murid dapat belajar secara

aktif guru perlu menciptakan strategi yang tepat guna sedemikian rupa,

sehingga peserta didik mempunyai motivasi yang tinggi untuk belajar.3

(Mulyasa, 2004:241)

Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik beberapa perbedaan antara

pendekatan pembelajaran Active learning (belajar aktif) dan pendekatan

pembelajaran konvensional, yaitu : Pembelajaran konvensional Pembelajaran

Active learning Berpusat pada guru Berpusat pada anak didik

Penekanan pada menerima pengetahuan Penekanan pada menemukan

Kurang menyenangkan Sangat menyenangkan Kurang memberdayakan semua

Membemberdayakan semua indera danpotensi anak didik indera dan potensi anak

didik Menggunakan metode yang monoton Menggunakan banyak metode

Kurang banyak media yang digunakan Menggunakan banyak media Tidak perlu

disesuaikan dengan pengetahuan yang sudah ada pengetahuan yang sudah ada.

Perbandingan di atas dapat dijadikan bahan pertimbangan dan alasan

untuk menerapkan strategi pembelajaran active learning (belajar aktif) dalam

3 E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), Konsep,

Karakteristik dan Implementasi, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2004, hal.

241

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN TENTANG ...repository.stitradenwijaya.ac.id/526/7/20 zm.pdfaktif guru perlu menciptakan strategi yang tepat guna sedemikian rupa, sehingga peserta

24

pembelajaran di kelas. Selain itu beberapa hasil penelitian yang ada menganjurkan

agar anak didik tidak hanya sekedar mendengarkan saja di dalam kelas. Mereka

perlu membaca, menulis, berdiskusi atau bersama-sama dengan anggta kelas yang

lain dalam memecahkan masalah. Yang paling penting adalah bagaimana

membuat anak didik menjadi aktif, sehingga mampu pula mengerjakan tugas-

tugas yang menggunakan kemampuan berpikir yang lebih tinggi, seperti

menganalisis, membuat sintesis dan mengevaluasi. Dalam konteks ini, maka

ditawarkanlah strategi-strategi yang berhubungan dengan belajar aktif. Dalam arti

kata menggunakan teknik active learning (belajar aktif) di kelas menjadi sangat

penting karena memiliki pengaruh yang besar terhadap belajar siswa.

2. Kondisi Siswa dalam Belajar Aktif

Dalam model pembelajaran aktif, pengajar sangat senang bila peserta

didik berani mengungkapkan gagasan dan pandangan mereka, berani mendebat

apa yang dijelaskan pengajar karena mereka melihat dari segi yang lain. Untuk

itu, pengajar selalu memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk

mengungkapkan gagasa-gagasan alternatif mereka. Mungkin saja, pengajar akan

sangat senang dan menghargai peserta didik yang dapat mengerjakan suatu

persoalan dengan cara-cara yang berbeda dengan cara yang baru saja dijelaskan

pengajar.

Kebebasan berpikir dan berpendapat sangat dihargai dan diberi ruang

oleh pengajar. Hal ini akan berakibat pada suasana kelas, artinya suasana

kelas akan sungguh hidup, menyenangkan tidak tertekan, dan

menyemangati peserta didik untuk senang belajar.4

4Paul Suparno, Guru Demokratis di Era Reformasi, Grasindo,

Jakarta, 2003, hal.34

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN TENTANG ...repository.stitradenwijaya.ac.id/526/7/20 zm.pdfaktif guru perlu menciptakan strategi yang tepat guna sedemikian rupa, sehingga peserta

25

Penggeseran paradigma pendidikan sekarang ini, berpengaruh pada

metode dan strategi pembelajaran. Katakan saja, peserta didik sekarang ini mulai

belajar melalui internet, web, homepage, cd-rom [lihat contoh gambar, yang

merupakan alat bantu mempercepat proses distributed knowledge. Hal ini, akan

berpengaruh pada fungsi pendidik, yaitu sebagai falitator, mederator, mediator,

dinamisator, motivator, dalam proses pembelajaran. “Pengajar” dalam hal ini

guru- dan guru bukan lagi satu-satunya sumber belajar, tetapi merupakan salah

satu sumber dari sekian sumber belajar di dalam proses pembelajaran. Kenapa

demikian, karena saat sekarang ini peserta didik, mungkin saja akan lebih banyak

belajar dari media eloktronik dan media lain dari pada guru. Dengan demikian,

tugas utama pendidik lebih terfokus pada mengajar peserta didik untuk mengakses

sendiri informasi dan pengetahuan yang diperlukan dari berbagai sumber belajar.

Fungsi pendidik sebagai falitator, mederator, mediator, dinamisator,

motivator, dalam membantu peserta didik belajar secara konstruktivis dapat

melakukan tindakan-tindakan sebagai berikut : Pertama : Sebelum mengajar : [1]

mempersiapkan bahan yang akan diajarkan, [2] mempersiapkan media yang akan

digunakan, [3] mempersiapkan pertanyaan dan arahan untuk merangsang peserta

didik aktif belajar, [4] mempelajari keadaan peserta didik, mengerti kelemahan

dan kelebihan peserta didik, [5] mempelajari pengetahuan awal peserta didik.

Kedua : Selama proses pembelajaran : [1] mengajak peserta didik untuk aktif

belajar, [2] menggunakan metode ilmiah dalam proses penemuan, sehingga

peserta didik merasa menemukan sendiri pengetahuan mereka. [3] mengikuti

pikiran dan gagasan peserta didik, [4] menggunakan variasi metode dan strategi

pembelajaran seperti studi kelompok, aktif debat, studi kritis, [5] tidak mencerca

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN TENTANG ...repository.stitradenwijaya.ac.id/526/7/20 zm.pdfaktif guru perlu menciptakan strategi yang tepat guna sedemikian rupa, sehingga peserta

26

peserta didik yang berpendapat salah atau lain, [6] menerima jawaban alternatif

dari peserta didik, [7] kesalahan peserta didik ditunjukkan secara arif, [8] peserta

didik diberi kesempatan berpikir, merumuskan gagasan, mengungkapkan

pikirannya, [9] peserta didik diberi kesempatan untuk mencari pendekatan dan

caranya sendiri dalam belajar sehingga menemukan sesuatu, [10] melakukan

evaluasi secara kontinu dengan segala prosesnya. Ketiga : Sesudah proses

pembelajaran : [1] memberikan tugas-tugas yang dikerjakan peserta didik, [2]

melakukan tes yang membuat peserta didik berpikir, analisis dan bukan hafalan.

