bab ii landasan teori a. tinjauan tentang kedisiplinan...

22
15 BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN TENTANG KEDISIPLINAN SISWA MA ROUDHOTUN NASYI’IN 1. Pengertian Kedisiplinan siswa Kedisiplinan berasal dari kata disiplin. Kennet W. Requena menjelaskan tentang kata disiplin yang dalam bahasa inggris discipline, berasal dari akar kata bahasa latin yang sama (discipulus) yang dengan kata discipline mempunyai makna yang sama yaitu mengajari atau mengikuti pemimpin yang dihormati (Kenneth, 2005:12). Kedisiplinan merupakan suatu hal yang sangat mutlak dalam kehidupan manusia, karena seorang manusia tanpa disiplin yang kuat akan merusak sendisendi kehidupannya, yang akan membahayakan dirinya dan manusia lainnya, bahkan alam sekitarnya. 1 Pengertian disiplin secara konvensional mengajarkan bahwa hadiah dalah pendorong terbaik dalam membantu individu untuk melakukan sesuatu yang lebih baik. Dan salah satu prinsip pembentuk disiplin adalah mengajari seseoarang untuk melakukan hal yang benar agar memperoleh perasaan yang nyaman yang hakiki saat melakukan sesuatu dan memberikan kontribusi kepada masyarakat (Kenneth W, 2005:12). Dalam pembelajaran dikenal dengan sebutan mental discipline. Mental discipline adalah teori yang latihan khususnya menghasilkan perbaikan fungsi 1 Hani, Strategi Pengembangan Kedisiplinan di Madrasah Ibtidaiyah Negri Olak-Alen Selorejo Blitar , Skripsi (Fakultas Tarbiyah UIN Maliki Malang, 2008, hal. 17

Upload: others

Post on 30-Apr-2021

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN TENTANG KEDISIPLINAN …repository.stitradenwijaya.ac.id/413/3/bab2.pdf · 2019. 12. 13. · 15 BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN TENTANG KEDISIPLINAN

15

BAB II

LANDASAN TEORI

A. TINJAUAN TENTANG KEDISIPLINAN SISWA MA ROUDHOTUN

NASYI’IN

1. Pengertian Kedisiplinan siswa

Kedisiplinan berasal dari kata disiplin. Kennet W. Requena menjelaskan

tentang kata disiplin yang dalam bahasa inggris discipline, berasal dari akar kata

bahasa latin yang sama (discipulus) yang dengan kata discipline mempunyai

makna yang sama yaitu mengajari atau mengikuti pemimpin yang dihormati

(Kenneth, 2005:12). Kedisiplinan merupakan suatu hal yang sangat mutlak dalam

kehidupan manusia, karena seorang manusia tanpa disiplin yang kuat akan

merusak sendisendi kehidupannya, yang akan membahayakan dirinya dan

manusia lainnya, bahkan alam sekitarnya.1

Pengertian disiplin secara konvensional mengajarkan bahwa hadiah dalah

pendorong terbaik dalam membantu individu untuk melakukan sesuatu yang lebih

baik. Dan salah satu prinsip pembentuk disiplin adalah mengajari seseoarang

untuk melakukan hal yang benar agar memperoleh perasaan yang nyaman yang

hakiki saat melakukan sesuatu dan memberikan kontribusi kepada masyarakat

(Kenneth W, 2005:12).

Dalam pembelajaran dikenal dengan sebutan mental discipline. Mental

discipline adalah teori yang latihan khususnya menghasilkan perbaikan fungsi

1 Hani, Strategi Pengembangan Kedisiplinan di Madrasah Ibtidaiyah

Negri Olak-Alen Selorejo Blitar, Skripsi (Fakultas Tarbiyah UIN Maliki

Malang, 2008, hal. 17

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN TENTANG KEDISIPLINAN …repository.stitradenwijaya.ac.id/413/3/bab2.pdf · 2019. 12. 13. · 15 BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN TENTANG KEDISIPLINAN

16

atau perbaikan umum pada kemampuan mental (mental ability). Kata disiplin

semula disinonimkan dengan education (pendidikan), sedangkan dalam pengertian

modern pengertian dasarnya adalah kontrol terhadap kelakuan, baik oleh suatu

kekuasaan luar ataupun oleh individu sendiri. Jadi mental discipline berarti

kontrol terhadap mental sehingga mempunyai kemampuan.2

Soegeng Prijodarminto, SH. Dalam bukunya “Disiplin Kiat Menuju

Sukses” disiplin didefinisikan sebagai suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk

melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan ketaatan, kepatuhan,

keteraturan dan, atau ketertiban. Nilai-nilai tersebut telah menjadi bagian perilaku

dalam kehidupannya. Perilaku itu tercipta melalui proses binaan melalui keluarga,

pendidikan dan pengalaman.3

Sikap dan perilaku demikin ini tercipta melalui proses binaan melalui

keluarga, pendidikan dan pengalaman atau pengenalan keteladanan dari

lingkungannya. Disiplin akan membuat dirinya tahu dan membedakan hal-hal apa

yang seharusnya dilakukan, yang wajib dilakukan, yang boleh dilakukan, yang

tidak sepatutnya dilakukan (karena merupakan hal-hal yang dilarang).4

Menurut E.B Hurlock bahwa disiplin berasal dari kata yang sama dengan

“disciple”, yakni seseorang yang belajar dari atau secara suka rela mengikuti

seorang pemimpin. Orang tua dan guru merupakan pemimpin, dan anak

merupakan murid yang belajar dari mereka cara hidup yang berguna dan bahagia.

