bab ii landasan teori a. kepemimpinan spiritual 1....

31
BAB II LANDASAN TEORI A. KEPEMIMPINAN SPIRITUAL 1. Hakikat Kepemimpinan dan Kepemimpinan Spiritual Kepemimpinan adalah suatu proses pengarahan dan pemberian pengaruh pada kegiatan-kegiatan dari sekelompok anggota yang saling berhubungan tugasnnya. Stoner dalam handoko (1995:1) 1 Begitu pula menurut miftha thoha (2004:264) kepemimpinan adalah kegiatan untuk mempengaruhi perilaku orang lain, atau seni mempengaruhi perilaku orang lain, atau seni mempengaruhi manusia baik perorangan kelompok. 2 Dalam memimpin disebuah lembaga atau sekolah terdapat beberapa macam gaya dalam kemimpinan, diantaranya : Kepemimpinan Laissez-faire (gaya ini lebih banyak menekankan keputusan kelompok dan memperbolehkan kelompok yang memimpin dalam menentukan tujuan dan metode mereka yang akan dicapai. Dalam kondisi tertentu pemimpin hanya berfungsi sebagai fasilitator), Kepemimpinan Otoriter (suatu kepemimpinan dimana seorang pemimpin yang bertindak sebagai diktator terhadap anggota-anggota kelompoknya. Kepemimpian otoriter hanya akan menyebabkan ketidak puasan dikalangan guru dan semua 1 Handoko, T. Manajemen, BPFE, Yogyakarta, 1995, hal: 1 2 Thoha, Miftah. Perilaku Organisasi Dasar dan Aplikasinya, PT. Raja Grafindo, Jakarta, 2004, hal: 264 11

Upload: others

Post on 07-Dec-2020

13 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI A. KEPEMIMPINAN SPIRITUAL 1. …repository.stitradenwijaya.ac.id/345/4/bab2.pdf · nilai ketuhanan dan berpedoman pada etika religius. c. Kepemimpinan yang mencontoh

11

BAB II

LANDASAN TEORI

A. KEPEMIMPINAN SPIRITUAL

1. Hakikat Kepemimpinan dan Kepemimpinan Spiritual

Kepemimpinan adalah suatu proses pengarahan dan pemberian

pengaruh pada kegiatan-kegiatan dari sekelompok anggota yang saling

berhubungan tugasnnya. Stoner dalam handoko (1995:1)1 Begitu pula

menurut miftha thoha (2004:264) kepemimpinan adalah kegiatan untuk

mempengaruhi perilaku orang lain, atau seni mempengaruhi perilaku

orang lain, atau seni mempengaruhi manusia baik perorangan kelompok.2

Dalam memimpin disebuah lembaga atau sekolah terdapat

beberapa macam gaya dalam kemimpinan, diantaranya : Kepemimpinan

Laissez-faire (gaya ini lebih banyak menekankan keputusan kelompok

dan memperbolehkan kelompok yang memimpin dalam menentukan

tujuan dan metode mereka yang akan dicapai. Dalam kondisi tertentu

pemimpin hanya berfungsi sebagai fasilitator), Kepemimpinan Otoriter

(suatu kepemimpinan dimana seorang pemimpin yang bertindak sebagai

diktator terhadap anggota-anggota kelompoknya. Kepemimpian otoriter

hanya akan menyebabkan ketidak puasan dikalangan guru dan semua

1Handoko, T. Manajemen, BPFE, Yogyakarta, 1995, hal: 1

2Thoha, Miftah. Perilaku Organisasi Dasar dan Aplikasinya, PT.

Raja Grafindo, Jakarta, 2004, hal: 264

11

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI A. KEPEMIMPINAN SPIRITUAL 1. …repository.stitradenwijaya.ac.id/345/4/bab2.pdf · nilai ketuhanan dan berpedoman pada etika religius. c. Kepemimpinan yang mencontoh

12

kebijakan atau keputusan ada di tangan pemimpin, semua bentuk

hukuman, larangan peraturan dapat juga berubah sesuai dengan suasana

hati pemimpin), Kepemimpinan Demokratis (Kepemimpinan Demokratis

adalah kepemimpinan yang terdapat kerjasama antara pihak atasan dan

bawahan, setiap individu mendapat pembagian kerja yang nantinya akan

dipertanggung jawabkan dalam musyawarah atau rapat penutupan

kegiatan. Kepemimpinan ini dapat menimbulkan kedisiplinan bagi setiap

individu sehingga mendapat kepuasan tersendiri terutama dikalangan

guru), Kepemimpinan Spiritual (Istilah “spiritual” berasal dari kata dasar

bahasa Inggris yakni “spirit” yang memiliki cakupan makna:

jiwa, arwah/ruh, semangat, moral dan tujuan atau makna yang hakiki,

sedangkan dalam bahasa rab istilah spiritual terkait dengan yang ruhani

dan maknawi dari segala sesuatu).

Kepemimpinan Spiritual Menurut Dr. Tobroni dalam “The

Spiritual Leadership,…” (2005:1), adalah kepemimpinan yang membawa

dimensi keduniawian kepada dimensi keilahian. Tuhan adalah pemimpin

sejati yang mengilhami, mempengaruhi, melayani dan menggerakkan

hati nurani hamba-Nya dengan sangat bijaksana melalui pendekatan etis

dan keteladanan.3 Karena itu kepemimpinan spiritual disebut juga

kepemimpinan yang berdasarkan etika religius dan kecerdasan spiritual,

mendasarkan pada iman dan hati nurani.

3Dr. Tobroni, Spiritual Leadership, PT. Gramedia Pustaka Utama,

Jakarta, 2005, hal:1

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI A. KEPEMIMPINAN SPIRITUAL 1. …repository.stitradenwijaya.ac.id/345/4/bab2.pdf · nilai ketuhanan dan berpedoman pada etika religius. c. Kepemimpinan yang mencontoh

13

Kepemimpinan spiritual yang dimaksud disini adalah

kepemimpinan yang lebih banyak mengandalkan kecerdasan spiritual

(rohani, soul, ruh, hati nurani) dalam kegiatan kepemimpinan. Sinetar

mendefinisikan kecerdasan spiritual sebagai pemikiran yang terilhami …

yaitu ketajaman pemikiran yang tinggi yang sering kita katakan

menghasilkan sifat-sifat supernatural: intuisi, petunjuk moral yang

kokoh, kekuasaan atau otoritas batin, kemampuan membedakan yang

salah dan yang benar dan kebijaksanaan. (Marsha Sinetar, 2001:27).4

Kepemimpinan sebagai kekuatan dinamika yang pokok yang

mendorong memotivasi dan mengkoordinasikan organisasi dalam

pencapaian tujuan-tujuannya. Oleh karena itu kepemimpinan yang

didasari oleh kepemimpinan spiritual akan lebih memotivasi siapa saja

yang ada di sekitarnya untuk melakukan hal yang terbaik, karena sesuatu

hal yang dilakukan dengan dasar motivasi akan menjadi hal yang positif

dan mepengaruhi pencapaian yang diinginkan. Kepemimpinan spiritual

dapat dikategorikan menjadi dua macam, yaitu :

1. Kepemimpinan spiritual subtantif.

Kepemimpinan spiritual subtantif yaitu kepemimpinan

spiritual yang lahir dari pengahayatan spiritual sang pemimpin dan

kedekatan pemimpin dengan realitas Ilahi dan dunia ruh.

