bab ii kajian teori -...

19
6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori Bab 2 ini akan diuraikan landasan teori yang merupakan variabel dalam penelitian, yang dilakukan yaitu hasil belajar dan motivasi, model pembelajaran kooperatif tipe (NHT) Numbered Heads Togrther. 2.1.1 Tinjauan Hasil Belajar Menurut Suprijono (2009:5-6) hasil belajar adalah pola- pola perbuatan, nilai- nilai, pengertian- pengertian, sikap- sikap apresiasi, dan ketrapilan. Menurut Gagne Hasil belajar adalah terbentuknya konsep, yaitu kategori yang kita berikan pada stimulus yang ada di lingkungan, yang menyediakan skema yang terorganisasi untuk mengasimilasi stimulus- stimulus baru yang menentukan hubungan hubungan didalam dan diantara kategori- kategori (dalam purwanto, 2013:42). Hasil belajar adalah Perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya (Winkel, 2004:57). Menurut Soedijarto hasil belajar adalah sebagai tingkat penguasaan yang dicapai oleh mahasiswa dalam mengikuti proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan (dalam purwanto 20013: 46). Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku pada siswa pada diri siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan dan ketrampilan. Perubahan tersebut terjadi peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingan dengan sebelumnya (Oemar Hamalik, 2011:155) Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki peserta didik dan perubahan perilaku yang terjadi setelah mengikuti proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan. Menurut Bloom (Suprijono 2002:6) hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik.

Upload: phungcong

Post on 14-Mar-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8157/2/T1_292009217_BAB II.pdf · terdorong akan bertindak mana kala dalam dirinya ada kebutuhan

6

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Kajian Teori

Bab 2 ini akan diuraikan landasan teori yang merupakan variabel dalam

penelitian, yang dilakukan yaitu hasil belajar dan motivasi, model pembelajaran

kooperatif tipe (NHT) Numbered Heads Togrther.

2.1.1 Tinjauan Hasil Belajar

Menurut Suprijono (2009:5-6) hasil belajar adalah pola- pola perbuatan,

nilai- nilai, pengertian- pengertian, sikap- sikap apresiasi, dan ketrapilan.

Menurut Gagne Hasil belajar adalah terbentuknya konsep, yaitu kategori

yang kita berikan pada stimulus yang ada di lingkungan, yang menyediakan

skema yang terorganisasi untuk mengasimilasi stimulus- stimulus baru yang

menentukan hubungan hubungan didalam dan diantara kategori- kategori (dalam

purwanto, 2013:42).

Hasil belajar adalah Perubahan yang mengakibatkan manusia berubah

dalam sikap dan tingkah lakunya (Winkel, 2004:57).

Menurut Soedijarto hasil belajar adalah sebagai tingkat penguasaan yang

dicapai oleh mahasiswa dalam mengikuti proses belajar mengajar sesuai dengan

tujuan pendidikan yang ditetapkan (dalam purwanto 20013: 46).

Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku pada siswa pada diri siswa,

yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan dan

ketrampilan. Perubahan tersebut terjadi peningkatan dan pengembangan yang

lebih baik dibandingan dengan sebelumnya (Oemar Hamalik, 2011:155)

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah

kemampuan yang dimiliki peserta didik dan perubahan perilaku yang terjadi

setelah mengikuti proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan.

Menurut Bloom (Suprijono 2002:6) hasil belajar mencakup kemampuan

kognitif, afektif dan psikomotorik.

Page 2: BAB II KAJIAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8157/2/T1_292009217_BAB II.pdf · terdorong akan bertindak mana kala dalam dirinya ada kebutuhan

7

1) Dominan kognitif mencakup.

a)Knowledge (pengetahuan, ingatan),b) Comprehensional

(pemahaman, penjelasan, meringkas, contoh),c) Application

(menerapkan),d) Analysis (menguraikan, menentukan

hubungan),e) Synthesis (mengorganisasikan, merencanakan,

membentuk hubungan baru),f) Evaluation ( menilai)

2) Dominan afektif mencakup:

a) Receiving (sikap menerima),b) Responding

(memberikan respon),c) Valuing (nilai),d) Organitation

(organisasi),e) Characterization (karakterisasi)

3) Domain psikomotor mencakup :

a)Initiatory,b) Pre-rautine,c) Routinized,d) Ketrampilan

produktif, teknik, fidik, social, manajerial, dan intelektual.

Menurut Bloom (Suprijono 2002:6) Tujuan Hasil Belajar:

a. Tujuan Hasil Belajar:

1) Tujuan Umum: a) Menilai pencapaian kompetensi

peserta didik,b) Memperbaiki proses pembelajaran,c)

Sebagai bahan penyusunan laporan kemajuanb belajar

siswa.