2 Muhaimin, dkk., Strategi Belajar Mengajar, CV. Citra Media,

Surabaya, 1996, hal. 21

3 Soegeng Prijodarminto, Disiplin Kiat Menuju Sukses, PT Pradnya

Pramita cetakan kedua, Jakarta, 1993, hal. 23

4 Ibid.,

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN TENTANG KEDISIPLINAN …repository.stitradenwijaya.ac.id/413/3/bab2.pdf · 2019. 12. 13. · 15 BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN TENTANG KEDISIPLINAN

17

jadi disiplin merupakan cara masyarakat mengajar anak perilaku moral yang

disetujui oleh kelompok.5

Anak yang memiliki kedisiplinan diri memiliki keteraturan diri

berdasarkan nilai agama, nilai budaya, aturan-aturan pergaulan, pandangan hidup

dan sikap hidup yang bermakna bagi dirinya sendiri, masyarakat, bangsa dan

negara. Artinya tanggung jawab orang tua adalah mengupayakan agar anak

berdisiplin diri untuk melaksanakan hubungan dengan Tuhan yang

menciptakannya, dirinya sendiri, sesama manusia dan lingkungan alam dan

makhluk hidup lainnya berdasarkan nilai moral. Orang tua yang mampu seperti

diatas berarti mereka telah mencerminkan nilai-nilai moral dan bertanggung jawab

untuk mengupayakannya.

Secara etimologis, disiplin berasal dari kata latin discipulus, yang berarti

siswa atau murid. Dalam perkembangan selanjutnya, kata tersebut mengalami

perubahan bentuk dan perluasan arti. Diantaranya arti dari kata disiplin yaitu

ketaatan, metode pengajaran, mata pelajaran, dan perlakuan yang cocok bagi

seseorang murid atau pelajar. Dibidang psikologi dan pendidikan maka disiplin

berhubungan dengan perkembangan, latihan fisik, mental, serta kapasitas moral

anak melalui pengajaran dan praktek. Kata disiplin juga berarti hukuman atau

latihan yang membetulkan serta kontrol yang memperkuat ketaatan. Dan makna

lain dari kata disiplin ialah “seseorang yang mengikuti pemimpinnya”.6

5 Hurlock, E. B., Perkembangan Anak Jilid 2, Penerbit Erlangga,

Jakarta, 1993, hal 82

6 Dolet Unaradjan, Manajemen Disiplin, PT Gramedia, Jakarta, 2003

hal. 8

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN TENTANG KEDISIPLINAN …repository.stitradenwijaya.ac.id/413/3/bab2.pdf · 2019. 12. 13. · 15 BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN TENTANG KEDISIPLINAN

18

Disiplin merupakan latihan waktu dan batin agar segala perbuatan

seseorang sesuai dengan peraturan yang ada. Dan disiplin berhubungan dengan

pembinaan, pendidikan, serta perkembangan pribadi manusia. Yang menjadi

sasaran pembinaan dan pendidikan ialah individu manusia dengan segala

aspeknya sebagai suatu keseluruhan. Semua aspek tersebut diatur, dibina, dan

dikontrol hingga pribadi yang bersangkutan mampu mengatur diri sendiri.7

Menurut KBBI bahwa disiplin adalah ketaatan atau kepatuhan kepada

peraturan (tata tertib). Disiplin adalah sikap mental untuk mau mematuhi

peraturan dan bertindak sesuai dengan peraturan secara suka rela. Adapun

penanaman disiplin adalah usaha melatih dan mengajarkan seseorang untuk selalu

bertindak sesuai dengan peraturan yang ada secara suka rela.8

Andi (1995:28) mendefinisikan disiplin adalah kepatuhan seorang santri

untuk menghormati dan melaksanakan suatu sistem yang mengharuskan orang

untuk tunduk pada keputusan, perintah atau peraturan yang berlaku. Dengan kata

lain disiplin santri adalah kepatuhan seorang santri untuk mentaati peraturan dan

ketentuan yang telah ditetapkan. Sedangkan menurut G. R Terry (1993:218)

mengatakan bahwa disiplin merupakan suatu kemampuan individu yang terjadi

disebabkan karena atas dasar kesadaran dan kerelaan diri maupun oleh perintah

atau tuntutan yang lain.9

7 Unaradhan, Ibid., hal. 9

8 Nur Iffah Fidyatin, Hubungan Antra Kecerdasan Emosi dengan

Prestasi Belajar Siswa Kelas II MTsN Tembelang Jombang , Skripsi (Malang:

Fakultas Psikologi UIN Maliki Malang), 2010, hal. 18

9 Fatur Rohman, Hubungan Kedisiplinan Menjalankan Sholat Wajib

dengan Kontrol Diri, Skripsi, (Malang: Fakultas Psikologi UIN Maliki

Malang), 2011, hal. 16-17

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN TENTANG KEDISIPLINAN …repository.stitradenwijaya.ac.id/413/3/bab2.pdf · 2019. 12. 13. · 15 BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN TENTANG KEDISIPLINAN

19

Dari beberapa definisi dari para tokoh tersebut diatas, dapat diambil

kesimpulan bahwa kedisiplinan bagi santri merupakan suatu sikap atau perilaku

yang menunjukkan nilai ketaatan dan kepatuhan terhadap aturan-aturan, tata

tertib, norma-norma bagi santri yang mampu menyesuaikan prosedur suatu

lembaga pesantren yang berlaku yang disebabkan atas dasar kesadaran ataupun

kerelaan diri maupun oleh suatu perintah ataupun juga tuntutan yang lain baik

tertulis maupun yang tidak tertulis, yang tercermin dalam bentuk tingkah laku

(perilaku) dan sikap. Dengan adanya peraturan baik tertulis ataupun tidak tertulis

diharapkan agar para santri memiliki sikap dan perilaku disiplin yang tinggi dalam

menjalankan sholat tahajjud dan pada disiplin-disiplin lainnya.

