hubungan motivasi belajar dengan self regulated learning...
TRANSCRIPT
1
PENDAHULUAN
Dalam studi perguruan tinggi strata satu, mahasiswa harus
menyelesaikan skripsi sebagai syarat untuk mendapatkan kelulusan. Tugas
akhir ini harus dibuat dengan sepenuh hati dan didukung oleh banyak
persiapan lainnya. Namun, yang terjadi tidak semua mahasiswa dengan
sepenuh hati dalam mengerjakan tugas akhir. Tidak sedikit mahasiswa
yang “malas-malasan” dalam mengerjakan tugas akhirnya. Akibatnya
banyak mahasiswa yang tidak mampu menyelesaikan skripsi dalam
rentang waktu normal untuk lulus kuliah. Fenomena ini yang sering terjadi
di berbagai universitas, khususnya pada mahasiswa akhir dalam
menyelesaikan skripsi. Demikian pun hal ini yang terjadi di Universitas
Kristen Satya Wacana (UKSW), pada mahasiswa akhir fakultas Psikologi
(wawancara dengan salah satu mahasiswa 1-Juni-2013 ).
Dalam menyelesaikan skripsi, mahasiswa memliki target
bermacam-macam agar dapat menyelesaikan skripsi sesuai dengan waktu
yang diharapkan. Namun untuk melakukan target tersebut tidak sesuai
dengan harapan, hal ini terjadi karena lingkungan atau tempat tinggal
(kos). Lingkungan sebagai tempat tinggal, sangat berperan dalam
menyelesaikan skripsi. Merupakan tempat untuk melakukan aktivitas
menyusun skripsi, lingkungan yang nyaman pula mampu membuat
seorang mahasiswa betah untuk menyusun skripsi. Hal ini sejalan dengan
penelitian Bandura (1977) yang menggambarkan bahwa fungsi manusia
2
sebagai interaksi antara orang, perilaku dan lingkungan yang berdampak
pada regulasi diri.
Pada kenyataannya lingkungan yang nyaman dan tidak nyaman
juga yang memengaruhi kemampuan seseorang untuk menyusun skripsi.
Dalam menyelesaikan skripsi, banyak kendala yang dirasakan oleh
mahasiswa baik dari dalam diri maupun dari lingkungan kampus,
keluarga dan kos. Dari diri sendiri sering terjadi malas-malasan, menunda
mengerjakan revisi, persepsi terhadap dosen dan ketidakmampuan
mengatur waktu. Dalam lingkungan kos jika sering kumpul-kumpul,
berisik, nonton film, bermain game ataupun online situs jejaring social
facebook di perpustakaan dan tidak ada yang menegur serta kesulitan
memperoleh bahan-bahan (wawancara dengan salah satu mahasiswa 1-
Juni 2013).
Mahasiswa adalah pelajar pada perguruan tinggi ( Moekijat, 1993).
Untuk dapat meraih gelar sarjana, mahasiswa wajib membuat skripsi.
Skripsi sendiri itu adalah sebuah karya ilmiah yang disusun oleh seorang
mahasiswa program sarjana (program strata satu) dari hasil penelitiannya
atas dasar analisis data primr dan sekunder (Djarwanto, 1987). Skripsi
bertujuan agar mahasiswa mampu menyusun dan menulis suatu karya
ilmiah, sesuai dengan bidang ilmunya.
Masalah klasik yang terutama dialami oleh mahasiswa pada akhir
program studinya adalah ketika menghadapi kewajiban untuk menyusun
skripsi. Menurut Zamindari (dalam Suryadi 2008) menyusun skripsi
3
berdasarkan suatu kegiatan penelitian merupakan salah satu cara untuk
membuktikan kematangan nalar mahasiswa. Mahasiwa harus dapat
menempuhnya sebagai prasyarat untuk menempuh derajat sarjana s1.
Namun dalam prakteknya tidak semua mahasiswa sanggup menyelesaikan
tugas menyusun skripsi karena alasan-alasan yang menyebabkan
mahasiswa malas mengerjakan skripsi.
Dalam proses menyelesaikan skripsi, tidak dapat dipungkiri bahwa
banyak sekali kendala-kendala yang bisa muncul dan dirasakan mahasiswa
sebagai suatu beban yang berat yang dapat berkembang sehingga
dibutuhkan self regulation learning yang dapat menunjang mahasiswa
agar mampu mengerjakan skripsi dengan baik. Namun ada pula beberapa
mahasiswa yang mampu menyelesaikan skripsi dengan baik, meskipun
berada dalam kondisi lingkungan kos tersebut.
Menurut (Susanto, 2006) regulasi diri merupakan salah satu faktor
yang memengaruhi keberhasilan seseorang dalam menjalani proses
pendidikannya. Kemampuan regulasi diri tidak dapat berkembang dengan
sendirinya, dibutuhkan suatu lingkungan yang kondusif agar dapat
mengembangkan regulasi diri.