2) Tujuan Khusus: a) Mengetahui kemajuan dan hasil

belajar siswa,b) Mendiagnosis kesulitan belajar,c)

Memberikan umpan balik/perbaikan proses belajar

mengajar,d) Penentuan kenaikan kelas,e) Memotivasi

belajar siswa dengan cara mengenal dan memahami diri

dan merangsang untuk melakukan usaha perbaikan.

b. Fungsi penilaian Hasil Belajar

Fungsi penilaian Hasil Belajar sebagai berikut:

a)Bahan pertimbangan dalam menentukan kenaikan

kelas,b) Umpan balik dalam perbaikan proses belajar

mengajar,c) Meningkatkan motivasi belajar siswa,d)

Evaluasi diri terhadap kinerja siswa.

Hasil belajar yang dicapai siswa menurut Sudjana (2011:56), mellui

proses belajar mengajar yang optimal ditunjukan dengan ciri-ciri sebagai

berikut:

a. Kepuasan dengan kebanggan yang dapat menumbuhkan

motivasi belajar intrinstik pada diri siswa. Siwa tidak

mengeluh dengan prestasi yang rendah dan dia akan

berjuang lebih keras untuk memperbaiki atau setidaknya

mempertahankan yang telah dicapai.

b. Menambah keyakinan dan kemampuan dirinya, artinya

dia tahu kemampuan dirinya dan percaya bahwa dia

Page 3: BAB II KAJIAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8157/2/T1_292009217_BAB II.pdf · terdorong akan bertindak mana kala dalam dirinya ada kebutuhan

8

mempunyai potensi yang tidak kalah dari orang lain

apabila dia berusaha sebagaimana mestinya.

c. Hasilbelajar yang dicapai bermakna bagi dirinya, seperti

akan tahan lama diingat, membentuk perilaku,

bermanfaat untuk mempelajari aspek lain, kemauan dan

kemampuan untuk belajar sendiri dan mengembangkan

kreativitasnya,

d. Hasil belajar yang diperoleh siswa secara menyeluruh,

yakni mencakup ranah kognitif, pengetahuan atau

wawasan, ranah afektif, dan ranah psikomotorik,

ketrampilan atau perilaku.

2.1.2 Motivasi

Mc Donald (dalam Sardiman A.M 2012: 73) mendefinisikan motivasi

adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seorang yang ditandai dengan

timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.

Motivasi adalah sangat erat hubungannya dengan kebutuhan, sebab

memang motivasi muncul karena kebutuhan. Seseorang akan

terdorong akan bertindak mana kala dalam dirinya ada kebutuhan.

Kebutuhan ini menimbulkan ketidak seimbangan. Yaitu ketegangan-

ketegangan, dan ketegangan itu hilang manakala kebutuhan itu

terpenuhi.(Wina sanjaya 2008:251)

(Suprijono 2011: 163) Hakikat motivasi adalah dorongan internal dan

eksternal pada peserta didik yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan

perilaku. Motivasi belajar adalah proses yang memberi semangat belajar, arah dan

kegigihan perilaku. Artinya perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh

energi.

Motivasi sebagai daya penggerak yang telah mnjadi aktif. Motivasi

menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai

tujuan sangat dirasakan/mendesak yang positif atau tertentu.

Dari pengertian motivasi yang dapat di ambil, maka dapat dijelaskan

bahwa motivasi adalah perubahan energi diri pribadi dengan mendapat dorongan

internal dan eksternal sebagai kebutuhan dengan apa yang kita capai dengan suatu

tujuan tertentu

Page 4: BAB II KAJIAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8157/2/T1_292009217_BAB II.pdf · terdorong akan bertindak mana kala dalam dirinya ada kebutuhan

9

Fungsi Motivasi (dalam Sardiman 2012: 84-85) yaitu:

1) Mendorong manusia untuk berbuat, jai sebagai penggerak atau

motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini

merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan

dikerjakan.

2) Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak

dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah

dengan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan

tujuannya.

3) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-

perbuatan apa yang harus sdikerjakan yang serasi guna

mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan- perbuatan

yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.

Komponen-komponen MotivasiMenurut Oemar Hamalik (2008: 107),

motivasi memiliki dua komponen, yakni komponen dalam (inner component)

dan komponen luar (outer component).

1. Komponen dalam (inner component) adalah perubahan dalam diri

seseorang,keadaan mereka tidak puas dan ketegangan psikologis.

2. Komponen luar (outer component) adalah apa yang diinginkan

seseorang, tujuan yang menjadi arah kelakukannya.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa komponen dalam

adalahkebutuhan-kebutuhan yang ingin dipuaskan, sedangkan komponen luar

adalah tujuan yang hendak dicapai.