2. Aspek-Aspek Kedisiplinan

Menurut Prijodarminto kedisiplinan memiliki 3 (tiga) aspek. Ketiga

aspek tersebut adalah:

a. sikap mental (mental attitude) yang merupakan sikap taat dan tertib sebagai

hasil atau pengembangan dari latihan, pengendalian pikiran dan pengendalian

watak.

b. pemahaman yang baik mengenai sistem peraturan perilaku, norma, kriteria,

dan standar yang sedemikan rupa, sehingga pemahaman tersebut

menumbuhkan pengertian yang mendalam atau kesadaran, bahwa ketaatan

akan aturan. Norma, dan standar tadi merupakan syarat mutlak untuk

mencapai keberhasilan (sukses).

c. sikap kelakuan yang secara wajar menunjukkan kesungguhan hati, untuk

mentaati segala hal secara cermat dan tertib. Dalam hal ini berarti kedisiplinan

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN TENTANG KEDISIPLINAN …repository.stitradenwijaya.ac.id/413/3/bab2.pdf · 2019. 12. 13. · 15 BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN TENTANG KEDISIPLINAN

20

memiliki tiga aspek penting, antara lain yaitu sikap mental, pemahaman yang

baik mengenai aturan perilaku, dan sikap kelakuan yang menunjukkan

kesungguhan hati untuk menataati aturan yang ada.10

3. Indikator Kedisiplinan

Indikasi perilaku kedisiplinan yang dikutip dari Rahman (2011:25)

adalah suatu syarat yang harus dipenuhi seseorang untuk dapat dikategorikan

mempunyai perilaku disiplin. Indikasi tersebut antara lain yaitu:

a. Ketaatan terhadap peraturan

Peraturan merupakan suatu pola yang ditetapkan untuk tingkah laku. Pola

tersebut dapat ditetapkan oleh orang tua, guru, pengurus atau teman bermain.

Tujuannya adalah untuk membekali anak dengan pedoman perilaku yang

disetujui dalam situasi tertentu. Dalam hal peraturan sekolah misalnya,

peraturan mengatakan pada anak apa yang harus dan apa yang tidak boleh

dilakukan sewaktu berada disekolah seperti memakai seragam sesuai dengan

jadwal yang ditentukan. Peraturan tersebut juga berlaku dilingkungan

pesantren, seperti memakai busana sesuai dengan peraturan yang ditetapkan

pesantren.

b. Kepedulian terhadap lingkungan

Pembinaan dan pembentukan disiplin ditentukan oleh keadaan lingkungannya.

Keadaan suatu lingkungan dalam hal ini adalah ada atau tidaknya sarana-

sarana yang diperlukan bagi kelancaran proses belajar mengajar ditempat

tersebut, dan menjaga kebersihan dan keindahan lingkungan dimana mereka

berada. Yang termasuk sarana tersebut lain seperti gedung sekolah dengan

10

Prijodarminto, Op. Cit., hal. 23-24

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN TENTANG KEDISIPLINAN …repository.stitradenwijaya.ac.id/413/3/bab2.pdf · 2019. 12. 13. · 15 BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN TENTANG KEDISIPLINAN

21

segala perlengkapannya, pendidik atau pengajar, serta sarana-sarana

pendidikan lainnya, dalam hal ini seperti juga lingkungan yang berada di

pesantren seperti kamar tidur, mushola dan juga kamar mandi.

c. Partisipasi dalam proses belajar mengajar

Partisipasi disiplin juga bisa berupa perilaku yang ditunjukkan seseorang yang

keterlibatannya pada proses belajar mengajar. Hal ini dapat berupa absen dan

datang dalam setiap kegiatan tepat pada waktunya, bertanya dan menjawab

pertanyaan guru, mengerjakan tugas-tugas yang diberikan dengan tepat waktu,

serta tidak membuat suasana gaduh dalam setiap kegiatan belajar.

d. Kepatuhan menjauhi larangan

Pada sebuah peraturan juga terdapat larangan-larangan yang harus dipatuhi.

Dalam hal ini larangan yang ditetapkan bertujuan untuk membantu

mengekang perilaku yang tidak diinginkan. Seperti larangan untuk tidak

membawa benda-benda elektronik seperti handphone, radio, dan kamera, dan

juga larangan untuk tidak terlibat dalam suatu perkelahian antar santri yang

merupakan susatu bentuk perilaku yang tidak diterima dengan baik di

lingkungan pesantren.11

Dapat disimpulkan bahwa indikasi kedisiplinan yaitu ketaatan terhadap

peraturan, kepedulian terhadap lingkungan, partisipasi dalam proses belajar

mengajar dan kepatuhan menjauhi larangan di lingkungan tempat tinggal.

