bab i pendahuluan -...

14
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hukum pidana adalah himpunan kaidah yang mengatur hubungan hukum antara seseorang dengan negara.Adapun tujuan Hukum Pidana adalah sebagai berikut : 1. Mengatur masyarakat agar hak dan kepentingannya terjamin. 2. Melindungi kepentingan masyarakat. 3. Melindungi masyarakat dari campur tangan penegak hukum yang menggunakan hukum pidana sebagai sarana menanggulangi kejahatan. Hukum pidana mempunyai sifat istimewa yaitu pada saat pelaksanaan hukum pidana justru terjadi perampasan hak terhadap seseorang yang melanggar hukum.Penjatuhan pidana harus diangap sebagai ultimum remedium,maksudnya penjatuhan pidana atau penerapan hukum pidana merupakan jalan terakhir apabila sanksi atau upaya upaya pada cabang hukum lainnya tidak dapat menyelesaikan suatu permasalahan. 1 Dewasa ini hukum pidana terus mengalami perkembangan seiring semakin berkembangnya teknologi dan perubahan sosial dalam masyarakat yang tentunya turut mempengaruhi peranan sejauh mana hukum dapat melayani kebutuhan masyarakat yang selalu mengalami perubahan ,agar supaya hukum itu tidak akan menjadi 1 Sri Harini,Pengantar Hukum Indonesia,(Bogor;Ghalia Indonesia,2006),hlm.60.

Upload: vodan

Post on 15-Mar-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hukum pidana adalah himpunan kaidah yang mengatur hubungan hukum antara

seseorang dengan negara.Adapun tujuan Hukum Pidana adalah sebagai berikut :

1. Mengatur masyarakat agar hak dan kepentingannya terjamin.

2. Melindungi kepentingan masyarakat.

3. Melindungi masyarakat dari campur tangan penegak hukum yang menggunakan

hukum pidana sebagai sarana menanggulangi kejahatan.

Hukum pidana mempunyai sifat istimewa yaitu pada saat pelaksanaan hukum

pidana justru terjadi perampasan hak terhadap seseorang yang melanggar

hukum.Penjatuhan pidana harus diangap sebagai ultimum remedium,maksudnya

penjatuhan pidana atau penerapan hukum pidana merupakan jalan terakhir apabila

sanksi atau upaya upaya pada cabang hukum lainnya tidak dapat menyelesaikan suatu

permasalahan.1

Dewasa ini hukum pidana terus mengalami perkembangan seiring semakin

berkembangnya teknologi dan perubahan sosial dalam masyarakat yang tentunya turut

mempengaruhi peranan sejauh mana hukum dapat melayani kebutuhan masyarakat

yang selalu mengalami perubahan ,agar supaya hukum itu tidak akan menjadi

1Sri Harini,Pengantar Hukum Indonesia,(Bogor;Ghalia Indonesia,2006),hlm.60.

ketinggalan oleh karena laju perkembangan masyarakat yang terus berkembang.2 Hal

tersebut sesuai dengan pendapat Friedmann yang menyatakan bahwa hukum adalah

termasuk dalam bidang yang paling terkena oleh adanya perubahan sosial.3

Jika dilihat secara jeli dalam kehidupan sehari hari baik dilihat dari lingkungan

sekitar kita,berita televisi,surat kabar,radio,dan jejaring sosial maka dari berbagai kasus

hukum,mulai dari kasus keperdataan,administrasi negara,dan pidana ,maka yang sering

dijumpai ialah kasus pidana .Berbagai macam delik pidana hampir terjadi setiap harinya

diberbagai wilayah,seperti kasus pencurian,kekerasan,pemerkosaan,penipuan,pemalsuan

dan delik khusus lainnya.Terdapat satu pemikiran dari penulis bahwa delik delik khusus

dalam hukum pidana lebih tepatnya KUHP akan semakin bertambah macam deliknya

seiring perkembangan masyarakat dan semakin rasionalya pemikiran setiap orang yang

