bab ii landasan teori a. self regulated...

13
BAB II LANDASAN TEORI A. SELF REGULATED LEARNING 1. Pengertian Self-Regulated Learning Zimmerman (dalam Schunk & Zimmerman, 1998) mengatakan bahwa self-regulated learning dapat dikatakan berlangsung bila peserta didik secara sistematik mengarahkan perilaku dan kognisinya dengan cara memberi perhatian pada instruksi tugas tugas, melakukan proses dan mengintegrasikan pengetahuan, mengulang-ulang informasi untuk diingat serta mengembangkan dan memelihara keyakinan positif tentang kemampuan belajar (self-efficacy) dan mampu mengantisipasi hasil belajarnya. Zimmerman (Woolfolk, 2004) mengatakan bahwa self-regulation merupakan sebuah proses dimana seseorang peserta didik mengaktifkan dan menopang kognisi, perilaku, dan perasaannya yang secara sistematis berorientasi pada pencapaian suatu tujuan. Ketika tujuan tersebut meliputi pengetahuan maka yang dibicarakan adalah self-regulated learning. Self-regulated learning dapat berlangsung apabila peserta didik secara sistematis mengarahkan perilakunya dan kognisinya dengan cara memberi perhatian pada instruksi-instruksi, tugas-tugas, melakukan proses dan menginterpretasikan pengetahuan, mengulang-ulang informasi untuk mengingatnya serta mengembangkan dan memelihara keyakinannya positif tentang kemampuan belajar dan mampu mengantisipasi hasil belajarnya (Zimmerman dalam Schunk & Zimmerman, 1989). Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa self-regulated learning adalah proses bagaimana Universitas Sumatera Utara

Upload: dokiet

Post on 21-May-2018

215 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

BAB II

LANDASAN TEORI

A. SELF REGULATED LEARNING

1. Pengertian Self-Regulated Learning

Zimmerman (dalam Schunk & Zimmerman, 1998) mengatakan bahwa

self-regulated learning dapat dikatakan berlangsung bila peserta didik secara

sistematik mengarahkan perilaku dan kognisinya dengan cara memberi perhatian

pada instruksi tugas tugas, melakukan proses dan mengintegrasikan pengetahuan,

mengulang-ulang informasi untuk diingat serta mengembangkan dan memelihara

keyakinan positif tentang kemampuan belajar (self-efficacy) dan mampu

mengantisipasi hasil belajarnya.

Zimmerman (Woolfolk, 2004) mengatakan bahwa self-regulation

merupakan sebuah proses dimana seseorang peserta didik mengaktifkan dan

menopang kognisi, perilaku, dan perasaannya yang secara sistematis berorientasi

pada pencapaian suatu tujuan. Ketika tujuan tersebut meliputi pengetahuan maka

yang dibicarakan adalah self-regulated learning. Self-regulated learning dapat

berlangsung apabila peserta didik secara sistematis mengarahkan perilakunya dan

kognisinya dengan cara memberi perhatian pada instruksi-instruksi, tugas-tugas,

melakukan proses dan menginterpretasikan pengetahuan, mengulang-ulang

informasi untuk mengingatnya serta mengembangkan dan memelihara

keyakinannya positif tentang kemampuan belajar dan mampu mengantisipasi hasil

belajarnya (Zimmerman dalam Schunk & Zimmerman, 1989). Dari uraian di atas

maka dapat disimpulkan bahwa self-regulated learning adalah proses bagaimana

Universitas Sumatera Utara

seorang peserta didik mengatur pembelajarannya sendiri dengan mengaktifkan

kognitif, afektif dan perilakunya sehingga tercapai tujuan belajar.

