sistem locomotorium (novita eka j)

30
SISTEM LOKOMOTORIUM BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Di dunia industri yang sudah modern ini, tenaga manusia masih tetap dibutuhkan. Sistem kerja manusia yang biasanya terus menerus dan monoton mengakibatkan sakit yang disebut penyakit akibat kerja (PAK). Kerja yang monoton dan terus-menerus ini akan mengakibatkan PAK utamanya pada system lokomotorium atau system gerak. Selain fakor pekerjaan yang monoton dan terus- menerus, posisi kerja seperti posisi berdiri, posisi duduk, dan factor ergonomis alat kerja yang digunakan juga sangat berpengaruh menyebabkan PAK system lokomotorium. Penyakit tulang adalah salah satu penyakit yang paling sering dikeluhkan oleh pekerja sehingga perusahaan perlu mengeluarkan uang yang cukup besar untuk semua keluhan penyakit tulang pegawainya. Untuk menanggulangi PAK lokomotorium, maka perlu diketahui jenis2 penyakitnya, penyebabnya, serta cara pengobatan dan cara mengatasinya. I.2. Tujuan Tujuan dari dibuatnya makalah ini ialah untuk: 1. Mengetetahui system lokomotorium pada tubuh manusia 2. Mengetahui penyakit yang timbul akibat kerja pada system lokomotorium pada manusia 3. Mengetahui cara mengantisipasi PAK pada system lokomotorium pada manusia 48

Upload: dyan-hatining-ayu-s

Post on 01-Jan-2016

61 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Sistem Locomotorium (Novita Eka J)

SISTEM LOKOMOTORIUM

BAB IPENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Di dunia industri yang sudah modern ini, tenaga manusia masih tetap dibutuhkan. Sistem kerja manusia yang biasanya terus menerus dan monoton mengakibatkan sakit yang disebut penyakit akibat kerja (PAK). Kerja yang monoton dan terus-menerus ini akan mengakibatkan PAK utamanya pada system lokomotorium atau system gerak.

Selain fakor pekerjaan yang monoton dan terus-menerus, posisi kerja seperti posisi berdiri, posisi duduk, dan factor ergonomis alat kerja yang digunakan juga sangat berpengaruh menyebabkan PAK system lokomotorium. Penyakit tulang adalah salah satu penyakit yang paling sering dikeluhkan oleh pekerja sehingga perusahaan perlu mengeluarkan uang yang cukup besar untuk semua keluhan penyakit tulang pegawainya.

Untuk menanggulangi PAK lokomotorium, maka perlu diketahui jenis2 penyakitnya, penyebabnya, serta cara pengobatan dan cara mengatasinya.

I.2. Tujuan

Tujuan dari dibuatnya makalah ini ialah untuk:

1. Mengetetahui system lokomotorium pada tubuh manusia2. Mengetahui penyakit yang timbul akibat kerja pada system lokomotorium

pada manusia3. Mengetahui cara mengantisipasi PAK pada system lokomotorium pada

manusia4. Mengetahui pengobatan penyakit yang terjadi pada system lokomotorium

pada manusia

I.3. Rumusan Masalah

Masalah utama yang dibahas dalam makalah ini ialah

1. Apa yang dimaksud dengan system lokomotorium pada tubuh manusia?2. Apa penyakit yang timbul akibat kerja pada system lokomotorium pada

manusia?3. Bagaimana cara mengantisipasi PAK pada system lokomotorium pada

manusia?

48

Page 2: Sistem Locomotorium (Novita Eka J)

SISTEM LOKOMOTORIUM

4. Bagaimana cara mengobati penyakit yang terjadi pada system lokomotorium manusia?

I.4. Manfaat

Dengan dibuatnya makalah ini, maka manfaat yang dihasilkan adalah:

1. Pembaca dapat mengetahui dan mempelajari system lokomotorium pada tubuh manusia

2. Pembaca dapat mengetahui penyakit yang timbul akibat kerja pada system lokomotorium pada manusia

3. Pembaca dapat mengetahui cara mengantisipasi PAK pada system lokomotorium pada manusia

4. Pembaca dapat mengetahui pengobatan penyakit yang terjadi pada system lokomotorium pada manusia

49

Page 3: Sistem Locomotorium (Novita Eka J)

SISTEM LOKOMOTORIUM

BAB IITEORI

II.1. Sistem Lokomotorium

Sistem rangka atau system lokomotorium adalah suatu sistem organ yang memberikan dukungan fisik pada makhluk hidup. Sistem rangka umumnya dibagi menjadi tiga tipe: eksternal, internal, dan basis cairan (rangka hidrostatik), walaupun sistem rangka hidrostatik dapat pula dikelompokkan secara terpisah dari dua jenis lainnya karena tidak adanya struktur penunjang. Rangka manusia dibentuk dari tulang tunggal atau gabungan (seperti tengkorak) yang ditunjang oleh struktur lain seperti ligamen, tendon, otot, dan organ lainnya. Rata-rata manusia dewasa memiliki 206 tulang, walaupun jumlah ini dapat bervariasi antara individu.

