perbedaan self-regulated learning ditinjau dari goal...

34

Upload: phungdieu

Post on 26-Apr-2019

253 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Perbedaan Self-Regulated Learning Ditinjau Dari Goal ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8778/2/T1_802009052_Full... · Pendidikan bisa dikatakan sebagai salah satu kebutuhan
Page 2: Perbedaan Self-Regulated Learning Ditinjau Dari Goal ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8778/2/T1_802009052_Full... · Pendidikan bisa dikatakan sebagai salah satu kebutuhan
Page 3: Perbedaan Self-Regulated Learning Ditinjau Dari Goal ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8778/2/T1_802009052_Full... · Pendidikan bisa dikatakan sebagai salah satu kebutuhan
Page 4: Perbedaan Self-Regulated Learning Ditinjau Dari Goal ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8778/2/T1_802009052_Full... · Pendidikan bisa dikatakan sebagai salah satu kebutuhan

i

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan self-regulated learning ditinjau dari

goal orientation (mastery goal dan performance-avoid goal) pada mata pelajaran bahasa

inggris diSMA Negeri 5 Ambon. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Subjek

penelitian berjumlah 78 siswa yang dibagi menjadi dua kelompok (39 siswa untuk kelompok

mastery goal dan 39 siswa untuk kelompok performance goal). Teknik sampling yang

digunakan adalah random sampling. Data penelitian diambil menggunakan skala self-

regulated learningdan skala goal orientation. Skala self-regulated learning terdiri dari 42

item dan 37 item dinyatakan lolos seleksi daya diskriminasi item dengan koefisien alpha

cronbachnya 0,918. Skala goal orientation terdiri dari 11 item mastery goal yang semuanya

lolos seleksi daya diskriminasi item dan 9 item performance goal yang semuanya lolos

seleksi daya diskriminasi item dengankoefisien alpha cronbach sebesar 0,933 untuk iitem

mastery goal dan 0,897 untuk item performance goal. Berdasarkan uji perbedaan

menggunakan teknik uji bedapearson product moment diperoleh nilai t = 0.528 dengan nilai

signifikansi atau p = 0,326. Hasil tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan self-

regulated learning antara siswa mastery goal dengansiswa performance goal. Berdasarkan

hasil uji analisis menunjukkan bahwa self-regulated learningsiswa mastery goal dan siswa

performance goalsama-sama berada pada kategori sedang, sehingga tidak terdapat perbedaan

antara kedua kelompok tersebut.

Kata Kunci : Self-Regulated Learning, Goal Orientation (Mastery Goal, Performance-Avoid

Goal)

Page 5: Perbedaan Self-Regulated Learning Ditinjau Dari Goal ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8778/2/T1_802009052_Full... · Pendidikan bisa dikatakan sebagai salah satu kebutuhan

ii

ABSTRACT

This study aims to determine differences in self-regulated learning in terms of goal

orientation (mastery goals and performance-avoid goal) of English lesson at SMAN 5

Ambon. This research is quantitative. Samples are 78 students (39 students for mastery goal

group and 39 students for performance goal group). The sampling technique uses random

sampling. The data taken by using a scale of self-regulated learning and goal orientation

scale.Self-regulated learning scale consists of 42 items and 37 items passed the selection item

discrimination power and the cronbach alpha coefficient is 0.918.Goal orientation scale

consists of 11 items mastery goals were all passed the selection item discrimination power

and 9 items of performance goals that are all passed the selection item discrimination power

with Cronbach alpha coefficient is 0.933 for item mastery goal and 0.897 for performance

goal. Based on thet-testPearson product moment t = 0528 values obtained with significant

value p = 0.326. These results indicate that there is no difference between the self-regulated

learning student mastery goal with student performance goal. Based on the test results of the

analysis indicated that the self-regulated learning students' mastery goals and performance

goals students alike are in the middle category, so there is no difference between the two

groups.

Keywords: Self-Regulated Learning, Goal Orientation (Mastery Goal, Goal Performance-

Avoid).

Page 6: Perbedaan Self-Regulated Learning Ditinjau Dari Goal ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8778/2/T1_802009052_Full... · Pendidikan bisa dikatakan sebagai salah satu kebutuhan

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pendidikan bisa dikatakan sebagai salah satu kebutuhan pokok manusia,

karena memiliki peran yang sangat menentukan bagi perkembangan dan

perwujudan diri individu, terutama bagi pembangunan bangsa dan negara.

Pendidikan sebagai salah satu institusi sosial memainkan peranan yang penting

dalam penyediaan tenaga kerja pakar, teknis, dan profesional. Pendidikan juga dapat

membentuk sikap, nilai serta pola pikir seperti keterbukaan terhadap perubahan,

inovasi, serta penggunaan sains dan teknologi dalam bidang kerja dan kehidupan

sehari-hari (Sidin, Long , Abdullah , & Mohamed 2001).

Upaya pemerintah untuk memajukan usaha pendidikan diaplikasikan dalam

berbagai cara seperti yang tertuang dalam undang-undang nomor 20 tahun 2003

tentang sistem pendidikan nasional (sisdiknas), mengenai strategi dan pertahanan

untuk memperbaiki mutu kualitas pendidikan (Ali, 2007). Dalam pasal tersebut

dipaparkan bahwa penyelenggaraan pendidikan di Indonesia dilakukan dalam tiga

tahap yaitu pendidikan dasar (SD, SMP, MTs atau bentuk lain yang sederajat);

pendidikan menengah (SMA, MA, SMK, dan MAK, atau bentuk lain yang

sederajat); dan pendidikan tinggi (diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor).

Untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan tersebut permerintah juga menyusun

program pendidikan dan perangkat mata mata pelajaran yang disebut kurikulum.Di

dalam kurikulum terdapat berbagai mata pelajaran yang sesuai dengan masing-

masing jenjang pendidikannya.

Seiring dengan berkembangnya kurikulum pendidikan di Indonesia, maka

tingkat kesulitan proses belajar juga semakin meningkat sehingga menuntut siswa

Page 7: Perbedaan Self-Regulated Learning Ditinjau Dari Goal ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8778/2/T1_802009052_Full... · Pendidikan bisa dikatakan sebagai salah satu kebutuhan

2

untuk lebih mengasah kemampuannya dalam belajar. Barry (2005) menjelaskan

bahwa kesiapan peserta didik (siswa) untuk menerima mata pelajaran juga sangat

menentukan keberhasilan proses penyelenggaran pendidikan. Namun dewasa ini,

sering kali ditemukan peserta didik (siswa) yang mengalami kesulitan dalam

mengikuti proses belajar, khususnya pada mata pelajaran tertentu yang dianggap

mereka sangat sulit. Salah satu mata pelajaran yang sering dianggap sulit oleh peserta

didik (siswa) adalah mata pelajaran Bahasa Inggris (Kompasiana, 2014). Mata

pelajaran Bahasa Inggris merupakan salah satu mata pelajaran wajib dalam

kurikulum berbasis kompetensi (KBK). Bahasa Inggris memiliki peran penting

dalam dunia pendidikan karena digunakan sebagai bahasa komunikasi internasional,

bahasa ilmu pengetahan, teknologi, dan dipakai di hampir semua bidang

kehidupan.Banyak siswa mengeluhkan kesulitan dalam mengerjakan soal-soal

Bahasa Inggris dalam ujian nasional tahun 2014 (Okezone, 2014). Nadliroh (2013)

menjelaskan bahwa siswa SMA sering kali mengalami kesulitan dalam menulis text

report dalam Bahasa Inggris. Kesulitan yang sering dialami oleh siswa SMA terdapat

pada penguasaan kemampuan dasar yaitu, writing dan speaking. Oleh karena itu

pengaturan diri dalam pembelajaran mata pelajaran Bahasa Inggris perlu

ditingkatkan agar siswa dapat mencapai tujuan belajar.

