bab ii kerangka teori,hasil penelitian dan...

36
BAB II KERANGKA TEORI,HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. KERANGKA TEORI 1. Pengertian Polisi dan Tugas Pokok Polisi a. Pengertian Polisi Istilah polisi berasal dari bahasa Belanda politie yang mengambil dari bahasa Latin politia berasal dari kata Yunani politeia yang berarti warga kota atau pemerintahan kota. Kata ini pada mulanya dipergunakan untuk menyebut "orang yang menjadi warga negara dari kota Athena", kemudian pengertian itu berkembang menjadi "kota" dan dipakai untuk menyebut "semua usaha kota". Oleh karena pada zaman itu kota merupakan negara yang berdiri sendiri yang disebut dengan istilah polis, maka politea atau polis diartikan sebagai semua usaha dan kegiatan negara, juga termasuk kegiatan keagamaan. 1 Polisi adalah suatu pranata umum sipil yang menjaga ketertiban, keamanan dan penegakan hukum diseluruh wilayah negara. Kepolisian adalah salah satu lembaga penting yang memainkan tugas utama sebagai penjaga keamanan, ketertiban dan penegakan hukum, sehingga lembaga kepolisian pasti lah ada di seluruh negara berdaulat. Kadangkala pranata ini bersifat militaristis, seperti di Indonesia sebelum Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI) dilepas dari ABRI. Polisi dalam lingkungan pengadilan bertugas sebagai penyidik. Dalam 1 Diakses dari https://id.wikipedia.org/wiki/Polisi ,pada tanggal 15 Juni 2010 pukul 10.10

Upload: vuongminh

Post on 24-Mar-2019

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB II

KERANGKA TEORI,HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

A. KERANGKA TEORI

1. Pengertian Polisi dan Tugas Pokok Polisi

a. Pengertian Polisi

Istilah polisi berasal dari bahasa Belanda politie yang mengambil dari

bahasa Latin politia berasal dari kata Yunani politeia yang berarti warga kota

atau pemerintahan kota. Kata ini pada mulanya dipergunakan untuk menyebut

"orang yang menjadi warga negara dari kota Athena", kemudian pengertian itu

berkembang menjadi "kota" dan dipakai untuk menyebut "semua usaha kota".

Oleh karena pada zaman itu kota merupakan negara yang berdiri sendiri yang

disebut dengan istilah polis, maka politea atau polis diartikan sebagai semua

usaha dan kegiatan negara, juga termasuk kegiatan keagamaan.1

Polisi adalah suatu pranata umum sipil yang menjaga ketertiban, keamanan

dan penegakan hukum diseluruh wilayah negara. Kepolisian adalah salah satu

lembaga penting yang memainkan tugas utama sebagai penjaga keamanan,

ketertiban dan penegakan hukum, sehingga lembaga kepolisian pasti lah ada di

seluruh negara berdaulat. Kadangkala pranata ini bersifat militaristis, seperti di

Indonesia sebelum Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI) dilepas dari

ABRI. Polisi dalam lingkungan pengadilan bertugas sebagai penyidik. Dalam

1 Diakses dari https://id.wikipedia.org/wiki/Polisi ,pada tanggal 15 Juni 2010 pukul 10.10

tugasnya dia mencari barang bukti, keterangan-keterangan dari berbagai

sumber, baik keterangan saksi-saksi maupun keterangan saksi ahli.2

Arti polisi juga dikemukakan lain oleh Momo Kelana dalam bukunya

Hukum Kepolisian yang berpendapat bahwa “Polisi dalam arti formal

mencakup penjelasan tentang organisasi dan kedudukan daripada instansi

Kepolisian. Sedangkan polisi dalam arti materiil memberikan jawaban terhadap

persoalan – persoalan tugas dan wewenang dalam rangka menghadapi bahaya/

gangguan keamanan dan ketertiban, baik dalam rangka kewenangan Kepolisian

Umum maupun melalui ketentuan – ketentuan yang diatur dalam peraturan

(Undang- Undang tentang Kepolisian khusus)”.3

Polri dalam kaitannya dengan pemerintah adalah salah satu fungsi

pemerintahan negara dibidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban

masyarakat, penegakan hukum, perlindungan, pengayoman, dan pelayanan pada

masyarakat. Bertujuan untuk mewujudkan keamanan dalam negeri yang

meliputi terpeliharanya keamanan dan ketertiban masyarakat, tertib dan

tegaknya hukum, terselenggaranya perlindungan, pengayoman, dan pelayanan

masyarakat, serta terciptanya ketentraman masyarakat dengan menjunjung

tinggi hak azasi manusia, hal ini terdapat dalam Pasal 4 Undang-undang Nomor

2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Republik Indonesia.4

Kaitannya dengan kehidupan bernegara Polri merupakan alat negara yang

berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakan

hukum, serta memberikan perlindungan, pengayoman, dam pelayanan pada

masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri. Agar dalam

melaksanakan fungsinya dan perannya di seluruh wilayah Indonesia atau yang

2 Ibid.

3 Momo Kelana, Hukum Kepolisian, CV. Sandaan, Jakarta, 1984, h. 24.

4 Budi Rizki Husin, Studi Lembaga Penegak Hukum, Universitas Lampung, Bandar Lampung, h. 15.

di anggap sebagai wilayah Negara Republik Indonesia dibagi dalam daerah

hukum menurut kepentingan pelaksanaan tugas Kepolisian Negara Republik

Indonesia, sebagai mana ditentukan dalam peraturan pemerintah.

Dapat disimpulkan bahwa Polisi adalah mitra negara ataupun pemerintah

dalam mewujudkan situasi kondusif negara dan turut melakukan pelayanan

,pengayoman dan pengamanan kepada masyarakat yang menjunjung tinggi hak

asasi manusia,polisi juga membantu pemerintah dalam menjalankan serta

,mewujudkan sila sila pancasila dan isi dari pembukaan UUD 1945.

b. Tugas Pokok Polisi

Didalam sistim Undang – undang dasar 1945 mengenai tugas pokok polisi

,tidak ditegaskan didalam pasal,akan tetapi terkandung didalam maknanya yaitu

bahwa tugas polisi termasuk dalam bidang eksekutif.UUD 1945 tidak

menyebutkan kekuasaan kepolisian dan kejaksaan oleh karena dua macam

tugas itu telah dengan sendirinya termasuk ke dalam tugas eksekutif

pemerintahan,sebab keamanan di dalam negara adalah tugas pokok bagi setiap

pemerintah.Dalam pemuncak ,artinya paling diatas ,paling tertinggi dan untuk

menunaikan tugasnya itu dia boleh atur melalu UU membentuk satu badan

kepolisian negara dan atau kejaksaan.5

Tugas pokok polisi sendiri diatur dalam Bab III UU RI no.2 tahun 2002

tentang Kepolisian Negara .Pasal 13 UU no.2 tahun 2002 menyebutkan bahwa

tugas pokok kepolisian yakni memilihara keamanan dan ketertiban

masyarakat,menegakan hukum dan memberikan perlindungan ,pengayoman dan

5 .Hazairin,Demokrasi Pancasila,(Jakarta:Trinitas,1970),hlm.40.

pelayanan kepada masyarakat.Lebih lanjut dalam Pasal 14 UU no.2 tahun 2002

menjelaskan mengenai tugas polisi yakni diantaranya :

a. melaksanakan pengaturan, penjagaan, pengawalan, dan patroli terhadap

kegiatan masyarakat dan pemerintah sesuai kebutuhan;

b. menyelenggarakan segala kegiatan dalam menjamin keamanan,

ketertiban, dan kelancaran lalu lintas di jalan;

c. membina masyarakat untuk meningkatkan partisipasi masyarakat,

kesadaran hukum masyarakat serta ketaatan warga masyarakat terhadap

hukum dan peraturan perundang-undangan;

d. turut serta dalam pembinaan hukum nasional;

e. memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum;

f. melakukan koordinasi, pengawasan, dan pembinaan teknis terhadap

kepolisian khusus, penyidik pegawai negeri sipil, dan bentuk-bentuk

pengamanan swakarsa;

g. melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana

sesuai dengan hukum acara pidana dan peraturan perundang-undangan

lainnya;

h. menyelenggarakan identifikasi kepolisian, kedokteran kepolisian,

laboratorium forensik dan psikologi kepolisian untuk kepentingan tugas

kepolisian;

i. melindungi keselamatan jiwa raga, harta benda, masyarakat, dan

lingkungan hidup dari gangguan ketertiban dan/atau bencana termasuk

memberikan bantuan dan pertolongan dengan menjunjung tinggi hak

asasi manusia;

j. melayani kepentingan warga masyarakat untuk sementara sebelum

ditangani oleh instansi dan/atau pihak yang berwenang;

k. memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan

kepentingannya dalam lingkup tugas kepolisian; serta melaksanakan

tugas lain sesuai dengan peraturan perundang-undang.6

Berkaitan dengan peristiwa hukum sekaligus judul skripsi yang diusung

penulis yakni Penegakan Hukum Terhadap Pembuatan TNKB Ilegal di Kota

Salatiga ,terkait tugas dan wewenang polisi sebagaimana telah dijelaskan dalam

paragraf diatas maka penegakan hukum berupa razia terhadap bisnis ilegal ini

haruslah ditegakkan oleh kepolisian kota salatiga,karena tugas polisi dalam hal

ini mencakup meningkatkan kesadaran hukum bagi masyarakat sehingga

nantinya peristiwa hukum ini tidak menjadi budaya karena tidak adanya

penindakan yang tegas oleh aparat penegak hukum kota salatiga .