Rangka tubuh manusia dikelompokkan atas dua bagian yaitu:

A. Skeleton aksial

Terdiri atas sekelompok tulang yang menyusun poros tubuh dan memberikan dukungan dan perlindungan pada organ di kepala, leher dan badan.

Macam-macam skeleton aksial yaitu:

1. Tulang tengkorak bagian kepala terdiri dari:

bagian parietal --> tulang dahi

bagian temporal --> tulang samping kiri kanan kepala dekat telinga

bagian occipitas --> daerah belakang daritengkorak

bagian spenoid --> berdekatan dengan tulang rongga mata, seperti tulang baji

bagian ethmoid --> tulang yang menyususn rongga hidung

Tulang Tengkorak Tulang-tulang tengkorak merupakan tulang yang menyusun kerangka kepala. Tulang tengkorak tersusun atas 8 buah tulang yang menyusun kepala dan empat belas tulang yang menyusun bagian wajah. tulang tengkorak bagian kepala merupakan bingkai pelindung dari otak. Sendi yang

50

Page 4: Sistem Locomotorium (Novita Eka J)

SISTEM LOKOMOTORIUM

terdapat diantara tulang-tulang tengkorak merupakan sendi mati yang disebut sutura.

2, Tulang tengkorak bagian wajah terdiri dari:

rahang bawah --> menempel pada tulang tengkorak bagian temporal. hal tersebut merupakan satu-satunya hubungan antar tulang dengan gerakan yang lebih bebas

Rahang bawah --> menyusun sebagian dari hidung, dan langit-langit

palatinum (tulang langit-langit) --> menyusun sebagian dari rongga hidung dan bagian atas dari atap rongga mulut

zigomatik --> tulang pipi

tulang hidung

Tulang lakrimal --> sekat tulang hidung.

3. Tulang dada

Tulang dada termasuk tulang pipih, terletak di bagian tengah dada. pada sisi kiri dan kanan tulang dada terdapat tempat lekat dari rusuk. bersama-sama dengan rusuk, tulang dada memberikan perlindungan pada jantung, paru-paru dan pembuluh darah besar dari kerusakan Tulang dada tersusun atas 3 tulang yaitu:

tulang hulu / manubrium. terletak di bagian atas dari tulang dada, tempat melekatknya tulang rusuk yang pertama dan kedua

Tulang badan / gladiolus, terletak dibagian tengah, tempat melekatnya tulang rusuk ke tiga sampai ke tujuh, gabungan tulang rusuk ke delapan sampai sepuluh.

Tulang taju pedang / xiphoid process, terletak di bagian bawah dari tulang dada. Tulang ini terbentuk dari tulang rawan.

4. Tulang rusuk

Tulang rusuk berbentuk tipis, pipih dan melengkung. bersama-sama dengan tulang dada membentuk rongga dada untuk melindungi jantung dan paru-paru. Tulang rusuk dibedakan atas tiga bagian yaitu:

Tulang rusuk sejati berjumlah tujuh pasang. Tulang-tulang rusuk ini pada bagian belakang berhubungan dengan ruas-ruas tulang belakang

51

Page 5: Sistem Locomotorium (Novita Eka J)

SISTEM LOKOMOTORIUM

sedangkan ujung depannya berhubungan dengan tulang dada dengan perantaraan tulang rawan

Tulang rusuk palsu berjumlah 3 pasang. Tulang rusuk ini memiliki ukuran lebih pendek dibandingkan tulang rusuk sejati. Pada bagian belakang berhubungan dengan ruas-ruas tulang belakang sedangkan ketiga ujung tulang bagian depan disatukan oleh tulang rawan yang melekatkannya pada satu titik di tulang dada

Rusuk melayang berjumlah 2 pasang. Tulang rusuk ini pada ujung belakang berhubungan dengan ruas-ruas tulang belakang, sedangkan ujung depannya bebas.

Tulang rusuk memiliki beberapa fungsi diantaranya:

a). melindungi jantung dan paru-paru dari goncangan.

b). melindungi lambung, limpa dan ginjal, dan

c). membantu pernapasan.

5. Ruas-ruas tulang belakang

Ruas-ruas tulang belakang disebut juga tulang belakang disusun oleh 33 buah tulang dengan bentuk tidak beraturan. ke 33 buah tulang tersebut terbagai atas 5 bagian yaitu:

tujuh ruas pertama disebut tulang leher. ruas pertama dari tulang leher disebut tulang atlas, dan ruas kedua berupa tulang pemutar atau poros. bentuk dari tulang atlas memungkinkan kepala untuk melakukan gerakan.

Dua belas ruas berikutnya membentuk tulang punggung. Ruas-ruas tulang punggung pada bagian kiri dan kanannya merupakan tempat melekatnya tulang rusuk.

Lima ruas berikutnya merupakan tulang pinggang. Ukuran tulang pinggang lebih besar dibandingkan tulang punggung. Ruas-ruas tulang pinggang menahan sebagian besar berat tubuh dan banyak melekat otot-otot.

