hubungan antara self-regulated-learning dengan prestasi...
TRANSCRIPT
HUBUNGAN ANTARA SELF-REGULATED-LEARNING DENGAN PRESTASI
BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA SMA KELAS 12 JURUSAN IPA DI
SMA KRISTEN 1 SALATIGA
OLEH
HERING TRI AMBARSARI
802010019
TUGAS AKHIR
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk
Mencapai Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2015
HUBUNGAN ANTARA SELF-REGULATED-LEARNING DENGAN PRESTASI
BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA SMA KELAS 12 JURUSAN IPA DI
SMA KRISTEN 1 SALATIGA
Hering Tri Ambarsari
Sutriyono
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2015
i
Abstrak
Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional yang bertujuan untuk mengetahui
signifikansi hubungan antara self-regulated learning dengan prestasi belajar matematika
pada siswa SMA kelas 12 jurusan IPA di SMA Kristen 1 Salatiga. Teknik pengambilan
sampel yaitu teknik sampel jenuh dengan jumlah siswa 75 orang. Metode penelitian
yang dipakai dalam pengumpulan data yaitu skala self-regulated learning dan nilai ujian
akhir semester 1. Teknik analisis data yang dipakai adalah teknik korelasi product
moment. Melalui hasil analisa data diperoleh koefisien korelasi (r) 0,337 dengan sig. =
0,003 (p < 0.05) yang berarti ada hubungan yang positif lemah dan signifikan antara
self-regulated learning dengan prestasi belajar matematika. Hal ini bermakna bahwa
self-regulated learning berkorelasi dengan prestasi belajar matematika pada siswa SMA
kelas 12 jurusan IPA di SMA Kristen 1 Salatiga.
Kata Kunci: Self-Regulated Learning, Prestasi Belajar Matematika
ii
Abstract
This research is a correlational study aimed to determine the significance of the
relationship between self-regulated learning and academic achievement of mathematics
of high school 12th
grade students majoring in science at Christian High School 1
Salatiga. The sampling technique used is saturated samples with a number of 75
students. The research method used in data collection is the scale of self-regulated
learning and the grades of the final exams in the first semester. The data analysis
technique used is the product moment correlation technique. Through the data analysis,
the correlation coefficient is (r) 0.337 with sig. = 0.003 (p <0.05), which means that
there is a positive weak and significant relationship between self-regulated learning and
academic achievement in mathematics. This means that the self-regulated learning
correlates with mathematics achievement in grade 12 of high school students majoring
in science at the Christian High School 1 Salatiga.
Key Words: Self-Regulated Learning, Academic Achievement of Mathematics
1
PENDAHULUAN
Seiring dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi dan juga
mengglobalnya arus informasi pada zaman sekarang ini, semakin ketat pula persaingan
yang terjadi. Persaingan ini tentu saja menuntut individu untuk memiliki sumber daya
manusia yang berkualitas. Sumber daya yang berkualitas pada saat ini sangat
dibutuhkan bagi negara berkembang, termasuk Indonesia. Sumber daya manusia yang
berkualitas merupakan syarat mutlak dalam mencapai sebuah tujuan pembangunan dan
perkembangan. Banyak cara untuk meningkatkan sumber daya manusia yang
berkualitas, salah satunya dengan menempuh jalur pendidikan. Melalui jalur
pendidikan, seorang individu diharapkan mampu berpikir secara kritis serta mempunyai
wawasan yang luas (Barata, 2009).
Pendidikan adalah salah satu proses penting yang harus didapatkan dalam hidup
setiap individu. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional Pasal 1 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik dapat secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU Sisdiknas, 2003).
Matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan
konsep-konsep yang berhubungan antara satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang
banyak yang terbagi ke dalam tiga bidang yaitu aljabar, analisis dan geometri. (James
dan james, 1976). Sedangkan menurut Abdurrahman (2002) menyatakan bahwa
matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan
2
hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan sedangnya fungsi teoritisnya adalah
untuk memudahkan berfikir.
Matematika sebagai kemampuan tentang berhitung, ruang dan peluang diperlukan
sebagai sarana untuk berpikir logis, rasional dan eksak agar mampu memecahkan
berbagai masalah. Berhitung merupakan salah satu kemampuan dasar yang harus
dikuasai dalam kehidupn sehari-hari sebagai bekal menuntut ilmu. Namun
kenyataannya, matematika justru menjadi mata pelajaran yang tidak disenangi.
Pemberian pelajaran itu dilakukan bukan untuk mencetak anak menjadi ahli
matematika, tetapi membuat berpikir rasional dan membentuk penalaran yang benar.
(Nurlisawati, 2008).
Matematika adalah bidang studi yang diajarkan mulai dari Sekolah Dasar (SD)
hingga perguruan tinggi. Bahkan sekarang ini Taman Kanak-kanak (TK) sudah mulai
diajarkan untuk mengenal matematika dasar. Alasan perlunya sekolah mengajarkan
matematika kepada siswa telah banyak diungkapkan oleh para pengamat matematika.
Cockraft (dalam Abdurrahman, 1999) mengemukakan bahwa matematika perlu
diajarkan kepada siswa karena 1) selalu digunakan dalam segala segi kehidupan, 2)
semua bidang studi memerlukan ketrampilan mtematika yang sesuai, 3) merupakan
sarana komunikasi yang kuat, singkat dan jelas, 4) dapat digunakan untuk menyajikan
informasi dalam beberapa cara, 5) meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian
dan kesadaran keruangan, dan 6) memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan
masalah yang menantang.