Keempat : Sikap pengajar : [1] perlakukan peserta didik sebagai subjek yang

sudah tahu sesuatu, [2] kondisikan peserta didik yang aktif, pengajar menyertai,

[3] memberi ruang tanyajawab dan diskusi, [4] pengajar dan peserta didik saling

belajar, [5] peserta didik belajar untuk belajar sendiri, [5] hungan pengajar dan

peserta didik bersifat dialogis, [6] peserta didik harus diberi informasi tentang

materi pelajaran dan mengerti konteks bahan yang akan diajarkan.

Kondisi proses pembelajaran yang diuraikan di atas, lebih cenderung

menggunakan konsep learning based atau student learning daripada teaching-

based yang akan menjadi kunci pengembangan peserta didik. Metode dan strategi

pembelajaran lebih diorientasikan pada cara mengaktifkan peseta didik, yaitu;

cara untuk menemukan, memecahkan masalah. Metode pembelajaran semacam

ini akan menjadi kunci pengembangan peserta didik yang lebih berkualitas. Maka

untuk mengaktifkan peserta didik secara optimal, proses pembelajaran harus

didasarkan pada prinsip belajar siswa aktif [student activie learning]”, atau

mengembangkan kemampuan belajar [learning ability] atau lebih menekankan

pada proses pembelajaran [learning] dan bukan pada mengajar [teaching].

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN TENTANG ...repository.stitradenwijaya.ac.id/526/7/20 zm.pdfaktif guru perlu menciptakan strategi yang tepat guna sedemikian rupa, sehingga peserta

27

Oleh karena itu, metode pembelajaran lebih didasarkan pada learning

competency, yaitu peserta didik akan memiliki seperangkat pengetahuan,

keterampilan, sikap, wawasan dan penerapannya sesuai dengan tujuan

pembelajaran.

Dengan demikian, sebagaimana diungkapkan oleh mastuhu bahwa proses

pembelajaran yang dilaksanakan harus dapat:

1. “mengembangkan potensi peserta didik dan memanfaatkan

kesempatan secara optimal untuk self realization atau self

actualization,

2. mengembangkan metode rasional, emperis, battom up dan “menjadi”,

3. materi ajaran harus diberikan secara analisis, deduktif, top down, dan

“memiliki”; dan

4. memberikan bekal atau landasan yang kuat dan siap dikembangkan

ke perbagai keahlian”.5

Dengan kondisi ini, perubahan “metodologi pembelajaran pada akhirnya

harus membawa peserta didik untuk belajar lebih lanjut dan berkemampuan

memilih, serta lebih mengutamakan proses belajar dalam perspektif “menjadi” di

atas perspektif “memiliki”.

Dengan demikian, sasaran setiap proses pembelajaran adalah asimilasi

pembelajaran [miximizing “student learning”], dan bila perlu

mengurangi porsi ceramah guru dan guru- [minimizing “teacher

teaching”] dengan mengaktifkan peserta didik untuk mencari dan

menemukan serta melakukan aktivitas belajar sendiri, sehingga konsep

metodologi pembelajaran yang terbangun adalah ”pembelajaran”

[learning] bukan ”pengajaran” [teaching]6

5 Mastuhu, Pemberdayakan Sistem Pendidikan Islam, Logos, Jakarta,

1999, hal. 17.

6Moh. Ansyar, Kurikulum dalam Menyongsong Otonomi Pendidikan

di Era Globalisasi, Peluang, Tantangan, dan Arah, Jurnal Pendidikan Islam

TA’DIB, Maret 2002, (No. 04), ISSN 1401-6973, Fakultas Tarbiyah IAIN

Raden Fatah Palembang. 2001, hal.109

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN TENTANG ...repository.stitradenwijaya.ac.id/526/7/20 zm.pdfaktif guru perlu menciptakan strategi yang tepat guna sedemikian rupa, sehingga peserta

28

Inilah tantangan yang dihadapi guru dan guru- untuk mengemas dan

mengimplementasikan materi-materi pelajaran dan materi-materi kuliah yang

tertuang dalam kurikulum kepada peserta didik.

Dari kerangka pemikiran diatas, dapat dikatakan bahwa metode dan

prinsip pembelajaran lebih terfokus pada “outcomes” competency, peningkatan

relevansi dengan kebutuhan masyarakat dan dunia kerja serta kompetensi yang

dimiliki peserta didik harus dapat diaplikasikan dan dapat diamati dengan acuan

standar, penggunaan penilaian dan evaluasi secara komprehensif, pengakuan

terhadap kompetensi relatif yang bebas dari cara atau strategi penguasaannya dan

fleksibilitas dalam mengakses perubahan, mengakses kesempatan dan

pengembangan sikap serta perilaku berkarya sesuai profesinya sebagai outcomes

competency. Maka, metode dan strategi pembelajaran yang didasarkan pada

leaning competency, diharapakan dapat mengembangkan dan membangun tiga

pilar keterampilan, yaitu :

a. Learning skills, keterampilan mengembangkan dan mengola

pengetahuan dan pengalaman serta kemampuan dalam menjalani

belajar sepanjang hayat.

b. Thinking skills, keterampilan berpikir kritis, kreatif dan inovatif untuk

menghasilkan keputusan dan pemecahan masalah secara optimal.

c. Living skills, keterampilan hidup yang mencakup kematangan emosi

dan sosial yang bermuara pada daya juang, tanggungjawab dan

kepekaan sosil yang tinggi.7

Dari semua di atas, dapat dikatakan bahwa sebenarnya kompetensi

standar yang diinginkan dalam proses pendidikan adalah penguasaan nilai-nilai

7 Sudjarwadi, “Ubah Wajah UGM dengan Jiwa Kepemimpinan”,

Kedaulatan Rakyat, 5 Januari 2003, hal.10.

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN TENTANG ...repository.stitradenwijaya.ac.id/526/7/20 zm.pdfaktif guru perlu menciptakan strategi yang tepat guna sedemikian rupa, sehingga peserta

29

[value], penguasaan pengetahuan [knowledge], penguasaan keterampilan dan

kemahiran berkarya [ skill - keterampilan], memiliki attitude dan ability tertentu.

Pertanyaan yang muncul, bagimana membuat peserta didik aktif sejak

dini? Untuk menjawab pertanyaan ini, guru atau guru-, harus berusaha merancang

teknik-teknik untuk melakukan salah satu atau lebih, yaitu: guru atau guru-

berusaha untuk membuat:

1. Team building [pembentukan tim], yaitu membantu siswa-siswa

menjadi lebih terbiasa satu sama lain atau menciptakan suatu semangat

“kerja sama” dan “saling ketergantungan”.

2. On-The-Spot assessment [penilaian di tempat], yaitu : guru

mempelajari tentang perilaku-perilaku siswa-siswa, pengetahuan, dan

pengalaman siswa.