Kepemimpinan spiritual subtantif berdasarkan pada keyakinan dan

4Marsha Sinetar, Kepemimpinan yang memotivasi, Gramedia

Pustaka Utama, Jakarta, 2001, hal: 27

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI A. KEPEMIMPINAN SPIRITUAL 1. …repository.stitradenwijaya.ac.id/345/4/bab2.pdf · nilai ketuhanan dan berpedoman pada etika religius. c. Kepemimpinan yang mencontoh

14

penghayatan yang dalam terhadap nilai-nilai etis religius menjadikan

keduanya memiliki integritas yang tinggi baik ketika berhubungan

dengan Tuhan maupun antar sesama manusia.

2. Kepemimpinan spiritual instrumental.

Kepemimpinan instrumental yaitu kepemimpinan spiritual

yang dipelajari dan kemudian dijadikan gaya atau model

kepemimpinannya. Gaya spiritual dalam kepemimpinannya muncul

karena tuntutan eksternal dan menjadi alat atau media untuk

mengefektifkan perilaku kepemimpinannya. Kepemimpinan spiritual

instrumental bersifat tidak abadi dan sekiranya konteks

kepemimpinannya berubah, maka model kepemimpinannya bisa jadi

berubah pula.

2. Karakteristik Kepemimpinan Spiritual

Seiring dengan ditemukannya konsep kecerdasan spiritual yang

justru dianggap sebagai kecerdasan bawaan (the ultimate

intelligence) dan sebagai pondasi yang diperlukan bagi keefektifan dua

kecerdasan yang lain yakni IQ dan EQ. Sebagaimana yang diuraikan

diatas, kepemimpinan spiritual adalah kepemimpinan yang berbasis pada

etika religius, kepemimpinan atas nama Tuhan, yaitu kepemimpinan

yang terilhami oleh perilaku etis Tuhan dalam memimpin makhluk-

makhluk-Nya.

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI A. KEPEMIMPINAN SPIRITUAL 1. …repository.stitradenwijaya.ac.id/345/4/bab2.pdf · nilai ketuhanan dan berpedoman pada etika religius. c. Kepemimpinan yang mencontoh

15

Adapun karakteristik dari kepemimpinan spiritual Dalam

Pendidikan Islam.5 Sebagai berikut :

a. Kejujuran sejati.

Rahasia sukses para pemimpin besar dalam mengemban misinya

adalah memegang teguh kejujuran. Berlaku jujur senantiasa

membawa kepada keberhasilan dan kebahagiaan pada akhirnya.

b. Fairness.

Pemimpin spiritual mengemban misi sosial untuk menegakkan

keadilan di muka bumi, baik adil terhadap diri sendiri, keluarga dan

orang lain. Bagi para pemimpin spiritual, menegakkan keadilan

bukan sekedar kewajiban moral religius dan tujuan akhir dari sebuah

tatanan sosial yang adil, melainkan sekaligus menjadi proses dan

prosedurnya untuk keberhasilan kepemimpinannya.

c. Semangat amal shaleh.

Kebanyakan pemimpin suatu lembaga, mereka sebenarnya bekerja

bukan untuk orang dan lembaga yang dipimpin melainkan untuk

keamanan, kemapanan dan kejayaan dirinya. Tetapi kepemimpinan

spiritual bersikap berbeda yaitu bekerja karena panggilan dari hati

nurani yang ditujukan semata-mata untuk mengharap ridho Tuhan.

d. Membenci formalitas dan organized religion.

5Dr. Tobroni, Op-Cit, hal: 33

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI A. KEPEMIMPINAN SPIRITUAL 1. …repository.stitradenwijaya.ac.id/345/4/bab2.pdf · nilai ketuhanan dan berpedoman pada etika religius. c. Kepemimpinan yang mencontoh

16

Bagi seorang spiritualis, formalitas tanpa isi bagaikan pepesan

kosong. Organized religion biasanya hanya mengedepankan

peraturan, perilaku dan hubungan sosial yang terstruktur yang

berpotensi memecah belah. Tindakan formalitas perlu dilakukan

untuk memperkokoh makna dari substansi tindakan itu sendiri dan

dalam rangka merayakan sebuah kesuksesan dan kemenangan.

Pemimpin spiritual lebih mengedepankan tindakan yang genuine dan

substantive.

e. Sedikit bicara banyak kerja dan santai.

Pemimpin yang banyak bicara banyak salahnya, banyak musuhnya,

banyak dosanya serta sedikit kontemplasinya dan sedikit karyanya.

Seorang pemimpin spiritual adalah pemimpin yang sedikit bicara

banyak kerja. Ia lebih mengedepankan pekerjaan secara efisien dan

efektif.

f. Membangkitkan yang terbaik bagi diri sendiri dan orang lain.

Pemimpin spiritual berupaya mengenali jati dirinya dengan sebaik-

baiknya. Upaya mengenali jati diri itu juga dilakukan terhadap orang

lain, dengan mengenali jati diri ia dapat membangkitkan segala

potensinya dan dapat bersikap secara arif dan bijaksana dalam

berbagai situasi.

g. Keterbukaan menerima perubahan.

“Perubahan” adalah kata yang paling disukai bagi kelompok

tertindas dan sebaliknya paling ditakuti oleh kelompok mapan.

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI A. KEPEMIMPINAN SPIRITUAL 1. …repository.stitradenwijaya.ac.id/345/4/bab2.pdf · nilai ketuhanan dan berpedoman pada etika religius. c. Kepemimpinan yang mencontoh

17

Pimpinan biasanya dikategorikan sebagai kelompok mapan, pada

umumnya berusaha menikmati kemapanannya dengan menolak

perubahan. Kalaupun ia gencar mengadakan perubahan adalah

dalam rangka mempertahankan atau mengamankan posisinya.

Sedangkan pemimpin spiritual berbeda dengan pemimpin pada

umumnya, ia tidak alergi dengan perubahan dan juga bukan

penikmat kemapanan. Pemimpin spiritual memiliki rasa hormat

bahkan rasa senang dengan perubahan yang menyentuh diri mereka

yang paling dalam sekalipun.

h. Pemimpin yang dicintai.