Menurut Cornelius (dalam Abdurrahman, 1999), ada beberapa alas an perlunya
belajar matematika, yaitu karena matematika merupakan; 1) sarana berpikir yang jelas
3
dan logis, 2) sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari, 3) sarana
mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman, 4) sarana untuk
mengembangkan kreativitas, 5) dan sebagai sarana untuk meningkatkan kesadaran
terhadap perkembangan budaya.
Dalam kenyataannya tidak semua siswa mampu menerima dan mencerna
pelajaran tersebut dengan baik. Banyak diantara siswa yang menganggap pelajaran
matematika adalah sulit. Persepsi bahwa matematika merupakan pelajaran yang sulit
dan membosannkan sudah terlanjur mendarah daging di kalangan siswa (David, dalam
Barata, 2009). Tidak jarang muncul keluhan bahwa matematika hanya membuat pusing
siswa dan dianggap sebagai momok yang menakutkan oleh sebagian siswa. Faktor lain
yang ikut mempengaruhi rasa bosan pada matematika adalah faktor penyampaian materi
atau metode pembelajaran matematika yang monoton dan itu-itu saja (Ariyanti, dalam
Barata, 2006). Hal ini dapat membuat prestasi belajar siswa menjadi rendah dalam mata
pelajaran matematika. Prestasi belajar adalah suatu hal yang penting karena melalui
prestasi belajar, seorang siswa dapat mengetahui kemajuan-kemajuan yang telah
dicapainya dalam belajar.
“Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai seorang siswa dalam usaha
belajarnya sebagaimana dicantumkan di dalam nilai rapornya. Melalui prestasi
belajar seorang siswa dapat mengetahui kemajuan-kemajuan yang telah
dicapainya dalam belajar” (Wirawan dalam Murjono, 1996, h.178)
Dalam mencapai sebuah prestasi belajar yang baik, tentunya siswa akan
mengalami kesulitan belajar yang tentu saja akan menghambat proses penerimaan
pengetahuan dan juga kelancaran proses belajar. Permasalahan belajar termasuk juga
4
didalamnya masalah pengaturan diri, oleh karena itulah siswa membutuhkan suatu
strategi pengaturan diri dalam belajar yaitu yang dikenal dengan self-regulated learning
(SRL).
Zimmerman (1989) menjelaskan bahwa self-regulated learning penting bagi
semua jenjang akademis. Nugroho (2007) menyatakan bahwa mengembangkan salah
satu strategi dalam self regulation adalah hal yang penting agar siswa dapat menentukan
sendiri pilihan-pilihan dalam kegiatan belajarnya, target yang akan dicapainya serta cara
untuk mencapai target yang telah ditetapkan.
Menurut Winne (1997) self-regulated learning adalah kemampuan seseorang
untuk mengelola secara efektif pengalaman belajarnya sendiri dengan berbagai cara
sehingga mencapai hasil belajar yang optimal. Self-regulated learning atau pengaturan
diri dalam belajar pada mata pelajaran matematika menolong siswa untuk dapat
mengatur cara belajar sehingga memperoleh prestasi belajar yang memuaskan dalam
mata pelajaran matematika.
Self-regulated learning dapat diajarkan, dipelajari dan dikontrol. Umumnya, siswa
yang berhasil dalam prestasi belajarnya adalah siswa yang menggunakan strategi self-
regulated learning. Menurut Zimmerman (1989), self-regulated learning pada siswa
dapat digambarkan melalui tiga tingkatan atau derajat yang meliputi keaktifan
berpartisipasi baik itu secara kognitif, motivasional, maupun perilaku dalam proses
belajar.
Penelitian sebelumnya mendukung pentingnya self-regulated learning dengan
menghubungkan para siswa yang mengatur dirinya dengan hasil prestasi belajar.
Pintrich & DeGroot (1990), mendapati bahwa para siswa yang memiliki self-regulated
5
learning menggunakan motivasi intrinsik, dan self-efficacy yang lebih besar. Demikian
juga Zimmerman dan Martines-Pons (1986) juga mendapati bahwa para siswa yang
berprestasi tinggi, menggunakan 14 strategi dibandingkan dengan siswa yang
berprestasi rendah (Wolters, dalam Aini, 2011).
Berdasarkan wawancara singkat penulis kepada beberapa siswa SMA kelas 12 di
Salatiga yang mendapat nilai kurang pada pelajaran matematika, didapati bahwa
beberapa siswa memiliki persepsi matematika adalah pelajaran yang sulit. Siswa
merasa tidak bisa dan akhirnya menjadi malas mengikuti pelajaran matematika. Siswa
menjadi putus asa dalam menghadapi ujian matematika atau soal-soal matematika.
Dalam wawancara ini, penulis juga mendapati bahwa ketika belajar dirumah, siswa
lebih memilih untuk mengerjakan atau mempelajari sub bab matematika yang sekiranya
mudah bagi siswa, dan meninggalkan sub bab yang sulit karena merasa tidak mampu
menyelesaikan atau dalam kata lain menyerah. Selain itu siswa juga mengatakan tidak
memiliki waktu khusus dalam belajar matematika di rumah dan intensitas belajarnya
tidak sering.
