pengaruh self efficacy dan self regulated learning...
TRANSCRIPT
i
PENGARUH SELF EFFICACY DAN SELF REGULATED
LEARNING TERHADAP PROKRASTINASI AKADEMIK
PADA MAHASISWA
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)
Disususn Oleh :
AMARULLAH SIDKIN
NIM : 108070000188
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1438H/2016M
ii
PENGARUH SELF EFFICACY DAN SELF REGULATED
LEARNING TERHADAP PROKRASTINASI AKADEMIK
PADA MAHASISWA
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)
Oleh:
Amarullah Sidkin
NIM: 108070000188
Dibawah Bimbingan
Pembimbing I
Dr. Abdul Rahman Shaleh, M.Si
NIP. 19720823 199903 1 002
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/2016 M
iii
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi yang berjudul PENGARUH SELF EFFICACY DAN SELF
REGULATED LEARNING TERHADAP PROKRASTINASI AKADEMIK
PADA MAHSISWA UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA telah
diujikan dalam siding munqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 18 Mei 2016. Skripsi ini telah diterima
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Starata Satu
(S1) pada Fakultas Psikologi.
Jakarta, 18 Mei 2016
Sidang Munaqasyah
Dekan / Ketua Wakil Dekan/Sekrataris
Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Ag Dr. Abdul Rahman, M.Psi
NIP. 19680614 199704 1001 NIP. 19720823 199903 1 002
Anggota :
Ikhwan Lutfi, M.Psi Drs. Akhmad Baidun M.Si
NIP. 19730710 200501 1 006 NIP. 19640814 1001121 001
iv
Motto Kehidupan
Manusia yang tidak mau berubah
kearah yang lebih baik adalah manusia
bodoh
Rasa takut hanya menghambat
manusia dalam perjalanan hidup yang
lebih baik
Karena itu manusia harus bertindak
bukan karena menghindari rasa takut
sakit atau sekedar mencari ke arah
kesenangan saja tapi karena Allah.
v
ABSTRAK
A) Fakultas Psikologi
B) 18 Mei 2016
C) Amarullah Sidkin
D) Pengaruh Self Efficacy dan self regulated learning terhadap prokrasinasi
akademik pada mahasiswa Unversitas Islam Negeri Syarif hidayatullah
Jakarta
E) Xii + 94 halaman + lampiran F) Dalam lingkungan pendidikan, mahasiswa sebagai subjek yang menuntut ilmu di
perguruan tinggi tidak akan terlepas dari aktivitas belajar dan keharusan mengerjakan
tugas-tugas. Dalam bidang psikologi prilaku menunda-nunda tersebut dikenal dengan
istilah prokrastinasi.
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mengetahui pengaruh variabel
self efficacy dan self regulated learning terhadap prokrastinasi akademik
mahasiswa. Adapun variabel yang terdapat dalam penelitian ini berjumlah 13
variabel, independent variable (IV) berjumlah 12 variabel dan dependent variable
(DV) berjumlah 1 variabel. Sedangkan teknik pengambilan sampel yang terdapat
dalam penelitian ini adalah accidental sampling dan jumlah sampel yang terdapat
dalam penelitian ini sebanyak 160 mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Adapun analisis data dalam penelitian ini menggunakan uji regresi berganda pada
taraf signifikansi 0,05 atau 5%.
Hasil atau kesimpulan yang terdapat dalam penelitian ini menunjukkan bahwa
terdapat pengaruh yang signifikan self efficacy dan self regulated learning terhadap
prokrastinasi akademik pada mahasiswa dengan nilai signifikansi sebesar 0,023 atau
P < 0,05. Adapun nilai R Square (R2) dari semua variabel penelitian yang telah
diujikan adalah sebesar 0,144 atau 14,4% dan sisanya sebesar 85,6% dapat
disebabkan oleh aspek atau faktor lainnya yang dapat memberikan pengaruh terhadap
perilaku prokrasinasi. Sedangkan dari ke-12 IV, terdapat tiga IV yang memiliki
pengaruh dan signifikansi yang tinggi terhadap prokrasitanasi akademik, yakni
presistensi, berpikir kritis, dan pengaturan usaha. Adapun variabel lainnya bila
diujikan satu per satu, tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
prokrastianasi akademik. G) Bahan Bacaan: 13 buku +15 jurnal + 2 skripsi
vi
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahiim
Syukur alhamdullilah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT., karena
berkat segala kekuasaan dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Shalawat serta salam semoga terlimpahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW.
serta pengikutnya sampai akhir zaman.
Terselesaikannya skripsi ini tentunya tidak luput dari berbagai bantuan
pihak eksternal atau luar, oleh karena itu izinkanlah penulis mengucapkan rasa
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Ag selaku Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, beserta jajarannya.
2. Dr. Abdul Rahman Shaleh, M.Si, selaku Wakil Dekan Bidang Akademik
sekaligus Dosen pembimbing yang telah membimbing, mengarahkan, dan
memberikan saran serta ide dalam penyusunan skripsi ini. Penulis banyak
mendapatkan masukan, ide, pengetahuan, serta wawasan yang telah diberikan
selama penulis berjuang di kampus tercinta ini.
3. Ibu Sitti Evangeline Imelda Suaidy M.Si,.Psi, selaku Pembimbing Akademik
yang hari-harinya cukup dipadati oleh saya yang selalu membutuhkan
bimbingan dan motivasi.
4. Seluruh Dosen Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
memberikan ilmu dan pengetahuannya dengan penuh kesabaran dan
keikhlasan, semoga Allah memberikan berlipat-lipat pahala atas amal yang
telah diberikan.
5. Kedua orang tua penulis (ALM) Bapak Nurul Haq dan Ibu Maryam yang
senantiasa memberikan dukungan serta doa yang tulus dalam proses
pembelajaran yang dilakukan penulis selama ini serta dalam proses
penyelesaian skripsi. Terima kasih banyak penulis ucapkan untuk kedua
vii
orang tua yang telah banyak berjuang, memberikan kasih sayang, dan
bersusah payah dalam membimbing dan membina penulis agar meraih impian
dan kesuksesan dalam dunia dan akhirat.
6. Saudara kandung (adik) penulis, M. Arif Hidayatullah. Yang senantiasa
diharapkan agar dapat membanggakan kedua orang tua, kakak, agama,
lingkungan, dan negara. Semoga sukses dalam mencapai karir dan proses
pembelajaran yang cemerlang nan gemilang.
7. Para saudara dan saudari jamaah majelis kampung lembur yang senantiasa
selalu memberi dukungan moril maupun materi kepada penulis dan juga
ucapan terima kasih sebesar-besarnya ketua majelis sekaligus pengajar Bapak
Bubi Iradiadi Sutomo dan juga saudara lain ( Bapak Dadang Geminar
Suprayogi, Bapak Entang, Bapak Anggita Lubis, Bapak Andre Mardoko,
Bapak Edi Kuswara, Bapak Popo Iskandar Dinata, Ibu Tania Nilam Sari, Ibu
Tri ) yang sudah penulis anggap sebagai keluarga dan telah membimbing
serta membantu penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini.
8. Teman-teman psikologi angkatan 2008 khususnya kelas D serta teman-teman
angkatan di atas dan di bawah penulis, terima kasih banyak atas
kebersamaannya dalam suka nan bersahabat dan begitu pula atas
pembelajarannya selama ini. Khususnya untuk Syaiful Bahri, Roby
Sayahdien, Wisnu Purbaya, Serdo Mayendi, Nani,Tuanku dan juga kelas lain
yang senantiasa meluangkan waktunya untuk membantu Gundah yang
Takkan pernah penulis lupakan jasa teman-teman lain yang banyak
membantu.
9. Para staf pegawai bagian Akademik, Umum, Keuangan, dan Perpustakaan
Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak
membantu dalam proses birokrasi dan kemudahan bagi penulis dalam
pembelajaran di kampus tercinta ini.
10. Semua pihak yang belum bisa disebutkan satu persatu, karena dukungan
moral, doa, dan pengertian mereka, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
viii
Hanya kata terima kasih yang sebesar-besarnya penulis haturkan, semoga
mereka mendapatkan balasan yang setimpal atas usaha yang telah mereka
berikan.
Hanya asa dan doa yang penulis panjatkan semoga pihak yang membantu
dalam proses penyelesaian skripsi ini mendapatkan ridho dan balasan yang
berlipat ganda dari Allah SWT, amin.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih cukup jauh dari kesempurnaan,
untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangatlah diharapkan untuk
dapat menyempurnakan skripsi ini.
Akhir kata, sangat besar hasrat dan harapan penulis semoga skripsi ini
memberikan manfaat yang sangat besar, khususnya bagi penulis dan umumnya
bagi siapa saja yang membaca dan berkeinginan untuk mengeksplorasinya lebih
lanjut.
Jakarta, 18 Mei 2016
Penulis
ix
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Amarullah sidkin
NIM : 108070000188
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul PENGARUH SELF
EFFICACY DAN SELF REGULATED LEARNING TERHADAP MAHASISWA
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA adalah benar merupakan karya
saya sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam penyusunan karya
tersebut. Adapun kutipan-kutipan yang ada dalam penyusunan karya ini telah saya
cantumkan sumber pengutipannya dalam skripsi.
Saya bersedia untuk melakukan proses yang semestinya sesuai dengan
undang-undang yang berlaku jika ternyata skripsi ini secara prinsip merupakan
plagiat dari karya orang lain.
Demikian pernyataan ini dibuat untuk dipergunakan seperlunya.
Jakarta, 18 Mei 2016
Yang Menyatakan
Amarullah Sidkin
NIM: 108070000188
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN....................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iii
MOTTO ........................................................................................................... iv
ABSTRAK ....................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vi
PERNYATAAN BUKAN PLAGIAT ............................................................ ix
DAFTAR ISI .................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xii
DAFTAR BAGAN . .......................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................xvi
BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................ 1-9
1.1 Latar Belakang .................................................................... 1
1.2 Batasan Perumusan Masalah ............................................... 6
1.2.1 Batasan Masalah.......................................................... 6
1.2.2 Perumusan Masalah .................................................... 7
1.3 Tujuan Dan Manfaat Penelitian ........................................... 8
1.3.1 Tujuan Penelitian ....................................................... 8
1.3.2 Manfaat Penelitian ...................................................... 9
BAB 2 KERANGKA TEORITIS DAN KERANGKA BERPIKIR ......... 10-28
2.1 Prokrastinasi Akademik ........................................................... 10
2.1.1 Definisi Prokrastinasi Akademik ................................ 10
2.1.2. Faktor-faktor Prokrastinasi Akademik ....................... 11
2.1.3 Pengukuran Prokrastinasi ........................................... 13
2.2. Self Efficacy ........................................................................... 14
2.2.1 Definisi Self Efficacy .................................................. 14
2.2.2 Aspek Dan Faktor Self Efficacy ................................ 14
2.2.3 Pengukuran Self Efficacy............................................. 15
2.3 Self Regulated Learning ......................................................... 15
2.3.1. Pengertian Regulated Learning .................................. 15
2.3.2. Karakteristik Dan Strategi Siswa Yang Mempunyai
Self Regulated Learning ............................................ 17
2.3.3. Pengukuran Self Regulated Learning ........................ 23
2.4 Kerangka Berpikir ................................................................... 24
2.5 Hipotesa Penelitian .................................................................. 26
BAB 3 METODELOGI PENELITIAN ....................................................... 29-62
3.1 Populasi Dan Sampel Penelitian .............................................. 29
3.2 Variabel Penelitian .................................................................. 29
3.2.1. Identifikasi Variabel ................................................... 29
3.2.2 Definisi Operasional Variabel ..................................... 30
3.3 Pengumpulan Data ................................................................... 33
xi
3.3.1 Teknik Pengumpulan Data .......................................... 33
3.4 Instrument Penelitian ............................................................... 34
3.4.1 Uji Validitas Skala ........................................................ 39
3.4.1.1 Prokrastinasi Pada Mahasiswa UIN ....................... 41
3.4.1.2 Self Efficacy ........................................................... 43
3.4.1.3 Self Regulated Learning......................................... 48
3.5 Uji Reabilitas Skala ................................................................ 61
3.6 Prosedur Penelitian ................................................................. 61
3.6.1 Prosedur Field Test ........................................................ 61
3.7 Tehnik Analisis Data .............................................................. 62
BAB 4 HASIL PENELITIAN .................................................................. 63-77
4.1 Gambaran Umum Respoden ................................................... 63
4.2 Deskripsi Hasil Penelitian ....................................................... 63
4.2.2 Kategorisasi Skor Varibel Penelitian .............................. 65
4.3 Uji Hipotesis Penelitian ........................................................... 67
4.3.1 Analisis Regresi Variabel Penelitian .............................. 67
4.3.2 Sumbangan Varian Setiap Independent Variable ........... 73
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN ................................. 78-83
5.1 Kesimpulan .............................................................................. 78
5.2 Diskusi ..................................................................................... 79
5.3 Saran ........................................................................................ 82
5.3.1 Saran Teoritis .................................................................. 82
5.3.2 Saran Praktis ................................................................... 83
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 84
LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Skoring Instrumen ........................................................................... 34
Tabel 3.2 Blue Print Skala Prokrastinasi Akademik ....................................... 35
Tabel 3.3 Blue Print Skala Self Efficacy ........................................................ 36
Tabel 3.4 Blue Print Skala Regulated Learning............................................... 38
Tabel 3.5 Muatan Faktor Item Prokrastinasi Pada Mahasiwa ........................ 42
Tabel 3.6 Muatan Faktor Item Effor................................................................ 44
Tabel 3.8 Muatan Faktor Item Initiative........................................................... 45
Tabel 3.10 Muatan Faktor Item Presistensi...................................................... 47
Tabel 3.12 Muatan Faktor Item Latihan............................................................. 48
Tabel 3.14 Muatan Faktor Item Elaborasi........................................................ 50
Tabel 3.16 Muatan Faktor Item Pengorganisasian.......................................... 51
Tabel 3.18 Muatan Faktor Item Berpikir Kritis ................................................ 52
Tabel 3.20 Muatan Faktor Item Metakognitif.................................................. 54
Tabel 3.22 Manajemen Waktu Dan Lingkungan Belajar................................... 56
Tabel 3.24 Muatan Faktor Item Pengaturan Usaha............................................ 57
Tabel 3.26 Muatan Faktor Item Belajar Dengan Teman.....................................59
Tabel 3.28 Muatan Faktor Item Pencarian Bantuan........................................... 60
Tabel 4.1 Jumlah Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin........................................ 63
Tabel 4.2 Deskripsi Hasil Penelitian................................................................... 64
Tabel 4.3 Norma Skor Variabel........................................................................ 65
Tabel 4.4 Kategorisasi Variabel Penelitian........................................................ 66
Tabel 4.5 Model Summary................................................................................. 68
Tabel 4.6 Tabel Anova....................................................................................... 69
Tabel 4.7 Tabel Koefisien Regresi...................................................................... 70
Tabel 4.8 Proporsi Varian Untuk Masing-Masing IV........................................ 74
xiii
DAFTAR BAGAN
Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir.............................................................. 26
Gambar 3.5 Analisi Konfirmatorik pada Prokrastinasi ................................ 41
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner Penelitian ......................................................................... 87
Lampiran 2 Output Uji Validitas Instrumen Penelitian ....................................... 94
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perilaku menunda-nunda walau tampak seperti sesuatu yang umum terjadi tetapi
prilaku menunda-nunda merupakan hal yang merugikan. Dalam bidang psikologi
prilaku menunda-nunda tersebut dikenal dengan istilah prokrastinasi.
Prokrastinasi yang terjadi pada area akademik disebut sebagai prokrastinasi
akademik. Prokrastinasi akademik banyak dilakukan oleh pelajar atau mahasiswa
(Fibrianti, 2009).
Kecenderungan mahasiswa melakukan prokrastinasi umumnya ditandai
dengan adanya penundaan untuk memulai maupun menyelesaikan tugas karena
melakukan aktifitas lain yang kurang berguna, sehingga tugas menjadikan
terhambat, tidak pernah menyelesaikan tugas tepat waktu, dan sering terlambat
dalam menghadiri perkuliahan. Bentuk prokrastinasi akademik yang paling sering
muncul pada mahasiswa dalam tugas menulis sebesar 46%. Selain itu, dalam
tugas membaca 30,1%, belajar untuk ujian 27,6%, menghadiri pertemuan kuliah
23%, dalam tugas administrasi 10,6% dan kinerja akademik secara keseluruhan
10,2% (Solomon & Rotblum, 1984).
Hasil penelitian oleh Ellis dan Knaus (dalam Kartadinata dan Tjundjing,
2008) di Amerika. Menemukan 90% mahasiswa melakukan penundaaan atau
prokrastinasi pada pemulaan atau penuntasan tugas, dan sebanyak 70%
mahasiswa sering melakukan prokrastinasi. sedangkan Burka dan Yuen mencatat
bahwa mahasiswa yang memiliki masalah serius dengan penundaan umumnya
2
kecenderungan mempunyai sifat seperti malas, tidak disiplin, atau tidak tahu
bagaimana mengatur waktu mahasiswa. Penundaan sifat diduga terlibat dalam
perilaku lalai untuk keragaman alasan (Burka dan Yuen, dalam Laforge, 2005).
Burka & Yuen (1983) menyatakan bahwa, “Penundaan dalam suatu waktu
menjadi masalah serius. Konsekuensi internal penundaan perilaku mungkin
termasuk kekesalan, penyesalan, putus asa, dan menyalahkan diri sendiri”.
Salah satu sebab mahasiswa melakukan prokrastinasi akademik adalah
rendahnya self efficacy. Rendahnya self efficacy yang dimiliki juga dapat
membuat individu tidak memiliki keyakinan bahwa individu tersebut dapat
menyelesaikan tugas yang diberikan sehingga berusaha menghindari tugas atau
melakukan penundaan dalam mengerjakannya (Erkan, 2011). Bandura
(1997) menjelaskan bahwa, “ pendapat atau keyakinan yang dimiliki oleh
seseorang mengenai kemampuannya dalam menampilkan suatu bentuk perilaku
berhubungan dengan keyakinan seseorang, untuk menentukan seberapa besar
usaha yang dikeluarkan dan seberapa besar ia dapat bertahan dalam menghadapi
kesulitan yang dihadapinya”.
Ketika seseorang mahasiswa mengalami situasi yang tidak menyenangkan
dalam dirinya, seperti sulitnya menyelesaikan tugas kuliah, maka dengan adanya
self efficacy mahasiswa tersebut mampu bertingkah laku dan bereaksi positif
untuk mengatasi tersebut. Oleh sebab itu, penting sekali bagi mahasiswa untuk
memiliki self efficacy dalam dirinya, karena self efficacy membantu mahasiswa
dalam memilih aktivitas yang dapat memotivasi perkembangan kemampuan
yang dimilikinya seperti ketika ia dihadapkan pada tugas kuliah yang dia
3
anggap sulit, maka dengan ada self efficacy, mahasiswa akan dapat mencari cara
untuk berusaha menyelesaikan tugas kuliah tesebut. Tidak hanya itu, self efficacy
juga membantu mahasiswa untuk menentukan seberapa besar usaha yang akan
dikeluarkan dan berapa lama dia akan kuat menghadapi kesulitannya. Ini dapat
juga diartikan, jika mahasiswa tersebut mengalami kesulitan dalam proses
perkuliahan maka ia mengeluarkan seluruh usaha dan akan tetap bertahan untuk
mampu menyelesaikan kesulitan tersebut. Self efficacy seseorang merupakan hal
yang kuat dalam menetukan seseorang akan bertindak, berpikir, dan bereaksi
sewaktu menghadapi situasi-situasi yang tidak menyenangkan (Bandura, 1986).
Bandura (1997) juga mengemukakan bahwa, “semakin tinggi self efficacy
seseorang, semakin giat dan tekun usaha-usahanya dalam menghadapi
permasalahannya, sedangkan self efficacy yang rendah dapat menghalangi usaha
dan menyebabkan individu tersebut mudah putus asa. Dengan demikian
mahasiswa dengan self efficacy yang tinggi, akan selalu mencoba melakukan
berbagai tindakan untuk menghadapi kesulitan-kesulitan. Sebaliknya, apabila self
efficacy yang dimiliki mahasiswa rendah maka mahasiswa tersebut akan merasa
tidak berdaya, cepat sedih, apatis, cemas, menjauhkan diri dari tugas
kuliah yang sulit, cepat menyerah dalam menghadapi rintangan, aspirasi
rendah dan komitmen yang lemah terhadap tujuan yang dicapai”.
Individu dengan self efficacy yang tinggi akan dapat menghadapi tuntutan
situasi dengan lebih baik karena individu tersebut memiliki keinginan yang kuat,
tujuan yang jelas, emosi yang stabil, dan kemampuannya untuk memberikan
kinerja atas aktivitas atau prilaku dengan sukses. Individu dengan self efficacy
4
yang kuat akan dapat menghadapi tantangan dan tidak mudah menyerah.
Sedangkan individu dengan self efficacy yang lemah akan mudah menyerah jika
menghadapi hambatan karena dirinya merasa tidak yakin dapat melalui hambatan
tersebut. Hasil penelitian Indrayati (2012) yang dilakukan terhadap mahasiswa
fakultas psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta disimpulkan bahwa self
efficacy memberi kontribusi 32,1% terhadap prokrastinasi akademik mahasiswa
Fakultas psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sedangkan sisanya
dipengaruhi oleh variabel lain diluar penelitian ini.