Siswa yang mampu mengatur dirinya sendiri cenderung akan mengatur jam

belajar serta memilih strategi-strategi yang dapat menunjang prestasi akademiknya.

Kemampuan mengatur diri dalam pembelajaran, disebut dengan self-regulated

learning (SRL)(Zimmerman dalam Chen, 2002). SRL merupakan kemampuan

individu dalam pemantauan diri, pengaturan, dan pengendalian yang diarahkan oleh

tujuan belajar dan kondisi lingkungan.SRL berada pada penentuan tujuan,

Page 8: Perbedaan Self-Regulated Learning Ditinjau Dari Goal ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8778/2/T1_802009052_Full... · Pendidikan bisa dikatakan sebagai salah satu kebutuhan

3

perencanaan, dan memonitor diri yang menjadi aspek penting bagi prestasi anak dan

remaja (Schunk, Pintrich, & Meece, 2008). Siswa yang memiliki SRL tinggi akan

lebih memilih kegiatan-kegiatan yang dapat menunjang cita-citanya. Bukti konkrit

siswa harus memilih hal yang dapat menunjang cita-citanya adalah pada saat siswa

menduduki bangku SMA.Siswa dituntut untuk mulai memilih jurusan seperti Ilmu

Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial atau Bahasa.Hal tersebut menunjukkan

bahwa siswa SMA seharusnya memiliki kemampuan SRL. Hasil dari penelitian

Pujiati (2010) dan Widiyastuti (2012) menunjukkan bahwa sebagian siswa belum

memiliki SRL yang optimal dengan menunjukkan perilaku terlambat datang ke

sekolah, tidak menyelesaikan tugas-tugas sekolah, mencontek pada saat ulangan,

kurang memanfaatkan fasilitas perpustakaan, tidak tuntasnya nilai KKM, rendahnya

keinginan untuk meminta perbaikan nilai, tidak memiliki jadwal belajar rutin, dan

belajar saat akan ujian dengan metode SKS.SRL selalu mengarah pada beberapa

tujuan, yang terangkum dalam beberapa tahap yang mencakup (1) memiliki dan

menentukan tujuan belajar, (2) membuat perencanaan dan (3) memilih strategi

pencapaian tujuan (Markus dan Wurf, dalam Deasyanti dan Anna 2007).

Salah satu penyebab perbedaan tingkat SRL siswa adalah perbedaan tujuan

belajar jangka panjang pada masing-masing siswa. Tujuan belajar (goal orientation)

merupakan kriteria yang digunakan siswa untuk memonitor dan memilih strategi

dalam proses belajar (Zimmerman 1989). Pintrich & Schunk (dalam Dedy & Wahyu,

2007) menjelaskan bahwa goal orientation merupakan pola keyakinan yang

mengarahkan pada cara yang berbeda dalam pendekatan penggunaan dan respon

terhadap prestasi. Goal orientation dikembangkan secara khusus untuk menjelaskan

cara belajar anak dan performance dalam menjalankan tugas-tugas akademiknya.

Page 9: Perbedaan Self-Regulated Learning Ditinjau Dari Goal ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8778/2/T1_802009052_Full... · Pendidikan bisa dikatakan sebagai salah satu kebutuhan

4

Menurut Schunk, Pintrich dan Meece (2008) siswa dengan tujuan dan efikasi diri

dalam mencapai keinginannya cenderung akan terlibat dalam kegiatan yang dia

percaya dapat menunjang keinginannya tersebut dengan memperhatikan proses,

berlatih mengingat informasi, berusaha dan bertahan. Ketika individu tidak memiliki

komitmen untuk mencapai tujuan maka dia tidak akan bekerja maksimal dan tidak

memiliki keinginan untuk berprestasi (Schunk, Pintrich & Meece, 2008). Di dalam

goal orientation terdapat dua karakteristik yang membedakan cara belajar dan

performance anak, antara lain: mastery goal dan performance goal. Mastery goal

adalah orientasi siswa untuk menguasai materi pelajaran, sedangkan performance

goal adalah orientasi siswa untuk mendapatkan hasil yang baik Pintrich & Schunk

(dalam Mattern, 2005).

Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa individu yang menggunakan

mastery goal sebagai tujuan belajarnya cenderung menggunakan strategi belajar yang

lebih efektif, lebih menyukai tantangan dan memiliki efikasi diri yang tinggi dari

pada individu yang menggunakan performance goal sebagai tujuan belajar (Ames,

1992; Elliot & Dweck, 1988; dan Wolters, 2004).Performance goal sendiri dipahami

sebagai bentuk perilaku maladaptive dalam belajar (Mattern 2005).Performance goal

orientation terbagi menjadi dua kategori yaitu performance-approach goal

orientation, yang didefinisikan sebagai keinginan menunjukan kompetensi yang

dimiliki dan menghindari penilaian negative dari orang lain, sedangkan performance-

avoid goal orientation didefinisikan sebagai keinginan individu untuk menghindari

situasi yang bisa menyangkal kompetensinya dan menghindari evaluasi negatif

(Walle, Brown, Cron, & Slocum, 1999). Sejumlah penelitian menghasilkan temuan

bahwa terdapat perbedaan outcome atau hasil belajar dari performance-approach dan

Page 10: Perbedaan Self-Regulated Learning Ditinjau Dari Goal ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8778/2/T1_802009052_Full... · Pendidikan bisa dikatakan sebagai salah satu kebutuhan

5

performance avoid. Performance-approach goal orientation lebih menghasilkan

outcomes yang positif dalam belajar seperti meningkatkan kemampuan belajar dan

menunjukan kemampuan terbaiknya dalam situasi pembelajaran, sedangkan

performance-avoid goal orientation lebih menghasilkan outcomes yang negatif

seperti penggunaan strategi belajar yang tidak dalam, menurunkan kemampuan

belajar, perilaku belajar yang merugikan (self-handicapping behavior), dan merusak

motivasi instrinsik dalam belajar. (Church, 2001; Harackiewicz, J. M, Barron, K. E,

Tauer, J. M, Carter, S. M, & Elliot, A.J. 2000), Barron & Harackiewicz, (2001)

menjelaskan bahwa penggunaan mastery-goal orientation dan performance-

approach dapat meningkatkan hasil pembelajaran yang positif bagi siswa.

Beberapa peneliti telah melakukan kajian mendalam mengenai pentingnya goal-

orientation untuk meningkatkan self-regulated learning. Penelitian yang dilakukan

oleh Matuga (2009) menghasilkan temuan bahwa goal-orientation berpengaruh

secara signifikan terhadap efektifitas self-regulated learning. Hasil penelitian

tersebut diperkuat oleh Bell dan Kozlowsky (dalam Puspitasari, 2013) yang

menghasilkan temuan bahwa learning-goal orientation berhubungan positif dan

signifikan dengan self-regulated learing siswa dalam belajar. Sama halnya dengan

Neuville, Frenay & Bourgeois (2007) yang menyimpulkan bahwa goal orientation

memberikan efek secara langsung terhadap self-regulated learning strategies.

Sedangkan VandeWalle, Brown, Cron, & Slocum (1999) menjelaskan bahwa

individu dengan performance goal orientation memiliki perkembangan kemampuan

yang lebih rendah dari pada individu yang memilikimastery goal orientation.

Selanjutnya, Puspitasari, Purwanto, & Noviyani (2013) menyimpulkan bahwa tingkat

self-regulated learning pada kriteria tinggi lebih didominasi oleh siswa dengan

Page 11: Perbedaan Self-Regulated Learning Ditinjau Dari Goal ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8778/2/T1_802009052_Full... · Pendidikan bisa dikatakan sebagai salah satu kebutuhan

6

mastery goal orientation dari pada siswa dengan performance goal orientation. Oleh

karena itu goal orientation merupakan salah satu faktor penting dalam penggunaan

self-regulated learning secara efektif dalam proses pembelajaran siswa.

