bab ii kajian teori a. kemampuan berpikir kreatif dalam ...repository.ump.ac.id/1039/3/novita ullil...
TRANSCRIPT
10
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kemampuan Berpikir Kreatif dalam Matematika
Ruggiero berpendapat bahwa berpikir merupakan suatu kegiatan mental
yang dilakukan seseorang ketika dihadapkan pada suatu permasalahan yang
harus dipecahkan (Siswono, 2008). Kegiatan berpikir ini dapat dibedakan
menjadi 5, yaitu berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif. Berpikir
kreatif adalah suatu aktivitas mental yang membuat hubungan-hubungan yang
kontinu sampai ditemukan kombinasi yang benar atau sampai seseorang
tersebut menyerah. Berpikir kreatif mengabaikan hubungan-hubungan yang
sudah ada dan menciptakan hubungan-hubungan baru (Evans, 1994).
Dalam memandang kemampuan berpikir kreatif terdapat dua pandangan,
yang pertama menurut Johnson dan yang kedua menurut De Bono (Barak dan
Doppelt, 2000). Johnson berpendapat bahwa berpikir kreatif bersifat intuitif
yang berbeda dengan berpikir kritis (analitis) yang didasarkan pada logika.
Pandangan ini cenderung dipengaruhi oleh pandangan terhadap dikotomi otak
kiri dan otak kanan yang memiliki perbedaan fungsi. Pandangan kedua
menurut De Bono yaitu berpikir kreatif merupakan kombinasi berpikir yang
analitis dan intuitif. Pandangan kedua melihat bahwa kedua belahan otak
bekerja secara sinergis dan tidak terpisah.
Isaksen et al (Mahmudi, 2008) mendefinisikan berpikir kreatif sebagai
proses menghasilkan ide yang menekankan pada aspek kefasihan (fluency),
Deskripsi Kemampuan Berpikir..., Novita Ullil Albab, FKIP UMP, 2016
11
fleksibilitas (flexibility), keaslian (originality), dan elaborasi (elaboration)
dalam berpikir. Komponen-komponen tersebut sama dengan komponen
kreativitas secara umum. Oleh karena itu, berpikir kreatif dan kreativitas sering
dianggap sama. Dua istilah tersebut saling berkaitan karena tidak akan ada
kreativitas tanpa proses berpikir kreatif dan sebaliknya proses berpikir kreatif
akan menghasilkan produk kreatif yang sering diasosiasikan sebagai kreativitas.
Biasanya kreativitas berarti produk kreatif yang berwujud nyata secara fisik
(touchable), sedangkan berpikir kreatif merujuk pada produk kreatif yang
untouchable atau tidak berwujud fisik seperti jasa layanan baru atau rumus-
rumus matematika.
Bishop berpendapat seseorang memerlukan 2 model berpikir berbeda
yang komplementer dalam matematika, yaitu berpikir kreatif yang bersifat
intuitif dan berpikir analitik yang bersifat logis (Pehkonen, 1997). Pandangan
ini lebih mengacu bahwa berpikir kreatif bukan merupakan suatu tindakan
yang logis tapi lebih berdasar pada intuisi. Pemikiran yang kreatif merupakan
pemikiran yang tiba-tiba muncul, tidak terduga, dan di luar kebiasaan.
Pehkonen (1997) memandang bahwa berpikir kreatif merupakan
kombinasi dari berpikir logis dan divergen berdasarkan intuisi tetapi masih
dalam kesadaran. Ketika berpikir kreatif diterapkan dalam suatu pemecahan
masalah, maka pemikiran divergen yang intuitif akan menghasilkan banyak ide
untuk menyelesaikannya. Hal ini berarti berpikir logis dan intuitif merupakan
hal penting dalam berpikir kreatif sehingga keseimbangan otak kiri dan otak
kanan sangat diperlukan. Jika deduksi logis terlalu banyak, maka ide-ide kreatif
Deskripsi Kemampuan Berpikir..., Novita Ullil Albab, FKIP UMP, 2016
12
akan terabaikan. Hal tersebut dikarenakan kreativitas bisa muncul jika terdapat
kebebasan berpikir yang tidak di bawah kontrol/tekanan. Pandangan ini sesuai
dengan pandangan kedua dalam pengertian berpikir kreatif.
Definisi kemampuan berpikir kreatif matematis menurut Krutetskii (Park,
2004) yaitu kemampuan dalam menemukan solusi terhadap suatu masalah
matematika secara mudah dan fleksibel. Pemecahan masalah menurut Guilford
(Evans, 1994) erat kaitannya dengan pemikiran kreatif. Pemikiran yang kreatif
memberikan hasil yang baru dan pemecahan masalah menggunakan hasil
tersebut sebagai tanggapan terhadap situasi yang baru. Dengan demikian
pemecahan masalah memiliki aspek kreatif, sedangkan menurut Kneeland
(2001) pemecahan masalah tidak berhubungan dengan kecerdasan melainkan
dengan pemikiran langsung dan penggunaan proses secara benar.