Selain self efficacy, faktor yang mempengaruhi individu melakukan
prokrastinasi akademik adalah kurangnya strategi dan pengaturan diri mahasiswa
dalam belajar atau disebut juga dengan self regulated learning. Hal ini sesuai
dengan penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa faktor yang dapat
meningkatkan kecenderungan melakukan prokrastinasi yaitu adanya kesulitan
dalam pengaturan diri (Steel, 2007). Lebih lanjut, Zimmerman (1990)
menyebutkan bahwa, “jika seseorang kehilangan strategi dalam self regulation
maka mengakibatkan proses belajar dan performa yang lebih buruk, dalam hal ini
mahasiswa akan cenderung melakukan prokrastinasi akademik. Self regulated
learning sendiri sangat penting bagi semua jenjang akademis. Self regulated
learning dapat diajarkan, dipelajari dan dikontrol. Umumnya, mahasiswa yang
berhasil adalah mahasiswa yang menggunakan strategi self regulated learning dan
sebagian besar sukses di sekolah”.
Hasil penelitian Senegal, et al (1995) menunjukan bahwa, “14% siswa
melakukan prokrastinasi akademik dan variable self regulated learning
5
menyumbangkan sebanyak 25% dan memberi pengaruh yang signifikan terhadap
prokrastinasi akademik”. Hasil penelitian oleh Asvira dan Yudi (2012)
disimpulkan bahwa, “ada hubungan yang sangat signifikan antara self regulated
learning dengan prokrastinasi akademik”. Hasil penelitian Heriyati (2014) yang
dilakukan terhadap mahasiswa, disimpulkan bahwa, “self regulated learning
memberi kontribusi 20,7% terhadap prokrastinasi akademik mahasiswa fakultas
psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sedangkan 79,3% dipengaruhi oleh
variabel lain diluar penelitian ini”.
Mahasiswa yang mempunyai self regulated learning yang baik tahu
bagaimana cara melindungi dirinya sendiri dari gangguan yang dapat menggangu
proses belajar. Mahasiswa tahu bagaimana cara mengatasi bila merasa cemas,
ngantuk atau malas. Mahasiswa yang memiliki self regulated learning yang baik
akan memiliki kecenderungan prokrastinasi yang rendah Menurut Corno, Snow &
Jacson (dalam Woolfolk, 2009). Pernyataan tersebut didukung oleh penelitian
sebelumnya oleh Hariri (2010) yang menyatakan bahwa, “self regulated learning
efektif untuk mereduksi prokrastinasi akademik”.
Penelitian lain dilakukan oleh Wolter (dalam Rakes & Dunn, 2010),
menemukan bahwa, “hubungan prokrastinasi terhadap self regulated learning,
metakognitif regulasi diri adalah prediktor terkuat kedua dari prilaku prokrastinasi
setelah keyakinan self efficacy akademik”. Selanjutnya, Zimmerman dan
Martinez-Pon (1990) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa, “mahasiswa yang
memiliki self regulated learning akan mampu mengarahkan dirinya belajar (self
regulated learners), membuat perencanaan (plan), mengarahkan diri sendiri (self
6
instruction) dan mengevaluasi diri sendiri (self evaluation) dalam proses
pengetahuan. Langkah-langkah tersebut dapat meminimalisir terjadinya perilaku
prokrastinasi sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan prestasi”.
Sampai saat ini, variabel demografi yang konsisten adalah jenis kelamin
dan usia. Beberapa peneliti menunjukan tidak ada perbedaan jenis kelamin yang
signifikan dalam terjadinya prokrastinasi, sedangkan penelitian lain menunjukan
bahwa wanita berada pada resiko yang lebih besar daripada laki-laki. Selain itu,
wanita mungkin mengalami tingkat kecemasan yang lebih besar terkait dengan
prokrastinasi (Haycock dalam Sharma, 2011).
1.2. Batasan Perumusan Masalah
1.2.1 Batasan masalah
Pada penelitian ini, permasalahan yang disajikan terbatas pada hal-
hal berikut:
1. Dalam penelitian ini, penulis membatasi prokrastinasi akademik pada
perilaku menunda mengerjakan tugas kuliah dengan mengacu pada
teori prokrastinasi Ferrari (1995).
2. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan self efficacy adalah
sebagai keyakinan seseorang pada kemampuannya untuk mengatur dan
menentukan perilaku yang tepat yang dibutuhkan untuk mencapai
sesuatu (Borscher & Smit, 1997). Pengertian inilah yang digunakan
dalam penelitian ini.
3. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan self regulated learning yaitu
strategi latihan, elaborasi, pengorganisasian, berpikir kritis, pengaturan diri
7
metakognitif, manajemen waktu dan lingkungan pengaturan usaha, belajar
dengan teman, dan pencarian bantuan (Pintrich, Smith, Garcia & MCkeachie
dalam Artino, 2009).
4. Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
1.2.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dipaparkan diatas,
terhadap rumusan masalah dalam penelitian sebagai berikut:
1. Apakah ada pengaruh yang signifikan self efficacy dan self regulated
learning terhadap prokrastinasi akademik pada mahasiswa?
2. Apakah ada pengaruh yang signifikan effort dari variabel self efficacy
terhadap prokastinasi akademik mahasiswa?
3. Apakah ada pengaruh yang signifikan initiative dari variabel self
efficacy terhadap prokastinasi akademik mahasiswa?
4. Apakah ada pengaruh yang signifikan persistence dari variabel self
efficacy terhadap prokastinasi akademik mahasiswa?
5. Apakah ada pengaruh yang signifikan strategi latihan dari variabel self
regulated learning terhadap prokastinasi akademik mahasiswa?
6. Apakah ada pengaruh yang signifikan strategi elaborasi dari variabel self
regulated learning terhadap prokastinasi akademik pada mahasiswa?
7. Apakah ada pengaruh yang signifikan strategi Pengorganisasian dari variabel
self regulated learning terhadap prokastinasi akademik pada mahasiswa?
8
8. Apakah ada pengaruh yang signifikan strategi berpikir kritis dari variabel self
regulated learning terhadap prokastinasi akademik pada mahasiswa?
9. Apakah ada pengaruh yang signifikan strategi pengaturan diri metakognitif
dari variabel self regulated learning terhadap prokastinasi akademik pada
mahasiswa?
10. Apakah ada pengaruh yang signifikan strategi Manajemen waktu dan
lingkungan dari variabel self regulated learning terhadap prokastinasi
akademik pada mahasiswa?
11. Apakah ada pengaruh yang signifikan strategi Pengaturan usaha dari variabel
self regulated learning terhadap prokastinasi akademik pada mahasiswa?
12. Apakah ada pengaruh yang signifikan strategi Belajar dengan teman dari
variabel self regulated learning terhadap prokastinasi akademik pada
mahasiswa?
13. Apakah ada pengaruh yang signifikan strategi Pencarian bantuan dari variabel
self regulated learning terhadap prokastinasi akademik pada mahasiswa?
1.3. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
1.3.1. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mengetahui
pengaruh variabel self efficacy dan self regulated learning terhadap prokrastinasi
akademik mahasiswa dan juga ingin mengetahui bagaimana pengaruh dari aspek-
aspek self efficacy yaitu initiative, effort, persistence dan aspek-aspek self
regulated learning yaitu strategi latihan, elaborasi, pengorganisasian, berpikir
kritis, pengaturan diri metakognitif, manajemen waktu dan lingkungan pengaturan
9
usaha, belajar dengan teman, dan pencarian bantuan serta jenis kelamin
mahasiswa terhadap prokrastinasi akademik pada mahasiswa.
1.3.2. Manfaat Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti berharap dapat memberikan manfaat
baik secara teoritis maupun praktis.
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis peneitian ini diharapkan dapat bermanfaat meberikan
sumbangan perkembangan ilmu pengetahuaan khususnya mengenai pengaruh
self efficacy dan self regulation learning terhadap prokrastinasi akademik pada
mahasiswa.
2. Manfaat Praktis
Memberikan gambaran kepada mahasiswa dan juga pendidik tentang
prokrastinasi sehingga diharapkan mahasiswa dan para pendidik bisa
melakukan tindakan antisipasi terjadinya prokrastinasi akademik pada
mahasiswa.
10
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1. Prokrastinasi Akademik
2.1.1. Pengertian prokrastinasi akademik
Prokrastinasi adalah perbuatan sia-sia dalam menunda tugas, tidak semata-mata
penelitian yang berhubungan dengan kebiasaan-kebiasaan atau manajemen waktu,
tetapi juga melibatkan interaksi komplek dari komponen-komponen tingkah laku,
kognitif, dan afektik (Solomon & Rothlum, 1984). Sementara itu, Ellis dan Knaus
(dalam Gufron & Risnawita, 2010) menyatakan bahwa prokrastinasi adalah
kebiasaan penundaan yang tidak bertujuan dan proses penghindaran tugas yang
sebenarnya tidak perlu dilakukan. Hal ini terjadi karena adanya ketakutan untuk
gagal dan pandangan bahwa segala sesuatu harus dilakukan dengan benar.
Prokrastinasi telah dianggap sebagai perilaku yang membuang buang
waktu. Kinerja yang yang buruk dan stres yang meningkat. Banyak orang
mengklaim bahwa ketika mahasiswa mulai bekerja pada menit-menit terakhir,
mahasiswa masih bisa selesai tepat waktu dan mahasiswa cenderung bekerja lebih
baik dan lebih cepat atau menghasilkan lebih banyak ide kreatif di bawah tekanan
waktu (Cho & Chu, 2005).
Steel (2003) mengatakan bahwa prokrastinsi adalah “to voluntarily delay
an intended course of action despite expecting to be worse-off for the delay”
artinya, prokrastinasi adalah menunda dengan sengaja kegiatan yang diinginkan
walaupun mengetahui bahwa penundaanya dapat menghasilkan dampak buruk.
Ferrari(1995) Prokrastinasi akademik merupakan perilaku mahasiwa untuk
11
menunda-nunda mengerjakan tugas akademik (dalam Sirin, 2011). Menurut
Wolter prokrastinasi akademik adalah kegagalan dalam mengerjakan tugas dalam
jangka waktu yang diinginkan atau menunda mengerjakan tugas dalam jangka
waktu yang di inginkan atau menunda mengerjakan tugas sampai saat-saat
terakhir.
Berdasarkan beberapa definisi mengenai prokrastinasi akademik, maka
peneliti menyimpulkan bahwa prokrastinasi akademik adalah penundaan untuk
memulai maupun menyelesaikan tugas, kelambanan dalam menyelesaikan tugas,
kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja aktual dan kecenderungan untuk
melaksanakan aktivitas lain (Ferrari, 1995).
2.1.2. Faktor-faktor yang mempengaruruhi prokrastinasi akademik
Ferrari (dalam Mastuti, 2009), mengatakan bahwa prokrastinasi akademik
dapat tergambarkan dalam indikator tertentu yang dapat diukur dan diamati
faktor-faktor tertentu sebagai berikut:
1. Penundaan untuk memulai maupun menyelesaikan tugas
Penundaan untuk memulai maupun menyelesaikan tugas yang dihadapi.
Seseorang yang melakukan prokrastinasi tahu bahwa tugas yang dihadapinya
harus segera diselesaikan dan berguna bagi dirinya, akan tetapi dia menunda-
nunda untuk mulai mengerjakannya atau menunda-nuda untuk
menyelesaikannya sampai tuntas jika dia sudah mulai mengerjakan
sebelumnya.
12
2. Keterlambatan dalam mengerjakan tugas
Orang yang melakukan prokrastinasi memerlukan waktu yang lebih lama dari
waktu yang dibutuhkan pada umumnya dalam mengerjakan suatu tugas.
seorang prokrastinator menghabiskan waktu yang dimilikinya untuk
mempersiapkan diri secara berlebihan, maupun melakukan hal-hal yang tidak
dibutuhkan dalam menyelesaikan suatu tugas, tanpa memperhitungkan
keterbatasan waktu yang dimilikinya. Kadang-kadang tindakan tersebut
mengakibatkan seseorang tidak berhasil menyelesaikannya secara memadai,
kelambanan, dalam arti lambannya kerja seseorang dalam melakukan tugas
dapat menjadi aspek yang utama dalam prokrastinasi akademik.
3. Kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja aktual
Seseorang prokrastinator mempunyai kesuitan untuk melakukan sesuatu
sesuai dengan batas waktu yang telah di tentukan sebelumnya. Seorang
prokrastinator sering mengalami keterlambatan dalam memenuhi deadline
yang telah ditentukan, baik oleh orang lain maupun rencana-rencana yang
telah dia tentukan sendiri.
4. Melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan.
Melakukan aktivitas yang lebih menyenangkan daripada kelakuan tugas yang
harus di kerjakan. Seorang prokrastinator dengan sengaja tidak segera
menyelesaikan tugasnya, tetapi menggunakan waktu yang dia miliki untuk
melakukan aktivitas lain yang dipandang lebih menyenangkan dan
mendatangkan hiburan, seperti nonton, main bola dan lain-lain sehingga
menyita waktu.
13
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek
prokrastinasi akademik adalah penundaan untuk memulai maupun menyelesaikan
tugas, kelambanan dalam menyelesaikan tugas, kesenjangan waktu antara
rencana dan kinerja aktual dan kecenderungan untuk melaksanakan aktivitas lain-
lain yang lebih menyenangkan Ferrari (1995).
2.1.3 . Pengukuran prokrastinasi
Banyak skala yang digunakan untuk mengukur prokrastinasi individu,
diantaranya:
1. Skala Tuckman procrastination scale yang dikembangkan oleh B.W
Tuckman (1991) untuk mengukur gambaran diri secara umum mengenai
kecenderungan membuang waktu, (task avoidance) menghindari tugas karena
mengalami kesulitan ketika melakukan hal yang dianggap tidak
menyenangkan, (blaming others) kecenderungan menyalahkan kejadian
eksternal atau orang lain untuk setiap konsekuensi berikutnya dari pilihan
prokrastinasi (dalam ferrari,1995).
2. Peneliti mengunakan skala Ferrari (1995) yaitu penundaan untuk memulai
maupun menyelesaikan tugas, kelambanan dalam menyelesaikan tugas,
kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja aktual dan kecenderungan
untuk melaksanakan aktivitas lain yaitu yang bersifat hiburan yang
terangkum kedalam 39 item.
14
2.2 Self Efficacy
2.2.1 Definisi self efficacy
Menurut Bandura (dalam Feist & Feist, 2010) self efficacy adalah suatu
kepercayaan individu bahwa mahasiswa mampu atau tidak mampu melakukan
sesuatu pada prilaku yang diperlukan untuk menghasilkan pencapaian yang
diinginkan dalam suatu situasi.
Self efficacy adalah keyakinan tentang seberapa besar kemampuan diri
seseorang untuk menghadapi situasi tertentu. Self efficacy yang positif adalah
kemampuan diri seseorang akan berhasil berprilaku yang baik. Berdasarkan
Bandura, self efficacy menentukan apakah seseorang akan mencoba berperilaku,
seberapa lama seseorang dapat bertahan dalam mengalami kesulitan atau
kegagalan, dan bagaimana keberhasilan atau kegagalan dalam hal tersebut
mempengaruhi perilaku selanjutnya (Friedman & Schustack,2009). Sedangkan
menurut (Borscher & Smit, 1997), self efficacy adalah sebagai keyakinan
seseorang pada kemampuannya untuk mengatur dan menentukan perilaku yang
tepat yang dibutuhkan untuk mencapai sesuatu. Pengertian inilah yang digunakan
dalam penelitian ini.
2.2.2. Aspek dan Faktor-faktor Self efficacy
Aspek-aspek self efficacy Sherer et al (yang kemudian diperbaiki oleh
Bosscher & Smith,1997):
1. Kesediaan untuk berprilaku lebih dulu (initiative).
2. Kesedian untuk berusaha dalam menyempurnakan prilaku (effort).
3. Kegigihan dalam menghadapi kesulitan (persistence).
15
Faktor-faktor yang mempengaruhi self efficacy menurut Bandura (1994)
ada beberapa faktor yang mempengaruhi self efficacy yaitu:
1. Pengalaman Keberhasilan (mastery experiences)
2. Pengalaman Orang Lain (vicarious experiences)
3. Persuasi Sosial (Social Persuation)
2.2.3. Pengukuran self efficacy
Banyak skala yang digunakan untuk mengukur self efficacy, diantaranya:
1. General Self efficacy Scale (GSES) yang dikembangkan oleh
Schwarzer,R.,&Jerusalem M yang terdiri 10 item.
2. Alat ukur yang dikembangkan Bandura dengan 3 dimensi self efficacy, yaitu
magnitude, generality, dan strength.
3. Sedangkan alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah adaptasi
dari skala self efficacy general self efficacy Sherer berdasarkan teori Sherer
1982 (yang kemudian dikembangkan oleh Bosscher & Smit, 1997).
2.3. Self regulated learning
2.3.1.Pengertian self regulated learning
Self regulation pertama kali ditemukan oleh Bandura (dalam Alwisol,
2005) dari teori belajar sosial. Menurut Bandura self regulation adalah
kemampuan manusia sebagai pribadi yang dapat mengatur diri sendiri,
mempengaruhi tingkah laku dengan cara mengatur lingkungan, menciptakan
dukungan kognitif, mengadakan konsekuensi bagi tingkah lakunya sendiri.
Kemampuan kecerdasan untuk berpikir simbolik menjadi sarana yang kuat untuk
menangani lingkungan, misalnya dengan menyimpan pengalaman (dalam ingatan)
16
dalam wujud verbal dan gambaran imajinasi untuk kepentingan tingkah laku pada
masa yang akan datang kemampuan unntuk menggambarkan segala imajinasif
hasil yang diinginkan pada masa yang akan datang. Dan mengembangkan strategi
tingkah laku yang membimbing kearah tujuan jangka panjang.
Istilah self regulation yang digunakan dalam belajar dikenal sebagai self
regulated learning. Zimmerman (1989) mendefenisikan self regulation (self
regulated learning) sebagai proses dimana mahasiswa mengaktifkan dan
mengandalikan kognisi, prilaku, dan perasaan yang secara sistematis berorientasi
pada pencapaian tujuan. Selanjutnya, Santrock (2008) mendefinisikan self
regulated learning terdiri dari pengawasan diri dalam pikiran, perasaan, dan
perilaku agar mencapai suatu tujuan. Tujuan ini bisa jadi berupa tujuan akademik
(meningkatkan pemahaman dalam membaca, menjadi penulis yang baik, belajar
perkalian, mengajukan pertanyaan yang relevan) atau tujuan sosioemosional
(mengontrol kemarahan, belajar akrab dengan teman sebaya).
Sedangkan Pintrich (dalam Schunk, 2005) mendefinisikan self regulated
learning sebagai proses aktif dimana mahasiswa mampu mengatur, mengawasi
dan mengontrol diri mahasiswa sendiri baik secara kognisi, motivasi, dan perilaku
dalam proses pencapaian tujuan belajar. Aspek-aspek dalam self regulated
learning yaitu strategi latihan, elaborasi, pengorganisasian, berpikir kritis,
pengaturan diri metakognitif, manajemen waktu dan lingkungan pengaturan
usaha, belajar dengan teman, dan pencarian bantuan (Pintrich,Smith,Garcia & MC
keachie dalam Artino, 2009).
17
2.3.2. Karakteristik dan strategi mahasiswa yang mempunyai self regulated
learning
Menurut Wiane (dalam Santrock, 2008) karakteristik dari pelajar yang
menggunakan self regulated learning adalah
1. Bertujuan memperluas pengetahuan dan menjaga motivasi.
2. Menyadari keadaan emosi mahasiswa dan memiliki strategi untuk
mengelolah emosinya.
3. Secara periodik memonitori kemajuan kearah tujuannya.
4. Menyesuaikan atau memperbaiki strategi berdasarkan kemajuan yang
mahasiswa buat.
5. Mengevaluasi halangan yang mungkin muncul dan melakukan adaptasi yang
diperlukan.
Sedangkan menurut Santrock (2008), mahasiswa yang menggunakan self-
regulation adalah mahasiswa yang memunculkan dan memonitor sendiri pikiran,
perasaan, dan perilaku untuk mencapai suatu tujuan. Tujuan yang ingin dicapai
dapat bertujuan akademik (meningkatkan pemahaman dalam membaca, menjadi
penulis yang baik, belajar perkalian, mengajukan pertanyaan ataupun tujuan
sosio-emosional (mengontrol kemarahan, belajar akrab dengan teman sebaya).
Dari beberapa karakteristik mengenai mahasiswa yang menggunakan self
regulated learning yang telah dikemukakan diatas, dapat ditarik kesimpulan
bahwa mahasiswa harus dapat menjaga motivasi mengelola emosi dengan baik,
memiliki tujuan yang kuat, dan dan memiliki berbagai macam strategi dalam
belajar.
18
Strategi self-regulated learning
Menurut Zimmerman (dalam Suralaga & Solicha, 2010) strategi self-
regulation learning terdiri dari beberapa kategori :
1. Self evaluation (evaluasi diri)
Evaluasi diri adalah inisiatif mahasiswa untuk mengevaluasi kualitas dalam
pekerjaan yang dikerjakannya.
2. Organizing and transforming (pengorganisasian dan perubahan) Mahasiswa
berinisiatif baik secara cover maupun covert mengatur kembali cara
belajarnya untuk meningkatkan kemampuan belajarnya.
3. Goal setting and planning (penetapan tujuan dan perencanaan)
Mahasiswa berinisiatif menentukan goal dan sub-goal juga merencanakan
secara berkelanjutan, waktu dan penyelesaian kegiatan apa saja yang sesuai
dengan goal tersebut
4. Seeking information (pencarian informasi)
Mahasiswa berusaha untuk mencari informasi dari berbagai sumber non-
sosial seperti perpustakaan, internet, dan lainnya dalam menyelesaikan tugas
sekolahnya.
5. Keeping record and monitoring (pencatatan dan mengawasi)
Usaha mahasiswa untuk mahasiswa setiap kejadian maupun hasil belajar.