3. Immediate learning involvement [keterlibatan belajar seketika], yaitu ;

guru menciptakan atau memotivasi minat awal dalam pokok bahasan.8

Kemudian pertanyaan selanjutnya, bagaimana guru- atau guru dapat

membantu peserta didik memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan perilaku

secara aktif. Untuk menjawab pertanyaan ini, langkah-langkah yang harus

dilakukan untuk mendorong peserta didik untuk berpikir, merasakan, dan

menerapkan, yaitu :

1.Full-class learning [belajar sepenuhnya di dalam kelas]; petunjuk dari pengajar

yang merangsang seluruh kelas.

2.Class discussion [diskusi kelas];dialog dan debat mengenai pokok-pokok

bahasan utama.

8 Mel Silberman, Active Learning: Strategi Pembelajaran Aktif,

cet.2, Diterbitkan Yappendis, dicetak Bumimedia, Yogyakarta, 2002, hal.xxi

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN TENTANG ...repository.stitradenwijaya.ac.id/526/7/20 zm.pdfaktif guru perlu menciptakan strategi yang tepat guna sedemikian rupa, sehingga peserta

30

3.Question prompting [cepatnya pertanyaan]; siswa meminta

klarifikasi/penjelasan.

4.Collaborative learning [belajar dengan bekerja sama]; tugas-tugas dikerjakan

dengan kerja sama dalam kelompok-kelompok kecil peserta didik.

5.Peer teaching [belajar dengan sebaya], petunjuk diberikan oleh peserta didik.

6.Independent learning [belajar mandiri], aktivitas-aktivitas belajar dilakukan

secara invidual.

7.Affective learning [belajar afektif], aktivitas-aktivitas yang membantu peserta

didik untuk menguji perasaan-perasaan, nilai-nilai dan perilaku-perilaku

mereka.

8.Skill development [pengembangan keterampilan], mempelajari dan

mempraktikan keterampilan-keterampilan, baik teknis maupun non-teknis.

3. Bentuk-bentuk Metode dan Strategi Belajar Aktif

Banyak sekali metode dan strategi pembelajaran untuk mengaktifkan

peserta didik. Dalam pembahasan ini, hanya dikemukakan beberapa metode dan

strategi pembelajaran yang telah digunakan dan diuji keefektifannya dalam proses

pembelajaran atau dalam proses perkuliahan dikelas diantaranya, yaitu ;

[1] strategi Belajar “Kekuatan Berdua” [The power of two],

[2] strategi belajar “Studi Kasus Kreasi Siswa” [Student-created case

studies],

[3] strategi belajar “Memilah dan Memilih Kartu” [“Card sort”],

[4] strategi belajar ”Perdebatan Aktif” [”Active Debate”],

[5] strategi Belajar “Saling Beradu Pendapat” [Point-counter point],

[6] strategi belajar “SQ3R dan Rolling Cognitive”,

[7] studi kritis.9

9 Mel Silberman, Op Cit, hal.121

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN TENTANG ...repository.stitradenwijaya.ac.id/526/7/20 zm.pdfaktif guru perlu menciptakan strategi yang tepat guna sedemikian rupa, sehingga peserta

31

Metode dan strategi pembelajaran ini dapat dijelaskan, sebagai berikut :

1. Strategi Belajar Kekuatan Berdua [The power of two]

Penerapan strategi belajar “Kekuatan Berdua” [the power of two], dengan

langkah-langkah atau prosedur yang dilakukan guru, sebagai berikut:

a] Langkah pertama, membuat problem. Dalam proses belajar, guru

memberikan satu atau lebih pertanyaan kepada peserta didik yang

membutuhkan refleksi.

b] Langkah kedua, guru- meminta peserta untuk nerenung dan menjawab

pertanyaan sendiri-sendiri.

c] Langkah ketiga, guru- membagi perserta berpasang-pasangan. Dalam proses

belajar setelah semua peserta didik melengkapi jawabannya, bentuklah ke

dalam pasangan dan mintalah mereka untuk berbagai [sharing] jawaban

dengan yang lain.

d] Langkah keempat, guru- meminta pasangan untuk berdiskusi mencari

jawaban baru. Dalam proses belajar, guru- meminta siswa- untuk membuat

jawaban baru untuk masing-masing pertanyaan dengan memperbaiki respon

masing-masing individu.

e] Langkah kelima, guru- meminta peserta untuk mendiskusikan hasil

sharingnya. Dalam proses belajar, ketika semua pasangan selesai menulis

jawaban baru, bandingkan jawaban dari masing-masing pasangan ke

pasangan yang lain.

2. Strategi Belajar Studi Kasus Kreasi Siswa [Student-created case studies]

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN TENTANG ...repository.stitradenwijaya.ac.id/526/7/20 zm.pdfaktif guru perlu menciptakan strategi yang tepat guna sedemikian rupa, sehingga peserta

32

Penerapan strategi belajar “Studi Kasus Kreasi Siswa” [Student-created

case studies], dengan langkah-langkah atau prosedur yang dilakukan, sebagai

berikut :

a] Langkah pertama, guru- membagikan handout [membahas suatu masalah]

kepada siswa- dan meminta siswa- untuk membaca beberapa menit.

b] Langkah kedua, guru- membagi peserta berkelompok-kelompok dengan cara

menghitung 1 s/d 4 atau dalam cara lain.

c] Langkah ketiga, guru- meminta peserta untuk mencari pasangannya menurut

angka [nomor urut] yang disebut sehingga terbentuk empat kelompok diskusi.

d] Langkah keempat, guru- meminta masing-masing kelompok membaca

handsout tersebut, kemudian merumuskan dan mendiskusikan :

[1] Apa kasusnya?

[2] Mengapa kasus itu terjadi?

[3] Bagaimana akibat yang ditumbulkan?

[4] Bagaimana pandangan terhadap hal tersebut?

e] Langkah kelima, ketika masing-masing kelompok sedang berdiskusi, guru-

selalu mengontrol jalannya diskusi tersebut.

f] Langkah keenam, ketika diskusi [studi kasus] selesai, guru- meminta masing-

masing kelompok agar mempresentasikan kepada kelas. Guru-, meminta

seorang anggota kelompok untuk memimpin diskusi dan kelompok lain

mencatat hal-hal yang akan dipertanyakan.

g] Langkah ketujuh, tanggapan masing-masing peserta dari tiap-tiap kelompok

terhadap kelompok lain yang mempresentasikan hasil diskusi mereka.

