bab ii landasan teori a. tinjauan tentang multiple …repository.stitradenwijaya.ac.id/702/7/20 sta...

22
14 BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN TENTANG MULTIPLE INTELLIGENCES 1. Pengertian intelligence Sejak dilakukan studi dan penelitian intensif, hal penting tentang kecerdasan (intelligence) dicerminkan oleh berbagai kontroversi pengukuran. Seperti juga pada barang lain, kontroversi ini tidak pernah berhenti, bahkan sampai sekarang. David Wechsler (1939) mendefinisikan kecerdasan sebagai kumpulan kapasitas seseorang untuk bereaksi searah dengan tujuan, berpikir rasional, dan mengelola lingkungan secara efektif. Ia pula yang mengembangkan peranti tes kecerdasan individual bernama Wechsler Intelligence Scale, yang hingga saat ini masih digunakan dan dipercaya sebagai skala kecerdasan universal. 1 Sebelumnya, JL Stockton (1921) mengatakan kecerdasan adalah kemampuan untuk mempengaruhi proses memilih yang berprinsip pada kesamaan (similarities). Berdasarkan analisisnya, C Spearman (1927) memutuskan bahwa seluruh aktivitas intelektual tergantung pada suatu bagan yang disebut faktor G (general factors). Namun tak kalah penting juga sejumlah faktor S (specific factors) sebagai pendukung. Penjelasannya, faktor G menggambarkan aspek-aspek umum, faktor S adalah aspek yang unik dan given. Masih banyak definisi maupun pengertian kecerdasan, seiring banyak nama para pencetusnya. Cattell (1963) dan Horn (1968) mengemukakan versi mereka tentang model hierarki kecerdasan 1 David Wechsler, Wechsler Intelligence Scale, www.indiana.edu/~intell/ wechsler. shtml 25/06/11 9:09:22

Upload: others

Post on 09-Aug-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN TENTANG MULTIPLE …repository.stitradenwijaya.ac.id/702/7/20 sta bab II.pdf · 2019. 12. 24. · 2. Teori Multiple Intelligences Ada beberapa teori

14

BAB II

LANDASAN TEORI

A. TINJAUAN TENTANG MULTIPLE INTELLIGENCES

1. Pengertian intelligence

Sejak dilakukan studi dan penelitian intensif, hal penting tentang

kecerdasan (intelligence) dicerminkan oleh berbagai kontroversi pengukuran.

Seperti juga pada barang lain, kontroversi ini tidak pernah berhenti, bahkan

sampai sekarang. David Wechsler (1939) mendefinisikan kecerdasan sebagai

kumpulan kapasitas seseorang untuk bereaksi searah dengan tujuan, berpikir

rasional, dan mengelola lingkungan secara efektif. Ia pula yang mengembangkan

peranti tes kecerdasan individual bernama Wechsler Intelligence Scale, yang

hingga saat ini masih digunakan dan dipercaya sebagai skala kecerdasan

universal.1 Sebelumnya, JL Stockton (1921) mengatakan kecerdasan adalah

kemampuan untuk mempengaruhi proses memilih yang berprinsip pada kesamaan

(similarities).

Berdasarkan analisisnya, C Spearman (1927) memutuskan bahwa seluruh

aktivitas intelektual tergantung pada suatu bagan yang disebut faktor G (general

factors). Namun tak kalah penting juga sejumlah faktor S (specific factors)

sebagai pendukung. Penjelasannya, faktor G menggambarkan aspek-aspek umum,

faktor S adalah aspek yang unik dan given. Masih banyak definisi maupun

pengertian kecerdasan, seiring banyak nama para pencetusnya. Cattell (1963) dan

Horn (1968) mengemukakan versi mereka tentang model hierarki kecerdasan

1 David Wechsler, Wechsler Intelligence Scale, www.indiana.edu/~intell/

wechsler. shtml 25/06/11 9:09:22

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN TENTANG MULTIPLE …repository.stitradenwijaya.ac.id/702/7/20 sta bab II.pdf · 2019. 12. 24. · 2. Teori Multiple Intelligences Ada beberapa teori

15

(hierarchical model of intelligence). Faktor G berperan sebagai pusat kecerdasan

manusia, demikian menurut mereka. Guilford (1967) terkenal dengan SOI-nya,

structure of the intellect model. Ia menggolongkan kecerdasan dalam tiga dimensi,

yakni operations (apa yang dilakukan orang), contents (materi atau informasi

yang ditampilkan oleh operations) dan products (bentuk pemrosesan informasi).

Membahas pengertian kecerdasan dalam berbagai perspektif memang

cukup kompleks. Lebih-lebih dewasa ini bermunculan beragam kecerdasan.

Pemahaman teoretik di atas bertujuan sebagai informasi, khususnya bagi

masyarakat yang belum familier tentang kecerdasan selain yang selama ini

dipahami secara umum. Dengan harapan, paparan singkat tersebut dapat

membawa pemahamam kecerdasan secara konkret dan ilmiah. Untuk melengkapi,

marilah kita pahami suatu kesimpulan bahwa kecerdasan merupakan potensi dasar

seseorang untuk berpikir, menganalisis, dan mengelola tingkah lakunya di dalam

lingkungan, dan potensi itu dapat diukur.

Panjang seutas tali dapat diukur menggunakan meteran. Berat sekantung

gula juga dapat ditimbang. Demikian pula kecerdasan, dapat diukur dengan

peranti atau alat tes psikologi. Tentu saja tidak sesederhana mengukur panjang

ataupun menimbang.