6. Environmental structuring (pengaturan lingkungan)
Mahasiswa berinisiatif untuk memilih dan menata tempat dan lingkungan
belajarnya untuk mempermudah proses belajarnya.
19
7. Self-consequating (konsekuensi diri)
Mahasiswa merencanakan atau membayangkan imbalan atau hukuman yang
akan didapatkan jika mengalami keberhasilan atau kegagalan dalam proses
belajarnya.
8. Rehearsing and memorizing (latihan dan mengingat )
Usaha mahasiswa untuk menghafal materi belajar dengan latihan dan
pengulangan.
9. Seeking social assistance (pencarian bantuan sosial)
Usaha mahasiswa untuk mencari bantuan baik teman, guru, maupun orang
dewasa lainnya.
10. Reviewing record (pemeriksaan catatan )
Usaha mahasiswa untuk memeriksa kembali catatan, hasil ulangan, atau buku
pelajaran ketika mempersiapkan diri menghadapi ulangan atau tes.
11. Other (dan lain-lain)
Mahasiswa belajar perilaku yang diinisiatifkan orang lain seperti pengajar dan
orang tua.
Selanjutnya menurut Ormrod (2009) bahwa self-regulated learning
mengandung berbagai proses:
1. Menurut tujuan (goal setting)
Mahasiswa yang memiliki pengaturan diri dalam belajar (self–regulation)
mengetahui apa yang mahasiswa ingin selesaikan bila mahasiswa membaca
atau belajar.
20
2. Perencanaan (planning)
Mahasiswa yang memiliki regulasi dalam belajar untuk merencanakan dan
menentukan jauh sebelumnya, bagaimana baiknya menggunakan waktu dan
bagaimana sebaiknya menggunakan sumber- sumber yang tersedia untuk
tugas kuliah belajar.
3. Pengontrolan perhatian (attention control)
Mahasiswa yang memiliki pengaturan diri dalam belajar mencoba untuk
memusatkan perhatian mahasiswa pada pokok persoalan yang ada dan
mencoba untuk membebaskan ingatan dari pikiran dan emosi-omosi yang
kemungkinan besar dapat mengganggu.
4. Mengaplikasikan strategi-strategi belajar (application of learning strategies)
Mahasiswa yang memiliki pengaturan diri dalam belajar memiliki strategi-
strategi yang berbeda sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
5. Strategi-strategi memotivasi diri sediri (self monitored strategies)
Mengerjakan tugas dengan strategi-strategi yang bervariasi, sebagaimana
mahasiswa sedang bersaing dengan kinerja mahasiswa yang sebelumnya,
menemukan agar membuat aktivitas mahasiswa yang membosankan lebih
menarik dan lebih menantang.
6. Permintaan bantuan dari luar apabila dibutuhkan.
Tidak berusaha untuk menentukan segalanya sendiri sebaiknya mahasiswa
mengetahui bahwa mahasiswa membutuhkan pertolongan orang lain
mahasiswa lebih suka untuk meminta pertolongan yang dapat membantu
mahasiswa berdiri sendiri dalam menyelesaikan pekerjaan dimasa depan.
21
7. Pengawasan diri (self monitoring)
Secara terus menerus mengawasi perkembangannya terhadap tujuan-tujuan
yang telah ditetapkan dan mengubah strategi-strategi belajar dan
memodifikasi tujuan-tujuan jika diperlukan.
8. Mengevaluasi diri (self evaluation)
Menentukan apakah betul bahwa telah belajar selama ini dan mencapai
tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Individu juga menggunakan strategi-
strategi bermacam-macam.
Selain itu, Pintrich, Smith, Garcia & Mckeachie (dalam Somtsewu, 2008)
menjelaskan strategi dalam self-regulated learning terbagi dalam aspek-aspek
sebagai berikut:
1. Strategi latihan
Strategi latihan termasuk penamaan item dari daftar yang harus dipelajari,
aktif membaca tugas sesuai dengan rencana, mendengarkan ceramah dan
menulis catatan pelajaran (Tolbot, Garcia & Pintrich, dalam Somtsewu,
2008).
2. Strategi elaborasi
Strategi elaborasi membatu mahasiswa menyimpan informasi dalam memori
jangka panjang dengan membangun hubungan internal antara hal yang harus
dipelajari (Pintrich etc al, dalam Somtsewu, 2008).
3. Strategi pengorganisasian
Pengorganisasian digambarkan sebagai sebuah upaya aktif yang
menghasilkan mahasiswa yang terlibat dalam tugas. Strategi
22
pengorganisasian meliputi mengelompokan, menguraikan, memilih ide
utama bacaan, dan memperhatikan judul, diagram, tabel, gambar dan grafik
strategi ini membantu mahasiswa dalam memilih informasi yang sesuai dan
juga membuat hubungan dengan informasi dalam pelajaran (Garcia &
Pintrich, dalam Somtsewu, 2008).
4. Strategi berpikir kritis
Strategi berpikir kritis mengacu pada sejauh mana mahasiswa melaporkan
pengetahuan yang diperoleh sebelumnya untuk situasi baru dalam rangka
untuk memecahkan masalah, mengambil keputusan, atau membuat evaluasi
kritis sehubungan dengan standar-standar keunggulan.
5. Strategi pengaturan diri metakognitif
Metakognisi mengacu pada pengetahuan, kesadaran dan kontrak serta
pengaturan dari kognisi, pada Motivated Strategi For Leaning Questionnaire
(MSLQ) aspek metacognitive focus pada aspek control dan regulasi diri dan
bukan pada komponen pengetahuan, pengaturan diri metakognitif ini,
memperhatikan penggunaan strategi yang membantu mahasiswa dalam
mengontrol dan mengatur kognisi yang dimilikinya seperti perencanaan,
pengawasan dan pengaturan.
6. Strategi manajemen waktu dan lingkungan belajar
Skala pertama di bawah sumber strategi manajemen adalah manajemen waktu
dan lingkungan belajar. Manajemen waktu termasuk jadwal waktu untuk
belajar, rencana mingguan atau bulanan untuk tugas, tes dan ujian, dan secara
efektif menggunakan waktu belajar untuk seting tujuan realistik.
23
7. Strategi pengaturan usaha
Pengaturan usaha menekankan self management dan mencerminkan
komitmen untuk menyesaikan tugas dan mencapai tujuan seseorang meskipun
mengalami kesulitan dan gangguan, regulasi merupakan upaya penting untuk
keberhasilan akademik karena tidak hanya menandakan komitmen tujuan,
tetapi juga mengatur terus menggunakan strategi pembelajaran.
8. Strategi belajar dengan teman
Belajar dengan teman mengacu pada dialog antar teman dan pertukaran
intelektual, ide dan informasi yang dapat membantu mahasiswa menjelaskan
materi palajaran dan menemukan informasi bahwa mahasiswa tidak akan
mampu melakukan sendiri.
9. Strategi pencari bantuan
Pencarian bantuan mengacu pada proses dimana mahasiswa meminta teman-
teman dan guru untuk menjalaskan materi pelajaran yang membingungkan
dan karenanya dapat mempercepat pencapaian.
Berdasarkan beberapa uraian dapat disimpulkan bahwa strategi self
regulated learning yaitu strategi latihan, elaborasi, pengorganisasian, berpikir
kritis, pengaturan diri metakognitif, manajemen waktu dan lingkungan pengaturan
usaha, belajar dengan teman, dan pencarian bantuan.
2.3.3.Pengukuran self-regulated learning
Scale Motivation Strategies for Learning Questionnaire (MSLQ) yang
dikembangkan oleh Pintrich, Smith, Garcia & MCkeachie (dalam Artino,2009).
MSLQ dikembangkan menggunakan pandangan sosial kognitif dari motivasi dan
24
self legulated learning. Dari kerangka teoritis tersebut, maka dikembangkanlah
MSLQ yang terdiri atas 81 item dengan dua skala yakni Motivation scale
(Intrinsic & EXtrisic Goal Orientation Task Orientation, Task Value, Control of
Learning beliefs, Self efficacy for learning & performance, tes Anxiety) dan
learning strategies scale (Rehearsal, Elaboration, Organization, Critical
Thinking, Metacognitive self regulation, Time / study Environmental management,
effort regulation, peer learning, Help seeking)
Dalam penelitian ini, peneliti mengunakan skala yang diadaptasi dari
Motivated Strategies for Learning Questionnarire (MSLQ) yaitu learning
strategies scale yang terdiri dari atas 50 item dan dengan dimensi sebagai berikut:
strategi latihan, elaborasi, pengorganisasian, berpikir kritis, pengaturan diri meta
kognitif, pengaturan waktu dan lingkungan belajar, pengaturan usaha belajar
dengan teman, dan pencarian bantuan. Peneliti mengadaptasi skala denagn
menerjemahkan skala yang awalnya menggunakan bahasa inggris kedalam bahasa
indonesia dan selanjutnya menyesuaikan skala dengan subjek dalam penelitian
2.4 Kerangka berpikir
Prokrastinasi merupakan salah satu kebiasaan yang sering dilakukan
mahasiswa dalam menghadapi tugas kuliah mahasiswa. Banyak mahasiswa
menunda untuk mengerjakan tugas dengan melakukan aktvitas lain yang lebih
menyenangkan. Di akhir deadline mahasiswa mengerjakan tugasnya dengan
sistem kebut semalam. Tidak sedikit mahasiswa yang melakukan hal tersebut
yang pada akhirnya selalu terburu-buru untuk mengerjakan tugasnya.
25
Menurut Ferrari (1995) kecenderungan melakukan prokrastinasi
umumnya ditandai dengan adanya:
1. penundaan untuk memulai maupun menyelesaikan tugas
2. kelambanan dalam menyelesaikan tugas
3. kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja aktual
4. kecenderungan untuk melaksanakan aktivitas lain yang lebih
menyenangkan.
Menurut self efficacy Sherer et al (yang kemudian diperbaiki oleh
Bosscher & Smith,1997) self efficacy dibagi menjadi beberapa aspek:
1. kesediaan untuk berprilaku lebih dulu (initiative).
2. kesedian untuk berusaha dalam menyempurnakan prilaku (effort)
3. kegigihan dalam menghadapi kesulitan (persistence).
Selain self efficacy, seseorang melakukan prokrastinasi adalah self
regulation berkaitan dengan kemampuan dimana individu secara aktif mengontrol
proses kognitif, afektif dan perilaku untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan
sebelumnya. Istilah self regulation yang digunakan dalam belajar dikenal dengan
Self regulated learning. Santrock (2007) menjelaskan bahwa,”self regulated
learning terdiri dari pembangkitan diri dan pengawasan diri dalam pikiran,
perasaan dan perilaku untuk sampai tujuan”.
Penelitian yang dilakukan oleh Senecal dan Koestner (2001) menemukan
bahwa self regulation berhubungan signifikan dengan prokrastinasi akademik.
Penelitian tersebut menunjukan bahwa cara mahasiswa meregulasi/mengatur
26
Self regulated learning
perilaku akademik mahasiswa secara signifikan berhubungan dengan sejauh mana
mahasiswa melakukan prokrasinasi.
Dari uraian diatas, peneliti menyimpulkan kerangka berpikir dibawah ini :
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
2.5 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian, landasan teori, dan
kerangka berpikir yang telah di kemukakan, maka hipotesis yang diajukan dalam
signifikan penelitian ini adalah:
Self efficacy
Effort
Initiative
Persistence
Prokrastinasi
Latihan
Elaborasi
Pengorganisasian
Berpikir Kritis
Pengaturan Diri Metakognitif
Manajemen Waktu dan Lingkungan
Pengaturan Usaha
Belajar dengan Teman
Pencarian Bantuan
27
Hipotesis mayor:
Ada pengaruh yang self efficacy (effort, initiative, persistence, strategi
latihan, strategi elaborasi, strategi pengorganisasian, strategi berpikir
kritis), dan self regulated learning terhadap prokrastinasi akademik pada
mahasiswa.
Hipotesis minor:
H1: Ada pengaruh yang signifikan effort pada self efficacy terhadap
prokrastinasi akademik pada mahasiswa.
Ha2: Ada pengaruh yang signifikan initiative pada self efficacy terhadap
prokrastinasi akademik pada mahasiswa
Ha3: Ada pengaruh yang signifikan persistence pada self efficacy terhadap
prokrastinasi akademik pada mahasiswa.
Ha4: Ada pengaruh yang signifikan strategi latihan pada self regulation
learning terhadap prokrastinasi akademik pada mahasiswa.
Ha5: Ada pengaruh yang signifikan strategi elaborasi pada self regulation
learning terhadap prokrastinasi akademik pada mahasiswa.
H6: Ada pengaruh yang signifikan strategi pengorganisasian pada self
regulation learning terhadap prokrastinasi akademik pada
mahasiswa.
H7: Ada pengaruh yang signifikan strategi berpikir kritis pada self
regulation learning terhadap prokrastinasi akademik pada
mahasiswa.
28
H8: Ada pengaruh yang signifikan strategi pengaturan diri metakognitif
pada self regulation learning terhadap prokrastinasi akademik pada
mahasiswa.
H9: Ada pengaruh yang signifikan strategi manajemen waktu dan
lingkungan belajar pada self regulation learning terhadap
prokrastinasi akademik pada mahasiswa.
H10: Ada pengaruh yang signifikan strategi pengaturan usaha pada self
regulation learning terhadap prokrastinasi akademik pada
mahasiswa.
H11: Ada pengaruh yang signifikan strategi belajar pada self regulation
learning dengan teman terhadap prokrastinasi akademik pada
mahasiswa.
H12: Ada pengaruh yang signifikan strategi pencarian bantuan pada self
regulation learning terhadap prokrastinasi akademik pada
mahasiswa.
29
BAB 3
METODE PENELITIAN
Pada bab tiga ini akan diuraikan mengenai populasi dan sampel, teknik
pengambilan sampel, variabel penelitian dan definisi operasional dari variabel
penelitian. Selanjutnya akan dibahas juga instrumen pengumpulan data. Pengujian
validitas alat ukur, prosedur pengumpulan data dan metode analisis data yang
digunakan untuk menemukan jawaban atas pertanyaan atau hipotesa penelitian.
3.1 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah sebagai kelompok subjek yang hendak dikenai
generalisasi hasil penelitian (Azwar, 1997). Populasi dalam penelitian ini adalah
mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang terdiri dari laki-laki dan
perempuan. Penelitian ini bersifat kuantitatif, peneliti menggunakan jenis
penarikan teknik sampel non-probabilita.
Sampel yang digunakan berjumlah 160 orang dengan teknik penarikan
accidental sampling. Teknik ini didasarkan pada kemudahan (convience)
(Prasetyo & Jannah, 2005).
3.2 Variabel Penelitian
3.2.1 Identifikasi Variabel
Adapun variable penelitian yang diteliti dalam penelitian ini ada dua jenis
terdiri dari:
1. Variabel terikat (Dependent Variable) dalam penelitian ini yaitu: prokrastinasi
akademik yang dilambangkan dengan:
Y = Prokrastinasi akademik
30
2. Variabel bebas (Independent Variable) dalam penelitian ini yaitu: self efficacy
(effort, initiative, persistence) dan self regulated learning (strategi latihan,
elaborasi, pengorganisasian, berpikir kritis, pengaturan diri-metakognitif,
manajemen waktu dan lingkungan, pengaturan usaha, belajar dengan
teman, dan pencarian bantuan). Variabel bebas tersebut dapat dilambangkan
sebagai:
X1 = effort
X2 = initiative
X3 = persistence
X4 = strategi latihan
X5 = elaborasi X6 = pengorganisasian
X7 = berpikir kritis
X8 = pengaturan diri-metakognitif
X9 = manajemen waktu dan lingkungan
X10 = pengaturan usaha
X11 = belajar dengan teman X12 = pencarian bantuan
3.2.2 Definisi operasional variabel
1. Dependent Variabel: Prokrastinasi akademik
Definisi Operasional: prokrastinasi akademik merupakan prilaku menunda
mengerjakan tugas akademik. Dengan mengacu pada teori Ferrari (1995).
prokrastinasi akademik diukur melalui beberapa aspek yaitu adanya
(1) penundaan dalam memulai maupun menyelesaikan tugas.
(2) kelambanan dalam mengerjakan tugas.
(3) kesenjangan waktu antara rencana dengan kinerja actual.
(4) kecenderungan untuk melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan.
31
2. Independent Variable: Self efficacy
Penelitian ini mengukur aspek dari self efficacy. Self efficacy adalah
sebagai keyakinan seseorang pada kemampuannya untuk mengatur dan
menentukan perilaku yang tepat yang dibutuhkan untuk mencapai sesuatu
(Borscher & Smit,1997). Self efficacy dibagi menjadi beberapa aspek:
(1) initiative adalah kesediaan mahasiswa untuk berperilaku lebih dulu
(2) effort adalah kesedian mahasiswa untuk berusaha dalam menyempurnakan
perilakunya.
(3) persistence adalah kegigihan mahasiswa dalam menghadapi kesulitan.
3. Independent Variable: Self regulated learning
Penelitian ini mengukur aspek dari self regulated learning. Dalam
penelitian ini yang dimaksud dengan self regulated learning yaitu strategi
latihan, elaborasi, pengorganisasian, berpikir kritis, pengaturan diri
metakognitif, manajemen waktu dan lingkungan pengaturan usaha,
belajar dengan teman, dan pencarian bantuan (Pintrich, Smith, Garcia &
MCkeachie dalam Artino, 2009).
Variabel self regulated learning terbagi menjadi 9 aspek yaitu :
(1) Latihan dintandai dengan mahasiswa aktif membaca tugas sesuai dengan
rencana, mendengarkan ceramah dan menulis catatan pelajaran.
(2) Elaborasi ditandai dengan mahasiswa menyimpan informasi dalam memori
jangka panjang dengan membangun hubungan internal antara hal yang harus
dipelajari
32
(3) Pengorganisasian ditandai dengan mahasiswa berupaya aktif yang
menghasilkan mahasiswa yang terlibat dalam tugas. Strategi
pengorganisasian meliputi mengelompokan, menguraikan, memilih ide
utama bacaan, dan memperhatikan judul, diagram, tabel, gambar dan grafik
strategi ini membantu mahasiswa dalam memilih informasi yang sesuai dan
juga membuat hubungan dengan informasi dalam pelajaran.
(4) Berpikir kritis ditandai dengan mahasiswa melaporkan pengetahuan yang
diperoleh sebelumnya untuk situasi baru dalam rangka untuk memecahkan
masalah, mengambil keputusan, atau membuat evaluasi kritis sehubungan
dengan standar-standar keunggulan.
(5) Pengaturan diri metakognitif ditandai dengan mahasiswa mengacu pada
pengetahuan, kesadaran dan kontrak serta pengaturan dari kognisi, pada
Motivated Strategi For Leaning Questionnaire (MSLQ) aspek metacognitive
focus pada aspek control dan regulasi diri dan bukan pada komponen
pengetahuan, pengaturan diri metakognitif ini, memperhatikan penggunaan
strategi yang membantu mahasiswa dalam mengontrol dan mengatur kognisi
yang dimilikinya seperti perencanaan, pengawasan dan pengaturan.
(6) Manajemen waktu dan lingkungan ditandai dengan mahasiswa memanajemen
waktu dan lingkungan belajar. Manajemen waktu termasuk jadwal waktu
untuk belajar, rencana mingguan atau bulanan untuk tugas, tes dan ujian, dan
secara efektif menggunakan waktu belajar untuk seting tujuan realistik.
33
(7) Pengaturan usaha ditandai dengan mahasiswa menekankan self management
dan mencerminkan komitmen untuk menyesaikan tugas dan mencapai tujuan
seseorang meskipun mengalami kesulitan dan gangguan.
(8) Belajar dengan teman ditandai dengan mahasiswa mengacu pada dialog antar
teman dan pertukaran intelektual, ide dan informasi yang dapat membantu
mahasiswa menjelaskan materi palajaran dan menemukan informasi bahwa
mahasiswa tidak akan mampu melakukan sendiri.
(9) Pencarian bantuan ditandai dengan mahasiswa mengacu pada proses dimana
mahasiswa meminta teman- teman dan guru untuk menjalaskan materi
pelajaran yang membingungkan dan karenanya dapat mempercepat
pencapaian.
3.3 Pengumpulan data
3.3.1 Teknik pengumpulan data
Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data menggunakan skala
sebagai alat pengumpulan data, skala adalah sejumlah pernyataan tertulis untuk
memperoleh jawaban dari responden. Skala yang digunakan adalah model skala
Likert yang telah dimodifikasi yaitu pernyataan pendapat yang disajikan kepada
responden yang memberi pernyataan sesuai atau tidak sesuai (Sevilla, 2006).
Skala yang digunakan mengenai prokrastinasi akademik, self efficacy dan
self regulated learning. Respon yang diminta adalah untuk mengisi setiap
pernyataan dengan memberi ceklist pada kolom yang sesuai respon subjek yang
diklasifikasikan benar-salah, semua jawaban dapat diterima sesuai jawaban jujur
dan sunguh-sunguh.
34
Untuk pemberian skor dari skala ini jawaban antara pernyataan yang
bersifat Favorable atau unfavorable, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 3.1
Skoring Instrumen
Pilihan jawaban Favorable Unfavorable
Sangat Sesuai (SS) 4 1
Sesuai (S) 3 2
Tidak Sesuai (TS) 2 3
Sangat Tidak Sesuai (STS) 1 4
3.4 instrument penelitian
Metode yang akan digunakan untuk melakukan pengumpulan data dalam
penelitian ini adalah mengunakan skala. Skala yang digunakan untuk
pengumpulan data penelitian ini ada tiga yaitu skala self efficacy, self regulated
learning dan prokrastinasi akademik.