11

Rahman, Op. Cit., hal. 25

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN TENTANG KEDISIPLINAN …repository.stitradenwijaya.ac.id/413/3/bab2.pdf · 2019. 12. 13. · 15 BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN TENTANG KEDISIPLINAN

22

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kedisiplinan Siswa

Kedisiplinan bukan merupakan sesuatu yang terjadi secara otomatis atau

spontan pada diri seseorang melainkan sikap tersebut terbentuk atas dasar

beberapa faktor yang mempengaruhinya.

a. Faktor Intern

Yaitu faktor yang terdapat dalam diri orang yang bersangkutan, faktor-faktor

tersebut meliputi:

1) Faktor Pembawaan

Menurut aliran nativisme bahwa nasib anak itu sebagian besar berpusat

pada pembawaannya sedangkan pengaruh lingkungan hidupnya sedikit

saja. Baik buruknya perkembangan anak. Sepenuhnya bergantung pada

pembawaannya.12

Pendapat itu menunjukkan bahwa salah satu faktor yang

menyebabkan orang bersikap disiplin adalah pembawaan yang merupakan

warisan dari keturunannya seperti yang dikatakan oleh John Brierly,

“Heridity and environment interact in the production of each and every

character”.13

12

Muhammad Kasiran, Ilmu Jiwa Perkembangan, Usaha Nasional,

Surabaya, 1983, hal: 27

13

John Brierly, Give me A Child Until The is Seven, Brain Stadies

Early Childhood Education, The Falmer Perss, London and Washington DC,

1994, hal: 98.

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN TENTANG KEDISIPLINAN …repository.stitradenwijaya.ac.id/413/3/bab2.pdf · 2019. 12. 13. · 15 BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN TENTANG KEDISIPLINAN

23

2) Faktor Kesadaran

Kesadaran adalah hati yang telah terbuka atas pikiran yang telah terbuka

tentang apa yang telah dikerjakan.14

Disiplin akan lebih mudah ditegakkan

bilamana timbul dari kesadaran setiap insan, untuk selalu mau bertindak

taat, patuh, tertib, teratur bukan karena ada tekanan atau paksaan dari

luar.15

3) Faktor Minat dan Motivasi

Minat adalah suatu perangkat manfaat yang terdiri dari kombinasi,

perpaduan dan campuran dari perasaan-perasaan, harapan, prasangka,

cemas, takut dan kecenderungan-kecenderungan lain yang bisa

mengarahkan individu kepada suatu pilihan tertentu.16

Sedangkan motivasi

adalah suatu dorongan atau kehendak yang menyebabkan seseorang

melakukan suatu perbuatan tertentu untuk mencapai tujuan tertentu.17

4) Faktor Pengaruh Pola Pikir

Menurut Ahmad Amin mengatakan bahwa pikiran itu tentu mendahului

perbuatan, maka perbuatan berkehendak itu dapat dilakukan setelah

14

Djoko Widagdho, dkk, Ilmu Budaya Dasar, Bumi Aksara, Jakarta,

1994, hal: 152.

15

Soegeng Prijodarminto, Loc. Cit.

16

Dewa Ketut Sukardi, Bimbingan Karir di Sekolah-Sekolah, CV.

Ghalia Indonesia, Jakarta, 1994, hal:46.

17

Tursan Hakim, Belajar Secara Efektif, Puspa Swara, Jakarta, 2001,

hal: 26.

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN TENTANG KEDISIPLINAN …repository.stitradenwijaya.ac.id/413/3/bab2.pdf · 2019. 12. 13. · 15 BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN TENTANG KEDISIPLINAN

24

pikirannya.18

Pola pikir yang telah ada terlebih dahulu sebelum tertuang

dalam perbuatan sangat berpengaruh dalam melakukan suatu kehendak

atau keinginan. Jika orang mulai berpikir akan pentingnya disiplin maka ia

akan melakukannya.

b. Faktor Ekstern

Yaitu faktor yang berada di luar diri orang yang bersangkutan. Faktor

ini meliputi:

1) Contoh atu Teladan

Teladan atau modelling adalah contoh perbuatan dan tindakan sehari-hari

dari seseorang yang berpengaruh. Keteladanan merupakan salah satu

teknik pendidikan yang efektif dan sukses, karena teladan itu menyediakan

isyarat-isyarat nonverbal sebagai contoh yang jelas untuk ditiru.19

Menurut

Abudin Nata, metode ini dianggap penting karena aspek agama yang

terpenting yaitu akhlak yang termasuk dalam kawasan efektif yang

terwujud dalam bentuk tingkah laku.20

2) Nasihat

Di dalam jiwa terdapat pembawaan untuk terpengaruh oleh katakata yang

didengar.21

Oleh karena itu teladan dirasa kurang cukup untuk

18

Ahmad Amin, Etika, Bulan Bintang, Jakarta, 1975, hal: 30.

19

Charles Schaefer, Op. Cit., hal:14.

20

Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, Logos, Jakarta, 2001,

hal: 95.

21

Muhammad Qutb, Op. Cit., hal: 334

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN TENTANG KEDISIPLINAN …repository.stitradenwijaya.ac.id/413/3/bab2.pdf · 2019. 12. 13. · 15 BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN TENTANG KEDISIPLINAN

25

mempengaruhi seseorang agar berdisiplin. Menasihati berarti memberi

saran-saran percobaan untuk memecahkan suatu masalah berdasarkan

keahlian atau pandangan yang objektif.22

Dalam Bahasa Inggris nasihat

disebut advice yaitu opinion about what to do, how to behave. pendapat

tentang apa yang harus dilakukan, bagaimana bertingkah laku).23

3) Faktor Latihan

Melatih berarti memberi anak-anak pelajaran khusus atau bimbingan untuk

mempersiapkan mereka menghadapi kejadian atau masalah-masalah yang

akan datang.24

Latihan melakukan sesuatu dengan disiplin yang baik dapat

dilakukan sejak kecil sehingga lama-kelamaan akan terbiasa

melaksanakannya, jadi dalam hal ini sikap disiplin yang ada pada

seseorang selain berasal dari pembawaan bisa dikembangkan melalui

latihan.