Pemikiran kreatif akan membantu seseorang dalam menghasilkan
pemecahan masalah yang lebih berkualitas dan efektif. Summers dan White
(Evans, 1991) menyimpulkan bahwa teknik pemecahan masalah yang kreatif
akan:
1. meningkatkan sejumlah informasi yang relevan bagi pemecahan masalah,
2. meningkatkan alternatif potensial sehingga memperbaiki kesempatan untuk
menemukan pemecahan masalah yang lebih baik,
3. meningkatkan keuntungan kompetitif karena menghasilkan penyelesaian
yang luar biasa,
4. menyimpan sumber daya kritis karena mengurangi revisi ketika
penyelesaian telah dilaksanakan,
Deskripsi Kemampuan Berpikir..., Novita Ullil Albab, FKIP UMP, 2016
13
5. meningkatkan efisiensi penggunaan keterampilan individual.
Menurut Silver (1997) untuk mengidentifikasi dan menganalisis tingkat
kreativitas dalam pemecahan masalah umumnya digunakan tiga aspek
kreativitas yang merupakan komponen utama dalam Torrance Test of Creative
Thinking (TTCT), aspek kefasihan (fluency), fleksibilitas (flexibility), dan
kebaruan (novelty). Kefasihan dalam pemecahan masalah mengacu pada
beragam ide yang dihasilkan dalam merespon sebuah perintah. Fleksibilitas
mengacu pada perubahan-perubahan pendekatan ketika merespon perintah,
sedangkan kebaruan mengacu pada keaslian ide yang dibuat dalam merespon
perintah. Dalam masing-masing komponen jika respon sesuai, tepat, atau
berguna dengan perintah yang diberikan, maka indikator kelayakan/kegunaan
sudah dipenuhi. Indikator keaslian dapat ditunjukkan atau merupakan bagian
dari kebaruan.
Haylock (1997) mengatakan bahwa berpikir kreatif selalu melibatkan
fleksbilitas. Bahkan Kiesswetter (Pehkonen,1997) menyatakan berdasarkan
pengalamannya bahwa berpikir fleksibel merupakan salah satu komponen
penting dari kemampuan berpikir kreatif. Menurut Haylock (1997), dalam
konteks matematika kefasihan tampak kurang berguna dibanding dengan
fleksbilitas karena fleksibilitas lebih menekankan pada banyaknya ide-ide
berbeda yang digunakan. Jadi dalam matematika, untuk menilai produk
divergensi digunakan kriteria fleksibilitas dan keaslian ditambah kriteria lain
yaitu kelayakan (approriateness). Respon matematis mungkin menunjukkan
keaslian yang tinggi, tetapi tidak berguna jika tidak sesuai dalam kriteria
Deskripsi Kemampuan Berpikir..., Novita Ullil Albab, FKIP UMP, 2016
14
matematis umumnya. Jadi, berdasar pada beberapa pendapat tersebut
kemampuan berpikir kreatif dapat ditunjukkan dari fleksibilitas, kefasihan,
keaslian, kelayakan atau kegunaan. Indikator tersebut dapat disederhanakan
menjadi fleksibilitas, kefasihan, dan keaslian. Kelayakan/kegunaan sudah
tercakup dalam ketiga aspek tersebut.
Dalam penelitian ini berpikir kreatif dipandang sebagai satu kesatuan
atau kombinasi dari berpikir logis dan berpikir divergen untuk menghasilkan
ide baru. Dengan mengacu pada pengertian berpikir kreatif secara umum dan
indikator kemampuan berpikir kreatif matematis yang digunakan oleh
Krutetskii (1976), Haylock (1997), dan Silver (1997), maka berpikir kreatif
matematis diartikan sebagai suatu kegiatan mental yang digunakan seseorang
untuk membangun ide atau gagasan baru yang menekankan pada aspek
kefasihan, fleksibilitas, dan kebaruan. Ide yang dimaksud adalah ide dalam
memecahkan masalah matematika dengan tepat atau sesuai dengan perintahnya.
Indikator atau komponen berpikir kreatif yang digunakan dalam penelitian ini
meliputi kefasihan, fleksibilitas, dan kebaruan (Haylock, 1997; Silver, 1997).