1. Prokrastinasi Akademik.
Dalam penelitian ini bentuk alat ukur yang digunakan peneliti untuk
melakukan pengukuran prokrastinasi akademik yang mengacu kepada empat
aspek prokrastinasi yang dikemukakan oleh Ferrari (1995) yaitu penundaan
untuk memulai maupun menyelesaikan tugas, kelambanan dalam
menyelesaikan tugas, kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja aktual
dan kecenderungan untuk melaksanakan aktivitas lain yaitu yang bersifat
hiburan.
Adapun tabel blue print penyebaran item skala prokrastinasi akademik
adalah sebagai berikut:
35
Tabel 3.2
Blue Print Skala Prokrastinasi Akademik
Aspek Indikator No item Jumla
h
Item No Favorabel Unfovarabel
1. Penundaan
untuk
memulai
maupun
menyelesaika
n tugas
Menunda dalam mengerjakan tugas
secara tuntas
2, 9, 16,
29,23, 32,
33, 34
8,15,22,1,38
13
2. Kelambanan
dalam
menyelesaika
n tugas
Memerlukan waktu lama untuk
mempersiapkan diri
untuk mengerjakan
tugas
4, 11, 30 3, 10, 24 6
Tidak
memperhitungkan
waktu untuk
menyelesaikan tugas
13, 19 2
3. Kesenjangan
waktu antara
rencana dan
kerja actual
Kesulitan untuk
melakukan sesuatu
yang telah dilakukan
sebelumnya
6, 26, 36 5, 18, 38 6
Keterlambatan dalam memenuhi
batas waktu yang
telah ditentukan
dalam
menyelesaikan tugas
17, 39 12, 35 4
4. Kecenderunga
n untuk
melaksanakan
aktivitas lain
yang bersifat
hiburan
Melakukan aktivitas yang menyenangkan
dari pada
menyelesaikan tugas
21, 28, 31 7, 14, 20, 27,
37
8
Jumlah peryataan 22 17 39
2. Skala self efficacy
Dalam penelitian ini bentuk alat tes ukur yang digunakan peneliti general
self efficacy Sheher berdasarkan teori sherer (1982, yang kemudian dikembangkan
36
oleh Bossherer & Smit, 1997) dengan mengunakan skala Likert. Adapun tabel
blue print penyebaran item skala self efficacy adalah sebagai berikut:
Tabel 3.3
Blue print skala self efficacy
No Aspek Indikator No item Jumlah
Item Favorable Unfovarable
1. Initiative
Tidak memaksakan
diri saat merasakan
kesulitan
1
3
Tidak mau mempelajari hal baru
jika terlihat sulit
2
Menyerah saat mengalami kegagalan
dalam mempelajari hal
baru
3
2. Effort
Mengerjakan tugas sesuai rencana atau
jadwal yang telah
dibuat
4, 7 5
Tetap berusaha walaupun hal tersebut
tidak menyenangkan
6
Pantang menyerah walaupun pernah
menghadapi kegagalan
8, 11
3.
Persistence
Tidak dapat mengatasi masalah
5, 10 4
Tidak dapat mencapai
tujuan yang sudah di
buat
9
Tidak yakin atas kemampuan diri
12
Jumlah peryataan 5 7 12
37
3. Skala self regulated learning
Self regulated learning merupakan variabel laten yakni variabel yang tidak
dapat diamati secara langsung secara langsung, sehingga memerlukan sebuah
instrument dalam pengukurannya. Salah satu instrument yang dapat mengukur self
regulated learning yaitu motivation strategies for learning Questionnaire
(MSLQ) yang dikembangkan oleh Pintrich, Smith, Garcia & MCkeachie (dalam
Artino, 2009). MSLQ dikembangkan menggunakan pandangan sosial kognitif dari
motivasi dan self legulated learning. Dari kerangka teoritis tersebut, maka
dikembangkanlah MSLQ yang terdiri atas 81 item dengan dua skala yakni
motivation scale (intrinsic & extrisic goal orientation task orientation, task value,
control of learning beliefs, self efficacy for learning &performance, tes anxiety)
dan learning strategies scale (rehearsal, elaboration, organization, critical
thinking, metacognitive self regulation, time/study environmental management,
efforttt regulation, peer learning, help seeking).
Dalam penelitian ini, peneliti mengunakan skala bagian yang kedua dari
Motivated Strategies for Learning Questionnarire (MSLQ) yaitu learning
strategies scale yang terdiri dari dimensi sebagai berikut: strategi latihan,
elaborasi, pengorganisasian, berpikir kritis, pengaturan diri metakognitif,
pengaturan waktu dan lingkungan belajar, pengaturan usaha belajar dengan teman,
dan pencarian bantuan. Adapun blue print skala self regulated learning dijelaskan
dalam tabel 3.4
38
Tabel 3.4
Blue Print Skala Self Regulated Learning
No Dimensi Indikator Item
Jumlah favorable unfavorable
1 Latihan Mengulangi materi pelajaran dan menulis
catatan
Aktif menghadiri kelas
8,15,28
41
3
1
2 Elaborasi Membangun hubungan internal antara hal yang
harus dipelajari
Mengunakan informasi dari berbagai sumber untuk memahami
materi
31,33,38
22,36,50
3
3
3 Pengorganisasian Mengelompokan memilih ide utama dari
materi pelajaran
Menyusun dan memperhatikan judul,diagram,tabel,
gambar dan grafik
dalam memahami materi
1,11,32
18
3
1
4 Berpikir kritis Selalu tertarik tentang hal yang baru diketahui
dan memikirkan kemungkinan
alternative
Mengembangkan ide-ide yang dimiliki
7,40
16,20,35
2
3
5 Pengaturan diri
megakognitif Menyusun strategi dan
rencana dalam proses
belajar
Mengontrol dan mengevaluasi proses
belajar yang telah
dijalankan
5,10,23,24,3
0,45,47,48
13,25
26
2
9
3
6 Manajemen
waktu dan lingkungan
belajar
Membuat jadwal waktu untuik belajar
Mengatur tempat khusuas untuik belajar
12,39,42
4,34
21,46,49
6
2
7 Pengaturan usaha Pengaturan self
management
Komitmen untuk menyelesaikan tugas
17,43
6,29
2
2
8 Belajar dengan teman
Pertukaran ide dan informasi dengan teman
Bekerja sama dengan teman dalam
menyelesaikan tugas
3,19
14
2
1
9 Pencarian bantuan
Meminta bantuan teman
Meminta bantuan guru
37,44
27
9 3
1
Jumlah 42 8 50
39
3.4.1. Uji Validitas Skala
Peneliti selanjutnya melakukan uji validitas konstruk instrumen tersebut.
Peneliti menggunakan CFA (Confirmatory Faktor Analysis) untuk pengujian
validitas instrumen. Adapun logika dari CFA:
1. Bahwa ada sebuah konsep atau trait yang didefinisikan secara operasional
sehingga dapat disusun suatu pertanyaan untuk mengukurnya. Trait ini
disebut faktor, sedangkan pengukuran terhadap faktor ini dilakukan melalui
analisis terhadap respon atas item-itemnya.
2. Diteorikan setiap item hanya mengukur satu faktor saja, begitupun juga
subskalanya hanya mengukur satu faktor juga. Artinya baik item maupun
subskala bersifat unideminsional.
3. Dengan data yang tersedia dapat digunakan untuk mengestimasi matriks
korelasi antar item yang seharusnya diperoleh jika memang unideminsional.
Matriks korelasi ini disebut sigma (Σ), kemudian dibandingkan dengan
matriks dari data empiris, yang disebut matriks S. Jika teori itu benar
(unideminsional) maka tentunya tidak ada perbedaan antara matris Σ dengan
matriks S atau bisa juga dinyatakan dengan Σ-S=0.
4. Pernyataan tersebut dijadikan hipotesis nihil yang kemudian diuji dengan
Chi-Square. Jika hasil Chi-Square tidak signifikan p>0.05, maka hipotesis
nihil tersebut “tidak ditolak”. Artinya teori unidimensionalitas tersebut dapat
diterima bahwa item hanya mengukur satu faktor saja. Namun jika nilai Chi
Square signifikan (p < 0,05), maka perlu dilakukan modifikasi model
pengukuran dengan cara mengestimasi korelasi antar kesalahan pengukuran
40
pada beberapa item yang mungkin bersifat multidimensional. Ini berarti
bahwa selain suatu item mengukur konstruk yang ingin diukur (sesuai teori),
juga dapat dilihat apakah item tersebut mengukur hal yang lain (mengukur
lebih dari satu hal). Jika setelah beberapa kesalahan pengukuran disebabkan
untuk saling berkorelasi dan akhirnya diperoleh model yang Fit, maka model
terakhir inilah yang akan digunakan pada langkah selanjutnya.
5. Jika model Fit, maka langkah selanjutnya menguji apakah item signifikan
dalam mengukur apa yang hendak diukur, dengan menggunakan t-test. Jika
hasil t-test tidak signifikan maka item tersebut tidak signifikan dalam
mengukur apa yang hendak diukur, bila perlu item yang demikian di drop dan
sebaliknya. Signifikan atau tidaknya item mengukur satu faktor dapat dilihat
melalui nilai t yang merupakan koefisien muatan faktor item.
Perbandingannya adalah jika t > 1.96 maka item tersebut signifikan dan
sebaliknya.
6. Apabila dari hasil CFA terdapat item yang koefisien muatan faktornya
negatif, maka item tersebut harus didrop. Sebab hal ini tidak sesuai dengan
sifat item, yang bersifat positif (favorable).
7. Terakhir, apabila kesalahan pengukuran item terlalu banyak berkorelasi,
maka item tersebut akan di drop. Sebab, item yang demikian selain
mengukur apa yang hendak diukur, ia juga mengukur hal lain.
8. Adapun pengujian analisis CFA seperti ini dilakukan dengan bantuan
software LISREL 8.80
41
3.4.1.1 Prokrastinasi Pada Mahasiswa UIN
Dari hasil analisis CFA yang telah dilakukan dengan model satu faktor, ternyata
tidak Fit dengan Chi-Square=4286.91, df=702, P-value=0.00000, RMSEA=0.179
Gambar 3.5 Analisis Konfirmatorik pada prokrastinasi
Setelah dilakukan modifikasi sebanyak 307 kali diketahui nilai Chi-Square =
437.45, df = 394, P-value = 0.06454, RMSEA = 0.026 Nilai Chi-Square
menghasilkan P-value> 0.05, yang artinya model satu faktor dapat diterima yang
berarti seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu prokrastinasi pada mahasiswa
UIN akademik pada gambar 3.5.
42
Tabel 3.5
Muatan Faktor Item Prokrastinasi Pada Mahasiwa Uin
No.
item Koefisien Standar error Nilai t Signifikan
1 0.35 0.08 4.52 √
2 0.59 0.08 7.74 √
3 0.24 0.08 3.00 √
4 0.27 0.08 3.23 √
5 0.32 0.08 3.94 √
6 0.45 0.08 5.73 √
7 0.43 0.08 5.49 √
8 -0.53 0.08 -6.65 X
9 0.63 0.08 8.08 √
10 0.42 0.08 5.13 √
11 0.67 0.08 8.77 √
12 0.18 0.09 2.04 √
13 0.40 0.08 5.03 √
14 0.19 0.08 2.30 √
15 0.23 0.08 2.91 √
16 0.47 0.08 5.79 √
17 0.61 0.08 7.93 √
18 0.12 0.08 1.36 X
19 0.35 0.08 4.42 √
20 0.38 0.08 4.73 √
21 0.51 0.08 6.45 √
22 0.45 0.08 5.67 √
23 0.39 0.08 4.78 √
24 0.28 0.08 3.46 √
25 0.68 0.07 9.22 √
26 0.30 0.08 3.68 √
27 0.61 0.07 8.21 √
28 0.55 0.08 7.13 √
29 0.59 0.08 7.58 √
30 0.52 0.08 6.67 √
31 0.75 0.08 9.98 V
32 0.71 0.07 9.53 √
33 0.77 0.07 10.56 √
34 0.08 0.08 0.92 X
35 0.52 0.08 6.49 √
36 0.03 0.08 0.33 X
37 0.33 0.08 4.49 √
38 0.24 0.08 2.93 √
39 0.37 0.08 4.70 √
Keterangan : √ = Signifikan (t > 1.96) ; X = Tidak Signifikan;
43
Pada model pengukuran item prokrastinasi ini diketahui terdapat kesalahan dari
tabel 3.5, hasilnya menunjukan nilai t bagi koefisien muatan faktor 39 item,
ternyata terdapat 3 item yang tidak signifikan, dimana item tersebut memiliki
muatan faktor lebih kecil dari 1.96. Item tersebut adalah item nomor 18,34 dan
item nomor 36. Selanjutnya melihat muatan faktor dari item, apakah ada yang
bermuatan negatif, maka diketahui terdapat 1 item yang memiliki muatan faktor.
Item tersebut adalah item nomor 8. Berdasarkan penjabaran di atas, maka item-
item tersebut selanjutnya di drop.
Matriks korelasi prokrastinasi pada mahasiswa UIN
Pada model pengukuran item prokrastinasi ini diketahui terdapat kesalahan
pengukuran item yang saling berkorelasi, dikarenakan jumlah item lebih dari 10
item dan item tersebut tidak berkorelasi lebih dari 5 kali. Dan terdapat 16 item
yang di drop karena berkorelasi lebih dari 5 kali yang artinya model satu faktor
dapat diterima yang berarti seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu
prokrastinasi pada Mahasiswa yaitu 15, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33,
35, 37, 38 dan 39.
3.4.1.2 Self efficacy
3.4.1.2.1 Effort
Peneliti menguji apakah 5 item yang ada bersifat unidimensional, artinya
benar-benar hanya variabel effort. Dari hasil analisis CFA yang telah dilakukan
dengan model satu faktor, ternyata tidak Fit dengan Chi-Square=14.64, df=5, P-
value=0.01203, RMSEA=0.110. Sehingga peneliti perlu melakukan modifikasi
sebanyak 1 kali terhadap model dan dari hasil analisis CFA yang telah dilakukan
44
diketahui nilai Chi-Square=8.81, df=4, P-value=0.06590, RMSEA=0.087 Nilai
Chi-Square menghasilkan P-value> 0.05, Item tersebut mengukur faktor yang
hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di drop atau
tidak. Maka selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien
muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap
koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.6
Tabel 3.6
Muatan Faktor Item Effort
Dari tabel 3.6, hasilnya menunjukan nilai t bagi koefisien muatan faktor 5
item seluruhnya signifikan, dimana item tersebut memiliki muatan faktor >1.96.
Selanjutnya melihat muatan faktor dari item, apakah ada yang bermuatan negatif,
maka diketahui tidak ada item yang memiliki muatan faktor negatif.
Matriks korelasi effort pada mahasiswa UIN
Tahap selanjutnya adalah melihat apakah model pengukuran ini memiliki
kesalahan pengukuran item yang saling berkorelasi. Artinya bahwa item-item
tersebut bersifat multidimensional pada dirinya masing-masing. Untuk
mengetahui korelasi antar kesalahan pengukurannya dapat dilihat pada tabel 3.7
(dapat dilihat pada lampiran).
Pada model pengukuran item effort ini diketahui tidak terdapat kesalahan
pengukuran item yang saling berkorelasi.dikarenakan item jumlah item kurang
No. item Koefisien Standar error Nilai t Signifikan
4 0.63 0.08 7.99 √
6 0.58 0.08 7.99 √
7 0.64 0.08 8.12 √
8 0.85 0.07 11.8 √
11 0.71 0.08 9.43 √
Keterangan : √ = Signifikan (t > 1.96) ; X = Tidak Signifikan
45
dari sepuluh dan item tersebut tidak berkorelasi lebih dari 3 kali. Oleh karena itu
semua item dapat ikut dianalisis dalam perhitungan skor faktor.
3.4.1.2.2 Initiative
Peneliti menguji apakah 3 item yang ada bersifat unidimensional, artinya
benar-benar Pada model pengukuran item initiative ini diketahui tidak terdapat
kesalahan pengukuran item yang saling berkorelasi, Sehingga semua item dapat
ikut dianalisis dalam perhitungan skor faktor, hanya variable initiative. Dari hasil
analisis CFA yang telah dilakukan dengan model satu faktor, ternyata item
tersebut Fit, dengan Chi-Square=0.00, df=0, P-value=1.00000, RMSEA=0.00.
Sehingga peneliti tidak perlu melakukan modifikasi terhadap item tersebut.
Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut mengukur
faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di
drop atau tidak. Maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien
muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap
koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.8
Tabel 3.8
Muatan Faktor Item Initiative
No. item Koefisien Standar error Nilai t Signifikan
1 0.68 0.09 7.73 √
2 1.00 0.10 10.37 √
3 0.48 0.08 5.79 √
Keterangan : √ = Signifikan (t > 1.96) ; X = Tidak Signifikan; * = item bermuatan
koefisien negative
Dari tabel 3.8, hasilnya menunjukan nilai t bagi koefisien muatan faktor 3
item seluruhnya signifikan, dimana item tersebut memiliki muatan faktor >1.96.
Selanjutnya melihat muatan faktor dari item, apakah ada yang bermuatan negatif,
maka diketahui tidak ada item yang memiliki muatan faktor negatif.
46
Matriks korelasi initiative pada mahasiswa UIN
Tahap selanjutnya adalah melihat apakah model pengukuran ini memiliki
kesalahan pengukuran item yang saling berkorelasi. Artinya bahwa item-item
tersebut bersifat multidimensional pada dirinya masing-masing. Untuk
mengetahui korelasi antar kesalahan pengukurannya dapat dilihat pada tabel 3.9
(dapat dilihat pada lampiran).
Pada model pengukuran item initiative ini diketahui tidak terdapat
kesalahan pengukuran item yang saling berkorelasi.dikarenakan item jumlah item
kurang dari 10 dan item tersebut tidak berkorelasi lebih dari 3 kali. Oleh karena
itu semua item dapat ikut dianalisis dalam perhitungan skor faktor.
3.4.1.2.3. Persistence
Nilai Chi-Square menghasilkan P-value> 0.05, yang artinya model satu
faktor dapat diterima yang berarti seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu
prokrastinasi pada Mahasiswa.Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan
item tersebut.
Peneliti menguji apakah 4 item yang ada bersifat unidimensional, artinya
benar-benar hanya variabel persistence. Dari hasil analisis CFA yang telah
dilakukan dengan model satu faktor, Peneliti menguji apakah 4 item yang ada
bersifat unidimensional, artinya benar-benar hanya variable persistence. Dari hasil
analisis CFA yang telah dilakukan dengan model satu faktor, ternyata item
tersebut Fit, Chi-Square = 0.00, df = 0, P-value = 1.00000, RMSEA = 0.000.
Sehingga peneliti tidak perlu melakukan modifikasi terhadap model. Selanjutnya
47
pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan
faktor, seperti pada tabel 3.10.
Tabel 3.10
Muatan Faktor Item Persistence
No. item Koefisien Standar error Nilai t Signifikan
5 0.85 0.40 2.10 √
9 0.19 0.12 0.59 X
10
12
0.60
0.42
0.29
0.21
2.10
1.98
√
√
Keterangan : √ = Signifikan (t > 1.96) ; X = Tidak Signifikan
Dari tabel 3.10 hasilnya menunjukan nilai t bagi koefisien muatan faktor 4
item, ternyata terdapat 1 item yang tidak signifikan, dimana item tersebut
memiliki muatan faktor lebih kecil dari 1.96. Item tersebut adalah item nomor 9
Selanjutnya melihat muatan faktor dari item, apakah ada yang bermuatan negatif,
maka diketahui tidak terdapat item yang memiliki muatan negatif.
Matriks korelasi persistence pada mahasiswa UIN
Tahap selanjutnya adalah melihat apakah model pengukuran ini memiliki
kesalahan pengukuran item yang saling berkorelasi. Artinya bahwa item tersebut
bersifat multidimensional pada dirinya masing-masing. Untuk mengetahui
korelasi antar kesalahan pengukurannya dapat dilihat pada tabel 3.11 (dapat
dilihat pada lampiran).
Pada model matrik dapat dilihat pada lampiran pengukuran item
persistence ini diketahui tidak terdapat kesalahan pengukuran item yang saling
berkorelasi dikarenakan item jumlah item kurang dari sepuluh dan item tersebut
tidak berkorelasi lebih dari 3 kali. Oleh karena itu semua item dapat ikut dianalisis
dalam perhitungan skor faktor.
48
3.4.1.3 Self regulated learning
3.4.1.3.1 Latihan
Peneliti menguji apakah 4 item yang ada bersifat unidimensional, artinya
benar-benar hanya variabel latihan. Dari hasil analisis CFA yang telah dilakukan
dengan model satu faktor, ternyata tidak Fit dengan Chi-Square=14.09, df=5, P-
value=0.01504, RMSEA=0.107 Sehingga peneliti perlu melakukan modifikasi
terhadap model dan Setelah dilakukan modifikasi sebanyak 1 kali, diketahui nilai
Chi-Square=6.18, df=4, P-value=0.18633, RMSEA=0.059 Nilai Nilai Chi-Square
menghasilkan P-value> 0.05, yang artinya model satu faktor dapat diterima yang
berarti seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu latihan.yang artinya model
satu faktor dapat diterima yang berarti seluruh item mengukur satu faktor saja
yaitu latihan pada mahasiswa.Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan
item tersebut mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah
item tersebut perlu di drop atau tidak. Maka pengujiannya dilakukan dengan
melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor tabel 3.12.
