hubungan antara self-regulated learning...

37
HUBUNGAN ANTARA SELF-REGULATED LEARNING DENGAN KECEMASAN AKADEMIS PADA SISWA KELAS XII SMA NEGERI 3 SALATIGA OLEH DEWI CATHARINA 802008089 TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk mencapai gelar Sarjana Psikologi PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2015

Upload: dokhanh

Post on 09-May-2018

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: HUBUNGAN ANTARA SELF-REGULATED LEARNING …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8641/2/T1_802008089_Full... · Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII SMA

HUBUNGAN ANTARA SELF-REGULATED LEARNING DENGAN

KECEMASAN AKADEMIS PADA SISWA KELAS XII

SMA NEGERI 3 SALATIGA

OLEH

DEWI CATHARINA

802008089

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan

Untuk mencapai gelar Sarjana Psikologi

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA

2015

Page 2: HUBUNGAN ANTARA SELF-REGULATED LEARNING …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8641/2/T1_802008089_Full... · Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII SMA
Page 3: HUBUNGAN ANTARA SELF-REGULATED LEARNING …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8641/2/T1_802008089_Full... · Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII SMA
Page 4: HUBUNGAN ANTARA SELF-REGULATED LEARNING …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8641/2/T1_802008089_Full... · Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII SMA
Page 5: HUBUNGAN ANTARA SELF-REGULATED LEARNING …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8641/2/T1_802008089_Full... · Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII SMA
Page 6: HUBUNGAN ANTARA SELF-REGULATED LEARNING …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8641/2/T1_802008089_Full... · Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII SMA
Page 7: HUBUNGAN ANTARA SELF-REGULATED LEARNING …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8641/2/T1_802008089_Full... · Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII SMA

HUBUNGAN ANTARA SELF-REGULATED LEARNING DENGAN

KECEMASAN AKADEMIS PADA SISWA KELAS XII

SMA NEGERI 3 SALATIGA

Dewi Catharina

Sutriyono

Berta Esti Ari Prasetya

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA

2015

Page 8: HUBUNGAN ANTARA SELF-REGULATED LEARNING …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8641/2/T1_802008089_Full... · Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII SMA

i

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara self-

regulated learning dengan kecemasan akademis pada siswa kelas XII SMA Negeri 3

Salatiga. Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII SMA Negeri 3

Salatiga. Teknik pengumpulan data penelitian ini dilakukan dengan cara menyebarkan

angket kepada responden sebanyak 188 responden. Dalam penelitian ini pengukuran

self-regulated learning menggunakan Skala Self-regulated Learning dari Zimmerman

(1989), sedangkan pengukuran kecemasan akademis menggunakan Skala Kecemasan

Akademis dari Holmes (1991). Teknik analisa data dalam penelitian ini menggunakan

uji asumsi, analisis deskriptif dan analisis interfensial dengan menggunakan uji korelasi

Pearson Product Moment. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan negatif

signifikan antara self-regulated learning dengan kecemasan akademis pada siswa kelas

XII SMA Negeri 3 Salatiga dengan koefisien korelasi (r) (-) 0,298 dan signifikansi

sebesar 0,000 (p < 0,05). Koefisien determinan (r2) sebesar (-0,298)

2 yaitu 8,88 %

artinya pengaruh kecemasan akademis terhadap sebesar self-regulated learning 8,88 %

dan masih terdapat 91,12 % variabel-variabel lain yang dapat mempengaruhi self-

regulated learning pada siswa kelas XII SMA Negeri 3 Salatiga.

Kata kunci: self-regulated learning, kecemasan akademis, siswa SMA.

Page 9: HUBUNGAN ANTARA SELF-REGULATED LEARNING …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8641/2/T1_802008089_Full... · Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII SMA

ii

ABSTRACT

The purpose of this study was to determine correlation between self-regulated

learning and academic anxiety on students of grade XII SMA Negeri 3 Salatiga.

Subjects in this study were students of grade XII SMA Negeri 3 Salatiga.. Data

collection techniques in this study conducted by distributing questionnaires, the sample

consisted of 188 respondents. In this study to measure self-regulated learning using

Self-regulated Learning Scale from Zimmerman (1989), while measurement of

academic anxiety using Academic Anxiety Scale from Holmes (1991). Data analysis

techniques in this study using assumptions test, descriptive analysis and inferential

analysis using Pearson's Product-Moment Correlation test. Results from this study

show that negative significant correlation between self-regulated learning and

academic anxiety on students of grade XII SMA Negeri 3 Salatiga with correlation

coefficient (r) of (-) 0,298 and significance of 0,000 (p < 0,05). Determinant coefficient

(r2) of (-0,298)

2 is 8,88 %, which means influence of academic anxiety on self-regulated

learning of 8,88 % and there still 91,12 % other variables that influence self-regulated

learning on students of grade XII SMA Negeri 3 Salatiga.

Keywords: self-regulated learning, academic anxiety, students of High School.

Page 10: HUBUNGAN ANTARA SELF-REGULATED LEARNING …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8641/2/T1_802008089_Full... · Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII SMA

1

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan setiap individu.

Secara umum pendidikan mempunyai arti suatu proses kehidupan dalam

mengembangkan diri tiap individu untuk dapat hidup dan melangsungkan kehidupan.

Pendidikan pertama kali yang didapatkan di lingkungan keluarga, lingkungan sekolah

dan lingkungan masyarakat. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha untuk menumbuh

kembangkan potensi yang ada di dalam diri manusia dengan cara mendorong atau

memotivasi dan memfasilitasi proses belajar mengajar. Belajar merupakan perubahan

tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan, misalnya dengan membaca,

mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Secara umum, belajar boleh

dikatakan sebagai suatu interaksi antara diri manusia dengan lingkungannya, yang

mungkin berwujud pribadi, fakta, konsep ataupun teori (Sardiman, 2007).

Siswa adalah pelajar atau murid yang belajar di sekolah. Sekolah adalah istilah

lain yang digunakan bagi peserta didik yang mengikuti pendidikan formal tingkat dasar

maupun pendidikan formal tingkat menengah. Siswa pendidikan menengah adalah

peserta didik yang mengikuti pendidikan menengah yang berusia 15-18 tahun.