Self-regulated learning adalah proses aktif dan konstruktif dengan
jalan mahasiswa menetapkan tujuan untuk proses belajarnya dan berusaha
untuk memonitor, meregulasi, dan mengontrol kognisi, motivasi belajar,
dan perilaku, yang kemudian semuanya diarahkan dan didorong oleh
tujuan dan disesuaikan dengan konteks lingkungan.
4
Konsep self regulation learning itu sendiri berakar dari teori sosial
kognitif yang dikemukakan oleh Bandura. Menurut Bandura (dalam Feist
& Feist, 2006) tindakan seseorang adalah sebuah hasil interaksi antara tiga
variabel yaitu individu, perilaku dan lingkungan. Seseorang menggunakan
kapasitas kognitifnya untuk melakukan suatu proses tingkah laku. Selain
itu individu juga memiliki kapasitas untuk memilih atau mengatur kembali
lingkungannya.
Motivasi belajar yang mendorong regulasi diri, motivasi belajar
penting diperhatikan sebagai salah satu faktor yang memengaruhi Self
regulation learning dan keberhasilan akademik. Regulasi diri dalam
belajar merupakan usaha yang dilakukan individu untuk mencapai tujuan
belajar dengan mengaktifkan dan mempertahankan pikiran, perilaku dan
emosi (Zimmerman dalam Wolfok 2004).
Self-regulated learning (SRL) merupakan kegiatan dimana individu
yang belajar secara aktif, menyusun, menentukan tujuan belajar,
merencanakan dan memonitor, mengatur dan mengontrol kognisi,
motivasi belajar perilaku serta lingkungannya untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan (Filho, 20001; Pintrich, 2004; Wolters, et. al, 2003).
Self Regulated Learning merupakan fondasi proses belajar sepanjang
hayat yang membelajarkan peserta didik untuk mengendalikan pikiran,
sikap dan tindakannya secara terencana dan siklis untuk mencapai tujuan
pembelajaran (Zimmerman, 1989; Smith, 2001).
5
Motivasi belajar adalah proses internal yang mengaktifkan, memandu,
dan mempertahankan perilaku dari waktu ke waktu. Individu termotivasi
belajar karena berbagai alasan yang berbeda, dengan intensitas yang
berbeda. Motivasi belajar bergantung juga konsekuensi penguatan
(reinforcement), kebutuhan manusia, hasil dari disonan atau ketidak
cocokan, atribusi dari keberhasilan atau kegagalan, atau harapan dari
peluang keberhasilan. Motivasi belajar dapat ditingkatkan dengan
penekanan tujuan-tujuan belajar dan pemberdayaan atribusi (Maslow,
1954).
Menurut Arko Punjadi (2007), Motivasi belajar mahasiswa dapat
didefinisikan sebagai suatu keadaan dalam diri mahasiswa yang
mendorong dan mengarahkan perilakunya kepada tujuan yang ingin
dicapainya dalam mengikuti pendidikan tinggi. Motivasi belajar
mahasiswa dapat dikatakan sebagi fungsi dari faktor yang ada dalam
dirinya sendiri (intrinsik) dan faktor-faktor yang ada didalam lingkungan
belajar atau diluar diri sendiri (ekstrinsik).
Beberapa penelitian mengenai SRL telah dilakukan oleh Natakusuma
(2003) dikatakan bahwa mahasiswa yang kuliah sambil bekerja memiliki
regulasi yang baik. Mereka benar-benar mengatur waktu belajar mereka
sendiri sesuai dengan kemampuan dan kesibukannya. Begitu juga dengan
penelitian yang dilakukan oleh Nurshidiq dan Mujidin (2006), tentang
perbedaan SRL antara siswa underachievers dan siswa overachievers pada
kelas 3 SMP Negeri 6 Yogyakarta, mendapatkan hasil bahwa ada
6
perbedaan yang signifikan SRL antara siswa underachievers dan siswa
overachievers. Begitu juga dengan penelitian oleh Febrilia (2012) di
UKSW, mengemukakan bahwa tidak ada perbedaan SRL pada mahasiswa
yang bekerja part time dan tidak bekerja.
Hal ini tampak dalam penelitian Joan Amelia (2011) hubungan antara
self regulation dengan prestasi belajar mahasiswa fakultas psikologi,
bahwa ada hubungan positif yang rendah dan signifikan antara self
regulation dengan prestasi belajar mahasiswa Fakultas Psikologi
Universitas Kristen Satya Wacana. Berdasarkan saran untuk peneliti
selanjutnya, untuk mengadakan penelitian self regulation dengan motivasi
belajar.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengkaji apakah ada
Hubungan Motivasi belajar dengan Self Regulated Learning pada
mahasiswa angkatan 2008-2009 fakultas psikologi UKSW yang sedang
menyelesaikan skripsi.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka dirumuskan
masalah sebagai berikut : Adakah hubungan yang signifikan antara
Motivasi belajar dengan Self Regulated Learning pada mahasiswa
angkatan 2008-2009 fakultas psikologi UKSW yang sedang
menyelesaikan skripsi.