Kajian dan penelitian yang dipaparkan mendukung kesimpulan bahwa goal

orientation memiliki peran penting dalam efektifitas self-regulated learning, dan

terdapat perbedaan antara mastery goal dan performance goal. Oleh karena itu

penulis bermaksud untuk melakukan penelitian terkait dengan perbedaan self-

regulated learning ditinjau dari goal orientation pada mata pelajaran Bahasa Inggris

di SMA Negeri 5 Ambon.

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi Self-Regulated Learning

Zimmerman (dalam Chen, 2002) menyatakan bahwa self-regulated learning

adalah individu yang aktif secara metakognitif, motivasional, dan behavioral

merupakan peserta aktif dalam proses belajar mereka sendiri. Schunkdan

Zimmerman (dalam Susanto, 2006), menyatakan bahwa self-regulated learning

dapat dipahami sebagai penggunaan suatu proses yang mengaktivasi pemikiran,

perilaku dan affect (perasaan) yang terus-menerus dalam upaya untuk mencapai

tujuan yang telah ditetapkan.

Berdasarkan pengertian yang dikemukakan oleh para ahli di atas, maka dalam

penelitian ini penulis menggunakan definisi self-regulated learing menurut

Zimmerman (dalam Chen, 2002) yang menyatakan bahwa self-regulated

learningadalah individu yang aktif secara metakognitif, motivasional, dan behavioral

merupakan peserta aktif dalam proses belajar mereka sendiri.

Page 12: Perbedaan Self-Regulated Learning Ditinjau Dari Goal ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8778/2/T1_802009052_Full... · Pendidikan bisa dikatakan sebagai salah satu kebutuhan

7

Aspek-aspek Self-Regulated Learning

Zimmerman dan Martinez-Pons (1990) menyatakanbahwa ada 3 aspek dari self-

regulated learning, yaitu: metakognitif, motivasi, dan perilaku.

a. Metakognitif adalah kemampuan individu dalam merencanakan,

mengorganisasikan atau mengatur, menginstruksikan diri, memonitor dan

melakukan evaluasi dalam aktivitas belajar.

b. Motivasi merupakan pendorong (drive) yang ada pada diri individu yang

mencakup persepsi terhadap efikasi diri, kompetensi otonomi yang dimiliki

dalam aktivitas belajar. Motivasi merupakan fungsi dari kebutuhan dasar

untuk mengontrol dan berkaitan dengan perasaan kompetensi yang dimiliki

setiap individu.

c. Perilaku (behavioral) merupakan upaya individu untuk mengatur diri,

menyeleksi, dan memanfaatkan lingkungan maupun menciptakan lingkungan

yang mendukung aktivitas belajar.

Faktor-faktor Yang Memengaruhi Self-regulated Learning

Thoresen dan Mahoney (dalam Zimmerman, 1989) memaparkan dari

perspektif sosial-kognitif, bahwa keberadaan self-regulated learning ditentukan

oleh tiga faktor, yaitu:

a. Faktor pribadi (Person). Persepsi self-efficacy siswa tergantung pada masing-

masing empat tipe yang mempengaruhi pribadi seseorang: pengetahuan siswa

(students knowledge), proses metakognitif, tujuan dan afeksi (affect).

Pengetahuan self-regulatedlearning harus memiliki kualitas pengetahuan

prosedural dan pengetahuan bersyarat (conditional knowledge).Pengetahuan

prosedural mengarah padapengetahuan bagaimana menggunakan strategi,

Page 13: Perbedaan Self-Regulated Learning Ditinjau Dari Goal ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8778/2/T1_802009052_Full... · Pendidikan bisa dikatakan sebagai salah satu kebutuhan

8

sedangkanpengetahuan bersyarat merujuk pada pengetahuan kapan dan

mengapa strategi tersebut berjalan efektif. Pengetahuan self-regulated

learning tidak hanya tergantung pada pengetahuan mahasiswa, melainkan

juga proses metakognitif pada pengambilan keputusandan performa yang

dihasilkan. Proses metakognitif melibatkan perencanaan atau analisis tugas

yang berfungsi mengarahkan usaha pengontrolan belajar dan mempengaruhi

timbal balik dari usaha tersebut. Pengambilan keputusan metakognitif

tergantung juga pada tujuan (goals) jangka panjang siswa untuk belajar.

b. Faktor perilaku (Behavior). Tiga cara dalam merespon berhubungan dengan

analisis self-regulated learning: observasi diri (self-observation), penilaian diri

(self-judgment), dan reaksi diri (self-reaction). Meskipun diasumsikan bahwa

setiap komponen tersebut dipengaruhi oleh berbagai macam proses pribadi

yang tersembunyi (self), namun proses dari luar diri individu juga ikut

berperan. Setiap komponen terdiri dari perilaku yang dapat diamati, dilatih

dan saling mempengaruhi. Oleh karena itu, self-observation, self-judgment,

dan self-reaction dikategorikan sebagai faktor perilaku yang

memengaruhiself-regulated learning.

c. Faktor lingkungan (Environment). Setiap gambaran faktor lingkungan

diasumsikan berinteraksi secara timbal balik dengan faktor pribadi dan

perilaku. Ketika seseorang dapat memimpin dirinya, faktor pribadi digerakkan

untuk mengatur perilaku secara terencana dan lingkungan belajar dengan

segera. Individu diperkirakanmemahami dampak lingkungan selama proses

penerimaan dan mengetahui cara mengembangkan lingkungan melalui

penggunaan strategi yang bervariasi. Individu yang menerapkanself-regulation

Page 14: Perbedaan Self-Regulated Learning Ditinjau Dari Goal ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8778/2/T1_802009052_Full... · Pendidikan bisa dikatakan sebagai salah satu kebutuhan

9

biasanya menggunakan strategi untuk menyusun lingkungan, mencari bantuan

sosial dari guru, dan mencari informasi.

Goal Orientation

Goal orientation didefinisikan sebagai tujuan atau alasan dari keterlibatan dalam

perilaku mencapai tujuan (Pintrich, 2003). Goal orientation merefleksikan standar

yang digunakan siswa dalam mengukur performa atau kesuksesan mereka, yang

kemudian memeberikan arahan, dorongan, serta cara mencapai apa yang diinginkan.

Pada penelitian ini definisi operasional goal orientation mengacu pada (Ames dan

Archer 1998, dalam Schunk, Pintrich, dan Meece 2008) yang mengatakan Goal

orientation menentukan bagaimana seseorang berusaha untuk mencapai hasil yang

diinginkannya. Kemudian menurut Maehr dan Midgley (1991 dalam Shunck,

Pintrich, dan Meece 2008) ada tiga karakteristik goal orientation yaitu :

1. Task Focused / Mastery Goal

Karakteristik siswa dengan task focused suka belajar dari pekerjaan rumahnya

bahkan bila dia membuat banyak kesalahan, alasan siswa mengerjakan pekerjaan

sekolah karena siswa ingin belajar hal baru, dan alasan terakhir siswa adalah siswa

ingin menjadi lebih baik.

2. Performance-approach

Siswa dengan performance approach memiliki karakteristik adalah ingin

menunjukkan pada guru, bahwa dia lebih pintar dari siswa lain; siswa ingin

melakukan hal yang lebih baik daripada siswa lain di kelas; siswa akan merasa

sangat baik bila siswa tersebut menjadi satu-satunya siswa yang dapat menjawab

pertanyaan guru di kelas.

Page 15: Perbedaan Self-Regulated Learning Ditinjau Dari Goal ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8778/2/T1_802009052_Full... · Pendidikan bisa dikatakan sebagai salah satu kebutuhan

10

3. Performance-avoid

Karakteristik siswa dengan performance avoid, di mana siswa sangat penting tidak

terlihat bodoh di kelas, alasan siswa mengerjakan tugasnya agar orang lain tidak akan

berpikir bahwa siswa itu bodoh, alasan siswa menghindari tugasnya agar siswa tidak

terlihat tidak bisa mengerjakannya.