Tabel 3.12
Muatan Faktor Item Latihan
No. item Koefisien Standar error Nilai t Signifikan
8 0.55 0.08 7.99 √
15 0.66 0.08 7.99 √
28 0.85 0.08 8.12 √
41 0.51 0.08 6.09 √
Keterangan : √ = Signifikan (t > 1.96) ; X = Tidak Signifikan
Dari tabel 3.12, hasilnya menunjukan nilai t bagi koefisien muatan faktor 4
item seluruhnya signifikan, dimana item tersebut memiliki muatan faktor lebih
besar dari 1.96. Selanjutnya melihat muatan faktor dari item, apakah ada yang
49
bermuatan negatif, maka diketahui tidak ada item yang memiliki muatan faktor
negatif.
Matriks korelasi latihan pada mahasiswa UIN
Tahap selanjutnya adalah melihat apakah model pengukuran ini tidak
memiliki kesalahan pengukuran item yang saling berkorelasi. Artinya bahwa
item-item tersebut bersifat multidimensional pada dirinya masing-masing. Untuk
mengetahui korelasi antar kesalahan pengukurannya dapat dilihat pada tabel 3.13
dapat dilihat pada lampiran).
Pada model pengukuran item latihan ini diketahui tidak terdapat kesalahan
pengukuran item yang saling berkorelasi, dikarenakan item jumlah item kurang
dari sepuluh dan item tersebut tidak berkorelasi lebih dari 3 kali. Oleh karena itu
semua item dapat ikut dianalisis dalam perhitungan skor faktor.
3.4.1.3.2. Elaborasi
Peneliti menguji apakah 6 item yang ada bersifat unidimensional, artinya
benar-benar hanya variabel Elaborasi. Dari hasil analisis CFA yang telah
dilakukan dengan model satu faktor, ternyata item tersebut tidak Fit, Chi-
Square=24.45, df=9, P-value=0.00364, RMSEA=0.104Sehingga peneliti perlu
melakukan modifikasi terhadap model dan Setelah dilakukan modifikasi sebanyak
2 kali, diketahui nilai Chi-Square=11.39, df=7, P-value=0.12262, RMSEA=0.063
Nilai Chi-Square menghasilkan P-value> 0.05, yang artinya model satu faktor
dapat diterima yang berarti seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu latihan
pada mahasiswa Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut
mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut
50
perlu di drop atau tidak. Maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang
koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t
bagi setiap koefisien muatan faktor tabel 3.14.
Tabel 3.14
Muatan Faktor Item Elaborasi
No. item Koefisien Standar error Nilai t Signifikan
22 0.36 0.09 4.11 √
31 0.75 0.08 9.61 √
33 0.57 0.08 7.10 √
36 0.41 0.08 4.88 √
38 0.82 0.08 10.59 √
50 0.50 0.08 6.07 √
Keterangan : √ = Signifikan (t > 1.96) ; X = Tidak Signifikan
Dari tabel 3.14, hasilnya menunjukan nilai t bagi koefisien muatan faktor 6
item seluruhnya signifikan, dimana item tersebut memiliki muatan faktor > 1.96.
Selanjutnya melihat muatan faktor dari item, apakah ada yang bermuatan negatif,
maka diketahui tidak ada item yang memiliki muatan faktor negatif.
Matriks korelasi latihan pada mahasiswa UIN
Tahap selanjutnya adalah melihat apakah model pengukuran ini terdapat
kesalahan pengukuran item yang saling berkorelasi. Artinya bahwa item-item
tersebut bersifat multidimensional pada dirinya masing-masing. Untuk
mengetahui korelasi antar kesalahan pengukurannya dapat dilihat pada tabel 3.15
(dapat dilihat pada lampiran).
Pada model pengukuran item elaborasi ini diketahui tidak terdapat
kesalahan pengukuran item yang saling berkorelasi dikarenakan item jumlah item
kurang dari sepuluh dan item tersebut tidak berkorelasi lebih dari 3 kali. Oleh
karena itu semua item dapat ikut dianalisis dalam perhitungan skor faktor.
51
3.4.1.3.3 Pengorganisasian
Peneliti menguji apakah 4 item yang ada bersifat unidimensional, artinya
benar-benar hanya variabel pengorganisasian. Dari hasil analisis CFA yang telah
dilakukan dengan model satu faktor, ternyata item tersebut Fit, dengan Chi-
Square=4.52, df=2, P-value=0.10440, RMSEA=0.089. Sehingga peneliti tidak
perlu melakukan modifikasi terhadap item tersebut.
Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut mengukur
faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di
drop atau tidak. Maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien
muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap
koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.16.
Tabel 3.16
Muatan Faktor Item Pengorganisasian
Dari tabel 3.16, hasilnya menunjukan nilai t bagi koefisien muatan faktor 4
item seluruhnya signifikan, dimana item tersebut memiliki muatan faktor lebih
besar dari 1.96. Selanjutnya melihat muatan faktor dari item, apakah ada yang
bermuatan negatif, maka diketahui semua item signifikan. Artinya, item dari tabel
3.16 di atas di tidak pelu ada yang di drop.
No. item Koefisien Standar error Nilai t Signifikan
1 0.41 0.09 4.34 √
11 0.57 0.09 5.68 √
18 0.31 0.09 3.29 √
32 0.81 0.12 6.94 √
Keterangan : √ = Signifikan (t > 1.96) ; X = Tidak Signifikan; * = item
bermuatan koefisien negatif
52
Matriks korelasi pengorganisasian pada mahasiswa UIN
Tahap selanjutnya adalah melihat apakah model pengukuran ini terdapat
kesalahan pengukuran item yang saling berkorelasi. Artinya bahwa item-item
tersebut bersifat multidimensional pada dirinya masing-masing. Untuk
mengetahui korelasi antar kesalahan pengukurannya dapat dilihat pada tabel 3.17
(dapat dilihat pada lampiran).
Pada model pengukuran item pengorganisasian ini diketahui tidak terdapat
kesalahan pengukuran item yang saling berkorelasi. Dikarenakan item jumlah
item kurang dari sepuluh dan item tersebut tidak berkorelasi lebih dari 3 kali. Oleh
karena itu semua item dapat ikut dianalisis dalam perhitungan skor faktor.
3.4.1.3.4. Berpikir kritis
Peneliti menguji apakah 6 item yang ada bersifat unidimensional, artinya
benar-benar hanya variabel berpikir kritis. Dari hasil analisis CFA yang telah
dilakukan dengan model satu faktor, ternyata item tersebut tidak Fit Chi-
Square=14.09, df=5, P-value=0.01504, RMSEA=0.107 Sehingga peneliti perlu
melakukan modifikasi terhadap model dan setelah dilakukan modifikasi sebanyak
1 kali, diketahui nilai Chi-Square=6.18, df=4, P-value=0.18633, RMSEA=0.059
Nilai Chi-Square menghasilkan P-value> 0.05, yang artinya model satu faktor
dapat diterima yang berarti seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu latihan
pada mahasiswa. Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut
mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut
perlu di drop atau tidak. Maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang
53
koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t
bagi setiap koefisien muatan faktor tabel 3.18.
Tabel 3.18
Muatan Faktor Item Berpikir Kritis
No. item Koefisien Standar error Nilai t Signifikan
7 0.07 0.11 0.65 X
16 0.64 0.14 4.68 √
20 0.43 0.11 3.93 √
35 0.52 0.12 4.31 √
40 0.13 0.12 1.11 X
Keterangan : √ = Signifikan (t > 1.96) ; X = Tidak Signifikan
Tahap selanjutnya Pada model pengukuran item Dari tabel 3.18 hasilnya
menunjukan nilai t bagi koefisien muatan faktor 5 item, ternyata terdapat 2 item
yang tidak signifikan, dimana item tersebut memiliki muatan faktor < 1.96. Item
tersebut adalah item nomor 7 dan item nomor 40. Selanjutnya melihat muatan
faktor dari item, dan tidak ada yang bermuatan negatif maka item < 1.96 tersebut
selanjutnya di drop.
Matriks korelasi berpikir kritis pada mahasiswa UIN
Tahap selanjutnya adalah melihat apakah model pengukuran ini terdapat
kesalahan pengukuran item yang saling berkorelasi. Artinya bahwa item-item
tersebut bersifat multidimensional pada dirinya masing-masing. Untuk
mengetahui korelasi antar kesalahan pengukurannya dapat dilihat pada tabel
matriks 3.19 (dapat dilihat pada lampiran).
Pada model pengukuran item berpikir kritis ini diketahui tidak terdapat
kesalahan pengukuran item yang saling berkorelasi.Dikarenakan item jumlah item
kurang dari sepuluh dan item tersebut tidak berkorelasi lebih dari 3 kali. Oleh
karena itu semua item dapat ikut dianalisis dalam perhitungan skor faktor.
54
3.4.1.3.5. Pengaturan diri metakognitif
Peneliti menguji apakah 12 item yang ada bersifat unidimensional, artinya
benar-benar hanya variable metakognitif. Dari hasil analisis CFA yang telah
dilakukan dengan model satu faktor, ternyata item tersebut tidak Fit dengan nilai
Chi-Square=135.72, df=54, P-value=0.00000, RMSEA=0.098 Sehingga peneliti
perlu melakukan modifikasi terhadap model dan Setelah dilakukan modifikasi
sebanyak 8 kali, diketahui nilai Chi-Square=59.09, df=46, P-value=0.09324,
RMSEA=0.042 Chi-Square menghasilkan P-value> 0.05, yang artinya model satu
faktor dapat diterima yang berarti seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu
latihan pada mahasiswa selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item
tersebut mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item
tersebut perlu di drop atau tidak. Maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang
koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t
bagi setiap item.
Tabel 3.20
Muatan faktor item pengaturan diri metakognitif
No. item Koefisien Standar error Nilai t Signifikan
2 0.25 0.09 2.82 √
5 0.37 0.09 4.24 √
10 0.66 0.08 7.86 √
13 0.50 0.08 5.99 √
23 0.21 0.09 3.36 √
24 0.23 0.09 2.57 √
25 0.29 0.09 3.25 √
26 0.14 0.09 1.48 X
30 0.58 0.08 6.97 √
45 0.42 0.09 4.55 √
47 0.59 0.59 7.23 √
48 0.33 0.09 3.71 √
Keterangan : √ = Signifikan (t > 1.96) ; X = Tidak Signifikan
55
Pada model pengukuran item Dari tabel 3.20, hasilnya menunjukan nilai t
bagi koefisien muatan faktor 12 item, ternyata terdapat 1 item yang tidak
signifikan, dimana item tersebut memiliki muatan faktor < 1.96. Item tersebut
adalah item nomor 26. Selanjutnya melihat muatan faktor dari item, dan tidak ada
yang bermuatan negativemaka item-item dibawah 1.96 tersebut selanjutnya di
drop.
Matriks korelasi Pengaturan diri metakognitif pada mahasiswa UIN
Tahap selanjutnya adalah melihat apakah model pengukuran ini terdapat
kesalahan pengukuran item yang saling berkorelasi. Artinya bahwa item-item
tersebut bersifat multidimensional pada dirinya masing-masing. Untuk
mengetahui korelasi antar kesalahan pengukurannya dapat dilihat pada tabel
matriks 3.21 (dapat dilihat pada lampiran).
Pada model pengukuran item pengaturan diri metakognitif ini diketahui
tidak terdapat kesalahan pengukuran item yang saling berkorelasi, dikarenakan
jumlah item lebih dari 10 item dan item tersebut tidak berkorelasi lebih dari 5 kali.
Oleh karena itu semua item dapat ikut dianalisis dalam perhitungan skor faktor.
3.4.1.3.6. Manajemen waktu dan lingkungan belajar
Peneliti menguji apakah 8 item yang ada bersifat unidimensional, artinya
benar-benar hanya variable manajemen waktu dan lingkungan belajar. Dari hasil
analisis CFA yang telah dilakukan dengan model satu faktor, ternyata item
tersebut tidak Fit Chi-Square=93.84, df=20, P-value=0.00000, RMSEA=0.152
Sehingga peneliti perlu melakukan modifikasi terhadap model dan Setelah
dilakukan modifikasi sebanyak 6 kali, diketahui Chi-Square=20.88, df=14, P-
56
value=0.10481, RMSEA=0.056 Chi-Square menghasilkan P-value> 0.05, yang
artinya model satu faktor dapat diterima yang berarti seluruh item mengukur satu
faktor saja yaitu latihan pada mahasiswa selanjutnya, peneliti melihat apakah
signifikan item tersebut mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus
menentukan apakah item tersebut perlu di drop atau tidak. Maka dilakukan
pengujian hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor dari item.
Tabel 3.22
Manajemen waktu dan lingkungan belajar
No. item Koefisien Standar error Nilai t Signifikan
4 0.56 0.10 5.53 √
12 0.49 0.09 5.76 √
21 0.00 0.09 0.04 X
34 0.49 0.09 5.72 √
39 0.68 0.10 6.65 √
42 0.61 0.09 7.12 √
46 0.01 0.09 0.10 X
49 -0.15 0.09 -1.49 X
Keterangan : √ = Signifikan (t > 1.96) ; X = Tidak Signifikan
Pada model pengukuran item Dari tabel 3.22, hasilnya menunjukan nilai t
bagi koefisien muatan faktor 8 item, ternyata terdapat 2 item yang tidak
signifikan, dimana item tersebut memiliki muatan faktor < 1.96. Item tersebut
adalah item nomor 21 dan 46. Selanjutnya melihat muatan faktor dari item, dan
terdapatitem yang bermuatan negatif adalah no 49 maka item < 1.96 dan negatif
tersebut selanjutnya di drop.
Matriks korelasi manajemen waktu dan lingkungan belajar
pada mahasiswa UIN
Tahap selanjutnya adalah melihat apakah model pengukuran ini terdapat
kesalahan pengukuran item yang saling berkorelasi. Artinya bahwa item-item
tersebut bersifat multidimensional pada dirinya masing-masing. Untuk
57
mengetahui korelasi antar kesalahan pengukurannya dapat dilihat pada tabel
matriks 3.23 (dapat dilihat pada lampiran).
Pada model pengukuran item manajemen waktu dan lingkungan belajar ini
diketahui tidak terdapat kesalahan pengukuran item yang saling berkorelasi,
dikarenakan item jumlah item kurang dari 10 item dan item tersebut tidak
berkorelasi lebih dari 3 kali. Oleh karena itu semua item dapat ikut dianalisis
dalam perhitungan skor faktor.
3.4.1.3.7 Pengaturan usaha
Peneliti menguji apakah 4 item yang ada bersifat unidimensional, artinya
benar-benar hanya variabel pengaturan usaha. Dari hasil analisis CFA yang telah
dilakukan dengan model satu faktor, ternyata item tersebut Fit, Chi-Square=0.46,
df=2, P-value=0.79652, RMSEA=0.000 Sehingga peneliti tidak perlu melakukan
modifikasi terhadap item tersebut.
Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut mengukur
faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di
drop atau tidak. Maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien
muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap
koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.24.
Tabel 3.24
Muatan Faktor Item Pengaturan Usaha
No. item Koefisien Standar error Nilai t Signifikan
6 0.36 0.09 3.27 √
7 0.48 0.09 3.75 √
29 0.09 0.09 0.86 X
43 0.86 0.12 4.27 √
Keterangan : √ = Signifikan (t > 1.96) ; X = Tidak Signifikan
58
Dari tabel 3.25 hasilnya menunjukan nilai t bagi koefisien muatan faktor 4
item, ternyata terdapat 1 item yang tidak signifikan, dimana item tersebut
memiliki muatan faktor <1.96. Item tersebut adalah item nomor 29 Selanjutnya
melihat muatan faktor dari item, dan tidak terdapat item yang bermuatan negatif.
Matriks korelasi Pengaturan usaha pada mahasiswa UIN
Tahap selanjutnya adalah melihat apakah model pengukuran ini terdapat
kesalahan pengukuran item yang saling berkorelasi. Artinya bahwa item-item
tersebut bersifat multidimensional pada dirinya masing-masing. Untuk
mengetahui korelasi antar kesalahan pengukurannya dapat dilihat pada tabel 3.25
(dapat dilihat pada lampiran).
Pada model pengukuran item pengaturan usaha ini diketahui tidak terdapat
kesalahan pengukuran item yang saling berkorelasi, dikarenakan item jumlah item
kurang dari 10 item dan item tersebut tidak berkorelasi lebih dari 3 kali. Oleh
karena itu semua item dapat ikut dianalisis dalam perhitungan skor faktor.
3.4.1.3.8. Belajar dengan teman
Peneliti menguji apakah 3 item yang ada bersifat unidimensional, artinya
benar-benar hanya variabel belajar dengan teman. Dari hasil analisis CFA yang
telah dilakukan dengan model satu faktor, ternyata item tersebut Fit, Chi-
Square=10890.72, df=0, P-value=1.00000, RMSEA=0.000 Sehingga peneliti
tidak perlu melakukan modifikasi terhadap item tersebut.
Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut mengukur
faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di
drop atau tidak. Maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien
59
muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap
koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.26.
Tabel 3.26
Muatan Faktor Item Belajar Dengan Teman
No. item Koefisien Standar error Nilai t Signifikan
3 0.90 0.06 14.92 √
14 1.85 0.12 16.02 √
19 0.21 0.03 7.36 √
Keterangan : √ = Signifikan (t > 1.96) ; X = Tidak Signifikan;
Dari tabel 3.27, hasilnya menunjukan nilai t bagi koefisien muatan faktor 3
item, ternyata semua signifikan, dimana item tersebut memiliki muatan faktor
lebih besar dari 1.96. Selanjutnya melihat muatan faktor dari item, dan tidak
terdapat item yang bermuatan negatif.
Matriks korelasi belajar dengan teman pada mahasiswa UIN
Tahap selanjutnya adalah melihat apakah model pengukuran ini terdapat
kesalahan pengukuran item yang saling berkorelasi. Artinya bahwa item-item
tersebut bersifat multidimensional pada dirinya masing-masing. Untuk
mengetahui korelasi antar kesalahan pengukurannya dapat dilihat pada tabel 3.27
(dapat dilihat pada lampiran).
Pada model pengukuran item belajar dengan teman ini diketahui tidak
terdapat kesalahan pengukuran item yang saling berkorelasi, dikarenakan item
jumlah item kurang dari 10 item dan item tersebut tidak berkorelasi lebih dari 3
kali. Oleh karena itu semua item dapat ikut dianalisis dalam perhitungan skor
faktor.
60
3.4.1.3.9 Pencarian Bantuan
Peneliti menguji apakah 4 item yang ada bersifat unidimensional, artinya
benar-benar Pada model pengukuran item pencarian bantuan ini diketahui tidak
terdapat kesalahan pengukuran item yang saling berkorelasi, Sehingga semua item
dapat ikut dianalisis dalam perhitungan skor faktor, hanya variabel pencarian
bantuan. Dari hasil analisis CFA yang telah dilakukan dengan model satu faktor,
ternyata item tersebut Fit, dengan Chi-Square=2.82, df=2, P-value=0.24454,
RMSEA=0.051. Sehingga peneliti tidak perlu melakukan modifikasi terhadap
item tersebut.
Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut mengukur
faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di
drop atau tidak. Maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien
muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap
koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.28.
Tabel 3.28
Muatan Faktor Item Pencarian Bantuan
No. item Koefisien Standar error Nilai t Signifikan
9 0.14 0.11 1.30 X
27 1.30 0.21 3.16 √
37 0.47 0.16 2.93 √
44 0.25 0.11 2.21 √
Keterangan : √ = Signifikan (t > 1.96) ; X = Tidak Signifikan
Dari tabel 3.29, hasilnya menunjukan nilai t bagi koefisien muatan faktor 4
item, ternyata terdapat 1 item yang tidak signifikan, dimana item tersebut
memiliki muatan faktor < 1.96. Item tersebut adalah item nomor 9 Selanjutnya
melihat muatan faktor dari item, dan tidak terdapatitem yang bermuatan negative.
61
Tahap selanjutnya adalah melihat apakah model pengukuran ini terdapat
kesalahan pengukuran item yang saling berkorelasi. Artinya bahwa item-item
tersebut bersifat multidimensional pada dirinya masing-masing. Untuk
mengetahui korelasi antar kesalahan pengukurannya dapat dilihat pada tabel 3.29
(dapat dilihat pada lampiran).
Pada model pengukuran item manajemen waktu dan lingkungan belajar ini
diketahui tidak terdapat kesalahan pengukuran item yang saling berkorelasi,
dikarenakan item jumlah item kurang dari 10 item dan item tersebut tidak
berkorelasi lebih dari 3 kali. Oleh karena itu semua item dapat ikut dianalisis
dalam perhitungan skor faktor.
3.5 Uji Reabilitas Skala
Uji realibilitas dilakukan untuk mengukur kestabilan dan konsistensi
(keajegan) dari jawaban responden terhadap suatu alat ukur psikologis yang
disusun dalam bentuk kuesioner.
Suatu penelitian yang reliabel yaitu hasil yang diperoleh akan tetap sama
apabila diukur pada waktu yang berbeda. Semakin tinggi koefisien reliabilitas
yaitu mendekati angka 1,00 berarti semakin tinggi reliabilitas alat ukur tersebut
(Azwar, 2008).
3.6. Prosedur Penelitian
3.6.1 Prosedur Field Test
Adapun langkah-langkah dalam mempersiapkan field test, adalah sebagai berikut:
1. Menentukan sampel penelitian yaitu mahasiswa SMA yang diambil dengan
menggunakan teknik non probability sampling.
62
2. Meminta kesediaan responden memberikan waktu untuk menjadi partisipan
penelitian dengan menghubungi pihak yang bersangkutan.
3. Mempersiapkan peralatan yang akan digunakan, seperti pulpen dan reward
lainnya, sebagai ungkapan terima kasih karena telah berpartisipasi. Setelah
mendapatkan izin, maka pengambilan data dapat dilakukan dengan
memberikan alat ukur yang telah disiapkan kepada sampel penelitian.