7
Self regulated learning
Zimmerman (1989) mengatakan bahwa individu yang memiliki
SRL merupakan individu yang aktif secara metakognisi, motivasi
belajar, dan perilaku di dalam proses belajarnya. SRL menyangkut
penerapan dari model umum regulasi dan regulasi diri (self-regulation)
dalam proses belajar.
Menurut Pintrich, 2000 (dalam Wolters, Pintrich, dan Karabenick
2003). Self-regulated learning adalah proses aktif dan konstruktif
dengan jalan mahasiswa menetapkan tujuan untuk proses belajarnya
dan berusaha untuk memonitor, meregulasi, dan mengontrol kognisi,
motivasi belajar, dan perilaku, yang kemudian semuanya diarahkan
dan didorong oleh tujuan dan disesuaikan dengan konteks lingkungan.
Dengan demikian, dari berbagai pendapat di atas dapat ditarik
kesimpulan bahwa pengertian self regulation learning dapat
didefinisikan bahwa individu yang memiliki Self Regulation Learning
merupakan individu yang aktif secara metakognisi, motivasi belajar,
dan perilaku di dalam proses belajarnya.
Self regulation merupakan pondasi dalam proses sosialisasi dan
melibatkan perkembangan fisik, kognitif dan emosi (Papalia, Olds, &
Feldman 2001). Mahasiswa dengan self-regulation pada tingkat yang
tinggi akan memiliki kontrol yang baik dalam mencapai tujuan
akademisnya. Zimmerman (2001, 2002) mengungkap karakteristik
8
mahasiswa yang mempunyai self regulation learning dalam belajar,
yaitu sebagai berikut:
1. Mengenal dan tahu bagaimana menggunakan serangkaian strategi
kognitif (pengulangan, elaborasi, dan organisasi), yang membantu
mereka untuk mengurus, mengubah, mengatur, mengelaborasi, dan
memulihkan informasi.
2. Mengetahui bagaimana merencanakan, mengontrol dan mengarahkan
proses mental mereka terhadap pencapaian tujuan pribadi
(metacognition).
3. Menunjukkan keyakinan motivasi belajar dan emosi yang adaptif,
seperti mempunyai rasa tinggi akademik self-efficacy, mengadopsi
tujuan pembelajaran, pengembangan emosi positif terhadap tugas
(misalnya sukacita, kepuasan, antusiasme), serta kontrol dan
memodifikasi, menyesuaikan semua itu untuk persyaratan tugas dan
pada situasi belajar yang tertentu.
4. Merencanakan dan mengendalikan waktu dan usaha untuk digunakan
pada tugas, dan mereka tahu cara membuat dan menstruktur
lingkungan belajar yang menguntungkan, seperti menemukan sebuah
tempat belajar yang cocok, dan membantu mencari dari bantuan dari
guru dan teman sekelas saat mereka mengalami kesulitan.
5. Menunjukkan upaya yang lebih besar untuk berpartisipasi dalam
mengontrol dan meregulasi tugas akademik, iklim kelas dan struktur
9
(misalnya bagaimana seseorang akan dievaluasi persyaratan tugas,
desain tugas kelas, organisasi tim kerja).
6. Mereka mampu dimasukkan ke dalam serangkaian upaya strategi,
bertujuan untuk menghindari gangguan eksternal dan internal, untuk
menjaga konsentrasi mereka, usaha dan motivasi belajar ketika
melakukan tugas akademik.
Motivasi Belajar
Ada 2 motivasi belajar dalam belajar yaitu motivasi belajar
ekstrinsik dan motivasi belajar intrinsik. Menurut Santrock (2007)
Motivasi belajar ekstrinsik adalah melakukan sesuatu untuk
mendapatkan segala sesuatu dengan cara yang lain (untuk
mencapai tujuan) sedangkan motivasi belajar intrinsik adalah
motivasi belajar internal untuk melakukan sesuatu demi mencapai
sesuatu itu sendiri ( tujuan itu sendiri).
Kesimpulannya motivasi belajar adalah energi penggerak,
pengarah dan memperkuat tingkah laku mendorong individu untuk
belajar dan sebagai poses internal mengaktifkan, memandu dan
memelihara perilaku seseorang secara terus menerus.
Deci dan Ryan 2000; Walker, Greene dan Mansell, 2006
(dalam Wang, 2008) mengungkapkan bahwa motivasi belajar itu
memiliki 2 aspek, yakni motivasi intrinsic dan motivasi ekstrinsik.