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN TENTANG ...repository.stitradenwijaya.ac.id/526/7/20 zm.pdfaktif guru perlu menciptakan strategi yang tepat guna sedemikian rupa, sehingga peserta

33

3. Strategi Belajar “Memilah dan Memilih Kartu” [Card sort]

Penerapan strategi belajar ”Memilah dan Memilih Kartu” [Card sort]

dengan langkah-langkah atau prosedur yang dilakukan, sebagai berikut:

a] Langkah pertama, guru- membagikan selembar “kartu” kepada setiap siswa-

dan pada kartu tersebut telah dituliskan suatu materi. Kartu tersebut terdiri dari

“kartu judul” dan dan “kartu bahasan dari judul” tersebut. Kartu judul

biasanya menggunakan huruf KAPITAL dan kartu-kartu sub judul

menggunakan huruf non-kapital.

b] Langkah kedua, siswa- diminta untuk mencari teman [pemegang kartu judul]

yang sesuai dengan masalah yang ada pada kartunya untuk satu kelompok.

c] Langkah ketiga, siswa- akan berkelompok dalam satu “pokok bahasan” atau

masalah masing-masing.

d] Langkah keempat, siswa- diminta untuk menempelkan di papan tulis bahasan

yang ada dalam kartu tersebut berdasarkan urutan-urutan bahasannya yang

dipegang kelompok tersebut.

e] Langkah kelima, seorang siswa- [pemegang kartu judul] dari masing-masing

kelompok untuk menjelaskan dan sekaligus mengecek kebenaran urutan per

pokok bahasan.

f] Langkah keenam, bagi siswa- yang salah mencari kelompok sesuai bahasan

atau materi pelajaran tersebut, diberi hukuman dengan mencari judul bahasan

atau materi yang sesuai dengan kartu yang dipegang.

g] Langkah ketujuh, guru-/guru memberikan komentar atau penjelasan dari

permaianan tersebut.

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN TENTANG ...repository.stitradenwijaya.ac.id/526/7/20 zm.pdfaktif guru perlu menciptakan strategi yang tepat guna sedemikian rupa, sehingga peserta

34

Tujuan dari strategi dan metode belajar menggunakan “memilah dan

memilih kartu” [card sort] ini adalah untuk mengungkapkan daya “ingat” [recoll]

terhadap materi kuliah/pelajaran yang telah dipelajari siswa-/siswa. Untuk itu, hal-

hal yang perlu diperhatikan adalah ; [1] Kartu-kartu tersebut jangan diberi nomor

urut, [2] Kartu-kartu tersebut dibuat dalam ukuran yang sama, [3] Jangan memberi

“tanda kode” apapun pada kartu-kartu tersebut, [4] Kartu-kartu tersebut terdiri

dari “beberapa bahasan” dan dibuat dalam jumlah yang banyak atau sesuai dengan

jumlah siswa- atau siswa, [5] Materi yang ditulis dalam kartu-kartu tersebut, telah

diajarkan dan telah dipelajari oleh siswa- atau siswa.

4. Strategi Belajar Perdebatan Aktif [Active Debate]

Penerapan strategi pembelajaran “Perdebatan Aktif” [Active Debate], dengan

langkah-langkah atau prosedur yang

dilakukan, sebagai berikut:

a] Materi kuliah telah diberikan kepada siswa- 1 [satu] minggu sebelum

perkuliahan. Siswa- diharuskan untuk membaca dan memahami materi ini

agar memudahkan dalam “debat”.

b] Dalam kegiatan “debat”, kelas dibagi menjadi 5 [lima] kelompok. Secara acak

akan ditugaskan [1] kelompok pertama ditetapkan sebagai penyaji, [2]

kelompok kedua dan ketiga ditentukan sebagai “kontra” atau “penyangga”, [3]

kelompok keempat sebagai “pembela” kelompok pertama, dan [4] kelompok

kelima sebagai “penengah”. Masing-masing kelompok terdiri 10 [sepuluh]

siswa- atau lebih.

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN TENTANG ...repository.stitradenwijaya.ac.id/526/7/20 zm.pdfaktif guru perlu menciptakan strategi yang tepat guna sedemikian rupa, sehingga peserta

35

c] Sebelum debat dimulai, guru- menyajikan “global materi” kuliah yang akan

didebatkan kepada siswa- dalam bentuk ceramah.

d] Sebelum debat dilaksanakan, mintalah masing-masing kelompok menetukan

“juru bicaranya” dan kemudian mintalah tiap-tiap kelompok mendikusikan

materi pada kelompoknya sendiri dan merumuskan arguman-argumen dari

hasil diskusinya.

e] Setelah masing-masing kelompok telah selesai mediskusikan materi tersebut

dan telah menemukan problem atau masalah untuk disampaikan. Diskusi

dihentikan dan setting kelas dibuat dalam situasi yang berbeda. Setting kelas

sebagai berikut :

f] Mulailah “perdebatan” dan dalam “perdebatan” ini guru- bertindak sebagai

pemandu. Langkah pertama, surulah “juru bicara” dari kelompok “penyaji”

untuk menyampaikan argumen-argumennya. Langkah kedua, meminta

kelompok kontra [2 dan 3 ] meberikan atau menyampaikan “konter

argumentasinya” dan buatlah situasi debat anatar “penyaji” dengan “konta”

dan sesekali meminta argumentasi dari kelompok “penengah”. Langkah

ketiga, mintalah kolompok “pembela” untuk me-

nyampaikan argumentasi pembelaannya dan buatlah situasi debat antara

kelompok kontra dengan kelompok “pembela” dan sesekali meminta

argumentasi dari kelompok “penengah”. Doronglah peserta yang lain untuk

g] mencatat jawaban berbagai argumen atau bantahan yang disarankan kepada

juru bicaranya. Juga, doronglah mereka untuk sesekali menyambut dengan

applaus terhadap argumen-argunen dari wakil atau juru bicara tim mereka.

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN TENTANG ...repository.stitradenwijaya.ac.id/526/7/20 zm.pdfaktif guru perlu menciptakan strategi yang tepat guna sedemikian rupa, sehingga peserta

36

h] Ketika dianggap perdebatannya sudah cukup, akhiri perdebatan tersebut dan

gambungkan kembali seluruh kelompok tersebut dalam lingkaran penuh.

Kemudian disimpulkan dan berilah komentar tentang permasalah yang

diajukan dalam perdebatan tersebut serta buatlah diskusi seluruh kelas tentang

apa yang telah dipelajai oleh siswa- tentang persoalan dari pengalaman debat

itu dan kemudian rumuskan argumen-argumen terbaik yang dibuat kedua

kelompok [“penyaji” dan “kontra”] debat tersebut. Sebelum menutup

perkuliahan, doronglah semua siswa- untuk menyambut dengan applaus atas

“debat” yang telah dilakukan, setelah itu tutup kuliah dengan membaca do’a.