3.7 Teknik Analisis Data
Uji hipotesis digunakan untuk mendapatkan jawaban dari pertanyaan utama
penelitian yang menggunakan teknik analisis regresi berganda. Teknik analisis
regresi berganda ini digunakan untuk menentukan ketepatan prediksi dan
ditujukan untuk mengetahui besarnya hubungan dari independent variable (IV),
yaitu self efficacy, self regulated learning, jenis kelamin terhadap dependent
variable (DV) yaitu prokrastinasi akademik.
Regresi berganda merupakan metode statistika yang digunakan untuk
membentuk model hubungan antara variabel terikat (dependent; respon; Y)
dengan lebih dari satu variabel bebas (independent; prediktor; X)
63
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian
Berikut ini akan diuraikan gambaran subjek berdasarkan jenis kelamin:
Tabel 4.1
Jumlah Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin F %
Laki-Laki 84 52,5
Perempuan 76 47,5
Total 160 100
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan sampel sebanyak 160
mahasiswa UIN dari populasi seluruh mahasiswa di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Untuk data demografi terkumpul sebanyak 160 sampel, karena semua
subjek mengisi data demografi. Pada tabel 4.1 akan dijelaskan mengenai
gambaran subjek berdasarkan data demografi, yaitu jenis kelamin. Maka dapat
dilihat bahwa dari 160 sampel yang ada, seluruh sampel penelitian terdiri dari
laki-laki berjumlah 84 orang dan perempuan sejumlah 76 orang.
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian
Berikut ini akan diuraikan analisis deskriptif prokrastinasi, self efficacy,
dan self regulated learning. Analisis deskriptif tersebut dijelaskan pada tabel 4.2
yang berisi tentang mean, standard deviation (simpangan baku), rentangan
(minimum dan maximum), range, dan variance dari masing-masing variabel
penelitian.
64
Tabel 4.2
Deskripsi Hasil Penelitian
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean
Std.
Deviation
Prokskor 160 20.59 77.42 50.0000 8.93838
Effort 160 18.82 68.50 50.0000 8.73453
Initiative 160 28.83 69.24 50.0000 9.32391
Persistence 160 24.70 69.01 50.0000 8.30219
Latihan 160 28.65 69.85 50.0000 8.55048
Elaborasi 160 30.64 73.03 50.0000 8.56224
Pengorganisasian 160 28.73 69.57 50.0000 7.66243
Berpikir kritis 160 31.50 80.88 50.0000 7.05705
Pengaturan diri
metakognitif 160 31.34 73.33 50.0000 8.01874
Manajemen waktu dan
lingkungan belajar 160 29.24 69.21 50.0000 7.98620
Pengaturan Usaha 160 32.28 68.55 50.0000 7.37948
Belajar dengan teman 160 25.35 67.91 50.0000 9.99500
Pencari bantuan 160 27.96 63.62 50.0000 7.67496
Valid N (listwise) 160
Berdasarkan data yang terdapat pada tabel 4.2 tentang analisis deskriptif di
atas, maka dapat diketahui bahwa mean dari variabel prokrastinasi bahwa skor
terendah DV prokrastinasi sebesar 20,59 dan skor tertinggi sebesar 77,42 Pada
variabel effort, mean-nya adalah 50 bahwa skor terendah effort sebesar 18,82 dan
skor tertinggi sebesar 68.50. Pada variabel initiative bahwa skor terendah IV
initiative sebesar 28,83 dan skor tertinggi sebesar 69.24. Pada variabel
persistence, bahwa skor terendah IV persistence sebesar 24,70 dan skor tertinggi
sebesar 69,01.
Pada variabel latihan bahwa skor terendah IV latihan 28,65 dan skor
tertinggi sebesar 69.85. Pada elaborasi bahwa skor terendah IV elaborasi sebesar
30.64 dan skor tertinggi sebesar 73,03. Pada variabel terakhir IV pengorganisasian
65
bahwa skor terendah IV pengorganisasian 29,73 dan skor tertinggi sebesar 69,57.
Pada variabel berpikir kritis bahwa skor terendah IV berpikir kritis sebesar 31,50
dan skor tertinggi sebesar 80.88. Pada variabel pengaturan diri metakognitif
bahwa skor terendah IV pengaturan megakognitif 31,34 dan skor tertinggi
sebesar 73,33. Pada variabel variabel manajemen waktu dan lingkungan belajar
bahwa skor terendah IV sebesar 29,24 dan skor tertinggi sebesar 69,21. Pada
variabel pengaturan usaha bahwa skor terendah IV pengaturan usaha 32,28 dan
skor tertinggi sebesar 68,55. sedangkan Pada variabel belajar dengan teman
bahwa skor terendah IV belajar dengan teman sebesar 25,35 dan skor tertinggi
sebesar 67,91. Dan Pada variabel pencarian bantuan bahwa skor terendah IV
pencarian bantuan 27,96 dan skor tertinggi sebesar 63,62.
4.2.2 Kategorisasi skor varibel penelitian
Setelah melakukan deskripsi statistik dari masing-masing variabel
penelitian, maka hal yang perlu dilakukan adalah pengkategorisasian terhadap
data penelitian dengan menggunakan standar deviasi(SM) dan mean(M) dari t-
score. Dalam hal ini, ditetapkan norma sebagai berikut:
Tabel 4.3
Norma Skor Variabel
Norma Interpretasi
X < M – 1SD Rendah
M-1SD ≤ X ≤ M + 1SD Sedang
X > M + 1SD Tinggi
Dari norma skor variabel tabel 4.3, maka akan diperoleh kategorisasi dari
masing-masing variabel. Kategorisasi ini akan dipaparkan dalam tabel berikut.
66
Tabel 4.4
Kategorisasi Variabel Penelitian
Variabel Rendah Sedang Tinggi
Prokrastinasi 1 (0.6%) 157 (98,1%) 2 (1,2%)
Effort 1 (0.6%) 156 (97.5%) 3 (1,9%)
Initiative 2(1,2%) 156 (97.5%) 2 (1,2%)
Persistence 1(0,6%) 158 (98,8%) 1 (0,6%)
Latihan 1(0,6%) 158 (98,8%) 1 (0,6%)
Elaborasi 2 (1,2%) 157(98.1%) 1 (0,6%)
Pengorganisasian 1(0,6%) 158 (98,8%) 1 (0,6%)
Berpikir kritis 1(0,6%) 158 (98,8%) 1 (0,6%)
Pengaturan metakognitive 2(1,2%) 156 (97.5%) 2 (1,2%)
Manajemen waktu 2 (1,2%) 157(98.1%) 1 (0,6%)
Pengaturan usaha 2(1,2%) 156 (97.5%) 2 (1,2%)
Belajar dengan teman 1(0,6%) 148 (92.5%) 11 (6.9%)
Pencarian bantuan 1(0,6%) 148 (92.5%) 11 (6.9%)
Berdasarkan data hasil kategorisasi prokrastinasi, mahasiswa yang memiliki
prokrastinasi berkategori tinggi sebanyak 0.6%, kategori sedang sebanyak 97.5%,
dan kategori rendah sebanyak 1,9%. Berdasarkan data hasil kategorisasi effort,
mahasiswa berkategori tinggi sebanyak 1,2%, kategori sedang sebanyak 97.5%,
dan kategori rendah sebanyak 1,2%. Berdasarkan data hasil kategorisasi initiative,
mahasiswa yang memiliki intiative berkategori tinggi sebanyak 1.2%, kategori
sedang sebanyak 97,5% dan kategori rendah sebanyak 1,2%. Berdasarkan data
hasil kategorisasi persistence, mahasiswa yang memiliki persistence berkategori
tinggi sebanyak 0,6%, kategori sedang sebanyak 98,8%, dan kategori rendah
sebanyak 0,6%.
Berdasarkan data hasil kategorisasi latihan, mahasiswa yang memiliki
latihan berkategori tinggi sebanyak 0,6%, kategori sedang sebanyak 98,8%, dan
kategori rendah sebanyak 0,6%. Berdasarkan data hasil kategorisasi elaborasi,
mahasiswa yang memiliki elaborasi berkategori tinggi sebanyak 1,2%, kategori
sedang sebanyak 98,8%, dan kategori rendah sebanyak 0,6%. Berdasarkan data
67
hasil kategorisasi pengorganisasian, mahasiswa yang memiliki pengorganisasian
berkategori tinggi sebanyak 0,6%, kategori sedang sebanyak 98,8%, dan kategori
rendah sebanyak 0,6 %. Berdasarkan data hasil kategorisasi berpikir kritis,
mahasiswa yang memiliki berpikir kritis berkategori tinggi sebanyak 0,6%,
kategori sedang sebanyak 98,8%, dan kategori rendah sebanyak 0,6%.
Berdasarkan data hasil kategorisasi pengaturan diri metakognitif, mahasiswa yang
memiliki pengaturan diri metakognitif berkategori tinggi sebanyak1,2%, kategori
sedang sebanyak 97.5%, dan kategori rendah sebanyak 1,2%.
Berdasarkan data hasil kategorisasi manajemen waktu, mahasiswa yang
memiliki diri sosial berkategori tinggi sebanyak 1,2%, kategori sedang sebanyak
98.8%, dan kategori rendah sebanyak 0,6%. Berdasarkan data hasil kategorisasi
pengaturan usaha, mahasiswa yang memiliki pengaturan usaha berkategori tinggi
sebanyak 1,2%, kategori sedang sebanyak 97,5%, dan kategori rendah sebanyak
1.2%. Berdasarkan data hasil kategorisasi belajar dengan teman mahasiswa yang
dapat belajar dengan teman berkategori tinggi sebanyak 0,6%, kategori sedang
sebanyak 92,5%, dan kategori rendah sebanyak 6.9%. Berdasarkan data hasil
kategorisasi pencarian bantuan, mahasiswa yang memiliki pencarian bantuan
berkategori tinggi sebanyak 0,6%, kategori sedang sebanyak 92,5%, dan kategori
rendah sebanyak 6,9%.
4.3. Uji Hipotesis Penelitian
4.3.1. Analisis Regresi Variabel Penelitian
Pada sub-bab uji hipotesis penelitian ini, peneliti akan menjelaskan tentang
hasil perhitungan analisis regresi berganda yang dilakukan dengan menggunakan
68
software PASW 18.0. Dalam analisis regresi ini, terdapat 3 hal yang dilihat, yaitu
melihat besaran R square untuk mengetahui berapa persen (%) varians dependent
variable yang dijelaskan oleh independent varable, lalu apakah secara
keseluruhan independent variable berpengaruh secara signifikan terhadap
dependent variable, kemudian melihat signifikan atau tidaknya koefisien regresi
dari masing-masing IV.
Pada langkah pertama peneliti melihat besaran R square untuk mengetahui
berapa persen (%) varians dependent variable yang dijelaskan oleh independent
variable, seperti yang terdapat pada tabel 4.5.
Tabel 4.5
model summary
Berdasarkan data yang terdapat pada tabel 4.5, maka dapat diketahui
bahwa perolehan R square sebesar 0.133atau 13.3%. Hal ini menjelaskan bahwa
proposi varians dari prokrastinasi akademik yang secara keseluruhan bisa
diterapkan pada seluruh independent variable self efficacy (effort, initiative,
persistence) dan self regulated learning (strategi latihan, elaborasi,
pengorganisasian, berpikir kritis, pengaturan diri metakognitif, manajemen waktu
dan lingkungan pengaturan usaha, belajar dengan teman, dan pencarian bantuan)
adalah sebesar 13.3% prokrastinasi yang dipengaruhi oleh 12 independent
Model Summary
Model R R
Square Adjusted R Square
Std. Error
of the
Estimate
Change Statistics
R Square
Change
F
Change df1 df2
Sig. F
Change
1 .364a .133 .062 8.77880 .133 1.876 12 147 .042
a. Predictors: (Constant), pengorganiskor, initiativeskor, berpikirskor,
Pengaturan_Usaha, pencariskor, persistenceskor, belajarskor, latihanskor,
manajemenskor, elaborasiskor, Efforttskor, pengaturanskor
69
variable secara bersama-sama adalah sebesar 13,3%. Sedangkan sisanya, sebesar
86,7% disebabkan oleh faktor lain diluar penelitian ini.
Pada langkah kedua, peneliti menganalisis dampak dari seluruh
independent variable terhadap prokrastinasi akademik. Hal ini dapat dilihat dari
nilai signifikansi pada uji F di tabel 4.6. Maka dapat diketahui bahwa nilai
signifikansi uji F yang terdapat dalam penelitian ini adalah 0.042. Hal ini
menunjukkan bahwa dari keseluruhan independent variable terhadap dependent
variable menunjukkan nilai yang signifikan pada taraf signifikansi 5% atau
0.0242< 0.05. Artinya, terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel effort,
initiative, persistence, latihan, elaborasi pengorganisasian, berpikir kritis,
pengaturan diri metakognitif, manajemen waktu dan lingkungan belajar,pencarian
bantuan, pengaturan usaha, belajar dengan teman, pencarian bantuan terhadap
prokrastinasi.
Tabel 4.6
Tabel Anova
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression
Residual
Total
1734.596 12 144.550 1.876 .042a
11328.885 147 77.067
13063.481 159
b. Dependent Variable: prokrastinasi
Pada langkah terakhir, peneliti melihat koefisien regresi tiap independent
variabel. Jika nilai t>1.96 maka koefisien regresi tersebut signifikan, yang berarti
bahwa independent variable tersebut memiliki dampak yang signifikan terhadap
prokrastinasi. Adapun analisisnya ditampilkan pada tabel 4.6.
70
Tabel 4.7
Tabel Koefisien Regresi
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients T Sig.
B Std.
Error Beta
1 (Constant) 55.273 11.658 4.741 .000
Effort .008 .114 .008 .073 . 942
Initiative -.020 . 084 -.021 -.242 . 809
Persistence . 225 . 098 . 206 2.291 . 023*
Latihan . 104 . 103 . 098 1.006 . 316
Elaborasi -.142 . 111 -.135 -1.285 . 201
Pengorganisasian . 228 . 117 . 193 1.947 . 053
Berpikirkritis -.342 . 118 -.267 -2.897 . 004*
Pengaturandirimegakognitif -.044 . 141 -.039 -.309 .757
Manajemenwaktudan
lingkungan -.155 . 121 -.137 -1.277 . 204
Pengaturan_Usaha . 169 . 083 .178 2.041 . 043*
Belajardenganteman . 005 . 085 . 006 . 060 . 952
Pencarian_bantuan -.141 . 111 -.120 -1.273 . 205
a. Dependent Variable: prokrastinasi
Prokrastinasi = 55.273 + 0.008 effort - 0.020 intiative + 0.225* persistence +
0.104 latihan - 0.142 elaborasi + 0.228 pengorganisasian - 0. 342* berpikir kritis -
0.044 pengaturan diri metakognitif - 0.155 manajemen waktu dan lingkungan
belajar + 0.169* pengaturan usaha + 0.005 belajar dengan teman - 0.141
pencarian bantuan.
Berdasarkan koefisien regresi pada tabel 4.7, maka dapat dijelaskan
persamaan regresi sebagai berikut:
Dari persamaan regresi tersebut, maka dapat dibuat prediksi setiap
independent variable. Sesuai dengan tabel 4.7, maka dapat diketahui signifikan
atau tidaknya pengaruh masing-masing independent variable terhadap dependent
71
variable. Nilai signifikan tersebut dapat dilihat pada kolom nilai sig, jika P < 0.05
maka koefisien regresi yang dihasilkan signifikan pengaruhnya terhadap
prokrastinasi, begitu juga sebaliknya. Dari hasil tabel 4.7 koefisien persistence,
berpikir kritis, pengaturan usaha yang signifikan, sedangkan sisanya tidak
signifikan.
Hal ini berarti bahwa dari 12 independent variable, terdapat 3 independent
variable yang signifikan pengaruhnya terhadap dependent variable. Penjelasan
dari nilai koefisien regresi yang diperoleh pada masing-masing independent
variable adalah sebagai berikut:
Pada tabel 4.7, dapat diperoleh informasi sebagai berikut :
1. Effort memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0.008 dengan signifikansi
0.942 (p > 0.05). Artinya, effort secara positif tidak berpengaruh signifikan
terhadap prokrastinasi pada mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Initiative memiliki nilai koefisien regresi sebesar -0.020 dengan signifikansi
0.809 (p > 0.05). Artinya, initiative secara positif tidak berpengrauh secara
signifikan terhadap prokrastinasi pada mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Persistence memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0.239 dengan signifikansi
0.023 (p < 0.05). Artinya, persistence secara positif berpengaruh signifikan
terhadap prokarastinasi pada mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dari arah positif menunjukan bahwa semakin tinggi persistence maka akan
semakin tinggi prokrastinasi.
72
4. Latihan meiliki nilai koefisien regresi sebesar 0.104 dengan signifikansi
0.316 (p>0.05). Artinya latihan secara positif berpengaruh tidak signifikan
terhadap prokarastinasi pada mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Elaborasi memiliki nilai koefisien regresi sebesar -0.142 dengan signifikansi
0.201 (p>0.05). Artinya, elaborasi secara negatif berpengaruh tidak
signifikan terhadap prokarastinasi pada mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
6. Pengorganisasian memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0.228 dengan
signifikansi 0.053 (p>0.05). Artinya, pengorganisasian secara positif
berpengaruh tidak signifikan terhadap prokarastinasi pada mahasiswa UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Berpikir kritis memiliki nilai koefisien regresi sebesar -0.342 dengan
signifikansi 0.004 (p<0.05). Artinya, berpikir kritis secara negatif
berpengaruh signifikan terhadap prokarastinasi pada mahasiswa UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Dari arah negatif menunjukan bahwa semakin tinggi
berpikir kritis maka akan semakin rendah prokrastinasi.
8. Pengaturan diri metakognitif memiliki nilai koefisien regresi sebesar -0.044
dengan signifikansi 0.757 (p > 0.05). Artinya, pengaturan diri metakognitif
berpengaruh secara negatif terhadap prokarastinasi pada mahasiswa UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
9. Manajemen waktu dan lingkungan belajar memiliki nilai koefisien regresi
sebesar -0.155 dengan signifikansi 0.204 (p > 0.05). Artinya, Manajemen
73
waktu dan lingkungan belajar secara negatif berpengaruh terhadap
prokarastinasi pada mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
10. Pengaturan usaha memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0.169 dengan
signifikansi 0.043 (p< 0.05). Artinya, pengaturan usaha secara positif
berpengaruh signifikan terhadap prokarastinasi pada mahasiswa UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Dari arah positif menunjukan bahwa semakin tinggi
pengaturan usaha maka akan semakin rendah prokrastinasi.
11. Belajar dengan teman memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0.005 dengan
signifikansi 0.952 (p > 0.05). Artinya, belajar dengan teman secara positif
berpengaruh tidak signifikan terhadap prokarastinasi pada mahasiswa UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
12. Pencarian bantuan memiliki nilai koefisien regresi sebesar -0.141 dengan
signifikansi 0.205 (p > 0.05). Artinya, pencarian bantuan secara negatif
berpengaruh tidak signifikan terhadap prokarastinasi pada mahasiswa UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
4.3.2 Sumbangan varian setiap independent variable
Pada pengujian proporsi varians ini, peneliti ingin mengetahui
penambahan proporsi varians dari masing-masing independent variable terhadap
prokrastinasi akademik. Penambahan proporsi dapat dilihat pada tabel 4.8, kolom
pertama adalah independent variable yang dianalisis satu persatu, kolom kedua
(R square) merupakan penambahan varians dependent variable dari tiap
independent variable yang dimasukkan satu persatu, kolom ketiga (R square
Change) merupakan nilai murni varians dependent variable dari tiap independent
74
variable yang dimasukkan secara satu persatu, kolom keempat (F Change) adalah
nilai F hitung bagi IV yang bersangkutan, kolom df merupakan derajat bebas bagi
independent variable yang bersangkutan, yang terdiri dari numerator dan
denumerator yang telah ditentukan sebelumnya, sehingga nilai kolom inilah yang
akan dibandingkan dengan nilai F hitung dan kolom terakhir yaitu kolom sig. F
Change yang merupakan kolom hasil signifikansi.
Kemudian, peneliti juga ingin melihat besarnya proporsi varian DV yang
merupakan besarnya sumbangan dari masing-masing IV, hal yang dilakukan yaitu
dengan menghitung pertambahan proporsi varian setiap kali IV baru dimasukkan
dalam persamaan. Bertambahnya R2
dapat dilihat pada tabel 4.8.
Tabel 4.8 Proporsi varian untuk masing-masing IV
Model R Square
Change Statistics
R Square Change F Change df1 df2
Sig. F Change
1 .001 .001 .183 1 158 .670
2 .001 .000 .015 1 157 .901
3 .016 .015 2.306 1 156 .131
4 .037 .021 3.390 1 155 .068
5 .037 .000 .026 1 154 .873
6 .055 .018 2.990 1 153 .086
7 .092 .037 6.190 1 152 .014
8 .092 .000 .005 1 151 .944
9 .099 .006 1.042 1 150 .309
10 .123 .024 4.054 1 149 .046
11 .123 .001 .103 1 148 .749
12 .133 .010 1.622 1 147 .205
Keterangan: R Square Change = proporsi varian, sig*(p < 0.05)
Predictors: (Constant), Effort, initiative, persistence, latihan, elaborasi, berpikir kritis ,pengaturan
diri metakognitif, manajemen waktu dan lingkungan belajar, pengaturan usaha, belajar dengan
teman, pencarian bantuan
75
Dari tabel 4.8, dapat diperoleh informasi sebagai berikut :
1. Dari 13.3% bervariasinya dependent variable yang dapat dijelaskan
independent variable, variable effort memberikan sumbangan sebesar 0.1%
bagi bervariasinya prokrastinasi pada mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta dan tidak siginifikan sebesar 0.670 (p > 0.05).