Motivasi intrinsic berasal dari dalam individu dan berdampak pada
kepuasan individu tersebut dalam proses meningkatkan kompetensi
10
dirinya dalam tugas akademik tertentu. Sedangkan motivasi
ekstrinsik adalah motivasi yang disimulasi oleh pemberian hadiah
atau reward dan hukuman yang bergantung pada kesuksesan atau
kegagalan orang tersebut pada tugas tertentu.
a. Motivasi intrinsik, dicirikan oleh Wang :
- Motivasi untuk pengetahuan (motivation for knowledge)
- Motivasi untuk menyelesaikan hal-hal yang menantang
(motivation to accomplish)
b. Motivasi ekstrinsik, dicirikan oleh Wang :
- Motivasi untuk mendapatkan penghargaan atau motivasi
untuk menghindari hukuman ( external utility regulation).
Hipotesis
Berdasarkan latar belakang dan uraian teori, dapat diketahui
bahwa hipotesis dari penelitian ini : “ Ada hubungan positif dan
signifikan antara Motivasi belajar dengan Self Regulated
Learning pada mahasiswa angkatan 2008-2009 fakultas psikologi
UKSW yang sedang menyelesaikan skripsi.
Hal ini menunjukan semakin tinggi motivasi belajar yang
dimiliki mahasiswa Fakultas Psikologi angkatan 2008-2009, maka
self regulated learning untuk menyelesaikan skripsi juga semakin
tinggi.
11
METODE PENELITIAN
1. Desain dan Variabel penelitian
Penelitian ini menggunakan metode Kuantitatif.
Adapun variabel-variabel dalam penelitian ini adalah :
Variabel Terikat : Self Regulated Learning (Y)
Variabel Bebas : Motivasi belajar (X)
2. Definisi Operasional
Definisi operasional dari variabel penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Self Regulation Learning
Bandura (dalam Feist & feist, 2008) self regulation learning adalah
kemampuan individu untuk menahan dorongan dan mengendalikan
tingkah laku pada saat tidak ada pengontrol dari lingkungan, sehingga
self regulation learning ini berkaitan dengan aspek berpikir,
emosional dan perilaku.
Variabel ini diungkap dengan Skala self regulation learning pada
mahasiswa Fakultas Psikologi angkatan 2008-2009 yang sedang
menyelesaikan skripsi yang dimodifikasi oleh penulis berdasarkan
karakteristik self regulation learning. Makin tinggi skor yang
diperoleh semakin tinggi tingkat self regulation learning, dan
sebaliknya semakin rendah skor yang dipeoleh maka semakin rendah
self regulation learningnya.
12
2. Motivasi belajar
Dalam kegiatan belajar, motivasi belajar dapat dikatakan sebagai
keseluruhan daya penggerak di dalam diri yang menimbulkan kegiatan
belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan
memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang
dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai (Sardiman, 2000).
Menurut Decy dan Ryan 2000; Walker, Greene dan Mansell, 2006
(dalam Wang, 2008), aspek- aspek motivasi belajar ini terdiri dari
motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.
Variabel ini diungkap dengan Skala motivasi belajar pada
mahasiswa Fakultas Psikologi angkatan 2008-2009 di UKSW dalam
menyelesaikan skripsi yang dimodifikasi oleh penulis berdasarkan
aspek-aspek motivasi belajar. Makin tinggi skor yang diperoleh
semakin tinggi tingkat motivasi belajarnya dalam menyelesaikan
skripsi dan sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh maka
semakin rendah motivasi belajarnya dalam menyelesaikan skripsi.
3. Subyek penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa fakultas Psikologi
angkatan 2008-2009 di UKSW yang sedang menyelesaikan skripsi
yang berjumlah 35 orang.
Dalam penelitian ini subyek di peroleh oleh peneliti pada saat antri
bimbingan skripsi di fakultas psikologi yang berjumlah 35 mahasiswa
13
fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana UKSW (angkatan
2008-2009), yang sedang menyelesaikan skripsi.
4. Instrumen
Metode yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian
ini adalah skala. Menurut Azwar (2012), istilah skala biasa disamakan
dengan istilah tes namun dalam pengembangan instrumen ukur
umumnya istilah tes digunakan untuk penyebutan alat ukur
kemampuan kognitif sedangkan istilah skala lebih banyak dipakai
untuk menamakan alat ukur atribut non kognitif khususnya yang
disajikan dalam format tulis.
Dengan metode skala, data yang diungkap adalah deskripsi
mengenai aspek kepribadian individu. Selain itu aitem pada metode
skala berupa penerjemahan dari indikator keperilakuan guna
memancing jawaban yang tidak secara langsung menggambarkan
keadaan diri subjek, yang biasanya tidak disadari oleh responden yang
bersangkutan. Sekalipun responden sangat memahami isi pertanyaan,
namun responden tidak menyadari arah jawaban yang dikehendaki dan
kesimpulan apa yang sesungguhnya diungkap oleh pertanyaan tersebut
(Azwar, 2012).