membuat orang atau kelompok memiliki pemikiran untuk melawan hukum ,dimana

hukum tersebut belum diatur didalam sebuah peraturan khususnya KUHP.Seakan

masyarakat seperti membuat “terbosoan jenis kejahatan” baru yang belum diatur.Salah

satu yang patut dipertanyakan mengenai ke legalan-nya ialah mengenai maraknya

pemalsuan TNKB ilegal (Tanda Nomor Kendaraan Bermotor) di kota Salatiga

khususnya.Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) rumusan delik diartikan

sebagai “Perbuatan yang dapat dikenakan hukuman karena merupakan pelanggaran

terhadap undang – undang ; tindak pidana”.4

Adanya pemalsuan TNKB ilegal memperkuat asumsi penulis bahwa

perkembangan masyarakat dan pemikiran setiap orang yang semakin rasional yang dapat

membuat “terobosan kejahatan baru”.Namun mungkin bukan rasional sajalah yang

2Abdurahman,Tebaran Pikiran tentang Studi Hukum dan Masyarakat,(Jakarta;Media Sarana

Press,1986),hlm.47. 3Friedmann,W,Legal Theory,(London;Steven & Sons Limited,1953),hlm.437

4Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,Kamus Besar Bahasa Indonesia,Balai Pustaka,2001.

membuat masyarakat berinovasi membuat kejahatan baru melainkan faktor

ketidaktahuan masyarakat akan hukum yang berlaku.Karena bagaimanapun juga kriteria

mengenai TNKB (Tanda Nomor Kendaraan Bermotor) sudah diatur dalam Undang –

undang No.22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan ,selain itu juga

terdapat Peraturan Kapolri No.5 tahun 2012 tentang Registrasi dan Identifikasi

Kendaraan Bermotor yang juga membahas lebih detail mengenai standarisasi pembuatan

TNKB (plat nomor).Dengan demikian bisa jadi pula pembuatan plat nomor palsu oleh

oknmum pembuat juga bisa dikategorikan sebagai Dolus (Kesengajaan) mengingat

sudah adanya peraturan yang mengatur namun tidak adanya kesdaran oleh oknum

terkait.Dalam hal ini Dolus sendiri merupakan kemauan untuk melakukan atau tidak

melakukan perbuatan – perbuatan yang dilarang atau diperintahkan oleh undang –

undang.5

Lebih detail lagi dalam menyikapi adanya pemalsuan pembuatan plat nomor

palsu oleh kios – kios pembuat plat nomor di Kota Salatiga ada ketentuan pasal yang

jelas jelas menyatakan ke ilegallan dan standarisasi pembuatan plat nomor palsu yang

tidak ditetapkan,dikeluarkan oleh Kapolri.Adapun pasal pasal yang menyatakan hal

tersebut adalah sebagai berikut :

i. Bunyi pasal 64 ayat 3 UU No.22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan “Pengendalian dan pengawasan Kendaraan Bermotor yang

dioperasikan di Indonesia”.Hal tersebut dapat dijelaskan bahwa salah satu

unsur penting perlunya registrasi kendaraan dan pentingnya standarisasi

mengenai ketentuan plat nomor tidak lain juga dipergunakan untuk tujuan

pengendalian dan pengawasan Kendaraan Bermotor oleh kepolisian yang

berwenang. Asumsi tersebut diperkuat dengan bunyi pasal 64 ayat 4 UU

5Leden Marpaung,Asas-Teori-Praktik Hukum Pidana,(Jakarta:Sinar Grafika,2005),hlm.13

No.22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan “Registrasi

Kendaraan Bermotor dilaksanakan oleh Kepolisian Negara Republik

Indonesia melalui sistem manajemaen registrasi Kendaraan Bermotor”.

ii. Pasal 65 ayat 3 huruf C UU No.22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan yang dimaksudkan dengan registrasi sebagaimana dimaksud

pasal 64 ayat 2 UU No.22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

meliputi kegiatan “Penerbitan Surat Tanda Kendaraan Bermotor dan Tanda

Nomor Kendaraan Bermotor”.