Upaya membangkitkan motivasi belajar siswa. Untuk memperoleh hasil

belajar yang optimal, guru dituntut kreatif membangkitkan motivasi belajar

siswa (dalam wina sanjaya 2008:261-262). Dibawah ini dikemukakan

petunjuk:

a) Memperjelas tujuan yang dicapai.

b) Membengkitkan minat siswa.

c) Menciptakan suasana yang menyenangkan dalam belajar.

d) Berilah pujian yang wajar terhadap setiap keberhasilan siwa.

e) Berikan penilaian.

f) Berilah komentar terhadap hasil pekerjaan siswa.

Page 5: BAB II KAJIAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8157/2/T1_292009217_BAB II.pdf · terdorong akan bertindak mana kala dalam dirinya ada kebutuhan

10

2.1.3 Pembelajaran Kooperatif

Secara sederhan kata koopratif yang artinya mengerjakan sesuatu secara

bersama- sama dengan saling membantu satu sama lainnya dalam satu

kelompok atau satu tim (isjoni 2010: 8).

Pembelajaran kooperatif ( menurut Suprijono 2011: 54) adalah konsep

yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk- bentuk

yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru .

Menurut rusman ( 2011: 202) pembelajaran kooperatif merupakan bentuk

pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok

kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat empat

atau lebih dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.

Roger, dkk (dalam miftahul huda 2012:29)

pembelajaran kooperatif merupakan aktivitas pembelajaran

kelompok yang diorganisir oleh satu prinsip baha pembelajaran

harus didasarkan pada perubahan informasi secara sosial

diantara kelompok- kelompok pembelajaran yang didalam-

dalamnya setiap pembelajaean bertanggung jawab atas

pembelajaran sendiri dan didorong untuk meningkatkan

pembelajaran anggota- anggotan yang lain.

Dari beberapa pengertian pembelajaran kooperatif yang telah

disampaikan diatas bahwa pembelajaran kooperatif merupaka pembelajaran

yang berkelompok, dalam kelompok siswa berasal dari kemampuan akademik,

jenis kelamin, suku, latar belakang yang berbeda. Dalam menyelesaikan tugas

siswa dalam kelompok saling bekerjasama dan membantu untuk memahami

materi pelajaran. Sehingga setiap siswa memiliki tanggung jawab yang sama

untuk keberhasilan kelompok dan diperlukan kerjasama antar anggota

kelompok.

Dari uraian diatas pembelajaran kooperatif merujuk pada kerjasama

menyelesaikan masalah yang dihadapi dan membangkitkan semangat siswa

dalam pembelajaran untuk mencapai tujuan. Dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran kooperatif adalah suatu pembelajaran dalam kelompok yang

terdiri dari empat atau lebih siswa secara heterogen yang kemampuan, jenis

kelamin, latar belakang yang berbeda untuk menyelesaikan tugas kelompok

Page 6: BAB II KAJIAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8157/2/T1_292009217_BAB II.pdf · terdorong akan bertindak mana kala dalam dirinya ada kebutuhan

11

dimana setiap anggota kerjasama dan membantu memahami suatu bahan

pembelajaran untuk mencapai tujuan bersama.

Rogr dan David Johson (dalam Suprijono 2011: 54) mengatakan bahwa

tidak semua belajar klompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Untuk

mencapai hasil yang maksimal lima unsur dalam model pembelajaran

kooperatif yang harus diterapkan:

a) Positive interdependence (saling ketergantungan positif)

b) Personal responsibility ( tanggungjawab perseorangan)

c) Face to face promotive interaction ( interaksi promotif)

d) Interpersonal skill ( komunikasi antar anggota)

e) Groub processing (pemrosesan kelompok)

(Suprijono 2011: 65) Sintak model pembelajaran kooperatif terdiri dari

enam fase dilihat pada tabel 2.1.

Tabel 2.1

Fase Sintak Model

Fase- fase Perilaku guru

Fase 1: present goals and

set

Menyampaikan tujuan

dan mempersiapkan

peserta didik

Menjelaskan tujuan pembelajaran dan

mempersiapkan peserta didik siap belajar

Fase 2: Present

Information

Menyampaikan informasi

Mempresentasikan informasi kepada peserta

didik secara verbal

Fase 3: Organize studrnt

into learning teams

Mengorganisasi peserta

didik kedalam tim- tim

belajar

Memberikan penjelasan kepada peserta didik

tentang tata cara pembentukan tim belajar dan

membantu kelompok melakukan transisi yang

efisien

Fase 4: Assist team work

and study membantu

kerja tim dan belajar

Membantu tim- tim belajar selama peserta didik

mengerjakan tugasnya

Fase 5: Test on the

materials

Evaluasi

Menguji pengetahuan peserta didik mengenai

berbagai materi pembelajaran atau kelompok-

kelompok mempresentasikan hasil kerjanya

Fase 6: Provide

recognition

Memberikan pengakuan

atau penghargaan

Mempersiapkan cara untuk mengakui usaha

prestasi individu maupun kelompok

Page 7: BAB II KAJIAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8157/2/T1_292009217_BAB II.pdf · terdorong akan bertindak mana kala dalam dirinya ada kebutuhan