1. Skala Self Regulated Learning
Contoh item skala Self regulated learning
14
1. Saya membuat perencanaan dalam mengerjakan skripsi
untuk mencapai tujuan.
2. Saya tidak bisa mengatur waktu untuk mengerjakan skripsi
3. Suasana kos yang berisik membuat saya kehilangan
konsentrasi untuk mengerjakan skripsi.
2. Skala Motivasi Belajar
Contoh item skala Motivasi Belajar
1. Terlalu banyak revisi membat saya stress untuk
mengerjakan skripsi
2. Lingkungan kos yang tenang membuat saya nyaman
untuk mengerjakan skripsi
3. Saya menerima ajakan teman untuk jalan-jalan meskipun
harus mengumpulkan revisi secepatnya (deadline)
5. Prosedur Pengumpulan Data
Pengambilan data dilaksanakan di Fakultas Psikologi UKSW
pada mahasiswa Psikologi angkatan 2008-2009 yang sedang
menyelesaikan skripsi pada tanggal 10,11 dan 14 Juli 2014. Untuk
pengambilan data di fakultas Psikologi peneliti langsung menemui
subjek yang berada di sekitaran Fakultas Psikologi dan SC yang
sedang berdiskusi dan menunggu bimbingan skripsi, peneliti
menanyakan angkatan tahun berapa dan setelah itu langsung
memberikan skala kepada responden.
15
Berhubung penelitian dilaksanakan pada semester
pendek,maka subjek yang didapat sedikit. Jumlah angket yang yang
dibagikan untuk penelitian ini adalah 35 buah. Jumlah seluruh sampel
yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 35 subjek.
6. Tekhnik Analisis Data
Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif digunakan untuk menjabarkan sejumlah
data guna memperoleh gambaran secara sistematis dan menyeluruh
mengenai keadaan subjek penelitian terkait dengan variable
penelitian. Pendeskripsian data subjek penelitian ini meliputi
gambaran hasil penelitian secara umum yaitu mean, standart
deviasi, rentang skor perhitungan frekuensi dan presentase.
1. Uji Normalitas
Pengujian normalitas dimaksudkan untuk mengetahui
apakah dalam variabel yang diteliti berdistribusi normal atau
tidak. Data akan dikatakan normal jika nilai p > 0,05. Uji
normalitas pada penelitian ini menggunakan teknik
Kolmogorov-Smirnov Goodness of Fit Test.
2. Uji Linearitas
Pengujian linearitas dimaksudkan untuk mengetahui
linearitas hubungan antara variabel bebas dengan variabel
terikat, selain itu uji linearitas ini juga diharapkan dapat
16
mengetahui taraf signifikansi penyimpangan dari linearitas
hubungan tersebut (Hadi, 2007).
3. Analisis Korelasi Product Moment
Dalam penelitian ini untuk menguji dan membuktikan
secara statistik hubungan antara motivasi belajar dengan self
regulation learning, maka digunakan analisis korelasi product
moment dari Pearson dengan perhitungan dan pengolahan data
menggunakan bantuan aplikasi SPSS 16.
Analisis Data
Data penelitian dianalisis dengan Perhitungan dalam analisis
ini dilakukan dengan bantuan SPSS (Statistical Product & Service
Solution) versi 16.0.
HASIL PENELITIAN
1. Uji Asumsi
Uji Normalitas
Uji asumsi ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui
apakah ada data yang telah memenuhi asumsi analisi sebagai syarat
untuk melakukan analisis dengan tekhnik korelasi Pearson Product
Moment. Pengujian uji normalitas dilakukan dengan melihat hasil
uji Kolmogorov-Smirnov.
17
Berdasarkan hasil uji normalitas pada kedua variabel
memiliki signifikansi p > 0,05. Variabel Motivasi Belajar memiliki
nilai K-S-Z sebesar 0, 558 dengan probabilitas (p) atau
signifikansi sebesar 0, 915 (p > 0,05). Oleh karena nilai
signifikansi p > 0,05 , maka Motivasi Belajar berdistribusi normal.
Hal ini juga terjadi pada variabel Self regulated learning memiliki
K-S-Z sebesar 0,528 dengan probabilitas (p) atau signifikansi
sebesar 0,943 (p > 0,05). Dengan demikian kedua variabel memilki
distribusi yang normal.
Uji Linearitas
Uji linearitas dilakukan untuk menguji integritas hubungan
data yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Dengan kata lain
pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas
berpengaruh pada variabel terikat saling atau tidak. Dari hasil uji
linearitas diperoleh nilai F beda sebesar 0,849 dengan sig. = 0,646
(p > 0,05) yang menunjukkan hubungan antara motivasi belajar
dengan self regulated learning adalah linear.