Selain itu, menurut Zimmerman dan Matinez-Pons (1988) dalam penelitiannya
menjelaskan bahwa siswa yang memiliki self-regulated learning akan mampu
mengarahkan dirinya saat belajar (self-regulated learners), membuat perencanaan
(plan), mengorganisasikan materi (organize), mengarahkan diri sendiri (self-instruction)
dan mengevaluasi diri sendiri (self-evaluation) dalam proses pengetahuan. Langkah-
langkah tersebut ternyata pada akhirnya meningkatkan prestasi belajar siswa. Hasil
penelitian dari Zimmerman dan Martinnez-Pons (1990) menunjukkan bahwa siswa yang
memilki prestasi lebih sering menggunakan strategi-strategi self-regulated learning
dibandingkan dengan siswa yang kurang prestasinya. Jadi dapat disimpulkan bahwa
6
untuk mendapatkan hasil belajar yang baik, siswa yang memiliki prestasi tinggi hampir
menggunakan seluruh strategi dari self-regulated learning yang ada (Aini, 2011).
Dalam penelitian sebelumnya milik Amelia (2011) menerangkan bahwa ada
hubungan positif dan signifikan antara self regulation dengan prestasi belajar dari
mahasiswa Fakultas Psikologi UKSW. Begitu pula dengan penelitian yang dilakukan
Alsa (2005), yang menemukan korelasi positif antara regulasi diri dengan prestasi
belajar matematika. Zimmerman (dalam Santrock, 2001) menemukan bahwa siswa yang
berprestasi tinggi adalah para self-regulated learner yang mengatur cara belajarnya.
Penelitian senadapun juga dilakukan oleh Pintrich dan De Groot (dalam Chen, 2002)
yang hasilnya menunjukkan bahwa siswa yang berprestasi tinggi lebih banyak
menggunakan strategi-strategi self-reguated learning daripada siswa yang meraih
prestasi rendah.
Namun ada pula yang melakukan penelitian mengenai hubungan antara self-
reguated learning dengan prestasi belajar menunjukkan hasil yang berlawanan dengan
hasil penelitian para tokoh. Seperti hasil penelitian Indri (2001) yang menunjukkan
tidak adanya hubungan antara self-reguated learning dengan prestasi belajar. Hasil
penelitian milik Pelt (2008) juga menunjukkan tidak adanya kaitan antara self-reguated
learning dengan prestasi belajar. Walaupun demikian secara teoritis self-reguated
learning merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi belajar. Tentunya
prestasi belajar ini tidak hanya dipengaruhi oleh self-reguated learning saja, namun juga
faktor-faktor lainnya.
Melihat fenomena dan hasil penelitian sebelumnya yang berbeda-beda, maka
peneliti ingin melakukan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan antara self-
7
reguated learning dan prestasi belajar matematika. Alasan penulis memilih judul ini
karena perbedaan tempat penelitian serta perbedaan subjek yang diteliti. Penulis juga
memilih SMA Kristen 1, Salatiga sebagai tempat penelitian, dikarenakan pertimbangan
teknis seperti akses yang cukup mudah antara penulis dengan pihak sekolah.
Berdasarkan permasalahan tersebut maka penulis mengadakan penelitian dengan judul
“Hubungan antara self-regulated learning dengan prestasi belajar matematika pada
siswa SMA kelas 12 jurusan IPA di SMA Kristen 1 Salatiga”.
Prestasi Belajar Matematika
Winkel (1996) juga mengatakan bahwa prestasi belajar adalah suatu bukti
keberhasilan belajar atau kemampuan seorang siswa dalam melakukan kegiatan
belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya. Matematika sebagai kemampuan
tentang berhitung, ruang dan peluang diperlukan sebagai sarana untuk berpikir logis,
rasional dan eksak agar mampu memecahkan berbagai masalah (Nurlisawati,2008).
Prestasi belajar matematika adalah hasil yang telah dicapai seorang siswa dalam proses
belajarnya sesuai yang telah ditetapkan dalam mata pelajaran matematika. Hasil
penilaiannya dapat diwujudkan berupa angka dalam rapor nilai mata pelajaran
matematika dan juga hasil tes.
Faktor- faktor Mempengaruhi Prestasi Belajar
Ahmadi dan Supriyono (1991) menggolongkan faktor-faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar, yaitu faktor internal dan faktor eksternal yang diuraikan
sebagai berikut :
a. Faktor Internal
8
1) Faktor jasmaniah baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh. Yang
termasuk faktor ini meliputi: penglihatan, pendengaran, struktur tubuh, dll.
2) Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh, terdiri
atas :
a) Faktor intelektif yang meliputi: faktor potensial yaitu kecerdasan, bakat
dan faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang telah dimiliki.
b) Faktor non intelektif yaitu: unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap,
kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi, penyesuaian diri, kesabaran
dan kecemasan.
c) Faktor kematangan fisik maupun psikis
b. Faktor Eksternal
1) Faktor sosial yang terdiri dari lingkungan keluarga dan orangtua, lingkungan
sekolah dan guru, lingkungan masyarakat juga lingkungan kelompok.
2) Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi dan
kesenian.
3) Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar dan iklim.
4) Faktor lingkungan spriritual atau keamanan.