5. Strategi Belajar “Saling Beradu Pendapat” [ Point-counter point]

Penerapan strategi belajar “Saling Beradu Pendapat” [Point-counter point],

dengan langkah-langkah atau prosedur yang dilakukan, sebagai berikut:

a] Langkah pertama, guru-/guru mengajukan suatu masalah untuk dibahas.

b] Langkah kedua, mahasisw atau siswa dibagi menjadi 6 kelompok, untuk

berdiskusi mengenai suatu masalah.

c] Langkah ketiga, dari 6 kelompok tersebut dibagi menjadi 3, untuk

mengkolaborasi hasil perumusan masalah.

d] Langkah keempat, guru- atau guru membagi tiga kelompok ini untuk berperan

sebagai: [1] penyaji, pembahas, dan audien [seluruh siswa-].

e] Langkah kelima, presentasi masing-masing kelompok dan ditanggapi siswa-

/siswa yang lain.

f] Langkah keenam, guru-/guru mengatur/mengarahkan proses debat.

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN TENTANG ...repository.stitradenwijaya.ac.id/526/7/20 zm.pdfaktif guru perlu menciptakan strategi yang tepat guna sedemikian rupa, sehingga peserta

37

g] Langkah ketujuh, langkah terakhir adalah guru- atau guru menyimpulkan atau

memberikan summary.

6. Strategi belajar SQ3R dan Rolling Cognitive

Penerapan strategi belajar SQ3R dan Rolling Cognitive, dengan prosedur

atau langkah-langkah, sebagai berikut :

a] Langkah Pertama; guru- memberikan meteri perkuliahan 1 [satu] minggu

sebelum kuliah dimulai.

b] Langkah Kedua; sebelum kuliah dimulai dosem membagi siswa- menjadi 4

[empat] kelompok atau sesuai dengan materi yang akan dibahas.

c] Langkah Ketiga; siswa- mempelajari materi dengan menerapkan strategi

pembelajaran SQ3R, dengan langkah sebagai berikut :

[1] Suvey meteri, yaitu siswa- memeriksa, meneliti, mengidentifikasi seluruh

materi dalam teks yang telah diberikan guru-.

[2] Question [membuat pertanyaan], siswa- dapat menyusun daftar

pertanyaan atau membuat problem yang relevan dengan materi.

[3] Read, siswa- membaca teks secara aktif untuk mencari jawaban atas

pertanyaan-pertanyaan atau problem yang telah tersusun.

[4] Recite, siswa- dapat menghafal dan berusaha memahami setiap jawaban

yang telah ditemukan.

[5] Review [pengulangan], siswa- dapat mengingatkan dan menerangkan apa

yang telah dipelajari. Siswa-/siswa dapat meninjau ulang seluruh jawaban

atas pertanyaan yang tersusun pada langkah-langkah kedua dan ketiga,

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN TENTANG ...repository.stitradenwijaya.ac.id/526/7/20 zm.pdfaktif guru perlu menciptakan strategi yang tepat guna sedemikian rupa, sehingga peserta

38

kemudian menuliskannya pada lembar manila atau flano yang.sudah

tertempel di dinding.

d] Langkah Keempat, proses Rolling Cognitive

[1] Langkah pertama, siswa- secara berkelompok menuliskan hasil review-nya

kelembar kertas manilai atau flano yang telah tertempel di dinding.

[2] Langkah kedua, siswa- kelompok pertama mendatangi kelompok ketiga

untuk membaca hasil review-nya dan menuliskan komentar pada kertas

manilai atau flano dan melanjutkan ke kelompok kedua, dan seterusnya

kelompok kedua mendatangi kelompok pertama dan ketiga, kelompok

ketiga mendatangi kelompok pertama dan kedua pada kegiatan yang sama.

[3] Langkah ketiga, secara berurutan siswa- kelompok pertama

mempresentasikan hasil review-nya dan menjawab pertanyaan atau

keberatan dari kelompok kedua, ketiga, keempat dan seterusnya dilanjutkan

untuk kelompok kedua, ketiga, dan keempat.

[4] Langkah keempat, merupakan langkah terakhir guru-/guru memberikan

komentar dan kesimpulan untuk masing-masing kelompok dan kemudian

menutup kuliah. Sebelum menutup kuliah guru- meminta siswa- untuk

“tepuk tangan” atas keberhasilan masing-masing kelompok.

7. Studi Kritis

Penerapan strategi belajar Studi Kritis. Hasil yang diperoleh adalah

siswa- dapat mengkiritisi, memahami, dan mengemukakan pendapat dan

pandangannya secara perorangan terhadap materi topik bahasan yang dibacanya.

Langkah-langkah atau prosedur yang ditempuh, sebagai berikut:

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN TENTANG ...repository.stitradenwijaya.ac.id/526/7/20 zm.pdfaktif guru perlu menciptakan strategi yang tepat guna sedemikian rupa, sehingga peserta

39

a] Langkah pertama, guru- membagikan handout kepada masing-masing siswa-

per individual dan guru- meminta siswa- untuk membaca dan memahami serta

berusaha menangkap permasalahan pada teks tersebut.

b] Langkah kedua, guru- meminta masing-masing siswa- secara individu untuk

mengemukakan hasil kajiannya dan ditanggapi oelh siswa- yang lain.

c] Langkah ketiga, guru- meminta salah seorang siswa- untuk menyimpulkan

hasil diskusi tersebut

d] Langkah keempat, diskusi dihentikan, guru- menyimpulkan hasil diskusi

tersebut dan kemudian menutup dengan do’a.

B. TINJAUAN TENTANG PENINGKATAN HASIL BELAJAR

1. Hakikat Proses Belajar Mengajar

Belajar sebagai suatu kegiatan yang dilakukan manusia sejak lama dan

telah menjadi objek kajian dari beberapa pakar. Bahkan banyak teori yang

dikemukakan untuk menjawab pertanyaan tentang konsep belajar atau

pembelajaran ini, teori-teori yang muncul tersebut antara lain dikemukakan oleh

Thorpe (1950), menkonsepsikan belajar sebagai suatu perubahan nilai, kecakapan,

sikap dan perilaku yang terjadi dengan usaha yang disengaja melalui rangsangan

atau stimuli. Perubahan yang terjadi pada diri peserta didik adalah dalam bentuk

tanggapan atau respon terhadap rangsangan tersebut. Gagne (1970) dan Trafers

(1972), mendefinisikan belajar sebagai suatu perubahan disposisi atau kecakapan

baru yang terjadi karena adanya usaha yang disengaja. Sedangkan Munn (1965)

berpendapat bahwa belajar merupakan upaya untuk merubah (memodifikasi)

tingkah laku sebagai perolehan dari suatu kegiatan. Beberapa prinsip belajar

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN TENTANG ...repository.stitradenwijaya.ac.id/526/7/20 zm.pdfaktif guru perlu menciptakan strategi yang tepat guna sedemikian rupa, sehingga peserta

40

berdasarkan konsep dan aliran pembelajaran, dikemukakan oleh beberapa orang

pakar sebagai mana ditulis di bawah ini.

a. Konsep J. Piaget. J.