18
2. Analisis Deskriptif
1. Variabel Motivasi Belajar
Kategorisasi Pengukuran Motivasi Belajar
No Interval Kategori Mean N Persentase
(%)
1. 86,4 ≤ × < 108 Sangat
tinggi
7 20 %
2. 64,8 ≤ × < 86,4 Tinggi 77,17 23 65,7 %
3. 43,2 ≤ × < 64,8 Cukup 5 14,3 %
4. 21,6 ≤ × < 43,2 Rendah 0 2,9 %
5. 0 ≤ × ≤ 21,6 Sangat
rendah
0 0 %
Jumlah 35 100%
SD =12,05 MIN = 50 MAX = 97
Berdasarkan tabel motivasi belajar diatas dapat dilihat
bahwa 7 mahasiswa angkatan 2008-2009 fakultas psikologi
memiliki motivasi belajar yang berada pada kategori sangat tinggi
dengan persentase 20%, 23 mahasiswa fakultas psikologi angkatan
2008-2009 berada pada kategori tinggi dengan persentase 65,7%, 5
mahasiswa angkatan 2008-2009 berada pada kategori cukup
dengan persentase 14,3 % dan tidak ada mahasiswa dengan
kategori rendah dan sangat rendah.
Berdasarkan rata-rata sebesar 77,17% dapat dikatakan
bahwa rata-rata motivasi belajar mahasiswa fakultas psikologi
19
angkatan 2008-2009 berada pada kategori tinggi. Skor yang
diperoleh subjek bergerak dari skor minimum sebesar 50 sampai
dengan skor maksimum 97 dengan standar deviasi 12,05.
2. Variabel Self regulated learning
Kategorisasi Pengukuran Skala Self Regulated Learning
Berdasarkan tabel self regulated learning diatas dapat
dilihat bahwa 4 mahasiswa fakultas psikologi angkatan 2008-2009
yang sedang menyelesaikan skripsi, memiliki skor self regulated
learning yang berada pada kategori sangat tinggi dengan
persentase 11, 4%, 22 mahasiswa yang sedang menyelesaikan
skripsi berada pada kategori tinggi dengan persentase 62,8 %, 7
mahasiswa memiliki skor self regulated learning dengan kategori
cukup dengan persentase 20 %, 2 mahasiswa yang memiliki skor
No Interval Kategori Mean N Persentase
(%)
1. 64 ≤ × < 80 Sangat tinggi 4 11,4 %
2. 48 ≤ × < 64 Tinggi 52,45 22 62,8 %
3. 32 ≤ × < 48
Cukup 7 20 %
4. 6 ≤ × < 32
Rendah 2 5,8 %
5. 0 ≤ × ≤ 16 Sangat
rendah
0 0 %
Jumlah 35 100%
SD = 10,27 MIN =27 MAX = 74
20
rendah sedang menyelesaikan skripsi dengan persentase 5,8 %
dan tidak ada mahasiswa yang memiliki skor sangat rendah dengan
persentase 0%.
Berdasarkan rata-rata sebesar 52,45 % dapat dikatakan
bahwa rata-rata self regulated learning berada pada kategori
tinggi. Skor yang diperoleh subjek bergerak dari skor minimum 27
sampai dengan skor maksimum sebesar 74 dengan standar deviasi
10,27.
ANALISIS KORELASI
Perhitungan dalam analisis ini dilakukan dengan SPSS
versi 16.0. Hasil korelasi antara Motivasi Belajar dengan Self
regulated learning dapat dilihat pada tabel berikut ini:
B
B
Berdasarkan hasil perhitungan uji korelasi diperoleh koefisien
korelasi antara Motivasi Belajar dengan Self regulated learning
sebesar 0,068 dengan sig = 0,349 (p > 0,05) yang berarti tidak ada
hubungan antara Motivasi Belajar dengan self regulated learning.
Hasil Uji Korelasi Motivasi Belajar dengan Self regulated
learning
BLJR SRL
BLJR Pearson Correlation 1 .068
Sig. (1-tailed) .349
N 35 35
SRL Pearson Correlation .068 1
Sig. (1-tailed) .349
N 35 35
21
Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan motivasi
belajar dengan Self regulated learning pada mahasiswa angkatan
2008-2009 Fakultas Psikologi UKSW yang sedang menyelesaikan
skripsi.
PEMBAHASAN
Berdasarkan penelitian mengenai hubungan Motivasi
belajar dengan Self regulated learning pada mahasiswa angkatan
2008-2009 Fakultas Psikologi UKSW yang sedang menyelesaikan
skripsi, didapatkan hasil bahwa tidak ada hubungan Motivasi
belajar dengan Self regulated learning mahasiswa fakultas
psikologi 2008-2009 UKSW yang sedang menyelesaikan skripsi.