Pengukuran Prestasi Belajar Matematika
Prestasi belajar dapat diukur melalui tes yang sering dikenal dengan tes prestasi.
Dalam pendidikan formal, tes prestasi dapat berbentuk ulangan-ulangan harian, tes
formatif, tes sumatif bahkan ebtanas dan ujian-ujian masuk perguruan tinggi (Azwar,
1996). Dalam penelitian ini penulis menggunakan nilai rapor mata pelajaran
9
matematika semester 1 tahun akademik 2014/2015. Nilai rapor tersebut sebagai bukti
keberhasilan siswa dalam mata pelajaran matematika.
Self-Regulated Learning
Self-regulated learning terbentuk dari dua kata yaitu self-regulated dan learning.
Self-regulated berarti pengelolaan diri, sedangkan learning berarti belajar. Jadi dapat
disimpulkan bahwa self-regulated learning secara umum berarti pengaturan diri dalam
belajar (Diah, 2004). Self-regulated learning adalah kemampuan seseorang untuk
mengelola secara efektif pengalaman belajarnya sendiri dalam berbagai cara sehingga
dapat mecapai hasil belajar yang optimal (Wolters, 1998). Sedangkan menurut Pintrich
(dalam Yukselturk & Bulut, 2009) self-regulated learning merupakan usaha dalam
mengontrol perilaku, motivasi, afeksi dan kognisi; usaha dalam mencapa tujuan
tertentu; dan usaha individu dalam mengendalikan tindakannya. Self-regulated learning
dapat didefinisikan sebagai upaya meningkatkan pencapaian hasil belajar, mengatur diri
dalam belajar dan kesanggupan untuk mengelola lingkungan yang kondusif untuk
belajar dengan mengikutsertakan kemampuan metakognisi, motivasi intrinsik dan
perilaku belajar aktif.
Aspek-aspek dalam Self-Regulated Learning
Menurut Zimmerman dan Schunk (1989) aspek-aspek dalam self-regulated learning
adalah sebagai berikut :
a. Metakognisi
10
Metakognisi adalah kemampuan individu dalam merencanakan,
mengorganisasikan atau mengatur, menginstruksikan diri, memonitor dan
melakukan evaluasi dalam aktivitas belajar.
b. Motivasi
Motivasi dalam self-regulated learning ini merupakan pendorong (drive) yang ada
pada diri individu yang mencakup persepsi terhadap efikasi diri, kompetensi
otonomi yang dimiliki dalam aktivitas belajar. Motivasi merupakan fungsi dari
kebutuhan dasar untuk mengontrol dan berkaitan dengan perasaan kompetensi
yang dimiliki setiap individu.
c. Perilaku
Perilaku merupakan upaya individu untuk mengatur diri, menyeleksi dan
memanfaatkan lingkungan maupun menciptakan lingkungan yang mendukung
aktivitas belajar.
Hubungan Self Regulated Learning terhadap Prestasi Belajar Matematika
Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar,
karena kegiatan belajar merupakan proses dan prestasi merupakan hasil dari proses
belajar. Prestasi belajar dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan eksternal.
Prestasi belajar siswa dapat diwujudkan atau dilihat melalui angka dalam rapor di tiap
semesternya.
Salah satu mata pelajaran yang sudah pasti ada dalam rapor hasil pelajar adalah
mata pelajaran matematika. Matematika adalah salah satu mata pelajaran wajib di
sekolah, baik SD maupun perguruan tinggi. Matematika merupakan sarana berpikir
11
logis, namun pada saat ini kita tidak dapat mengingkari kenyataan bahwa matematika
masih menjadi pelajaran yang kurang disenangi bahkan dianggap sulit oleh siswa.
Self-regulated learning adalah kemampuan seseorang untuk mengelola secara
efektif pengalaman belajarnya sendiri dalam berbagai cara sehingga dapat mecapai hasil
belajar yang optimal (Wolters, 1998). Sedangkan menurut Pintrich (dalam Yukselturk &
Bulut, 2009) self-regulated learning merupakan usaha dalam mengontrol perilaku,
motivasi, afeksi dan kognisi; usaha dalam mencapai tujuan tertentu; dan usaha individu
dalam mengendalikan tindakannya.
Siswa yang menggunakan self-regulated learning dalam belajar tentu memiliki
keyakinan akan kecerdasan mereka dibandingkan siswa yang tidak menggunakan self-
regulated learning. Kegagalan dan kesuksesan mereka begantung pada usaha mereka
dalam menyelesaikan tugas. Para peneliti menemukan bahwa siswa yang memiliki
prestasi belajar tinggi sering kali merupakan pelajar yang juga belajar untuk mengatur
diri sendiri (Paris & Paris, 2001; Pintrich, 2000; Pintrich & Schunk, 2002; Zimmerman,
1998, 2000, 2001; Zimmerman & Schunk, 2001). Guru, tutor, mentor, konselor dan
orang tua dapat membantu siswa agar mampu meningkatkan self-regulated learning
dalam belajar.
Berdasarkan uraian-uraian diatas dapat dikatakan untuk mengatasi masalah
kesulitan belajar maka siswa membutuhkan self-regulated learning yang baik dalam
proses belajar matematikanya. Hal ini didukung dengan penelitian yang dilakukan Alsa
(2005), yang menemukan korelasi positif antara regulasi diri dengan prestasi belajar
matematika. Selain itu penelitian dari B. Kramarski & M. Gutman (2006), yang
menemukan bahwa strategi self-regulated learning dapat meningkatkan kemampuan
matematika.