Piaget mengidentifikasikan 4 tahapan perkembangan kognitif pada

individu, yaitu melalui tahap: sensori-motorik, pra-operasional, operasional

konkrit dan operasi formal atau proporsional. Tahap operasional konkrit lebih

mudah dikembangkan apabila melalui tindakan-tindakan langsung (direct

actions). Pada taraf ini dimungkinkan terjadinya perkembangan operasional

formal. Para peserta didik yang tidak pernah mengalami pendidikan sekolah atau

mereka yang putus sekolah, perkembangan kondisinya mulai berfungsi pada tahap

operasional konkrit. Studi yang dilakukan oleh Arenberg, mengungkapkan bahwa;

pada umumnya orang dewasa yang tidak pernah mengalami pendidikan sekolah

atau mereka yang putus sekolah relatif kurang mampu mempelajari hal-hal yang

disajikan dalam bentuk abstrak. Sebaliknya, pelajaran yang disajikan berdasarkan

pengalaman hidup sehari-hari akan dengan mudah mereka tangkap.10

b. Konsep Aliran Tingkah Laku

Aliran ini memandang belajar sebagai suatu pola hubungan stimulus

dan respons (SR). Menurut Thorndike, belajar adalah kegiatan mencoba dan

salah (trial and error learning). Dari hasil penelitiannya dia menmgemukakan

tiga hukum, yaitu:

10

Rabun Hijja,. Pengaruh Strategi Pembelajaran Dengan Pendekatan

Ketrampilan Proses Dan Kreativitas Terhadap Hasil Belajar IPA Di SDN

Kota Batu. Program Studi Teknologi Pembelajaran Program Pasca Sarjana

Universitas PGRI Adi Buana Surabaya, Surabaya : 2002. Hal. 23

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN TENTANG ...repository.stitradenwijaya.ac.id/526/7/20 zm.pdfaktif guru perlu menciptakan strategi yang tepat guna sedemikian rupa, sehingga peserta

41

1. Hukum kesiapan (law of readiness), yaitu suatu keadaan yang

menyenangkan dan tidak menyenangkan untuk belajar atau dalam belajar.

2. Hukum latihan ( law of exercise), yaitu segala hal yang berkaitan dengan

penguatan hubungan antara stimulus dan respons dimana keduanya diperoleh

peserta didik melalui kegiatan praktek.

3. Hukum pengaruh (law of effect), yaitu yang berkaitan dengan penguatan

atau pemutusan setiap hubungan antara stimulus dan respons melalui tindakan.

Teori menjelaskan, bahwa jika seseorang dihadapkan pada suatu kebutuhan

untuk merespons stimulus maka dia akan mencoba dengan pola respons

tertentu. Jika respon ternyata tepat, maka dia akan mengulangi respon tersebut

jika stimulus serupa muncul kembali, dan tidak merespon jika ternyata

stimulus tersebut tidak lagi serupa dengan yang direspon semula. Menurut

Thorndike, proses belajar behavioristik mengandung tiga unsur penting, yaitu:

stimulus, respon, dan penguatan (reinforcement). Teori ini dianggap sebagai

dasar berbagai program inovatif dalam pendidikan di sekolah dan di luar

sekolah. Menurut teori ini, tingkah laku seseorang adalah pengaruh dari

lingkungan, maka untuk mengendalikan tingkah laku seseorang caranya

adalah dengan mengontrol stimulus yang datang dari lingkungan yang

bersangkutan. Oleh sebabitu Skinner berpendapat, bahwa perilaku seseorang

merupakan hasil interaksi dengan lingkungannya.

c. Konsep Aliran Humanis

Page 23: BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN TENTANG ...repository.stitradenwijaya.ac.id/526/7/20 zm.pdfaktif guru perlu menciptakan strategi yang tepat guna sedemikian rupa, sehingga peserta

42

Aliran ini lebih menekankan pada pentingnya sasaran (objek)

kognitif dan afektif pada diri seseorang serta kondisi lingkungannya. Apabila

seseorang berhubungan dengan lingkungann sekitar, maka persepsi orang itu

tidak terlepas dari faktor-faktor subjektif. Dalam hal ini, peserta didik akan

mempersepsi pengalamannya, termasuk pengalaman belajar dalam memenuhi

kebutuhan belajarnya dan dia akan menginternalisasi pengalaman itu secara

aktif. Berdasarkan pendapat ini, maka sangat diperlukan upaya untuk

menumbuhkan minat belajarnya melalui cara pembelajaraan yang dikait-

kaitkan dengan pengalaman hidup peserta didik sehari-hari.11

d. Teori Andragogi

Pengertian Andragogi berasal dari kosa kata Yunani andr dan agogos.

Andr berarti dewasa dan agogos berarti memimpin, atau membimbing.

Knowles (1980), mendefinisikan andragosis sebagai seni dan ilmu dalam

membantu peserta didik (orang dewasa) untuk belajar (the science and art of

helping adults learn). Angragogis adalah suatu model pembelajaran dimana

peserta didiknya terdiri dari orang-orang dewasa. Teori ini sering juga disebut

sebagai pelibatan orang dewasa dalam proses pembelajaran. Keterlibatan diri

(ego peserta didik), adalah kunci keberhasilan dalam proses pembelajaran

orang dewasa. Menurut pandangan andragogi, setiap pendidik harus mampu

membantu peserta didik dalam:

1. Menciptakan suasana yang kondusif untuk belajar melalui kerja sama

dalam merencanakan program pembelajaran.

2. Menemukan kebutuhan belajar

11

Ibid, hal. 24

Page 24: BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN TENTANG ...repository.stitradenwijaya.ac.id/526/7/20 zm.pdfaktif guru perlu menciptakan strategi yang tepat guna sedemikian rupa, sehingga peserta

43

3. Merumuskan tujuan dan materi yang cocok untuk memenuhi

kebutuhan belajar

4. Merangsang pola belajar dalam sejumlah pengalaman belajar untuk

peserta didik

5. Melaksanakan kegiatan belajar dengan menggunakan metoda, teknik

dan sarana belajar yang tepat

6. Menilai kegiatan belajar serta mendiagnosis kembali kebutuhan

belajar untuk kegiatan pembelajaran berikutnya.12

Beberapa asumsi yang melandasi teori andragogik adalah:

a. Orang dewasa mempunyai konsep diri.

b. Orang dewasa memiliki akumulasi pengalaman

c. Orang dewasa memiliki kesiapan untuk belajar.

d. Orang dewasa berharap dapat segera menerapkan perolehan belajarnya e.