Pemimpin pada umumnya sering tidak perduli apakah mereka

dicintai para karyawannya atau tidak. Bagi mereka dicintai atau

dibenci itu tidak penting, yang penting dihormati sebagai pemimpin.

Bahkan sebagian diantara mereka merasa tidak perlu dicintai karena

hal itu akan menghalangi dalam mengambil keputusan yang sulit

yang menyangkut persoalan karyawannya. Pernyataan ini

mungkin ada benarnya, akan tetapi bagi pemimpin spiritual, kasih

sayang sesama justru merupakan ruh (spirit) sebuah organisasi. Cinta

kasih bagi pemimpin spiritual bukanlah cinta kasih dalam pengertian

sempit yang dapat mempengaruhi obyektifitas dalam pengambilan

keputusan dan memperdayakan kinerja lembaga, tetapi cinta kasih

yang memberdayakan, cinta kasih yang tidak semata-mata bersifat

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI A. KEPEMIMPINAN SPIRITUAL 1. …repository.stitradenwijaya.ac.id/345/4/bab2.pdf · nilai ketuhanan dan berpedoman pada etika religius. c. Kepemimpinan yang mencontoh

18

perorangan, tetapi cinta kasih struktural yaitu cinta terhadap ribuan

orang yang dipimpinnya.

i. Think Globally and act locally.

Statemen di atas merupakan visi seorang pemimpin spiritual.

Memiliki visi jauh ke depan dengan fokus perhatian kekinian dan

kedisinian. Dalam hal yang paling abstrak (spirit, soul, ruh) saja ia

dapat meyakini, memahami dan menghayati, maka dalam kehidupan

nyata ia tentu lebih dapat memahami dan menjelaskan lagi walaupun

kenyataan itu merupakan cita-cita masa depan. Ia memiliki

kelebihan untuk menggambarkan idealita masa depan secara

mendetail dan bagaimana mencapainya kepada orang lain seakan-

akan gambaran masa depan itu sebuah realitas yang ada di depan

mata.

j. Disiplin Tetapi Fleksibel dan Cerdas.

Kedisiplinan pemimpin spiritual tidak didasarkan pada sistem kerja

otoritarian yang menimbulkan kekakuan dan ketakutan, melainkan

didasarkan pada komitmen dan kesadaran yaitu kesadaran spiritual.

Pemimpin spiritual adalah orang yang berhasil mendisiplinkan diri

sendiri dari keinginan, godaan dan tindakan destruktif atau kurang

bermanfaat atau kurang patut. Kebiasaan mendisiplinkan diri ini

menjadikan pemimpin spiritual sebagai orang yang teguh memegang

prinsip, memiliki disiplin yang tinggi tetapi tetap fleksibel, cerdas.

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI A. KEPEMIMPINAN SPIRITUAL 1. …repository.stitradenwijaya.ac.id/345/4/bab2.pdf · nilai ketuhanan dan berpedoman pada etika religius. c. Kepemimpinan yang mencontoh

19

k. Kerendahan Hati.

Seorang pemimpin spiritual menyadari sepenuhnya bahwa

semua kedudukan, prestasi, sanjungan dan kehormatan itu bukan

karena dia dan bukan untuk dia, melainkan karena dan untuk Dzat

Yang Maha Terpuji.

3. Kepemimpinan Spiritual Sebagai Pemecah Masalah Pendidikan

Indonesia

Pendidikan di Indonesia sekarang ini dapat diatasi melalui

spiritual leadership. Dengan kata lain pemimpin spiritual adalah faktor

utama terjadinya perubahan dari suatu lembaga pendidikan untuk meraih

prestasi. Implementasi puncak etika religius dalam kehidupan sehari-hari

akan melahirkan orang yang memiliki komitmen (kepedulian) dan

dedikasi (pengabdian), sabar, rela berkorban, berjuang tanpa kenal lelah

dan ikhlas. Peran pemimpin spiritual dalam mengembangkan Pendidikan

Islam adalah :

a. Sebagai pembaharu.

Keberhasilan pemimpin spiritual dalam mengembangkan

pendidikan tidak lepas dari perannya sebagai pembaharu. Gagasan-

gagasan atau ide-ide baru senantiasa keluar dari hasil kontemplasi,

penjelajahan dan pengembaraan intelektualnya yang luas.

b. Pemimpin Spiritual Sebagai Pemimpin Organisasi Pendidikan.

Sebagaimana dikemukakan dalam pembahasan sebelumnya,

lembaga pendidikan merupakan industry yang mulia yang

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI A. KEPEMIMPINAN SPIRITUAL 1. …repository.stitradenwijaya.ac.id/345/4/bab2.pdf · nilai ketuhanan dan berpedoman pada etika religius. c. Kepemimpinan yang mencontoh

20

merupakan gabungan dari lembaga yang bersifat profit seperti :

perusahaan, industri dan jasa dan lembaga non profit seperti lembaga

sosial kemasyarakatan, dan lembaga dakwah lainnya. Karena itu dari

sisi kelembagaan, kekuatan-kekuatan kepemimpinan spiritual sangat

cocok untuk memimpin lembaga pendidikan. Pemimpin spiritual

mampu memerankan diri sebagai seorang entrepreneur, corporate

dan pembisnis yang handal sehingga mampu mengefektifkan budaya

dan proses organisasi dan mengembangkan usaha.

Disisi lain, pemimpin spiritual juga mampu berperan sebagai

seorang tokoh pergerakan, seorang ruhaniawan, relawan dan

volunteer yang pandai menarik simpati dan menggerakkan massa,

tokoh spiritual dan seorang pekerja sosial. Itulah sebabnya, lembaga

pendidikan yang memiliki dimensi sebagai organisasi profit dan

organisasi sosial dan dakwah sangat tepat dipimpin oleh orang yang

mengembangkan kepemimpinan spiritual.

c. Pemimpin spiritual sebagai administrator proses pembelajaran.

Kepala sekolah selama ini lebih banyak berperan

hanya sebagai administrator pembelajaran. Tugas mereka seakan

sudah selesai apabila proses pembelajaran dapat berlangsung dengan

lancar dan tertib. Pemimpin spiritual memandang tugas sebagai

administrator sebagai tugas rutin dan karena itu diserahkan

pelaksanaannya kepada masing-masing pimpinan bidang atau unit.

Ini tidak berarti tugas sebagai administrator tidak penting, melainkan

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI A. KEPEMIMPINAN SPIRITUAL 1. …repository.stitradenwijaya.ac.id/345/4/bab2.pdf · nilai ketuhanan dan berpedoman pada etika religius. c. Kepemimpinan yang mencontoh

21

secara organisatoris telah ada pembagian tugas dan sekaligus sebagai

bentuk pengkaderan. Posisi pemimpin spiritual dalam hal ini

berperan sebagai pengilham, pencerah dan pembangkit.

d. Pemimpin Spiritual Sebagai Pendidik.