2. Perkembangan Self-Regulated Learning

Schunk dan Zimmerman (dalam Woolfolk, 2004) mengemukakan model

perkembangan self-regulated learning. Berkembangnya kompetensi self-regulated

learning dimulai dari beberapa faktor yaitu:

a) Pengaruh sumber sosial: Berkaitan dengan informasi mengenai akademik

yang di peroleh dari lingkungan teman sebaya.

b) Pengaruh lingkungan: Berkaitan dengan orang tua dan lingkungannya,

sehingga peserta didik dapat menetapkan rencana dan tujuan akademiknya

secara maksimal.

c) Pengaruh personal atau diri sendiri. Berkaitan dengan diri sendiri peserta

didik yang memiliki andil untuk memunculkan dorongan bagi dirinya

sendiri untuk mencapai tujuan belajarnya.

Di dalam faktor-faktor ini terdapat beberapa level berkembangnya self regulated

learning.

a. Level pengamatan (observasional)

Peserta didik yang baru awalnya memperoleh hampir seluruh strategi-

strategi belajar dari proses pengajaran, pengerjaan tugas, dan dorongan dari

lingkungan sosial. Pada level pengamatan ini, sebagian peserta didik dapat

menyerap ciri-ciri utama strategi belajar dengan mengamati model, walaupun

hampir seluruh peserta didik membutuhkan latihan untuk menguasai kemampuan

self-regulated learning.

b. Level pesamaan (emultive)

Universitas Sumatera Utara

Pada level ini peserta didik menunjukkan performansi yang hampir sama

dengan kondisi umum dari model. Peserta didik tidak secara langsung meniru

model, namun mereka berusaha menyamai gaya atau pola-pola umum saja. Oleh

karena itu, mereka mungkin menyamai tipe pertanyaan model tapi tidak meniru

kata-kata yang digunakan oleh model.

c. Level kontrol diri (self-controlled)

Peserta didik sudah menggunakan dengan sendiri strategi-strategi belajar

ketika mengerjakan tugas. Strategi-strategi yang digunakan sudah terinternalisasi,

namun masih dipengaruhi oleh gambaran standar performansi yang ditujukan oleh

model dan sudah menggunakan proses self-reward.

d. Level pengaturan diri

Level ini merupakan level terakhir dimana peserta didik mulai

menggunakan strategi-strategi yang disesuaikan dengan situasi dan termotivasi

oleh tujuan serta self-efficacy untuk berprestasi. Peserta didik memilih kapan

menggunakan strategi-strategi khusus dan mengadaptasinya untuk kondisi yang

berbeda, dengan sedikit petunjuk dari model atau tidak ada.

3. Strategi self-regulated learning

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Zimmerman (dalam Schunk &

Zimmerman, 1998) ditemukan empat belas strategi self-regulated learning

sebagai berikut:

1. Evaluasi terhadap diri (self-evaluating)

Merupakan inisiatif peserta didik dalam melakukan evaluasi terhadap

kualitas dan kemajuan pekerjaannya.

2. Mengatur dan mengubah materi pelajaran (organizing and transforming)

Universitas Sumatera Utara

Peserta didik mengatur materi yang dipelajari dengan tujuan meningkatkan

efektivitas proses belajar. Perilaku ini dapat bersifat covert dan overt.

3. Membuat rencana dan tujuan belajar (goal setting & planning)

Strategi ini merupakan pengaturan peserta didik terhadap tugas, waktu,

dan menyelesaikan kegiatan yang berhubungan dengan tujuan tersebut.

4. Mencari informasi (seeking information)

Peserta didik memiliki inisiatif untuk berusaha mencari informasi di luar

sumber-sumber sosial ketika mengerjakan tugas.

5. Mencatat hal penting (keeping record & monitoring)

Peserta didik berusaha mencatat hal-hal penting yang berhubungan

dengan topik yang dipelajari.

6. Mengatur lingkungan belajar (environmental structuring)

Peserta didik berusaha mengatur lingkungan belajar dengan cara tertentu

sehingga membantu mereka untuk belajar dengan lebih baik.

7. Konsekuensi setelah mengerjakan tugas (self consequating

Peserta didik mengatur atau membayangkan reward dan punisment bila

sukses atau gagal dalam mengerjakan tugas atau ujian.