Kefasihan berarti memberikan beragam jawaban yang lengkap dan benar,
fleksibilitas berarti memberikan cara penyelesaian yang berbeda dan logis atau
perubahan pendekatan ketika merespon perintah, dan kebaruan berarti
menghasilkan jawaban yang tidak biasa dilakukan oleh siswa pada tingkat
pengetahuannya (ditinjau dari kejarangan siswa yang menjawab demikian).
Deskripsi Kemampuan Berpikir..., Novita Ullil Albab, FKIP UMP, 2016
15
B. Aktualisasi diri
Aktualisasi diri adalah keinginan untuk memperoleh kepuasan dari
dirinya sendiri (self fulfillment), untuk menyadari semua potensi dirinya,
menjadi apa saja yang bisa ia lakukan, dan menjadi kreatif serta bebas
mencapai puncak potensinya (Alwisol, 2009). Maslow mengungkapkan bahwa
aktualisasi diri merupakan suatu motivasi yang melampaui ide tentang
dorongan. Menurutnya, motif yang paling tinggi bukanlah dorongan. Dengan
kata lain seseorang tidak perlu didorong-dorong untuk mengaktualisasikan
dirinya karena tujuan mencapai aktualisasi diri bersifat alami yang dibawa
sejak lahir. Di samping itu, manusia memiliki potensi dasar jalur
perkembangan yang sehat untuk mencapai aktualisasi diri. Jadi orang yang
sehat adalah orang yang mengembangkan potensi positifnya melalui jalur
perkembangan yang sehat dan mengikuti hakikat alami dari dalam dirinya
daripada mengikuti pengaruh lingkungan di luar dirinya (Alwisol, 2009;
Baihaqi, 2008).
Aktualisasi diri adalah bagian dari Teori Kebutuhan Maslow. Teori
tersebut meliputi lima kebutuhan yang bersifat hierarkis, yaitu kebutuhan
fisiologis (physiological needs), kebutuhan akan rasa aman (safety needs),
kebutuhan akan memiliki dan cinta (love needs/belongingness needs),
kebutuhan-kebutuhan akan penghargaan (esteem needs), dan kebutuhan untuk
mencapai aktualisasi diri (self actualization needs) (Alwisol, 2009). Hirarki
kebutuhan Maslow dapat dijelaskan dalam tabel berikut.
Deskripsi Kemampuan Berpikir..., Novita Ullil Albab, FKIP UMP, 2016
16
Tabel 2.1. Hirarki Kebutuhan Maslow (Alwisol, 2009)
Jenjang Need Deskripsi
Kebutuhan
berkembang
(meta need)
Self actualization
needs (metaneeds)
Kebutuhan untuk menjadi yang
seharusnya sesuai dengan potensinya.
Kebutuhan kreatif, realisasi diri,
pengembangan diri.
Kebutuhan harkat kemanusiaan untuk
mencapai tujuan, terus maju, dan
menjadi lebih baik.
Kebutuhan
karena
kekurangan
(basic need)
Esteem Needs
Love
needs/belongingness
Safety needs
Physiological needs
(1) kebutuhan kekuatan, penguasaan,
kompetensi, kepercayaan diri,
kemandirian.
(2) kebutuhan prestise, penghargaan
dari orang lain, status, ketenaran,
dominasi, menjadi penting,
kehormatan, dan apresiasi.
Kebutuhan kasih sayang, keluarga,
sejawat, pasangan, anak.
Kebutuhan bagian dari kelompok,
masyarakat.
Kebutuhan keamanan, stabilitas,
proteksi, struktur, hukum, keteraturan,
batas, bebas dari rasa takut dan cemas.
Dapat berupa:
(1) kebutuhan pekerjaan dan gaji yang
mantap, tabungan dan asuransi (askes
dan taspen),
(2) praktek beragama dan keyakinan
filsafat tertentu dapat membantu orang
untuk mengorganisir dunianya menjadi
lebih bermakna dan seimbang.
Kebutuhan homeostatik: makan,
minum, gula, garam, serta kebutuhan
seks, dan istirahat.
Empat kebutuhan dasar adalah kebutuhan karena kekurangan atau D-
needs (deficiency needs), sedangkan kebutuhan meta atau kebutuhan
aktualisasi diri adalah kebutuhan karena ingin berkembang, ingin berubah,
ingin bertransformasi menjadi lebih bermakna atau disebut B-needs (being
Deskripsi Kemampuan Berpikir..., Novita Ullil Albab, FKIP UMP, 2016
17
needs). Kebutuhan dasar berisi kebutuhan konatif, sedang kebutuhan meta
berisi kebutuhan estetik dan kebutuhan kognitif (Alwisol, 2009).
