bab ii kesja

13
BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Konsep Dasar Upaya kesehatan kerja adalah upaya penyerasian antara kapasitas, beban, dan lingkungan kerja, agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan dirinya sendiri maupun masyarakat di sekelilingnya, (Efendi & Makhfudli, 2009). Kapasitas, beban kerja, dan lingkungan kerja adalah komponen penting dalam upaya kesehatan kerja. Kapasitas kerja diantaranya status kesehatan kerja serta kemampuan fisik pekerja untuk melakukan pekerjaan. Beban kerja meliputi beban kerja fisik maupun mental. Sedangkan kondisi lingkungan kerja adalah lingkungan dimana pekerja melakukan kegiatan, seperti lingkungan bising, panas, terpapar zat kimia, dan sebagainya. Kemungkinan bahaya (potential hazard) dalam lingkungan kerja terbagi dalam beberapa faktor, diantaranya faktor fisik (tingkat kebisingan, tempratur, tekanan, dan sebagainya), faktor kimiawi (gas, debu, dan zat kimia), faktor biologi (virus, bakteri, dan mikrobiologi lainnya), faktor psikologis (faktor kebijakan, konflik, dan hubungan sosial), serta faktor ergonomi.

Upload: devi-puspasari

Post on 14-Sep-2015

213 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

-

TRANSCRIPT

BAB IITINJAUAN TEORITISA. Konsep DasarUpaya kesehatan kerja adalah upaya penyerasian antara kapasitas, beban, dan lingkungan kerja, agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan dirinya sendiri maupun masyarakat di sekelilingnya, (Efendi & Makhfudli, 2009). Kapasitas, beban kerja, dan lingkungan kerja adalah komponen penting dalam upaya kesehatan kerja. Kapasitas kerja diantaranya status kesehatan kerja serta kemampuan fisik pekerja untuk melakukan pekerjaan. Beban kerja meliputi beban kerja fisik maupun mental. Sedangkan kondisi lingkungan kerja adalah lingkungan dimana pekerja melakukan kegiatan, seperti lingkungan bising, panas, terpapar zat kimia, dan sebagainya. Kemungkinan bahaya (potential hazard) dalam lingkungan kerja terbagi dalam beberapa faktor, diantaranya faktor fisik (tingkat kebisingan, tempratur, tekanan, dan sebagainya), faktor kimiawi (gas, debu, dan zat kimia), faktor biologi (virus, bakteri, dan mikrobiologi lainnya), faktor psikologis (faktor kebijakan, konflik, dan hubungan sosial), serta faktor ergonomi. Ergonomi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam kaitannya dengan pekerjaan mereka. Pusat Kesehatan Kerja Departemen Kesehatan RI membagi ergonomi dalam beberapa aspek, yaitu meliputi teknik, fisik, pengalaman psikis, anatomi dan fisiologi, anthropometri, sosiologi. Depkes RI menyebutkan dalam Pendahuluan Ergonomi, penerapan ergonomik di lingkungan kerja:1. Posisi Kerja terdiri dari posisi duduk dan posisi berdiri, posisi duduk dimana kaki tidak terbebani dengan berat tubuh dan posisi stabil selama bekerja. Sedangkan posisi berdiri dimana posisi tulang belakang vertikal dan berat badan tertumpu secara seimbang pada dua kaki.b. Proses KerjaPara pekerja dapat menjangkau peralatan kerja sesuai dengan posisi waktu bekerja dan sesuai dengan ukuran anthropometrinya. Harus dibedakan ukuran anthropometri barat dan timur.c. Tata letak tempat kerjaDisplay harus jelas terlihat pada waktu melakukan aktivitas kerja. Sedangkan simbol yang berlaku secara internasional lebih banyak digunakan daripada kata-kata.d. Mengangkat bebanBermacam-macam cara dalam mengangkat beban yakni, dengan kepala, bahu, tangan, punggung dsbnya. Beban yang terlalu berat dapat menimbulkan cedera tulang punggung, jaringan otot dan persendian akibat gerakan yang berlebihan.