6 Pasal 13 – 14 UU No.2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara.

2. Ketentuan hukum tentang pembuatan TNKB

Dalam perkembangannya ,ketentuan hukum mengenai TNKB kini diatur dalam

empat peraturan yakni UU No.22 tahun 2009 tentang LLAJ beserta peraturan

pelaksanaannya yakni PP No.55 tahun 2012 tentang Kendaraan (PP Kendaraan),PP No.80

tahun 2012 tentang Tata Cara Pemeriksaan Kendaraan Bermotor di Jalan dan Penindakan

Pelanggaran Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (PP 80/2012) dan Perkapolri No.5 tahun

2012 tentang Regident Kendaraan Bermotor.7

Dari berbagai peraturan yang telah disebutkan diatas penulis mencoba mentelaah satu

demi satu peraturan ,yang pertama dimulai dari UU LLAJ No.22 tahun 2009 .Dalam UU

LLAJ No.22 tahun 2009 hanya dijelaskan mengenai TNKB yang harus memuat kode

wilayah,nomor registrasi dan masa berlaku serta TNKB harus memenuhi syarat bentuk

,ukuran ,bahan,warna dan cara pemasangan .Hal tersebut dimuat dalam uraian pasal 68

ayat 3 UU LLAJ8.Mengenai rincian pembuatan TNKB tidak ditemukan dalam UU

LLAJ.Kedua,peraturan mengenai TNKB juga ditemukan dalam Perkapolri No.5 tahun

2012 tentang Regident Kendaraan Bermotor,dalam Perkapolri ini hanya disebutkan

bahwa TNKB dibuat dari bahan yang mempunyai unsur-unsur pengaman sesuai

spesifikasi teknis,adapun unsur-unsur pengaman TNKB yaitu berupa logo lantas dan

pengaman lain yang berfungsi sebagai penjamin legalitas TNKB. Selain itu, dalam

Perkapolri nomor 5 tahun 2012 juga disebutkan mengenai warna TNKB dalam pasal 39

ayat 3 ,dalam peraturan ini lagi – lagi tidak dijumpai detail pembuatan TNKB.Namun

dalam Pasal 39 ayat 5 Perkapolri No.5 tahun 2012 menegaskan bahwa Plat Nomor

7 Diakses dari http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt56c29133bcd4d/agar-tidak-ditilang-karena-masalah-

plat-nomor ,pada tanggal 9 Oktober 2017 ,pukul 23.15 WIB. 8 Pasal 68 ayat 3 UU LLAJ No.22 Tahun 2009

diadakan secara terpusat oleh Korlantas Polri dan apabila Plat Nomor tidak dikeluarkan

oleh Korlantas Polri maka dinyatakan tidak sah dan tidak berlaku.9

Menengok pada PP Kendaraan No.55 tahun 2012.Dalam PP Kendaraan ini , juga

tidak ada ketentuan yang mengatur spesifikasi dan cara pembuatan TNKB,dalam PP

Kendaraan hanya mengatur mengenai :

a. Lampu penerangan tanda nomor Kendaraan Bermotor di bagian belakang Kendaraan

berwarna putih.

b. Lampu penerangan tanda nomor Kendaraan Bermotor dipasang di bagian belakang

dan dapat menyinari tanda nomor Kendaraan Bermotor agar dapat dibaca pada jarak

paling sedikit 50 (lima puluh) meter dari belakang.

c. Tempat pemasangan tanda nomor Kendaraan Bermotor harus memenuhi persyaratan

yakni harus ditempatkan pada sisi bagian depan dan belakang Kendaraan Bermotor;

dan dilengkapi lampu tanda nomor Kendaraan Bermotor pada sisi bagian belakang

Kendaraan Bermotor.

Dapat dilihat bahwa PP Kendaraan hanya menyinggung mengenai standar lampu

penerangan TNKB dan posisi pemasangan TNKB. PP 80/2012 juga hanya menyebutkan

pemeriksaan TNKB terdiri atas pemeriksaan spesifikasi teknis tanda nomor kendaraan,

masa berlaku, dan keaslian, tanpa menerangkan lebih lanjut spesifikasi yang dimaksud.

Dari keempat peraturan tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak dijelaskan secara

detail mengenai teknis pembuatan TNKB itu sendiri mulai dari proses pembentukan

plat,pembentukan nomor pada plat, pengecatan plat bersadarkan jenis dan golongan

TNKB sesuai oprasionalnya.Hanya saja ada satu Pasal yang menegaskan bahwa TNKB

hanya diterbitkan oleh Korlantas Polri selain Korlantas Polri maka dianggap tidak sah

dan tidak berlaku (Pasal 39 ayat 5 Perkapolri No.5 tahun 2012.Hal tersebutlah yang

9 Pasal 39 Perkapolri No.5 Tahun 2012 tentang Regident Ranmor

memicu penulis untuk mendalami kasus maraknya pembuat plat nomor palsu di Kota

Salatiga,ditambah dengan hadirnya Pasal 39 Perkapolri No.5 tahun 2012 yang

menjelaskan bahwa adanya logo lantas sebagai penjamin legalitas dan hanya Korlantas

Polri yang meneribtkan ,yang membuat penulis semakin penasaran dan lebih ingin

mendalami kasus ini.

3. Tugas SAMSAT (Sistim Manunggal Satu Atap)

Samsat adalah serangkaian kegiatan dalam penyelenggaraan Registrasi dan Identifikasi

Kendaraan Bermotor, pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan

Bermotor, dan pembayaran Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas dan Angkutan

Jalan secara terintegrasi dan terkoordinasi dalam Kantor Bersama Samsat.10

Samsat bertujuan memberikan pelayanan Registrasi dan Identifikasi Kendaraan

Bermotor, pembayaran pajak atas kendaraan bermotor, dan Sumbangan Wajib Dana

Kecelakaan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan secara terintegrasi dan terkoordinasi dengan

cepat, tepat, transparan, akuntabel, dan informative.11

Ruang lingkup pelayanan Samsat

meliputi :

a. Regident Ranmor

b. Pembayaran pajak atas kendaraan bermotor; dan

c. Pembayaran SWDKLLAJ (Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan).12

4. Tindak Pidana Lalu Lintas terkait dengan TNKB palsu

10

Pasal 1 ayat 1 Perpres Nomor 5 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Sistem Administrasi Manunggal Satu

Atap Kendaraan Bermotor 11

Pasal 2 Perpres Nomor 5 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap

Kendaraan Bermotor 12

Pasal 3 Perpres Nomor 5 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap

Kendaraan Bermotor

Mengenai tindak pidana lalu lintas dalam hal ini yang menjadi tersangka ialah konsumen

yang dalam hal ini mengenakan TNKB palsu pada kendaraannya,pengendara kendaraan

dapat terkena razia saat dilakukan oprasi tertib lalu lintas oleh satlantas setempat dalam

penelitian ini satlantas kota salatiga,hal ini nampak pada Peraturan Pemerintah No.80 tahun

2012 tentang Tata Cara Pemeriksaan Kendaraan Bermotor di Jalan dan Penindakan

Pelanggaran Lalu Lintas dan Angkutan Jalan,dimana di dalam pasal 4 ayat 3 peraturan

pemerintah tersebut menyatakan :

“Pemeriksaan Tanda Nomor Kendaraan Bermotor atau Tanda Coba Kendaraan

Bermotor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a, terdiri atas:

a. Spesifikasi teknis tanda nomor kendaraan.

b. Masa berlaku dan

c. Keaslian”.13

Dari bunyi pasal diatas dengan tegas menyebutkan bahwa didalam melakukan

pemeriksaan TNKB dan/atau TCKB ,polisi yang bertugas melakukan oprasi juga akan

mengecek keaslian TNKB .Disisi lain spesifikasi keaslian plat nomor juga ditegaskan pada

Pasal 39 ayat 5 Perkapolri no.5 tahun 2012 yang menyatakan bahwa :

“TNKB yang tidak dikeluarkan oleh Korlantas Polri, dinyatakan tidak sah dan tidak

berlaku”.14

Dengan demikian, plat nomor palsu yang dikenakan konsumen dan/atau pengendara pada

kendarannya yang bukan merupakan plat nomor standarisasi Korlantas Polri dan bukan

terbitan Korlantas Polri dinyatakan tidak sah dan tidak berlaku.Jika petugas kepolisian yang

menggelar oprasi tertib lalu lintas menemukan pengguna kendaraan yang mengenakan

TNKB palsu pada kendaraannya,maka terdapat sanksi yang mengikatnya yakni sebagaimana

disebutkan pada Pasal 280 UU LLAJ yang menyatakan demikian :

13

Pasal 4 PP No.80 tahun 2012 tentang tata Cara Pemeriksaan Kendaraan Bermotor di Jalan dan Penindakan

Pelangaran Lalu Lintas dan Angkutan Jalan 14

Pasal 39 ayat 5 Perkapolri No.5 tahun 2012 tentang Regident Ranmor

“Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan yang tidak

dipasangi Tanda Nomor Kendaraan Bermotor yang ditetapkan oleh Kepolisian Negara

Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68 ayat (1) dipidana dengan

pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda paling banyak Rp500.000,00

(lima ratus ribu rupiah)”.15

Bagi pengendara kendaraan pengguna plat nomor palsu hal ini masuk ke dalam

pelanggaran terhadap Pasal 280 UU LLAJ terkait ketidak aslian plat nomor yang

dikenakan.Namun disisi lain bagi pembuat plat palsu yang bukan merupakan terbitan polri

hal ini dapat menjadi delik tindak pidana pemalsuan yang diatur dalam KUHP .