Salah satu kekuatan yang menyebabkan pemimpin spiritual

berhasil dalam mengembangkan pendidikan adalah karena perannya

sebagai pendidik (murabbi). Di depan muridnya ia tetap seorang

guru yang mau menyapa dan peduli sehingga memiliki hubungan

yang harmoni, dekat, akrab. Di depan guru dan karyawan ia adalah

seorang teman sesama guru yang senasip dan seperjuangan, dengan

sesama guru ia tetap egaliter, dekat dan akrap disamping juga

peduli. Bukan hanya dengan sesama guru, dengan muridpun

pemimpin spiritual dapat bergurau dengan renyah dan riang.

Dilihat dari proses pembelajaran di lembaga pendidikan,

pemimpin spiritual terbukti mampu mengefektifkan proses

pembelajaran dan melakukan berbagai inovasi. Sedang apabila

dilihat dari substansi dan esensi pendidikan, pemimpin spiritual

terbukti mampu mengembangkan pemikiran dan ide-ide baru yang

brillian, mencerahkan dan memberdayakan sehingga pendidikan

benar-benar mampu memerankan fungsi pokoknya, bukan sekedar

fungsi formalnya.

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI A. KEPEMIMPINAN SPIRITUAL 1. …repository.stitradenwijaya.ac.id/345/4/bab2.pdf · nilai ketuhanan dan berpedoman pada etika religius. c. Kepemimpinan yang mencontoh

22

4. Kelebihan dan Kelemahan Kepemimpinan Spiritual

Terlepas dari konteks internal pribadi sang pemimpin dan konteks

eksternal orang-orang yang dipimpin, kepemimpinan spiritual memiliki

kelebihan dan kelemahan. Kelebihan-kelebihan itu antara lain berupa :

a. Kepemimpinan konvesional, mengandalkan indra lahiriah dan

berorientasi pada hal-hal yang kasat mata, kepemimpinan spiritual

juga menggunakan indra batiniah dan sasarannya tidak hanya yang

kasat mata (the unseen thing).

b. Kepemimpinan dalam nama Tuhan, kepemimpinan spiritual adalah

kepemimpinan dengan semangat (ruh) Tuhan, berparagdigma nilai-

nilai ketuhanan dan berpedoman pada etika religius.

c. Kepemimpinan yang mencontoh Tuhan, pemimpin menyadari bahwa

yang lahiriah sifatnya sementara sedang yang abadi adalah batiniah.

d. Kepemimpinan profetik, kepemimpian spiritual adalah kepemimpian

yang terilhami dan terbangkitkan oleh misi dan perilaku

kepemimpinan para nabi.

e. Kepemimpinan yang tidak konvesional, berada dalam posisi sebagai

pemimpin dengan segala konsekuensinya sering kali menggoda

pemimpin pada umumnya untuk mempertahankan posisinya itu bagi

kepentingan dirinya.

f. Kepemimpinan dengan hati, pemimpin spiritual harus berusaha

menyadari bahwa potensi yang dimilikinya bisa mencerahkan dan

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI A. KEPEMIMPINAN SPIRITUAL 1. …repository.stitradenwijaya.ac.id/345/4/bab2.pdf · nilai ketuhanan dan berpedoman pada etika religius. c. Kepemimpinan yang mencontoh

23

membangkitkan dengan cara tidak memerintah atau melarang,

melainkan dengan sentuhan-sentuhan hati.

g. Kepemimpinan dengan kharisma, memiliki kekuatan besar untuk

melakukan renovasi, revitalisasi, rekonstruksi dengan menciptakan

wawasan baru, perilaku baru, suasana baru, dan budaya baru.

h. Kepemimpinan entrepreneurship, kpeemimpinan spiritualitas

senantiasa menciptakan kreasi-kreasi baru dalam gaya

kepemimpinan maupun dalam bidang kepemimpnannya. Kreasi itu

mampu memberikan nilai tambah baik yang sifatnya material

maupun non material.

i. Kepemimpinan dengan keberanian yang luar biasa untuk mengambil

resiko. Pemimpin berupaya menanggung resiko yang seharusnya

ditanggung oleh orang lain.

j. Kepemimpinan dengan integritas dan disiplin moral yang tinggi.

Kualitas spiritual akan menentukan kualitas hati, dan kualitas hati

akan menentukan kualitas moral. Orang yang memiliki spiritualitas

dan moralitas adalah orang yang memiliki integritas.

Sedangkan kelemahan-kelemahan dari kepemimpinan spiritual

diantaranya berupa :

a. Kesenjangan orientasi, kalau tindakan pemimpin spiritual terlalu

idealis dalam arti berorientasi pada aspek spiritualitas dan menjadi

kurang memperhatiakan realita terutama kebutuhan aktual orang-

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI A. KEPEMIMPINAN SPIRITUAL 1. …repository.stitradenwijaya.ac.id/345/4/bab2.pdf · nilai ketuhanan dan berpedoman pada etika religius. c. Kepemimpinan yang mencontoh

24

orang yang dipimpinnya, hal ini bisa melahirkan kebosanan dan

pembangkangan serta perlawanan.

b. Disfungsi manajemen, terlalu kuatnya pengaruh pribadi pemimpin

spiritual dan kecepatan pemimpin dalam mengambil keputusan

dengan segala konsekuensi yang ditimbulkan, mekanisme organisasi

seringkali tertinggal dan dianggap terlalu lama dalam proses

pengambilan keputusan.

c. Kegagalan menyadari kekurangan, keberhasilan demi keberhasilan

yang diraih pemimpin spiritual bisa menimbulkan pada diri

pemimpin itu keyakinan bahwa wawasan dan langlah-langkahnya

bebas dari kesalahan.

d. Hubungan dengan bawahan, kecerdasan spiritual yang dimiliki

pemimpin, ketajaman mata hati dan wawasan luas dan gerak

cepatnya tidak jarang dianggap terlalu maju dan menimbulkan

guncangan bagi orang-orang yang dipimpinnya.

e. Gaya kepemimpinan tidak formal, tingginya komitmen untuk

memajukan lembaga yang dipimpinnya menyebabkan pemimpin

spiritual seakan bekerja selama 24 jam baik kantor maupun dimana

saja berada.

f. Masalah keseimbangan, dalam sebuah organisasi besar, pemimpin

spiritual yang bukan top leader merupakan penganjur tidak

konvesional bagi pembaharuan radikal. Karena itu, tidak jarang akan

timbul rasa tidak senang dan tidak nyaman dengan atasan mereka.