12

Menurut Rusman (2011: 207) karakteristik pembelajaran kooperatif

dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Pembelajaran secara tim

b. Didasarkan pada manajemen kooperatif

c. Kemauan untuk bekerja sama

d. Ketrampilan bekerja sama

Menurut Rusman (2011: 208) unsur- unsur pembelajaran

kooperatif:

1) Siswa dalam kelompok haruslah beranggapan bahwa

mereka hidup sepenanggungan bersama

2) Siswa bertanggung jawab atas segala hal sesuatu didlam

kelompoknya, seperti milik mereka sendiri

3) Siswa haruslah melihat bahwa semua anggota didalam

kelompoknya memiliki tujuan yang sama

4) Siswa harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama

diantara anggota kelompoknya

5) Siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan hadiah/

penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua

anggota kelompok

6) Siswa berbagi kepemimpiannya dan mereka dan mereka

membutuhkan ketrampilan untuk belajar bersama selama

proses belajarnya

7) Siswa diminta untuk mepertanggungjawabkan secara

individu materi yang ditanganinya dalam kelomok

kooperatif

Menurut Rusman (2011: 208) ciri- ciri yang terjadi pada kebanyakan

pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif, adalah sebagai

berikut:

a. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk

menuntaskan materi pembelajaran

b. Kelompok dibentuk dan siswa memiliki kemampuan tinggi,

sedang, dan rendah

c. Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dan ras,

budaya, suku, jenis kelamin berbeda- beda

d. Penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang

individu

Page 8: BAB II KAJIAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8157/2/T1_292009217_BAB II.pdf · terdorong akan bertindak mana kala dalam dirinya ada kebutuhan

13

Ada tiga bentuk ketrampilan kooperatif sebagaimana diungkapkan oleh

Ludgren (dalam Rusman 2011: 207):

1. Ketrampilan kooperatif tingkat awal meliputi: a)

menggunakan kesempatan, b) menghargai kontribusi,

c)mengambil giliran dan berbagi tugas, d)berada dalam

kelompok, e)berada dalam tugas, f) mendorong partisipasi,

g) mengundang orang lain untuk berbicara, h)

menyelesaikan tugas pada waktunya, dan i) menghormati

perbedaan individu.

2. Ketrampilan kooperatif tingkat tengah meliputi : a)

menunjukkan penghargaan dan simpati, b) mengungkapkan

ketidak setujuan dengan cara yang dapat diterima, c)

mendengarkan dengan aktif, d) bertanya, e) membuat

ringkasan, f) menafsirkan, g)mengatur dan mengorganisir,

h) menerima tanggungjawab, i) mengurangi ketegangan

3. Ketrampilan kooperatif tingkat akhir meliputi : a)

mengelaborasikan, b) memeriksa dengan cermat, c)

menanyakan kebenaran, d) menetapkan tujuan, e)

berkompromi.

Tabel 2.2

Tahap dan Tingkah Laku Guru

Tahap Tingkah Laku Guru

Tahap 1

Menyampaikan

tujuan dan motivasi

siswa

Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang akan

dicapai pada kegiatan pembeljaran dan menekankan

pentingnya topik yng akan dipelajari dan

memotivasi siswan belajar

Tahap 2

Menyajikan

informasi

Guru menyajikan informasi atau materi kepada

siswa dengan jala n demontrasi atau melalui bahan

bacaan

Tahap 3

Mengorganisasikan

siswa kedalam

kelompok-

kelompok belajar

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya

membentuk kelompok belajar dan membimbing

setiap kelompok agar melakukan transisi secara

efektif dan efisien

Tahap 4

Membimbing

Guru membimbing kelompok- kelompok belajar

pada saat mereka mengerjakan tugas mereka

Page 9: BAB II KAJIAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8157/2/T1_292009217_BAB II.pdf · terdorong akan bertindak mana kala dalam dirinya ada kebutuhan

14

kelompok bekerja

dan belajar

Tahap 5

Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar teny]tang materi

yang telah dipelajari atau masing- masing kelompok

mempresentasikan hasil kerjanya

Tahap 6

Memberikan

penghargaan

Guru mencari cara untuk menghargai baik upaya

maupbelajar individu dan kelompokun hasil

(Rusman 2011: 212-213 )Prosedur ataun langkah- langkah pembelajaran

kooperatif pada prinsipnya terdiri atas empat tahap yaitu:

1. Penjelasan materi, tahap ini merupakan tahap penyampaian

pokok- pokok materi pelajaran sebelum siswa belajar dalam

kelompok

2. Belajar kelompok, tahap ini dilakukan setelah guru memberikan

penjelasan materi, siswa bekerja dalam kelompok yang telah

dibentuk sebelumnya

3. Penilaian, penilaian dalam pembelajaran kooperatif bisa

dilakukan melalui tes atau kuis, yang dilakukan secara individu

atau kelompok.