5. Teori Penegakan Hukum

Penegakan hukum adalah suatu proses untuk mewujudkan keinginan – keinginan

hukum yakni pikiran pikiran badan pembuatan undang – undang yang dirumuskan dalam

peraturan – peraturan hukum menjadi kenyataan.16

Penegakan hukum sendiri merupakan jembatan antara norma hukum dengan realita

masyarakat.Didalam penegakan hukum perlu adanya hukum wacana dimana jika hukum itu

berjalan maka penegakan hukum harus melibatkan pejabat berwenang.Dalam artian lain

penegakan hukum itu sendiri merupakan 2 arti yang berbeda jika secara luas penegakan

hukum merupakan pencegahan (preventif) dan dari sudut pandang yang sempit penegakan

hukum merupakan tindak lanjut dari penganggulangan pelanggaran yang sudah terjadi

(represif).

Keberhasilan penegakan hukum juga dipengaruhi oleh beberapa faktor yang

mempunyai arti yang netral sehingga dampak negatif dan positif ada pada faktor – faktor

tersebut.Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi penegakan hukum ialah :

a. Faktor hukum itu sendiri

15

Pasal 280 UU No.22 tahun 2009 tentang LLAJ 16

Satjipto Rahardjo,Masalah Penegakan Hukum,(Bandung:Sinar Baru,1983),hlm.24.

Faktor hukum dapat dikatakan salah satu faktor yang mempengaruhi penegakan

hukum karena adanya hukum yang tidak jelas dan juga adanya tumpang tindih antar

peraturan dan saling bertentangan.Selain itu hukum mengalami disfungsi dan sering

berubah ,hal lain yang menguatkan mengapa hukum itu sendiri menjadi faktor yang

mempengaruhi penagakan hukum ialah karena sanksi yang tidak memadai ,terdapat

celah dalm ketentuan hukum itu sendiri serta hukum menuntut hal tidak realistis.

b. Faktor penegak hukum

Faktor penegak hukum digolongkan sebagai salah satu faktor yang turut

mempengaruhi suatu penegakan hukum hal ini karena pengaruh penegak hukum

yang tidak paham akan hukum positif ataupun hukum yang berlaku yang paling

parah ialah penegegak hukum yang tidak tahu atau tidak paham dengan tugas dan

fungsinya sebagai penegak hukum.

c. Faktor sarana dan prasarana

Hal ini didukung dengan tidak memadainya anggaran yang tersedia untuk

menciptakan hukum yang baik serta tidak tersedianya fasilitas pendukung penegakan

hukum.

d. Faktor masyarakat

Masyarakat juga ternyata merupakan faktor yang mempengaruhi penegakan

hukum hal ini dikarenakan masyarakat yang tidak mempunyai ilmu hukum,tidak

sadar hukum dan tidak paham hukum.

e. Faktor kebudayaan

Faktor terakhir ialah faktor budaya,seringkali masyarakat terbiasa dengan budaya

hidup masyarakat didaerahnya/dilingkungan mereka hidup masing masing,sehingga

masyarakat sering berasumsi bahwa kebiasan kebiasan tersebut yang sudah menjadi

budaya adalah hukum mereka.Padahal jika ditelaah lebih dalam,hukum di Indonesia

hanyalah bersumber pada satu sumber yakni UUD 1945.17

6. Teori Disfungsi Hukum

Robert K Merton adalah sosiolog lulusan S1 Universitas Temple dan S2 S3 Universitas

Harvard.Dalam disfungsi,merton berpendapat bahwa,disfungsi yaitu anomi,dalam anomi

terdapat keterhubungan dengan pentimpangan, disfungsi antara kebudayaan dengan

struktur akan melahirkan konsekuensi disfungsional yaitu munculnya penyimpangan dalam

masyarakat.Merton menjelaskan bahwa konsekuensi yang tidak diantisipasi itu tidaklah

sama dengan fungsi laten, karena fungsi laten merupakan suatu tipe konsekuensi yang tidak

terantisipasi dan sesuatu yang fungsional bagi sistem yang dirancang. Ada dua jenis

konsekuensi tidak terantisipasi, yakni “hal-hal yang disfungsional bagi sistem yang telah

ada dan itu mencakup disfungsi laten” dan “hal-hal yang tidak relevan dengan sistem yang

mereka pengaruhi secara fungsioanl ataupun disfungsional konsekuensi-konsekuensi

nonfungsional”.18

Disfungsi hukum sendiri merupakan kondisi dimana hukum tidak bisa menjalankan

fungsi sebagaimana mestinya di dalam masyarakat ,penyebabnya adalah hukum

dimaksudkan untuk berlaku dalam jangka waktu lama ,sehingga cenderung konservatif

yang mengakibatkan tetap dipertahankannya status quo dan tidak bisa mengikuti perubahan

masyarakat,dirumuskan secara umum bersifat rigrid (kaku).Karena pada dasarnya hukum

yang over – restrictive yakni yang sepantasnya tidak perlu diatur oleh hukum.

B. HASIL PENELITIAN

17

Soerjono Soekanto,Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum,(Jakarta:Raja

Grafindo,1983),hlm.5. 18

Diakses dari http://blog.unnes.ac.id/prestia/2015/12/04/teori-struktural-fungsional-robert-k-merton/,pada

tanggal 9 Oktober 2017,pukul 23.09 WIB

1. Gambaran Proses Pembuatan TNKB di SAMSAT Salatiga

Pada sub bahasan ini penulis akan membahas mengenai cara pembuatan plat nomor

legal di samsat salatiga,adapun cara – cara pembuatan TNKB legal mulai dari cara

pengecatan dan pembentukan huruf,pengecatan dst adalah berdasarkan hasil observasi

yang telah dilakukan oleh penulis di samsat salatiga yang mana nantinya akan menjadi

bahan pembanding dengan pembuatan /pembentukan plat nomor ilegal /palsu di kota

salatiga.Berikut adalah tahap demi tahap proses pembentukan plat nomor legal yang

dilakukan samsat salatiga :

1. Samsat salatiga sudah menerima bahan plat untuk pembuatan TNKB dari

korlantas polri,warna dasar plat yang nantinya dijadikan bahan untuk

pembuatan TNKB dibedakan menjadi 4 warna dasar yakni :

dasar hitam, tulisan putih untuk Ranmor perseorangan dan Ranmor

sewa;

dasar kuning, tulisan hitam untuk Ranmor umum;

dasar merah, tulisan putih untuk Ranmor dinas Pemerintah;dasar putih,

tulisan biru untuk Ranmor Korps Diplomatik negara asing; dan

dasar hijau, tulisan hitam untuk Ranmor di kawasan perdagangan bebas

atau (Free Trade Zone) yang mendapatkan fasilitas pembebasan bea

masuk dan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan, bahwa Ranmor

tidak boleh dioperasionalkan/dimutasikan ke wilayah Indonesia

lainnya.19

Adapun pengecatan plat yang merupakan bahan dasar pembuatan

TNKB ,pembubuhan logo Korlantas dan ukuran TNKB yang sesuai

19

Pasal 39 ayat 3 UU No.5 tahun 2012 tentang Regident Ranmor.

spesifikasinya pada plat dilakukan oleh pihak Korlantas Polri yang kemudian

dipaketkan untuk dikirim ke Samsat Salatiga.

2. Bahan Plat yang dasarnya telah dibubuhi logo korlantas dan telah dicat oleh

korlantas polri dan sudah sampai di samsat salatiga,kemudian dimasukan

kedalam mesin pencetak nomor TNKB ,sebelum dicetak dalam mesin terlebih

dahulu petugas pembuat TNKB menyesuaikan dengan nomor STNK..

3. Setelah nomor TNKB dalam plat terbentuk langkah selanjutnya ialah printing

atau pengecatan,didalam pengecatan warna yang digunakan ialah warna putih

dan yang dicat hanyalah huruf dan angka dalam TNKB saja ,bahan cat warna

putih terbuat dari cat dan thiner.

4. Setelah dilakukan printing maka TNKB yang sudah jadi dikeringkan selama 1

menit.

5. Jika TNKB sudah kering maka STNK divalidasi atau diregister dengan

pemberian cap yang bertuliskan “Plat sudah diambil”.Hal ini bertujuan agar

tidak ada konsumen yang mendouble ataupun berbuat curang.