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI A. KEPEMIMPINAN SPIRITUAL 1. …repository.stitradenwijaya.ac.id/345/4/bab2.pdf · nilai ketuhanan dan berpedoman pada etika religius. c. Kepemimpinan yang mencontoh

25

g. Masalah kesuksesan, kekuatan pribadi dan pengaruh yang dominan

dalam organisasi mengakibatkan bawahan tergantung pada sang

pemimpin. Ketika kepemimpinannya harus berakhir maka kesulitan

mencari penggantinnya.

h. Pendorong mobil mogok, pemimpin spiritual sangat efektif untuk

menggerakkan sebuah organisasi yang stagnan (pendorong mobil

mogok) atau sebuah organisasi yang sedang memulai melakukan

perubahan.

Pemimpin yang baik senantiasa akan memperbaiki kelemahannya

sebelum hal itu diketahui atau dituntut untuk diperbaiki oleh orang lain.

Kemampuan pemimpin spiritual dalam melakukan perubahan dari

organisasi yang tidak efektif menjadi efektif secara revolusioner tentu

mengandung kelebihan-kelebihan bahkan keajaiban dalam

kepemimipinannya yang tidak dimiliki oleh kepemimpinan konvesional.

5. Kompetensi Kepemimpinan

Seorang pemimpin disebuah sekolah atau lembaga harus memiliki

6 kompetensi.6 Adapun kompetensi tersebut yaitu :

1. Kompetensi kepribadian dan sosial, memiliki kriteria sebagai

berikut:

6Permendiknas No 13 Tahun 2007, Tentang Standar Kepala

Sekolah/Madrasah

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI A. KEPEMIMPINAN SPIRITUAL 1. …repository.stitradenwijaya.ac.id/345/4/bab2.pdf · nilai ketuhanan dan berpedoman pada etika religius. c. Kepemimpinan yang mencontoh

26

a. Berakhlak mulia, mengembangkan budaya dan tradisi akhlak

mulia, menjadi teladan akhlak mulia bagi komunitas di

sekolah/madrasah.

b. Melaksanakan tugas pokok dan fungsi (tupoksi) sebagai kepala

sekolah dengan penuh kejujuran, ketulusan komitmen dan

integritas.

c. Bersikap terbuka dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi

(tupoksi) sebagai kepala sekolah/madrasah.

d. Mengendalikan diri dalam menghadapi masalah dan tantangan

sebagai kepala sekolah/madrasah.

e. Berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan.

f. Tanggap dan peduli terhadap kepentingan orang atau kelompok

lain.

g. Mengembangkan dan mengelola hubungan sekolah/madrasah

dengan pihak lain di luar sekolah dalam rangka mendapatkan

dukungan ide, sumber belajar dan pembiayaan

sekolah/madrasah.

2. Kompetensi kepemimpinan pembelajaran, memiliki kriteria

sebagai berikut :

a. Bertindak sesuai dengan visi dan misi sekolah/madrasah.

b. Merumuskan tujuan yang menantang ddiri sendiri dan orang lain

untuk mencapai standart yang tinggi.

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI A. KEPEMIMPINAN SPIRITUAL 1. …repository.stitradenwijaya.ac.id/345/4/bab2.pdf · nilai ketuhanan dan berpedoman pada etika religius. c. Kepemimpinan yang mencontoh

27

c. Mengembangkan sekolah/madrasah menuju organisasi

pembelajar (learning organization).

d. Menciptakan budaya dan iklim sekolah/madrasah yang kondusif

dan inovatif bagi pembelajaran.

e. Memegang teguh tujuan sekolah dengan menjadi contoh dan

bertindak sebagai pemimpin pembelajaran.

f. Melaksanakan kepemimpinan yang inspiratif.

g. Membangun rasa saling percaya dan memfasilitasi kerjasama

dalam rangka untuk menciptakan kolaborasi yang kuat diantara

warga sekolah/madrasah.

h. Bekerja keras untuk mencapai keberhasilan sekolah/madrasah

sebagai organisasi pembelajar yang efektif.

i. Mengembangkan kurikulum dan kegiatan pembelajaran sesuai

dengan visi, misi dan tujuan sekolah.

j. Mengelola peserta didik dalam rangka pengembangan

kapasitasnya secara optimal.

3. Kompetensi pengembangan sekolah, memiliki kriteria sebagai

berikut :

a. Menyusun rencana pengembangan sekolah/madrasah jangka

panjang, menengah dan pendek dalam rangka mencapai visi,

misi dan tujuan sekolah/madrasah.

b. Mengembangkan struktur organisasi sekolah/madrasah yang

efektif dan efisien sesuai dengan kebutuhan.

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI A. KEPEMIMPINAN SPIRITUAL 1. …repository.stitradenwijaya.ac.id/345/4/bab2.pdf · nilai ketuhanan dan berpedoman pada etika religius. c. Kepemimpinan yang mencontoh

28

c. Melaksanakan pengembangan sekolah/madrasah sesuai dengan

rencana jangka panjang, menengah dan pendek sekolah menuuju

tercapainya visi, misi dan tujuan sekolah.

d. Mewujudkan peningkatan kinerja sekolah yang signifikan sesuai

dengan visi, misi tujuan sekolah dan standart nasional

pendidikan.

e. Melakukan monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan

program kegiatan sekolah/madrasah dengan prosedur yang tepat.

f. Merencanakan dan menindaklanjuti hasil monitoring, evaluasi

dan pelaporan.

g. Melaksanakan penelitian tindakan sekolah dalam rangka

meningkatkan kinerja sekolah/madrasah.

4. Kompetensi manajemen sumber daya, memiliki kriteria sebagai

berikut :

a. Mengelola dan mendayagunakan pendidik dan tenaga

kependidikan secara optimal.

b. Mengelola dan mendayagunakan sarana dan prasarana

sekolah/madrasah secara optimal untuk kepentingan

pembelajaran.

c. Mengelola keuangan sekolah/madrasah sesuai dengan prinsip-

prinsip efisiensi, transparansi dan akuntabilitas.

d. Mengelola lingkungan sekolah yang menjamin

keamanan,keselamatan dan kesehatan.

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI A. KEPEMIMPINAN SPIRITUAL 1. …repository.stitradenwijaya.ac.id/345/4/bab2.pdf · nilai ketuhanan dan berpedoman pada etika religius. c. Kepemimpinan yang mencontoh

29

e. Mengelola ketata usahaan sekolah/madrasah dalam mendukung

pencapaian tujuan sekolah/madrasah.

f. Mengelola sistem informasi sekolah/madrasah dalam

mendukung penyusunan program dan pengambilan keputusan.

g. Mengelola layanan-layanan khusus sekolah/madrasah dalam

mendukung kegiatan pembelajaran dan kegiatan peserta didik di

sekolah/madrasah.

h. Memanfaatkan teknologi secara efektif dalam kegiatan

pembelajaran dan manajemen sekolah/madrasah.