Metaneeds merupakan dorongan yang berbeda dari D-needs. D-needs
ialah dorongan untuk membereskan suatu kekurangan dalam organisme,
sedangkan metaneeds tidak diusahakan untuk memperbaiki kekurangan-
kekurangan atau mereduksi tegangan. Tujuannya ialah memperkaya dan
memperluas pengalaman hidup, meningkatkan kesenangan dan kegembiraan
yang luar biasa dalam hidup. Cita-citanya ialah meningkatkan tegangan melalui
bermacam-macam pengalaman baru yang menantang (Schultz, 1991).
Pemisahan kebutuhan tidak berarti masing-masing bekerja secara
eksklusif, tetapi secara tumpang tindih sehingga seseorang bisa dimotivasi oleh
dua kebutuhan atau lebih. Tidak ada orang yang basic need-nya terpuaskan
100%. Menurut Maslow (Alwisol, 2009), rata-rata orang terpuaskan kebutuhan
fisiologisnya sampai 85%, kebutuhan keamanan terpuaskan 70%, kebutuhan
dicintai dan mencintai terpuaskan 50%, self esteem terpuaskan 40%, dan
kebutuhan aktualisasi terpuaskan sampai 10%. Dikatakan oleh Maslow (Goble,
1987) bahwa pribadi yang teraktualisasi dirinya dilukiskan sebagai pribadi
yang menggunakan dan memanfaatkan bakat, kapasitas, dan potensi yang
dimilikinya secara penuh untuk memenuhi dirinya dan melakukan yang terbaik
yang dapat dilakukannya.
Aktualisasi diri oleh Rogers (Schultz, 1991) diartikan sebagai proses
menjadi diri sendiri dan mengembangkan sifat-sifat serta potensi psikologis
yang dimiliki individu yang unik. Keunikan potensi psikologis membuat proses
Deskripsi Kemampuan Berpikir..., Novita Ullil Albab, FKIP UMP, 2016
18
dan pencapaian aktualisasi diri setiap individu berbeda antara individu yang
satu dengan yang lain. Pencapaian dari aktualisasi diri diperoleh dengan
melakukan dan mengembangkan berbagai macam kegiatan yang
menyenangkan dan bermakna. Pengalaman dan belajar khususnya pada masa
kanak-kanak menjadi faktor yang mempengaruhi perkembangan seseorang
dalam melakukan aktualisasi diri. Seiring berjalannya waktu, aktualisasi diri
mengalami pergeseran dari fisiologis ke psikologis karena aktualisasi diri
merupakan proses yang akan terus berlangsung dan berjalan dinamis.
Pencapaian aktualisasi diri merupakan penggambaran yang optimistis
dari corak kehidupan yang ideal. Meskipun mencapai aktualisasi diri
memerlukan banyak syarat yang tidak mudah untuk memenuhinya, Maslow
menyebutkan bahwa syarat utamanya adalah terpuaskannya kebutuhan-
kebutuhan dasar dengan baik. Sebagai patokan atau standar untuk mengukur
kemajuan diri, Maslow menjelaskan 15 ciri orang yang sudah
mengaktualisasikan dirinya (Kuswara, 1991).
1. Mengamati realitas secara efisien
Ciri yang paling menonjol dari orang-orang yang telah mencapai
aktualisasi dirinya (self-actualized) adalah kemampuannya dalam
mengamati realita dengan cermat dan efisien, melihat realitas apa adanya
tanpa campuran keinginan atau harapan pribadi. Oleh karena itu, orang
yang self-actualized bisa menemukan kebohongan, kepalsuan, dan
kecurangan pada diri orang lain dengan mudah. Pengamatan-pengamatan
tersebut juga tidak dipengaruhi oleh kecemasan, prasangka, atau
Deskripsi Kemampuan Berpikir..., Novita Ullil Albab, FKIP UMP, 2016
19
optimisme dan pesimisme yang baru. Mereka juga mampu meramalkan
kejadian-kejadian yang akan datang dengan tepat dan bisa mentoleransi
ambiguitas dan ketidaktentuan dengan lebih baik daripada orang lain pada
umumnya.
2. Penerimaan atas diri sendiri, orang lain, dan kodrat
Orang-orang yang self-actualized menaruh hormat terhadap dirinya
sendiri dan orang lain, serta mampu menerima kodrat dengan segala
kelebihan dan kekurangannya. Mereka juga bebas dari perasaan malu yang
tidak beralasan dan rasa cemas yang melemahkan. Penerimaan juga
dicerminkan dalam tahap fisiologisnya. Orang-orang yang self-actualized
biasanya memiliki cita rasa, makan, dan tidur dengan baik, serta
menikmati kehidupannya tanpa hambatan. Proses-proses biologis seperti
kehamilan, menstruasi, menjadi tua, dll mereka terima dengan lapang dada
sebagai bagian dari kodrat.