6. Setelah TNKB kering dan STNK sudah divalidasi maka konsumen dipangil

untuk pengambilan STNK dan TNKB.20

Jika dalam kesempatan diatas penulis sudah membahas tentang pembentukan

ataupun pembuatan plat nomor legal yang bersumber dari samsat salatiga yang

tidak perlu diragukan ke legalannya,kini penulis akan membandingkan dengan

para pembuat plat nomor palsu di salatiga dengan .Berikut adalah langkah demi

langkah cara membuat plat yang dilakukan oleh pembuat plat palsu di kota

salatiga :

20

Observasi penulis pada SAMSAT Kota Salatiga yang dilakukan pada tanggal 3 Oktober 2017 pukul 11.30

WIB

1. Bahan dasar berupa plat disiapkan sendiri oleh para pembuat plat palsu dan

tidak ada logo korlantas polri di dalam plat.

2. Pembuat plat menempelkan bahan dasar plat yang nantinya akan menjadi

TNKB di sebuah lempengan selembar besi.

3. Kemudian bahan dasar plat ditempel dengan huruf dan angka sesuai

permintaan konsumen.

4. Bahan plat yang sudah ditempeli huruf dan angka kemudian diketok dengan

palu dan dipres dengan alat pres.

5. Setelah dipres dilakukan pengecatan sesuai permintaan konsumen.

6. Setelah proses pengecatan maka TNKB palsu yang sudah jadi dikeringkan dan

kemudian tempelan angka dan nomor pencetak dicopot .

7. Dan plat nomor siap untuk digunakan.21

2. Tugas Bintara Unit STNK dalam Membuat TNKB

Ruang lingkup kerja Banit STNK Samsat Salatiga meliputi :

a. Melakukan register dari banit (bintara unit) bpkb lalu melakukan input

database kepusat perpajakan UPPD provinsi yang meliputi penelitian,

verifikasi kelengkapan dan keabsahan dokumen persyaratan regident

kendaraan bermotor dan pendataan regident kendaraan bermotor, baik

pendaftaran baru, mutasi keluar maupun mutasi masuk

b. Melaksanakan pelayanan penerbitan , stnk dan tnkb bagi kendaraan yang

telah melalui proses pemeriksaan dokumen.

21

Observasi penulis pada beberapa kios plat nomor di kota salatiga yang dilakukan pada 3 Oktober 2017 pukul

13.00 WIB

c. Melaksanakan pengecekan ulang ke tempat asal kendaraan di registrasi

terhadap kendaraan yang melakukan mutasi masuk sebagai bentuk sistem

pengamanan.

d. Bekerjasama dengan instansi terkait (dispenda dan jasa raharja) dalam proses

pembayaran pajak kendaraan dan asuransi serta sat reskrim pada kasus

curanmor dan unit laka lantas dalam hal kasus laka lantas / tabrak lari.

e. Input ke UPPD kota untuk penetapan pajak.

f. Pencetakan TNKB.

g. Membuat laporan hasil pelaksanaan kegiatan registrasi dan indentifikasi

kendaraan dan pengemudi.22

3. Fakta Penjual TNKB Illegal di Kota Salatiga

Di Salatiga kios plat nomor pembuat plat nomor baik yang membuat palsu ataupun

hanya sekedar memperbaiki terdapat kurang lebih 15 kios plat nomor,pada penelitian ini

penulis menggunakan 5 sample guna mendukung penelitian ini dan memberikan fakta

empirik terkait isu hukum yang diangkat penulisi. Adapun sample yang adalah fakta

empirik mengenai keberadaan para pembuat TNKB (Tanda Nomor Kendaraan

Bermotor) ilegal di kota Salatiga yang mendukung penelitian dan penulisan ini ialah

diantaranya sebagai berikut:

i. Kios plat nomor Pak Jek yang berada di alun-alun Pancasila

Kios plat nomor Pak Jek yang terletak di alun alun lapangan Pancasila

Salatiga ) sebelah bank Kridaharta ini beroprasi kurang lebih selama 10

tahun.Kios plat nomor Pak Jek buka mulai pukul 10.00 WIB – 16.00 WIB

22

Hasil wawancara penulis dengan Bapak M.Agus Priyatno selaku Bintara Unit STNK Samsat Kota

Salatiga,pada tanggal 3 Oktober 2017,pukul 10.30 WIB.

,laba bersih kios plat nomor pak jek dalam sehari hingga 250 ribu – 500

ribu.Selama ini menurut pak jek belum pernah ada razia terkait

bisnisnya,perihal masyarakat selaku konsumen yang memesan plat nomor

sebagian besar memesan plat nomor baru,jika diprosentasekan 40%

melakukan reparasi dan 60% melakukan pembuatan plat nomor baru.Ditanya

mengenai bahwa terdapat larangan mengenai pembuatan plat nomor palsu,pria

berusia 60 tahun ini mengaku baru tahu ketika penulis melakukan wawancara

terhadapnya (pak jek).Dalam sehari biasanya kios plat nomor Pak Jek dapat

membuat maupun mengasilkam 5-7 plat nomor baru permintaan konsumen

dan sisanya hanya melakukan perbaikan plat nomor seperti pengecatan

ulang,pembenahan plat yang gepeng ,pembenahan huruf pada plat dsb.23

ii. Kios plat nomor di Jl.Kridanggo .

Kios plat nomor milik Rudi yang terletak di Jl.Kridanggo ini sudah

beroprasi selama 15 tahun,yakni dari 2002 – 2017 dan hingga kini masih aktif

bisnisnya.Ditanya mengenai omzet,sang pemilik yakni Rudi mengatakan

bahwa dalam sehari kios bisnis plat nomornya dapat meraup keuntungan

hingga 2 – 3 juta/hari,tidak heran bila bisnis ini semakin menjamur di kota

kota besar khususnya salatiga.Rudi juga menjelaskan bahwa ia selama ini ia

hanya menerima reparasi plat nomor ,karena jika buat plat nomor baru itu

melanggar hukum ,selain itu Rudi juga menambahkan bahwa dari pihak

samsat salatiga telah memberikan nomor plat nomor/TNKB (yang sudah

dilegalir dengan cap korlantas dan terbitan korlantas,dalam arti lain berupa

23

Hasil wawancara penulis dengan Pak Jek selaku pemilik kios plat nomor di Alun – alun lapangan

Pancasila,pada tanggal 9 Oktober 2017 pukul 16.00 WIB.

lempengan plat polos) lalu direparasi dikiosnya. .Dalam sehari jika melihat

dari omsetnya yang mencapai 2 hingga 3 juta dengan prosentase 50%

membuat plat nomor baru dan 50% memperbaiki plat nomor lama,maka dalam

sehari kios plat nomor rudi dapat membuat 30 plat nomor dengan harga satuan

Rp.50.000/plat nomor baru.24

Namun itu hanyalah dalih Rudi agar bisnisnya dianggap halal ataupun

legal,karena saat bersamaan penulis juga melakukan wawancara pada Slamet

yang pada saat itu juga sedang memesan plat nomor.Ditanya soal pembuatan

plat baru atau reparasi ,Slamet menjawab bahwa ia memesan plat nomor baru

untuk dipasang di kendaraan bodong (tanpa surat)yang ia miliki.Kemudian

penulis melontarkan pertanyaan kedua kepada Slamet mengenai mengapa

anda (Slamet) tidak mengurus di Samsat ? ,responden menjawab bahwa

disamsat prosesnya lama dan ribet belum lagi biayanya yang mahal buat

masyarakat golongan kebawah serta antrian yang lama,kalau disini (dikios plat

nomor) enak ,tidak ribet dan murah serta sehari jadi.25

iii. Kios plat nomor di Jl.Pemotongan.

Kios plat nomor di Jl.Pemotongan milik mas Bramantyas ini berdiri sejak

10 tahun yang lalu,tepatnya pada tahun 2007.Dalam usahanya ini sang owner

dapat meraup keuntungan mencapai 1 juta /hari ,namun jika sepi dalam sehari

omset yang ia dapat berkisar di angka 500 ribu/hari.Ditanya mengenai apakah

pernah dilakukan razia oleh aparat kepolisian,mas bramantyas mengaku bahwa

selama ini belum ada razia yang dilakukan dengan alasan bahwa bisnis ini tidak

24

Hasil wawancara penulis dengan Rudi selaku pemilik kios plat nomor di Jl.Kridanggo,dilakukan pada tanggal

9 oktober 2017,pukul 15.00 WIB 25

Hasil wawancara penulis dengan Slamet selaku konsumen pengguna plat nomor palsu di kios plat nomor

Jl.Kridanggo,dilakukan pada tanggal 9 oktrober 2017,pukul 15.30 WIB.

melanggar hokum.26

Dilihat dari omsetnya dengan harga jasa pembuatan plat

nomor baru Rp.50.000 maka per hari kurang lebih dapat membuat plat nomor

sebanyak 10 - 20 plat nomor sesuai permintaan konsumen.sisanya konsumen

hanya memperbaiki plat nomor mereka.