Kemungkinan bahaya (potential hazard) dalam lingkungan kerja, serta aspek penting lainnya, beban kerja dan kapasitas kerja perlu diperhatikan terutama untuk kesejahteraan pekerja agar tidak terjadi Penyakit akibat Kerja (PAK) atau bahkan kecelakaan kerja. Secara umum penyebab kecelakaan kerja adalah penyebab dasar dan penyebab langsung, (Budiono, 2003)1. Penyebab dasara. Faktor manusia atau pribadi, antara lain karena kurangnya kemampuan fisik, mental, maupun psikologis; kurang atau lemahnya pengetahuan dan keterampilan.b. Faktor kerja atau lingkungan, antara lain karena ketidakcukupan kepemimpinan dan/atau pengawasan, engineering, pembelian dan pengadaan barang, perawatan, alat-alat, standar kerja, serta berbagai penyalahgunaan yang terjadi di lingkungan kerja.2. Penyebab langsunga. Kondisi berbahaya, yaitu kondisi yang akan mengancam keselamatan misalnya peralatan pengaman, pelindung yang tidak memadai atau memenuhi standar, lingkungan yang berbahaya, atau sistem peringatan yang rusak.b. Tindakan berbahaya, yaitu tingkah laku atau perilaku yang dapat mengakibatkan kecelakaan, misalnya pengoperasian alat tanpa wewenang, bekerja dengan tidak memperhatikan prosedur, penggunaan alat yang salah, serta kegagalan menggunakan alat pelindung diri yang benar.

Pendapat lain yang dikemukan oleh Bambang B. Hantoro menerangkan bahwa umumnya penyebab kecelakaan kerja dapat dikelompokkan menjadi tiga golongan yaitu sebagai berikut :a. Tindakan manusia dalam bekerja yang menimbulkan bahayabahayanyakecelakaan. Sifat manusia yang lalai, malas, lupa, khilaf dan sembaranganakan mendatangkan akibat yang fatal.b. Lingkungan, fasilitas dan peralatan yang dapat menimbulkan bahayakecelakaan. Kurangnya fasilitas, rusaknya peralatan, atau tidak tersedianya peralatan yang memadai disertai lingkungan yang tidak memenuhi syarat, standar atau tidak sadar mengundang bahaya kecelakaan.c. Golongan ketiga adalah hal-hal yang tidak terjangkau oleh manusia pada saat itu. Golongan ini dinamakan faktor X yang perlu pula diperhitungkan.

Tujuan Keselamatan dan Kesehatan KerjaBeberapa pendapat para ahli tentang tujuan dari keselamatan dan kesehatan kerja antara lain : Menurut Gary J. Dessler (1993), untuk sedapat mungkin memberikan jaminan kondisi kerja yang aman dan sehat kepada setiap pekerja dan untuk melindungi sumber daya manusia. Menurut Sumamur (1992), tujuan dari keselamatan dan kesehatan kerja adalah : Melindungi tenaga kerja atas hak dan keselamatannya dalam melakukan pekerjaannya untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan kinerja. Menjamin keselamatan orang lain yang berada di tempat kerja. Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien. Menurut pendapat Sumamur (1992), menyebutkan bahwa dalam aneka pendekatan keselamatan dan kesehatan kerja antara lain akan diuraikan pentingnya perencanaan yang tepat, pakaian kerja yang tepat, penggunaan alatalat perlindungan diri, pengaturan warna, tanda-tanda petunjuk, label-label, pengaturan pertukaran udara dan suhu serta usaha-usaha terhadap kebisingan. Menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja R.I. No. Kep. 463/MEN/1993, tujuan dari keselamatan dan kesehatan kerja adalah mewujudkan masyarakat dan lingkungan kerja yang aman, sehat dan sejahtera, sehingga akan tercapai ; suasana lingkungan kerja yang aman, sehat, dan nyaman dengan keadaan tenaga kerja yang sehat fisik, mental, sosial, dan bebas kecelakaan.http://e-journal.uajy.ac.id/3052/3/2TS11587.pdf