3. Spontan, sederhana, dan wajar
Spontanitas, kesederhanaan, dan kewajaran orang-orang yang self-
actualized bersumber dari dalam dirinya dan bukan sesuatu yang hanya
terlihat dari luarnya saja. Mereka adalah orang-orang yang hidup dan
bekerja dalam kerangka acuan yang luas, melampaui batas-batas aturan
dan ketentuan lingkungan. Oleh karena itu, mereka akan menunjukkan
otonominya bila mereka merasa terhambat dalam pengerjaan proyek
vitalnya.
4. Terpusat pada masalah
Deskripsi Kemampuan Berpikir..., Novita Ullil Albab, FKIP UMP, 2016
20
Maslow menemukan bahwa orang-orang yang self-actualized adalah
orang-orang yang selalu terlibat secara mendalam pada tugas, pekerjaan,
atau misi yang menurut mereka penting. Hal ini bukan berarti mereka
egosentris, tetapi mereka berorientasi pada masalah melampaui kebutuhan-
kebutuhan mereka sendiri karena dedikasi mereka terhadap tugas atau
pekerjaan sangat tinggi. Orang-orang yang self-actualized juga
memperhatikan masalah-masalah filsafat dan etika secara mendalam
sehingga menjadikan mereka hidup dalam kerangka acuan yang seluas-
luasnya serta tidak mudah risau oleh hal remeh temeh yang tidak berarti.
5. Pemisahan diri dan kebutuhan privasi
Kebutuhan privasi orang-orang self-actualized lebih besar daripada
orang pada umumnya. Mereka tidak membutuhkan orang lain dalam
persahabatan biasa karena mereka pecaya sepenuhnya atas potensi-potensi
dan otonomi yang mereka miliki. Oleh sebab itu, orang yang self-
actualized sering dianggap memisahkan diri, hati-hati, sombong, dan
dingin. Namun dibalik kebutuhan privasinya, mereka memiliki keramahan
yang tulus dan kemampuan konsentrasi yang kuat dibandingkan rata-rata
orang.
6. Kemandirian dari kebudayaan dan lingkungan
Orang-orang self-actualized tidak menggantungkan kepuasan-
kepuasannya kepada lingkungan dan orang lain karena mereka lebih
bergantung pada potensi mereka sendiri bagi perkembangan dan
pertumbuhannya. Mereka juga mampu mempertahankan ketenangan
Deskripsi Kemampuan Berpikir..., Novita Ullil Albab, FKIP UMP, 2016
21
jiwanya dalam situasi yang bisa menjatuhkan orang lain. Kemandirian
orang-orang orang-orang self-actualized menjadikan mereka memiliki
kadar arah diri yang tinggi, mereka memandang diri mereka sebagai agen
yang aktif, merdeka, bertanggung jawab, dan pendisiplin diri untuk
menentukan nasibnya sendiri. Mereka cenderung menghindarkan diri dari
penghormatan, status, prestise, dan popularitas karena kepuasan yang
berasal dari luar diri itu mereka anggap kurang penting.
7. Kesegaran dan apresiasi
Orang-orang self-actualized menghargai hal-hal yang pokok dalam
kehidupan dengan rasa kagum, gembira, dan bahkan heran, meski bagi
orang lain hal-hal tersebut membosankan. Bagi orang-orang self-actualized,
kehidupan yang rutin akan tetap menjadi fenomena baru yang mereka
hadapi dengan “keharuan”, kesegaran, dan apresiasi.
8. Pengalaman puncak atau pengalaman mistik
Pengalaman puncak adalah menunjuk pada momen-momen dari
perasaan yang mendalam dan meninggikan tegangan yang diperoleh dari
kreativitas, pemahaman, penemuan, dan penyatuan diri dengan alam.
Maslow menegaskan bahwa pengalaman puncak tidak harus berupa
pengalaman keagamaan atau spiritual karena pengalamn puncak bisa
didapatkan melalui buku, musik, dan kegiatan-kegiatan intelektual.
9. Minat sosial
Orang-orang self-actualized mengalami ikatan perasaan yang
mendalam dengan sesamanya. Mereka memiliki hasrat yang tulus untuk
Deskripsi Kemampuan Berpikir..., Novita Ullil Albab, FKIP UMP, 2016
22
membantu memperbaiki sesamanya. Bagi orang-orang self-actualized,
bagaimanapun cacat atau bodohnya, manusia adalah sesama yang selalu
mengundang simpati dan persaudaraan.