iv. Kios plat nomor di Jl.Imam Bonjol

Juedi ,begitulah panggilan akrab bapak pemilik kios plat nomor di

Jl.Imam Bonjol .Berdasar wawancara yang dilakukan oleh penulis dengan

owner plat nomor ini,beliau (Juedi) memulai bisnis kios plat nomor sejak 4

tahun yang lalu,yakni pada tahun 2013.Berbeda dari kios plat nomor lainnya

yang dalam hal ini digunakan penulis untuk sample sekaligus objek

penelitian,kios plat nomor bapak juedi ini dalam sehari hanya meraup

keutungan 50 ribu – 150 ribu /hari.Ditanya mengenai sudah pernahkah

diadakan razia oleg aparat kepolisian,juedi hanya menjawab dengan nada

simple ia menjawab tidak ada.Berbeda dengan kios plat nomor lainnya ,kios

plat nomor Juedi ini rata – rata konsumennya hanya melakukan renovasi plat

nomor kendaraan,jika dibandingkan dengan pembuatan plat nomor baru,maka

prosentasenya 75% konsumen memperbaiki plat nomor dan 25% konsumen

membuat baru plat nomor.27

v. Kios Plat nomor di Jl.Jangkungan (depan balai desa jangkungan

salatiga).28

26

Hasil wawancara penulis dengan Bramantyas selaku pemilik kios plat nomor di Jl.Pemotongan Salatiga,yang

dilakukan pada tanggal 10 oktober 2017,pukul 13.00 WIB. 27

Hasil wawancara penulis dengan Juedi selaku pemilik kios plat nomor di Jl.Imam Bonjol Salatiga,yang

dilakukan pada tanggal 10 oktober 2017,pukul 13.30 28

Hasil observasi/pengamatan penulis pada tanggal 22 Mei 2017.

Letak kios plat nomor milik mas giyanto ini terletak diarea alun – alun

lapangan pancasila salatiga,berdekatan dengan kios plat nomor pak jek.Kios

plat nomor ini sudah beroprasi selama 17 tahun,yakni mulai dari tahun

2000.Omset yang di dapat oleh giyatno sehari cukup rendah ,jika sepi hanya

20ribu/hari ,jika ramai 100ribu/hari.Kios plat nomor giyatno pernah sekali

didatangi kapolres,dan ditegor kalau dalam plat nomor tidak boleh hurufnya

dbibuat digital karena tidak sesuai standart selain itu juga bahan plat harus dari

samsat dan usaha ini hanya sebatas reparasi plat nomor,jika ada konsumen

yang meminta pembuatan baru,tolak saja,karena itu melanggar hukum .Tandas

Giyatno ditanya mengenai razia yang dilakukan oleh aparat kepolisian.Dalam

sehari Giyatno rata – rata hanya memproduksi 2-5 plat nomor baru,hal ini

lantaran persaingan kios plat nomor yang semakin hari semakin banyak

ownernya.29

4. Penegakan Hukum Terhadap Pembuat TNKB Illegal di Kota Salatiga

a. Samsat

Dari wawancara yang telah dilakukan oleh penulis kepada bintara unit STNK

yakni M.Agus Priyatno ,bahwa selama ini tidak ada penegakan hukum dalam hal ini

tidak ada razia terkait pembuatan plat nomor palsu,karena selama ini pihak

kepolisian dalam hal ini samsat salatiga memandang 2 hal yang menjadi

pertimbangan berdasar hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis,pertimbangan

pertama bahwa fenomena plat palsu ini ialah permintaan masyarakat,polisi sebagai

pelayan masyarakat mengikuti kenyamanan masyarakat baik masyarakat selaku

29

Hasil wawancara penulis dengan Giyatno selaku pemilik kios plat nomor di Jl.Jangkungan,yang dilakukan

pada tanggal 10 oktober 2017,pukul 14.00 WIB

konsumen dan masyarakat selaku pembuat TNKB palsu,kepolisian salatiga dalam

hal ini M.Agus Y selaku bintara unit STNK Samsat Salatiga menerangkan bahwa

para konsumen berinisiatif mendorong adanya pembuat TNKB dipinggiran jalan

yang tersebar di kota salatiga,awalnya dengan dalih untuk membenahi plat nomor

yang telah diterbitkan oleh Korlantas Polri untuk dibenahi oleh tukang plat nomor

namun apa daya semakin kesini makin mengarah pada tindakan pemalsuan plat

nomor.M.Agus menambahkan bahwa para pembuat plat nomor pinggiran jalan juga

diberikan daftar nomor plat jadi para pembuat plat nomor benar benar sebatas

membenahi plat nomor keluaran polri bukan membuat baru ataupun memalsu.

Pertimbangan kedua tidak dilakukannya razia karena kepolisian salatiga

mengangap bahwa hadirnya tukang plat nomor ini sebagai sarana mencukupi

kebutuhan hidup mereka disamping minimnya lowongan pekerjaan yang tersedia

disisi lain juga meringankan pekerjaan dari kepolisian dan mengurangi antrian TNKB

di samsat.Mengenai legal /ilegalnya bisnis ini M.Agus berpendapat bahwa

sebenarnya bisnis tersebut ilegal karena bertentangan dengan peraturan yang ada

yakni Perkapolri No.5 tahun 2012 tentang Regident Kendaraan Bermotor dan UU

LLAJ No.2 tahun 2009.30

b. Satlantas Salatiga

Sebelum membahas mengenai seberap jauh kinerja satlantas salatiga menangani

kasus pemalsuan TNKB illegal di kota salatiga,maka penulis akan membahas terlebih

dahulu mengenai tugas pokok satlantas .Adapun tugas pokok satlantas ialah :

i. Satlantas bertugas melaksanakan Turjawali lalu lintas, pendidikan

masyarakat lalu lintas (Dikmaslantas), pelayanan registrasi dan

30

Hasil wawancara yang dilakukan penulis kepada M.Agus Priyatno selaku bintara Unit STNK samsat salatiga

pada 6 Agustus 2017 pukul 11.00

identifikasi kendaraan bermotor dan pengemudi, penyidikan

kecelakaan lalu lintas dan penegakan hukum di bidang lalu lintas.

ii. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2),

Satlantas menyelenggarakan fungsi:

a. pembinaan lalu lintas kepolisian;

b. pembinaan partisipasi masyarakat melalui kerja sama lintas

sektoral, Dikmaslantas, dan pengkajian masalah di bidang lalu

lintas

c. pelaksanaan operasi kepolisian bidang lalu lintas dalam rangka

penegakan hukum dan keamanan, keselamatan, ketertiban

kelancaran lalu lintas (Kamseltibcarlantas)

d. pelayanan administrasi registrasi dan identifikasi kendaraan

bermotor serta pengemudi

e. pelaksanaan patroli jalan raya dan penindakan pelanggaran serta

penanganan kecelakaan lalu lintas dalam rangka penegakan

hukum, serta menjamin Kamseltibcarlantas di jalan raya

pengamanan dan penyelamatan masyarakat pengguna jalan dan

f. perawatan dan pemeliharaan peralatan dan kendaraan.31

Dalam wawancara kali ini penulis direkomendasikan mewawancarai anggota

Polri yakni Eka Dedi selaku anggota Banit Turjawali Satlantas Salatiga.Beliau

bertugas dalam melakukan pengaturan,penjagaan,dan patroli ,dalam hal ini beliau

juga turut serta kelapangan untuk melakukan oprasi tertib lalu lintas ,sebelum

menjabat menjadi anggota banit turjawali,beliau dahulu merupakan reserse

satreskrim di polres salatiga .Berikut merupakan dialog wawancara penulis dengan

Eka Dedi

Selama ini belum ada pengguna kendaraan yang ditilang karena kepalsuan

plat nomor,petugas yang melakukan oprasi tertib lalu lintas kebanyakan hanya

menilang pelanggaran pelanggaran yang kasat mata ,yang jelas dan nampak seperti

helm,knalpot,stnk,sim,kondisi fisik motor,spion,pajak,lampu,mengenai kelegalan

plat nomor dari mulai logo korlantas polri petugas tidak begitu

31

Pasal 59 ayat 2 – 3 Perkapolri No.23 tahun 2010 Susunan Organisasi Dan Tata Kerja Pada Tingkat Kepolisian

Resort dan Kepolisian Sektor.

memperhatikannya,sesekali pernah terjadi dan dikenakan tilang dengan

menggunakan Pasal 280 UU LLAJ :

“Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan yang tidak

dipasangi Tanda Nomor Kendaraan Bermotor yang ditetapkan oleh Kepolisian

Negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam pasal 68 ayat (1)

dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda paling

banyak Rp.500.000,- (lima ratus ribu rupiah)”.

Ditanya mengenai bagaimana dengan kendaraan baru yang belum ada plat

nomornya,beliau menjawab“Untuk kendaraan yang dibeli baru dan digunakan

konsumen dan disaat bersamaan konsumen menggunakan plat nomor palsu dengan

alasan plat nomor dari samsat belum keluar karena prosesnya yang lama,biasanya

petugas memberikan pengertian “ ucap Eka Dedi.Jika dilihat pertaurannya pada

Pasal 18 Perkapolri no.5 tahun 2012 tentang Regident Ranmor ,maka setiap

kendaraan baru harus dilakukan praregident yakni harus memliki STCK (Surat

Tanda Coba Kendaraan) dan TCKB (Tanda Coba Kendaraan Bermotor).