Pendidikan Menengah Atas (SMA/SMU) merupakan pendidikan yang mengutamakan

perluasan pengetahuan yang diperlukan oleh peserta didik untuk melanjutkan

pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Page 11: HUBUNGAN ANTARA SELF-REGULATED LEARNING …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8641/2/T1_802008089_Full... · Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII SMA

2

Seringkali siswa mengalami frustasi dalam dirinya dan memiliki hambatan

dalam memenuhi kebutuhan sehingga siswa mengalami kegagalan. Kegagalan yang

muncul akibat individu tidak dapat menyelesaikan hambatan, akan membuat individu

merasa tertekan sehingga individu tersebut merasa cemas (Daradjat, 1990). Kecemasan

merupakan respon pengalaman yang dirasakan tidak menyenangkan dan diikuti

perasaan gelisah, khawatir, dan takut. Oleh karena itu, dapat dinyatakan bahwa

kecemasan merupakan aspek subjektif emosi seseorang (melibatkan faktor perasaan)

(Prasetyo & Wurjaningrum, 2008). Individu yang cemas gejala fisik seperti otot tegang,

gemetaran, berkeringat dan jantung berdetak cepat (Ottens, 1991).

Menurut Valiante dan Pajares (1999) kecemasan akademis merupakan perasaan

tegang dan ketakutan pada sesuatu yang akan terjadi, perasaan tersebut mengganggu

dalam pelaksanaan tugas dan aktivitas yang beragam dalam situasi akademis. Ottens

(1991) menjelaskan bahwa kecemasan akademis mengacu pada terganggunya pola

pemikiran dan respon fisik serta perilaku karena kemungkinan performa yang

ditampilkan siswa tidak diterima secara baik ketika tugas-tugas akademis diberikan.

Kecemasan akademis paling sering dialami selama latihan yang bersifat rutinitas

dan diharapkan siswa dalam kondisi sebaik mungkin saat performa ditunjukkan, serta

saat sesuatu yang dipertaruhkan bernilai sangat tinggi, seperti tampil di depan orang

lain. Siswa yang mengalami kecemasan akan menunjukkan adanya kesulitan khusus

dalam informasi penginstruksian sehingga kehilangan proses pengaturannya, dan

melibatkan memori jangka pendek dan jangka sedang (Tobias, dalam Pratiwi, 2009).

Regulasi diri dapat mengurangi kecemasan, siswa dengan metakognitif yang bagus

Page 12: HUBUNGAN ANTARA SELF-REGULATED LEARNING …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8641/2/T1_802008089_Full... · Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII SMA

3

lebih mudah dalam mengatasi kecemasan (Vicente & Arias, Sanitiara, dalam Nazriati,

dan Firdaus, 2014).

Zimmerman & Martinez-Pons (1990) mendefinisikan self-regulated learning

sebagai tingkatan dimana partisipan secara aktif melibatkan metakognisi, motivasi, dan

perilaku dalam proses belajar. Self-regulated learning juga didefinisikan sebagai bentuk

belajar individual dengan bergantung pada motivasi belajar mereka, secara otonomi

mengembangkan pengukuran (kognisi, metakognisi, dan perilaku), dan memonitor

kemajuan belajarnya (Baumert, 2002). Self-regulated learning mengintegrasikan

banyak hal tentang belajar efektif. Pengetahuan, motivasi, dan disiplin diri merupakan

faktor-faktor penting yang dapat mempengaruhi self-regulated learning (Woolfolk,

2008).

Regulasi diri dalam belajar adalah cara belajar siswa aktif secara individu untuk

mencapai tujuan akademis dengan cara pengontrolan perilaku, memotivasi diri sendiri,

dan menggunakan kognitifnya dalam belajar (Nazriati, dan Firdaus, 2014). Regulasi diri

dalam belajar mempunyai peranan penting dalam suatu proses pembelajaran, karena

siswa dituntut untuk lebih mandiri dalam belajar. Siswa harus mampu mengarahkan diri

sendiri agar dapat memiliki kemampuan yang mengoptimalkan pembelajarannya.

Terdapat hasil penelitian sebelumnya yang meneliti mengenai hubungan antara

self-regulated learning dengan kecemasan akademis. Dalam penelitian sebelumnya

Pratiwi (2009) meneliti mengenai hubungan antara kecemasan akademis dengan self-

regulated learning pada siswa RSBI, dapat dilihat dari hasil penelitiannya bahwa

Page 13: HUBUNGAN ANTARA SELF-REGULATED LEARNING …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8641/2/T1_802008089_Full... · Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII SMA

4

adanya hubungan yang negatif kecemasan akademis dengan self-regulated learning.

Sedangkan dalam penelitian Sanitiara, Nazriati, dan Firdaus (2014) hubungan

kecemasan akademis dengan regulasi diri dalam belajar pada mahasiswa tahun pertama

fakultas kedokteran Universitas Riau tahun 2013/2014 menunjukkan bahwa tidak ada

hubungan yang signifikan antara kecemasan akademis dengan regulasi diri dalam

belajar mahasiswa.

Berdasarkan uraian sebelumnya maka peneliti tertarik untuk melihat apakah ada

hubungan antara self-regulated learning dengan kecemasan akademik pada siswa kelas

XII SMA Negeri 3 Salatiga.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang ada maka rumusan masalah yaitu apakah ada

hubungan antara Self-Regulated Learning dengan Kecemasan Akademis pada siswa

kelas XII SMA Negeri 3 Salatiga?

TINJAUAN PUSTAKA

Kecemasan Akademik

Wiramihardja (2005) menjelaskan bahwa kecemasan (anxiety) yaitu perasaan

yang sifatnya umum, dimana seseorang merasa ketakutan atau kehilangan kepercayaan

diri yang tidak jelas asal maupun wujudnya. Menurut Pajares dan Valiante (1999)

Page 14: HUBUNGAN ANTARA SELF-REGULATED LEARNING …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8641/2/T1_802008089_Full... · Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII SMA

5

kecemasan akademis sebagai perasaan tegang dan ketakutan pada sesuatu yang akan

terjadi, perasaan tersebut mengganggu dalam pelaksanaan tugas dan aktivitas yang

beragam dalam situasi akademis. Ottens (1991) menjelaskan bahwa kecemasan

akademis mengacu pada terganggunya pola pemikiran dan respon fisik serta perilaku

karena kemungkinan performa yang ditampilkan siswa tidak diterima secara baik ketika

tugas-tugas akademis diberikan.

Berdasarkan pemaparan di atas maka disimpulkan kecemasan akademis adalah

ketakutan terhadap bahaya atau ancaman di masa yang akan datang tanpa sebab khusus,

sehingga mengakibatkan terganggunya pola pemikiran dan respon fisik serta perilaku

sebagai hasil tekanan dalam pelaksanaan tugas dan aktivitas yang beragam dalam situasi

akademis.