Jenis-jenis Goal Orientation

1. Mastery Goal

Mastery goal orientation merefleksikan fokus dalam belajar, menguasai

tugas sesuai dengan standar pribadi, mengembangkan keterampilan-keterampilan

baru, meningkatkan kompetensi, berusaha mencapai sesuatu yang menantang,

dan berusaha memperoleh pemahaman (Schunk, Pintrich, & Meece, 2008).

Siswa yang fokus pada mastery goal akan terkait dengan peningkatan

kompetensi belajar, cenderung termotivasi secara intrinsik, mencari tantangan

dan lebih kuat dalam menghadapi kesulitan (Dweck, 1999; Miller & Nichols,

1996, dalam Gibbs & Poskitt, 2010). Siswa yang memiliki mastery goalakan

terfokus pada pembelajaran, penguasaan tugas dengan dengan standar pribadi,

mengembangkan keterampilan baru, meningkatkan kompetensi dirinya, mencoba

untuk menaklukan sesuatu yang menantang, dan berusaha mendapatkan

pemahaman atau insight (Schunk, Pintrich, & Meece, 2008).

2. Performance Goal

Performance goal orientation merefleksikan fokus pada demostrasikan

kompetensi atau kemampuan dan bagaimana kemampuan tersebut dinilai oleh

orang lain; misalnya dengan melampaui standar performa normatif, berusaha

Page 16: Perbedaan Self-Regulated Learning Ditinjau Dari Goal ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8778/2/T1_802009052_Full... · Pendidikan bisa dikatakan sebagai salah satu kebutuhan

11

menjadi pribadi yang lebih baik dari orang lain, tidak ingin terlihat bodoh, dan

mencari perhatian orang lain berdasarkan performa yang diberikan (Ames, 1992;

Dweck & Leggett, 1988; Midgley et al., 1998; Pintrich 2000).

Selain itu performance goal pada siswa juga dikatakan sebagai keinginan

untuk menunjukkan kemampuan yang tinggi atau hanya untuk menyenangkan

guru (Schunk, Pintrich, & Meece, 2008). Goal orientation jenis ini digambarkan

sebagai penilaian terhadap kesuksesan yang mengacu pada membandingkan

kinerja diri dengan kinerja orang lain (Gibbs & Poskitt, 2010). Siswa dengan

performance goal cenderung berfokus pada pembuktian kemampuan mereka dan

lebih termotivasi oleh motivasi ekstrinsik (Dweck, 1999; Miller, Greene,

Montalvo, Ravindran, & Nichols, 1996 dalam Gibbs & Poskitt, 2010). Walle

dalam Pradiantie (2012) membagi performance goal ke dalam dua kategori yaitu

performance-approach goal orientation, dan performance-avoiding goal

orientation. Performance-approach goal orientation adalah keinginan

menunjukkan kompetensi dan menghindari penilaian negatif dari orang lain, dan

Performance-avoiding goal orientation adalah keinginan individu menghindari

situasi yang bisa menyangkal kompetensinya dan menghindari penilaian negatif

dari orang lain. Dalam penelitian ini penulis berfokus untuk mengukur

performance-avoiding goal pada siswa.

Page 17: Perbedaan Self-Regulated Learning Ditinjau Dari Goal ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8778/2/T1_802009052_Full... · Pendidikan bisa dikatakan sebagai salah satu kebutuhan

12

Perbedaan self-regulated learning ditinjau dari goal orientation (mastery goal

dan performance-avoid goal) pada mata pelajaran Bahasa Inggris di SMA

Negeri 5 Ambon

Dalam proses pembelajaran tentunya siswa sebaiknya menggunakan strategi

yang tepat dalam belajar agar proses belajar dapat berlangsung dengan maskimal.

Penggunaan strategi yang tepat dalam belajar dapat tercapai apabila siswa memiliki

SRL yang optimal dan mampu menerapkannya dalam proses belajar (Markus &

Wurf dalam Deasyanti & Anna, 2007). Siswa yang memiliki SRL yang tinggi

cenderung mampu untuk mengatur dirinya sendiri, terkait dengan pengaturan jam

belajar, pemilihan strategi belajar, perencanaan dan penetapan tujuan belajar

(Zimmerman dalam Chen, 2002).Pentingnya SRL dalam proses belajar ditunjukan

oleh Entwistle (dalam Saputra, 2005) yang menyampaikan bahwa kemajuan

akademik yang dicapai bergantung pada pola perilaku dan kemandirian belajar (self-

regulation learning). Pernyataan tersebut didukung oleh hasil penelitian Pujiati

(2010) dan Widiyastuti (2012) yang menghasilkan temuan bahwa sebagian siswa

belum memiliki SRL yang optimal dengan menunjukan perilaku terlambat datang ke

sekolah, tidak menyelesaikan tugas-tugas sekolah, menyontek pada saat ulangan,

kurang memanfaatkan fasilitas perpustakaan, tidak tuntasnya nilai KKM, rendahnya

keinginan untuk meminta perbaikan nilai, tidak memiliki jadwal belajar rutin, dan

belajar saat akan ujian saja.

Setiap siswa memiliki tingkat SRL yang berbeda satu sama lain (Zimmerman

1989).Salah satu penyebab tingkat SRL siswa adalah perbedaan tujuan belajar jangka

panjang pada masing-masing siswa. Tujuan belajar (goal orientation) merupakan

Page 18: Perbedaan Self-Regulated Learning Ditinjau Dari Goal ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8778/2/T1_802009052_Full... · Pendidikan bisa dikatakan sebagai salah satu kebutuhan

13

kriteria yang yang digunakan siswa untuk memonitor dan memilih strategi dalam

proses belajar (Zimmerman 1989). Hal itu disebabkan karena SRL selalu mengarah

pada beberapa tujuan, yang terangkum dalam beberapa tahap antara lain yaitu (1)

memiliki dan menentukan tujuan belajar, (2) membuat perencanaan dan (3) memilih

strategi pencapaian tujuan (Markus dan Wurf, dalam Deasyanti dan Anna 2007).

Goal orientation merefleksikan standart yang digunakan siswa dalam mengukur

performa atau kesuksesan mereka yang kemudian memberikan arahan, dorongan,

serta cara mencapai apa yang diinginkan dalam proses belajarnya (Mahesa, 2013).

Penelitian sebelumnya menunjukan bahwa individu yang menggunakan mastery

goal sebagai tujuan belajarnya cenderung menggunakan strategi belajar yang lebih

efektif, lebih menyukai tantangan dan memiliki efikasi diri yang tinggi dari pada

individu yang menggunakan performance goal sebagai tujuan belajar (Ames, 1992;

Elliot & Dweck, 1988; dan Wolters 2004). Hasil tersebut didukung oleh penelitian

VandeWalle, Brown, Cron, & Slocum (1999) menjelaskan bahwa individu dengan

performance goal orientation memiliki perkembangan kemampuan yang lebih

rendah dari pada individu yang memiliki mastery goal orientation.Sama halnya

dengan penelitian yang dilakukan oleh Puspitasari, Purwanto, & Noviyani (2013)

menyimpulkan bahwa tingkat self-regulated learning pada kriteria tinggi lebih

didominasi oleh siswa dengan mastery goal orientation dari pada siswa dengan

performance goal orientation. Oleh karena itu goal orientation merupakan salah satu

faktor penting dalam penggunaan self-regulated learning secara efektif dalam proses

pembelajaran siswa.