2. Dari 13.3% bervariasinya dependent variable yang dapat dijelaskan
independent variable, variable initiative memberikan sumbangan sebesar 0%
bagi bervariasinya prokrastinasi pada mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta dan tidak siginifikan sebesar 0.901 (p > 0.05).
3. Dari 13.3% bervariasinya dependent variable yang dapat dijelaskan
independent variable, variable persistence memberikan sumbangan sebesar
1.5% bagi bervariasinya prokrastinasi pada mahasiswa UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta dan tidak siginifikan sebesar 0.131 (p > 0.05).
4. Dari 13.3% bervariasinya dependent variable yang dapat dijelaskan
independent variable, variable latihan memberikan sumbangan sebesar 2.1%
bagi bervariasinya prokrastinasi pada mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta dan tidak siginifikan sebesar 0.068 (p > 0.05).
5. Dari 13.3% bervariasinya dependent variable yang dapat dijelaskan
independent variable, variable elaborasi memberikan sumbangan sebesar 0%
bagi bervariasinya prokrastinasi pada mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta dan tidak siginifikan sebesar 0.873 (p > 0.05).
6. Dari 13.3% bervariasinya dependent variable yang dapat dijelaskan
independent variable, variable pengorganisasian memberikan sumbangan
76
sebesar 1.8% bagi bervariasinya prokrastinasi pada mahasiswa UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta dan tidak siginifikan sebesar 0.086 (p > 0.05).
7. Dari 13.3% bervariasinya dependent variable yang dapat dijelaskan
independent variable, variable berpikir kritis memberikan sumbangan
sebesar 3.7% bagi bervariasinya prokrastinasi pada mahasiswa UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta dan siginifikan sebesar 0.014 (p > 0.05).
8. Dari 13.3% bervariasinya dependent variable yang dapat dijelaskan
independent variable, variable pengaturan diri metakognitif memberikan
sumbangan sebesar 0% bagi bervariasinya prokrastinasi pada mahasiswa UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta dan tidak siginifikan sebesar 0.944 (p > 0.05).
9. Dari 13.3% bervariasinya dependent variable yang dapat dijelaskan
independent variable, variable manajemen waktu dan lingkungan belajar
memberikan sumbangan sebesar 0.6% bagi bervariasinya prokrastinasi pada
mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan tidak siginifikan sebesar
0.309 (p > 0.05).
10. Dari 13.3% bervariasinya dependent variable yang dapat dijelaskan
independent variable, variable pengaturan usaha memberikan sumbangan
sebesar 2.4% bagi bervariasinya prokrastinasi pada mahasiswa UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta dan siginifikan sebesar 0.046 (p < 0.05).
11. Dari 13.3% bervariasinya dependent variable yang dapat dijelaskan
independent variable, variable belajar dengan teman memberikan sumbangan
sebesar 0.1% bagi bervariasinya prokrastinasi pada mahasiswa UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta dan tidak siginifikan sebesar 0.749 (p > 0.05).
77
12. Dari 13.3% bervariasinya dependent variable yang dapat dijelaskan
independent variable, variable pencarian bantuan memberikan sumbangan
sebesar 1% bagi bervariasinya prokrastinasi pada mahasiswa UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta dan tidak siginifikan sebesar 0.205 (p>0.05).
Berdasarkan hasil analisis di atas, terdapat dua independent variable yang
signifikan sumbangannya terhadap prokrastinasi, yaitu: berpikir kritis dan
pengaturan usaha. Dari dua independent variable tersebut dapat dilihat mana yang
paling besar memberikan sumbangan terhadap dependent variable. Hal tersebut
dapat diketahui dengan melihat R2nya, semakin besar maka semakin banyak
sumbangan yang diberikan terhadap dependent variable. Independent variable
yang memberikan sumbangan terbesar terhadap varian self regulated learning
pada penelitian ini yaitu berpikir kritis. Jadi secara keseluruhan self regulated
learning memberikan sumbangan sebesar 6.1% pada varian berpikir kritis dan
pengaturan usaha.
78
BAB 5
KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data penelitian pada uji hipotesis mayor, maka
kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah ada pengaruh yang
signifikan dari self efficacy dan self regulated learning terhadap prokrastinasi
pada mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Semetara itu, dari duabelas
independent variable dalam penelitian ini hanya tiga item independent variable
yang signifikan pengaruhnya terhadap prokrastinasi yaitu persistence bagian dari
dimensi self efficacy, berpikir kritis dan pengaturan usaha merupakan dimensi dari
self regulated learning. Dengan demikian hanya ada tiga hipotesis minor yang
diterima. Yaitu ada pengaruh yang signifikan antara persistence terhadap
prokrastinasi jadi semakin tinggi persistence maka semakin tinggi prokrastinasi
akademik pengaruh yang signifikan antara berpikir kritis namun arahnya negatif
terhadap prokrastinasi. Jadi semakin tinggi berpikir kritis maka semakin rendah
prokrastinasi. Dan yang terakhir adalah adanya pengaruh yang signifikan
pengaturan usaha terhadap prokrastinasi jadi semakin tinggi pengaturan usaha
maka semakin tinggi prokrastinasi.
Selain itu, dari ketiga independent variable tersebut yakni persistence,
berpikir kritis pengaturan usaha dan yang memiliki kontribusi paling besar
terhadap prokrastinasi adalah pengaturan usaha, dimana pengaturan usaha
memberikan pengaruh beta ( ) sebesar 0.229 dengan signifikansi sebesar 0.014,
79
berpikir kritis ( ) sebesar -0.258 dengan signifikansi 0.005 sedang persistence
0.222 dengan signifikansi sebesar 0.014.
5.2 Diskusi
Dari hasil penelitian yang telah dijelaskan pada bab 4, dapat dipahami
bahwa self efficacy (persistence) dan self regulated-learning (pengaturan usaha &
berpikir kritis) secara konsisten mempengaruhi prokrastinasi. Hal ini sejalan
dengan hasil penelitian Senegal, et al (1995) menunjukan bahwa 14% dari 498
siswa melakukan prokrastinasi akademik dan variabel self regulated learning
menyumbangkan sebanyak 25% dan memberi pengaruh yang signifikan terhadap
prokrastinasi akademik.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Indrayati (2012) bahwa
self efficacy menyumbangkan 32,1% tehadap prokarastinasi akademik dan sisanya
dipengaruhi variabel lain. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Sandra dan Djalali (2013) variabel self efficacy secara tersendiri berhubungan
negatif dan sangat signifikan dengan prokrastinasi. Semakin tinggi self efficacy
semakin rendah prokrastinasi. Pada penelitian ini menunjukkan bahwa variabel
manajemen waktu dan efikasi-diri memiliki sumbangan terhadap timbulnya
perilaku prokrastinasi walaupun sumbangannya hanya 21,3% sedangkan faktor
lain yang tidak diteliti memberi sumbangan 78,7%.
Berdasarkan hasil penelitian dari Wiyanti, et al (2012) ada hubungan
negatif antara self efficacy pada mahasiswa. Semakin tinggi self efficacy maka
akan semakin rendah prokrastinasi akademik dan sebaliknya. Sumbangan yang
80
diberikan self efficacy terhadap prokrastinasi adalah sebesar 23,8% sementara
76,25 dipengaruhi oleh fator-faktor lainnya.
Hasil penelitian ini mengenai variabel self efficacy yang mempengaruhi
prokrastinasi sesuai dengan pendapat yang dikemukakan bandura (1997) bahwa
self efficacy yang tinggi akan mencapai suatu kinerja yang lebih baik karena
individu tersebut memiliki motivasi yang kuat, tujuan yang jelas, emosi yang
stabil sehinnga dapat mengurangi prilaku prokrastinasi akademik. Dan juga
Tuckman (1991) juga menjelaskan bahwa “pelajar yang menggambarkan dirinya
sebagai seorang prokrastinator juga cenderung menggambarkan dirinya sebagai
seseorang yang meragukan kemampuan dirinya.
Berdasarkan hasil penelitian oleh Asvira dan Yudi (2012) disimpulkan
bahwa ada hubungan yang sangat signifikan antara self-regulated learning dengan
prokrastinasi akademik. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan Senegal, et al
(1995). Berdasarkan hasil penelitian Heriyati (2014) yang dilakukan terhadap
mahasiswa, disimpulkan bahwa self regulated learning memberi kontribusi
20,7% terhadap prokrastinasi akademik mahasiswa fakultas psikologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, sedangkan 79,3% dipengaruhi oleh variabel lain diluar
penelitian ini.
Menurut Corno, Snow & Jacson (dalam Woolfolk, 2009),
mahasiswa yang mempunyai self regulated learning yang baik tahu
bagaimana cara, melindungi dirinya sendiri dari gangguan yang dapat
menggangu proses belajar. Mahasiswa tahu bagaimana cara mengatasi
bila mahasiswa merasa cemas, ngantuk atau malas. Sehingga mahasiswa
81
yang memiliki self regulated learning yang baik akan memiliki
kecenderungan prokrastinasi yang rendah. Pernyataan tersebut didukung
oleh penelitian sebelumnya oleh Hariri (2010) yang menyatakan bahwa
self regulated learning efektif untuk mereduksi prokrastinasi akademik.
Penelitian lain dilakukan oleh Wolter (dalam Rakes & Dunn,
2010), mengenai hubungan prokrastinasi dengan self regulated learning,
menemukan bahwa metakognitif regulasi diri adalah prediktor terkuat
kedua dari prilaku prokrastinasi setelah keyakinan self efficacy akademik.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa level terendah dari self regulated
learning terkait dengan level tertinggi dari prokrastinasi dan regulasi diri
adalah salah satu kata kunci untuk memahami prokrastinasi.
Terjadi kesesuaian atau tidak ada perbedaan yang dihasilkan penelitian ini
dengan hasil penelitian terdahulu namun mempunyai pengaruh yang lebih kecil
yaitu 14.4% dan sisanya dipengaruhi variabel lain. karena perbedaan karakteristik
antar responden yang diteliti dan penggunaan skala dan pendekatan yang berbeda.
Pada saat penelitian, peneliti memiliki beberapa kekurangan antara lain:
kurangnya jumlah sampel, karena kemungkinan jumlah sampel yang lebih besar
dapat lebih mewakili populasi yang ingin diteliti dan lebih membesarkan
pengaruh independent variable terhadap prokrastinasi akademik. Dalam penelitian
ini juga terdapat variabel – variabel lain yang tidak peneliti jadikan independent
variable, padahal kemungkinan variabel – variabel yang lain seperti: self-control,
kecemasan, jenis kelamin, dll. Padahal kemungkinan variabel – variabel tersebut
juga memiliki pengaruh terhadap prokrastinasi akademik.
82
5.3 Saran
Peneliti menyadari banyak kekurangan dalam penelitian ini. Oleh karena
itu peneliti membagi saran menjadi 2, yaitu saran metodologis dan saran praktis.
Saran tersebut dapat dijadikan pertimbangan bagi penelitian lain yang akan
meneliti dependent variabel yang sama dan bisa dilengkapi dengan faktor
demografis seperti jenis kelamin dan lain-lain.
5.3.1 Saran Metodologis dan Teoritis
Tentunya peneliti menyadari adanya banyak kekurangan dalam penelitian
ini. Oleh sebab itu, peneliti akan membagi saran yang dapat dipertimbangkan
untuk penelitian selanjutnya, sebagai berikut:
1. Bagi peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian pada Mahasiswa
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan sejenisnya, agar menggunakan istilah dan
bahasa yang sederhana pada tiap-tiap item di kuesioner penelitian agar lebih
mudah dimengerti oleh responden.
2. Bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti dengan tema serupa yang
menggunakan teori yang dikemukakan prokrastinasi yang di ungkapkan oleh
Ferrari agar mengurangi jumlah item pada kuesioner yang diberikan atau
dapat mencari teori lain yang memiliki item skala baku yang lain
3. Bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti dengan independent variable dan
dependent variable yang sama, dengan responden berbeda atau sama, agar
mencari jumlah responden yang lebih banyak dari penelitian ini guna
meningkatkan validitas penelitian.
83
4. Dari kedua belas independen variabel yang ada keseluruhan IV hanya
menyumbang pengaruh 14.4% secara bersama-sama. Sisanya sebanyak 85.6%
dipengaruhi variabel lainnya. Oleh sebab itu, disarankan untuk penelitian
selanjutnya agar meneliti atau menganalisa lebih lanjut variabel lainnya yang
mungkin mempengaruhi variabel prokrastinasi secara signifikan seperti self-
control, kecemasan, jenis kelamin, dll.
5.3.2 Saran Praktis
1. Bagi para mahasiswa, yakni para mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
agar terus menghindari sikap prokrastinasi karena merugikan.
2. Bagi para masiswa agar lebih meningkatkan self efficacy dan self regulated
learning agar bisa memenuhi tuntutan kuliah dan terhindar dari sikap
prokrastinasi sehingga bisa lulus tepat waktu.
84
DAFTAR PUSTAKA
Artino Jr, A. R. (2009) Are view of the motivated strategies for learning
questionnaire. Thesis. University of Connecticut
Azwar, S. (2008). Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Bandura, A.(1997) Self Efficacy: the exercise of control. New York: W. H.
Freeman and Company.
Bandura, A. (1997). Self-Efficacy: The exercise of self-control. New York:
Freeman.
Burka, Jane B., & Yuen. Lenore M. (1983). Procrastination : Why you do it,
What to do about it now. USA: Da Capo Press
Burka, J. B., and Yuen, L. M. (2008). Procrastination, why you do it, what to do
About it now. America: DaCapo Press.
Bosscher, R.J. & Smit, J.H., (1998). Confirmatory faktor analysis of the General
Self-Efficacy Scale. Behavior Research and Therapy, 36,339-343.
Chu, A. H. C., & Choi, J. N. (2005). Rethinking procrastination: Positive effects
of “active” procrastination behavior on attitudes and performance. The
Journal Of Social psychology. 145, (3), 245-264
Feist, J., & Feist, G. J. (2010). Theories of personality (7th ed). New York:
McGraw-Hill
Ferrari, Josef, R; Johnson & Mccown (1995). Procrastination and task
avoidance: Theory, research and treatment. New York: lenum press
Friedman,H. S., Schustack, M. W. (2009). Personality classic theories and
modern research fourth edition. Boston: pearson International Edition
Herdiyati. (2014) pengaruh self-regulated learning dan dukungan sosial terhadap
prokrastinasi akademik mahasiswa psikologi Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta. skripsi, Jakarta: fakultas Psikologi
Universitas Islam Negeri Jakarta
Indrayati. (2012) Pengaruh Self Efficacy, Perfeksionisme dan Faktor
Demografis terhadap Prokrastinasi Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Dalam Menyelesaikan Skripsi
Kartadinata,. & Djundjing prokrastinasi dan manajemen waktu. Indonesian
psychologycal journal. 23, (2) ,109-119
85
Laforge,M.C.(2005). Applying explanatory style to academic procrastination.
Journal of lemson University.
Mastuti ,(2009). Understanding academic procrastination behavior based on self-
regulation learning level (1) 55-61
Rakes,G. C & Dunn, K .E. (2010). The Impact of Online Graduate Students’
Motivation and Self-Regulation on Academic Procrastination.Journal of
Interactive Online Learning. 9 .(1),78-93
Savira dan Yudi (2012). Self regulated learning dengan prokrastinasi akademik
pada siswa akselerasi. Journal fakultas psikologi universitas
muhamadiah malang
Santrock, J. W. (2008). Childdevelopment. NewYork: McGraw-hill (terj.Diana
Angelica) Jakarta: Salemba Humanika
Schunk, D. H. (2005). Self-regulated learning: The educational legacy of Paul R.
Pintrich. Educational Psychologist, (40), 85-94.
Sevilla, C. G. (2006). Pengantar metode penelitian. Jakarta: Penerbit
Universitas Indonesia.
Senecal, C., Koestner, R., & Vallerand, R. J. (1995). Self-regulation and
academic procrastination.The Journal of Social Psychology.135,(5),607-
619.
Sharma, & Kaur. (2011) Gender differences in Procrastination and Academic
Stress among adolescents Indian. Journal of Social Science Researches
Vol. 8 No. 1-2, March & Oct. 2011, pp. 122-127
Sherer, M., Maddux,J.E., Mercadante, B., Prentice- Dunn, S., Jacobs, B., &
Rogers, R.W., (1982). The Self-Efficacy Scale. Construction and
Validation Psychological Reports, (51), 663-67
Wiyanti, S., & Priyatama, A. N. (2012). Hubungan antara self-efficacy dengan
prokrastinasi akademik pada mahasiswa program studi psikologi
Universitas sebelas maret surakarta. Jurnal Ilmiah Psikologi Candrajiwa,
1(2).
Sirin.(2011). Academic procrastination among undergraduates attending school
of physical education and sports: Role of general procrastination,
academic motivation and academic self-efficacy. Educational Research
and Reviews 6(5), pp. 447-455
86
Steel,P. (2003). The nature of procrastination. Journal of Calgary
Steel,P.(2007). The nature of procrastination : Ameta-analytic and theoritical
Review of quintessential self-regulatory failure. Psychological
Bulletin.1,(133),65-94.
Suralaga, F., & Solicha. (2010). Psikologi pendidikan. Jakarta: Lemlit UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Solomon, L. J., & Rothblum, E.D. (1984).Academic procrastination: Frequency
and cognitive behavioral correlates. Journal of Counseling Psychology,
.31,503-509.
Somtsewu, N. (2008). The applic ability the motivated strategies for learning
quetionaire (MSLQ) for South Africa.Thesis.Nelson Mandela
Metropolitan University.
Woolfolk, A. (2004). Educational psychology 9th ed. Boston: Pearson and AB.
Zimmerman (1989) A Social Cognitive View of Self-Regulated Academic
Learning. Journal of Educational Psychology 1989,. 81, (3), 329-339
Zimmerman, B. J., Martinez-Pons, M. 1990. student differences in self regulated
learning relating grade, sex and giftedness to Self Efficacy and strategy
use. Journal of Education Psychology, 82,51-59
87
LAMPIRAN
88
LAMPIRAN 1
KUESIONER PENELITIAN
Berikut ini terdapat sejumlah pernyataan yang harus Anda nilai. Bacalah
setiap pernyataan dengan seksama kemudian berikanlah skala penilaian dengan
menggunakan skala berikut:
STS : Sangat Tidak Sesuai
TS : Tidak Sesuai
S : Sesuai
SS : Sangat Sesuai
Berilah tanda silang [x] pada jawaban yang Anda anggap paling sesuai dengan
keadaan diri Anda. Selamat menilai !
Contoh:
Artinya :
Scale Self Regulated Learning
N0 Pernyataan SS S TS STS
1 Ketika mempelajari materi pelajaran , saya membuat
Ringkasan materi untuk membantu saya mengerti
2 Selama di kelas saya sering melewatkan poin penting
karena saya sedang memikirkan hal lain
3 Saya sering mencoba untuk menjelaskan materi
pelajaran kepada teman sekelas atau teman lainnya
4 Saya biasanya belajar di suatu tempat dimana saya
dapat berkonsentrasi dalam mengerjakan tugas-tugas
saya
5 Ketika membaca materi pelajaran, saya membuat
pertanyaan yang membantu saya focus terhadap
bacaan saya
6 Saya sering merasa malas atau bosan ketika belajar di
kelas yang membuat saya berhenti sebelum
menyelesaikan apa yang saya rencanakan
7 Saya sering mempertanyakan tentang hal yang saya
dengar atau baca dalam suatu mata kuliah
8 Ketika saya belajar, saya berlatih dengan mengulang
kembali materi pelajaran yang telah dipelajari
sebelumnya
9 Walaupun memiliki kesulitan mempelajari materi di
kelas, saya mencoba untuk melakukannya sendiri,
tanpa bantuan siapapun
10 Ketika merasa bingung tentang suatu hal yang saya
No Pernyataan STS TS S SS
Saya suka belajar sambil mendengarkan
musik X
89
pelajari di kelas , saya akan terus mencoba
menyelesaikannya
11 Ketika belajar suatu materi pelajaran, saya akan
membaca buku cattatan saya dan mencoba untuk
menemukan gagasan penting dari materi tersebut
12 Saya mengunakan waktu belajar dengan baik untuk
suatu pelajaran
13 Jika materi bacaan sulit di pahami, saya mengubah
cara membacanya
14 Saya mencoba untuk bekerja sama dengan mahasiswa
lain di kelas untuk menyelesaikan tugas
15 Ketika belajar suatu pelajaran, saya membaca catatan
kelas saya dan bahan bacaan berulang-ulang
16 Ketika teori, materi,atau kesimpulan yang disajikan di
dalam kelas atau dalam bacaan materi perkuliahan,
saya mencoba menemukan apakah disana ada
petunjuk yang mendukungnya dengan baik
17 Saga bekerja keras untuk belajar dengan baik pada
suatu mata kuliah, bahkan jika saya tidak suka dengan
matakuliah tersebut
18 Saya membuat grafis sederhana, diagram atau tabel
untuk membantu saya memahami pelajaran
19 Saya sering menyisihkan waktu untuk
mendiskusikan materi perlajaran dengan teman-teman
di kelas
20 Saya memperlakukan materi perlajaran sebagai
langkah awal untuk mengembangkan ide-ide yang
saya miliki dengan materi tersebut
21 Saya merasa sulit menetapkan jadwal matakuliah
22 Saya mengambil informasi bacaan dari berbagai
sumber yang berbeda, seperti materi yang diberikan
dosen, buku pelajaran, dan diskusi
23 Sebelum mempelajari materi pelajaran baru secarra
menyeluruh, saya sering membaca sekilas terlebih
dahulu untuk melihat bagaimana materi tersebut.