Sejak 1905, Alfred Binet dan asistennya, Theodore Simon,

mempublikasikan Binet-Simon Scale, suatu tes kecerdasan yang kemudian

mengalami beberapa kali revisi. Terakhir dikenal sebagai Stanford-Binet

Intelligence Scale. Pada 1939 David Wechsler meluncurkan Wechsler-Belleveu

Intelligence Scale, setelah beberapa kali revisi menghasilkan sedikitnya tiga jenis

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN TENTANG MULTIPLE …repository.stitradenwijaya.ac.id/702/7/20 sta bab II.pdf · 2019. 12. 24. · 2. Teori Multiple Intelligences Ada beberapa teori

16

alat ukur untuk kelompok usia yang berbeda, yakni WPPSI, WISC-R, dan WAIS-

R. Tak cukup ruang menguraikan semuanya satu per satu. Dan memang tidak

begitu terkait langsung dengan pemanfaatan jasa hasil tes-tes itu. Kecuali

berfungsi secara etik di kalangan penggunanya, yakni psikolog.

Baik tes Binet maupun Wechsler, merupakan tes kecerdasan individual

yang pelaksanaannya dilakukan secara one-on-one relationship, satu ahli

(expertise tester) melakukan pengukuran terhadap satu subjek/seseorang yang

dites. Dengan demikian proses administrasi berlangsung secara pribadi, hingga

motivasi, kecemasan, ataupun reaksi dari orang yang dites langsung teramati.

Keduanya mengembangkan faktor G secara sistematis dalam subtes peranti

mereka. Tes-tes ini masing-masing menghasilkan nilai kecerdasan atau IQ. Satuan

yang dipergunakan untuk hasil tersebut adalah quotient, maka itu dinamakan IQ

(Intelligence Quotient). Dan karena IQ merupakan hasil bagi dari MA (mental

age/usia mental) dan CA (chronological age/usia sesungguhnya) dikalikan 100,

maka sesuatu dapat disebut sebagai kecerdasan dengan satuan quotient apabila hal

itu dapat diukur, dihitung, dan merupakan hasil bagi.

Mengapa temuan dari Wechsler dan Binet dinyatakan sebagai scale

(skala)? Karena melalui penelitian yang panjang, mendalam, dan teliti, mereka

menyusun skor skala yang lengkap sebagai tabel konversi guna memetakan IQ

seseorang.

Seluruh tahap adalah penting dalam tes inteligensi, yakni proses tes,

penyekoran, pengamatan, interpretasi, analisis, penghitungan, dan penyampaian

hasil. Oleh sebab itu disarankan apabila hendak memanfaatkan jasa ini, pilihlah

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN TENTANG MULTIPLE …repository.stitradenwijaya.ac.id/702/7/20 sta bab II.pdf · 2019. 12. 24. · 2. Teori Multiple Intelligences Ada beberapa teori

17

seseorang yang memang ahli dan berlisensi (sebagai tanda diakui kompetensi dan

kewenangannya), sehingga masyarakat pemanfaat jasa pemeriksaan psikologis

dengan tes inteligensi memperoleh hasil yang dapat dipertanggungjawabkan.

Selain individual, ada pula tes kecerdasan yang bersifat massal. Pada

umumnya dipergunakan dalam proses seleksi yang menggunakan norma

kelompok (bukan skala universal seperti Binet dan Wechsler) sebagai rujukan.

Hal itu dilakukan untuk melihat posisi nilai kecerdasan seseorang di dalam sebuah

kelompok dengan kriteria tertentu, misalnya kelompok pencari kerja lulusan

perguruan tinggi, dan lain-lain.

Jika sejak tadi bicara IQ, seketika kita diingatkan, beberapa waktu lalu

Daniel Goleman mengatakan IQ hanya menyumbang 20 persen bagi kesuksesan

hidup seseorang, selebihnya merupakan kontribusi dari kecerdasan emosi.

Goleman memperkenalkan EQ (Emotional Quotient), dengan lima pilar andalan,

yakni mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri, mengenali emosi

orang lain (meliputi empati), dan membina hubungan interpersonal. Barangkali ia

dan para pengikutnya telah mengembangkan skala pengukuran yang jelas untuk

dapat disebut sebagai kecerdasan dalam satuan quotient.

Mengikuti EQ, muncul pula AQ (Adversity Quotient), SQ (Spiritual

Quotient), juga MI (Multiple Intelligence) tanpa quotient, mungkin lebih berupa

penggambaran dari beragam kecerdasan jamak yang tercakup sebagai faktor G.

Tiada henti orang mengajukan pemahaman-pemahaman tentang kecerdasan

didasari penelitian dan penjelasan ilmiah. Namun tetap perlu dicermati, apakah

sudah tepat menggunakan satuan quotient.2

2 Rinny Soegiyoharto, Kecerdasan, SUARA PEMBARUAN DAILY, 9/9/05

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN TENTANG MULTIPLE …repository.stitradenwijaya.ac.id/702/7/20 sta bab II.pdf · 2019. 12. 24. · 2. Teori Multiple Intelligences Ada beberapa teori

18

Dalam sejarah Intelegensi Tokoh-tokoh yang berperan antara lain adalah

Wundt. Beliau merupakan psikolog pertama yang menggunakan laboratorium

dengan penelitiannya mengukur kecepatan berpikir. Wundt mengembangkan

sebuah alat untuk menilai perbedaan dalam kecepatan berpikir. Sedangkan Cattel

(1890) menemukan tes mental pertama kali. Yang memfokuskan pada tidak

dapatnya membedakan antara energi mental dan energi jasmani. Meskipun Pada

dasarnya tes mental temuan Cattel ini hampir sama dengan temuan Galton.

Tokoh yang tak kalah pentingnya adalah Alfred Binet. Selain kontribusi

nyata pribadi beliau dengan menciptakan tes intelegensi, beliau juga bekerja sama

dengan Simon (1904) untuk membuat instrumen pengukur intelegensi dengan

skala pengukuran level umum pada soal- soal mengenai kehidupan sehari- hari.