12
Hipotesis
Dari uraian di atas, maka hipotesis dari penelitian ini adalah ada hubungan positif
yang signifikan antara self-regulated learning dengan prestasi belajar matematika pada
siswa SMA kelas 12 jurusan IPA di SMA Kristen 1, Salatiga.
METODE PENELITIAN
Desain Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif korelasional yang bertujuan untuk
mengetahui signifikansi hubungan antara self-regulated learning dengan prestasi belajar
matematika pada siswa SMA di SMA Kristen 1, Salatiga.
Partisipan
Partisipan dalam penelitian ini adalah siswa kelas 12 (dua belas) jurusan IPA di
SMA Kristen 1 Salatiga yang berjumlah 75 siswa, dengan 3 (tiga) kelas masing-masing
kelas berjumlah 25 siswa. Teknik sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini
adalah teknik sampling jenuh dengan menggunakan 75 siswa tersebut sebagai sampel.
Alat Ukur Penelitian
Self-regulated learning diukur dengan menggunakan skala yang disusun oleh
Zimmerman & Schunk (2001) berdasarkan dari aspek-aspek self-regulated learning.
Aspek-aspeknya antara lain yaitu metakognisi, motivasi, dan perilaku. Jumlah item
yang diuji untuk self-regulated learning ada 44 item dan item tersebut dikatakan valid
apabila koefisien korelasinya 0,30. Hasil uji seleksi item dan reliabilitas pada putaran
pertama dari self-regulated learning dengan 44 item didapatkan koefisien reliabilitas
13
sebesar 0,897 yang berarti alat ukur tersebut tergolong reliabel. Item yang gugur
berjumlah 10 item, yaitu nomor 3,6,7,10,24,28,32,33,39 dan 43. Penentuan-penentuan
item valid menggunakan ketentuan dari Azwar (2012) yang menyatakan bahwa item
pada skala pengukuran dapat dikatakan valid apabila ≥ 0,30. Nilai korelasi item total
bergerak antara 0,312-0,699. Pada pengujian kedua didapatkan perubahan koefisien
reliabilitas sebesar 0910, dengan jumlah item gugur sebanyak 1 item yaitu nomor 41.
Nilai korelasi item total bergerak antara 0,327-0,609. Sedangakan pada pengujian ketiga
didapatkan koefisien reliabilitas yang sama dengan pengujian kedua yaitu sebesar 0,910
dengan minimal indeks daya diskriminan item sebesar 0,30. Jadi, jumlah item yang
valid untuk skala self-regulated learning sebanyak 33 item.
Prosedur Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada tanggal 13 Maret sampai dengan 17 Maret 2015.
Sebelum melakukan penelitian peneliti telah melakukan uji bahasa pada 5 siswa SMA
kelas 12 lainnya yang berasal dari sekolah lain namun mengambil jurusan IPA juga.
Pada saat penelitian jumlah skala psikologi yang disebar sebanyak 75 skala. Skala
psikologi dibagikan di 3 (tiga) kelas 12 jurusan IPA. Peneliti sebelumnya telah
memperkenalkan diri, memberi tahu maksud dan tujuan peneliti melakukan penelitian
ini, dan meminta mereka untuk menjadi partisipan dalam penelitian ini. Selama
pengisian angket berlangsung peneliti memberikan sendiri dan menunggu langsung
pengisian angket berlangsung. Selain itu, selama pengisian angket partisipan
diperbolehkan untuk bertanya jika materi dalam skala psikologis tidak jelas atau sulit
dipahami. Setelah pengisian angket selesai, angket langsung diberikan kepada peneliti
dan peneliti langsung mengecek angket yang telah diisi oleh siswa. Selama pelaksanaan
penelitian, responden dapat bekerjasama dengan baik dan cenderung menjawab setiap
14
pernyataan dengan baik, kemudian dari skala psikologi yang disebar, semuanya kembali
dan semuanya itu bisa dipakai dalam penelitian ini.
Teknik Analisis Data
Metode analisis menggunakan uji korelasi untuk melihat hubungan positif yang
signifikan antara self-regulated learning dengan prestasi belajar matematika pada siswa
SMA kelas 12 jurusan IPA di SMA Kristen 1, Salatiga yang perhitungan analisis dalam
penelitian ini dilakukan dengan bantuan SPSS (Statistical Product & Service Solution)
seri 17.0 for windows.
HASIL PENELITIAN
Prestasi Belajar Matematika
Berdasarkan nilai ujian akhir semester 1 tahun ajaran 2014/2015 dengan 5 pilihan
jawaban maka dibuat kategorisasi sebagai berikut:
Tabel 4.1. Kategorisasi Pengukuran Prestasi Belajar Matematika
No Interval Kategori Mean N Presentase
1 85 ≤ x < 100 Baik Sekali 13 17,33 %
2 70 ≤ x < 85 Baik 74,57 29 38,67 %
3 55 ≤ x < 70 Cukup 30 40 %
4 40 ≤ x < 55 Kurang 3 4 %
5 x ≤ 40 Sangat Kurang 0 0 %
Jumlah 75 100 %
SD = 12,254 Min = 46 Max = 98
Keterangan: x = prestasi belajar matematika
Berdasarkan Tabel 4.1 di atas dapat dilihat bahwa 13 siswa memiliki nilai prestasi
belajar matematika yang berada pada kategori baik sekali dengan presentase 17,33%, 29
siswa memiliki nilai prestasi belajar matematika yang berada pada kategori baik dengan
presentase 38,67%, 30 siswa memiliki nilai prestasi belajar matematika yang berada
15
pada kategori cukup dengan presentase 40% dan sisanya 3 siswa memiliki nilai prestasi
belajar matematika yang berada pada kategori kurang dengan presentase 4%.