Perbedaan tingkat self-regulated learning antara siswa yang memiliki mastery

goal dengan siswa yang memiliki performance goal disebabkan karena siswa

Page 19: Perbedaan Self-Regulated Learning Ditinjau Dari Goal ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8778/2/T1_802009052_Full... · Pendidikan bisa dikatakan sebagai salah satu kebutuhan

14

mastery goal lebih mementingkan proses belajar dengan berusaha memahami dan

menguasai materi pelajaran yang akan membuat tingkat self regulated learning siswa

tinggi. Selain itu siswa yang memiliki mastery goal cenderung mencari tantangan,

menggunakan strategi pembelajaran efektif yang lebih tinggi, seperti strategi

metakognitif, pelaporan dan sikap terhadap sekolah yang lebih positif, dan memiliki

tingkat self-efficacy yang lebih tinggi (kepercayaan pada kemampuan diri untuk

berhasil dalam situasi tertentu). Sedangkan pada siswa yang memiliki performance

goal cenderung bergantung pada hal-hal diluar dirinya seperti menghadapi dorongan

dari luar, menghindari hukuman, atau berusaha keras demi mendapatkan pujian dari

orang lain. Siswa yang memiliki performance goal juga menggunakan stategi belajar

yang kurang baik seperti mengulang, mengopi bahan, dan mengingat kata demi kata

serta memandang gurunya sebagai hakim atau pemberi reward dan pemberi

punishment (hukuman) (Omrod 2010). Hal ini memungkinkan bahwa siswa dengan

mastery goal memiliki tingkat SRL yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa

dengan performance goal.

Dari pemaparan di atas diketahui bahwa goal orientation memegang peran

penting dalam mengoptimalkan SRL untuk menjadikan proses belajar yang lebih

efektif dan maksimal. Selain itu, goal orientation merupakan salah satu faktor yang

menyebabkan perbedaan SRL pada siswa dalam proses belajar. Oleh karena itu

penulis ingin mengkaji lebih dalam mengenai perbedaan self-regulated learning

ditinjau dari goal orientation.

Hipotesis

Berdasarkan rumusan permasalahan yang telah penulis kemukakan, maka dibuat

suatu hipotesis penelitian ini adalah terdapat perbedaan yang siginifikanself-

Page 20: Perbedaan Self-Regulated Learning Ditinjau Dari Goal ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8778/2/T1_802009052_Full... · Pendidikan bisa dikatakan sebagai salah satu kebutuhan

15

regulated learningpada mata pelajaran Bahasa Inggris antara siswa yang

menggunakan mastery goal orientation dengan siswa yang menggunakan

performance-avoiding goal orientation. Siswa yang menggunakan mastery goal

memiliki self-regulated learning yang lebih tinggi pada mata pelajaran Bahasa

Inggris dibandingkan siswa yang menggunakan performance-avoiding goal.

METODE PENELITIAN

Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Negeri 5 Ambon.

Sedangkan sampel dalam penelitian ini berjumlah 78 siswa kelas X SMA Negeri 5

Ambon yang dihitung berdasarkan formula yang digunakan untuk penarikan sampel

dalam penelitian (Supramono dan Utami, 2004), yaitu:

Keterangan:

n= jumlah sampel

N= ukuran Populasi

d= presentase kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan

sampel

Dengan demikian jumlah sampel yang diambil dari penilitian ini adalah sebesar 78

sampel, yang berasal dari:

= 340

340(0,1)2+1

= 77,2777777

= 78

n= N

Nd2 + 1

Page 21: Perbedaan Self-Regulated Learning Ditinjau Dari Goal ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8778/2/T1_802009052_Full... · Pendidikan bisa dikatakan sebagai salah satu kebutuhan

16

Prosedur Sampling

Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah random

sampling.Sampel dalam penelitian ini berjumlah 78 siswa dari total jumlah siswa

kelas X yaitu sebanyak 340 siswa dengan taraf signifikansi yang dikehendaki sebesar

10% menurut Nomogram Harry King (Sugiyono, 2013).

Pengukuran

Terdapat dua instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam

penelitian ini. Instrumen yang pertama yaitu Motivated Strategies for Learning

Questionnaire (MSLQ) yang digunakan untuk mengukur self-regulated learning.

MSLQ merupakan instrument yang dikembangkan berdasarkan teori Zimmerman

dan Martinez-Pons (1990) oleh Wolters, Karabenick, dan Pintrich (2003) melalui

tiga dimensi self-regulated learning yaitu metakognitif, motivasi, dan perilaku.

Instrumen ini memiliki 42 item kuisioner dimana dalam penelitian ini MLSQ akan

dimodifikasi dan diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia.Berdasarkan pengujian alat

ukur yang telah dilakukan oleh Pintrich. Et, al. (2003) diketahui bahwa instrument

MSLQ memiliki tingkat koefisien reabilitas sebesar 0,88 untuk skala general

cognitive strategy dan 0,63 untuk skala self-regulation.

Instrumen yang ke dua yaitu Patterns of Adaptive Learning Scales (PALS) yang

digunakan untuk mengukur goal orientation. PALS dikembangkan oleh Midgley et.

al., (2000) berdasarkan teori yang dikemukakan Maehr dan Midgley (1991 dalam

Shunck, Pintrich, dan Meece 2008) yang membagi tiga karakteristik goal orientation

yaitu task focused/mastery goal, performance-approach goal dan performance-

avoiding goal. Dalam penelitian ini penulis hanya mengukur dua aspek yaitu mastery

goal dan performance-avoiding goal. Alat ukur ini memiliki 11 item kuisioner pada

Page 22: Perbedaan Self-Regulated Learning Ditinjau Dari Goal ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8778/2/T1_802009052_Full... · Pendidikan bisa dikatakan sebagai salah satu kebutuhan

17

aspek mastery goal dan 9 item kuisioner pada aspek performance-avoiding goal.

Untuk kepentingan penelitian penulis mengadaptasi dari instrumen PALS dan akan

menerjemahkan dalam Bahasa Indonesia. Berdasarkan pengujian alat ukur yang

dilakukan oleh Midgley (1998) diketahui bahwa tingkat reabilitas instrument PALS

berkisar pada tingkat 0,63 untuk skala mastery goal dan 0,67 untuk skala

performance goal yang berarti alat ukur ini sangat layak digunakan untuk penelitian.

Pengelompokan antara siswa yang memiliki mastery goal dan siswa yang memiliki

performance avoid goal dengan cara membandingkan kriteria pada masing-masing

karaktersitik goal orientation siswa dibagi menjadi tiga bagian yaitu tinggi, sedang,

dan rendah Puspitasari, Purwanto, Noviyani, (2013). Setelah mengklasifikasikan

siswa sesuai dengan kriterianya pada keduakarakteristik goal orientation tersebut,

diambil kriteria keputusan sebagai berikut :

1. Siswa dikatakan kelompok mastery goal, apabila kriteria mastery goal lebih

dominan atau lebih tinggi daripada kriteria performance avoid goal

2. Siswa dikatakan kelompok performance avoid goal, apabila kriteria performance

avoid goal lebih dominan atau lebih tinggi daripada kriteria mastery goal

3. Siswa dikatakan tidak terbedakan atau tidak termasuk ke dalam

kelompokmastery goal maupun performance avoid goal, apabila kriteria kedua

kelompok memiliki hasil yang sama.

Page 23: Perbedaan Self-Regulated Learning Ditinjau Dari Goal ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8778/2/T1_802009052_Full... · Pendidikan bisa dikatakan sebagai salah satu kebutuhan

18

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Uji Seleksi Item dan Reliabilitas

Self-Regulated Learning

Berdasarkan pada perhitungan uji seleksi item dan reliabilitas Skala self-

regulated learning yang terdiri dari 42 item, diperoleh item yang gugur sebanyak 5

item dengan koefisien korelasi item totalnya bergerak antara 0,322-0,772.Sedangkan

teknik pengukuran untuk menguji reliabilitas adalah menggunakan teknik koefisien

Alpha Cronbach, sehingga dihasilkan koefisien Alpha pada Skala self-regulated

learning sebesar 0,918. Hal ini berarti Skala self-regulated learning reliabel.