10. Hubungan antar pribadi
Orang-orang self-actualized menciptakan hubungan antarpribadi
yang lebih mendalam dibandingkan dengan kebanyakan orang. Mereka
cenderung membangun hubungan dekat dengan orang-orang yang
memiliki kesamaan karakter, kesanggupan, dan bakat, maka dari itu
lingkup persahabatan mereka relatif kecil. Apabila mereka dipaksa masuk
ke dalam pergaulan yang menyulitkan, mereka akan tetap tenang sambil
berusaha untuk menghindar sebisanya.
11. Berkarakter demokratis
Orang-orang self-actualized memiliki karakter demokratis yang
terbaik karena mereka terbebas dari prasangka dan cenderung menaruh
hormat kepada semua orang. Mereka mau belajar dari siapa saja tanpa
memandang derajat, pendidikan, usia, ras, ataupun keyakinan-keyakinan
politik. Orang-orang self-actualized tidak pernah berusaha merendahkan,
mengurangi arti, atau merusak martabat orang lain, tetapi pada saat yang
sama mereka juga memiliki penilaian mengenai benar-salah dan baik-
buruk yang tegas mengenai tingkah laku sesamanya.
12. Perbedaan antara cara dan tujuan
Dalam kehidupan sehari-harinya, orang-orang self-actualized jarang
menunjukkan kekacauan, ketidakkonsistenan, dan konflik-konflik dalam
Deskripsi Kemampuan Berpikir..., Novita Ullil Albab, FKIP UMP, 2016
23
hal benar-salah atau baik-buruk karena ereka memiliki standar moral dan
etika yang tegas. Mereka memiliki kemampuan membedakan antara cara
dan tujuan dan mereka pada umumnya terpusat pada tujuan. Orang-orang
self-actualized bisa menjadikan suatu kegiatan kecil yang rutin menjadi
kegiatan yang menyenangkan.
13. Rasa humor yang filosofis
Ciri lain yang umum pada orang-orang self-actualized adalah
memiliki rasa humor yang filosofis (sense of phylosophical humor).
Dengan rasa humornya yang filosofis, mereka menyukai humor yang
mengekspresikan kritik atas kebodohan, kelancungan, atau kecurangan
manusia daripada humor yang bertolak dari kelemahan dan penderitaan
orang lain yang banyak disukai kebanyakan orang.
14. Kreativitas
Maslow mengartikan kreativitas pada orang-orang self-actualized
sebagai suatu bentuk tindakan yang asli, naif, dan spontan seperti yang
sering dijumpai pada anak-anak yang masih polos dan jujur. Kreativitas ini
pada umumnya dimanifestasikan dalam kegiatan-kegiatan mereka dalam
bidang seni atau ilmu pengetahuan. Kreativitas menurut Maslow tidak
harus selalu berupa penciptaan karya-karya seni, penelitian buku, atau
penciptaan karya-karya ilmiah yang berat dan serius, tetapi bisa juga
berupa penciptaan sesuatu yang sederhana. Pada dasarnya kreativitas itu
berkisar pada daya temu dan penemuan hal-hal baru yang menyimpang
atau berbeda dari gagasan lama.
Deskripsi Kemampuan Berpikir..., Novita Ullil Albab, FKIP UMP, 2016
24
15. Penolakan enkulturasi
Orang-orang self-actualized merupakan orang-orang otonom yang
bisa dan berani membuat keputusan sendiri meskipun keputusannya itu
berbeda atau bertentangan dengan pendapat umum. Hal ini bukan berarti
mereka adalah pembangkang, melainkan mereka adalah orang-orang yang
selalu berusaha mempertahankan pendirian-pendirian tertentu dan tidak
begitu terpengaruh oleh kebudayaan masyarakatnya. Mereka bisa
menyesuaikan diri dengan kebudayaannya, juga bisa patuh pada
kebiasaan-kebiasaan yang berlaku di lingkungannya, tetapi bagaimanapun
mereka akan menunjukkan diri sebagai orang yang independen dan tak
terikat secara ekstrem pada hal-hal yang mendasar.
Secara umum, Maslow (Schultz, 1991) mengemukakan sifat-sifat
pengaktualisasi diri terdiri atas: (1) Individu telah terpuaskan kebutuhan-
kebutuhan pada tingkat sebelumnya, yaitu kebutuhan fisiologis, rasa aman,
cinta dan rasa memiliki, serta penghargaan; (2) Individu terbebas dari psikosis,
neurosis, atau gangguan-gangguan patologis lain karena hal-hal tersebut akan
menghambat dalam mengaktualisasi diri; (3) Individu tersebut merupakan
model pematangan dan kesehatan serta memenuhi diri dengan menggunakan
kapasitas dan kualitasnya secara penuh; (4) Individu tersebut mengetahui
tentang dirinya dan mengetahui tujuan hidupnya sehingga ia lebih terarah
dalam mengaktualisasi dirinya; (5) Pengaktualisasi diri pada umumnya adalah
orang yang telah setengah tua atau lebih tua. Orang yang lebih muda dianggap
tidak mengembangkan perasaan yang kuat akan identitas dan otonomi, serta
Deskripsi Kemampuan Berpikir..., Novita Ullil Albab, FKIP UMP, 2016
25
pengabdian diri karena orang yang lebih muda sedang menuju ke arah
kematangan. Walaupun demikian, orang yang lebih muda mempunyai
kecenderungan untuk tumbuh dengan baik ke arah aktualisasi diri yang
memungkinnya untuk mencapai aktualisasi diri pada usia yang lebih tua.