Hasil uji korelasi keduanya, memiliki r sebesar 0,068 dengan sig=
0,349 (p > 0,05) yang berarti tidak ada hubungan.
Hal ini sesuai dengan kondisi mahasiswa dalam
menyelesaikan skripsi. Dalam proses menyelesaikan skripsi tidak
dapat dipungkiri bahwa banyak kendala-kendala yang sering
muncul, baik di lingkungan sekitar maupun tempat tinggal (kos),
serta kendala dari diri sendiri yaitu malas mengerjakan skripsi,
sering menunda-nunda menegerjakan revisi skripsi, persepsi
terhadap dosen dan ketidakmampuan mengatur waktu. Hal inilah
yang membuat mahasiswa merasakan hambatan dalam
mengerjakann skripsi, sehingga membutuhkan rentang waktu yang
22
lama dalam menyelesaikan skripsi ( wawancara dengan salah satu
mahasiswa).
Dalam faktor-faktor yang memengaruhi Self Regulation
Learning oleh Zimmerman (1989), ada tiga faktor yaitu faktor
personal, faktor perilaku dan yang terakhir faktor lingkungan.
Berdasarkan hasil analisis deskriptif dalam penelitian ini
diperoleh data bahwa Motivasi belajar sebesar 65,7% yang berada
pada kategori tinggi. Sedangkan self regulation learning
mahasiswa memilki persentase 68,5% yang berada pada kategori
tinggi. Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian mahasiswa
memilki self regulation learning yang tinggi. Hal ini
menggambarkan bahwa mahasiswa dalam menyelesaikan skripsi,
memiliki proses aktif dan konstruktif dengan jalan mahasiswa
menetapkan tujuan untuk proses belajarnya dan berusaha untuk
memonitor, meregulasi, dan mengontrol kognisi dan perilaku, yang
kemudian semuanya diarahkan dan didorong oleh tujuan dan
disesuaikan dengan konteks lingkungan.
Menurut Arko Punjadi (2007), Motivasi belajar mahasiswa
dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan dalam diri mahasiswa
yang mendorong dan mengarahkan perilakunya kepada tujuan yang
ingin dicapainya dalam mengikuti pendidikan tinggi. Motivasi
belajar mahasiswa dapat dikatakan sebagi fungsi dari faktor yang
23
ada dalam dirinya sendiri (intrinsik) dan faktor-faktor yang ada
didalam lingkungan belajar atau diluar diri sendiri (ekstrinsik).
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa
tidak terdapat hubungan Motivasi belajar dengan Self regulated
learning pada mahasiswa fakultas Psikologi UKSW, dalam
menyelesaikan skripsi. Banyak faktor yang mempengaruhi hal ini,
karena berdasarkan wawancara penulis dengan salah satu
mahasiswa, disebabkan karena faktor intrinsik adanya „malas-
malasan‟ dalam mengerjakan skripsi maupun revisi skripsi,
persepsi terhadap dosen dan ketidakmampuan mengatur waktu
sedangkan faktor ekstrinsik, disebabkan karena lingkungan (kos),
jika dalam lingkungan kos tersebut sering kumpul-kumpul, berisik,
nonton film, bermain game ataupun online situs jejaring social
facebook di perpustakaan dan tidak ada yang menegur serta
kesulitan memperoleh bahan-bahan. Faktor-faktor tersebut yang
sering terjadi di kalangan mahasiswa dalam mengerjakan skripsi,
yang menyebabkan hambatan-hambatan dalam menyelesaikan
skripsi.
Menurut Zamindari (dalam Suryadi 2008) menyusun
skripsi berdasarkan suatu kegiatan penelitian merupakan salah satu
cara untuk membuktikan kematangan nalar mahasiswa. Mahasiwa
harus dapat menempuhnya sebagai prasyarat untuk menempuh
derajat sarjana s1. Namun dalam prakteknya tidak semua
24
mahasiswa sanggup menyelesaikan tugas menyusun skripsi karena
alasan-alasan yang menyebabkan mahasiswa malas mengerjakan
skripsi.
KESIMPULAN DAN SARAN
a. Tidak ada hubungan motivasi belajar dengan self regulated learning
pada mahasiswa angkatan 2008-2009 fakultas Psikologi UKSW, yang
sedang menyelesaikan skripsi. Banyak faktor yang mempengaruhi hal
ini, karena berdasarkan wawancara penulis dengan salah satu
mahasiswa, disebabkan karena faktor intrinsik adanya „malas-malasan‟
dalam mengerjakan skripsi maupun revisi skripsi, persepsi terhadap
dosen dan ketidakmampuan mengatur waktu sedangkan faktor
ekstrinsik, disebabkan karena lingkungan (kos), jika dalam lingkungan
kos tersebut sering kumpul-kumpul, berisik, nonton film, bermain
game ataupun online situs jejaring social facebook di perpustakaan dan
tidak ada yang menegur serta kesulitan memperoleh bahan-bahan.