Orang dewasa memiliki kemampuan untuk belajar.

e. Aliran Reformasi Sosial

Aliran ini sangat menjunjung tinggi harkat manusia sebagai individu, dan

sangat berkeinginan untuk membebaskan manusia dari lingkungan yang

mengeksploitasinya.

f. Pendekatan Perubahan Sikap

1. Pendekatan yang berorientasi pada keyakinan (beliefe oriented

approach),

2. Pendekatan yang berorientasi pada perasaan (affection oriented

approach),

3. Pendekatan yang berorientasi pada perilaku (behavior oriented

approach).13

12

Ibid, hal. 28

13

http://mybatik.wordpress.com/2009/02/05/konsep-dasar-belajar-

mengajar/

Page 25: BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN TENTANG ...repository.stitradenwijaya.ac.id/526/7/20 zm.pdfaktif guru perlu menciptakan strategi yang tepat guna sedemikian rupa, sehingga peserta

44

2. Interaksi Sebagai Proses Belajar Mengajar

Dalam keseluruhan proses pendidikan dan pengajaran di sekolah

berlanglsung interaksi guru dan siswa dalam proses belajar mengajar yang

merupakan kegiatan paling pokok. Jadi proses belajar mengajar merupakan proses

kegiatan interaksi antara dua unsur manusiawi yakni siswa sebagai pihak yang

belajar dan guru sebagai pihak yang mengajar. Dalam proses interaksi tersebut

dibutuhkan komponen pendukung (ciri-ciri interaksi edukatif) yaitu (1) Interaksi

belajar mengajar memiliki tujuan : yakni untuk membantu anak dalam suatu

perkembangan tertentu. Interaksi belajar mengajar sadar tujuan, dengan

menempatkan siswa sebagai pusat perhatian siswa mempunyai tujuan, (2) Ada

suatu prosedur (jalannya interaksi) yang direncanakan, didesain untuk mencapai

tujuan yang telah dilaksanakan. Dalam melakukan interaksi perlu adanya

prosedur, atau langkah-langkah sistematik yang relevan, (3) Interaksi belajar

mengajar ditandai dengan satu penggarapan materi yang khusus. Materi didesain

sehingga dapat mencapai tujuan dan dipersiapkan sebelum berlangsungnya

interaksi belajar mengajar, (4) Ditandai dengan adanya aktivitas siswa. Siswa

sebagai pusat pembelajaran, maka aktivitas siswa merupakan syarat mutlak bagi

berlangsungnya interaksi belajar mengajar, (5) Dalam interaksi belajar mengajar

guru berperan sebagai pembimbing. Guru memberikan motivasi agar terjadi

proses interaksi dan sebagai mediator dan proses belajar mengajar, (6) dalam

interaksi belajar mengajar membutuhkan disiplin. Langkah-langkah yang

dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang sudah ditentukan, (7) Ada batas waktu.

Setiap tujuan diberi waktu tertentu, kapan tujuan itu harus dicapai, (8) Unsur

Page 26: BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN TENTANG ...repository.stitradenwijaya.ac.id/526/7/20 zm.pdfaktif guru perlu menciptakan strategi yang tepat guna sedemikian rupa, sehingga peserta

45

penilaian. Untuk mengetahui apakah tujuan sudah tercapai melalui interaksi

belajar mengajar.14

Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam mengelola interaksi belajar

mengajar guru harus memiliki kemampuan mendesain program, menguasai materi

pelajaran, mampu menciptakan kondisi kelas yang kondusif, terampil

memanfaatkan media dan memilih sumber, memahami cara atau metode yang

digunakan, memiliki keterampilan mengkomunikasikan program serta memahami

landasan-landasan pendidikan sebagai dasar bertindak.

Ketika sedang mengajar di depan kelas, terjadi dua proses yang terpadu

yaitu proses belajar mengajar. Seorang pengajar dapat mengartikan belajar

sebagai kegiatan pengumpulan fakta atau juga dapat dikatakan bahwa belajar

merupakan suatu proses penerapan prinsip. Mengajar bukanlah kegiatan

memindahkan pengetahuan dari guru ke siswa, melainkan suatu kegiatan yang

memungkinkan siswa membangun sendiri pengetahuannya. Mengajar berarti

partisipasi dengan siswa dalam membentuk pengetahuan, membuat makna,

mencari kejelasan, bersikap kritis, dan mengadakan justifikasi.

Proses belajar harus tumbuh dan berkembang dari diri anak sendiri,

dengan kata lain anak-anak yang harus aktif belajar sedangkan guru

bertindak sebagai pembimbing. Pandangan ini pada dasarnya

mengemukakan bahwa mengajar adalah membimbing kegiatan belajar

anak. ”Teaching is the guidance of learning activities, teaching is for the

purpose of aiding the pupil learn” ……. 15

14

http://anwarholil.blogspot.com/2009/01/interaksi-sebagai-proses-

belajar.html

15

Hamalik, Media Pendidikan, Citra Aditya Bakti, Bandung : 1994. Hal.

58

Page 27: BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN TENTANG ...repository.stitradenwijaya.ac.id/526/7/20 zm.pdfaktif guru perlu menciptakan strategi yang tepat guna sedemikian rupa, sehingga peserta

46

Sehingga dapat disimpulkan bahwa belajar mengajar merupakan proses

kegiatan komunikasi dua arah. Proses belajar mengajar merupakan kegiatan yang

integral (terpadu) antara siswa sebagai pelajar yang sedang belajar dengan guru

sebagai pengajar yang sedang mengajar. Selanjutnya proses belajar mengajar

merupakan aspek dari proses pendidikan.

Berdasarkan orientasi proses belajar mengajar siswa harus ditempatkan

sebagai sujek belajar yang sifatnya aktif dan melibatkan banyak faktor yang

mempengaruhi, maka keseluruhan proses belajar yang harus dialami siswa dalam

kerangka pendidikan di sekolah dapat dipandang sebagai suatu sistem, yang mana

sistem tersebut merupakan kesatuan dari berbagai komponen (input) yang saling

berinteraksi (proses) untuk menghasilkan sesuatu dengan tujuan yang telah

ditetapkan (output).

3. Proses Belajar Berdasarkan Kerja Otak

Metode pembelajaran yang berlangsung saat ini dengan penyajian lebih

menitik beratkan pada rangsangan dengar (auditory) berupa latihan (drill),

pengulangan, orientasinya detail, kurang melibatkan proses pemecahan suatu

masalah, sangat sesuai dengan pola belajar pada otak kiri, dimana individu

tersebut kurang hiperaktif dan tidak mendapatkan terlalu banyak rangsangan.