Goal Orientation

1. Mastery Goal

Perhitungan uji seleksi item dan reliabilitas kelompok mastery goal yang

terdiri dari 11 item, diperoleh semua item valid dengan koefisien korelasi item

total bergerak antara 0,628-0,824, dan koefisien Alpha pada kelompok mastery

goal sebesar 0,933 yang artinya kelompok tersebut reliabel.

2. Performance avoid Goal

Perhitungan uji seleksi item dan reliabilitas kelompok performance goanl

yang terdiri dari 9 item, diperoleh semua item valid dengan koefisien korelasi

item total bergerak antara 0,491-0,869, dan koefisien Alpha pada kelompok

performance avoid goal sebesar 0,897 yang artinya kelompok tersebut reliabel.

Hasil Analisis Deskriptif

Berikut adalah hasil perhitungan nilai rata-rata, minimal, maksimal, dan standar

deviasi sebagai hasil pengukuran skala self-regulated learningpada mata pelajaran

Bahasa Inggris antara siswa yang menggunakan mastery goal orientation dengan

Page 24: Perbedaan Self-Regulated Learning Ditinjau Dari Goal ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8778/2/T1_802009052_Full... · Pendidikan bisa dikatakan sebagai salah satu kebutuhan

19

siswa yang menggunakan performance-avoiding goal orientationdapat dilihat pada

tabel di bawah ini:

Tabel Statistik Deskriptif

Skala Interval Kategori MGO PGO Mean SD Max Min

f % f %

SRL 111 ≤ x < 148 Tinggi 18 46,15 15 38,46

111.77

15.300

62

144 74 ≤ x < 111 Sedang 20 51,29 24 61,54

37 ≤ x < 74 Rendah 1 2,56 0 0

Jumlah 39 100 39 100

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa sebagian besar siswa yang masuk dalam

kelompok mastery goal memiliki tingkat self-regulated learning yang tergolong

sedangyaitu 20 siswa atau sebesar 51,29%. Begitu juga dengan siswa yang termasuk

dalam kelompok performance goal orientation yang sebagian besar siswanya

memiliki tingkat self-regulated learning yang tergolongsedang yaitu dengan jumlah

24 siswa atau sebesar 61,54%, yang dimana skor paling rendah adalah 62, skor paling

tinggi adalah 144, dan rata-ratanya sebesar 111,77 dengan standar deviasi 15,300.

Analisis Data

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif

komparasi. Penelitian ini akan dilakukan di lingkungan sekitar SMA Negeri 5

Ambon penulis akan membagikan angket yang berisi dua instrumen (MSLQ dan

PALS) yang nantinya akan diisi oleh siswa SMA Negeri 5 Ambon yang telah

memenuhi kriteria sebagai sampel penelitian.Data yang sudah terkumpul nantinya

akan dianalisis dengan menggunakan aplikasi SPSS 16.0.

Perbedaan dari dua kelompok sampel, akan diukur menggunakan uji beda. Uji

beda yang dilakukan mengunakan pendekatan independentsampel t-test dengan

tujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan rata-rata antara dua kelompok

sampel yang tidak berhubungan (Sugiyono, 2013).

Page 25: Perbedaan Self-Regulated Learning Ditinjau Dari Goal ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8778/2/T1_802009052_Full... · Pendidikan bisa dikatakan sebagai salah satu kebutuhan

20

Uji Asumsi

Uji asumsi yang dilakukan terdiri dari uji normalitas dan uji homogenitas. Uji

normalitas dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

MG PG

N 39 39

Normal Parametersa Mean 111.77 108.62

Std. Deviation 15.300 12.758

Most Extreme

Differences

Absolute .124 .072

Positive .093 .049

Negative -.124 -.072

Kolmogorov-Smirnov Z .774 .448

Asymp. Sig. (2-tailed) .587 .988

Pada Skala self-regulated learningpada kelompok mastery goal orientation

diperoleh nilai K-S-Z sebesar 0,774 dengan probabilitas (p) atau signifikansi sebesar

0,587 (p>0,05). Sedangkan pada skor self-regulated learningpada kelompok

performance goal orientationmemiliki nilai K-S-Z sebesar 0,448 dengan probabilitas

(p) atau signifikansi sebesar 0,988. Dengan demikian kedua jenis kelompok

berdistribusi normal.

Sementara dari hasil uji homogenitas dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel Uji Homogenitas

Test of Homogeneity of Variances

SLR

Levene

Statistic df1 df2 Sig.

.403 1 76 .528

Dari tabel di atas dapat dilihat nilai signifikansi dari uji homogenitas dari

sampel self-regulated learningpada kelompok mastery goal orientation dan self-

Page 26: Perbedaan Self-Regulated Learning Ditinjau Dari Goal ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8778/2/T1_802009052_Full... · Pendidikan bisa dikatakan sebagai salah satu kebutuhan

21

regulated learningpada kelompok performance goal orientation sebesar 0.528.

Karena signifikansi 0,909 > 0,05, sehingga dapat dikatakan bahwa penelitian ini

bersifat homogen atau memiliki varians yang sama.

Uji-t

Dari perhitungan uji-t, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel Hasil Uji-t self-regulated learning pada kelompok mastery goal

orientationself-regulated learning pada kelompok performance avoid goal

orientation

Independent Samples Test

Levene's Test

for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. T df

Sig. (2-

tailed)

Mean

Difference

Std. Error

Difference

95% Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

S

R

L

Equal variances

assumed .403 .528 .989 76 .326 3.154 3.190 -3.199 9.507

Equal variances

not assumed .989 73.623 .326 3.154 3.190 -3.203 9.510

Hasil perhitungan uji beda (uji-t), diperoleh nilai t-hitung adalah sebesar 0,528

dengan signifikansi = 0,326 (p<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada

perbedaan antara self-regulated learningpada kelompok mastery goal orientation

dan kelompok performance avoidgoal orientation.

Pembahasan

Berdasarkan hasil analisa data penelitian mengenai perbedaan self-regulated

learning ditinjau dari goal orientation (mastery goal dan performance avoid goal)

pada mata pelajaran Bahasa Inggris di SMA Negeri 5 Ambon dengan menggunakan

program SPSS versi 16.0, diperoleh t-hitung sebesar 1, 989 dengan signifikansi 0,

Page 27: Perbedaan Self-Regulated Learning Ditinjau Dari Goal ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8778/2/T1_802009052_Full... · Pendidikan bisa dikatakan sebagai salah satu kebutuhan

22

326 > 0,05 yang artinya Ho diterima dan H1 ditolak. Dapat disimpukan bahwa tidak

terdapat perbedaan self-regulated learning antara siswa yang menggunakan mastery

goalorientation dengan siswa yang menggunakan performance avoid goal

orientation. Penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh

Matuga (2009) menghasilkan temuan bahwa goal-orientation berpengaruh secara

signifikan terhadap efektifitas self-regulated learning. Hasil penelitian tersebut

diperkuat oleh Bell dan Kozlowsky (dalam Puspitasari 2013) yang menghasilkan

temuan bahwa learning-goal orientation berhubungan positif dan signifikan dengan

self-regulated learing siswa dalam belajar.Sama halnya dengan Neuville, dkk. (2007)

yang menyimpulkan bahwa goal orientation memberikan efek secara langsung

terhadap self-regulated learning strategies. Sedangkan VandeWalle, dkk.(1999)

menjelaskan bahwa individu dengan performance goal orientation memiliki

perkembangan kemampuan yang lebih rendah dari pada individu yang memiliki

mastery goal orientation.Selanjutnya, Puspitasari, dkk. (2013) menyimpulkan bahwa

tingkat self-regulated learning pada kriteria tinggi lebih didominasi oleh siswa

dengan mastery goal orientation dari pada siswa dengan performance goal

orientation.