Perkembangan selanjutnya dua tokoh ini mengembangkan penggunaan tes

intelegensi dengan tiga puluh items berfungsi mengidentifikasikan kemampuan

sekolah anak. Tahun 1912, Stres membagi mental age dengan cronological age

sehingga muncul konsep IQ.

Tokoh selanjutnya yang cukup berperan adalah Spearman dan Persun,

dengan menemukan perhitungan korelasi statistik. Perkembangan selanjutnya

dibuatlah suatu standar internasional yang dibuat di Amerika Serikat berjudul

“Standards for Psychological and Educational Test” yang digunakan sampai

sekarang. Kini tes psikologi semakin mudah, praktis, dan matematis dengan

berbagai macam variasinya namun tanpa meninggalkan pedoman klasiknya.

Psikodiagnostik adalah sejarah utama dari tes psikologi atau yang juga disebut

psikometri.

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN TENTANG MULTIPLE …repository.stitradenwijaya.ac.id/702/7/20 sta bab II.pdf · 2019. 12. 24. · 2. Teori Multiple Intelligences Ada beberapa teori

19

2. Teori Multiple Intelligences

Ada beberapa teori intelegensi menurut para pakar diantaranya :

a. FRANK S FREEMAN (1976)

Dalam rujukan utama penulis, tokoh yang satu ini tidak disebutkan

bahwa ia menjelaskan secara rinci apa itu inteligensi. Sehingga, penulis mencari

sumber lain. Penulis menemukan adanya tulisan yang mengatakan bahwa tokoh

ini mendefinisikan inteligensi sebagai kemampuan adaptasi atau penyesuaian,

yakni kemampuan seseorang untuk menyesuaikan dengan alam sekitar.

Kemampuan belajar, the ability to learn, "Intelligence is the learning ability".

Kemampuan berpikir secara abstrak.

b. FLYNN

Ia mendefinisikan inteligensi (1987 dalam Baron, 1996; Azwar 2002 h.6)

sebagai kemampuan untuk berfikir secara abstrak dan kesiapan untuk belajar dari

pengalaman.

c. BALDWIN

Definisi Intelegensi menurut Baldwin (dalam Weshler, 1958; Azwar

2002) yang pernah dikatakannya pada tahun 1949 adalah daya atau kemampuan

untuk memahami.

d. V. A. C. HENMON

Menurut salah seorang diantara penyusun Tes Inteligensi Kelompok

Henmon-Nelson, mengatakan bahwa inteligensi terdiri atas dua macam faktor,

yaitu (a) kemampuan untuk memperoleh pengetahuan, dan (b) pengetahuan yang

telah diperoleh (Dalam Wilson, dkk., 1974; Azwar 2002 h.5-6)

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN TENTANG MULTIPLE …repository.stitradenwijaya.ac.id/702/7/20 sta bab II.pdf · 2019. 12. 24. · 2. Teori Multiple Intelligences Ada beberapa teori

20

e. DAVID WECHSLER (1958)

Pencipta skala-skala inteligensi Wechsler yang sangat populer sampai

sekarang ini mendefinisikan inteligensi sebagai kumpulan atau totalitas

kemampuan seseorang untuk bertindak dengan tujuan tertentu, berfikir secara

rasional, serta menghadapi lingkungannya dengan efektif (Wechsler, 1958;

Bernard, 1965 h.215; Azwar 2002 h.7)

Menurutnya, dalam sumber lain disebutkan demikian, kecerdasan juga

merupakan kapasitas global untuk bertindak dengan sengaja, untuk berpikir

rasional, dan untuk menangani lingkungannya secara efektif. Ia juga berpendapat

bahwa kecerdasan bukanlah kemampuan tunggal tapi banyak segi.

f. ALFRED BINET & 7. THEODORE SIMON (1857)

Alfred Binet (1857-1911), seorang tokoh utama perintis pengukuran

inteligensi, bersama Theodore Simon mendefinisikan inteligensi sebagai sisi

tunggal dari karakteristik seseorang yang terdiri atas tiga komponen, yaitu (a)

kemampuan untuk mengarahkan fikiran atau mengarahkan tindakan, (b)

kemampuan untuk mengubah arah tindakan bila tindakan tersebut telah

dilaksanakan, dan (c) kemampuan untuk mengeritik diri sendiri atau

melakukanautocriticism (Azwar, 2002 h.5)

Alfred Binet, yang dalam sumber lain disebutkan sebagai seorang

psikolog dan juga pengacara (ahli hukum), dan hasil karya terbesarnya dikenal

dengan Intelligence Quotient (IQ), termasuk salah satu ahli psikologi yang

mengatakan bahwa inteligensi bersifat monogenetik, yaitu berkembang dari satu

faktor satuan atau faktor umum (g). Binet juga menggambarkan inteligensi

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN TENTANG MULTIPLE …repository.stitradenwijaya.ac.id/702/7/20 sta bab II.pdf · 2019. 12. 24. · 2. Teori Multiple Intelligences Ada beberapa teori

21

sebagai sesuatu yang funsional sehingga memungkinkan orang lain untuk

mengamati dan menilai tingkat perkembangan individu berdasarkan suatu kriteria

tertentu (Azwar, 2002 h. 15)

g. H.H. GODDARD

Pada tahun 1946, tokoh—yang dalam sumber lain disebutkan sebagai

orang yang pertama kali membawa tes IQ ke Amerika Serikat—ini pernah

mendefinisikan inteligensi sebagai tingkat kemampuan pengalaman seseorang

untuk menyelesaikan masalah-masalah yang berlangsung dihadapi dan untuk

mengantisipasi masalah-masalah yang akan datang (Garrison & Magoon, 1972

h.82; Azwar, 2002 h.5)

h. WALTER & GARDNER

Profesor dalam bidang pendidikan di Harvard University ini

mendefinisikan inteligensi pada tahun 1986 sebagai suatu kemampuan atau

serangakian kemampuan-kemampuan yang memungkinkan individu memecahkan

masalah, atau produk sebagai konsekuensi eksistensi suatu budaya tertentu

(Sternberg & Frensh, 1990; Azwar, 2002 h. 7)