iii. Pasal 68 ayat 3 UU No.22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

yang menjelaskan bahwa Tanda Nomor Kendaraan Bermotor harus memuat

kode wilayah ,nomor registrasi dan masa berlaku selain itu Tanda Nomor

Kendaraan Bermotor harus memuhi syarat bentuk,ukuran ,bahan,warna dan

cara pemasangan.

iv. Pasal 68 ayat 5 UU No.22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

yang mengatakan bahwa ketentuan mengenai Surat Tanda Nomor Kendaraan

Bermotor daan Tanda Nomor Kendaraan Bermotor diatur oleh peraturan

Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia.Hal tersebut menjelaskan

bahwa standarisasi plat nomor sudah diatur oleh kepolisian melalui Peraturan

Kepala Kepolisian Republik Indonesia No.5 tahun 2012 tentang Registrasi

dan Identifikasi Kendaraan Bermotor.

v. Pasal 10 ayat 1 Perkapolri No.5 tahun 2012 tentang Registrasi dan Identifikasi

Kendaraan Bermotor yang menerangkan bahwa Plat Nomor merupakan tanda

Registrasi Identitas Kendaraan Bermotor yang berfungsi sebagai bukti

legitimasi pengoprasian ranmor berupa pelat atau bahan lain dengan

spesifikasi tertentu yang diterbitkan Polri dan berisikan kode wilayah,nomor

registrasi serta masa berlaku dan dipasang di kendaraan bermotor.

vi. Pasal 39 ayat 1 Perkapolri No.5 tahun 2012 tentang Registrasi dan Identifikasi

Kendaraan Bermotoryang menerangkan bahwa Plat Nomor yang digunakan

harus terbuat dari bahan yang mempunyai unsur – unsur pengamanan sesuai

spesifikasi teknis.

vii. Pasal 39 ayat 4 dan 5 Perkapolri No.5 tahun 2012 Registrasi dan Identifikasi

Kendaraan Bermotor yang menegaskan bahwa Plat Nomor diadakan secara

terpusat oleh Korlantas Polri dan apabila Plat Nomor tidak dikeluarkan oleh

Korlantas Polri ,dinyatakan tidak sah dan tidak berlaku.

Dalam hal ini tentunya yang dirugikan adalah masyarakat selaku konsumen yang

mengenakan jasa pembuatan plat nomor palsu apalagi masyarakat awam yang kurang

mengerti hukum.Tanpa mereka sadari bahwa terdapat sanksi dibelakangnya jika

masyarakat mengenakan plat nomor palsu ,sebagaimana disebutkan dalam Pasal 280 UU

No.22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang menerangkan bahwa

“Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan yang tidak dipasangi

Tanda Nomor Kendaraan Bermotor yang ditetapkan oleh Kepolisian Negara Republik

Indonesia sebagaimana dimaksud dalam pasal 68 ayat (1) dipidana dengan pidana

kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda paling banyak Rp.500.000,- (lima ratus

ribu rupiah).

Sanksi hukuman tersebut juga dikuatkan dengan hadirnya asas – asas hukum

yang mengikat seperti asas :

i. Nulla puna sine lege (setiap penjatuhan hukuman harus didasarkan pada

suatu undang-undang).

ii. Nulla poena sine crimine (pernghukuman hanya dapat dilakukan jika

perbuatan itu telah diancam dalam suatu undang-undang).

iii. Nullum crimen sine poela legali (perbuatan tersebut telah diancam oleh

suatu undang- undang yang berakibat dijatuhkannya hukuman

berdasarkan ketentuan dalam undang – undang dimaksud.6

Dengan adanya hal – hal tersebut maka hukum harus ditegakkan.Penegakan

hukum sendiri berkonstentrasi pada menciptakan ,memelihara dan mempertahankan

kedamaian.Penegakan hukum sebagai suatu proses pada hakikatnya merupakan

penerapan diskresi yang menyangkut membuat keputusan yang tidak secara ketat diatur

oleh kaidah hukum,akan tetapi mempunyai unsur penilaian pribadi (Wayne La-Favre

1964) ,pada intinya diskresi berada diantara hukum dan moral.atas dasar uraian tersebut