Sifat-sifat pengaktualisasi diri juga dikemukakan oleh Rogers (Schultz,
1991; Baihaqi, 2008) yaitu: (1) Keterbukaan pada pengalaman, lawan dari
sikap defensif sehingga seorang bebas untuk mengalami semua perasaan dan
sikap tanpa adanya suatu hala yang harus dilawan karena tidak ada yang
mengancam; (2) Kehidupan eksistensial, yaitu kecenderungan seseorang untuk
hidup sepenuhnya dalam setiap momen kehidupan sehingga ada kegembiraan
pada setiap pengalaman tersebut karena setiap pengalaman dirasa segar dan
baru; (3) Kepercayaan terhadap diri sendiri karena data yang digunakan untuk
mencapai keputusan adalah tepat dan seluruh kepribadian mengambil bagian
dalam proses pembuatan keputusan tersebut; (4) Perasaan bebas untuk memilih
dan bertindak. Seseorang akan melihat adanya banyak pilihan dalam
kehidupannya dan merasa mampu melakukan sesuatu yang diinginkannya; (5)
Kreativitas. Adanya perasaan yang bebas membuat orang yang
mengaktualisasikan diri akan bertingkah laku yang spontan, berubah, tumbuh,
dan berkembang sebagai respon atas stimulus-stimulus kehidupan yang
beraneka ragam.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
aktualisasi diri adalah proses perkembangan dan penggunaan bakat, kapasitas,
serta potensi psikologis yang dimiliki individu dengan melakukan yang terbaik
Deskripsi Kemampuan Berpikir..., Novita Ullil Albab, FKIP UMP, 2016
26
yang dapat mengembangkan kemampuan lainnya. Peneliti menggunakan sifat-
sifat pengaktualisasi diri dari Maslow dan menyimpulkan bahwa sifat-sifat
pengaktualisasi diri antara lain: mengamati realitas secara efisien; penerimaan
atas diri sendiri, orang lain, dan kodrat; spontan, sederhana, dan wajar; terpusat
pada masalah; pemisahan diri dan kebutuhan privasi; kemandirian dari
kebudayaan dan lingkungan; kesegaran dan apresiasi; pengalaman puncak atau
pengalaman mistik; minat sosial; hubungan antar pribadi; berkarakter
demokratis; perbedaan antara cara dan tujuan; rasa humor yang filosofis;
kreativitas; dan penolakan enkulturasi. Pada penelitian ini, aspek-aspek
tersebut akan diperingkas menjadi tujuh aspek tanpa mengurangi maksud dan
pengertian aspek-aspek tersebut. Alasan peringkasan adalah untuk menghindari
tumpang tindih antara item satu dengan item yang lain dari aspek yang berbeda
sehingga aspek-aspek yang pengertiannya hampir sama peneliti jadikan satu
aspek. Ketujuh dari ringkasan aspek-aspek tersebut yaitu: (a) Pengamatan
realitas secara efisien dan kepercayaan terhadap organisme orang sendiri; (b)
Berfungsi secara otonom dan resistensi terhadap inkulturasi serta memiliki
perasaan bebas; (c) Minat dan hubungan sosial yang baik; (d) Kreatif dan
humoris; (e) Spontan, wajar, dan demokratis; (f) Fokus terhadap masalah di
luar dirinya dan dapat membedakan sarana dan tujuan; (g) Menjalani
pengalaman puncak dan apresiasi yang mendalam dan keterbukaan pada
pengalaman.