Tidak adanya perbedaan self-regulated learning ditinjau dari goal orientation

antar dua kelompok siswa dimungkinkan ada beberapa faktor yang memengaruhi

antara lain :Faktor pribadi (Person). Persepsi self-efficacy siswa tergantung pada

masing-masing empat tipe yang mempengaruhi pribadi seseorang: pengetahuan

siswa (students knowledge),proses metakognitif, tujuan dan afeksi (affect)

(Zimmerman, 1989). Keempat tipe ternyata tidak nampak pada siswa SMA Negeri 5

Ambon, yang dimana menurut Kepala Sekolah dan guru BK nya bahwa saat guru

Page 28: Perbedaan Self-Regulated Learning Ditinjau Dari Goal ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8778/2/T1_802009052_Full... · Pendidikan bisa dikatakan sebagai salah satu kebutuhan

23

memberikan pembelajaran di kelas rata-rata siswa hanya diam dan tidak memberikan

pendapat jika diminta oleh guru, atau ketika guru menanyakan materi pelajaran,

siswa tidak mampu menjawab ataupun ketika memberikan jawaban mengatakan

bahwa tidak tahu jawabannya. Selain itu, proses berpikir siswa dalam memahami dan

menangkap materi yang disampaikan oleh guru masih belum maksimal atau dengan

kata lain mereka lama dalam memahami dan menangkap materi yang disampaikan

oleh guru. Kemudian kebanyakan siswa SMA Negeri 5 Ambon juga tidak memiliki

tujuan belajar yang baik dan pembawaan belajar mereka di sekolah juga kurang

maksimal. Mereka kebanyakan datang ke sekolah duduk mendengar materi dari guru

dan kemudian jika jam pulang sekolah mereka langsung pulang, padahal siswa yang

baik dalam belajar adalah siswa-siswa yang mampu aktif dalam belajarnya, namun

hal ini tidak ditemukan pada siswa SMA Negeri 5 Ambon. Dari apa yang

disampaikan oleh kepala sekolah dan guru BK, ternyata juga sesuai dengan yang

penulis observasi langsung proses pembelajaran siswa di kelas, bahwa para siswa

SMA Negeri 5 Ambon masih memiliki pengetahuan dalam belajar yang minim, cara

berpikir untuk menghubungkan teori dengan praktik atau pengetahuan yang mereka

miliki sebelumnya dengan yang mereka peroleh melalui proses pembelajaran di kelas

yang masih belum maksimal, danbelum memiliki tujuan yang pasti dari proses

belajar yang mereka alami serta perasaan bahagia ketika mengikuti proses

pembelajaran yang masih kurang.

Hal ini bertolak belakang dengan yang di ungkapkan oleh Zimmerman (1989)

bahwa pengetahuan self-regulated learning harus memiliki kualitas pengetahuan

prosedural dan pengetahuan bersyarat (conditional knowledge). Pengetahuan

proseduralmengarah pada pengetahuan bagaimana menggunakan strategi, sedangkan

Page 29: Perbedaan Self-Regulated Learning Ditinjau Dari Goal ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8778/2/T1_802009052_Full... · Pendidikan bisa dikatakan sebagai salah satu kebutuhan

24

pengetahuan bersyarat merujuk pada pengetahuan kapan dan mengapa strategi

tersebut berjalan efektif. Pengetahuan self-regulated learning tidak hanya tergantung

pada pengetahuan siswa, melainkan juga poses metakognitif pada pengambilan

keputusan dan performa yang dihasilkan. Proses metakognitif melibatkan

perencanaan atau analisis tugas yang berfungsi mengarahkan usaha pengontrolan

belajar dan mempengaruhi timbal balik dari usaha tersebut. Pengambilan keputusan

metakognitif tergantung juga pada tujuan (goals) jangka panjang siswa untuk

belajar. Faktor yang kedua yaitu perilaku (Behavior). Tiga cara dalam merespon

berhubungan dengan analisis self-regulated learning: observasi diri (self-

observation), penilaian diri (self-judgment), dan reaksi diri (self-reaction).

Meskipun diasumsikan bahwa setiap komponen tersebut dipengaruhi oleh

berbagai macam proses pribadi yang tersembunyi (self), namun proses dari luar

diri individu juga ikut berperan. Setiap komponen terdiri dari perilaku yang

dapat diamati, dilatih dan saling mempengaruhi. Oleh karena itu, self-

observation, self-judgment, dan self-reaction dikategorikan sebagai faktor perilaku

yang memengaruhi self-regulated learning. Faktor yang ketiga yaitu lingkungan

(Environment). Hal ini terbukti ketika ada jadwal mata pelajaran yang tidak terisi

(jam kosong) para siswa SMA Negeri 5 Ambon tidak bisa belajar mandiri atau ke

perpustakaan. Mereka hanya bermain di kelas atau keluar ke kantin padahal belum

waktunya untuk istirahat.Selain itu, ketika jam pulang sekolah para siswa SMA

Negeri 5 Ambon tidak langsung pulang ke rumah. Mereka malah bepergian dengan

teman-teman sekelasnya. Hal inilah yang menyebabkan siswa yang bearada dalam

kategori mastery goal dan performance goal tidak memiliki perbedaan yang spesifik

dalam menjalankan belajarnya di sekolah, sehingga berpengaruh pada self-regulated

Page 30: Perbedaan Self-Regulated Learning Ditinjau Dari Goal ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8778/2/T1_802009052_Full... · Pendidikan bisa dikatakan sebagai salah satu kebutuhan

25

learning-nya pula. Selain itu, yang menyebabkan kedua kelompok tidak memiliki

perbedaan, dikarenakan kondisi belajar anak di rumah, dimana jika anak pulang

sekolah biasanya orangtuanya tidak mempedulikan waktu belajar di rumah, sehingga

anak setelah pulang sekolah mereka kemudian pergi meninggalkan rumah sampai

larut malam baru kembali pulang ke rumah untuk melangsungkan tidur. Hal inilah

yang menyebabkan konsentrasi siswa dalam belajar yang menurun, sehingga nampak

bahwa siswa dalam meregulasi dirinya dalam belajar juga berkurang.

Setiap gambaran faktor lingkungan diasumsikan berinteraksi secara timbal

balik dengan faktor pribadi dan perilaku. Ketika seseorang dapat memimpin

dirinya, faktor pribadi digerakkan untuk mengatur perilaku secara terencana dan

lingkungan belajar dengan segera. Individu diperkirakan memahami dampak

lingkungan selama proses penerimaan dan mengetahui cara mengembangkan

lingkungan melalui penggunaan strategi yang bervariasi. Individu yang menerapkan

self-regulation biasanya menggunakan strategi untuk menyusun lingkungan,

mencari bantuan sosial dari guru, dan mencari informasi Thoresen dan Mahoney

(dalam Zimmerman, 1989). Ketiga penjelasan di atas sangat berkaitan dengan

kenyataan yang terjadi ketika penulis melakukan penelitian di sekolah, didapati

bahwa kesadaran diri siswa untuk mengatur diri dalam belajar sangat kurang.

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan uraian yang telah disampaikan, maka dapat

ditarik suatu kesimpulan bahwa tidak terdapat perbedaan self-regulated learningpada

mata pelajaran Bahasa Inggris antara siswa yang menggunakan mastery goal

Page 31: Perbedaan Self-Regulated Learning Ditinjau Dari Goal ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8778/2/T1_802009052_Full... · Pendidikan bisa dikatakan sebagai salah satu kebutuhan

26

orientation dengan siswa yang menggunakan performance-avoiding goal

orientation.

Saran

Setelah penulis melakukan penelitian dan pengamatan langsung dilapangan serta

melihat hasil penelitian yang ada, maka berikut ini beberapa saran yang penulis

ajukan:

1. Bagi subjek penelitian. Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan bagi

subjek penelitian (siswa) agar lebih bisa untuk belajar mandiri dan meningkatkan

self-regulated learning mereka ketika tidak ada guru di kelas, maupun ketika

berada di rumah.