Sementara di sumber lain, Gardner dikatakan pernah mengemukakan

bahwa, kaedah lama untuk mengukur tahap kecerdasan manusia berdasarkan ujian

IQ sangatlah tidak adil. Gardner kemudian mengemukakan ada 8 jenis kecerdasan

yang berbeda sebagai satu cara untuk mengukur potensi kecerdasan manusia,

kecerdasan-kecerdasan tersebut adalah seperti berikut:

1) Linguistic intelligence (kecerdasan bahasa)

2) Logical-mathematical intelligence (kecerdasan berhitung)

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN TENTANG MULTIPLE …repository.stitradenwijaya.ac.id/702/7/20 sta bab II.pdf · 2019. 12. 24. · 2. Teori Multiple Intelligences Ada beberapa teori

22

3) Spatial intelligence (kecerdasan ruang)

4) Bodily-Kinesthetic intelligence (kecerdasan kinestetik- jasmani)

5) Musical intelligence (kecerdasan musik)

6) Interpersonal intelligence (kecerdasan interpersonal)

7) Intrapersonal intelligence (kecerdasan interpersonal)

8) Naturalist intelligence (kecerdasan alam)

i. GEORGE D. STODDARD

Di tahun 1941 (Azwar, 2002 h. 6), tokoh yang satu ini menyebut

inteligensi sebagai bentuk kemampuan untuk memahami masalah-masalah yang

bercirikan untuk menyelesaikan masalah yang bercirikan (a) mengandung

kesukaran, (b) kompleks, yaitu mengandung bermacam jenis tugas yang harus

dapat diatasi dengan baik dalam arti bahwa individu yang inteligen mampu

menyerap kemampuan baru dan memadukannya dengan kemampuan yang

sudah dimiliki untuk kemudian digunakan dalam menghadapi masalah, (c)

abstrak, yaitu mengandung simbol – simbol yang memerlukan analisis dan

interpretasi, (e) ekonomis, yaitu dapat diselesaikan dengan menggunakan

proses mental yang efisien dari penggunaan waktu, (e) diarahkan pada suatu

tujuan, yaitu bukan dilakukan tanpa maksud melainkan mengikuti suatu arah

atau target yang jelas, (f) mempunyai nilai sosial, yaitu cara dan hasil

pemecahan masalah dapat diterima oleh nilai dan norma sosial, dan (g)

berasal dari sumbernya, yaitu pola fikir yang membangkitkan kreativitas

untuk menciptakan sesuatu yang baru dan lain.

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN TENTANG MULTIPLE …repository.stitradenwijaya.ac.id/702/7/20 sta bab II.pdf · 2019. 12. 24. · 2. Teori Multiple Intelligences Ada beberapa teori

23

j. CHARLES SPEARMAN

Menurut Spearman, kecerdasan ialah kemampuan umum untuk berpikir

dan menimbang. Pandangan Spearman (1927) mengenai inteligensi ini ditujukkan

dalam teorinya mengenai kemampuan mental yang populer dengan nama teori dua

faktor (two factor theory) (Azwar, 2002 h. 17-18).

Awal penjelasannya mengenai teori ini berangkat dari analisis

korelasional yang dilakukan terhadap skor seperangkat tes yang mempunyai

tujuan dan fungsi ukur yang berlainan. Hasil analisisnya memperlihatkan adanya

interkorelasi positif diantara berbagai tes tersebut. Menurutnya, interkorelasi

positif itu terjadi dikarenakan masing-masing tes tersebut memang mengukur

suatu faktor umum yang sama, yaitu faktor-g. Namun demikian korelasi itu

tidaklah sempurna, disebabkan setiap tes, disamping mengukur faktor umum yang

sama, mengukur pola komponen tertentu yang spesifik bagi tes masing-masing.

Faktor yang spesifik dan hanya diungkap oleh tes tertentu saja ini disebut faktor-s.

k. EDWARD LEE THORNDIKE (1913)

Seorang tokoh psikologi fungsionalisme yang hidup antara tahun 1874-

1959 ini mengatakan bahwa, inteligensi adalah kemampuan dalam memberikan

respon yang baik dari pandangan kebenaran atau fakta (Wilson, dkk., 1974;

Azwar, 2002 h. 6).

l. J.P. GUILFORD

Dalam buku Pengantar Psikologi Inteligensi (Azwar, 2002 h. 26-30)

tidak dituliskan secara jelas definisi inteligensi menurut tokoh bernama lengkap

Joy Paul Guilford ini. Namun demikian, Konsepsi Guilford (1959) yang

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN TENTANG MULTIPLE …repository.stitradenwijaya.ac.id/702/7/20 sta bab II.pdf · 2019. 12. 24. · 2. Teori Multiple Intelligences Ada beberapa teori

24

dipandang sebagai kontribusinya yang sangat signifikan dalam ikut

mengembangkan teori inteligensi dan teori kemampuan mental, adalah teorinya

mengenai structure of intellect.

Model teori structure of intellect (SI) diilustrasikan oleh Guilford dalam

bentuk sebuah kubus atau kotak berdimensi tiga yang masing-masing mewakili

satu klasifikasi faktor-faktor intelektual yang, bersesuaian sau sama lain. Secara

lebih terperinci, model SI ini dapat diuraikan sebagai berikut:

1) Isi, yaitu menunjuk kepada tipe informasi yang sedang diproses. Dalam

dimensi isi terdapat empat jenis bentuk; figus, simbol, semantik, perilaku,

yang kesemuanya merupakan input yang berbeda kompleksitasnya.