4) Faktor Lingkungan

Salah satu faktor yang menunjang keberhasilan pendidikan yaitu

lingkungan, demikian juga dalam disiplin. Lingkungan sekolahan misalnya

dalam kesehariannya siswa terbiasa melakukan kegiatan yang tertib dan

teratur karena lingkungan yang mendukung serta memaksanya untuk

berdisiplin.

22

Charles Schaefer, Op. Cit., hal:130.

23

AS Horby, Oxford Advanced Dictionary of Current English,

Oxford University Press, Oxford, 1986, hal: 14.

24

Charles Schaefer, Op. Cit., hal: 176.

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN TENTANG KEDISIPLINAN …repository.stitradenwijaya.ac.id/413/3/bab2.pdf · 2019. 12. 13. · 15 BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN TENTANG KEDISIPLINAN

26

5) Faktor Pengaruh Kelompok

Pembawaan dan latihan memang sangat berpengaruh dalam kedisiplinan,

perubahan dari lahir yang ditunjang latihan bisa dikembagkan jika

terpengaruh oleh suatu kelompok yang berdisiplin, tapi pembawaan yang

baik ditunjang dengan latihan yang baik bisa jadi tidak baik jika

terpengaruh oleh suatu kelompok yang tidak baik demikian juga

sebaliknya.

Seperti dikemukakan oleh Zakiyah Daradjat bahwa para remaja sangat

memperhatikan penerimaan sosial dari teman-temannya, ingin

diperhatikan dan mendapat tempat dalam kelompok teman-temannya

itulah yang mendorong remaja meniru apa yang dibuat, dipakai dan

dilakukan teman-temannya.25

B. TINJAUAN TENTANG PONDOK PESANTREN

1. Pengertian Pondok Pesantren

Sebelum tahun 60-an pusat-pusat pendidikan pesantren di Jawa dan

Madura lebih dikenal dengan nama pondok. Istilah ini berasal dari pengertian

asrama para santri yang disebut pondok atau tempat yang dibuat dari bambu, atau

kata pondok berasal dari bahasa Arab “funduq” yang berarti asrama.26

Lebih luas

lagi Arifin mendifinisikan bahwa pondok pesantren adalah suatu lembaga

pendidikan agama Islam yang tumbuh serta diakui masyarakat sekitar, dengan

25

Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, Bulan Bintang, Jakarta, 1970,

hal. 88.

26

Zamakhsari Dhofier, Tradisi Pesantren Pandangan Hidup Kyai,

(Jakarta: LP3eS, 1985), Cet.Ke-4, hal. 18-19

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN TENTANG KEDISIPLINAN …repository.stitradenwijaya.ac.id/413/3/bab2.pdf · 2019. 12. 13. · 15 BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN TENTANG KEDISIPLINAN

27

sistem asrama (pondok) di mana para santri menerima pendidikan agama melalui

sistem pengajian atau madrasah yang sepenuhnya di bawah kedaulatan dari

leadership seorang atau beberapa ustadz atau kyai dengan ciri-ciri khas yang

bersifat kharismatik serta independen dalam segala hal.

Seorang guru atau ustadz dalam pondok pesantren juga sebagai

pembimbing utama para santri, artinya segala pola kehidupan baik dalam bidang

keilmuan maupun perilaku dalam kehidupan sehari-harinya, dapat dijadikan

uswah dalam membimbing pola kehidupan santri-santrinya. Earl V. Pullis dan

James D Young (1968) menyatakah bahwa guru (ustadz) ialah:

“The teacher is a guide on the journey of learning. As a guide, because of

his experience, his knowledge of the road and of the travelers, and of his

great interes in their learning, he assumes major responsibility for the

trip”. “Seorang guru adalah pembimbing dalam pembelajaran. Disebut

pembimbing sebab dalam pengalamannya, pengetahuannya tentang jalan

yang akan dilalui oleh orang yang akan melakukan perjalanan, dan

memiliki ketertarikan yang besar terhadap pembelajaran, dia diasumsikan

sebagai orang yang bertanggung jawab dalam perjalanan itu.”27

Zamakhsari Dhofier juga menyebutkan beberapa elemen dasar yang

merupakan ciri khas dari pondok pesantren yaitu: pondok atau asrama, tempat

belajar mengajar atau masjid, santri, pengajaran kitab-kitab agama berbentuk

kitab-kitab yang berbahasa Arab dan klasik atau kitab kuning, dan kyai atau

ustadz.28

2. Metode Pendidikan Pondok Pesantren

Di pesantren setidaknya ada 6 (enam) metode pendiidkan yang

diterapkan dalammembentuk prilaku santri, yakni:

27

Earl V. Pullis and James D. Young, A Teacher is Many Things,

(USA: Indiana University Press, 1968), hal. 32

28

Zamakhsari Dhofier, Op. Cit., hal. 44

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN TENTANG KEDISIPLINAN …repository.stitradenwijaya.ac.id/413/3/bab2.pdf · 2019. 12. 13. · 15 BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN TENTANG KEDISIPLINAN