5. Kompetensi kewirausahaan, memiliki kriteria sebagai berikut :

a. Menciptakan inovasi yang bermanfaat bagi pengembangan

sekolah/madrasah.

b. Memiliki motivasi yang kuat untuk sukses dalam melaksanakan

tugas pokok dan funsinya sebagai pemimpin pembelajaran.

c. Memotivasi warga sekolah untuk sukses dalam melaksanakan

tugas pokok dan fungsinya masins-masing.

d. Pantang menyerah dan selalu mencari solusi terbaik dalam

menghadapi kendala yang dihadapi sekolah/madrasah.

e. Menerapkan nilai dan prinsip-prinsip kewirausahaan dalam

mengembangkan sekolah/madrasah.

6. Kompetensi supervisi pembelajaran, memiliki kriteria sebagai

berikut:

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI A. KEPEMIMPINAN SPIRITUAL 1. …repository.stitradenwijaya.ac.id/345/4/bab2.pdf · nilai ketuhanan dan berpedoman pada etika religius. c. Kepemimpinan yang mencontoh

30

a. Menyusun program supervisi akademik dalam rangka

peningkatan profesionalisme guru.

b. Melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dengan

menggunakan pendekatan dan tekniksupervisi yang tepat.

c. Menilai dan menindak lanjuti kegiatan supervisi akademik

dalam rangka peningkatan profesionalisme guru.

B. MOTIVASI BELAJAR

1. Konsep motivasi belajar

Thomas L. Good dan Jere B. Braphy (1990:103) mendefinisikan

motivasi sebagai suatu energi penggerak dan pengarah, yang dapat

memperkuat dan mendorong seseorang untuk bertingkah laku. Ini berarti

perbuatan seseorang tergantung motivasi yang mendasarinya. Sedangkan

belajar merupakan suatu proses atau interaksi yang dilakukan seseorang

dalam memperoleh sesuatu yang baru dalam bentuk perilaku sebagai hasil

dari pengalaman itu sendiri.7

Menurut Prof. Dr. Zakiah Daradjat, motivasi adalah unsur yang

utama dalam proses belajar dan belajar tidak akan berlangsung tanpa

perhatian8.22 Dengan memperhatikan pendapat tersebut dapat diketahui

bahwa perhatian sangat penting dalam proses belajar.

7Thomas L. Good & Jere B. Braphy, Educational Psychology,

PT. Raja Grafindo, Jakarta, hal: 103

8Zakiah Darajat, dkk. Metodik Pengajaran Agama, Bumi Aksara,

Jakarta, hal. 142.

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI A. KEPEMIMPINAN SPIRITUAL 1. …repository.stitradenwijaya.ac.id/345/4/bab2.pdf · nilai ketuhanan dan berpedoman pada etika religius. c. Kepemimpinan yang mencontoh

31

Menurut A.M. Sardiman (2005:75) motivasi belajar dapat juga

diartikan sebagai serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi

tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila

ia tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelak

perasaan tidak suka itu.9 Oleh karena itu, motivasi akan menyebabkan

terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada diri manusia, dari suatu

hal yang negatif menjadi suatu hal yang positif yang berupa keberhasilan

dalam pembelajaran ataupun pendidikan.

Wahosumidjo (1992:177) mendefinisikan motivasi belajar

merupakan dorongan dan kekuatan dalam diri seseorang untuk

melakukan tujuan tertentu yang ingin dicapainya. Pernyataan tersebut

dapat diartikan bahwa yang dimaksud tujuan adalah sesuatu yang berada

di luar diri manusia sehingga kegiatan manusia lebih terarah karena

seseorang akan berusaha lebih semangat dan giat dalam berbuat

sesuatu.10

Adapun konsep motivasi belajar antara lain :

a. Motivasi belajar merupakan proses internal yang mengaktifkan,

memandu dan mempertahankan perilaku dari waktu ke waktu.

Individu termotivasi karena berbagai alasan yang berbeda, dengan

intensitas yang berbeda.

9Sadirman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, PT.

Grafindo Persada, Jakarta, 2005, hal: 75

10

Wahosumidjo, Kepemimpinan dan Motivasi, Ghalia Indonesia,

Jakarta, 1992, hal: 177

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI A. KEPEMIMPINAN SPIRITUAL 1. …repository.stitradenwijaya.ac.id/345/4/bab2.pdf · nilai ketuhanan dan berpedoman pada etika religius. c. Kepemimpinan yang mencontoh

32

b. Motivasi belajar bergantung pada teori yang menjelaskannya,

merupakan suatu konsekuensi dari penguatan (reinforcement), suatu

ukuran kebutuhan manusia, suatu hasil dari ketidakcocokan, suatu

harapan dari peluang keberhasilan.

c. Motivasi belajar dapat ditingkatkan dengan penekanan tujuan-tujuan

belajar.

d. Motivasi belajar dapat meningkat apabila guru membangkitkan

minat siswa, memelihara rasa ingin tahu mereka, menggunakan

berbagai macam strategi pengajaran, menyatakan harapan dengan

jelas, dan memberikan umpan balik (feedback).

e. Motivasi belajar dapat meningkat pada diri siswa apabila guru

memberikan ganjaran yang memiliki kontingen, spesifik, dan dapat

dipercaya.

2. Jenis-jenis motivasi belajar

Motivasi didasarkan atas terbentuknya motivasi bawaan (motivasi

yang sudah ada sejak lahir dan tidak perlu di pelajari) dan motivasi yang

dipelajari (motivasi yang timbul karena kedudukan atau jabatan). Dari

sudut sumber yang menimbulkan, motivasi dibedakan menjadi dua

macam. Dr. Hamzah B. Uno (2007:4).11

Motivasi tersebut yaitu :

a. Motivasi intrinsik

11

Dr. Hamzah B. Uno, Teori motivasi & Pengukurannya, PT.

Bumi Aksara, Jakarta, 2007, hal: 4

Page 23: BAB II LANDASAN TEORI A. KEPEMIMPINAN SPIRITUAL 1. …repository.stitradenwijaya.ac.id/345/4/bab2.pdf · nilai ketuhanan dan berpedoman pada etika religius. c. Kepemimpinan yang mencontoh

33

Usaha yang timbul dari dalam diri individu sendiri sesuai

dengan kebutuhannya, tidak memerlukan rangsangan dari luar.

Motivasi intrinsik berisi :

1. Penyesuaian tugas dengan minat.

2. Perencanaan yang penuh variasi.

3. Umpan balik atas respon siswa.

4. Kesempatan respon peserta didik yang aktif.

5. Kesempatan peserta didik untuk menyesuaikan tugas

pekerjaannya.

b. Motivasi ekstrinsik

Usaha yang timbul karena adanya rangsangan dari luar

individu, misalnya dalam bidang pendidikan terdapat minat yang

positif terhadap kegiatan pendidikan timbul karena melihat

manfaatnya. Motivasi ekstrinsik berisi :

1. Penyesuaian tugas dengan minat.

2. Perencanaan yang penuh variasi.

3. Respon siswa.

4. Kesempatan peserta didik yang aktif.

5. Kesempatan peserta didik untuk menyesuaikan tugas

pekerjaannya.

6. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar.

Motivasi intrinsik lebih kuat dari motivasi ekstrinsik. Oleh karena

itu pendidikan harus berusaha menimbulkan motivasi intrinsik dengan

Page 24: BAB II LANDASAN TEORI A. KEPEMIMPINAN SPIRITUAL 1. …repository.stitradenwijaya.ac.id/345/4/bab2.pdf · nilai ketuhanan dan berpedoman pada etika religius. c. Kepemimpinan yang mencontoh

34

menumbuhkan dan mengembangkan minat mereka terhadap bidang-

bidang studi yang relevan. Sebagai contoh, memberikan sasaran yang

hendak dicapai dalam bentuk tujuan intruksional pada saat pembelajaran

akan dimulai yang menimbulkan motivasi keberhasilan mencapai

sasaran.

3. Fungsi motivasi belajar

Motivasi sangat berperan dalam belajar. Dengan motivasi inilah

siswa menjadi tekun dalam proses belajar, dan dengan motivasi itu pulah

kualitas hasil belajar siswa juga kemungkinannya dapat diwujudkan.

Siswa yang dalam proses belajar mempunyai motivasi yang kuat dan

jelas pasti akan tekun dan berhasil belajarnya. Kepastian itu

dimungkinkan oleh sebab adanya ketiga fungsi motivasi sebagai berikut :

a. Pendorong orang untuk berbuat dalam mencapai tujuan.

b. Penentu arah perbuatan yakni kearah tujuan yang hendak dicapai.

c. Penseleksi perbuatan sehingga perbuatan orang yang mempunyai

motivasi senantiasa selektif dan tetap terarah kepada tujuan yang

ingin dicapai.12

Berdasarkan arti dan fungsi motivasi di atas dapat disimpulkan

bahwa motivasi itu bukan hanya berfungsi sebagai penentu terjadinya

suatu perbuatan tetapi juga merupakan penentu hasil perbuatan. Motivasi

akan mendorong untuk bekerja atau melakukan sesuatu perbuatan dengan

12

M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, Pedoman Ilmu Jaya,

Jakarta, 1996, hal: 86

Page 25: BAB II LANDASAN TEORI A. KEPEMIMPINAN SPIRITUAL 1. …repository.stitradenwijaya.ac.id/345/4/bab2.pdf · nilai ketuhanan dan berpedoman pada etika religius. c. Kepemimpinan yang mencontoh

35

sungguh-sungguh (tekun) dan selanjutnya akan menentukan pula hasil

pekerjaannya.

Selain itu ada juga fungsi lain dari motivasi yaitu dapat berfungsi

sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi, karena secara

konseptual motivasi berkaitan dengan prestasi dan hasil belajar. Adanya

motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik.

Dengan kata lain, adanya usaha yang tekun dan terutama didasari adanya

motivasi, maka seseorang yang belajar itu akan dapat melahirkan prestasi

yang baik.

4. Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006:97)13

ada beberapa hal yang

dapat mempengaruhi motivasi belajar siswa, diantaranya:

a. Cita-cita dan aspirasi siswa.

b. Kemampuan siswa.

c. Kondisi siswa

d. Kondisi lingkungan siswa

e. Upaya guru dalam membelajarkan siswa

Membangkitkan motivasi belajar siswa tidaklah mudah. Guru

merupakan salah satu cara untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa,

karena guru merupakan orang yang berperan penting dalam proses belajar

siswa. Namun apabila guru tidak paham dengan hal yang diinginkan oleh

13

Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Perkembangan, PT. Rineka

Cipta, Jakarta, 2006, hal: 97

Page 26: BAB II LANDASAN TEORI A. KEPEMIMPINAN SPIRITUAL 1. …repository.stitradenwijaya.ac.id/345/4/bab2.pdf · nilai ketuhanan dan berpedoman pada etika religius. c. Kepemimpinan yang mencontoh

36

siswa, maka motivasi tersebut tidak bisa ditumbuhkan dari dalam diri siswa.

Motivasi dapat ditumbuhkan dari dalam diri siswa salah satunya dengan cara

guru menberikan reward pada siswa yang aktif dalam kegiatan belajar

mengajar.

Dr. Hamzah B. Uno, berpendapat ada beberapa cara atau teknik

untuk membangkitkan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran,14

diantaranya adalah :

1. Menjelaskan kepada siswa, alasan suatu bidang studi dimasukkan dalam

kurikulum dan kegunaannya untuk kehidupan.

2. Mengkaitkan materi pelajaran dengan pengalaman siswa di luar

lingkungan sekolah.

3. Menunjukkan antusias dalam mengajar bidang studi yang dipegang.

4. Mendorong siswa untuk memandang belajar di sekolah sebagai suatu

tugas yang tidak harus serba menekan, sehingga siswa mempunyai

intensitas untuk belajar dan menjelaskan tugas dengan sebaik mungkin.

5. Memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai.

6. Menciptakan suasana yang menyenangkan baik di dalam kelas maupun

di luar kelas.

7. Memberikan dan menggunakan hasil ulangan dalam waktu sesingkat

mungkin sebagai pemacu keberhasilan.

8. Menggunakan bentuk .bentuk kompetisi (persaingan) antar siswa.

14

Dr.Hamzah B.Uno, Op-Cit, Hal: 34

Page 27: BAB II LANDASAN TEORI A. KEPEMIMPINAN SPIRITUAL 1. …repository.stitradenwijaya.ac.id/345/4/bab2.pdf · nilai ketuhanan dan berpedoman pada etika religius. c. Kepemimpinan yang mencontoh

37

9. Menggunakan pernyataan penghargaan secara verbal, seperti pujian

bagus sekali, pintar, hebat dan lain sebagainya.

10. Menimbulkan rasa ingin tahu.

11. Menjadikan tahap dini dalam belajar mudah bagi siswa, hal ini semacam

memberikan hadiah bagi siswa pada tahap pertama belajar yang

memungkinkan siswa bersemangat untuk belajar selanjutnya.

12. Menuntut siswa untuk menggunakan hal-hal yang telah dipelajarinya.

13. Menggunakan simulasi dan permainan.

14. Memberi kesempatan kepada siswa untuk memperlihatkan kemahirannya

di depan umum.