Lima ruas tulang kelangkangan (sacrum), yang menyatu, berbentuk segitiga terletak dibawah ruas-ruas tulang pinggang.

bagian bawah dari ruas-ruas tulang belakang disebut tulang ekor (coccyx), tersusun atas 3 sampai dengan 5 ruas tulang belakang yang menyatu.

52

Page 6: Sistem Locomotorium (Novita Eka J)

SISTEM LOKOMOTORIUM

Ruas-ruas tulang belakang berfungsi untuk menegakkan badan dan menjaga keseimbangan. menyokong kepala dan tangan, dan tempat melekatnya otot, rusuk dan beberapa organ.

B. Skeleton apendikular

Tersusun atas tulang tulang yang merupakan tambahan dari skeleton axial. Skeleton axial terdiri dari :

Anggota gerak atas

anggota gerak bawah

gelang bahu

gelang panggung

bagian akhir dari ruas-ruas tulang belakang seperti sakrum dan tulang coccyx

1. Tulang anggota gerak atas (extremitas superior)

Tulang penyusun anggota gerak atas tersusun atas:

1. Humerus / tulang lengan atas. Termasuk kelompok tulang panjang /pipa, ujung atasnya besar, halus, dan dikelilingi oleh tulang belikat. pada bagian bawah memiliki dua lekukan merupakan tempat melekatnya tulang radius dan ulna

2. Radius dan ulna / pengumpil dan hasta. Tulang ulna berukuran lebih besar dibandingkan radius, dan melekat dengan kuat di humerus. Tulang radius memiliki kontribusi yang besar untuk gerakan lengan bawah dibandingkan ulna.

3. karpal / pergelangan tangan. tersusun atas 8 buah tulang yang saling dihubungkan oleh ligamen

4. metakarpal / telapak tangan. Tersusun atas lima buah tangan. Pada bagian atas berhubungan dengan tulang pergelangan tangan, sedangkan bagian bawah berhubungan dengan tulang-tulang jari (palanges)

5. Palanges (tulang jari-jari). tersusun atas 14 buah tulang. Setiap jari tersusun atas tiga buah tulang, kecuali ibu jari yang hanya tersusun atas 2 buah tulang.

53

Page 7: Sistem Locomotorium (Novita Eka J)

SISTEM LOKOMOTORIUM

2. Tulang anggota gerak bawah (ekstremitas inferior)

Tulang anggota gerak bawah disusun oleh tulang:

1. Femur / tulang paha. Termasuk kelompok tulang panjang, terletak mulai dari gelang panggul sampai ke lutut.

2. Tibia dan fibula / tulang kering dan tulang betis. Bagian pangkal berhubungan dengan lutut bagian ujung berhubungan dengan pergelangan kaki. Ukuran tulang kering lebih besar dinandingkan tulang betis karena berfungsi untuk menahan beban atau berat tubuh. Tulang betis merupakan tempat melekatnya beberapa otot

3. Patela / tempurung lutut. terletak antara femur dengan tibia, bentuk segitiga. patela berfungsi melindungi sendi lutut, dan memberikan kekuatan pada tendon yang membentuk lutut

4. Tarsal / Tulang pergelangan kaki. Termasuk tulang pendek, dan tersusun atas 8 tulang dengan salah satunya adalah tulang tumit.

5. Metatarsal / Tulang telapak kaki. Tersusun atas 5 buah tulang yang tersesun mendatar.

6. Palanges / tulang jari-jari tangan. Setiap jari tersusun atas 3 tulang kecuali tulang ibu jari atas 14 tulang.

3. Tulang gelang bahu (klavikula dan scapula / belikat dan selangka)

Tulang selangka berbentuk seperti huruf "S", berhubungan dengan tulang lengan atas (humerus) untuk membentuk persendian yang menghasilkan gerakan lebih bebas, ujung yang satu berhubungan dengan tulang dada sedangkan ujung lainnya berhubungan dengan tulang belikat.

Tulang belikat (skapula) berukuran besar, bentuk segitiga dan pipih, terletak pada bagian belakang dari tulang rusuk. Fungsi utama dari gelang bahu adalah tempat melekatnya sejumlah otot yang memungkinkan terjadinya gerakan pada sendi.

4. Gelang panggul

Tulang gelang panggul terdiri atas dua buah tulang pinggung. Pada anak anak tulang pinggul ini terpisah terdiri atas tiga buah tulang yaitu illium (bagian atas), tulang ischiun (bagian bawah) dan tulang pubis (bagian tengah). Dibagian belakang dari gelang panggul terdapat tulang sakrum yang merupakan bagian dari ruas-ruas tulang belakang. Pada bagian depan terdapat simfisis pubis merupakan jaringan ikat yang menghubungkan kedua tulang pubis. Fungsi gelang panggung

54

Page 8: Sistem Locomotorium (Novita Eka J)

SISTEM LOKOMOTORIUM

terutama untuk mendukung berat badan bersama-sama dengan ruas tulang belakang. melindungi dan mendukung organ-organ bawah, seperti kandung kemih, organ reproduksi, dan sebagai tempat tumbuh kembangnya janin.