24 Saya bertanya pada diri sendiri untuk memastikan
apakah saya telah memahami materi pelajaran di
kelas
25 saya mencoba merubah cara belajar saya agar sesuai
dengan syarat mata kuliah dan cara dosen
mengajar
26 Saya sering membaca materi pelajaran tetapi tidk
mengetahui apa maksud dari materi tersebut
27 Saya bertanya kepada dosen untuk menjelaskan materi
pelajaran yang saya tidak mengerti
90
28 Saya menghafal kata kunci untuk mengingatkan saya
tentang konsep-konsep penting dalam suatu pelajaran.
29 Ketika ada tugas yang sulit, saya menyerah untuk
mengerjakannya atau hanya mempelajari bagian yang
mudah
30 Saya mencoba memikirkan suatu topik dan
memutuskan apa yang yang harus saya pelajari dalam
topik pelajaran tersebut bukan hanya membacanya
ketika belajar dalam suatu pelajaran
31 Saya mencoba menghubungkan maksud dalam pokok
bahasan mata kuliah tertentu terhadap mata kuliah
lain bila memungkinkan.
32 Ketika saya mempelajari suatu pelajaran, saya
membaca kembali catatan kelas dan membuat
ringkasan materi yang penting
33 Ketika membaca suatu materi, saya mencoba untuk
menghubungkan materi yang sudah saya ketahui.
34 Saya memilki tempat khusus untuk belajar
35 Say mencoba untuk bermain-main dengan ide-ide
saya sendiri terkait dengan apa yang saya pelajari
dalam suatu mata kuliah.
36 Ketika saya memprelajari suatu pelajaran saya
menulis ringkasan singkat tentang inti pokok dari
materi bacaan dan catatan sewaktu di kelas
37 Ketika saya tidak memahami materi dalam suatu
mata kuliah, saya minta mahasiswa lain dikelas untuk
membantu
38 Saya mencoba untuk memahami pelajaran dengan
membuat hubungan antara bacaan dan konsep-konsep
dari suatu mata kuliah.
39 Saya pastikan saya menyelesaikan tugas minguan
untuk suatu mata kuliah.
40 Setiap kali membaca dan mendengar pernyataan atau
kesimpulan materi kuliah, saya berpikir tentang
kemungkinan aternatif
41 Saya membuat daftar hal penting untuk suatu mata
kuliah dan menghafalnya
42 Saya menghadiri kelas secara teratur
43 Ketika ada materi kuliah yang membosankan dan
tidak menari , saya berusaha belajar sampai selesai
44 Saya mencoba memilih mahasiswa dikelas yang dapat
saya minta bantuan jika diperlukan
45 Ketika belajar untuk suatu pelajaran, saya mencoba
untuk menentukan konsep yang saya tidak mengerti
benar
91
46 Saya sering tidak meluangkan waktu untuk belajar
47 Saya menetapkan tujuan yang ingin dicapai dalam
belajar agar dapat mengarahkan kegiatan saya dalam
belajar
48 Jika saya bingung dengan buku cataan yang saya buat,
saya akan merapikan catatan tersebut agar dapat
dimengerti
49 Saya jarang meluangkan waktu untuk membaca
kembali buku cataan pelajaran saya sebelum ujian
50 Saya mencoba untuk menerapkan ide-ide dari materi
pelajaran pada kegiatan lainnya seperti kegiatan
belajar di kelas dan diskusi.
Scale Self Efficacy
N0 Pernyataan SS S TS STS
1 Saya tidak akan memaksakan diri mengerjakan tugas
saat saya kesulitan
2 Saya tidak mau mempelajari hal baru jika hal tersebut
tersebut terlihat sulit
3 Saya segera menyerah jika saya mengalami kegagalan
saat mempelajari hal baru
4 Ketika saya membuat jadwal untuk mengerjakan
tugas, saya yakin saya bisa melaksanakannya
5 Saat masalah tak terduga terjadi ketika saya sedang
mengerjakan tugas, saya tidak dapat mengatasinya
dengan baik
6 Saya tetap kan menyelesaikan revisi tugas walaupun
hal tersebut tidak menyenangkan.
7 Saya segera melakukan pekerjaan yang sudah saya
rencanakan.
8 Kegagalan membuat saya berusaha lebih keras.
9 Sering kali saya tidak mencapai tujuan yang sudah
saya buat.
10 Saya tidak mampu menangani masalah yang muncul
selama sedang mengerjakan tugas.
11 Jika saya tidak bisa melakukan pekerjaan saat pertama
kali mencobanya, saya akan terus mencoba sampai
saya bisa melakukannya.
12 Saya merasa tidak yakin atas kemampuan saya dalam
menyelesaikan tugasnya.
Scale Self Prokrastinasi
N0 Pernyataan SS S TS STS
1 Saya langsung mengerjakan tugas makalah meski
waktu menyerahkan masih lama
92
2 Saya biasa menunda mengerjakan tugas individu
yang diberikan dosen
3 Saya menyelesaikan tugas yang diberikan dosen
segera
4 Secara umum saya lambat memulai suatu tugas yang
baru
5 Saya mengikuti jadwal yang sudah saya telapkan
untuk mengerjaka tugas kuliah
6 Saya tidak bisa menyelesaikan tugas sesuai tugas
sesuai dengan jadwal yang ditentukan
7 Saya lebih mementingkan menyelesaikan tugas
kuliah yang di berikan dosen di bandingkan nonton tv
8 Ketika dosen mememberikan saya tugas saya biarkan
tugas tersebut sampai besok
9 Saya bermalas-malasan ketika seharusnya
mengerjakan tugas kuliah
10 Mengerjakan tugas tepat waktu adalah mudah bagi
saya
11 Saya biasa terlambat dalam mengumpulkan tugas
yang di berikan dosen
12 Saya mengumpulkan tugas seminggu sebelum
deatline
13 Saya merencanakan mengumpulkan tugas sebelum
deatline tetapi kenyataannya tetap mengumpulkan
tugas setelah deatline
14 Bagi saya membaca buku sekolah lebih menarik dari
pada membaca novel
15 Saya tidak menunda mengerjakan tugas yang di
berikan dosen
16 Ketika dosen memberikan tugas saya akan
membiarkannya sampai esok hari
17 Saya pergi jalan-jalan padahal harus mengerjakan
tugas
18 Saya merencanakan mengerjakan tugas kuliah setiap
minggu dan mengikuti sesuai dengan rencana yang
saya buat
19 Saya merencanakan untuk mencari reverensi tugas
perpustakaan setiap minggu tetapi saya tidak
melaksanakannya
20 Saya tetap mengerjakan tugas yang diberikan oleh
dosen meski teman mengajak main
21 Saya lebih suka bermain game dari pada
mengerjakan tugas yang diberikan dosen
22 Saya mengerkakan tugas sebelum nonton tv
23 Saya mengerjakan tugas hingga larut malam di hari
93
terakhir mengumpulkan tugas
24 Saya tidak menumpuk tugas sampai besok
25 Menurut saya bersenang-senang dengan teman lebih
penting dari tugas
26 Mengerjakan tugas kuliah lebih penting dari pada
berbicara dengan teman
27 Saya lebih memilih bersenang-bersenang dari pada
mengerjakan tugas kelompok
28 Sulit bagi saya langsung mengerjakan tugas yang di
berikan dosen
29 Saya sering terlambat mengerjakan tugas
30 Menurut saya,bersenang-senang dan bejalan-jalan
dengan teman lebih penting dari tugas
31 Saya tergesa-gesa mengerjakan tugas diakhir deadline
32 Saya tidak akan mengerjakan tugas bila masa
pengumpulan masih lama
33 Saya suka mengumpulkan tugas pada batas akhir
tugas
34 Saya mengerjakan tugas yang di berikan dosen
sepulang kuliah
35 Saya tidak mampu melaksanakan tugas sesuai jadwal
yang telah dibuat
36 Saya lebih suka berdiskusi tugas dari pada membaca
novel
37 Saya langsung mengerjakan tugas tanpa menunggu
esok hari
38 Saya menepati janji pada teman kelompok,agar tugas
kelompok bisa di kumpulkan tepat waktu
39 Saya tidak bisa datang ketikan harus mengerjakan
tugas kelompok pada waktunya
94
LAMPIRAN 2
OUTPUT UJI VALIDITAS INSTRUMEN PENELITIAN
UJI VALIDITAS CFA PROKRASTINASI
DA NI=39 NO=160 MA=PM
LA
ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8 ITEM9 ITEM10
ITEM11 ITEM12 ITEM13 ITEM14 ITEM15 ITEM16 ITEM17 ITEM18 ITEM19
ITEM20 ITEM21 ITEM22 ITEM23 ITEM24 ITEM25 ITEM26 ITEM27 ITEM28
ITEM29 ITEM30 ITEM31 ITEM32 ITEM33 ITEM34 ITEM35 ITEM36 ITEM37
ITEM38 ITEM39
KM SY FI=Prokrastinasi.cor
MO NX=39 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
PROKRASTINASI
FR LX 1 LX 39
FR TD 37 1 TD 15 3 TD 38 36 TD 39 9 TD 20 10 TD 30 25 TD 26 7 TD 3 1 TD
11 10
FR TD 37 14 TD 9 6 TD 35 12 TD 18 15 TD 6 3 TD 33 32 TD 28 18 TD 37 22
TD 38 29 TD 25 19
FR TD 38 9 TD 28 21 TD 22 1 TD 38 31 TD 12 5 TD 25 20 TD 34 30 TD 20 4
TD 33 31 TD 23 22
FR TD 23 14 TD 7 5 TD 18 9 TD 24 10 TD 27 22 TD 36 14 TD 38 14 TD 7 3
TD 33 3
FR TD 16 8 TD 37 3 TD 28 3 TD 29 3 TD 22 3 TD 38 32 TD 39 32 TD 33 30
TD 35 32 TD 6 4
FR TD 35 6 TD 39 4 TD 4 2 TD 23 4 TD 39 35 TD 24 15 TD 24 18 TD 24 21
TD 39 1 TD 20 16 TD 28
FR TD 39 21 TD 13 4 TD 12 11 TD 10 4 TD 22 13 TD 35 25 TD 35 14 TD 30
11 TD 34 21
FR TD 11 8 TD 20 8 TD 36 33 TD 14 9 TD 37 34 TD 37 5 TD 27 25 TD 34 14
TD 17 9
FR TD 30 27 TD 31 24 TD 24 6 TD 37 10 TD 20 15 TD 29 11 TD 31 16 TD 20
13
FR TD 34 22 TD 31 4 TD 36 26 TD 26 3 TD 26 1 TD 3 2 TD 32 26 TD 26 13
FR TD 15 10 TD 18 10 TD 20 18 TD 32 22 TD 34 1 TD 23 1 TD 36 35 TD 34
15 TD 35 1
FR TD 5 1 TD 8 4 TD 39 16 TD 39 12 TD 18 12 TD 16 15 TD 38 5 TD 36 5 TD
34 31
FR TD 17 12 TD 32 1 TD 32 16 TD 17 16 TD 36 11 TD 32 8 TD 8 5 TD 20 3
TD 17 6
FR TD 34 24 TD 10 3 TD 16 14 TD 31 30 TD 31 28 TD 14 11 TD 35 34 TD 34
5
FR TD 28 5 TD 34 3 TD 34 29 TD 29 27 TD 21 5 TD 22 19 TD 34 10 TD 34 9
FR TD 16 10 TD 34 32 TD 37 26 TD 26 2 TD 26 23 TD 14 3 TD 27 26 TD 39 6
95
FR TD 33 27 TD 39 27 TD 36 29 TD 31 5 TD 37 17 TD 34 17 TD 37 15 TD 36
3
FR TD 21 16 TD 23 18 TD 28 22 TD 12 1 TD 32 12 TD 18 8 TD 37 12 TD 38 7
FR TD 38 13 TD 21 7 TD 31 20 TD 39 28 TD 28 4 TD 28 23 TD 34 12 TD 17
14
FR TD 25 3 TD 25 2 TD 30 29 TD 30 19 TD 19 7 TD 29 20 TD 33 20 TD 32 20
FR TD 29 23 TD 37 35 TD 37 6 TD 39 37 TD 37 4 TD 29 7 TD 25 11 TD 19 10
FR TD 28 13 TD 36 13 TD 19 17 TD 32 31 TD 25 12 TD 33 23 TD 9 7 TD 34
26
FR TD 21 20 TD 29 10 TD 14 4 TD 25 21 TD 27 10 TD 26 11 TD 26 22 TD 31
10
FR TD 31 11 TD 33 11 TD 34 11 TD 35 28 TD 25 7 TD 25 24 TD 39 7 TD 24
20
FR TD 24 4 TD 21 13 TD 15 13 TD 13 3 TD 30 15 TD 30 21 TD 39 36 TD 39
14
FR TD 15 14 TD 15 11 TD 21 11 TD 18 11 TD 38 34 TD 9 8 TD 23 9 TD 38 23
FR TD 9 1 TD 25 16 TD 9 5 TD 39 17 TD 17 4 TD 10 6 TD 32 9 TD 11 4 TD 26
19
FR TD 11 6 TD 15 6 TD 37 11 TD 11 3 TD 27 24 TD 30 24 TD 16 9 TD 16 6
FR TD 8 6 TD 34 6 TD 33 8 TD 30 8 TD 36 32 TD 7 4 TD 30 5 TD 28 11 TD
37 23
FR TD 23 6 TD 24 5 TD 35 5 TD 14 1 TD 33 5 TD 32 5 TD 39 34 TD 36 19 TD
29 2
FR TD 38 12 TD 39 18 TD 32 18 TD 18 16 TD 16 12 TD 33 16 TD 35 20 TD 27
20
FR TD 27 12 TD 32 27 TD 27 1 TD 28 12 TD 30 28 TD 39 30 TD 39 33 TD 33
28
FR TD 35 31 TD 38 2 TD 35 2 TD 18 2 TD 36 18 TD 18 5 TD 18 3 TD 15 9 TD
27 21
FR TD 24 7 TD 24 23 TD 23 2 TD 14 2 TD 23 11 TD 37 29 TD 37 36 TD 29 19
TD 20 5
FR TD 19 3 TD 31 9 TD 7 2 TD 22 7 TD 23 7 TD 34 23 TD 19 2 TD 32 17 TD
38 21
FR TD 33 29 TD 20 9 TD 25 18 TD 38 16 TD 36 15 TD 27 5 TD 38 27
PD
OU TV SS MI AD=OFF
96
UJI VALIDITAS CFA EFFOR
DA NI=5 NO=160 MA=PM
LA
ITEM4 ITEM6 ITEM7 ITEM8 ITEM11
KM SY FI=Effor.cor
MO NX=5 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
EFFOR
FR LX 1 LX 5
FR TD 3 1
PD
OU TV SS MI
97
Tabel 3.8 Matriks korelasi item Effor
UJI VALIDITAS CFA INITIATIVE
DA NI=3 NO=160 MA=PM
LA
ITEM1 ITEM2 ITEM3
KM SY FI=Initiative.cor
MO NX=3 NK=1 LX=FR PH=ST
LK
INITIATIVE
FR LX 1 LX 3
PD
OU TV SS MI
No 4 6 7 8 11
4 1 X
6 1
7 1
8 1
11 1
X: Item yang berkorelasi; Item yang di drop: -
98
Tabel 3.10 Matriks korelasi item initiative
No 1 2 3
1 1
2 1
3 1
X: Item yang berkorelasi; Item yang di drop: -
UJI VALIDITAS CFA PERSISNTESI
DA NI=4 NO=160 MA=PM
LA
ITEM5 ITEM9 ITEM10 ITEM12
KM SY FI=Persisntensi.cor
MO NX=4 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
PERSISNTENSI
FR LX 1 LX 4
FR TD 3 2 TD 4 3
PD
OU TV SS MI
99
Tabel 3.12 Matriks korelasi item presistensi No 5 9 10 12
5 1
9 1 X
10
12
1 X
1
X: Item yang berkorelasi; Item yang di drop: -
UJI VALIDITAS CFA BELAJAR DENGAN TEMAN
DA NI=3 NO=160 MA=PM
LA
ITEM3 ITEM14 ITEM19
KM SY FI=BelajarDenganTeman.cor
MO NX=3 NK=1 LX=FR PH=ST
LK
BELAJAR DENGAN TEMAN
FR LX 1 LX 3
PD
OU TV SS MI IT=OFF
100
Tabel 3.28 Matriks korelasi item belajar dengan teman
No 3 14 19
6 1
7 1
19 1
X: Item yang berkorelasi; Item yang di
drop: -
UJI VALIDITAS CFA BERPIKIRKRITIS
DA NI=5 NO=160 MA=PM
LA
ITEM7 ITEM16 ITEM20 ITEM35 ITEM40
KM SY FI=BerpikirKritis.cor
MO NX=5 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
BERPIKIR KRITIS
FR LX 1 LX 5
FR TD 5 4
PD
OU TV SS MI
101
Tabel 3.20 Matriks korelasi item berpikir kritis
No 7 16 20 35 40
7 1
16 1
20 1
35 1 X
40 1
X: Item yang berkorelasi; Item yang di
drop: -
UJI VALIDITAS CFA Elaborasi
DA NI=6 NO=160 MA=PM
LA
ITEM22 ITEM31 ITEM33 ITEM36 ITEM38 ITEM 50
KM SY FI=Elaborasi.cor
MO NX=6 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
Elaborasi
FR LX 1 LX 6
FR TD 6 4 TD 2 1
PD
OU TV SS MI
102
Tabel 3.16 Matriks korelasi item elaborasi No 22 31 33 36 38 50
22 1 X
31 1
33 1
36 1 X
38 1
50 1
X: Item yang berkorelasi; Item yang di drop: -
UJI VALIDITAS CFA LATIHAN
DA NI=4 NO=160 MA=PM
LA
ITEM4 ITEM15 ITEM8 ITEM28
KM SY FI=Latihan.cor
MO NX=4 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
LATIHAN
FR LX 1 LX 4
FR TD 2 1
PD
OU TV SS MI
103
Tabel 3.14 Matriks korelasi item latihan No 8 15 28 41
8 1 X
15 1
28 1
41 1
X: Item yang berkorelasi; Item yang di drop: -
UJI VALIDITAS CFA ManajemenWaktudanLingkunganBelajar
DA NI=8 NO=160 MA=PM
LA
ITEM4 ITEM12 ITEM21 ITEM34 ITEM39 ITEM42 ITEM46 ITEM49
KM SY FI=ManajemenWaktudanLingkunganBelajar.cor
MO NX=8 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
Manajemen Waktu dan Lingkungan Belajar
FR LX 1 LX 8
FR TD 7 3 TD 5 1 TD 8 7 TD 4 2 TD 8 5 TD 7 1
PD
OU TV SS MI
104
Tabel 3.24 Matriks korelasi item Manajemen waktu dan lingkungan belajar No 4 12 21 34 39 42 46 49
4 1 X X
12 1 X
21 1 X
34 1
39 1 X
42 1
46 1 X
49 1
X: Item yang berkorelasi; Item yang di drop: -
UJI VALIDITAS CFA PENCARIANBANTUAN
DA NI=4 NO=160 MA=PM
LA
ITEM 9 ITEM27 ITEM37 ITEM44
KM SY FI=PencarianBantuan.cor
MO NX=4 NK=1 LX=FR PH=ST
LK
PENCARIAN BANTUAN
FR LX 1 LX 4
PD
OU TV SS MI
105
Tabel 3.30 Matriks korelasi item pencarian bantua
No 9 27 37 44
9 1
27
37
1
1
44 1
X: Item yang berkorelasi; Item yang di drop: -
UJI VALIDITAS CFA pengaturanmetakognitif
DA NI=12 NO=160 MA=PM
LA
ITEM2 ITEM5 ITEM10 ITEM13 ITEM23 ITEM24 ITEM25 ITEM26 ITEM30
ITEM45 ITEM47 ITEM48
KM SY FI=pengaturanmetakognitif.cor
MO NX=12 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
pengaturan metakognitif
FR LX 1 LX 12
FR TD 12 8 TD 8 1 TD 8 7 TD 9 8 TD 10 3 TD 12 2 TD 12 5
FR TD 11 6
PD
OU TV SS MI
106
Tabel 3.22 Matriks korelasi item pengaturan metakognitif No 2 5 10 13 23 24 25 26 30 45 47 48
2 1 X
5 1 X
10 1 X
13 1
23 1 X
24 1 X
25 1 X
26 1 X X
30 1
45 1
47 1
48 1
X: Item yang berkorelasi; Item yang di drop: -
UJI VALIDITAS CFA PENGATURAN USAHA
DA NI=4 NO=160 MA=PM
LA
ITEM6 ITEM17 ITEM29 ITEM43
KM SY FI=PENGATURANUSAHA.cor
MO NX=4 NK=1 LX=FR PH=ST
LK
PENGATURAN USAHA
FR LX 1 LX 4
PD
OU TV SS MI
107
Tabel 3.25 Matriks korelasi item pengaturan usaha
No 6 7 29 43
6 1
7 1
29 1
43 1
X: Item yang berkorelasi; Item yang di drop: -
UJI VALIDITAS CFA PENGORGANISASIAN
DA NI=4 NO=160 MA=PM
LA
ITEM1 ITEM11 ITEM18 ITEM32
KM SY FI=PENGORGANISASIAN.cor
MO NX=4 NK=1 LX=FR PH=ST
LK
PENGORGANISASIAN
FR LX 1 LX 4
PD
OU TV SS MI
Tabel 3.18 Matriks korelasi item pengorganisasian
No 1 11 18 32
1 1 X
11 1
18 1
32 1
X: Item yang berkorelasi; Item yang di drop: -