2. Bagi Sekolah dan guru. Hendaknya pihak sekolah terutama bagi para guru agar

dapat memperhatikan serta mengontrol kegiatan belajar siswa di kelas serta

meningkatkan self-regulated learning siswa.

3. Bagi Orang tua. Disarankan bagi orang tua siswa agar dapat mengontrol kegiatan

belajar anak ketika berada di rumah, karena selain peran guru di sekolah peran

orang tua sangat penting bagi proses perkembangan serta keberhasilan anak dalam

proses belajar.

4. Bagi Peneliti selanjutnya. Peneliti selanjutnya dapat mengukur lebih mendalam

tentang variabel goal orientation dengan membedakan siswa dalam tiga karakteristik,

yaitu mastery goal, performance-approach goal dan performance-avoid goal dan

variabel self-regulated learning.

Page 32: Perbedaan Self-Regulated Learning Ditinjau Dari Goal ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8778/2/T1_802009052_Full... · Pendidikan bisa dikatakan sebagai salah satu kebutuhan

27

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. (2007). Ilmu dan aplikasi pendidikan. Cetakan kedua. Bandung: PT

IMTIMA.

Ames, C. (1992). Classrooms: Goals, structures, and student motivation. Journal of

EducationalPsychology, 84, 261-271.

Azwar, S. (2012).Penyusunan skala psikologi.Edisi 2. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Barron, K.E., & Harackiewicz, J.M. (2001). Achievement goals and optimal

motivation: Testing multiple goal models. Journal ofEducational Psychology,

80, 706-722.

Chen, C. S. (2002). Self-Regulated Learning Strategies And Achievement In

AnIntroduction To Information Systems Course. Information Technology,

Learning And Performance Journal. Vol 20, No 1, 11-25.

Church, M.A., Elliot, A.J., & Gable, S.L. (2001). Perceptions of classroom

environment, achievement goals, and achievement outcomes. Journal of

Educational Psychology, 93, 43-54.

Deasyanti, &Anna, A. R. (2007).Self regulation learning pada mahasiswa fakultas

ilmu pendidikan universitas negeri Jakarta.Perspektif Ilmu Pendidikan. 16 : 13-

21

Dweck, C. (1999). Self-theories; Their role in motivation, personality and

development. Philadelphia: psychology press.

Elliot, E.S., & Dweck, C.S. (1988). Goals: An approach to motivation and

achievement. Journal ofPersonality and Social Psychology, 54, 5-12.

Gibbs. R, & Poskitt, J. (2010).Student Engagement in The Middle Years of

Schooling (years 7-10): A literature Review

Harackiewicz, J.M., Barron, K.E., Tauer, J.M., Carter, S.M., & Elliot, A.J.

(2000).Shortterm and longterm consequences of achievement goals: Predicting

interest and performance over time. Journal of Educational Psychology, 92,

316-330.

Harahap, F. R. Belajar berbahasa inggris.Diakses pada tanggal 16 September

2014.http://kampus.okezone.com/read/2014/04/16/560/971173/aksen-dalam-un-

bahasa-inggris-bikin-siswa-bingung

Mattern, R. A (2005).College Students’ Goal Orientations and

Achievement.International Journal of Teaching and Learning in Higher

Education 2005, Volume 17, Number 1, 27-32

Page 33: Perbedaan Self-Regulated Learning Ditinjau Dari Goal ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8778/2/T1_802009052_Full... · Pendidikan bisa dikatakan sebagai salah satu kebutuhan

28

Matuga, J. M. (2009). Self-Regulation, Goal Orientation, and Academic

Achievement of Secondary Students in Online University Courses.Educational

Technology & Society, 12 (3), 4-11.

Midgley.(1998).Adaptive learning. Diaakses pada tanggal tanggal 24 September

2014 darihttp://www.statisticssolutions.com/patterns-of-adaptive-learning-

scales-pals/

Nadliroh.(2013). Diakses pada tanggal 16 September 2014. Dari

https://vidhawords.wordpress.com/

Neuville, S., Frenay, M., & Bourgeois, E. (2007). Task value, self-efficacy and goal

orientations : impact on self-regulated learning, choice and performance among

university students. Psychologica Belgica, 47(1-2), 95-117.

Ormrod, J. E. (2010). Educational Psychology: Developing Learners (7th Edition).

Colorado: Pearson.

Pintrich, P. R. (2000). Multiple goals, multiple pathways: The role of goal orientation

in learning and achievement. Journal of Educational Psychology, 92, 544-555.

Pintrich, P. R. (2003). A Motivational science perspective on the role of student

motivation in learning and teaching contexts.Journal of educational psychology,

4, 667-686.

Pradiantie, R. (2012). Hubungan Antara Self Efficacy Dengan Goal Orientation Pada

Mahasiswa Jurusan Psikologi Universitas Bina Nusantara Yang Sedang

Menjalani Skripsi.Tesis(tidak diterbitkan). Universitas Bina Nusantara.

Pujiati, I. N. (2010). Hubungan Antara Efikasi Diri Dengan Kemandirian Belajar

Siswa : Studi Terhadap Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Rajapolah Kabupaten

Tasikmalaya Tahun Ajaran 2010/2011. Skripsi (online). Bandung: UPI.

Puspitasari A., Purwanto E., Noviyani D. I, (2013).Self-regulated learning ditinjau

dari goal orientation.Educational Psychology Journal.Fakultas Psikologi

Universitas Negeri Semarang.

Schunk, H. D, Pintrich, P. R., & Mecce.L.J. (2008). Motivational In Education:

theory, research, and application. Ohio : Pearson Press

Septi (2014).Penghapusn pelajaran bahasa inggris di sekolah.Diunduh pada tanggal

16 September 2014. Dari ///http://edukasi.kompasiana.com/2014/04/28/dilema-

penghapusan-mata-pelajaran-bahasa-inggris-di-sekolah-dasar-650017.html

Sidin, R., Long, J., Abdullah, K., & Mohamed, P. (2001). Pembudayaan sains dan

teknologi: kesan pendidikan dan latihan di kalangan belia di Malaysia. Jurnal

Pendidikan 27 (2001) 35-45.

Sugiyono.(2013). Statistika untuk penelitian. Bandung: Alphabeta.

Sukadji, S.,& Evita E. S. S. (2001).Sukses di perguruan tinggi.(Edisi Khusus).

Depok: Psikologi Pendidikan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia

Page 34: Perbedaan Self-Regulated Learning Ditinjau Dari Goal ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8778/2/T1_802009052_Full... · Pendidikan bisa dikatakan sebagai salah satu kebutuhan

29

Supramono, dan Utami.I., (2004).Desain Proposal Penelitian Akuntansi dan

Keuangan. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Susanto, H. (2006). Mengembangkan kemampuan self-regulated learing untuk

meningkatkan keberhasilan akademik siswa.Jurnal Pendidikan Penabur.

No.07/th V/Desember 2008, 64-71.

VandeWalle, Brown, Cron, & Slocum (1999). The influence of goal orientation and

self-regulated tactics on sales performance : A longitudinal field test. Journal Of

Applied Psychology,84 (2), 249-259.

Zimmerman, B. J. (1989). A Social Cognitive view of self-regulated academic

learning. Journal of Educational Psychology, 3, 329-339.

Zimmerman, B. J. (2000). Attaining self-regulated learing: a social cognitive

perspective.Dalam Boekarts, M., Pintrich, R. P., & Zeidner, M. Handbook of

self-regulated learing. Pp. 13-39 San Diego, CA: Academik Press

Zimmerman, B. J., & Matinez-Pons, M, (1990). Construct validation of a strategy

model of student self-regulated learning. Journal of Education Psychology, Vol.

80, 284-290.