4. Pengakuan tim, adalah peetapan tim yang dianggap paling

menonjol atau tim paling berprestasi untuk kemudian diberi

penghargaan atau hadia, dengan harapan dapat memotivasi tim

untuk terus berprestasi lebih baik lagi.

2.1.4 Tinjauan Numbered Heads Together (NHT)

Hamdani (2011: 89) (NHT) Numbered Head Together adalah metode

belajar dengan cara setiap siswa diberi nomor dan dibuat satu kelompok,

kemudian secara acak, guru memanggil nomor dari siswa.

Spences Kagan (dalam Isjoni, 2012:13) Numbered Head Together (NHT)

adalah memberi kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide- ide atau

pertimbangan jawaban yang paling cepat. Selain itu teknik ini mendorong siswa

untuk meningkatkan semangat kerjasama mereka.

Soleh Hamid ( 2011: 218-219 ) dalam (NHT) Numbered Head

Together hal yang ingin disampaikan adalah bagaimana siswa

mampu menerima berbagai pendapat yang diterima dan

disampaikan oleh orang atau kelompok lain, kemudian

menganalisisnya bersama, sehingga memunculkan pendapat

yang paling ideal, atau bahkan tidak mendapatkan pendapat

Page 10: BAB II KAJIAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8157/2/T1_292009217_BAB II.pdf · terdorong akan bertindak mana kala dalam dirinya ada kebutuhan

15

yang paling ideal. Ini sebenarnya esensi dari perbedaan

pendapat. Selanjutnya guru memberikan kesimpulan terhadap

jalannya pembahasan materi.

Pada dasarnya (NHT) Numbered Heads Together merupakan varian

dari diskusi kelompok. Teknik pelaksanaanya hampir sama

dengan diskusi kelompok. Pertama- tama, guru meminta

siswa duduk berkelompok- kelompok. Masing- masing

anggota diberi nomor. Setelah selesai, guru memamnggil

nomor (baca anggota) untuk mempresentasikan hasil

diskusinya. Guru tidak memberikan dan tidak

memberitahukan nomor berapa yang akan memastikan semua

siwa benar- benar terlibat dalam diskusi. Menurut Salvin

(dalam Miftahul huda, 2011: 130).

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkanbahwa Numbered Head

Together (NHT) adalah proses pembelajaran berkelompok untuk melakukan

belajar diskusi kemudian setiap siswa diberi nomor, setelah selesai guru

memamnggil nomor (baca anggota) untuk mempresentasikan hasil diskusinya

untuk berkesempatan kepada siswa saling membagi ide –idenya, kemudian

menganalisis bersama sehingga memunculkan pendapat yang paling ideal,

selanjutnya guru memberikan kesimpulan.

Langkah- langkah strategi (NHT) Numbered Head Together menurut Soleh

Hamid (2011: 218-219) sebagai berikut:

1. Siswa dibagi dalam kelompok dan setiap siswa dalam

kelompok tersebut mendapat nomor kelompok

2. Guru memberikan tugas- tugas yang berkaitan dengan materi

pelajaran yang akan disampaikan dan masing- masing

kelompok mengerjakan kelompok bersama kelompoknya,

3. Setiap kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan

memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya

atau mengetahui jawaban yang mewakili dari kelompok

tersebut.

4. Untuk membahas dari hasil kelompok tersebut, guru

memanggil nomor kelompok dapat mengerjakannya atau

mengetahui jawaban yang mewakili dari kelompok tersebut.

5. Begitu seterusnya, hingga semua kelompok mendapatkan

kesempatan untuk mempresentasikan hasil jawaban

kelompok mereka dan kelompok yang lain menanggapinya

dengan aktif dan interaktif.

6. Terakhir guru memberikan kesimpulan terhadap jalannya

pembahasan dan pembelajaran tersebut.

Page 11: BAB II KAJIAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8157/2/T1_292009217_BAB II.pdf · terdorong akan bertindak mana kala dalam dirinya ada kebutuhan

16

Kelebihan dan kelemahan metode menurut Hamdani (2011: 90):

a) Kelebihan metode ini yaitu:

a)setiap siswa siap semua,b) siswa dapat melkukan diskusi

dengan sungguh- sungguh,c) siswa yang pandai dapat

mengajari siswa yang kurang pandai.

b) kelemahan metode ini yaitu:

a)kemungkinan nomor yang dipanggil, akan dipanggil lagi

oleh guru,b) tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh

guru.

2.1.5 Tinjauan IPA

Hakikat IPA

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau sains dalam arti sempit sebagai

disiplin ilmu dari physical sciences dan life sciences. Yang termasuk Physical

sciences adalaholmu- ilmu astronomi, kimia geologi, meteorologi, dan fisika,

sedangkan life sciences meliputi biologi (anatomi, fisiologi, zoologi, citologi.