Secara umum fungsi sistem rangka adalah membentuk kerangka yang kaku dengan jaringan-jaringan dan organ-organ yang melekat padanya. Sistem rangka melindungi organ-organ vital seperti otak yang dilindungi oleh tulang tengkorak, paru-paru dan jantung dilindungi oleh tulang dada dan tulang rusuk. Gerakan tubuh terbentuk dari kerjasama antara sistem rangka dengan otot, oleh sebab itu keduanya sering dikelompokkan menjadi satu nama yaitu sistem musculo-skeletal. rangka merupakan tempat melekatnya otot melalui perantaraan tendon. Antara tulang yang satu dengan tulang yang lain dikaitkan dengan perantaraan ligamen.

II.2. PAK

PAK (Penyakit Akibat Kerja) adalah penyakit atau gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja, dan diperoleh pada waktu melakukan pekerjaan.dan masyarakat umum biasanya tidak akan terkena. Berat ringannya penyakit atau cacat tergantung dari jenis dan tingkat sakit.

Dalam DEPKES RI pada tahun 2008, penyebab PAK digolongkan menjadi:

1. Golongan fisika, terdiri dari :Kebisingan,radiasi, suhu ekstrim, tekanan udara, vibrasi, penerangan.

2. Golongan kimiawi, yaitu semua bahan kimia dalam bentuk debu, uap, gas, larutan, kabut.

3. Golongan biologis, terdiri dari:Bakteri, virus, jamur, dll

4. Golongan fisiologis/ ergonomis, terdiri dari:Desain tempat kerja, beban kerja.

5. Golongan psikososial, terdiri dari:Stress psikis, monotoni kerja, tuntutan pekerjaan, dll

Berdasarkan dari data Direktorat Jendral BIna Pelayanan Medik DEPKES RI (2006-2008) mengenai kejadian penyakit akibat kerja di rumah sakit pada tahun 2005, 2006, 2007,

55

Page 9: Sistem Locomotorium (Novita Eka J)

SISTEM LOKOMOTORIUM

II.3. PAK Pada Sistem Lokomotorium

PAK pada system lokomotorium antara lain:

1. Kyphosis

Kyphosis adalah lengkungan ke depan punggung atas (bungkuk). Biasanya merujuk pada bungkuk yang berlebihan, lebih dari 40-45 derajat. Kyphosis dapat terjadi sebagai akibat dari perkembangan masalah; penyakit degeneratif, seperti radang sendi tulang belakang; osteoporosis dengan fraktur kompresi tulang belakang atau trauma pada tulang belakang. Ini dapat mempengaruhi anak-anak, remaja dan orang dewasa.

Kyphosis kasus ringan dapat menyebabkan beberapa masalah. Tapi kasus yang parah bisa mempengaruhi paru-paru, saraf dan jaringan dan organ lainnya, menyebabkan rasa sakit dan masalah lainnya. Pengobatan untuk kyphosis tergantung pada penyebab kelengkungan dan dampaknya.

56

Page 10: Sistem Locomotorium (Novita Eka J)

SISTEM LOKOMOTORIUM

Gejala kyphosis adalah postur tubuh membungkuk, sakit punggung ringan, nyeri tulang belakang, atau kelelahan.

Gambar 1. Kyphosis

2. Lordosis

Lordosis adalah suatu gangguan pada tulang belakang di mana tulang belakang melengkung ke belakang yang mengakibatkan penderita menjadi terlihat bongkok ke belakang.

Gambar 2. Lordosis

57

Page 11: Sistem Locomotorium (Novita Eka J)

SISTEM LOKOMOTORIUM

3. SkoliosisSkoliosis adalah suatu gangguan pada tulang belakang di mana

tulang belakang melengkung ke samping baik kiri atau kanan yang membuat penderita bungkuk kesamping.

Gambar 3. Skoliosis

4. SublubrikasiSublubrikasi adalah kelainan pada tulang belakang pada bagian

leher yang menyebabkan kepala penderita gangguan tersebut berubah arah ke kiri atau ke kanan.

5. Terkilir atau keseleoTerkilir atau keseleo adalah gangguan sendi akibat gerakan pada

sendi yang tidak biasa, dipaksakan atau bergerak secara tiba-tiba. Umumnya kesleo bisa menyebabkan rasa yang sangat sakit dan bengkak pada bagian yang keseleo.

58

Page 12: Sistem Locomotorium (Novita Eka J)

SISTEM LOKOMOTORIUM

6. ArtritisArtritis adalah radang sendi yang memberikan rasa sakit dan

terkadang terjadi perubahan posisi tulang. Salah satu contoh artritis yang terkenal adalah rematik.