Holmes (1991) membagi kecemasan dalam empat komponen, yaitu mood

(psikologis), kognitif, somatik, dan motorik. Adapun penjelasan dari ke empat

komponen kecemasan tersebut adalah:

a. Komponen Mood (psikologis).

Mood (psikologis) seseorang yang merasa cemas dapat berupa was-was,

khawatir, gelisah, takut, tegang, gugup, dan rasa tidak aman.

b. Komponen Kognitif.

Secara kognitif, seseorang yang merasa cemas akan terus mengkhawatirkan

segala macam masalah yang mungkin terjadi, sehingga ia akan sulit untuk

berkonsentrasi atau mengambil keputusan, bingung, dan menjadi sulit untuk

mengingat kembali.

Page 15: HUBUNGAN ANTARA SELF-REGULATED LEARNING …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8641/2/T1_802008089_Full... · Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII SMA

6

c. Komponen Somatik.

Secara somatik (dalam reaksi fisik atau biologis), gangguan kecemasan dibagi

dua bagian, yaitu pertama adalah gejala langsung yang terdiri dengan mudah

berkeringat, sesak nafas, jantung berdetak cepat, tekanan darah meningkat, pusing,

otot yang tegang. Kedua, kalau kecemasan dirasakan secara berlarut-larut, maka hal

tersebut secara berkesinambungan akan meningkatkan tekanan darah, sakit kepala,

ketegangan otot, dan sering mersa mual.

d. Komponen Motorik.

Secara motorik (gerak tubuh) kecemasan dapat terlihat dari gangguan tubuh

pada seseorang, seperti tangan yang selalu gemetar, suara yang terbata-bata, dan

sikap yang terburu-buru.

Kecemasan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu (Rosma, 2013):

a. Konflik antara dorongan ego dan id

Menurut Freud (dalam Rosma, 2013), munculnya suatu kecemasan adalah

karena adanya konflik yang tidak disadari antara dorongan id yang melawan ego

atau superego. Banyak dorongan id yang mengancam individu karena sering

berlawanan dengan nilai-nilai yang dianut oleh individu atau nilai-nilai moral dalam

masyrakat.

b. Peristiwa eksternal spesifik dari pada konflik internal

Munculnya kecemasan lebih dipicu oleh peristiwa eksternal spesifik dari pada

konflik internal (Attkinson, dalam Rosma, 2013). Siswa yang mengalami

kecemasan menunjukkan adanya kesulitan khusus dalam informasi penginstruksian

Page 16: HUBUNGAN ANTARA SELF-REGULATED LEARNING …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8641/2/T1_802008089_Full... · Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII SMA

7

sehingga kehilangan proses pengaturannya, dan melibatkan memori jangka pendek

dan jangka sedang (Tobias, dalam Pratiwi, 2009). Hal ini tentunya dapat

mempengaruhi self-regulated learning siswa.

c. Penilaian yang tidak realistik

Menurut Borkovec (dalam Rosma, 2013) adanya gangguan kecemasan umum

adalah karena adanya kekhawatiran yang berlebihan.

Self-Regulated Learning

Zimmerman mendefinisikan self-regulated learning sebagai suatu proses dimana

seorang siswa mengaktifkan dan mendorong kognisi (cognition), perilaku (behaviours)

dan perasaannya (affect) secara sistematis dan berorientasi pada pencapaian tujuan

belajar. Berdasarkan perspektif sosial kognitif, siswa yang dapat dikatakan sebagai self-

regulated learning adalah siswa yang secara metakognitif, motivasional, dan behavioral

aktif dan turut serta dalam proses belajar mereka. Siswa tersebut dengan sendirinya

memulai usaha belajar secara langsung untuk memperoleh pengetahuan dan keahlian

yang diinginkan, tanpa bergantung pada guru, orang tua atau orang lain. Siswa

dikatakan telah menerapkan self-regulated learning apabila siswa tersebut memiliki

strategi untuk mengaktifkan metakognisi, motivasi, dan tingkah laku dalam proses

belajar mereka sendiri (Zimmerman & Martinez-Pons, 1990). Kebiasaan mengatur dan

mengarahkan diri sendiri diharapkan dapat terbentuk dalam belajar.

Berdasarkan pemaparan diatas maka disimpulkan self-regulated learning adalah

usaha menetapkan tujuan dalam proses belajar dengan cara memonitor, meregulasi, dan

Page 17: HUBUNGAN ANTARA SELF-REGULATED LEARNING …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8641/2/T1_802008089_Full... · Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII SMA

8

mengontrol aspek kognisi, motivasi, dan perilaku. Seluruh prosesnya akan diarahkan

dan didorong oleh tujuan dan disesuaikan konteks lingkungan.

Menurut Zimmerman (1989) self-regulated learning terdiri atas tiga aspek

yaitu :

a. Metakognisi dalam self-regulated learning adalah kemampuan siswa merencanakan,

menetapkan tujuan, mengatur, memonitor diri, dan mengevaluasi diri pada berbagai

sisi selama proses penerimaan. Proses ini memungkinkan mereka untuk menjadi

menyadari diri, banyak mengetahui dan menentukan pendekatan dalam belajar.

b. Motivasi dalam self-regulated learning yaitu dimana siswa merasakan self-efficacy

yang tinggi, atribusi diri dan berminat pada tugas.

c. Perilaku dalam self-regulated learning ini merupakan upaya siswa untuk memilih,

menstruktur, dan menciptakan lingkungan yang mengoptimalkan belajar. Mereka

mencari nasihat, informasi dan tempat yang memungkinakan mereka untuk belajar.

Dari penjelasan di atas, maka aspek yang digunakan dalam penelitian ini adalah

aspek dari Zimmerman (1989) yaitu aspek metakognisi, aspek motivasi, dan aspek

perilaku. Alasan dari penulis mengacu pada aspek tersebut adalah aspek-aspek tersebut

lebih sesuai dengan keadaan subjek yang akan diteliti sebagai siswa dalam kegiatan

menempuh studinya.

Self-regulated learning memberikan kontribusi positif kepada siswa, yaitu

(Irwan, Santyasa, & Tegeh, 2014):

1) Siswa secara personal dapat meningkatkan kemampuannya untuk belajar melalui

motivasi diri dan kepercayaan diri.

Page 18: HUBUNGAN ANTARA SELF-REGULATED LEARNING …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8641/2/T1_802008089_Full... · Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII SMA

9

2) Siswa secara proaktif dapat memilih struktur dan mengkreasi lingkungan belajar

yang meliputi aspek fisik dan non fisik yang menguntungkan untuk mencapai

tujuan pembelajaran.