Jomes Conant ( dalam Usaman Somatowa, 1997:14) mendefinisikan sains

sebagai suatu deretan konsep serta skema konseptual yang berhubungan suatu

sama lain, dan yang tumbuh dari hasil eksperimentasi dan observasi. A.N.

Whaitehead (dalam Usman Somatowa, 1999: 15) menyatakan bahwa sain

dibentuk karena pertemuan dua orde pengalaman.

IPA (sains) berupaya membangkitkan minat manusia agar mau

meningkatkan kecerdasan dan pemahaman tentang alam seisina yang penuh

dengan rahasia yang tak habis- habisnya. Ilmu pengetahuan alam merupakan

mata pelajaran di SD yang dimaksudkan agar siswa mempunyai pengetahuan,

gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar, yang diperoleh

dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah lain penyelidikan,

penyusunan dan pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain

penyelidikan, penyusunan dan penyajian gagasan-gagasan. Pada prinsipnya,

mempelajari IPA sebagai cara mencari tahu dan cara mengerjakan atau

melakukan dapat membantu siswa untuk memahami alam sekitar secara lebih

mendalam.

Page 12: BAB II KAJIAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8157/2/T1_292009217_BAB II.pdf · terdorong akan bertindak mana kala dalam dirinya ada kebutuhan

17

IPA adalah pngetahuan yang rasional dan objektif tentang alam

smesta dengan segala isinya (Hendro Darmojo 1992:3).

Nas 1993 (dalam Hendro Darmojo 1992:3) dalam bukunya The

Nature of Science, menyatakan bahwa IPA itu adalah suatu cara atau metode

untuk mengamati alam. Dan cara IPA mengamati dunia bersifat analisis,

lengkap, cermat serta menghubungkannya membentuk suatu perspektif

tentang obyek yang diamatinya.

Powler (dalam winaputra 1992:122) bahwa IPA merupakan ilmu yang

berhubungan dengan gejala alam dan kebendaan yang sistematis yang terurus

secara teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan dari hasil observasi dan

eksperimen/isrematis teratur.

Menurut Abdullah (1998: 18) IPA adalah pengetahuan khusus yaitu

dengan melakukan observasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori

dan demikian seterusnya kait mengkait antara cara yang satu dengan cara

yang lain.

Berdasarkan uraian tersebut dapat dipahami bahwa IPA merupakan

cara mencari tahu tentang alam secara sistematis untuk menguasai

pengetahuan fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses penemuan

dan memiliki sikap ilmiah

Aplikasi teori perkembangan kognitif pada pendidikan IPA adalah

sebagai berikut:

a) Konsep IPA dapaat berkembang baik, hanya bila

perkembngan langsung mendahului pengenalan generalisasi

abstrak.

b) Daur belajar yang mendorong perkembangan konsep IPA

sebagai betrikut:

a) Eksplorasi, kegiatan dimana anak mengalami atau

pengindraan objek secara langsung,b) Generalisasi, yaitu

menarik kesimpulan dari beberapa informasi yang tampak

bertentangan yang telah dimiliki anak,c) Deduksi, yaitu

pngamlikasikan konsep baru pada situasi atau kondisi

baru.

Page 13: BAB II KAJIAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8157/2/T1_292009217_BAB II.pdf · terdorong akan bertindak mana kala dalam dirinya ada kebutuhan

18

Maksud dan tujuan tersebut adalah agar siswa memiliki pengetahuan

tentang gejala alam, berbagai jenis dan perangai lingkungan melalui

pengamatan agar siswa tidak buta akan pengetahuan dasar mengenai IPA.

Pembelajaran IPA kelas IV menurut Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP), Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar diberikan

secara mata pelajaran sejak kelas IV sampai kelas VI, sedang kelas 1 sampai

kelas III diberikan secara tematik pada pelajaran lain. Karena di dalam

penelitian ini yang penulis kaji bahan kelas IV, maka di bawah ini penulis

sampaikan standar kompetensi dan kompetensi dasar pembelajaran Ilmu

Pengetahuan Alam kelas IV.

Tabel 2.3.

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

Kelas IV, Semester 2

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Energi dan Perubahannya

1. Memahami gaya dapat

mengubah gerak dan/atau

bentuk suatu benda.

7.1. Menyimpulkan hasil percobaan

bahwa gaya (dorongan dan

tarikan) dapat mengubah gerak

suatu benda.

7.2. Menyimpulkan hasil percobaan

bahwa gaya (dorongan dan

tarikan) dapat mengubah

bentuk suatu benda.

8. Memahami berbagai berbagai

bentuk energi dan cara

penggunaannya dalam

kehidupan sehari-hari.

8.1 Mendeskripsikan energi panas

dan bunyi yang terdapat di

lingkungan sekitar serta sifat-

sifatnya.

8.2 Menjelaskan berbagai energi

alternatif dan cara

penggunaannya.