Berdasarkan rata-rata sebesar 74,57 dapat dikatakan bahwa rata-rata nilai prestasi
belajar matematika siswa berada pada kategori baik. Skor yang diperoleh subjek
bergerak dari skor minimum sebesar 46 sampai dengan skor maksimum sebesar 98
dengan standar deviasi 12,254.
Self-Regulated Learning
Berdasarkan jumlah item self-regulated learning dengan 4 pilihan jawaban maka
dibuat kategorisasi sebagai berikut:
Tabel 4.2. Kategorisasi Pengukuran Skala Self-Regulated Learning
No Interval Kategori Mean N Presentase
1 107,25 ≤ x ≤ 132 Sangat
Tinggi
12 16 %
2 82,5 ≤ x < 107,25 Tinggi 95,85 56 74,67 %
3 57,75 ≤ x < 82,5 Rendah 7 9,33 %
4 33 ≤ x < 57,75 Sangat
Rendah
0 0 %
Jumlah 75 100 %
SD = 12,455 Min = 62 Max = 124
Keterangan: x = self-regulated learning
Berdasarkan Tabel 4.2 di atas dapat dilihat bahwa 12 siswa memiliki skor self-
regulated learning yang berada pada kategori sangat tinggi dengan presentase 16%, 56
siswa memiliki skor self-regulated learning yang berada pada kategori tinggi dengan
presentase 74,67%, 7 siswa memiliki skor self-regulated learning yang berada pada
kategori rendah dengan presentase 9,33% dan tidak ada siswa yang memiliki skor self-
regulated learning yang sangat rendah dengan presentase 0%. Berdasarkan rata-rata
sebesar 95,85 dapat dikatakan bahwa rata-rata self-regulated learning siswa berada pada
16
kategori tinggi. Skor yang diperoleh subjek bergerak dari skor minimum sebesar 62
sampai dengan skor maksimum sebesar 124 dengan standar deviasi 12,455.
Uji Normalitas
Tabel 4.3. Hasil Normalitas Self-Regulated Learning dengan Prestasi Belajar
Matematika
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Self-regulated
learning
Prestasi belajar
matematika
N 75 75
Normal Parametersa Mean 95.85 78.81
Std. Deviation 12.455 7.768
Most Extreme Differences Absolute .092 .172
Positive .092 .172
Negative -.059 -.157
Kolmogorov-Smirnov Z .801 1.492
Asymp. Sig. (2-tailed) .543 .023
a. Test distribution is Normal.
Berdasarkan uji hasil pengujian normalitas pada tabel XXX di atas, kedua variabel
memiliki signifikansi p>0,05. Variabel self-regulated learning memiliki nilai K-S-Z
sebesar 0,801 dengan probabilitas (p) atau signifikansi sebesar 0,543 (p > 0.05). Oleh
karena nilai signifikansi p>0,05, maka distribusi data self-regulated learning
berdistribusi normal. Hal ini juga terjadi pada variabel prestasi belajar matematika yang
memiliki nilai K-S-Z sebesar 0,1492 dengan probabilitas (p) atau signifikansi sebesar
0,023. Dengan demikian data prestasi belajar matematika juga berdistribusi normal.
Uji Linearitas
Uji linearitas dilakukan untuk menguji integritas hubungan data yaitu variabel
bebas dan variabel terikat. Dengan kata lain, pengujian ini dilakukan untuk mengetahui
17
apakah variabel bebas berhubungan dengan variabel terikat atau tidak. Untuk
perhitungannya, uji linieritas dilakukan dengan menggunakan SPSS seri 17.0 for
windows yang dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut:
Tabel 4.4. Hasil Uji Linearitas Self-Regulated Learning dengan Prestasi Belajar
Matematika
ANOVA Table
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
Prestasi Belajar
Matematika * Self-
Regulated Learning
Between Groups (Combined) 3721.053 35 106.316 5.571 .000
Linearity 2536.393 1 2536.393
132.8
97 .000
Deviation from
Linearity 1184.660 34 34.843 1.826 .035
Within Groups 744.333 39 19.085
Total 4465.387 74
Dari hasil uji linearitas diperoleh nilai Fbeda sebesar 1,826 dengan sig.= 0,035
(p<0,05) yang menunjukkan hubungan antara self-regulated learning dengan prestasi
belajar matematika adalah linear.