3) Siswa dapat memainkan peran yang signifikan dalam memilih bentuk dan

aktivitas belajar sesuai dengan kebutuhannya.

Hubungan Antara Self-regulated Learning dengan Kecemasan Akademis

Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) terdiri dari remaja. Kemampuan untuk

beradaptasi dengan guru dan teman sebaya harus dilakukan, tetapi mereka juga tidak

bisa mengabaikan tugas mereka untuk menyesuaikan diri terhadap bahan pelajaran baru

dalam mata pelajaran yang telah diterima sebelumnya atau belum pernah diterima sama

sekali. Penyesuaian diri di sini berhubungan dengan masalah kesiapan remaja untuk

menerima bahan pelajaran segenap jiwa raga (Djamarah, 2008). Masalah penting dalam

proses penyesuaian diri siswa SMA terkait adanya siswa tertentu yang sama sekali tidak

menyukai bidang-bidang tertentu.

Daradjat (1990) mengungkapkan bahwa kecemasan muncul pada saat individu

mengalami frustrasi (tekanan perasaan) dan konflik (pertentangan batin). Kecemasan

yang terjadi selama kegiatan akademis dikenal dengan kecemasan akademis.

Kecemasan akademis adalah perasaan berbahaya, takut, atau tegang sebagai akibat

adanya tekanan di sekolah (O’Connor, 2007). Kecemasan berpengaruh pada fungsi

kognitif yang selanjutnya termanifestasi dalam perilaku selama proses belajar.

Terganggunya perilaku, terutama dalam menerapkan strategi belajar akan

mempengaruhi proses yang terjadi selama kegiatan akademis. Strategi belajar

Page 19: HUBUNGAN ANTARA SELF-REGULATED LEARNING …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8641/2/T1_802008089_Full... · Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII SMA

10

merupakan bagian penting dalam self-regulated learning. Penelitian yang dijelaskan

oleh Zimmerman (1989) bahwa jika seseorang kehilangan strategi dalam self-regulation

maka mengakibatkan proses dan performa yang lebih buruk.

Kecemasan akademis sebagai perasaan tegang dan ketakutan pada sesuatu yang

akan terjadi, perasaan tersebut mengganggu dalam pelaksanaan tugas dan aktivitas yang

beragam dalam situasi akademis (Pajares dan Valiante, 1999). Kecemasan cenderung

mengganggu proses belajar dan prestasi dalam pendidikan, bahkan mengganggu

perhatian, working memory, dan retrival (Ziedner, dalam Pratiwi, 2009). Siswa yang

mengalami kecemasan menunjukkan adanya kesulitan khusus dalam informasi

penginstruksian sehingga kehilangan proses pengaturannya, dan melibatkan memori

jangka pendek dan jangka sedang (Tobias, dalam Pratiwi, 2009). Siswa yang

mengalami kecemasan akademik akan juga mengalami penurunan perhatian saat

belajar, hal ini tentunya dapat mempengaruhi self-regulated learning siswa.

Berdasarkan penjelasan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa self-

regulated learning memiliki hubungan negatif signifikan dengan kecemasan akademik

pada pengontrolan proses belajar.

Hipotesis

Hipotesis yang hendak diuji dalam penelitian ini dapat dirumuskan:

Ho = Jika taraf signifikansi > α, maka tidak terdapat hubungan negatif signifikan

antara self-regulated learning dengan kecemasan akademis pada siswa kelas XII

SMA Negeri 3 Salatiga.

Page 20: HUBUNGAN ANTARA SELF-REGULATED LEARNING …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8641/2/T1_802008089_Full... · Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII SMA

11

H1 = Jika taraf signifikansi < α, maka tidak terdapat hubungan negatif signifikan antara

self-regulated learning dengan kecemasan akademis pada siswa kelas XII SMA

Negeri 3 Salatiga.

METODE PENELITIAN

Partisipan

Partisipan dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII di SMA Negeri 3 Salatiga,

Jawa Tengah. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 353 siswa.

Teknik Sampling

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

purposive sampling. Menurut Sugiyono (2012), purposive sampling adalah

pengambilan sampel anggota populasi dengan pertimbangan tertentu. Penentuan sampel

dalam penelitian ini menggunakan Rumus Slovin dengan tingkat eror yang diinginkan

peneliti (Sugiyono, 2012), yaitu sebesar 5 %.

n =

n =

n = (dibulatkan menjadi 188)

Dalam penelitian ini digunakan jumlah sampel sebesar 188 responden siswa

kelas XII di SMA Negeri 3 Salatiga.

Page 21: HUBUNGAN ANTARA SELF-REGULATED LEARNING …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8641/2/T1_802008089_Full... · Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII SMA

12

Pengukuran

a. Skala self-regulated learning

Skala self-regulated learning disusun oleh penulis berdasarkan aspek-aspek self-

regulated learning yang meliputi strategi meregulasi kognisi, motivasi, dan perilaku

menurut Zimmerman (1989). Variabel self-regulated learning diukur menggunakan

Skala Self-Regulated Learning yang berisi 32 item. Adapun skoring Skala Self-

Regulated Learning untuk favourable adalah: satu (1) untuk Tidak pernah (TP), dua

(2) Jarang (J), tiga (3) untuk Kadang-kadang (KK), empat (4) untuk Sering (S) dan

lima (5) untuk Sangat Sering (SS). Sebaliknya untuk unfavourable adalah: lima (5)

untuk Tidak pernah (TP), empat (4) untuk Jarang (J), tiga (3) untuk Kadang-kadang

(KK), dua (2) untuk Sering (S) dan satu (1) untuk Sangat Sering (SS).

b. Skala kecemasan akademis

Skala kecemasan akademis disusun oleh penulis berdasarkan komponen

kecemasan yang meliputi pola kecemasan yang menimbulkan mood (psikologis),

kognitif. somatik, motorik menurut Holmes (1991). Variabel kecemasan akademis

diukur menggunakan Skala Kecemasan Akademis yang berisi yang berisi 29 item.

Adapun skoring Skala Kecemasan Akademis untuk favourable adalah: satu (1)

untuk Tidak pernah (TP), dua (2) Jarang (J), tiga (3) untuk Kadang-kadang (KK),

empat (4) untuk Sering (S) dan lima (5) untuk Sangat Sering (SS). Sebaliknya untuk

unfavourable adalah: lima (5) untuk Tidak pernah (TP), empat (4) untuk Jarang (J),

tiga (3) untuk Kadang-kadang (KK), dua (2) untuk Sering (S) dan satu (1) untuk

Sangat Sering (SS).