dapat dikatan bahwa gangguan penegakan hukum mungkin terjadi apabila ada

ketidakserasian antara tritunggal nilai ,kaidah dan pola perilaku.7 Dalam hal ini perilaku

menyimpang pelaku usaha selaku oknum pembuat plat nomor palsu.Maka dari itu harus

adanya hukum wacana yakni hukum berjalan penegakan hukum harus melibatkan

pejabat berwenang khususnya dalam hukum didalam masyakarat atau social of law

6Bemmelen,Hukum Pidana 1,Hukum Pidana 2 ,Hukum Pidana 3,(Bandung:Binacipta,1986),hlm.55.

7Soerjono Soekanto,Faktor – faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum,(Jakarta:Raja Grafindo

Persada,2014),hlm.6.

harus ada pencegahan sebelum terjadinya pelanggaran hukum dan harus ada tindak lanjut

setelah pelanggaran hukum terjadi.

Untuk mencegah terjadinya kriminalitas dan hal hal lain yang bertentangan

dengan ketentuan yang berlaku maka perlu ditingkatkannya kesadaran hukum bagi setiap

indiividu /masyarakat.Berkaitan dengan hal tersebut asas kesadaran hukum berlaku

didalamnya yang tidak lain adalah untuk menyadarkan negara (termasuk rakyat

didalamnya) untuk selalu taat kepada hukum ,disamping itu mewajibkan pula bagi

negara beserta aparatnya untuk mengakkan dan menjamin jalannya atau berlakunya

kepastian hukum.8

Pada kasus yang penulis tulis yang berwenang menegakkan hukum tidak lain

ialah aparat kepolisian kota salatiga.Tugas polisi pada pokoknya meliputi soal penegakan

hukum dan pemeliharaan ketertiban dan keamanan umum.Dengan demikian dapat

dikatakan bahwa tugas polisi mempunyai ruang gerak yang cukup luas mulai dari tugas

pendidikan ,tugas sosial,tugas yustisial yang rumusan tugas,kewajiban dan kewenangan

dan tanggung jawab secara tegas dan rinci diatur oleh Undang-undang.9

Dalam meneliti kasus yang penulis angkat ini yakni Penegakan Hukum Terhadap

Pembuatan TNKB (Tanda Nomor Kendaraan Bermotor) Ilegal Di Kota Salatiga,penulis

menggunakan teori disfungsi hukum dan teori penegakan hukum untuk meneliti kasus

tersebut.Teori penegakan hukum sendiri berfokus pada kegiatan menyerasikan hubungan

nilai – nilai yang terjabarkan di dalam kaidah – kaidah yang mantap dan mengejawantah

dan sikap tindak sebagai rangkaian penjabaran nilai tahap akhir untuk menciptakan

8Ilham Gunawan,Penegak Hukum dan Penegakan Hukum,(Bandung:Angkasa Bandung,1992),hlm.2.

9Momo Kelana,Hukum Kepolisian,(Jakarta:Diterbitkan atas kerjasama Perguruan Tinggi Ilmu

Kepolisian,Yayasan Brata Bhakti dan Gramedia Widiasarana Indonesia,1994),hlm.34.

,memelihara dan mempertahankan kedamaian pergaulan hidup.Didalam penegakan

hukum terdapat faktor – faktor yang mempengaruhi penegakan hukum diantara ialah :

i. Faktor hukum itu sendiri (undang-undang)

ii. Penegak Hukum

iii. Faktor sarana dan fasilitas.

iv. Faktor masyarakat.

v. Faktor kebudayaan.