Jika masyarakat dalam hal ini konsumen yang menggunakan plat nomor palsu

yang menangani ialah Satlantas,maka beda dengan para owner pemilik kios plat

nomor,terkait pemalsuan mereka ditangani oleh Satreskrim.32

c. Satreskrim Salatiga

Satreskrim bertugas melaksanakan penyelidikan, penyidikan, dan pengawasan

penyidikan tindak pidana, termasuk fungsi identifikasi dan laboratorium forensik

32

Hasil wawancara penulis dengan Eka Dedi selaku anggota Banit Turjawali Satlantas Salatiga,pada tanggal 18

Oktober 2017.

lapangan serta pembinaan, koordinasi dan pengawasan PPNS. Dalam melaksanakan

tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Satreskrim menyelenggarakan fungsi:

i. pembinaan teknis terhadap administrasi penyelidikan dan

penyidikan, serta identifikasi dan laboratorium forensik lapangan.

ii. pelayanan dan perlindungan khusus kepada remaja, anak, dan

wanita baik sebagai pelaku maupun korban sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

iii. pengidentifikasian untuk kepentingan penyidikan dan pelayanan

umum.

iv. penganalisisan kasus beserta penanganannya, serta mengkaji

efektivitas pelaksanaan tugas Satreskrim.

v. pelaksanaan pengawasan penyidikan tindak pidana yang dilakukan

oleh penyidik pada unit reskrim Polsek dan Satreskrim Polres.

vi. pembinaan, koordinasi dan pengawasan PPNS baik di bidang

operasional maupun administrasi penyidikan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

vii. penyelidikan dan penyidikan tindak pidana umum dan khusus,

antara lain tindak pidana ekonomi, korupsi, dan tindak pidana

tertentu di daerah hukum Polres.33

Juga bernarasumberkan Eka Dedi yang adalah mantan reserse sakreskrim polres

salatiga yang kini dipindah tugaskan menjadi banit turjawali satlantas polres

salatiga,beliau menerangkan bahwa selama ini tidak ada tindakan berupa

razia,penggeberakan terhadap pemalsuan TNKB illegal yang dilakukan terhadap

owner – owner kios kios plat nomor di kota salatiga.Hal ini dikarenakan peristiwa

tersebut tidak menimbulkan gejolak ataupun pertikaian di masyarakat dan juga itu

malah membantu masyarakat didalam bermata pencaharian bagi pemilik dan

mencukupi kepuasan konsumen.Namun ketika ditamya apakah hal tersebut ilegal,Eka

Dedi menjawab bahwa bisnis tersebut illegal.Kembali dapat dilihat dari hal tersebut

bahwa tidak adanya penegakan hukum terhdap pembuatan TNKB Illegal di kota

salatiga,lantaran budaya kasihan antar golongan masyarakat.

33

Pasal 43 ayat 2- 3 Perkapolri No.23 tahun 2010 tentang Susunan Organisasi Dan Tata Kerja Pada

Tingkat Kepolisian Resort dan Kepolisian Sektor.

d. Masyarakat Penjual/Pembeli

Dalam kesempatan ini,penulis juga melakukan pengamatan berupa wawancara

dengan masyarakat yang sekaligus konsumen pengguna plat nomor palsu.Wawancara

yang dilakukan penulis ini menggunakan Accidental Sampling.Adapun penulis

mengambil 5 sampling konsumen,berikut adalah hasil wawancara penulis dengan

konsumen :

i. Wawancara penulis dengan Sidiq

Sidiq merupakan konsumen di kios plat nomor Jl.Kridanggo dengan

ownernya Rudi.Sidiq mengaku bahwa ia kerap kali membuat plat nomor baru

(palsu) di kios ini,bahkan dapat dikatakan sudah berlangganan.Ditanya

mengenai alasan mengapa berlangganan beliau menjawab bahwa untuk

dipasang di kendaraan motornya yang bodong tidak ada surat – suratnya

,selain itu beliau menambahkan “buat pantes – pantes di hadapan

polisi”.Sidiq paham kalau perbuatan ini nantinya juga akan ketahauan polisi

saat dilakukan oprasi tertib lalu lintas,namun sidiq tidak mengetahui bahwa

membuat plat palsu akan adalah perbuatan ilegal dan dilarang oleh undang –

undang.34

ii. Wawancara penulis dengan Yoga

Yoga merupakan konsumen di kios plat nomor Juedi.Konsumen yang satu

ini baru pertama kali menggunakan jasa kios plat nomor untuk kelengkapan

kendaraannya.Yoga sendiri mengaku membuat plat nomor baru di kios ini

karena motornya yang baru belum dilengkapi dengan TNKB dari

samsat,karena prosesnya yang lama ,Yoga memilih untuk mengambil langkah

instant dengan membuat plat nomor palsu.Yoga sebenarnya mengetahui kalau

34

Hasil wawancara penulis dengan Sidiq selaku konsumen di kios plat nomor Jl.Kridanggo milik Rudi,pada

tanggal 9 Oktober 2017.

menggunakan plat palsu akan ditilang,hanya saja ia berdalih karena motor

barunya akan digunakan ke luar kota jadi mau tidak mau harus membuat plat

nomor palsu.35

iii. Wawancara penulis dengan Wahyu

Wahyu merupakan konsumen plat nomor di kios plat nomor

Jl.Jangkungan milik Giyatno.Saat ditemui di kios plat nomor Giyatno ,Wahyu

mengaku ia tidak membuat baru plat nomor palsu,wahyu sekedar

memperbaiki plat nomor asli motornya yang merupakan keluaran samsat yang

sudah usang dan mulai memudar nomor pada platnya.Wahyu tahu bahwa jika

mengenakan plat nomor yang bukan keluaran korlantas akan ditilang saat

dilakukan oprasi lalu lintas.Wahyu sendiri sudah sering melakukan

pembenahan plat nomor kendaraan bermotornya.36

iv. Wawancara penulis dengan Anam

Anam adalah konsumen plat nomor di kios plat nomor Jl.Pemotongan

milik Bramantyas.Anam sendiri pada saat itu datang ke kios plat nomor untuk

membuat baru plat nomor untuk kendaraannya,kemudian saat ditanya oleh

penulis apakah tidak takut dengan resiko tilang oleh polisi ? mengingat hal ini

dilarang oleh undang – undang.Kemudian Anam menjawab bahwa ia

memesan untuk sementara saja,saat plat nomor dari samsat sudah keluar

nantinya plat nomor palsu ini akan ia lepas .Sebelumnya Anam juga pernah

mengunjungi kios plat nomor namun hanya sekedar untuk memperbaiki plat

nomor saja.37

35

Hasil wawancara penulis dengan Yoga selaku konsumen di kios plat nomor Jl.Imam Bonjol milik Juedi,pada

tanggal 10 Oktober 2017. 36

Hasil wawancara penulis dengan Wahyu selaku konsumen di kios plat nomor Jl.Jangkungan milik

Giyatno,pada tanggal 9 Oktober 2017. 37

Hasil wawancara penulis dengan Anam selaku konsumen di kios plat nomor Jl.Pemotongan milik

Bramantyas,pada tanggal 10 Oktober 2017.

v. Wawancara penulis dengan Suroto

Suroto adalah konsumen plat nomor di kios plat nomor Pak Jek yang

terletak di alun – alun Pancasila Salatiga.Suroto mengetahui jika penggunaan

plat nomor palsu itu dilarang hukum dan akan ditilang nantinya,namun selama

ini Suroto tetap setia dengan menggunakan plat nomor asli,hanya saja saat

pergantian mas berlaku yang juga harus dilakukan penggantian plat nomor

oleh samsat,suroto memilih mengubah angka masa berlaku plat nomornya di

kios plat nomor ketimbang di harus antre dan menunggu disamsat.Bagi Suroto

yang terpenting ialah adanya logo Korlantas di plat nomornya,mengenai huruf

dan angka masa berlaku itu bisa diakali di kios plat nomor,ujar Suroto.38

C. ANALISIS

1. Impementasi Peraturan Tentang TNKB

Pada sub bahasan kali ini,penulis akan mambahas dan memberikan analisis serta

jawaban atas rumusan masalah yang menjadi perhatian pada penelitian ini.Adapun

rumusan masalah yang ditanyakan ataupun yang menjadi kasus ialah :

i. Bagaimana penegakan hukum bagi pembuat TNKB illegal di Kota Salatiga ?

ii. Apa faktor yang mempengaruhi penegakan hukum terhadap pembuatan plat

nomor palsu di Kota Salatiga ?

Jika melihat peraturan tentang TNKB mulai dari Perkapolri No.5 tahun 2012

tentang Regident Ranmor,UU LLAJ No.22 tahun 2009,Perpres No.5 tahun 2015

tentang Penyelenggaraan Samsat ,maka dapat dilihat bahwa peraturan mengenai

standarisasi plat nomor sudah diatur jelas ,hal tersebut kembali ditegaskan pada bunyi

Pasal 10 ayat 1 Perkapolri No.5 tahun 2012 tentang Registrasi dan Identifikasi

38

Hasil wawancara penulis dengan Suroto selaku konsumen di kios plat nomor Pakjek alun – alun

Pancasila,pada tanggal 9 Oktober 2017.