Page 22: HUBUNGAN ANTARA SELF-REGULATED LEARNING …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8641/2/T1_802008089_Full... · Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII SMA

13

Pada uji daya diskriminasi item Skala self-regulated learning putaran pertama,

korelasi antar butir skor bergerak antara (-) 0,052 sampai 0,608, dari 32 item terdapat 23

item yang memiliki daya beda ≥ 0,30 dan 9 item yang memiliki daya beda < 0,30. Pada

uji daya diskriminasi item putaran kedua, setelah item gugur dibuang, korelasi antar

butir skor bergerak antara 0,322 sampai 0,665, terdapat 21 item yang memiliki daya

beda ≥ 0,30. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1

Hasil Uji Daya Diskriminasi Item Skala Self-Regulated Learning

No Aspek Indikator Favorable Unfavorable Total Item

Lolos Uji

1 Metakognisi Membuat

perencanaan

belajar

1, 10, 18* 2

Pengorganisasian

diri untuk belajar

2, 11, 19 3

Menentukan

kegiatan belajar

3, 12, 20 3

Melakukan

evaluasi diri pada

belajar

4*, 21, 27 13* 2

2 Motivasi Yakin pada

kemampuan diri

sendiri

5, 14*, 22,

28

3

Atribusi diri dan

berminat pada

tugas

6, 23 2

3 Perilaku Kemampuan untuk

memilih,

menstruktur dalam

belajar

7*, 24, 29 15, 30* 3

Page 23: HUBUNGAN ANTARA SELF-REGULATED LEARNING …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8641/2/T1_802008089_Full... · Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII SMA

14

Kemampuan

menciptakan

lingkungan yang

mengoptimalkan

belajar

8, 25, 31* 16 3

Kemampuan untuk

mencari nasihat,

informasi dan

tempat yang

memungkinkan

untuk belajar

9*, 26, 32* 17 2

Total 27 5 23

Keterangan: Tanda (*) menunjukkan nomor item yang gugur

Pada uji daya diskriminasi item Skala Kecemasan Akademis putaran pertama,

korelasi antar butir skor bergerak antara 0,103 sampai 0,739, dari 29 item terdapat 22

item yang memiliki daya beda ≥ 0,30 dan 7 item yang memiliki daya beda < 0,30. Pada

uji daya diskriminasi item putaran kedua, setelah item gugur dibuang, korelasi antar

butir skor bergerak antara 0,340 sampai 0,729, Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

tabel 2.

Tabel 2

Hasil Uji Daya Diskriminasi Item Skala Kecemasan Akademis

No Aspek Indikator Favorable Unfavorable Total Item

Lolos Uji

1 Psikologis Merasa tegang 1, 15, 28 3

Merasa khawatir 2*, 16, 29* 11, 25* 2

Merasa takut 3, 17 2

Merasa gugup 4, 18 2

2 Motorik Gemetar 5, 19 12* 2

Page 24: HUBUNGAN ANTARA SELF-REGULATED LEARNING …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8641/2/T1_802008089_Full... · Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII SMA

15

Sikap terburu-buru 6, 20 2

3 Kognitif Merasa sulit

berkonsentrasi

7, 21 13 3

Tidak mampu

dalam mengambil

keputusan

8, 22, 26* 2

4 Somatik Jantung berdebar

cepat

9, 23* 14 2

Tangan mudah

berkeringat

10, 24 27* 2

Total 23 6 22

Keterangan: Tanda (*) menunjukkan nomor item yang gugur

Azwar (2012) menyatakan bahwa minimal koefisien konsistensi internal paling

tidak setinggi 0,80. Berdasarkan hasil uji reliabilitas, maka Angket Self-Regulated

Learning adalah reliabel dengan koefisien reliabilitas yaitu 0,890. Sedangkan Angket

Kecemasan Akademis juga reliabel dengan koefisien reliabilitas yaitu 0,895. Hasil uji

reliabilitas dari item yang lolos ke dalam uji daya diskriminasi item dapat dilihat pada

tabel 3.

Tabel 3

Hasil Perhitungan Realibilitas Angket

No Instrumen Koefisien Reliabilitas

1 Angket Self-Regulated Learning 0,890

2 Angket Kecemasan Akademis 0,895

Page 25: HUBUNGAN ANTARA SELF-REGULATED LEARNING …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8641/2/T1_802008089_Full... · Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII SMA

16

Teknik Analisis Data

Peneliti melakukan uji asumsi meliputi uji normalitas dan uji linieritas, untuk

mengetahui apakah data yang telah memenuhi asumsi analisis sebagai syarat untuk

melakukan analisis dengan uji korelasi Pearson Product Moment. Uji Normalitas

menggunakan uji normalitas Kolmogorov-Smirnov dengan bantuan program SPSS 16.0.

Uji linieritas dilakukan dengan menggunakan anova dengan bantuan program SPSS

16.0. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan uji korelasi Product Moment dari

Pearson dengan bantuan SPSS 16.0.

HASIL PENELITIAN

Hasil Uji Normalitas

Uji normalitas Kolmogorov-Smirnov dihitung dengan bantuan program SPSS

16.0. Data berdistribusi normal, jika signifikansi (Sig) > 0,05.

Tabel 4

Hasil Uji Normalitas

Self-Regulated Learning

Kecemasan

Akademis

N 188 188

Normal Parametersa Mean 76.41 42.37

Std.

Deviation 10.252 9.927

Most Extreme

Differences

Absolute .072 .078

Positive .072 .064

Negative -.034 -.078

Kolmogorov-Smirnov Z .987 1.072

Asymp. Sig. (2-tailed) .285 .200

Page 26: HUBUNGAN ANTARA SELF-REGULATED LEARNING …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8641/2/T1_802008089_Full... · Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII SMA

17

Self-Regulated Learning

Kecemasan

Akademis

N 188 188

Normal Parametersa Mean 76.41 42.37

Std.

Deviation 10.252 9.927

Most Extreme

Differences

Absolute .072 .078

Positive .072 .064

Negative -.034 -.078

Kolmogorov-Smirnov Z .987 1.072

Asymp. Sig. (2-tailed) .285 .200

a. Test distribution is Normal.