8. Mengulang dan mengingat (rehearsing & memorizing)

Peserta didik berusaha mengingat bahan bacaan dengan perilaku overt dan

covert.

9. Meminta bantuan teman sebaya (seek peer assistance)

Bila menghadapi masalah yang berhubungan dengan tugas yang sedang

dikerjakan, peserta didik meminta bantuan teman sebaya.

10. Meminta bantuan guru/pengajar (seek teacher assistance)

Universitas Sumatera Utara

Bertanya kepada guru di dalam atau pun di luar jam belajar dengan tujuan

untuk dapat membantu menyelesaikan tugas dengan baik.

11. Meminta bantuan orang dewasa (seek adult assistance)

Meminta bantuan orang dewasa yang berada di dalam dan di luar

lingkungan belajar bila ada yang tidak dimengerti yang berhubungan

dengan pelajaran.

12. Mengulang tugas atau test sebelumnya (review test/work)

Pertanyaan-pertanyaan ujian terdahulu mengenai topik tertentu dan tugas

yang telah dikerjakan dijadikan sumber infoemasi untuk belajar.

13. Mengulang catatan (review notes)

Sebelum mengikuti tujuan, peserta didik meninjau ulang catatan sehingga

mengetahui topik apa saja yang akan di uji.

14. Mengulang buku pelajaran (review texts book)

Membaca buku merupakan sumber informasi yang dijadikan pendukung

catatan sebagai sarana belajar. Landasan teori dari self regulated learning

yang akan digunakan menjadi alat ukur ialah keempat belas strategi self-

regulated learning dari penjelasan di atas.

B. MOTIVASI BELAJAR

1. Pengertian Motivasi

Banyak para ahli yang mengemumakan pengertian motivasi dengan

dengan berbagai sudut pandang mereka masing masing, namun intinya sama,

yaitu sebagai suatu pendorong yang mengubah energi dalam diri seseorang ke

dalam bentuk aktivitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu (Djamarah, 2002).

Motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah, dan kegigihan perilaku.

Universitas Sumatera Utara

Maksudnya, perilaku yang memiliki motivasi dengan perilaku yang penuh energi,

terarah, dan bertahan lama (Santrock, 2009).

Motivasi merupakan suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang

yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan

(Hamalik dalam Djamarah, 2002). Berdasarkan beberapa penjelasan motivasi

belajar diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar merupakan keseluruhan

dari pendorong yang mengubah energi dalam diri seseorang yang dapat memberi

semangat, arah, dan kegigihan perilaku.

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar mahasiswa

adalah sebagai berikut menurut (Elliot, dkk, 1996):

a. Kecemasan

Kecemasan yang dimaksud adalah kecemasan situasional, yang diartikan

sebagai suatu kecendrungan untuk merasa cemas pada beberapa situasi

tetapi tidak pada situasi lainnya.

b. Sikap

Sikap dapat didefinisikan sebagai cara individu yang relatif permanen

dalam hal merasakan, berpikir dan bertingkah laku terhadap sesuatu atau

orang lain.

c. Keingintahuan

Keingintahuan sering digambarkan sebagai perilaku yang aktif, suka

mengeksplorasi atau memanipulasi sesuatu.

Universitas Sumatera Utara

d. Locus of control

Locus of control dapat diartikan sebagai penyebab terjadinya tingkah laku,

yang dapat diatribusikan terhadap diri sendiri (internal locus of control)

atau dari luar diri (external locus of control).

e. Learned helplessness

Perasaan tak berdaya yang dipelajari (learned helplessness) adalah reaksi

individu untuk merasa frustasi dan putus asa setelah kegagalan yang

terjadi berulang kali.

f. Efikasi diri

Efikasi diri merupakan keyakinan individu terhadap kemampuan yang

dimiliki untuk mengendalikan seluruh kehidupannya, termasuk perasaan

dan kompetensinya.

g. Belajar bersama

Belajar bersama (kooperatif) diartikan sebagai serangkaian metode

instruksional dimana peserta didik didorong untuk bekerjasama dalam

menyelesaikan tugas akademik yang bertujuan membantu peserta didik

yang satu dengan yang lain untuk belajar.