Faktor-faktor tersebut yang sering terjadi di kalangan mahasiswa
dalam mengerjakan skripsi, yang menyebabkan hambatan-hambatan
dalam menyelesaikan skripsi.
b. Motivasi belajar dan self regulated learning mahasiswa dalam
menyelesaikan skripsi berada pada kategori tinggi dan tidak terdapat
mahasiswa dalam menyelesaikan skripsi yang tergolong rendah. Hal
ini menggambarkan bahwa mahasiswa dalam menyelesaikan skripsi,
25
memiliki proses aktif dan konstruktif dengan jalan mahasiswa
menetapkan tujuan untuk proses belajarnya dan berusaha untuk
memonitor, meregulasi, dan mengontrol kognisi dan perilaku, yang
kemudian semuanya diarahkan dan didorong oleh tujuan dan
disesuaikan dengan konteks lingkungan.
c. Diharapkan peneliti selanjutnya dapat meneliti lebih lanjut penelitian
ini dengan mengembangkan variabel-variabel lain yang dapat
digunakan sehingga terungkap faktor-faktor yang mempengaruhi
Motivasi belajar dan Self regulated learning pada mahasiswa
angkatan 2008-2009 fakultas psikologi UKSW dalam menyelesaikan
skripsi sehingga dapat melengkapi hasil penelitian ini khususnya
dalam lingkup psikologi pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, S. (2009). Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
________. (2012). Reliabilitas dan validitas (edisi 4). Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Sardiman, AM. (2004). Interaksi dan motivasi belajar mengajar. Jakarta: Bumi
Aksara
Boekaerts, P.R., Pintrich, & M. Zeidner (Eds.). Handbook of self-regulation:
Theory, research, and applications (pp. 13-39). San Diego, CA: Academic
Press.
Daniel L. D,Patricia A. A, Sandra M. L,(2008). Focusing the conceptual lens on
metacognition, self-regulation, and self-regulated learning, Educ Psychol,
20(1), 391-409
Febrilia, K. (2012). Perbedaan self-regulated learning pada mahasiswa Universitas
Kristen Satya Wacana yang bekerja part-time dan tidak bekerja. Skripsi.
Salatiga: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana.
26
Feist & Feist, J.G. (2006). Theory of personality (six edition). Singapore:
McGraw-Hill
Joana, A. (2011). Hubungan self regulation dengan prestasi belajar pada
mahasiswa fakultas psikologi universitas kristen satya wacana. Skripsi.
Salatiga: Fakultas Psikologi Universitas kristen Satya Wacana
Ruseno Arjanggi & Titin Suprihatin. (2010). Metode pembelajaran tutor teman
sebaya meningkatkan hasil belajar berdasar regulasi-diri. Jurnal makara Sosial
Humaniora, 14(2), 91-97.
Wang, F. X. (2008). Motivation and English achievement: An exploratory and
confirmatory factor analysis of a new measure for Chinese student of English
learning. Nort American Journal of Psychology, 10 (3), 633-646.
Wolters, C.A. Pintrich, P.R. & Karabenick, S.A. (2003). Assesing academic self
regulated learning. Paper prepared for the Conference on Indicator of Positive
Development: Definitions, Measures, and Prospective Validity, National
Institutes of Healt, March 2003.
Zimmerman, B.J. (1989). A social cognitive view of self-regulated academic
learning. Journal of Educational Psychology, 81 (3), 329-339.
Zimmerman, B.J. (2000). Attaining self-regulation: A social cognitive
perspective: Handbook of self-regulation: Theory, research, and applications
(pp. 13-39). San Diego, CA: Academic Press
Siti Suminarti Fasikhah dan Siti Fatimah. 2013. Self-Regulated Learning (SRL)
Dalam Meningkatkan prestasi akademik pada mahasiswa. Jurnal ilmiah
psikologi terapan, 01(01).
Glen Junian F. ( 2011). Hubungan interaksi sosial dalam kelompok teman sebaya
dgn motivasi belajar mahasiswa fakultas Psikolog UKSW. Skripsi (tidak
diterbitkan). Salatiga: Fakultas Psikologi UKSW.
Pangemanan Filia P. (2011) Hubungan antara tingkat insomnia dengan kecemasan
dalam menyelesaikan skripsi. Skripsi (tidak diterbitkan). Salatiga: Fakultas
Psikologi UKSW.
Pujadi, A (2007). Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar mahasiswa :
Studi kasus pada Fakultas Ekonomi Universitas Bunda Mulia. Bussines And
Management Journal Bunda Mulia, 3(2) 1-12.
Winne, P.H (1997). Experimenting to bootstrap Self regulation Learning. Journal
of Educational Psychology, 89(3), 397-410