Berdasarkan hasil pengujian normalitas pada Tabel 4, kedua variabel memiliki

signifikansi lebih besar dari 0,05 (> 0,05). Variabel Self-Regulated Learning memiliki

nilai K-S Z sebesar 0,987 dengan signifikansi sebesar 0,285. Variabel Kecemasan

Akademis memiliki nilai K-S Z sebesar 1,072 dengan signifikasi sebesar 0,200. Dengan

demikian variabel Self-Regulated Learning dan variabel Kecemasan Akademis memiliki

distribusi yang normal karena p > 0,05.

Page 27: HUBUNGAN ANTARA SELF-REGULATED LEARNING …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8641/2/T1_802008089_Full... · Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII SMA

18

Hasil Uji Linieritas

Uji linieritas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan bantuan SPSS

16.0, hasilnya dapat dilihat pada tabel 5

Tabel 5

Hasil Uji Linieritas

Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

Self-

Regulated

Learning *

Kecemasan

Akademis

Between

Groups

(Combined) 5616.225 39 144.006 1.518 .040

Linearity 1746.832 1

1746.83

2

18.41

5 .000

Deviation

from

Linearity

3869.394 38 101.826 1.073 .372

Within Groups 14039.41

3 148 94.861

Total 19655.63

8 187

Berdasarkan hasil uji linearitas, maka dapat diketahui bahwa variabel Self-

Regulated Learning dan variabel Kecemasan Akademis pada siswa kelas XII SMA

Negeri 3 Salatiga diperoleh nilai Fbeda sebesar 1,073 dengan signifikansi p = 0,372 (p >

0,05) yang menunjukkan hubungan antara variabel Self-Regulated Learning dan

variabel Kecemasan Akademis pada siswa kelas XII SMA Negeri 3 Salatiga adalah

linier.

Page 28: HUBUNGAN ANTARA SELF-REGULATED LEARNING …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8641/2/T1_802008089_Full... · Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII SMA

19

Hasil Deskriptif

a. Self-Regulated Learning

Kategori untuk menentukan tinggi rendahya pengukuran variabel Self-

Regulated Learning, yaitu: Sangat Tinggi, Tinggi, Sedang, Rendah dan Sangat

Rendah.

Tabel 6

Kategorisasi Skala Self-Regulated Learning

No Interval Kategori Mean N Prosentase

1. 96,6 ≤ x ≤ 115 Sangat Tinggi 8 4,3 %

2. 78,2 ≤ x < 96,6 Tinggi 65 34,6 %

3. 59,8 ≤ x < 78,2 Sedang 76,41 107 59,9 %

4. 41,4 ≤ x < 59,8 Rendah 8 4,3 %

5. 23 ≤ x < 41,4 Sangat Rendah 0 0 %

Total 188 100%

Standar Deviasi = 10,252 Min = 51 Max = 105

Keterangan : x = Skor Self-Regulated Learning; N = Jumlah Subjek.

Berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui bahwa 8 siswa memiliki skor Self-

Regulated Learning yang berada pada kategori sangat tinggi dengan prosentase 4,3

%, 65 siswa memiliki skor Self-Regulated Learning yang berada pada kategori

tinggi dengan prosentase 34,6 %, 107 siswa memiliki skor Self-Regulated Learning

yang berada pada kategori sedang dengan prosentase 59,9 %, 8 siswa memiliki skor

Self-Regulated Learning yang berada pada kategori sangat rendah dengan

Page 29: HUBUNGAN ANTARA SELF-REGULATED LEARNING …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8641/2/T1_802008089_Full... · Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII SMA

20

prosentase 4,3 %. Rata-rata skor Self-Regulated Learning yang diperoleh siswa

sebesar 76,41 berada pada kategori sedang. Skor Self-Regulated Learning yang

diperoleh siswa bergerak dari skor minimum sebesar 51 sampai dengan skor

maksimum sebesar 105 dengan standar deviasi 10,252.

b. Kecemasan Akademis

Kategori untuk menentukan tinggi rendahya pengukuran variabel Kecemasan

Akademis, yaitu: Sangat Tinggi, Tinggi, Sedang, Rendah dan Sangat Rendah.

Tabel 7

Kategorisasi Skala Kecemasan Akademis

No Interval Kategori Mean N Prosentase

1. 92,4 ≤ x ≤ 110 Sangat Tinggi 0 0 %

2. 74,8 ≤ x < 92,4 Tinggi 0 0 %

3. 57,2 ≤ x < 74,8 Sedang 9 4,8%

4. 39,6 ≤ x < 57,2 Rendah 42,37 113 60,1 %

5. 22 ≤ x < 39,6 Sangat Rendah 66 35,1 %

Total 188 100%

Standar Deviasi = 9,927 Min = 22 Max = 72

Keterangan : x = Skor Kecemasan Akademis; N = Jumlah Subjek.

Berdasarkan Tabel 7 dapat diketahui bahwa 9 siswa memiliki skor Kecemasan

Akademis yang berada pada kategori sedang dengan prosentase 4,8 %, 113 siswa

Page 30: HUBUNGAN ANTARA SELF-REGULATED LEARNING …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8641/2/T1_802008089_Full... · Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII SMA

21

memiliki skor Kecemasan Akademis yang berada pada kategori rendah dengan

prosentase 60,1 %, 66 siswa memiliki skor Kecemasan Akademis yang berada pada

kategori sangat rendah dengan prosentase 35,1 %. Rata-rata Kecemasan Akademis

yang diperoleh siswa sebesar 42,37 berada pada kategori rendah. Skor Kecemasan

Akademis yang diperoleh siswa bergerak dari skor minimum sebesar 22 sampai

dengan skor maksimum sebesar 72 dengan standar deviasi 9,927.

Hasil Uji Korelasi

Dalam penelitian ini uji korelasi antara variabel Self-Regulated Learning dan

variabel Kecemasan Akademis pada siswa kelas XII SMA Negeri 3 Salatiga dilakukan

dengan bantuan SPSS 16.0. Hasil uji korelasi antara variabel Self-Regulated Learning

dan variabel Kecemasan Akademis pada siswa kelas XII SMA Negeri 3 Salatiga dalam

penelitian ini dapat dilihat pada tabel 8.