2) Operasi, yaitu dimensi yang menujuk kepada cara bagaimana suatu

informasi diproses. Cara pemrosesan informasi terdiri dari lima macam;

kognisi, ingatan, produksi konvergen, produksi konvergen dan evaluasi.

3) Prodak, yaitu dimensi yang menunjuk kepada hasil pemrosesan yang

dilakukan oleh dimensi operasi terhadap berbagai macam bentuk isi

informasi. Jadi, merupakan proses berfikir. Menurut tingkatan

kompleksitasnya terdapat enam macam prodak; satuan, kelas, relasi, sistem,

transformasi dan implikasi.

m. THURSTONE

Thurstone melihat kecerdasan sebagai suatu rangkaian kemampuan yang

terpisah. Dalam buku Psikologi Inteligensi, Thurstone dikatakan penrah menolak

adanya faktor umum seperti yang tokoh lainnya kemukakan. Menurutnya, yang

ada adalah bahwa inteligensi dapat digambarkan sebagai sejumlah kemampuan

yang terdiri atas kemampuan primer (Azwar, 2002 h. 21)

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN TENTANG MULTIPLE …repository.stitradenwijaya.ac.id/702/7/20 sta bab II.pdf · 2019. 12. 24. · 2. Teori Multiple Intelligences Ada beberapa teori

25

Di sumber lain, lebih lanjut Thurstone mengatakan bahwa kemampuan

mental primer dapat dikelompokan ke dalam enam faktor, dan intelegensi dapat

diukur dengan melihat sampel perilaku seseorang dari ke enam bidang tersebut.

Keenam faktor yang dimaksud adalah:

1) Verbal, yaitu pemahaman akan hubungan kata, kosakta, dan pengguasaan

komunikasi lisan

2) Number, yaitu kcermatan dan kecepatan dalam menggunakan fungsi-fungsi

hitung dasar

3) Spatial, yaitu kemampuan untuk mengenali berbagai hubungan dalam

bentuk visual

4) Word fluency, yaitu kemampuan untuk mencerna dengna cepat kata tertentu.

5) Memory, yaitu kemmpuan mengingat gambar, pesan, angka, kata dan betuk

pola

6) Reasoning, yaitu kemampuan untuk mengambil kesimpulan dari beberapa

contoh, aturan, atau perinsip. Dapat juga diartikan sebagai kemampuan

pemecahan masalah.

n. VERNON

Pemilik nama lengkap Philip Ewart Vernon (1950; Azwar, 2002 h. 25)

ini mengemukakan model hierarki dalam menjelaskan teori intelegensinya.

Vernon menempatkan satu faktor umum (sama seperti faktor-g pada teori

Spearman) dipuncak hierarkinya. Di bawah faktor-g terdapat dua jenis kelompok

kemampuan mental yang disebutnya kemampuan verbal-educational (v:ed) dan

practical-mechanical (k:m). Kedua jenis kemampuan ini termasuk dalam faktor

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN TENTANG MULTIPLE …repository.stitradenwijaya.ac.id/702/7/20 sta bab II.pdf · 2019. 12. 24. · 2. Teori Multiple Intelligences Ada beberapa teori

26

inteligensi yang utama atau kelompok mayor. Masing-masing kelompok mayor

terbagi lagi dalam faktor-faktor kelompok minor, yang terpecah lagi menjadi

bermacam-macam faktor spesifik pada tingkat hirarki yang paling rendah.

o. CATTELL

Dalam teorinya mengenai organisasi mental, pemilik nama lengkp

Raymon Bernard Cattel (1963; Azwar, 2002 h. 33) ini mengklasifikasikan

inteligensi menjadi dua macam, yaitu:

1) Fluid intelligence (kecerdasan cair), yang merupakan faktor bawaan

biologis, dan

2) Crystallized intelligence (kecerdasan kristal), yang merefleksikan adanya

pengaruh pengalaman, pendidikan, dan kebudayaan dalam diri seseorang

(Mouly, 1973; Azwar, 2002 h. 33)

Sementara itu, dalam sumber lain disebutkan bahwa, kecerdasan cair dan

kecerdasan kristal dicetuskan sekitar tahun 1960an. Teori ini merupakan

perkembangan dari teori ini merupakan perkembangan dari teori General

Intellegence. Dalam hal ini kecerdasan cair dan kristal dinyatakan sebagai

kecerdasan umum. Kecerdasan cair adalah kecerdasan yang berbasis pada sifat

bologis. Kecerdasan cair meningkat sesuai bertambahnya usia mencapai puncak

pada saat dewasa dan menurun pada saat tua karena proses biologis tubuh.

Sedangkan kecerdasan kristal adalah kecerdasan yang diperoleh dari proses

pembelajaran dan pengalaman hidup. Jenis kecerdasan ini dapat terus meningkat,

tidak ada batasan maksimal, selama manusia masih bisa dan mau belajar.