Deskripsi Kemampuan Berpikir..., Novita Ullil Albab, FKIP UMP, 2016
27
C. Penelitian Relevan
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Nurmasari, Kusmayadi, dan
Riyadi (2013), dapat disimpulkan bahwa bahwa siswa laki-laki memenuhi
empat indikator berpikir kreatif yaitu pada indikator kelancaran, keluwesan,
keaslian, dan menilai; serta kurang memenuhi satu indikator berpikir kreatif
yaitu pada indikator penguraian. Dari siswa perempuan disimpulkan bahwa
siswa perempuan memenuhi tiga indikator berpikir kreatif yaitu pada indikator
kelancaran, keluwesan, dan keaslian; serta tidak memenuhi dua indikator
berpikir kreatif yaitu pada indikator penguraian dan menilai. Persamaan dengan
penelitian yang telah dilaksanakan adalah sama-sama mendeskripsikan
kemampuan berpikir matematis siswa. Perbedaannya adalah kemampuan
berpikir matematis siswa tersebut dianalisa berdasarkan gender.
Rahmatina, Sumarmo, dan Johar (2013) dalam penelitiannya
menyimpulkan bahwa siswa yang bergaya kognitif reflektif memenuhi ketiga
indikator berpikir kreatif yang ditetapkan, yaitu kefasihan, fleksibilitas, dan
kebaruan. Siswa yang bergaya kognitif impulsif cukup fasih tetapi tidak
fleksibel dalam menyelesaikan masalah dan tidak bisa memberikan solusi yang
baru. Persamaan dengan penelitian yang telah dilaksanakan adalah sama-sama
mendeskripsikan kemampuan berpikir matematis siswa. Perbedaannya adalah
kemampuan berpikir matematis siswa tersebut dianalisa berdasarkan gaya
kognitif reflektif dan impulsif.
Penelitian Ingkansari (2006) menyimpulkan bahwa prestasi belajar
matematika siswa yang memiliki aktualisasi diri tinggi lebih baik dibandingkan
Deskripsi Kemampuan Berpikir..., Novita Ullil Albab, FKIP UMP, 2016
28
siswa yang memiliki aktualisasi diri sedang dan rendah sedangkan siswa yang
memiliki aktualisasi diri sedang dan rendah mempunyai prestasi belajar
matematika yang sama baik. Persamaan dengan penelitian yang telah
dilaksanakan adalah sama-sama melihat pengaruh aktualisasi diri.
Perbedaannya adalah aktualisasi diri digunakan untuk mendeskripsikan
kemampuan berpikir matematis siswa.
Berdasarkan kajian peneliti terdahulu, maka peneliti mengangkat judul
Deskripsi Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis dan Aktualisasi Diri Siswa
di SMP Ma‟arif NU Paguyangan.
D. Kerangka Pikir
Berpikir kreatif dipandang sebagai satu kesatuan atau kombinasi dari
berpikir logis dan berpikir divergen untuk menghasilkan ide baru. Berpikir
kreatif matematis diartikan sebagai suatu kegiatan mental yang digunakan
seseorang untuk membangun ide atau gagasan baru yang menekankan pada
aspek kefasihan, fleksibilitas, dan kebaruan. Ide yang dimaksud adalah ide
dalam memecahkan masalah matematika dengan tepat atau sesuai dengan
perintahnya.
Mengembangkan berpikir kreatif bukan hanya ditujukan untuk
meningkatkan prestasi belajar matematika tetapi juga untuk menunjang aspek
kehidupan lainnya. Kemampuan berpikir kreatif tidak hanya meningkatkan
kecakapan akademik tetapi juga kecakapan personal, meliputi kesadaran diri
dan keterampilan berpikir, serta kecakapan sosial.
Deskripsi Kemampuan Berpikir..., Novita Ullil Albab, FKIP UMP, 2016
29
Kreativitas dan aktualisasi diri saling berhubungan karena aktualisasi diri
merupakan proses perkembangan dan penggunaan bakat, kapasitas, serta
potensi psikologis yang dimiliki individu dengan melakukan yang terbaik yang
dapat mengembangkan kemampuan lainnya. Aktualisasi diri perlu dimiliki
setiap orang karena dengan aktualisasi diri seseorang akan mengembangkan
potensi yang dimilikinya secara maksimal, menjadi kreatif, terus
mengembangkan diri, dan menjadi lebih baik.
Perbedaan cara berpikir siswa dalam pembelajaran matematika di
sekolah perlu mendapatkan perhatian dari guru. Setiap siswa di kelas juga
memiliki berbagai perbedaan motivasi dalam mencapai keberhasilan dalam
pembelajaran. Hal ini dikarenakan aktualisasi diri masing-masing siswa yang
berbeda. Salah satu sifat pengaktualisasi diri adalah kreativitas. Oleh karena itu,
siswa dengan aktualisasi diri yang berbeda-beda akan mempunyai kemampuan
berpikir kreatif yang berbeda-beda pula.
Deskripsi Kemampuan Berpikir..., Novita Ullil Albab, FKIP UMP, 2016
30
Deskripsi Kemampuan Berpikir..., Novita Ullil Albab, FKIP UMP, 2016