3. Fungsi Motivasi Dalam Belajar

Menurut Djamarah, (2002) motivasi belajar diuraikan menjadi tiga fungsi sebagai

berikut:

1. Motivasi sebagai pendorong pembuatan

Pada awalnya peserta didik tidak ada hasrat untuk belajar, tetapi karena ada

sesuatu yang dicari muncullah minat untuk belajar.

2. Motivasi sebagai penggerak perbuatan

Universitas Sumatera Utara

Dorongan psikologis yang melahirkan sikap terhadap peserta didik yang

merupakan suatu kekuatan yang tak terbendung, yang kemudian terjelma

dalam bentuk gerakan psikofisik.

3. Motivasi sebagai pengarah perbuatan

Peserta didik yang mempunyai motivasi dapat menyeleksi mana perbuatan

yang harus dilakukan dan mana perbuatan yang diabaikan.

4. Aspek Aspek Dalam Motivasi Belajar

Terdapat dua aspek dalam motivasi belajar (Santrock, 2009), yaitu:

a. Motivasi Instrinsik

Melibatkan motivasi internal untuk melakukan sesuatu untuk karena

keinginan sendiri. Terdapat dua tipe dari motivasi instrinsik yang

dikemukakan Santrock (2009), yaitu:

1. Motivasi instrinsik berdasarkan penentuan diri dan pilihan personal.

2. Motivasi instrinsik berdasarkan pengalaman optimal.

b. Motivasi Ekstrinsik

Melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang lain atau cara untuk

mencapai suatu tujuan. Motivasi ekstrinsik sering dipengaruhi oleh insentif

eksternal seperti imbalan dan hukuman.

C. E-LEARNING

1. Pengertian E-learning

E-learning semakin berkembang karena teknologi membuat proses

pembelajaran dapat dilakukan lebih efisien dilihat dari segi waktu, jarak dan

biaya. Menurut Munir (2008) e-learning berarti pembelajaran dengan

Universitas Sumatera Utara

menggunakan media atau jasa bantuan perangkat elektronika. Apabila mengacu

pada definisi ini, tidak semua e-learning dilakukan secara online dan jarak jauh.

Dalam pelaksanaannya e-learning menggunakan jasa audio, video, perangkat

komputer, atau kombinasi dari ketiganya. Menurut Naidu (2006) e-learning

merupakan penggunaan jaringan teknologi informasi dan komunikasi yang

disengaja dalam proses pengajaran dan pembelajaran.

Teknologi informasi dan komunikasi tentu saja banyak berperan dalam

kehidupan di perguruan tinggi. Teknologi telah menjadi bagian dari institusi

pendidikan selama beberapa dekade. Hanya saja, komputer masih sering dipakai

untuk kegiatan yang biasa, bukan untuk pembelajaran yang konstruktif dan aktif

(Newby dalam Santrock, 2007).

D. MAHASISWA

Secara harfiah, mahasiswa adalah orang yang belajar di perguruan tinggi,

baik di universitas, institut, maupun akademi. Menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia, mahasiswa adalah orang yang belajar di perguruan tinggi. Mahasiswa

adalah sosok yang semestinya kritis, logis, berkemauan tinggi, respect dan

tanggap terhadap permasalahan umat dan bangsa, mau bekerja keras, belajar terus

menerus, mempunyai nyali (keberanian yang tinggi) untuk menyatakan

kebenaran, aplikatif di lingkungan masyarakat serta spiritualis dan konsisten

dalam mengaktualisasikan nilai-nilai ketuhanan kepada Tuhan Yang Maha Esa

(Yakuza, 2010). Mahasiswa adalah orang yang belajar di perguruan tinggi, baik di

universitas, institut atau akademi. Mereka yang terdaftar sebagai murid di

perguruan tinggi dapat disebut sebagai mahasiswa (Takwin, 2008).