Upaya-upaya Pencegahan Penyakit Akibat Kerjaa. SubstitusiSubstitusi yaitu mengganti bahan-bahan yang berbahaya dengan bahan-bahan yang kurang berbahaya atau tidak berbahaya sama sekali, misalnya karbon tetraklorida diganti triklor-etilen.b. Ventilasi UmumVentilasi umum yaitu mengalirkan udara sebanyak-banyaknya menurut perhitungan ke dalam ruang kerja, agar bahan-bahan berbahaya ini lebih rendah dari kadar yang membahayakan, yaitu kadar pada nilai ambang batas.c. Ventilasi Keluar SetempatVentilasi keluar adalah alat yang dapat mengisap udara dari suatu tempat kerja tertentu, agar bahan-bahan yang berbahaya dari tempat tersebut dapat dialirkan keluar.d. IsolasiIsolasi merupakan cara mengisolasi proses perusahaan yang membahayakan, misalnya penggorengan yang panas, sehingga suhu yang disebabkannya menurun dan tidak menjadi gangguan pada pekerja.

e. Pakaian/Alat PelindungAlat pelindung dalam pekerjaan dapat berupa, kacamata, masker, helm, sarung tangan, sepatu atau pakaian khusus yang didesain untuk pekerjaan tertentu.f. Pemeriksaan Sebelum BekerjaPemeriksaan sebelum bekerja yaitu pemeriksaan kesehatan pada calon pekerja untuk mengetahui apakah calon pekerja tersebut sesuai dengan pekerjaan yang akan diberikan baik fisik maupun, mentalnya.g. Pemeriksaan Kesehatan Secara BerkalaPemeriksaam kesehatan secara berkala adalah pemeriksaan kesehatan yang dilakukan secara berkala terhadap pekerja, apakah ada gangguan kesehatan yang timbul akibat pekerjaan yang dilakukan. Dapat dilakukan setiap 6 bulan sekali atau 1 tahun sekali, atau disesuaikan dengan kebutuhan.

Tingkat Pencegahan Gangguan Kesehatan dan Kecelakaan Akibat Kerjaa. Peningkatan Kesehatan (Healt Promotion)Kegiatan yang dapat dilakukan adalah pendidikan kesehatan kepada pekerja, peningkatan dan perbaikan gizi pekerja, perkembangan kejiwaan pekerja yang sehat, penyediaan perumahan pekerja yang sehat, rekreasi bagi pekerja, penyediaan tempat dan lingkungan kerja yang sehat, pemeriksaan sebelum bekerja, perhatian terhadap faktor-faktor keturunan.b. Perlindungan Khusus (Spesifik Protection)Kegiatan yang dapat dilakukan adalah pemberian imunisasi, higiene kerja yang baik, sanitasi lingkungan kerja yang sehat, perlindungan diri terhadap bahaya-bahaya pekerjaan, pengendalian bahaya akibat kerja agar dalam keadaan aman, perlindungan terhadap faktor karsinogen, menghindari sebab-sebab alergi, perserasian manusia (pekerja) dengan mesin. c. Diagnosa Dini dan pengobatan yang tetap (Early Diagnosis and promptreatment)1) Mencari tenaga kerja baik perorangan atau kelompok terhadap gangguan-gangguan penyakit tertentu.2) General check up secara teratur terhadap pekerja dengan tujuan: Mengobati dan mencegah proses penyakit. Mencegah penularan penyakit. Mencegah komplikasi.3) Penyaringand. Pencegahan Kecacatan (Disability Limitation)Kegiatan yang dilakukan berupa pengobatan yang adekuat untuk mencegah dan menghentikan proses penyakit, perawatan yang baik, penyediaan fasilitas untuk membatasi kecacatan dan mencegah kematian.e. Pemulihan (Rehabilitation)Kegiatan yang dilakukan adalah Latihan dan pendidikan untuk melatih kemampuan yang ada, pendidikan masyarakat untuk menggunakan tenaga cacat, penempatan tenaga cacat secara selektif, terapi kerja di rumah sakit, menyediakan tempat kerja yang dilindungi.