Analisis Korelasi
Perhitungan analisis data dilakukan setelah uji asumsi yang meliputi uji normalitas
dan uji linieritas. Perhitungan dalam analisis ini dilakukan dengan SPSS seri 17.0 for
windows. Hasil korelasi antara pola asuh otoriter orangtua dengan penyesuaian diri
dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut ini:
18
Tabel 4.5. Hasil Uji Korelasi antara Self-Regulated Learning dengan Prestasi
Belajar Matematika
Correlations
Self-regulated
learning
Prestasi belajar
matematika
Self-regulated learning Pearson Correlation 1 .754**
Sig. (2-tailed) .000
N 75 75
Prestasi belajar matematika Pearson Correlation .754** 1
Sig. (2-tailed) .000
N 75 75
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Berdasarkan hasil perhitungan uji korelasi diperoleh koefisien korelasi antara self-
regulated learning dengan prestasi belajar matematika sebesar 0,754 dengan sig. =
0,000 (p < 0.05) yang berarti ada hubungan yang positif kuat dan signifikan antara self-
regulated learning dengan prestasi belajar matematika.
Pembahasan
Berdasarkan penelitian mengenai hubungan antara self-regulated learning dan
prestasi belajar matematika pada siswa kelas 12 jurusan IPA di SMA Kristen 1 Salatiga ,
didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan yang positif kuat dan signifikan antara self-
regulated learning dan prestasi belajar matematika. Berdasarkan hasil uji perhitungan
korelasi, keduanya memiliki r sebesar 0,754 dengan signifikansi sebesar 0,000 (p <
0,05) yang berarti kedua variabel yaitu self-regulated learning dan prestasi belajar
matematika memiliki hubungan yang positif. Hal ini menunjukkan bahwa semakin
tinggi self-regulated learning, maka akan semakin tinggi pula prestasi belajar
matematika yang diperoleh siswa.
19
Menurut Zimmerman dan Matinez-Pons (1988) dalam penelitiannya menjelaskan
bahwa siswa yang memiliki self-regulated learning akan mampu mengarahkan dirinya
saat belajar (self-regulated learners), membuat perencanaan (plan), mengorganisasikan
materi (organize), mengarahkan diri sendiri (self-instruction) dan mengevaluasi diri
sendiri (self-evaluation) dalam proses pengetahuan. Langkah-langkah tersebut ternyata
pada akhirnya meningkatkan prestasi belajar siswa. Hasil penelitian dari Zimmerman
dan Martinnez-Pons (1990) menunjukkan bahwa siswa yang memilki prestasi lebih
sering menggunakan strategi-strategi self-regulated learning dibandingkan dengan siswa
yang kurang prestasinya.
Menurut Winne (1997) self-regulated learning adalah kemampuan seseorang
untuk mengelola secara efektif pengalaman belajarnya sendiri dengan berbagai cara
sehingga mencapai hasil belajar yang optimal. Self-regulated learning atau pengaturan
diri dalam belajar pada mata pelajaran matematika menolong siswa untuk dapat
mengatur cara belajar sehingga memperoleh prestasi belajar yang memuaskan dalam
mata pelajaran matematika.
Besarnya variasi self-regulated learning dalam mempengaruhi prestasi belajar
matematika dapat menjelaskan bahwa self-regulated learning memberikan kontribusi
terhadap prestasi belajar sebesar 56% (diperoleh dari r²) dan sisanya sebesar 44% yang
dipengaruhi oleh faktor lain di luar self-regulated learning yang dapat berpengaruh
terhadap prestasi belajar matematika.
Terdapat faktor-faktor lain yang mempengaruhi prestasi belajar matematika, hal ini
selaras dengan teori yang diungkapkan oleh Ahmadi dan Supriyono (1991). Prestasi
belajar matematika dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Internal terdiri dari
faktor jasmaniah (pengelihatan, pendengaran, struktur tubuh); faktor psikologis meliputi
20
faktor intelektif (kecerdasan, bakat dan prestasi) dan faktor non intelektif (sikap,
kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi, penyesuaian diri, kesabaran dan
kecemasan); dan yang terakhir faktor kematangan fisik maupun psikis. Sedangkan
faktor eksternal terdiri dari faktor sosial (lingkungan keluarga, orangtua, sekolah, guru,
lingkungan masyarakat dan lingkungan kelompok); faktor budaya (adat istiadat, ilmu
pengetahuan, teknologi dan kesenian); faktor lingkungan fisik (fasilitas rumah, fasilitas
belajar dan iklim); dan faktor lingkungan spiritual atau keamanan.
Berdasarkan hasil analisis deskriptif dalam penelitian ini, diperoleh data bahwa self-
regulated learning sebesar 74,67% yang berada pada kategori tinggi. Hal ini
menunjukkan bahwa sebagian besar siswa-siswi SMA Kristen 1 Salatiga menggunakan
strategi self-regulated learning untuk memperoleh prestasi belajar yang memuaskan
dalam mata pelajaran matematika. Hasil penelitian ini mendukung penelitian
Zimmerman (dalam Santrock, 2001) menemukan bahwa siswa yang berprestasi tinggi
adalah para self-regulated learner yang mengatur cara belajarnya.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa self-regulated learning
memberikan kontribusi terhadap prestasi belajar matematika, sehingga nampak jelas
bahwa self-regulated learning mempunyai hubungan positif dengan prestasi belajar
matematika.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan antara self-regulated learning
dengan prestasi belajar matematika pada siswa SMA kelas 12 jurusan IPA di SMA
Kristen 1 Salatiga, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
21
1. Ada hubungan positif yang signifikansi antara self-regulated learning dengan
prestasi belajar matematika pada siswa SMA kelas 12 jurusan IPA di SMA Kristen
1 Salatiga.
2. Sebagian besar siswa (74,67%) memiliki self-regulated learning berada pada
kategori yang tinggi, sisanya 16% berada pada kategori sangat tinggi dan 9,33%
berada pada kategori rendah.