Kendaraan Bermotor yang menerangkan bahwa Plat Nomor merupakan tanda

Registrasi Identitas Kendaraan Bermotor yang berfungsi sebagai bukti legitimasi

pengoprasian ranmor berupa pelat atau bahan lain dengan spesifikasi tertentu yang

diterbitkan Polri dan berisikan kode wilayah,nomor registrasi serta masa berlaku dan

dipasang di kendaraan bermotor.

Hal yang sama yang mengatur mengenai keaslian dan kelegalan suatu TNKB

sebagai bentuk legitimasi juga dijelaskan pada bunyi Pasal 39 ayat 4 dan 5 Perkapolri

No.5 tahun 2012 Registrasi dan Identifikasi Kendaraan Bermotor yang menegaskan

bahwa Plat Nomor diadakan secara terpusat oleh Korlantas Polri dan apabila Plat

Nomor tidak dikeluarkan oleh Korlantas Polri ,dinyatakan tidak sah dan tidak berlaku.

Sanksi pun juga turut mengikat bagi pelanggaran kedua pasal yang disebutkan

diatas yakni dalam Pasal 280 UU No.22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan

Jalan yang menerangkan bahwa “Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan

Bermotor di Jalan yang tidak dipasangi Tanda Nomor Kendaraan Bermotor yang

ditetapkan oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam

pasal 68 ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau

denda paling banyak Rp.500.000,- (lima ratus ribu rupiah).

Namun setelah melakukan penelitian mendalam dengan melakukan wawancara

dengan narasumber terkait seperti diantaranya owner pemilik kios plat nomor,samsat

kota salatiga,satlantas kota salatiga,dan konsumen,penulis berasumsi bahwa terdapat

kejanggalan antara teori dengan praktik dilapangan.

2. Penindakan terhadap pembuat dan pengguna TNKB illegal dengan

pendekatan Teori Penegakan Hukum

Untuk menangani dan mengatasi kasus hukum yang penulis angkat yakni tentang

Penegakan Hukum Terhadap Pembuatan TNKB Illegal di Kota Salatiga maka perlu

kerja nyata dari aparat kepolisian dalam hal ini samsat,satlantas serta satreskrim selaku

penegak hukum.Namun setelah didalami oleh penulis terdapat kejanggalan dilapangan

,kejanggalan tersebut tidak lain ialah tidak ditegakkannya hukum bagi pembuat TNKB

palsu di kota salatiga dan konsumen selaku pengguna plat nomor palsu.Penulis

menyadari bahwa Penegakan hukum merupakan suatu proses untuk mewujudkan

keinginan – keinginan hukum yakni pikiran pikiran badan pembuatan undang – undang

yang dirumuskan dalam peraturan – peraturan hukum menjadi kenyataan.39

Penegakan

hukum sendiri merupakan jembatan antara norma hukum dengan realita

masyarakat.Didalam penegakan hukum perlu adanya hukum wacana dimana jika hukum

itu berjalan maka penegakan hukum harus melibatkan pejabat berwenang.Dalam artian

lain penegakan hukum itu sendiri merupakan 2 arti yang berbeda jika secara luas

penegakan hukum merupakan pencegahan (preventif) dan dari sudut pandang yang

sempit penegakan hukum merupakan tindak lanjut dari penganggulangan pelanggaran

yang sudah terjadi (represif).

Pada kondisi masyarakat yang sedang membangun, hukum senantiasa diarahkan

pada upaya menuju pada kondisi yang lebih baik, sehingga peran hukum dengan

demikian semakin menduduki posisi strategis guna mewujudkan tujuan hukum. Fungsi

hukum yang diharapkan pada masyarakat maju adalah melakukan usaha untuk

menggerakkan rakyat maupun penegak hukum agar bertingkah laku sesuai dengan cara-

cara baru (progresif) guna mencapai suatu tujuan yang dicitakan. Secara simbolik

hukum memang memperlihatkan kekuasaannya untuk mengatur, namun hakekatnya

bertujuan untuk memberikan kebahagiaan terbesar bagi sebanyak mungkin orang.

39

Satjipto Rahardjo,Masalah Penegakan Hukum,(Bandung:Sinar Baru,1983),hlm.24.

Dikatakan terbesar karena pada kenyataannya hukum selalu ada celah untuk tidak

memuaskan. Sebagai bangunan ide, kultur, dan cita-cita, wajar dinyatakan bahwa

tujuan hukum adalah membahagiakan manusia.40

Dari praktik dilapangan tidak ada tindakan preventif pencegahan yang dilakukan

oleh aparat dalam hal ini satreskrim (reserse) terkait semakin berkembangnya kios –

kios plat nomor dengan modus operandi sekedar membenahi plat nomor ,padahal setelah

penulis melakukan penelitian banyak diantara kios - kios plat nomor di salatiga yang

sengaja membuka jasa pembuatan plat nomor palsu.Tindakan seperti razia pun belum

pernah sama sekali dilakukan oleh petugas berwajib.Tindakan represif berupa

penganggulanganpun juga tidak dilakukan seperti halnya penutupan kios plat nomor tak

berizin dan yang melanggar ketentuan serta keluar dari jobdesk ,yang hanya dari sekedar

membenahi menjadi membuat baru plat nomor palsu.

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan banit STNK M.Agus ,kepolisian

salatiga yang berwenang mengurusi masalah ini malah seperti memberikan lampu hijau

terhadap bisnis kios plat nomor,karena dianggap dengan hadirnya kios - kios plat nomor

yang tersebar di kota salatiga dapat meringankan kinerja samsat dalam proses

pembuatan plat nomor,namun ketika ditanya dan ditegaskan apakah bisnis ini (kios plat

nomor) termasuk illegal ,M.Agus menegaskan bahwa bisnis ini adalah illegal karena

bertentangan dengan peraturan yang berlaku.Maka dari itu tindakan preventif dan

represif sengaja tidak dilakukan ,karena selain meringankan kinerja kepolisian ,juga

membantu masyarakat mencukupi kebutuhan hidupnya,seiring minimnya lapangan

pekerjaan yang menuntut kualitas sumber daya manusia yang baik .

Jika dalam pargaraf – paragraf sebelumnya menyinggung mengenai kinerja

satreskrim dalam menegakan dan membertantas pemalsuan plat nomor yang dilakukan

40

Satjipto Rahardjo (Pengantar), Evolusi Pemikiran Hukum Baru dari Kera ke Manusia dari Positivistik ke

Progresif, Yogyakarta, Penerbit Genta Press, 2009, hlm.5

oleh kios - kios plat nomor yang menyalahi aturan,selanjutnya penulis juga akan

menyinggung kinerja satlantas yang bertugas melakukan oprasi tertib lalu lintas.

Para petugas kepolisian yang menggelar oprasi tertib lalu lintas rupanya juga sama

sekali tidak melakukan tindakan dalam hal ini dapat berupa tilang terhadap para

pengguna kendaraan yang menggunakan plat nomor palsu di kendaraan masyarakat.Hal

ini didasarkan oleh hasil wawancara penulis dengan anggota polri Eka Dedi selaku Banit

Turjawali Satlantas Salatiga.Selama ini oprasi tertib lalu lintas yang digelar hanya

memberikan sanksi terhadap pelanggaran – pelanggaran yang nampak,seperti

helm,pajak,kelengkapan fisik kendaraan,knalpot stnk,sim dan juga plat nomor ,itupun

yang penting plat nomor sesuai dengan nomor stnk ,detail mengenai keaslian ,kelegalan

plat nomor sendiri mulai dari logo korlantas polri sering diabaiakan oleh petugas

kepolisian yang menggelar razia tertib lalu lintas.

Jika dikaitkan dengan teori penegakan hukum maka penegakan hukum yang menjadi

harapan setiap elemen negara mulai dari pemerintah,kepolisian,dan masyarakat itu

sendiri maka menjadi sia – sia,karena pada prakteknya tidak ada penegakan hukum

terhadap pembuat TNKB illgela di kota salatiga dan juga penegakan hukum bagi

masyarakat yang mengenakan TNKB palsu yang tidak sesuai dengan ketentuan undang

– undang.Hal tersebut menurutu penulis terjadi karena adanya faktor – faktor yang

mempengaruhi penegakan hukum ,adapun faktor – faktor yang mempengaruhi

penegakan hukum terhadap pembuatan TNKB palsu di kota salatiga ialah :

Penegak hukum

Dalam kasus ini penegak hukum kota salatiga tidak tegas dalam

menindaklanjuti peristiwa hukum ini,hal tersebut lantaran tidak adanya tindakan

preventif dan represif yang dilakukan baik oleh satreskrim maupun satlantas untuk

menangani kasus hukum yang dianggap sepele ini,selain itu sudah jelas jelas

terdapat peraturan yang mengatur mengenai standirisasi TNKB namun jika dilihat

dari fakta dilapangan penegak hukum seakan tidak sadar dan tidak tahu atau acuh

tak acuh dengan adanya hukum positif yang berlaku dalam hal ini perkapolri no.5

tahun 2012 dan UU No.22 tahun 2009.Bahkan lebih parahnya lagi selama ini

belum diadakan razia terkait pembuat plat palsu dan konsumen selaku pengguna

plat palsu ,penegak hukum berdalih bahwa itu hanyalah hal sepele dan tidak perlu

diperdebatkan karena tidak menimbulkan kericuhan dan gejolak .