Tabel 8

Hasil Uji Korelasi Pearson Product Moment

Self-

Regulated

Learning

Kecemasan

Akademis

Self-Regulated

Learning

Pearson

Correlation 1 -.298

**

Sig. (2-tailed) .000

N 188 188

Kecemasan Akademis Pearson

Correlation -.298

** 1

Sig. (2-tailed) .000

N 188 188

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Page 31: HUBUNGAN ANTARA SELF-REGULATED LEARNING …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8641/2/T1_802008089_Full... · Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII SMA

22

Berdasarkan hasil uji korelasi Pearson Product Moment pada Tabel 8 diperoleh

korelasi sebesar -0,298 dengan signifikansi sebesar 0,000 pada tingkat taraf kepercayaan

sebesar 0,05 atau 95%. Dari hasil perhitungan uji korelasi diperoleh nilai signifikansi

sebesar 0,000 (p < 0,05), maka H1 diterima. Artinya terdapat hubungan signifikan antara

Self-Regulated Learning dengan Kecemasan Akademis pada siswa kelas XII SMA

Negeri 3 Salatiga. Hubungan ini ditunjukkan dengan nilai korelasi negatif sebesar -

0,298.

PEMBAHASAN

Berdasarkan penelitian hubungan antara Self-Regulated Learning dengan

Kecemasan Akademis pada siswa kelas XII SMA Negeri 3 Salatiga, maka didapatkan

hasil perhitungan koefisien korelasi (r) sebesar -0,298 dengan signifikansi sebesar 0,000

(p < 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan negatif signifikan antara Self-

Regulated Learning dengan Kecemasan Akademis pada siswa kelas XII SMA Negeri 3

Salatiga. Dengan demikian dinyatakan dalam penelitian ini yaitu H1 diterima dan H0

ditolak. Artinya semakin rendah Kecemasan Akademis (variabel bebas), maka akan

semakin tinggi Self-Regulated Learning (variabel terikat) pada siswa kelas XII SMA

Negeri 3 Salatiga. Begitu juga sebaliknya, semakin tinggi Kecemasan Akademis, maka

semakin rendah Self-Regulated Learning pada siswa kelas XII SMA Negeri 3 Salatiga.

Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yaitu penelitian dari Pratiwi

(2009) mengenai hubungan antara kecemasan akademis dengan self-regulated learning

Page 32: HUBUNGAN ANTARA SELF-REGULATED LEARNING …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8641/2/T1_802008089_Full... · Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII SMA

23

pada siswa RSBI di SMA Negeri 3 Surakarta, hasil penelitiannya menyatakan adanya

hubungan negatif antara kecemasan akademis dengan self-regulated learning.

Zimmerman & Martinez‐Pons (1990) mendefinisikan self-regulated learning

sebagai tingkatan dimana partisipan secara aktif melibatkan metakognisi, motivasi, dan

perilaku dalam proses belajar. Ada tiga faktor yang mempengaruhi self-regulated

learning yaitu faktor personal, lingkungan dan perilaku (Zimmerman 1989). Interaksi

antara faktor personal dan lingkungan dapat menyebabkan munculnya kecemasan

akademis (Pratiwi, 2009). Menurut Valiante dan Pajares (1999) kecemasan akademis

merupakan perasaan tegang dan ketakutan pada sesuatu yang akan terjadi, perasaan

tersebut mengganggu dalam pelaksanaan tugas dan aktivitas yang beragam dalam

situasi akademis.

Holmes (1991) membagi kecemasan dalam empat komponen, yaitu mood

(psikologis), kognitif, somatik, dan motorik. Secara kognitif, seseorang yang merasa

cemas akan terus mengkhawatirkan segala macam masalah yang mungkin terjadi,

sehingga ia akan sulit untuk berkonsentrasi atau mengambil keputusan, bingung, dan

menjadi sulit untuk mengingat kembali (Holmes, 1991). Kecemasan akademik dapat

berpengaruh pada fungsi kognitif yang selanjutnya termanifestasi dalam rendahnya self-

regulated learning. Hal tersebut dapat merupakan asumsi kemungkinan yang

menyebabkan adanya hubungan negatif antara Self-Regulated Learning dengan

Kecemasan Akademis pada siswa kelas XII SMA Negeri 3 Salatiga.

Page 33: HUBUNGAN ANTARA SELF-REGULATED LEARNING …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8641/2/T1_802008089_Full... · Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII SMA

24

Selain itu, berdasarkan hasil analisis deskriptif dalam penelitian ini rata-rata skor

Self-Regulated Learning yang diperoleh siswa kelas XII di SMA Negeri 3 Salatiga

sebesar 76,41 berada pada kategori sedang. Sedangkan Rata-rata Kecemasan Akademis

yang diperoleh siswa sebesar 42,37 berada pada kategori rendah. Hasil analisis

deskriptif tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif antara Self-Regulated

Learning dengan Kecemasan Akademis pada siswa kelas XII SMA Negeri 3 Salatiga.

Zimmerman (1989) membagi self-regulated learning atas tiga aspek yaitu:

metakognisi, motivasi dan perilaku. Terganggunya aspek metakognisi, motivasi dan

perilaku akibat kecemasan akademik juga bisa menjadi asumsi kemungkinan yang

menyebabkan adanya hubungan negatif antara Self-Regulated Learning dengan

Kecemasan Akademis pada siswa kelas XII SMA Negeri 3 Salatiga.

Pertama, metakognisi adalah kemampuan siswa merencanakan, menetapkan

tujuan, mengatur, memonitor diri, dan mengevaluasi diri pada berbagai sisi selama

proses penerimaan (Zimmerman, 1989). Siswa yang mengalami kecemasan akan

menunjukkan adanya kesulitan khusus dalam informasi penginstruksian sehingga

kehilangan proses pengaturannya, dan melibatkan memori jangka pendek dan jangka

sedang (Tobias, dalam Pratiwi, 2009). Hal tersebut mengindikasikan bahwa kecemasan

dapat menyebabkan terganggunya metakognisi yang merupakan salah satu aspek dari

self-regulated learning. Kedua, motivasi yaitu siswa merasakan self-efficacy yang

tinggi, atribusi diri dan berminat pada tugas (Zimmerman, 1989). Wiramihardja (2005)

menjelaskan bahwa individu yang mengalami kecemasan (anxiety) biasanya akan

kehilangan kepercayaan diri. Hal tersebut mengindikasikan bahwa kecemasan akademik

Page 34: HUBUNGAN ANTARA SELF-REGULATED LEARNING …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8641/2/T1_802008089_Full... · Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII SMA

25

dapat menyebabkan terganggunya aspek motivasi yang merupakan salah satu aspek dari

self-regulated learning. Ketiga, perilaku merupakan upaya siswa untuk memilih,

menstruktur, dan menciptakan lingkungan yang mengoptimalkan belajar (Zimmerman,

1989). Ottens (1991) menjelaskan bahwa kecemasan akademis mengacu pada

terganggunya pola pemikiran dan respon fisik serta perilaku karena kemungkinan

performa yang ditampilkan siswa tidak diterima secara baik ketika tugas-tugas akademis

diberikan. Hal tersebut mengindikasikan bahwa kecemasan akademik dapat

menyebabkan terganggunya aspek perilaku yang merupakan salah satu aspek dari self-

regulated learning.