Berikut terdapat 5 kios plat nomor di salatiga yang dijadikan sample penulis untuk bahan

penelitian dan penulisan yang sekaligus menjadi fakta empirik:10

1. Kios plat nomor Pak Jek yang berada di alun-alun Pancasila..

2. Kios plat nomor di Jl.Kridanggo.

3. Kios plat nomor di Jl.Imam Bonjol

4. Kios plat nomor di Jl.Pemotongan.

5. Kios Plat nomor di Jl.Brigjen Sudiarto.

Berikut penulis sertakan hasil wawancara penulis dengan M.Agus Y selaku bintara

unit STNK Samsat Salatiga.Dalam wawancara tersebut narasumber pada intinya

menerangkan bahwa adanya pembuat plat nomor palsu yang tersebar di kota salatiga

tidak lain dikarenakan keinginan masyarakat dan dorongan dari masyarakat itu sendiri

selaku konsumen,masyarakat selaku konsumen mengeluhkan antrian yang lama

pembuatan TNKB sehingga para konsumen berinisiatif untuk mendorong adanya

pembuat TNKB palsu.Mengenai legal atau ilegalnya plat nomor tersebut tergantung dari

pihak yang mengeluarkan,jika plat nomor dikeluarkan oleh kepolisian dalam hal ini

samsat dan sudah tertera cap kepolisian maka dapat dikatakan legal untuk diperbaiki

10

Hasil pengamatan penulis yang dilakukan pada tanggal 22 Mei 2017.

konsumen di pembuat TNKB palsu ,namun jika TNKB tersebut tidak dikeluarkan oleh

kepolisian dan tidak ada cap kepolisian dalam kata lain masyarakat selaku konsumen

berinisiatif sendiri untuk membuat plat nomor baru dan palsu maka dapat dikatakan

ilegal.Pada prinsipnya pembuat TNKB yang tersebar di kota salatiga harus mengacu

pada peraturan yang berlaku artinya keberadaan mereka diijinkan selama hanya sekedar

membenahi plat nomor keluaran polri.

Mengenai legal/ilegalnya bisnis tersebut M.Agus berpendapat bahwa sebenarnya

bisnis tersebut ilegal karena bertentangan dengan peraturan yang mengatur dalam hal ini

Perkapolri No.5 tahun 2012 tentang Regident Ranmor dan UU No.22 tahun 2009 tentang

Lalu Lintas dan Angkutan Jalan ,namun karena untuk mencukupi kebutuhan hidup

masyarakat maka seiring dengan minimnya lowongan pekerjaan yang tersedia dan

terlebih keberadaan pembuat plat palsu merupakan dorongan masyarakat maka bisnis

tersebut dibiarkan begitu saja.Selama ini belum ada operasi /razia penertiban terhadap

pembuat TNKB palsu karena M.Agus beranggapan belum ada detail peraturan yang

mengatur keberadaan pembuat TNKB palsu,yang ada hanyalah peraturan mengenai

standarisasi regident motor.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah, diajukan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana penegakan hukum bagi pembuat TNKB palsu di kota Salatiga?

2. Apa faktor yang mempengaruhi penegakan hukum terhadap pembuatan plat nomor

palsu di kota Salatiga ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui dan menganalisis penegakan hukum terhadap pembuat TNKB

palsu di kota Salatiga.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis faktor yang menyebabkan masyarakat pemilik

kendaraan lebih memilih jasa pembuatan TNKB palsu dari pada harus menunggu

TNKB yang diterbitkan oleh polri .

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran atau

memberikan solusi untuk dapat menangani kasus pembuatan TNKB palsu dikota

Salatiga dan penegakan hukum bagi pelaku pembuat TNKB palsu.Melaksanakan

UU LLAJ No.22 tahun 2009 dan Perkapolri No. 5 tahun 2012 tentang Regident

Ranmor khususnya mengenai pembuatan TNKB oleh polri.

b. Memberikan kontribusi pemikiran atau solusi mengenai masalah hukum yakni

menjamurnya pembuat TNKB palsu di kota Salatiga.

c. Dapat dijadikan pedoman bagi kepolisian kota Salatiga dan/atau peneliti yang lain

yang ingin mengkaji secara mendalam tentang legalitas pembuatan TNKB palsu

di kota Salatiga.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan penelitian

dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan kepolisian terkhusus dikota salatiga

perihal percepatan pelayanan administratif yang erat kaitanya dengan registrasi

kendaraan di kota Salatiga yang nantinya dapat mengurangi pengunaan TNKB palsu

oleh kalangan masyarakat .

E. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Dalam penelitian pengembangan ilmu hukum khususnya hukum pidana ini,

jenis penelitian yang dipilih adalah penelitian eksploratif. Sebab dalam penelitian ini

peneliti meneliti penyebab maraknya pembuat TNKB (Tanda Nomor Kendaraan

Bermotor) palsu di kota Salatiga serta penegakan hukum terkait bisnis pembuatan

TNKB palsu.

2. Metode Pendekatan

a. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

yuridis sosiologis. Penelitian ini bertujuan untuk melihat dan/atau

menggambarkan bagaimana hukum ditegakkan dalam halnya pembuatan TNKB

palsu di kota Salatiga.

b. Metode penelitian ini juga didukung oleh metode pendekatan yuridis empiris

karena disertai dengan penelitian lapangan berupa wawancara kepada

narasumber terkait.

3. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder.

a. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan petugas Samsat (Sistem

Administrasi Satu Atap),Satlantas Salatiga,Satreskrim Salatiga,konsumen selaku

pengguna dengan model aksidental sampling,para pembuat TNKB illegal di kota

Salatiga.

b. Data sekunder dalam penelitian ini mencakup :11

1) Bahan hukum primer ,merupakan bahan hukum yang mempunyai otoritas

(autoritatif).12

Dalam penelitian ini, bahan hukum primer yang digunakan

terdiri dari:

a. Undang-Undang Nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan

Jalan.

b. Peraturan Kapolri No.5 tahun 2011 tentang Registrasi dan Identifikasi

Kendaraan Bermotor.

2) Bahan hukum Sekunder, yaitu bahan yang memberikan penjelasan mengenai

bahan hukum primer. Menurut Marzuki bahan penelitian hukum sekunder

adalah bahan-bahan berupa semua publikasi tentang hukum yang bukan

merupakan dokumen-dokumen resmi, meliputi buku-buku teks, kamus-kamus

hukum, jurnal-jurnal hukum, dan komentar-komentar atas putusan pengadilan.

Bahan penelitian hukum yang digunakan buku-buku yang terkait dengan

materi/bahasan yang penulis gunakan.13

11

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Suatu Tinjauan Singkat, PT Raja Grafindo Persada,

Jakarta, 2007, hal 36. 12

Zainuddin Ali,Metode Penelitian Hukum,(Jakarta:Sinar Grafika,2015),hlm.47. 13

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum. Kencana, Jakarta, 2005, hal 66.

3) Bahan hukum tersier, yaitu bahan yang memberikan petunjuk maupun

penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, seperti:

kamus hukum (law encyclopedia).

4. Unit Amatan dan Unit Analisis

Unit amatan dalam penelitian ini yaitu :

A. Kepolisian dalam hal ini adalah Samsat Kota Salatiga(sistem administrasi manunggal

satu atap).

B. Pembuat plat nomor palsu.

C. Satlantas Kota Salatiga

D. Satreskrim Kota Salatiga

E. Konsumen pengguna jasa plat nomor palsu.

F. Undang – undang No.22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

G. Peraturan Kapolri No.5 tahun 2011 tentang Registrasi dan Identifikasi Kendaraan

Bermotor.

Sedangkan yang menjadi unit analisisnya yaitu penegakan hukum oleh aparat kepolisian

terhadap pembuat plat nomor palsu.

F. Sistematika Penulisan

Bab I : Bab ini berisikan uruaian tentang penelitian yang akan dilakukan meliputi :

A. Latar belakang masalah.

B. Rumusan masalah

C. Tujuan penelitian.

D. Manfaat penelitian.

E. Metode penelitian.

Bab II : Bab ini berisikan kerangka teori,uraian hasil penelitian dan analisis terhadap

permasalahan penelitian ,kasus yang dipelajari tentang penegakan hukum

terhadap pembuatan TNKB illegal di kota Salatiga.

Bab III : Bab ini berisikan kesimpulan dari pembahasan dan saran penulis dan/atau

peneliti.