Universitas Sumatera Utara

Salah satu perguruan tinggi yang memiliki berbagai jurusan bagi calon

mahasiswa agar dapat memilih jurusan yang sesuai dengan yang dikehendaki

adalah USU, yang dimana terdapat 13 fakultas, yaitu : Kedokteran, Hukum,

Pertanian, Teknik, Ekonomi, Kedokteran gigi, Ilmu budaya, Matematika dan IPA,

Ilmu sosial atau ilmu politik, Keshatan masyarakat, Keperawatan, Psikologi, dan

Farmasi.

Beberapa perguruan tinggi menyelenggarakan kegiatan pembelajaran

elektronik sebagai suplemen (tambahan) terhadap materi pelajaran yang disajikan

secara reguler di kelas. Secara konsep, dosen harus mempunyai kemampuan

pemahaman pada materi yang disampaikannya, memahami strategi e-learning

yang efektif, bertanggung jawab pada materi pelajaran, persiapan pelajaran,

pembuatan modul pelajaran, penyeleksian bahan penunjang, penyampaian materi

pelajaran yang efektif, penentuan interaksi mahasiswa, penyeleksian dan

pengevaluasian tugas secara elektronik ( Natakusumah, dalam Indrayani, 2007).

Namun, beberapa perguruan tinggi lainnya menyelenggarakan e-learning sebagai

alternatif bagi mahasiswa yang karena satu dan lain hal berhalangan mengikuti

perkuliahan secara tatap muka. Dalam kaitan ini, e-learning berfungsi sebagai

pilihan bagi mahasiswa ( Indrayani, 2007).

E. Hubungan Antara Motivasi Belajar Dengan Self Regulated Learning

Pada Mahasiswa Universita Sumatera Utara Yang Mengalami

Pembelajaran E-learning

Motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah, dan kegigihan

perilaku. Artinya, perilaku yang memiliki motivasi adalah perilaku yang penuh

Universitas Sumatera Utara

energi, terarah, dan bertahan lama. Di dalam motivasi belajar terdapat dua jenis

yaitu: Motivasi Instrinsik yang melibatkan motivasi internal untuk melakukan

sesuatu karena keinginan sendiri yang berdasarkan penentuan diri dan pilihan

personal, dan motivasi ekstrinsik melakukan sesuatu untuk mendapatkan untuk

mencapai tujuan yang dipengaruhi oleh insentif eksternal seperti imbalan dan

hukuman (Santrock, 2007).

Motivasi sangat mempengaruhi sukses atau tidaknya seseorang dalam

melakukan sesuatu, serta berfungsi sebagai pendorong individu untuk memulai

maupun meneruskan kegiatannya. Misalnya, ketika peserta didik menghadapi

tugas-tugas kuliah, mahasiswa yang dihadapkan pada berbagai sumber belajar

yang melimpah yang dengan kebutuhan dan tujuan mahasiswa bersangkutan. Pada

kondisi demikian, mereka harus memiliki inisiatif sendiri dan motivasi ,

menganalisis kebutuhan, dan merumuskan tujuan, memilih dan menerapkan

strategi pemecahan masalah, menseleksi sumber yang relevan, serta mengevaluasi

diri. Motivasi belajar dapat dipandang sebagai suatu rantai reaksi yang dimulai

dari adanya kebutuhan, kemudian timbulnya keinginan untuk mencapai tujuan

(Pujadi, 2007). Untuk mencapai tujuan belajarnya kemampuan belajar mandiri

menjadi lebih diperlukan oleh mahasiswa yang menghadapi tugas/kajian mandiri,

tugas dalam bentuk proyek terbuka, penyusunan skripsi atau tugas akhir, dan

sebagainya. Individu yang memiliki kemandirian belajar tinggi cenderung belajar

lebih baik, mampu memantau, mengevaluasi, dan mengatur belajarnya secara

efektif, menghemat waktu dalam menyelesaikan tugasnya, mengatur belajar dan

waktu secara efisien (Hidayati, 2007). Istilah yang berkaitan dengan penjelasan di

atas adalah self regulated learning.