3. Rata-rata siswa memiliki prestasi belajar matematika yang berada pada kategori
baik dan cukup. Ada 29 siswa yang memiliki nilai prestasi belajar matematika
berada pada kategori baik dengan presentase 38,67% dan 30 siswa memiliki nilai
prestasi belajar matematika yang berada pada kategori cukup dengan presentase
40%.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas, maka penulis menyarankan
hal-hal sebagai berikut:
1. Bagi Siswa
Siswa diharapkan dapat meningkatkan self-regulated learning atau pengaturan diri
dalam belajar pada mata pelajaran matematika. Hal ini dapat dilakukan dengan
cara menetapkan tujuan dari hasil belajar yang ingin dicapai dalam mempelajari
matematika, fokus pada tugas yang dikerjakan dan menerapkan cara-cara tertentu
dalam belajar matematika sehingga dapat memahami dengan mudah.
2. Bagi Orangtua
Orangtua diharapkan dapat mengarahkan anak-anaknya agar dapat mempunyai
waktu yang lebih banyak ketika belajar, khususnya untuk pelajaran matematika
22
yang mereka anggap sulit. Selain itu orangtua juga diharapkan mampu
membantu anak-anaknya menyelesaikan persoalan matematika yang tidak
mereka pahami dengan baik.
3. Bagi peneliti selanjutnya.
Apabila ada peneliti lain yang ingin meneliti mengenaik prestasi belajar siswa
hendaknya melibatkan faktor-faktor lain seperti sikap, kebiasaan, minat,
motivasi, penyesuaian diri, kesabaran dan kecemasan.
Daftar Pustaka
Abdurahman, M. (1999). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitas Belajar. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Ahmadi, H.A & Supriyono,W. (1991). Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Amelia. J (2011). Hubungan self regulation dengan prestasi belajar pada mahasiswa
fakultas psikologi universitas Kristen satya wacana. Skripsi.Salatiga: Fakultas
Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana.
Azwar, S. (1996). Test Prestasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Barata, D.A. (2009). Hubungan Self-Regulated Learning dan Kecerdasan Emosional
dengan Prestasi Belajar Matematika Pada Siswa SMA. Skripsi (tidak diterbitkan).
Semarang: Fakultas Psikologi UNIKA Soegijapranata Semarang.
Chen, C.S. (2002). Self-regulated Learning Strategies and Achievment in an
introduction to information system course. Information Technology, Learning, and
Performance Journal, 20, 11-25.
23
Diah. 2004. Perbedaan self regulated learning antara siswa akselerasi dengan siswa
regular di bidang matematika. Skripsi. Semarang: Fakultas Psikologi Unika
Soegijapranata.
Indri, G. (2001). Hubungan penggunaan strategi-strategi self-regulated learning dengan
prestasi akademik siswa kelas vi sekolah dasar dalam pelajaran matematika. Depok:
Skripsi. Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.
Murjono. (1996). Inteligensi dalam Hubungannya dengan Prestasi Belajar. Anima
Indonesia Psychological Journal, 3, 42, 174-183.
Nugroho. (2007, Mei). Self Regulated Learning Anak Berbakat. Available (Online).
http: //www.ditolb.or.id.
Nurlisawati, D. (2008). Perbedaan Self-Regulated Learning Siswa Akselerasi dengan
Siswa Reguler di Bidang Matematika. Skripsi (tidak diterbitkan). Semarang:
Fakultas Psikologi UNIKA Soegijapranata Semarang.
Pelt, J. (2008). The relationship between self-regulated learning and academic
achievement in the middle school students : A cross cultural perspective. These of
University South Caroline.
Pintrich, P.R., E.V de Groot. (1990). Motivational and self-regulated component of
classroom. Journal of Educational Psychology. 82, 1, 33-40
Santrock, J.W. (2001). Educational Psychology. Boston: McGraw-Hill.
Winne, P.H. (1997). Expreimenting to Bootstrap Self Regulated Learning. Journal of
Education Psychology. 89, 3, 397-410.
24
Wolters, Cristopher A. (1998) Self-regulated learning and college students regulation of
motivational. Journal of educational psychology. Vol. 90, No.2. 224-235.
Wolters, C.A. Pintrich, P.R. & Karabenick, S.A. (2003). Assessing Academic Self
Regulated Learning. Paper prepared for the Conference on Indicator of Positive
Development: Definitions, Measures, and Prospective
Yukselturk, E., & Bulut, S. (2009). Gender differences in Self-regulated online learning
environment. Educational Technology & Society, 12 (3), 12-22.
Zimmerman, B.J. (1989). A Social Cognitive View Of Self-Regulated Academic
Learning. Journal of Educational Psychology. Zimmerman, B.J. (1989). A Social
Cognitive View Of Self-Regulated Academic Learning. Journal of Educational
Psychology, 81, 3, 329-339.
Zimmerman , B.J., & Martinez Pons. (1990). Construct validation of a strategy model
of student self-regulated learning. Journal of Educational Psychology, Vol. 80,
284-290. [Online]. Available FTP: http://www/sfu.ca/~sbratt/SRL.pdf
25