15. Memberikan contoh yang positif.

Dalam proses pembelajaran, meningkatkan motivasi belajar

melibatkan pihak-pihak sebagai berikut :

a. Siswa, seorang siswa bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri untuk

meningkatkan motivasi belajar pada dirinya agar memperoleh hasil

belajar yang memuaskan. Motivasi berupa tekad yang kuat dari dalam

diri siswa untuk sukses secara akademis, akan membuat proses belajar

semakin giat dan penuh semangat.

b. Guru, seorang guru bertanggung jawab memperkuat motivasi belajar

siswa lewat penyajian bahan pelajaran, sanksi-sanksi dan hubungan

pribadi dengan siswanya. Kreativitas serta aktivitas guru harus mampu

menjadi inspirasi bagi para siswanya. Sehingga siswa akan lebih terpacu

motivasinya untuk belajar, berkarya, dan berkreasi. Usaha-usaha yang

Page 28: BAB II LANDASAN TEORI A. KEPEMIMPINAN SPIRITUAL 1. …repository.stitradenwijaya.ac.id/345/4/bab2.pdf · nilai ketuhanan dan berpedoman pada etika religius. c. Kepemimpinan yang mencontoh

38

digunakan dalam mengiatkan menurut Sardiman A.M, ada beberapa

bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di

sekolah. Beberapa bentuk dan cara motivasi tersebut diantaranya :

memberi angka, hadiah, saingan/kompetisi, memberi ulangan,

mengetahui hasil, pujian, hukuman, hasrat untuk belajar, minat, tujuan

yang diakui.

c. Orang tua atau keluarga dan lingkungan, ugas memotivasi belajar bukan

hanya tanggung jawab guru semata, tetapi orang tua juga berkewajiban

memotivasi anak untuk lebih giat belajar. Selain itu motivasi juga dapat

timbul dari lingkungan atau orang-orang disekitar siswa, seperti dari

tetangga, sanak saudara, atau teman bermain. Orang tua atau keluarga

adalah sebagai motivasi utama bagi peserta didik, karena memiliki

intensitas yang lebih tinggi untuk menanamkan motif-motif tertentu bagi

proses pembelajaran anak.

Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas bahwa motivasi

merupakan faktor yang mempunyai arti penting bagi siswa. Apalah artinya

bagi seorang siswa pergi ke sekolah tanpa mempunyai motivasi belajar,

diantara sebagian siswa ada yang mempunyai motivasi untuk belajar dan

sebagian lain belum termotivasi untuk belajar.

C. PENGARUH KEPEMIMPINAN SPIRITUAL TERHADAP MOTIVASI

BELAJAR SISWA KELAS V DI SDN KEPUHANYAR MOJOANYAR

TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Page 29: BAB II LANDASAN TEORI A. KEPEMIMPINAN SPIRITUAL 1. …repository.stitradenwijaya.ac.id/345/4/bab2.pdf · nilai ketuhanan dan berpedoman pada etika religius. c. Kepemimpinan yang mencontoh

39

Kepemimpinan adalah suatu proses pengarahan dan pemberian

pengaruh pada kegiatan-kegiatan dari sekelompok anggota yang saling

berhubungan tugasnnya. Adapun beberapa macam gaya kepemimpinan yang

biasanya dipakai seorang pemimpin, yaitu : kepemimpinan Laissez-faire,

kepemimpinan otoriter, kepemimpinan demokratis, kepemimpinan spiritual.

Seorang pemimpin lembaga atau kepala sekolah harus memiliki 6 kompetensi

yaitu : kompetensi kepribadian dan sosial, kompetensi kepemimpinan

pembelajaran, kompetensi pengembangan sekolah, kompetensi manajemen

sumber daya, kompetensi kewirausahaan, kompetensi supervisi pembelajaran.

Kepemimpinan Spiritual adalah kepemimpinan yang membawa

dimensi keduniawian kepada dimensi keilahian.Tuhan adalah pemimpin sejati

yang mengilhami, mempengaruhi, melayani dan menggerakkan hati nurani

hamba-Nya dengan sangat bijaksana melalui pendekatan etis dan keteladanan.

Adapun karakteristik pemimpin spiritual yakni kejujuran sejati,

adil, semangat amal shaleh, membenci formalitas dan organized

religion, sedikit bicara banyak kerja dan santai, membangkitkan yang terbaik

bagi diri sendiri dan orang lain, keterbukaan menerima perubahan, pemimpin

yang dicintai, Think Globally and act locally, disiplin tetapi fleksibel dan

tetap cerdas dan penuh gairah, dan kerendahan hati.

Peran pemimpin spiritual dalam memecahkan permasalahan

pendidikan diantaranya adalah sebagai pembaharu, sebagai pemimpin

organisasi pendidikan, sebagai administrator proses pembelajaran, pemimpin

spiritual sebagai pendidik.

Page 30: BAB II LANDASAN TEORI A. KEPEMIMPINAN SPIRITUAL 1. …repository.stitradenwijaya.ac.id/345/4/bab2.pdf · nilai ketuhanan dan berpedoman pada etika religius. c. Kepemimpinan yang mencontoh

40

Kepemimpinan spiritual juga memiliki kelebihan dan kelemahan.

Kelebihan-kelebihan itu antara lain berupa : kepemimpinan konvesional,

kepemimpinan dalam nama Tuhan, kepemimpinan yang mencontoh Tuhan,

kepemimpinan profetik, kepemimpinan yang tidak konvesional,

kepemimpinan dengan hati, kepemimpinan dengan kharisma, kepemimpinan

entrepreneurship (menciptakan kreasi-kreasi baru), kepemimpinan dengan

keberanian yang luar biasa untuk mengambil resiko, kepemimpinan dengan

integritas dan disiplin moral yang tinggi.

Sedangkan kelemahan-kelemahannya berupa : kesenjangan orientasi,

disfungsi manajemen, kegagalan menyadari kekurangan, hubungan dengan

bawahan, gaya kepemimpinan tidak formal, masalah keseimbangan, masalah

kesuksesan, pendorong mobil mogok.

Motivasi belajar diartikan sebagai serangkaian usaha untuk

menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin

melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk

meniadakan atau mengelak perasaan tidak suka itu. Jenis motivasi belajar

dibedakan menjadi dua yaitu : motivasi intrinsik (bawaan /motivasi yang

sudah ada sejak lahir dan tidak perlu dipelajari) dan motivasi ekstrinsik

(motivasi yang timbul karena rangsangan dari luar).

Adapun fungsi dari motivasi yaitu sebagai pendorong usaha, penentu

arah perbuatan dan penseleksi perbuatan. Sedangkan faktor yang

mempengaruhinya yaitu : Cita-cita dan aspirasi siswa, kemampuan siswa,

kondisi siswa, kondisi lingkungan siswa, upaya guru dalam membelajarkan

Page 31: BAB II LANDASAN TEORI A. KEPEMIMPINAN SPIRITUAL 1. …repository.stitradenwijaya.ac.id/345/4/bab2.pdf · nilai ketuhanan dan berpedoman pada etika religius. c. Kepemimpinan yang mencontoh

41

siswa. Dalam meningkatkan pembelajaran juga harus melibatkan siswa, guru,

orang tua, keluarga dan lingkungan.