Universitas Sumatera Utara

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa motivasi dapat dipandang

sebagai pendorong dalam belajar dan belum sampai pada self regulatred learning,

yang dimana self regulated learning merupakan sebuah energi membuat peserta

didik berusaha secara persisten dengan menggunakan berbagai strategi belajar

untuk meregulasi dirinya untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Apabila seorang

peserta didik mengaktifkan dan menopang kognisi, perilaku, dan perasaannya

yang secara sistematis berorientasi pada pencapaian suatu tujuan dan ketika tujuan

tersebut meliputi pengetahuan, maka peserta didik memiliki self-regulated

learning (Zimmerman, dalam Woolfolk, 2004).

Faktor-faktor berkembangnya self-regulated learning adalah adanya

pengaruh sumber yang berkaitan dengan kemampuan akademik, dipengaruhi oleh

lingkungan da dipengaruhi oleh diri sendiri ( Zimmerman, dalam Woolfolk,

2004). Dari beberapa faktor dari self regulated learning terdapat beberapa

level,yaitu:Level pengamatan (observasional), Level pesamaan (emultive), Level

kontrol diri (self-controlled), Level pengaturan diri. Peserta didik memilih kapan

menggunakan strategi-strategi khusus dan mengadaptasikannya.

Salah satu strategi khusus yang dilakukan para peserta didik ialah dengan

menggunakan bantuan elektonika, seperti internet (Yulinawati, 2009). Proses

pembelajaran ini disebut dengan e-learning. Menurut Munir (2008) e-learning

berarti pembelajaran dengan menggunakan media atau jasa bantuan perangkat

elektronika. Penggunaan e-learning dalam proses pembelajaran dapat

meningkatkan motivasi belajar mahasiswa sehingga menumbuhkan semangat

peserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan dan

mampu mendorong peserta didik untuk mencapai hasil belajar yang lebih tinggi

Universitas Sumatera Utara

(Hidayat, 2007). E-learning sebagai suatu aktivitas menuntut para pelajar untuk

memiliki motivasi yang kuat apabila ingin sukses dalam proses pembelajaran

yang diikutinya. Terlebih lagi sistem e-learning adalah sistem yang menuntut

usaha dari individu, sehingga motivasi diri haruslah kuat dan datang dari individu

tersebut (Albert & Mulyadi, 2009). Hal ini di dukung juga oleh hasil penelitian

dari (Mustofa, 2008) yang menjelaskan bahwa adanya hubungan yang signifikan

antara pengaplikasian e-Learning dengan motivasi belajar.

Selain motivasi belajar di dalam proses belajar dengan menggunakan

internet, juga menuntut peserta didik memiliki pengaturan diri belajar yang lebih

baik dalam penguasaan pengetahuan, ketrampilan dan motivasi dalam

menggunakan strategi belajar yang disebut dengan self regulated learning

(Wahyono, 2010). Peserta didik membutuhkan self regulated learning agar dapat

menjalankan perannya dengan baik, terutama peran akademis. Peserta didik juga

menerapkan strategi manajemen sumber daya seperti memilih atau mengatur

aspek lingkungan fisik untuk mendukung belajar mereka dan untuk mengatur

waktu mereka secara efektif (Corno & Mandinach, dalam Wahyono,2010).

Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin melihat hubungan hubungan antara

motivasi belajar dengan self-regulated learning pada mahasiswa USU.

F. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian sebelumnya, hipotesa yang diajukan dalam penelitian

ini adalah ada hubungan antara motivasi belajar dengan self-regulated learning

pada mahasiswa USU.

Universitas Sumatera Utara