Intelegensi fluid cenderung tidak berubah setelah usia 14 tahun atau 15 tahun,

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN TENTANG MULTIPLE …repository.stitradenwijaya.ac.id/702/7/20 sta bab II.pdf · 2019. 12. 24. · 2. Teori Multiple Intelligences Ada beberapa teori

27

sedangkan Inteligensi Crystallized masih terus berkembang sampai usia 30-40

tahun bahkan lebih.

p. JEAN PIAGET

Dalam hal inteligensi, Jean Piaget, di buku Psikologi Inteligensi (Azwar,

2002 h. 35), dikatakan sebagai seorang tokoh yang menekankan pada aspek

perkembangan kognitif seseorang. Piaget tidak melihat inteligensi sebagai suatu

hal yang dapat didefinisikan secara kuantitatif sebagaimana umumnya

dicerminkan. Piaget cenderung lebih mengungkap dan menjelaskan berbagai

metode berfikir seseorang dari berbagai tingkatan usia. Sehingga, mengenai

hakikat inteligensi, Piaget sendiri tidak pernah memberikan definisi tunggal secara

pasti. Ia bahkan merintis suatu era dimana terdapat kebebasan untuk merumuskan

konsepsi mengenai inteligensi dengan perspektifnya sendiri. Oleh karena itu, lagi-

lagi ia lebih tertarik pada unsur-unsur apa saja yang berperan dalam inteligensi.

Namun demikian, dalam sumber lain dikatakan bahwa, intelegensi itu

sendiri menurut Piaget, terdiri dari tiga aspek, yaitu :

1) Isi ; disebut juga content, yaitu pola tingkah laku spesifik tatkala

individu menghadapi sesuatu masalah

2) Struktur ; disebut juga scheme seperti yang dikemukakan diatas

3) Fungsi; disebut fungtion, yaitu yang berhubungan dengan cara

seseorang mencapai kemajuan intelektul. Fungsi itu sendiri terdiri

dari dua macam fungsi invariant, yaitu organisasi dan adaptasi.

4) Organisasi; berupa kecakapan seseorang dalam menyusun proses-

proses fisik dan psikis dalam bentuk sistem-sistem yang koheren.

5) Adaptasi; yaitu penyesuaian diri individu terhadap lingkungannya.

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN TENTANG MULTIPLE …repository.stitradenwijaya.ac.id/702/7/20 sta bab II.pdf · 2019. 12. 24. · 2. Teori Multiple Intelligences Ada beberapa teori

28

q. AMTHAUER

Berdasarkan sumber rujukan utama yang digunakan penulis dalam

menjelaskan definsi inteligensi menurut para ahli, tidak disebutkan adanya tokoh

yang satu ini, Amthauer. Namun demikian, penulis menemukan adanya sumber

lain yang mengatakan bahwa Amthauer adalah salah seorang tokoh yang

memberikan kontribusinya dalam disiplin ilmu psikologi terkait alat tes

inteligensi. Kontribusinya itu sampai saat ini masih kita kenal, yaitu ala tes yang

bernama Intelligenz Structure Test.

Intelligenz Structure Test atau yang lebih dikenal dengan nama IST

adalah tes inteligensi yang pertama kali dikembangkan di Jerman, disusun oleh

Rudolf Amthauer. IST banyak digunakan untuk mengetahui taraf inteligensi

individu baik g factor maupun s factor. IST terdiri dari sembilan subtes yang

mengukur aspek-aspek kecerdasan yang berbeda.

Kembali pada definisi inteligensi. Dalam tulisan yang tidak disebutkan

sumbernya itu, Amthauer dikatakan pernah berpendapat bahwa inteligensi

merupakan suatu kesatuan dari seluruh kemampuan yang dimiliki oleh seseorang.

Inteligensi, lanjut tulisan itu, ditanggapi sebagai sesuatu struktur tersendiri, di

dalam keseluruhan struktur kepribadian seorang manusia. Amthauer juga

menjelaskan bahwa inteligensi seseorang dapat dilihat melalui prestasi yang

dicapainya.

3. Tujuan Multiple Intelligences

Jika proses pembelajaran ingin mencapai tujuan bahwa siswa harus

memiliki pengetahuan, nilai dan sikap, serta keterampilan yang seimbang, maka

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN TENTANG MULTIPLE …repository.stitradenwijaya.ac.id/702/7/20 sta bab II.pdf · 2019. 12. 24. · 2. Teori Multiple Intelligences Ada beberapa teori

29

jam belajar yang selama ini hanya cukup untuk menguasai pengetahuan saja harus

diubah dengan memperluas jam belajar. Hal ini perlu dilakukan tiada lain untuk:

a. Memberi dukungan dan melakukan praktek.

b. Meminta guru tertentu yang memiliki kemampuan tinggi dalam

sebuah kecerdasan untuk memberikan pelatihan.

c. Mengintegrasikan para spesialis yang memiliki keahlian dalam bidang

tertentu.

d. Mengunjungi lokasi-lokasi lain sebagai bahan perbandingan proses

pembelajaran.

Pendekatan Multiple Intelligence dan pembelajaran Kurikulum pada

dasarnya berfokus pada pengetahuan yang mendalam dan pengembangan

kemampuan. Dalam hal ini, pembelajaran tidak harus menekankan pengajaran

melaui kecerdasan, tetapi yang harus mendapat penekanan adalah bahwa

pembelajaran itu untuk kecerdasan atau penguasaan kompetensi tertentu sesuai

dengan minat dan bakat siswa.

Diperlukan pendekatan baru terhadap proses penilaian. Ada beberapa hal

yang perlu diperhatikan dalam aktivitas penilaian, yaitu:

a. Bagaimana menilai kecerdasan siswa;

b. Bagaimana meningkatkan penilaian secara umum dalam hal kognitif,

apektif, dan psikomotorik;

c. Bagaimana melibatkan siswa dalam proses penilaian.

Praktik profesional menuju ke arah perkembangan. Tingkat profesionalime

para pendidik perlu dimiliki setiap guru, sehingga tantangan yang dihadapi

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN TENTANG MULTIPLE …repository.stitradenwijaya.ac.id/702/7/20 sta bab II.pdf · 2019. 12. 24. · 2. Teori Multiple Intelligences Ada beberapa teori

30

terutama dalam menentukan model program yang akan dilakukan di kelas, tepat

dan sesuai dengan kompetensi siswa.