Gambar 4. Artritis

7. AnkilosisAnkilosis adalah gangguan pada sendi di menyababkan sendi tidak

dapat digerakkan di mana ujung-ujung antar tulang serasa bersatu.8. Osteoporosis

Osteoporosis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan

berkurangnya massa tulang dan adanya perubahan mikro-arsitektur

jaringan tulang yang berakibat menurunnya kekuatan tulang dan

meningkatnya kerapuhan tulang, sehingga tulang mudah patah. Definisi

lain, osteoporosis adalah kondisi dimana tulang menjadi tipis, rapuh,

keropos, dan mudah patah akibat berkurangnya massa tulang yang terjadi

dalam waktu yang lama. Secara statistik, osteoporosis didefinisikan

sebagai keadaan dimana Densitas Mineral Tulang (DMT) berada di bawah

nilai rujukan menurut umur atau standar deviasi berada di bawah nilai

rata-rata rujukan pada usia dewasa muda (Depkes, 2002).

Osteoporosis dibagi menjadi dua golongan besar menurut

penyebabnya, yaitu:

Osteoporosis Primer adalah osteoporosis yang bukan disebabkan

oleh suatu penyakit (proses alamiah), dan Osteoporosis sekunder bila

disebabkan oleh berbagai kondisi klinis/penyakit, seperti infeksi tulang,

tumor tulang, pemakaian obat-obatan tertentu dan immobilitas yang lama.

59

Page 13: Sistem Locomotorium (Novita Eka J)

SISTEM LOKOMOTORIUM

Osteoporosis primer berhubungan dengan berkurangnya massa

tulang dan atau terhentinya produksi hormon (khusus perempuan)

disamping bertambahnya usia. Osteoporosis primer terdiri dari :

a) Osteoporosis Primer Tipe I

Sering disebut dengan istilah osteoporosis pasca menopause, yang terjadi

pada wanita pasca menopause. Biasanya wanita berusia 50-65 tahun,

fraktur biasanya pada vertebra (ruas tulang belakang), iga atau tulang

radius.

b) Osteoporosis Primer Tipe II

Sering disebut dengan istilah osteoporosis senil, yang terjadi pada usia

lanjut. Pasien biasanya berusia ≥70 tahun, pria dan wanita mempunyai

kemungkinan yang sama terserang, fraktur biasanya pada tulang paha.

Selain fraktur maka gejala yang perlu diwaspadai adalah kifosis dorsalis

bertambah, makin pendek dan nyeri tulang berkepanjangan.

Osteoporosis Sekunder

Osteoporosis sekunder, adalah osteoporosis yang disebabkan oleh

berbagai penyakit tulang (chronic rheumatoid, artritis, tbc spondilitis,

osteomalacia, dll), pengobatan steroid untuk jangka waktu yang lama,

astronot tanpa gaya berat, paralise otot, tidak bergerak untuk periode lama,

hipertiroid, dan lain-lain.

Gambar 5. Osteoporosis

60

Page 14: Sistem Locomotorium (Novita Eka J)

SISTEM LOKOMOTORIUM

II.4. Penyebab PAK pada Sistem Lokomotorium

Penyakit pada system lokomotorium disebabkan oleh antara lain:

Posisi yang kurang ergonomis

Pekerjaan yang monotone dan continue

Peralatan yang kurang ergonomis

Kurangnya vitamin D pada menu makanan

Terlalu lama dan sering membungkuk, mendongak, ataupun posisi miring

II.5. Penanggulangan

Untuk mengatasi segala PAK pada system lokomotorium ada beberapa cara menangulangi antara lain:

Beristirahat sejenak ketika merasa lelah

Jangan memaksakan diri mengerjakan sesuatu dengan posisi yang tidak nyaman

Gunakan peralan-peralatan yang ergonomis

Mengkonsumsi makanan yang bergizi dan mengandung vitamin D yang cukup

Melakukan pengontrolan kesehatan secara berkala

Untuk pengobatan, tergantung pada penyebab dan tanda-tanda dan gejala dari penyakitnya. Salah satu cara pengobatan adalah dengan latihan untuk memperkuat otot hingga jika tingkat sakit yang diderita cukup parah, maka akan dilakukan tindakan operasi.

61

Page 15: Sistem Locomotorium (Novita Eka J)

SISTEM LOKOMOTORIUM

BAB IIISTUDI KASUS

Membuat jamu merupakan usaha perorangan yang dilakukan oleh sebagian ibu rumah tangga di desa Geneng untuk mendapatkan penghasilan. Usaha ini menjadi usaha yang banyak dilakukan, karena tempat produksinya menjadi satu dengan rumah, pembuatannya hanya memerlukan tenaga kerja yang sedikit, menggunakan alat dan cara pengolahan yang tradisional. Pemasaran dilakukan dengan cara digendong. Tabel 1 menunjukkan hasil analisa univariant.