B. Asuhan Keperawatan Kesehatan KerjaAsuhan keperawatan untuk kesehatan dan keselamatan kerja (K3) bertujuan untuk menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif.1. Pengkajian a. Biologi manusia, meliputi: karakteristik usia dan jenis kelamin, masalah-masalah kesehatan yang bersifat genetik dari pekerja, fungsi fisik.b. Lingkungan Berbagai potensial hazard yang bisa menyebabkan gangguan kesehatan akibat kerja yang meliputi hazard fisik, biologi, kimia, psikososial, ergonomi.c. Gaya hidup meliputi : pola konsumsi makanan, aktivitas dan istirahat, penampilan pada saat bekerja, penggunaan alat pendung diri.d. Sistem kesehatan meliputi : sistem pelayanan kesehatan baik yang terdapat di perusahaan maupun di luar perusahaan (rujukan), program pengawasan (monitoring) terkait dengan keselamatan kerja, kebijakan dan program promosi kesehatan yang ada di perusahaan, keterbatasan dam upaya promosi dan proteksi, sistem pelayanan kesehatan pada keluarga pekerja.2. Diagnosis keperawatan Diagnosis dalam keperawatan kesehatan kerja meliputi status kesehatan klien, kesakitan akibat kerja, populasi yang berisiko, hazard ditempat kerja.Contoh diagnosa kesehatan dan keselamatan kerja (K3):a. Risiko terjadi penyakit akibat kerja berhubungan dengan kurang pengetahuan pekerja dan perusahaan tentang standar K3, APD, dan fasilitas kerja.b. Risiko trauma inhalasi berhubungan dengan terpapar asap pembakaran/ benda berbau tajam.c. Gangguan (penurunan) fungsi pendengaran berhubungan dengan tidak menggunakan alat proteksi diri pada area dengan tingkat kebisingan tinggi.d. Risiko jatuh (cedera) berhubungan dengan tempat kerja yang terlalu tinggi ; penggunaan peralatan yang kurang memadai ; pelaksanaan kerja tanpa wewenang.e. Gangguan tidur berhubungan dengan tekanan pekerjaan.

3. Perencanaan a. Prevensi primer Termasuk dalam kegiatan prevensi primer adalah: Promosi kesehatan yang meliputi kegiatan pendidikan kesehatan, perbaikan gizi, istirahat dan olahraga bagi pekerja, pemberian ANC bagi pekerja wanita yang sedang hamil. Pencegahan penyakit yang meliputi mengurangi faktor risiko, pemberian imunisasi, manajemen stress. Pencegahan injuri, yang meliputi pendidikan keselamatan, penggunaan alat pelindung diri (APD), penanganan zat berbahaya, menurunkan bahaya yang mengancam keselamatan, meningkatkan kesehatan ergonomis.b. Prevensi sekunder Pemeriksaan (screening) kepada calon pekerja, pemeriksaan kesehatan secara berkala, pemeriksaan terhadap aspek lingkungan. Penatalaksanaan kasus (case management) Penanganan kegawatan yang meliputi kegawatan fisik, psikologis maupun kecelakaan akibat kerjac. Prevensi tersier Yang termasuk dalam kegiatan pencegahan sekunder meliputi: Pencegahan penyebaran penyakit menular Pencegahan kekambuhan Pencegahan komplikasi Rehabilitasi pekerja