28

a. Metode Keteladanan

Secara psikologis, manusia sangat memerlukan keteladanan untuk

mengembangkan sifat-sifat dan potensinya. Pendidikan perilaku lewat

keteladanan adalah pendidikan dengan cara memberikan contoh-contoh

kongkrit bagi para santri, di pesantren pemberian contoh keteladanan sangat

ditekankan. Kyai dan ustadz harus senantiasa memberikan uswah yang baik

bagi para santri, dalam ibadah-ibadah ritual, kehidupan sehari-hari maupun

yang lain, karena nilai mereka ditentukan dari aktualisasinya terhadap apa

yang disampaikan. Semakin konsekuen seorang kyai atau ustadz menjaga

tingkah lakunya maka semakin didengar ajarannya.29

b. Metode Latihan dan Pembiasaan

Mendidik perilaku dengan latihan dan pembiasaan adalah mendidik dengan

cara memberikan latihan-latihan terhadap norma kemudian membiasakan

santri untuk melakukannya. Dalam pendidikan di pesantren metode ini

biasanya akan diterapkan pada ibadah-ibadah amaliyah, seperti shalat

berjamaah, kesopanan pada kyai dan ustadz, pergaulan dengan sesama santri

dan sejenisnya. Sehingga tidak asing di pesantren dijumpai, bagaimana santri

sangat hormat pada ustadz dan kakak-kakak seniornya dan begitu santunnya

pada adik-adik junior, mereka memang dilatih dan dibiasakan untuk bertindak

demikian. Latihan dan pembiasaan ini pada akhirnya akanmenjadi akhlak

yang terpatri dalam diri dan menjadi yang tidak terpisahkan. Al Ghazali

menyatakan:

29

Mukti Ali, KH Ali Ma’shum Perjuangan dan pemikirannya, LkiS,

Yogyakarta, 1999, hal 10

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN TENTANG KEDISIPLINAN …repository.stitradenwijaya.ac.id/413/3/bab2.pdf · 2019. 12. 13. · 15 BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN TENTANG KEDISIPLINAN

29

“Sesungguhnya prilaku manusia menjadi kuat dengan seringnya dilakukan

perbuatan yang sesuai dengannya, disertai ketaatan dan keyakinan bahwa apa

yang dilakukannya adalah baik” 30

c. Mendidik Melalui Ibrah

Secara sederhana, Ibrah berarti merenungkan dan memikirkan, dalamarti

umum biasanya dimaknakan dengan mengambil pelajaran dari setiap

peristiwa. Menurut Abd. Rahman al Nahlawi mendefinisikan Ibrah dengan

suatu kondisi psikis yang menyampaikan manusia untuk mengetahui intisari

suatu perkara yang disaksikan, diperhatikan, diinduksikan, ditimbang-

timbang, diukur dan diputuskan secara nalar, sehingga kesimpulannya dapat

mempengaruhi hati untuk tunduk kepadanya, lalumendorongnya kepada

prilaku yang sesuai.31

Tujuan Paedagogis dari Ibrah adalah mengantarkan manusia pada kepuasan

pikir tentang perkara agama yang bisa menggerakkan, mendidik atau

menambah perasaan keagamaan. Adapun pengambilan Ibrah bisa dilakukan

melalui kisah-kisah teladan, fenomena alam atau peristiwa-peristiwa yang

terjadi, baik di masa lalu maupun sekarang.32

d. Mendidik Melalui Mauidzah

Mauidzah berarti nasehat. Ridla mengartikan mauidzah sebagai berikut:

30

Al Gazali, Ihya Ulumuddin, Jilid III, Dar-al Mishri, Beirut, 1977,

hal. 61

31

Abd Rahman an Nahlawi, Prinsip-prinsip dn Metode Pendidikan

Islam, diterjemahkan Dahlan & Sulaiman, (Bandung; Diponegoro, 1992) hal

390

32

Tamyiz Burhanuddin, Akhlak Pesantren: Solusi Bagi Kerusakan

Akhlak, ITTIQA Press, Yogyakarta, 2001, hal. 57

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN TENTANG KEDISIPLINAN …repository.stitradenwijaya.ac.id/413/3/bab2.pdf · 2019. 12. 13. · 15 BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN TENTANG KEDISIPLINAN

30

“Mauidzah adalah nasehat peringatan atas kebaikan dan kebenaran dengan

jalan apa yang dapat meneyentuh hati dan membangkitkannya untuk

mengamalkannya”.33

Metode maidzah, harus mengandung tiga unsur, yakni: a) uraian tentang

kebaikan dan kebenaran yang harus dilakukan oleh seorang, dalam hal ini

santi, misalnya tentang sopan santun, harus berjamaah maupun kerajinan

dalam beramal; b) motivasi dalam melakukan kebaikan; c) peringatan tentang

dosa atau bahaya yang bakal muncul dari adanya larangan bagi dirinya sendiri

maupun orang lain.34

e. Mendidik Melalui Kedisiplinan

Dalam ilmu pendidikan, kedisiplinan dikenal sebagai cara menjaga

kelangsungan kegiatan pendidikan. Metode ini identic dengan pemberian

hukuman atau sangsi. Tujuannya untuk menumbuhkan kesadaran siswa bahwa

apa yang dilakukan tersebut tidak benar, sehingga ia tidak mengulanginya

lagi.35

Pembentukan lewat kedisiplinan ini memerlukan ketegasan mengharuskan

seorang pendidik memberikan sangsi bagi para pelanggar, sementara

kebijaksanaan mengharuskan pendidik berbuat adil dan arif dalam

memberikan sangsi bagi pelanggar, sementara kebijaksanaan mengharuskan

pendidik berbuat adil dan arif dalam memberikan sangsi, tidak terbawa emosi

33

Rasyid Ridha, Tafsir al-Manar, Jilid II, Maktabah al-Qahirah,

Mesir, tt, hal. 404

34

Tamyiz Burhanuddin, Op. Cit, hal. 57-58

35

Hadari Nawawi, Pendidikan Dalam Islam, Al-Ikhlas, Surabaya,

1990, hal. 234

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN TENTANG KEDISIPLINAN …repository.stitradenwijaya.ac.id/413/3/bab2.pdf · 2019. 12. 13. · 15 BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN TENTANG KEDISIPLINAN

31

atau dorongan lain. Dengtan demikian sebelum menjatuhkan sangsi, seorang

pendidik harus memperhatikan beberapa hal berikut: a) perlu adanya bukti

yang kuat tentang adanya tindak pelanggaran; b) hukuman harus bersifat

mendidik, bukan sekedarmemberi kepuasan atau balas dendam dari si

pendidik; c) harus mempertimbangkan latar belakang dan kondisi siswa yang

melanggar, misalnya frekuensinya pelanggaran, perbedaan jenis kelamin atau

jenis pelanggaran disengaja atau tidak.