Pernyataan-pernyataan lain yang harus menjadi bahan renungan para

guru, dapat diidentifikasi sebagai berikut:

a. Bagaimana guru, siswa, administrator sekolah, orang tua, dan anggota

masyarakat dapat memperoleh informasi yang memadai tentang

kemampuan manusia serta implikasi-implikasinya bagi pendekatan-

pendekatan baru di bidang pendidikan?

b. Bagaimana memasukkan strategi-strategi belajar dan mengajar yang

mampu memenuhi kebutuhan seluruh siswa ke dalam program-

program pengembangan pembelajaran?

c. Bagaimana menyesuaikan lingkungan sekolah agar dapat menawarkan

program-program yang lebih kaya dan bervariasi?

d. Bagaimana mengembangkan persepsi kita tentang siswa?

e. Bagaimana memperluas data-data pengajaran dan penilaian?

f. Konsep-konsep apakah yang mesti dipelajari siswa?

g. Anggota masyarakat manakah yang dapat menjadi penasihat atau

dapat memberi kesempatan magang?

h. Bagaimana para pendidik belajar untuk mengkombinasikan strategi-

strategi pendidikan yang paling efektif dengan menggunakan

teknologi yang paling praktis dan paling cerdas?

Sebagai harapan dalam rangka menunjang keberhasilan pencapaian

Tujuan Pendidikan Nasional, maka tujuan Tujuan Multiple Intelligences, sebagai

berikut:

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN TENTANG MULTIPLE …repository.stitradenwijaya.ac.id/702/7/20 sta bab II.pdf · 2019. 12. 24. · 2. Teori Multiple Intelligences Ada beberapa teori

31

a. Meningkatkan rasa tanggung jawab kepada diri sendiri, masyarakat,

pemerintah, bangsa dan negara dalam rangka menjalankan tugas

sebagai abdi bangsa dan negara.

b. Agar terus berusaha meningkatkan kemampuan dan wawasan tentang

pendidikan, sehingga dapat meningkatkan pelayanan kepada para

siswa.

c. Memahami dan melakukan adaptasi terhadap perubahan-perubahan di

dunia pendidikan seiring dengan perubahan dan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi.

d. Mengembangkan prinsip-prinsip yang sesuai dengan kurikulum dalam

rangka mengembangkan kegiatan pembelajaran.

e. Meningkatkan prestasi profesi sejalan dengan ketentuan yang telah

digariskan oleh lembaga pendidikan dan pemerintah, manakala kita

mengabdikan diri.

B. TINJAUAN TENTANG KETERAMPILAN BELAJAR

1. Makna Keterampilan Belajar

Belajar adalah berubah merupakan definisi klasik yang masih dapat

dipertahankan, karena paling relevan dengan keberadaan sekolah sebagai agen

perubahan. Definisi yang inklusive ini mengakomodasi semua tujuan belajar, dari

tujuan terendah yakni mengetahui fakta sampai ke tujuan tertinggi yakni

kemampuan memecahkan masalah. Sekolah sebagai agen perubahan dan tempat

berkembagnya aspek intelektual (head-on), moral (heart-on) dan keterampilan

(hand-on) tidak dapat direduksi hanya untuk salah satu tujuan belajar saja.

Sekolah akan kehilangan makna jika menekankan pada salah satunya dengan

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN TENTANG MULTIPLE …repository.stitradenwijaya.ac.id/702/7/20 sta bab II.pdf · 2019. 12. 24. · 2. Teori Multiple Intelligences Ada beberapa teori

32

mengabaikan yang lain, karena tujuan awal diadakannya sekolah ialah untuk

membekali siswa dengan berbagai aspek intelektual dan emosional yang

fundamental sehingga ia cerdas, bermoral dan terampil.

Learning to learn, belajar untuk belajar, tumbuh dari sinergi antara

intelektual dan moral yang terekspresi dari hasil belajar otentik (actual outcomes)

dalam bentuk karya dan perilaku. Dimilikinya keterampilan belajar untuk belajar

oleh siswa, dengan sendirinya akan dikuasi sejumlah aspek lain, termasuk

keterampilan untuk hidup. Keterampilan belajar bukan keterampilan tunggal tetapi

merupakan garis kontinum yang bermula dari titik awal kehidupan dan berakhir

pada akhir hidup manusia itu sendiri. Keterampilan belajar merupakan salah satu

potensi dan tugas asasi manusia yang kuantitas dan kualitasnya dipengaruhi faktor

eksternal.

Pendidikan adalah faktor eksternal dalam bentuk rekayasa sistematis

untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas keterampilan belajar. Berbagai cara

telah dilakukan para pakar untuk menumbuhkan keterampilan belajar, diantaranya

model pembelajaran berpikir dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan

kritis yang pada akhirnya menumbuhkan keterampilan belajar (skill to learn).

Pembelajaran bagi tumbuhnya keterampilan belajar juga dirasa sebagai

salah satu kebutuhan mendasar bagi negara maju dalam menyongsong era global,

bahwa kurikulum harus lebih menekankan pada kemampuan berpikir kreatif dan

kritis serta pemecahan masalah. Kemampuan ini dapat tumbuh jika siswa

menghargai keterkaitan antar disiplin ilmu, menggunakan prosedur pemecahan

masalah dan keterampilan berkomunikasi serta mau bekerja dalam kelompok

kerja. Dorongan terhadap siswa untuk menghargai berbagai disiplin, tertib

prosedur, serta berbagai aspek lain yang diperlukan dalam kehidupan dan interaksi

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN TENTANG MULTIPLE …repository.stitradenwijaya.ac.id/702/7/20 sta bab II.pdf · 2019. 12. 24. · 2. Teori Multiple Intelligences Ada beberapa teori

33

dengan sesamanya menunjukan bahwa siswa perlu memiliki berbagai keterampilan

yang kompleks. Keterampilan itu dapat diperoleh dari proses keterampilan belajar.