Masalah mulai timbul karena pada generasi anak saat ini dimana dengan

berkembangnya budaya, sejak kecil anak telah diberi banyak rangsang

penglihatan (visual), misalnya rangsangan dari TV dll; sehingga pola

pembelajaran anak bergeser kearah otak kanan dengan pola berpikir secara visual

Page 28: BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN TENTANG ...repository.stitradenwijaya.ac.id/526/7/20 zm.pdfaktif guru perlu menciptakan strategi yang tepat guna sedemikian rupa, sehingga peserta

47

dan lemah dalam menerima rangsang dengar (auditory) tetapi mempunyai

kemampuan untuk pemecahan masalah.

Hal ini mengakibatkan jurang antara anak didik dan guru menjadi lebar,

karena pola pembelajaran disekolah tidak sesuai dengan pola pembelajaran yang

dibutuhkan; sekolah menjadi tidak sejalan dengan pikiran anak. Sementara itu

para pendidik yang umumnya adalah populasi dengan pola otak kiri, seperti juga

pada dominasi otak kiri lainnya, mempunyai kelemahan berupa kesulitan untuk

dapat memahami bahwa orang lain mempunyai cara pandang yang berbeda dalam

memproses keadaan.

C. PENGARUH PENERAPAN METODE ACTIVE LEARNING DALAM

PEMBELAJARAN TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR

MATA PELAJARAN IPA KELAS IV DI MADRASAH IBTIDAIYAH

NEGERI RANDUWATANG TAHUN PELAJARAN 2010 / 2011

Pada masa sekarang masih banyak guru yang menerapkan metode

ceramah pada siswanya. Siswa dianggap memiliki pemahaman seperti guru.

Bahkan guru tidak mempunyai konsep pembelajaran, yang penting target

pembelajaran dan deadline terpenuhi. Supaya mempercepat pembelajaran guru

mengajar hanya dengan ceramah dan siswa hanya mendengarkan saja, tidak

memperdulikan apakah siswa dapat mengerti atau tidak. Hal ini mengakibatkan

terjadi kejenuhan pada siswa. Apalagi memerlukan waktu yang lama 2 sampai 3

jam per mata pelajaran. Yang akibatnya hanya sedikit ingatan tentang pelajaran

yang didapat.

Page 29: BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN TENTANG ...repository.stitradenwijaya.ac.id/526/7/20 zm.pdfaktif guru perlu menciptakan strategi yang tepat guna sedemikian rupa, sehingga peserta

48

Sejauh ini, ada sebuah fenomena yang tidak bisa dipandang sebelah mata

oleh para guru, dimana banyak peserta didik yang merasa sekolah ibarat penjara,

sekolah merupakan candu, sekolah tidak bisa menimbulkan semangat belajar

bahkan. Bahkan lebih parah, banyak peserta didik yang paling suka bila sang guru

absen, tanpa merasa kehilangan sesuatu. Boleh jadi, fenomena tersebut

disebabkan selama ini peserta didik hanya diposisikan sebagai objek atau robot

yang harus dijejali beragam materi sehingga membuat peserta didik tidak betah di

kelas. Sedangkan, pengajaran yang baik yaitu ketika para peserta didik bukan

hanya sebagai objek tapi juga subjek. Jadi siswa akan menjadi aktif tidak pasif

dengan begitu, peserta didik akan merasa betah dan paham penjelasan guru. Untuk

mengejawantahkan hal ini dibutuhkan kejelian dan krekatifitas guru dengan cara

mendesain model pembelajaran yang bisa mengena setiap gaya belajar setiap

peserta didik. Sehingga semua peserta didik merasa enjoy dan pas atas sajian yang

disampaikan oleh guru, tanpa merasa bosan dan terkekang.

Jika pendidik menginginkan agar tujuan pendidikan tercapai secara

efektif dan efisien, maka penguasaan materi saja tidaklah cukup. Ia harus

menguasai berbagai teknik atau metode penyampaian yang tepat dalam proses

belajar mengajar. Ia juga dapat mempergunakan metode mengajar secara

bervariasi, sebab masing-masing metode memiliki kelebihan dan kekurangan.

Sehingga dalam penggunaannya pendidik harus menyesuaikan dengan materi

yang diajarkan dan kemampuan peserta didik. Pemilihan teknik dan metode yang

tepat memerlukan keahlian tersendiri, sehingga pendidik harus pandai memilih

dan menerapkannya.

Page 30: BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN TENTANG ...repository.stitradenwijaya.ac.id/526/7/20 zm.pdfaktif guru perlu menciptakan strategi yang tepat guna sedemikian rupa, sehingga peserta

49

Guna memenuhi kebutuhan tersebut, pengajaran harus bersifat

multisensori dan penuh variasi. Hal ini bisa dilakukan dengan cara beragam dan

dalam semua mata pelajaran. Guru dalam menyampaikan mata pelajaran bukan

hanya dengan metode ceramah atau auditori-guru berbicara murid mendengarkan

tanpa ada feedback (umpan balik) namun guru harus menggabungkan ranah visual

dan kinestetik. Misalnya dalam pelajaran agama islam tentang baca tulis al qur’an.

Guru atau ustadz tidak hanya menjelaskan secara verbal bagaimana membaca al

qur’an dan kaifiyat (tata cara) membaca al qur’an dari A sampai Z, namun juga

bisa menggunakan media visual berupa VCD pembelajaran IPA, selain lebih

efektif dan efisien, hal ini bisa membuat peserta didik menikmati dan tidak jenuh

lantaran merasa ikut aktif dalam proses belajar. Setelah itu, untuk menyentuh

aspek kinestetiknya, peserta didik diajak untuk mempraktikkanya satu persatu

atau bisa secara kolektif. Hal ini dapat menghindari ketidakpahaman para peserta

didik dan peserta didik akan menjadi aktif dan tidak jenuh dalam mengikuti proses

belajar di kelas.

Dalam mata pelajaran IPA untuk siswa pada umumnya guru

menggunakan metode pembelajaran ceramah. Dengan metode tersebut, siswa

dituntut untuk duduk dengan tenang, mendengarkan dan melihat guru mengajar

selama berjam-jam. Gaya guru yang statis dapat menimbulkan kejenuhan siswa

dalam mengikuti pelajaran, yaitu adanya sikap kurang perhatian terhadap materi,

gelisah dan bosan. Metode ceramah sebaiknya digunakan apabila akan

menyampaikan materi pelajaran kepada peserta didik yang jumlahnya besar.

Page 31: BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN TENTANG ...repository.stitradenwijaya.ac.id/526/7/20 zm.pdfaktif guru perlu menciptakan strategi yang tepat guna sedemikian rupa, sehingga peserta

50

Dari keterangan diatas menunjukkan bahwa metode dalam kegiatan

belajar mengajar khususnya pembelajara IPA adalah faktor yang penting,

sehingga berbagai metode dapat digunakan dalam menyampaikan materi IPA,

karena pada hakikatnya siswa lebih menyukai suatu pembelajaran yang

menyenangkan atau melalui aktivitas-aktivitas dalam kelas.