Dipesantren, hukuman ini dikenal dengan istilah takzir. Takzir adalah

hukuman yang dijatuhkan pada santri yang melanggar.36

Hukuman yang

terberat adalah dikeluarkan dari pesantren. Hukuman ini diberikan

kepadasantri yang telah berulang kali melakukan pelanggaran, seolah tidak

bisa diperbaiki. Juga diberikan kepada santri yang melanggar dengan

pelanggaran berat yang mencoreng nama baik pesantren.

f. Mendidik Melalui Targhib wa Tahzib

Metode ini terdiri atas metode sekaligus yang berkaitan satu sama lain: targhib

dan tahzib. Targhib adalah janji disertai dengan bujukan agar seseorang

senang melakukan kebajikan dan menjauhi kejahatan. Tahzib adalah ancaman

untuk menimbulkan rasa takut berbuat tidak benar. Tekanan metode targhib

terletak pada harapan untuk melakuka kebijakan, sementara tekanan metode

tahzib terletak pada upaya menjauhi kejahatan atau dosa.37

Meski demikian metode ini tidak sama pada metodehadiah dan hukuman.

Perbedaan terletak pada akar pengambilan materi dan tujuan yang hendak

37

Abd. Rahman An Nahlawi, Op. Cit., hal. 412

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN TENTANG KEDISIPLINAN …repository.stitradenwijaya.ac.id/413/3/bab2.pdf · 2019. 12. 13. · 15 BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN TENTANG KEDISIPLINAN

32

dicapai. Perbedaan terletak pada akar pengambilan materi dan tujuan yang

hendak dicapai. Targhib dan tahzib berakar pada Tuhan (ajaran agama) yang

tujuannya memantapkan rasa keagamaan dan membangkitkan sifat

rabbaniyah, tanpa terikat waktu dan tempat. Adapun metode hadiahdan

hukuman berpijak pada hukum rasio (hukum akal) yang sempit (duniawi)

yang tujuannya masih terikat ruang dan waktu. Di pesantren, metode ini

biasanya diterapkan dalam pengajianpengajian, baik sorogan maupun

bandongan.38

g. Mendidik Melalui Kemandirian

Kemandirian tingkah laku adalah kemampuan santri untuk mengambil dan

melaksanakan keputusan secara bebas. Proses pengambilan dan pelaksanaan

keputusan santri yang bisa berlangsung di pesantren dapat dikategorikan

menjadi dua, yaitu keputusan yang bersifat-penting monumental dan

keputusan yang bersifat harian.

C. TINJAUAN TENTANG LINGKUNGAN KELUARGA

1. Pengertian Lingkungan Keluarga

Keluarga merupakan lingkungan pertama bagi anak yang memiliki

kontribusi bagi perkembangan dan pertumbuhan mental maupun fisik anak

dalam kehidupannya. Adapun pengertian keluarga secara etimologi adalah

suatu kesatuan (unit) dimana anggota-anggotanya mengabdikan diri kepada

kepentingan dan tujuan tersebut (Uyoh Sadulloh, 2006: 182).

38

Tamyiz Burhanuddin, Op. Cit, hal 61

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN TENTANG KEDISIPLINAN …repository.stitradenwijaya.ac.id/413/3/bab2.pdf · 2019. 12. 13. · 15 BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN TENTANG KEDISIPLINAN

33

B. Boston yang dikutip oleh Ishak Sholeh (1983: 11) mengatakan,

keluarga adalah suatu kelompok pertalian nasab keluarga yang dapat dijadikan

tempat untuk membina/membimbing anak-anak dan untuk pemenuhan hidup

lainnya. Sehingga sangat jelaslah bahwa pendidikan keluarga adalah

bantuan/pertolongan yang diberikan orang tua kepada anaknya, agar anak itu

dapat menjadi dewasa dan senantiasa terarah dalam kehidupannya.

Pendidikan keluarga merupakan bagian jalur pendidikan luar sekolah

yang diselenggarakan dalam keluarga dan memberikan keyakinan agama, nilai

budaya, nilai moral dan keterampilan (UU Sistem Pendidikan Nasional No. 2

Tahun 1989).

2. Fungsi Pendidikan Keluarga

Fungsi keluarga menurut Soelaeman (1994:85-115), antara lain:

a. Fungsi edukatif adalah yang mengarahkan keluarga sebagai wahana

pendidikan pertama dan utama bagi anak-anaknya agar dapat

b. Fungsi sosialisasi anak adalah keluarga memiliki tugas untuk mengantarkan

dan membimbing anak agar dapat beradaptasi dengan kehidupan sosial

(masyarakat), sehingga kehadirannya akan diterima oleh masyarakat luas.

menjadi manusia yang sehat, tangguh, maju dan mandiri sesuai dengan

tuntutan kebutuhan pembangunan yang semakin tinggi.

c. Fungsi proteksi (perlindungan) adalah keluarga berfungsi sebagai wahana atau

tempat memperoleh rasa nyaman, damai dan tentram seluruh anggota

keluarganya.