2. Tujuan Keterampilan Belajar

Tujuan akhir dari terampil belajar ialah dimilikinya kemampuan memecahkan

masalah secara bertanggung jawab. Tanggung jawab ini memiliki makna yang sangat

dalam, melampaui kemampuan-kemampuan lain yang diperoleh dari belajar. Untuk

mencapai tujuan akhir tersebut, harus dilampuai dua tujuan antara, yakni:

1) mampu mengenali hakikat dirinya, potensi dan bakat-bakat terbaiknya

2) dapat berusaha sekuat tenaga untuk mengaktualisasikan segenap

potensinya, mengekspresikan dan menyatakan dirinya sepenuhnya-

seutuhnya dengan cara menjadi diri sendiri.3

Individu mengenali hakikat dirinya, potensi dan bakat-bakat terbaiknya

karena dalam proses belajarnya akan berhadapan dengan berbagai tantangan,

kesulitan, dan berbagai kendala, yang semua itu merupakan ujian bagi penemuan

diri sendiri; suatu proses pemahaman diri. Melalui proses ini ia mengetahui

potensi dirinya secara benar sehingga ia akan konsisten pada satu bidang yang

darinya dapat dimunculkan satu maha karya. Proses ini berbasis pada konsep

pendidikan transformatif, yang merupakan model pendidikan yang kooperatif dan

akomodatif terhadap kemampuan anak menuju proses berpikir yang bebas dan

kreatif. Implementasi pendidikan transformatif ialah pada keikutsertaan siswa

dalam memahami realitas kehidupan dari yang konkret sampai yang abstrak.

Realitas kehidupan ini akan menjadi sumber inspirasi dan kreativitas dalam

melakukan analisis dan membangun visi kehidupan.

3 Andrias Harefa, Menjadi Manusia Pembelajar, PT. Kompas Media

Nusantara, Jakarta, 2001. Hal. 136

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN TENTANG MULTIPLE …repository.stitradenwijaya.ac.id/702/7/20 sta bab II.pdf · 2019. 12. 24. · 2. Teori Multiple Intelligences Ada beberapa teori

34

3. Belajar Keterampilan Sebagai Sub Keterampilan Belajar

Dalam konteks yang lebih luas, yakni pendidikan, belajar keterampilan

merupakan sub dari keterampilan belajar. Dalam keterampilan belajar, akan

muncul keterampilan-keterampilan lain, baik yang bersifat kognitif, afektif,

maupun psikomotor. Sedangkan dalam belajar keterampilan lebih condong dan

dominan pada aspek psikomotor.

Pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia yang

secara teknis-operasional dilakukan melalui pembelajaran. Program pembelajaran

yang baik akan menghasilkan efek berantai pada kemampuan siswa untuk belajar

secara terus menerus melalui sumber belajar yang tak terbatas. Dari belajar siswa dapat

menciptakan kembali dirinya, dapat melakukan sesuatu yang baru, dapat merasakan

hubungan yang lebih akrab dengan alam dan sesamanya, dan dapat memperluas

kapasitas pribadi dalam rangka kehidupan yang lebih luas. Dari keterampilan belajar

akan ditemukan satu bentuk keterampilan khusus, yang sesuai dengan bakat dan

minatnya dan mungkin digunakan sebagai basis untuk memperoleh penghasilan.

Gambar 1.

Posisi Terampil Belajar & Belajar Terampil

Dalam Pendidikan4

4 Ibid, hal. 138

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN TENTANG MULTIPLE …repository.stitradenwijaya.ac.id/702/7/20 sta bab II.pdf · 2019. 12. 24. · 2. Teori Multiple Intelligences Ada beberapa teori

35

Keterampilan khusus yang dimaksud ialah life-skilled. Artinya, life-

skilled tumbuh dari keterampilan belajar. Individu yang memiliki keterampilan

belajar, dalam arti dapat mengarahkan diri, berarti akan dapat memperoleh

berbagai keterampilan lain, termasuk keterampilan untuk bekerja yang merupakan

bagian dari kreativitas kehidupan jangka panjang. Individu yang memiliki

keterampilan belajar lebih optimis karena memiliki banyak pilihan, sedangkan

individu yang hanya memiliki keterampilan terbatas sebagai akibat terlalu

menfokus pada satu keterampilan yang spesifik potensial menjadi orang yang

pesimistik, karena tidak memiliki banyak pilihan dan kemampuan transfer ilmu.

C. PENGARUH MULTIPLE INTELLIGENCES TERHADAP PENINGKATAN

KETRAMPILAN BELAJAR

Pembelajaran memberi perhatian pada upaya peningkatan kreatifitas dan

memperbaiki proses pembelajaran yaitu dengan menetapkan strategi pembelajaran

yang optimal untuk mendorong prakarsa belajar di bawah acuan karakteristik

tujuan pembelajaran, agar siswa dapat belajar dengan mudah sehingga mencapai

prestasi yang tinggi, dalam kegiatan pembelajaran terdapat tiga variabel yang

saling kait mengkait, yaitu : variabel kondisi pembelajaran, variabel metode

pembelajaran, dan variabel hasil pembelajaran. Pada hakekatnya variabel metode

pembelajaranlah yang secara logis dapat dimanipulasi oleh tenaga pengajar dalam

rangka meningkatkan prestasi belajar melalui membaca.

Sehingga dengan demikian Implementasi Multiple Intelligences

perlu diupayakan dalam rangka Peningkatan Ketrampilan Belajar Siswa MTs.

Al-Ihsani Podoroto Kesamben Jombang dapat berjalan dengan lancar.