Berdasarkan distribusi frekuensi diketahui bahwa kebanyakan responden, sebanyak 83,3% mengalami nyeri punggung bawah. Pertambahan umur seseorang akan disertai dengan penurunan kapasitas fisik dan kemampuan fungsional. Salah satu gejala proses penuaan adalah terjadinya degenerasi tulang, yang dapat meningkatkan risiko nyeri punggung bawah. Hal ini terjadi pada saat seseorang berusia 40 tahun ke atas, sehingga kemampuan kerjanya menurun (Budiono, 2003).Responden yang berada pada 40 tahun sebanyak 43,3%, artinya orang berumur lebih dari 40 tahun lebih berisiko terpapar nyeri punggung bawah dibandingkan dengan orang yang berumur di bawah 40 tahun.

Masa kerja merupakan akumulasi aktivitas kerja seseorang yang dilakukan dalam jangka waktu panjang. Apabila aktivitas tersebut dilakukan terus-menerus dalam jangka waktu bertahun-tahun tentunya dapat mengakibatkan gangguan pada tubuh (Tobing, 1996). Penjual jamu gendong yang masa kerjanya lebih 5

62

Page 16: Sistem Locomotorium (Novita Eka J)

SISTEM LOKOMOTORIUM

tahun sebanyak 66,7%. Pekerja yang bekerja mengangkat dan membawa beban berat setiap hari, maka tulang belakangnya akan terus mengalami penekanan sehingga lama kelamaan sikap tubuhnya akan berubah. Perubahan ini terjadi sebagai akibat dari kebiasaan mereka bertumpu saat membawa beban. Cara bekerja di dalam waktu lama dengan sikap yang salah,dapat menyebabkan nyeri pinggang yang kronis (Tobing, 1996).

Lama menggendong beban berkaitan dengan lama pembebanan terhadap tulang punggung yang meningkatkan tekanan pada diskus sehingga terjadi kerusakan dan Tabel 1. Distribusi frekuensi responden berdasarkan variabel penelitian 64 berdampak nyeri di daerah punggung (Nurmianto, 1996). Sebanyak 90% penjual jamu gendong menggendong dagangannya selama lebih dari 2 jam. Hal ini berarti pembebanan pada tulang belakang semakin lama dan akan mempengaruhi paparan nyeri punggung bawah.Jadi semakin lama waktu yang digunakan untuk mengangkat beban, maka risiko terpapar nyeri punggung bawah semakin tinggi.

Hasil penelitian menunjukkan 86,7% penjual jamu gendong mengangkat beban yang beratnya lebih dari 10 kilogram. Semakin berat beban yang diangkat, tulang belakang akan bekerja semakin keras untuk menahan beban tersebut. Pembebanan berlebihan pada tulang belakang mengakibatkan tulang belakang menjadi rusak sampai terjadi Hernia Nukleus Pulposus yang merupakan salah satu faktor terjadinya nyeri punggung bawah (Nurmianto, 1996). Oleh karena itu, semakin berat beban yang diangkat, maka kemungkinan terpapar nyeri punggungbawah juga semakin besar.

Pekerjaan mengangkat dan mengangkut mempunyai risiko tinggi untuk mengakibatkan nyeri pungggung bawah karena kerusakan tulang belakang. Oleh karena itu diperlukan pencegahan kerusakan tulang belakang, salah satunya dengan memperhatikan teknik mengangkat beban (Sumakmur, 1989). Pada teknik mengangkat yang ergonomis, tumpuan beban terletak pada kedua kaki dan bukan pada tulang belakang atau punggung. Dengan demikian tulang belakang tidak harus bekerja keras menahan beban, sehingga kerusakan tulang belakang yang mungkin terjadi akan kecil, dan akan menurunkan risiko terpapar nyeri punggung bawah. Jadi semakin ergonomis teknik mengangkat yang digunakan untuk mengangkat beban, maka risiko terpapar nyeri punggung bawah semakin kecil. Berdasarkan penelitian, sebanyak 43,3% penjual jamu gendong telah menggunakan teknik yang ergonomis saat mengangkat beban.

Sikap duduk yang keliru akibat kursi yang tidak sesuai dengan antropometri tubuh, atau karena kesalahan posisi, dapat menambah tekanan pada punggung bawah dan merupakan penyebab utama masalah punggung (Soedarjatmi, 2003). Sebanyak 20% penjual jamu gendong telah bekerja dengan

63

Page 17: Sistem Locomotorium (Novita Eka J)

SISTEM LOKOMOTORIUM

sikap duduk yang ergonomis. Semakin ergonomis sikap kerja duduk, kemungkinan gangguan yang akan dialami organ viseral dan tulang punggung semakin kecil sehingga risiko terpapar nyeri pinggang menjadi rendah.

Berdasarkan hasil uji chi square, diketahui bahwa umur, masa kerja, lama mengangkat, berat beban dan teknik mengangkat tidak berhubungan dengan kejadian nyeri punggung bawah. Sedangkan sikap kerja duduk menunjukkan adanya hubungan yang signifikan dengan nyeri punggung bawah, sehingga variabel ini dilajutkan ke analisa regresi logistik. Hasil uji regresi logistic diperoleh p=0,029 (a=0,05), yang berarti sikap kerja duduk berpengaruh terhadap nyeri punggung bawah. Konstanta regresi logistik yang diperoleh adalah 1,199, sedangkan konstanta variabel sikap kerja duduk adalah -2,398.