8.3 Membuat suatu karya.model

untuk menunjukkan perubahan

energi gerak akibat pengaruh

udara, misalnya roket dari

Page 14: BAB II KAJIAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8157/2/T1_292009217_BAB II.pdf · terdorong akan bertindak mana kala dalam dirinya ada kebutuhan

19

kertas/baling-baling/pesawat

kertas/parasut..

8.4 Menjelaskan energi bunyi

melalui penggunaan alat musik.

Bumi dan Alam Semesta

9. Memahami perubahan

kenampakan permukaan bumi

dan benda langit.

9.1 Mendeskripsikan perubahan

kenampakan bumi.

9.2 Mendeskripsikan posisi bulan

dan kenampakan bumi dari hari

ke hari.

10. Memahami perubahan

lingkungan fisik dan

pengaruhnya terhadap daratan.

10.1 Mendeskripsikan berbagai

penyebab perubahan

lingkungan fisik (angin, hujan,

cahaya matahari, dan

gelombang air laut).

10.2 Menjelaskan pengaruh

perubahan lingkungan fisik

terhadap daratan (erosi, abrasi,

banjir, dan longsor).

10.3 Mendeskripsikan cara

pencegahan kerusakan

lingkungan (erosi, abrasi,

banjir, dan longsor).

11. Memahami hubugan antara

sumber daya alam dengan

lingkungan, teknologi, dan

masyarakat.

11.1 Menjelaskan hubungan antara

sumber daya alam dengan

lingkungan.

11.2 Menjelaskan hubungan antara

sumber daya alam dengan

teknologi yang digunakan.

11.3 Menjelaskan dampak

pengambilan bahan alam

terhadap pelestarian

lingkungan.

Page 15: BAB II KAJIAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8157/2/T1_292009217_BAB II.pdf · terdorong akan bertindak mana kala dalam dirinya ada kebutuhan

20

2.2 Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan

Winarti, Yuni, Penggunaan Metode NHT (Numbered Heads Together )

untuk Meningkatkan motivasi dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD

Negeri Banyumudal 2 Kabupaten Wonosobo Smester 2 Tahun Pelajaran

2011/2012. Melalui metode pembelajaran NHT (Numbered Heads Together)

yang akan dilanjutkan oleh peningkatan hasil belajar yang dapat dilihat pada

ketuntasan pada siklus I dan siklus II peneliti memberikan patokan KKM = 65

siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=65) dari 32 siswa

sebanyak 17 siswa atau 53,13% tuntas dan sebanyak 15 siswa atau 46,87 %

belum tuntas. Nilai rata-ratanya adalah 66,25 sedangkan nilai tertinggi adalah

88 dan nilai terendahnya adalah 52 dan II sebanyak 36 siswa atau 100% dari

jumlah siswa mencapai ketuntasan. Siklus II siswa yang mencapai Kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM=65) sebanyak 32 siswa atau 100% dan tidak ada

siswa yang mendapatkan nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal. Nilai

rata-ratanya adalah 79,75 sedangkan nilai tertinggi adalah 100 dan nilai

terendahnya adalah 68. Peneliti telah berhasil dalam menerapkan metode

pembelajaran NHT (Numbered Heads Together) dengan memberikan patokan

KKM = 65 dan ketuntasan 80% dari jumlah siswa kelas V SD Negeri

Banyumudal 2 dari hasil nilai evaluasi siklus II didapatkan 100% siswa sudah

memenuhi KKM. Maka saran dari penulis adalah metode pembelajaran NHT (

Numbered Heads Together) dapat digunakan sebagai alternatif dalam proses

belajar mengajar. Dengan metode pembelajaran NHT (Numbered Heads

Together) dalam proses belajar mengajar dapat meningkatkan keaktifan siswa

yang berdampak meningkatnya hasil belajar siswa.

Isyuniarsih, Alustina , Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Kognitif dan

Afektif pada Mata Pelajaran IPA Melalui Penerapan Model Pembelajaran

Numbered Heads Together (NHT) pada Siswa Kelas V SD Negeri 03

Ngumbul Kecamatan Todanan Kabupaten Blora Tahun Pelajaran 2011/2012.

Pada siklus 1 siswa yang tuntas 22 orang (91,67%) dan yang tidak tuntas 2

orang (8,33%). Sedangkan pada siklus 2, semua siswa yang terdiri dari 24

orang tersebut sudah memenuhi KKM atau dapat dikatakan tuntas 100% dari

Page 16: BAB II KAJIAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8157/2/T1_292009217_BAB II.pdf · terdorong akan bertindak mana kala dalam dirinya ada kebutuhan

21

24 siswa. Sedangkan untuk peningkatan hasil belajar afektif (keaktifan

belajar siswa) pada kondisi awal, pembelajaran siklus 1 dan siklus 2 yaitu

pada kondisi awal keaktifan siswa berada pada kategori kurang aktif

(41,67%) , pada siklus 1 menjadi cukup aktif (45,83%), dan pada siklus 2

menjadi aktif (58%). Keaktifan siswa mengalami peningkatan pada kategori

aktif dari kondisi awal (25%) meningkat pada pembelajaran siklus 1

(33,33%) dan pada pembelajaran siklus 2 (58%). Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif Numbered

Heads Together dapat meningkatkan hasil belajar kognitif dan hasil belajar

afektif siswa kelas V SDN 03 Ngumbul Kecamatan Todanan Kabupaten

Blora Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012.