Masyarakat

Jika mengaca pada hasil wawancara yang dilakukan penulis kepada bintara

unit stnk ,serta pembuat plat palsu itu sendiri dapat disimpulkan bahwa justru

masyarakat itu sendiri yang menginginkan kehadiran para pembuat plat palsu

dengan dalih masyarakat seperti antrian yang lama,dan ingin instant.Namun disisi

lain sebenarnya masyarakat juga tidak paham dan mengerti akan ilegalnya plat

nomor palsu,mungkin saja juga kurangnya sosialisasi oleh para penegak hukum

kota salatiga.

Budaya

Budaya juga salah satu faktor yang mempengaruhi disfungsi hukum dikota

salatiga terkait penegakan hukum terhadap pembuatan plat palsu.Budaya ini ialah

budaya belas kasih dan budaya ikut ikut.Budaya belas kasih dalam hal ini penegak

hukum enggan untuk melakukan razia karena merasa belas kasihan dengan

pembuat plat palsu dengan alasan itu adalah lahan mereka mencari rezeki jadi tidak

baik menganggu atau merusak lahan rezeki orang kecil dan budaya lainnya ialah

budaya ikut ikut ,budaya ini muncul ketika terdapat satu konsumen yang

menggunakan plat palsu yang membuat orang lain terpikat untuk ikut membuat

plat palsu dengan iming iming pengerjaan yang cepat dan tidak ribet.

Faktor sarana dan fasilitas

Mengapa faktor ini juga berkaitan dengan penegakan terhadapa pembuat

TNKB illegal di kota salatiga ? pertama,karena kurangnya sarana dan fasilitas yang

menunjang untuk pembuatan TNKB seperti tenaga kerja,mesin pencetak

TNKB,layanan dibidang pembenahan plat nomor,membuat masyarakat merasa

tidak nyaman dan mau tidak mau masyarakat mencari terobosan baru untuk

mengatasi hal tersebut.Jika setiap keluhan masyarakat terkait TNKB diperhatikan

maka tidak akan ada lapak – lapak kios penjual plat nomor palsu.

Faktor hukum itu sendiri

Seharusnya setiap peraturan yang mengikat dalam hal ini yang mengatur

berkaitan dengan TNKB harus melihat fakta dilapangan,jika dilihat fakta

dilapangan kebanyakan masyarakat memilih jasa kios plat nomor dengan alasan

menghindari antrean disamsat,prosesnya yang berangsur lama,serta fasilitas

pembenahan plat nomor yang tidak disediakan oleh pihak kepolisian.Maka dari

keluhan – keluhan masyarakat tersebut yang juga didasari dengan kondisi

dilapangan maka hukum dalam hal ini peraturan yang mengikat yang mengatur

ketentuan mengenai TNKB dapat dirancang dengan lebih rinci serta cermat

lagi,seperti halnya anjuran kepada samsat untuk mewajibkan membuka pintu loket

bagian pembenahan plat nomor,serta penambahan petugas guna mempercepat

proses pembuatan serta pengeluaran TNKB agar lebih baik dan cepat.

3. Penindakan terhadap pembuat dan pengguna TNKB illegal dengan

pendekatan Teori Disfungsi Hukum

Pada kasus ini terjadi disfungsi hukum di kota salatiga perihal penegakan hukum

terhadap pembuatan TNKB illegal di salatiga,pada kenyataanya apa yang ditentukan

oleh undang – undang tidak terealisasi dengan baik di lapangan. Disfungsi hukum itu

sendiri merupakan kondisi dimana hukum tidak bisa menjalankan fungsi sebagaimana

mestinya di dalam masyarakat ,penyebabnya adalah hukum dimaksudkan untuk berlaku

dalam jangka waktu lama ,sehingga cenderung konservatif yang mengakibatkan tetap

dipertahankannya status quo dan tidak bisa mengikuti perubahan

masyarakat,dirumuskan secara umum bersifat rigrid (kaku).Karena pada dasarnya

hukum yang over – restrictive yakni yang tidak sepantasnya tidak perlu diatur oleh

hukum.

Pada kasus ini nampak bahwa peraturan demi peraturan,ketentuan demi ketentuan

yang membahas dan mengatur mengenai standarisasi TNKB tidak berjalan dengan

baik,terbukti dengan tidak adanya penegakan hukum yang dilakukan ,baik represif

maupun preventif oleh pihak berwenang.Disfungsi hukum sendiri disebabkan oleh

hukum yang tidak mengikuti perkembangan masyarakat dan dibuat untuk jangka waktu

yang lama ,dalam artian lain tidak adanya pembaharuan ataupun revisi peraturan yang

lebih up to date yang menjangkau kemajuan masyarakat.

Contoh saja,dalam kasus ini tentunya semakin kesini tingkat permintaan produksi

kendaraan selalu meningkat,terbukti dengan semakin padatnya arus lalu lintas ,dengan

begitu maka pekerjaan kepolisian dalam hal ini samsat yang mengeluarkan plat nomor

juga semakin menumpuk,efeknya yang tidak lain ialah semakin menjamurnya kios –

kios plat nomor yang muncul di salatiga.Jika dicermati dari tahun ketahun yang awalnya

kios – kios plat nomor di salatiga hanya 1-5 kios saja,kini semakin hari semakin

menjamur,hal tersebut lantaran kondisi masyarakat yang mengalami perkembangan dan

tuntutan zaman untuk menggunakan kendaraan.Dari hal tersebut seharus hukum yang

bermula dari lembaga eksekutif ,legislatif dan yudikatif saling bekerjasama ,dalam kata

lain ketiga lembaga tersebut harus mengetahui kondisi dan praktik dilapangan mengenai

maraknya kios – kios plat nomor palsu serta masyarakat yang mengenakan plat nomor

palsu,dan disisi lain ketiga lembaga tersebut juga harus mampu membuat hukum yang

dapat memenuhi serta menjangkau kemajuan rakyatnya dari tahun ketahun.Setidaknya

pembuat hukum sudah mengetahui bahwa masyarakat dari tahun ke tahun akan terus

mengalami peningkatan pemakaian kendaraan yang mengakibatkan semakin

menumpuknya kerja korlantas polri dan samsat yang dalam hal ini mengekuarkan dan

membuat TNKB.

Jika dirasa memang dibutuhkan kios – kios plat nomor untuk membantu dan

meringankan kerja polisi yang bertugas dalam hal tersebut dan untuk membantu

kebutuhan masyarakat serta disisi lain guna memberikan lapangan pekerjaan untuk

masyarakat,seharusnya terdapat peraturan mengenai izin untuk membuka kios – kios

plat nomor,dimana didalam izin dan peraturan tersebut mengatur bahwa kios – kios plat

nomor adalah mitra kepolisian yang bertugas untuk membuat plat nomor,membenahi

plat nomor,dimana kios kios plat nomor mendapatkan bahan plat dari samsat/korlantas

dan setiap pendirian kios plat nomor harus melalui perizinan kepolisian.

Dari dua kejanggalan yang telah disebutkan diatas ,setiap penjatuhan hukuman

didasrakan pada asas – asas berikut ini :

i. Nulla puna sine lege (setiap penjatuhan hukuman harus didasarkan pada

suatu undang-undang).Dalam hal ini yang menjadi dasar penjatuhan

hukuman ialah peraturan peraturan yang memuat ketentuan – ketentuan

mengenai TNKB,sepeti Perkapolri No.5 tahun 2012 tentang Regident

Ranmor,UU LLAJ No.22 tahun 2009,Perpres No.5 tahun 2015 tentang

Penyelenggaraan SAMSAT.

ii. Nulla poena sine crimine (pernghukuman hanya dapat dilakukan jika

perbuatan itu telah diancam dalam suatu undang-undang).Sanksi mengikat

dalam penggunaan plat nomor palsu terdapat pada Pasal 280 UU LLAJ

yang berbunyi “Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor

di Jalan yang tidak dipasangi Tanda Nomor Kendaraan Bermotor yang

ditetapkan oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagaimana

dimaksud dalam pasal 68 ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan

paling lama 2 (dua) bulan atau denda paling banyak Rp.500.000,- (lima

ratus ribu rupiah)”

iii. Nullum crimen sine poela legali (perbuatan tersebut telah diancam oleh

suatu undang- undang yang berakibat dijatuhkannya hukuman

berdasarkan ketentuan dalam undang – undang dimaksud).41

Dalam hal

ini ketentuan yang mengancam mengenai penggunaan TNKB illegal ialah

pasal 280 UU LLAJ.

41

Bemmelen,Hukum Pidana 1,Hukum Pidana 2 ,Hukum Pidana 3,(Bandung:Binacipta,1986),hlm.55.