Dari persamaan regresi logistik dapat diambil kesimpulan bahwa semakin kecil nilai sikap kerja duduk, yang berarti semakin ergonomis, maka kemungkinan terjadinya nyeri punggung bawah semakin tidak ada. Jika rasio sikap kerja duduk dianggap konstan, maka kemungkinan terjadinya nyeri punggung bawah akan menurun 0,091 (e-2,398) untuk setiap penurunan dalam rasio sikap kerja duduk.

Hasil uji statistik menunjukkan bahwa umur tidak berhubungan dengan kejadian nyeri punggung bawah. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian Horal dan Row yang menemukan bahwa kejadian nyeri punggung bawah lebih sering terjadi pada umur 40 tahun (Erdil, 1994). Penelitian Garg menunjukkan insiden nyeri punggung bawah tertinggi terjadi pada umur 35- 55 tahun dan semakin meningkat seiring dengan umur. Hal ini diperkuat penelitian Sorenson, dimana pada usia 35 tahun mulai terjadi nyeri punggung bawah dan akan semakin meningkat pada umur 55 tahun (Bridger, 1995).

Pada umur 30 tahun, pada terjadi perubahan postur tubuh, degenerasi diskus intervertebralis dan kerusakan jaringan sehingga cairan mudah keluar dari dalam. Selain itu terjadi penyempitan rongga diskus secara permanen serta hilangnya stabilitas segmen gerak. Kekuatan otot pada manusia, baik laki-laki maupun perempuan, akan mencapai puncak pada umur 25-35 tahun dan akan semakin menurun setelah melewati umur 35 tahun. Setiap orang berpotensi terpapar nyeri punggung bawah, akan tetapi risikonya akan meningkat pada umur 35 tahun karena kekuatan otot akan menurun disertai dengan adanya perubahan postur tubuh dan degenerasi (Rodahl, 1989).

64

Page 18: Sistem Locomotorium (Novita Eka J)

SISTEM LOKOMOTORIUM

Berdasarkan uji statistik penelitian, tidak ditemukan adanya hubungan antara masa kerja dengan nyeri punggung bawah (p=1,00 ,a=0,05). Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Boshuizen yang melaporkan bahwa responden dengan masa kerja lebih dari lima tahun mempunyai risiko lebih tinggi terpapar nyeri punggung bawah dibandingkan dengan responden dengan masa kerja kurang dari lima tahun. Hal ini dikarenakan pembebanan tulang belakang dalam waktu lama mengakibatkan rongga diskus menyempit secara permanen dan juga mengakibatkan degenerasi tulang belakang yang akan menyebabkan nyeri punggung bawah kronis (Bridger, 1995).

Namun penelitian terbaru menyatakan bahwa masa kerja lebih dari atau sama dengan dua tahun dianggap telah mampu memberikan kontribusi terhadap munculnya gangguan muskuloskeletal. Penelitian Bergquist, Ullman dan Larson menemukan 62% kasus nyeri punggung bawah akut terjadi pada pekerja dengan masa kerja satu tahun dan meningkat 18% pada masa kerja lebih dari dua tahun (Anonim, 2006).

Uji statistik penelitian, menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara lama menggendong dengan nyeri punggung bawah (p=0,433, a=0,05). Hal ini dikarenakan selama menggendong beban, responden menggunakan setagen atau korset yang membantu responden dalam mempertahankan posisi punggung dan tulang belakang agar tetap tegak sehingga dapat mengurangi risiko herniasi yang berdampak nyeri punggung bawah. Dengan tegaknya tulang belakang maka tekanan pada diskus intervertebralis menjadi berkurang, sehingga risiko kerusakan diskus yang berdampak pada nyeri punggung bawah menjadi kecil (Nurmianto, 1996). Selain itu, pada responden dengan lama menggendong dua jam atau lebih, bukan berarti selama itu dia terus menggendong beban dagangannya. Adakalanya dia harus meletakkan dagangannya untuk melayani pembeli.

Berat beban (p=0,538, a=0,05) tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan nyeri punggung bawah. Ini bertentangan dengan teori yang menyatakan semakin berat atau semakin bertambahnya beban maka akan mengganggu tulang belakang yang kemudian mengakibatkan nyeri punggung

65

Page 19: Sistem Locomotorium (Novita Eka J)

SISTEM LOKOMOTORIUM

bawah (Nurmianto, 1996). Ketidaksesuaian hasil penelitian dengan teori disebabkan karena berat beban yang diangkat oleh responden tidak konstan. Semakin lama dagangan yang dibawa responden semakin berkurang karena laku terjual, sehinggga secara otomatis berat beban juga berkurang. Pengurangan berat beban akan mengurangi pembebanan pada tulang belakang yang dapat mengakibatkan nyeri punggung bawah.