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN TENTANG KEDISIPLINAN …repository.stitradenwijaya.ac.id/413/3/bab2.pdf · 2019. 12. 13. · 15 BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN TENTANG KEDISIPLINAN

34

d. Fungsi afeksi (perasaan) keluarga sebagai wahana untuk menumbuhkan dan

membina rasa cinta dan kasih sayang antara sesama anggota keluarga dan

masyarakat serta lingkungannya.

e. Fungsi afeksi (perasaan) keluarga sebagai wahana untuk menumbuhkan dan

membina rasa cinta dan kasih sayang antara sesama anggota keluarga dan

masyarakat serta lingkungannya.

f. Fungsi religius keluarga sebagai wahana pembangunan insaninsan beriman

dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, bermoral, berahlak dan berbudi

pekerti luhur sesuai dengan ajaran agamanya.

g. Fungsi ekonomi adalah keluarga sebagai wahana pemenuhan kebutuhan

ekonomi fisik dan materil yang sekaligus mendidik keluarga untuk hidup

efisien, ekonomis dan rasional.

h. Fungsi rekreasi, keluarga harus menjadi lingkungan yang nyaman,

menyenangkan, cerah, ceria, hangat dan penuh semangat.

i. Fungsi biologis, keluarga sebagai wahana menyalurkan kebutuhan reproduksi

sehat bagi semua anggota keluarganya.

D. STUDI KOMPARASI KEDISIPLINAN SISWA MA ROUDHOTUN

NASYI’IN ANTARA YANG BERMUKIM DI PONDOK DAN

BERMUKIM DI RUMAH DI MA ROUDHOTUN NASYI’IN

Andi (1995:28) mendefinisikan disiplin adalah kepatuhan seorang siswa

untuk menghormati dan melaksanakan suatu sistem yang mengharuskan orang

untuk tunduk pada keputusan, perintah atau peraturan yang berlaku. Sedangkan

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN TENTANG KEDISIPLINAN …repository.stitradenwijaya.ac.id/413/3/bab2.pdf · 2019. 12. 13. · 15 BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN TENTANG KEDISIPLINAN

35

menurut G. R Terry (1993:218) mengatakan bahwa disiplin merupakan suatu

kemampuan individu yang terjadi disebabkan karena atas dasar kesadaran dan

kerelaan diri maupun oleh perintah atau tuntutan yang lain (dalam Rahman, 2011:

16-17).

Kedisiplinan siswa merupakan tindakan yang ditunjukkan siswa

bagaimana mereka mampu mamatuhi peraturan yang berlaku, dan kedisiplinan

setiap siswa yang tidak akan sama sikap kedisiplinannya. Banyak faktor yang

mempengaruhi kedisiplinan siswa, diantaranya faktor internal dan faktor

eksternal. Kedisiplinan pada siswa tidak akan sama terutama siswa yang

bermukim di pondok pesantren dengan siswa yang bermukim di rumah. Siswa

yang bermukim di pondok pesantren tentunya sudah terbiasa dengan peraturan

ketat yang diberlakukan pondok, sehingga siswa yang bermukim di pondok

pesantren tingkat kedisiplinannya lebih tinggi. Berbeda halnya dengan siswa yang

bermukim di rumah. Lingkungan keluarga dan masyarakat dalam hal ini sangat

massif mempengaruhi kedisiplinan siswa ketika berada di rumah. Terkadang

orang tua mereka juga kurang memperdulikan pendidikan anaknya, terutama

dalam kedisiplinan. Hal itu akan membuat mereka lebih leluasa dalam melakukan

suatu tindakan.

Berikut table persamaan dan perbedaan pondok pesantren dan

lingkungan rumah:

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN TENTANG KEDISIPLINAN …repository.stitradenwijaya.ac.id/413/3/bab2.pdf · 2019. 12. 13. · 15 BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN TENTANG KEDISIPLINAN

36

TABEL 1

PERSAMAAN PONDOK PESANTREN DAN LINGKUNGAN RUMAH

No Aspek Pondok Pesantren dan Lingkungan Rumah

1 Tempat tinggal Sama-sama bertempat tinggal di sebuah bangunan

2 Waktu belajar Memiliki peluang waktu belajar yang sama 24 jam

3 Pergaulan Sama-sama makhluk social

4 Pengawasan Sama-sama mendapatkan pengawasan

TABEL II

PERBEDAAN PONDOK PESANTREN DAN LINGKUNGAN RUMAH

No Aspek Pondok Pesantren Lingkungan Rumah

1 Tempat

Tinggal

Di lingkungan Pondok

Pesantren

Di lingkungan rumah,

lingkungan keluarga dan

masyarakat

2 Waktu Belajar Telah di jadwalkan menurut

sistem belajar pondok

Tidak terbatas dapat belajar

kapanpun sesuai keinginan

3 Pergaulan Lingkungan santriawan dan

santriwati harus dijaga

pergaulannya dan ada batas-

batasnya

Lingkungan masyarakat

umum

4 Pengawasan Dari Pengasuh Pondok

Pesantren

Mendapat pengawasan

langsung dari orang tua

Dari penjelasan tabel diatas, terdapat persamaan dan perbedaan antara

pola pendidikan di pondok pesantren dan di lingkungan rumah. Hal tersebut dapat

menjadi faktor-faktor penyebab perbedaan dari kedisiplinan siswa yang bermukim

di pondok pesantren dengan siswa yang bermukim di rumah.