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka didapatkan koefisien determinan (r2)

sebesar (-0,298)2

yaitu 8,88 %, artinya sumbangan efektif Kecemasan Akademis

terhadap Self-Regulated Learning sebesar 8,88 %, dan berarti masih terdapat 91,12 %

variabel-variabel lain yang dapat mempengaruhi Self-Regulated Learning siswa selain

Kecemasan Akademis, seperti misalnya: pengetahuan diri, perilaku serta kondisi

lingkungan.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat

disimpulkan bahwa:

1. Berdasarkan penelitian hubungan antara Self-Regulated Learning dengan

Kecemasan Akademis pada siswa kelas XII SMA Negeri 3 Salatiga, ada hubungan

Page 35: HUBUNGAN ANTARA SELF-REGULATED LEARNING …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8641/2/T1_802008089_Full... · Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII SMA

26

negatif signifikan antara Self-Regulated Learning dengan Kecemasan Akademis

pada siswa kelas XII SMA Negeri 3 Salatiga.

2. Rata-rata skor Self-Regulated Learning yang diperoleh siswa kelas XII di SMA

Negeri 3 Salatiga sebesar 76,41 berada pada kategori sedang. Sedangkan Rata-rata

Kecemasan Akademis yang diperoleh siswa sebesar 42,37 berada pada kategori

rendah.

3. Kecemasan Akademis memberikan kontribusi sebesar 8,88 % terhadap Self-

Regulated Learning, dan berarti masih terdapat 91,12 % variabel-variabel lain yang

mempengaruhi Self-Regulated Learning.

Saran yang dapat diajukan peneliti berdasarkan hasil penelitian ini adalah :

1. Bagi pihak Siswa

Sesuai hasil penelitian, untuk meningkatkan Self-Regulated Learning dapat

ditempuh dengan cara mengurangi kecemasan dalam kegiatan akademis, baik di

sekolah maupun di luar sekolah.

2. Bagi pihak guru

Kecemasan Akademis memberikan kontribusi negatif terhadap Self-Regulated

Learning. Oleh sebab itu guru diharapkan membantu siswa menemukan keahlian

untuk mengatur proses belajarnya sendiri dan mendorong siswa menggunakan

keahliannya secara efektif dalam proses belajar di sekolah maupun di luar sekolah

dengan cara mengurangi sumber-sumber yang dapat menimbulkan kecemasan

akademis.

Page 36: HUBUNGAN ANTARA SELF-REGULATED LEARNING …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8641/2/T1_802008089_Full... · Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII SMA

27

3. Bagi pihak orangtua

Orangtua agar diharapkan agar dapat memotivasi anaknya yang mengalami

Kecemasan Akademis, sehingga Self-Regulated Learning anaknya dapat meningkat.

4. Untuk penelitian selanjutnya

Bagi peneliti lain yang tertarik melakukan penelitian lebih lanjut tentang Self-

Regulated Learning dan Kecemasan Akademis, maka disarankan untuk

menyertakan variabel-variabel lain, seperti misalnya: pengetahuan diri, perilaku

serta kondisi lingkungan.

Page 37: HUBUNGAN ANTARA SELF-REGULATED LEARNING …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8641/2/T1_802008089_Full... · Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII SMA

28

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, S. (2012). Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Daradjat, Z. (1990). Kesehatan mental. Jakarta: Gunung Agung.

Djamarah, S.B. (2008). Psikologi belajar. Edisi II. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Holmes, D. S. (1991). Abnormal psychology. New York: Harper Collins.

Irwan, F., Santyasa, I. W., & Tegeh, IM. (2014). Pengembangan multimedia interaktif

berbasis self regulated learning dengan model addie untuk meningkatkan

prestasi belajar seni budaya bagi siswa kelas vii smp negeri 3 mendoyo. e-

Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi

Teknologi Pembelajaran, 4, p 1-10.

O'Connor, F. (2007). Frequently asked questions about academic anxiety. New York:

The Rosen Publishing Group, Inc.

Ottens, A.J. (1991). Coping with academic anxiety. New York: The Rosen Publishing

Group, Inc.

Pajares, F., & Valiante, G. (1999). Grade level and gender differences in the writing

self-beliefs of middle school students. Contemporary Educational Psychology,

24, p 390-405.

Prasetyo, A & Wurjaningrum, F. (2008). Pengaruh stres terhadap komitmen mahasiswa-

mahasiswa universitas airlangga untuk menyelesaikan pendidikan mereka

dengan faktor kecemasan sebagai variabel moderator. Jurnal Majalah Ekonomi,

18, 3, p 257-270.

Pratiwi, A.P. (2009). Hubungan antara kecemasan akademis dengan self-regulated

learning pada siswa rintisan sekolah bertaraf internasional di sma negeri 3

surakarta. Skripsi. Semarang: Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro.

Rosma, S. (2013). Pengaruh pelatihan berpikir positif untuk menurunkan kecemasan

pada mahasiswa yang sedang menempuh skripsi. Jurnal Empathy. 2, 1, p 1-11.

Sanitiara, Nazriati, E. & Firdaus. (2014). Hubungan kecemasan akademis dengan

regulasi diri dalam belajar pada mahasiswa tahun pertama fakultas kedokteran

universitas riau tahun 2013/2014. Jurnal Online Mahasiswa Universitas Riau. 1,

2, p 1-9.

Santrock, W.J. (2007). Life span development: perkembangan masa hidup (jilid 2).

Jakarta: Erlangga.

Sardiman. (2007). Interaksi dan motivasi belajar mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada.

Sugiyono. (2012). Metode penelitian pendidikan: pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan

r&d. Bandung : Alfabeta.

Wiramihardja, S.A. (2005). Pengantar psikologi abnormal. Bandung : PT Refika

Aditama.

Zimmerman, B.J. & Martinez-Pons, M. (1990). Student differences in self-regulated

earning: relating grade, sex, and giftedness to self-efficacy and strategy use.

Journal of Educational Psychology, 82, p 51-59.

Zimmerman, B.J. (1989). A social cognitive view of self-regulated academic learning.

Journal of Educational Psychology. 81, 3, p 329-339.