Yanti, Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas

VIII Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT

(Numbered Heads Together).Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi

belajar siswa pada siklus I sebesar 55,82% yang termasuk dalam kategori

kurang, sedangkan pada siklus II motivasi belajar siswa meningkat menjadi

78,44% yang termasuk dalam kategori baik. Motivasi belajar siswa

mengalami persentase peningkatan sebesar 22,62%. Hasil belajar siswa

menunjukkan bahwa pada siklus I skor rata-rata kelas sebesar 65,34 dengan

persentase ketuntasan belajar secara klasikal sebesar 65,52%, sedangkan pada

siklus II skor rata-rata kelas meningkat menjadi 87,52 dengan persentase

ketuntasan belajar secara klasikal sebesar 89,66%. Skor rata-rata kelas

mengalami peningkatan sebesar 22,18 sedangkan ketuntasan belajar secara

klasikal mengalami persentase peningkatan sebesar 24,14%. Berdasarkan

hasil penelitian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe NHT.

Page 17: BAB II KAJIAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8157/2/T1_292009217_BAB II.pdf · terdorong akan bertindak mana kala dalam dirinya ada kebutuhan

22

2.3 Kerangka Pikir

Salah satu fenomena materi IPA yang dianggap sulit untuk dipahami. Hal

ini disebabkan oleh penyajian materi dari guru yang kurang tepat dan tidak

merangsang kemampuan berpikir siswa dalam mencari dan menemukan sendiri

materi ajar.

Untuk mengatasi permasalahan di atas maka perlu adanya model

pembelajaran yang tepat.Salah satunya adalah dengan model pembelajaran

NHT.Sebagaimana yang dikemukakanSoleh Hamid ( 2011: 218-219 ) dalam

(NHT) Numbered Head Together hal yang ingin disampaikan adalah bagaimana

siswa mampu menerima berbagai pendapat yang diterima dan disampaikan oleh

orang

atau kelompok lain, kemudian menganalisisnya bersama, sehingga memunculkan

pendapat yang paling ideal, atau bahkan tidak mendapatkan pendapat yang paling

ideal.

Dengan dasar inilah sehingga peneliti menjadikan sebagai landasan berpikir

bahwa dengan model pembelajaran NHT dapat membantu siswa dalam

mempelajari materi yang telah diajarkan sehingga dapat meningkatkan hasil

Kerangka berfikir Penelitian Tindakan Kelas Menggunakan Model pembelajaran

Numbered Head Together (NHT) Meningkatkan Hasil Belajar IPA dan motivasi

belajar siswa. SK 9. Memahami perubahan kenampakan bumi dan benda langit.

Page 18: BAB II KAJIAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8157/2/T1_292009217_BAB II.pdf · terdorong akan bertindak mana kala dalam dirinya ada kebutuhan

23

Proses

pembelajaran

yang

konvensional

Pembelajaran Nubered

Heads Together (NHT)

3) diskusi tema kenampakan

bumi dan benda langit

b. Tanggapan

Siswa cenderung bersikap pasif, kurangnya

memberikan model atau metode yang digunakan,

kurang memberikankesempatan kepada siswa untuk

berpikir dalam memecahkan masalah.

Pembelajaran IPA

.

Hasil belajar IPA dan

motivasi rendah

4) a. .Presentasi tema

kenampakan bumi dan

benda langit

5) Kesimpulan

Rubrik terbentuk

kelompok

Rubrik diskusi

Rubrik diskusi

Tes

formatif

Penilaian

hasil belajar Hasil belajar

Rubrik presentasi Skor

Motivasi

1) Pembentukan Kelompok

2) Penomoran Rubrik penomoran

Gambar 2.1 Skema Kerangka Berfikir Pembrlajaran IPA

melalui model Numbered Heads Together

Rubrik motivasi

Rubrik presentasi

Page 19: BAB II KAJIAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8157/2/T1_292009217_BAB II.pdf · terdorong akan bertindak mana kala dalam dirinya ada kebutuhan

24

2.3 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan landasan teori dan kerangka berfikir pada gambar 2.1

diajukan hipotesis tindakan sebagai berikut: 1) meningkatan hasil belajar IPA dan

motivasi melalui model pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together

(NHT) siswa kelas 4 di SDN 1 Jambon Kabupaten Grobogan Semester 2 Tahun

2012/2013.