Disamping itu terdapat perbedaan standar lain yang menetapkan batasan angkat berbeda, untuk beban yang diangkat secara manual dan berulang. Seorang pekerja tidak diperbolehkan mengangkat beban lebih dari 25 kilogram tanpa alat, secara berulang dan selama lebih dari 4 jam (Nurmianto, 1996).

Teknik mengangkat beban (p=0,628, a=0,05) juga tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan nyeri punggung bawah. Berdasarkan teori, posisi mengangkat dan membawa beban mengakibatkan tulang belakang, terutama bagian bawah, mengalami pembebanan dan penekanan sehingga reponden merasakan ngilu atau nyeri di bagian tersebut. Nyeri itu dapat disebabkan karena kelelahan otot maupun karena tertekannya akar saraf akibat rusaknya jaringan pembungkus diskus intervertebralis (Suharto, 2005).

Hasil penelitian tidak sesuai dengan teori di atas dimungkinkan karena pengukuran gerakan fleksi, ektensi dan rotasi pada pinggang tidak dapat dilakukan dengan tepat. Setiap kali bekerja, responden tidak hanya mengangkat sekali tetapi berkali-kali. Namun pengamatan terhadap teknik responden dalam mengangkat hanya dilakukan sekali. Ada kemungkinan bahwa respoden yang telah dinilai mengangkat secara ergonomis pada saat pengamatan, tidak lagi mengangkat secara ergonomis setelah atau sebelum dilakukan pengamatan.

Sedangkan sikap kerja (p=0,041, a=0,05) menunjukkan adanya hubungan yang signifikan dengan nyeri punggung bawah dan juga berpengaruh terhadap kejadian nyeri punggung bawah. Hasil penelitian tersebut sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa sikap duduk yang salah (tidak ergonomis) akan meningkatkan risiko terpapar nyeri punggung bawah (Soedarjatmi, 2003).

Posisi kerja yang salah dan dipaksakan dapat menyebabkan mudah lelah sehingga kerja menjadi kurang efisien. Dalam jangka panjang dapat menyebabkan gangguan fisik dan psikologis dengan keluhan yang dirasakan pada punggung. Tekanan pada bagian tulang belakang akan meningkat pada saat duduk. Sikap duduk yang tegang lebih memerlukan aktivitas otot (Nurmianto, 1996).

Bekerja dalam posisi duduk itu sendiri telah menimbulkan kelelahan pada otot perut dan pinggang, serta meningkatkan tekanan pada tulang belakang. Jika saat duduk juga dilakukan aktivitas mengangkat dan menumbuk, maka

66

Page 20: Sistem Locomotorium (Novita Eka J)

SISTEM LOKOMOTORIUM

pembebanan pada tulang belakang juga semakin besar Hal itu dapat menyebabkan nyeri punggung bawah. Gangguan fungsi itu timbul akibat tidak seimbangnya otot perut dan otot pinggang yang menyangga tulang belakang (Tarwaka, 2004).

Gerakan fleksi, ekstensi dan rotasi pinggang pada saat duduk menyebabkan lemahnya otot perut sehingga terjadi lordosis yang berlebihan Secara anatomis, lordosis yang berlebihan pada lumbal menyebabkan penyempitan saluran atau menekan saraf tulang belakang dan penonjolan ke belakang dari ruas tulang rawan (diskus intervertebralis). Hal inilah yang kemudianmenyebabkan nyeri punggung bawah (Tarwaka, 2004).

Dari hasil penelitian didapatkan hasil tidak ada pengaruh umur, masa kerja, lama menggendong, berat beban dan teknik mengangkat beban terhadap nyeri punggung bawah. Sedangkan sikap kerja duduk berpengaruh terhadap nyeri punggung bawah.

67

Page 21: Sistem Locomotorium (Novita Eka J)

SISTEM LOKOMOTORIUM

BAB IVPENUTUP

KESIMPULAN

Dari data diatas dapat disimpulkan:

1. System lokomotorium pada tubuh manusia adalah sistem penopang tubuh yang berupa tulang mulai dari kepala hingga kaki

2. Penyakit yang timbul akibat kerja pada system lokomotorium pada manusia antaralain kiposis, lordosis, skoliosi, sublubrikasi, sprained,dislokasi, arthritis, ankilosis, dan asteoporosis.

3. Cara mengantisipasi PAK pada system lokomotorium manusia ialah dengan penggunaan peralatan kerja yang ergonomis, gerakan yang ergonomis, serta mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin D.

4. Pengobatan penyakit yang terjadi pada system lokomotorium pada manusia yaitu dengan melakukan pengecekan secara rutin, dengan begitu penderita dapat melakukan terapi agar penyakitnya tidak berlanjut. Jika penyakitnya terus berkembang maka akan menimbulkan penyakit yang lebih parah yang harus dioprasi untuk penyembuhannya.

SARAN

Keluhan pada tulang merupakan keluhan yang paling sering terjadi di perusahaan, untuk itu mengantisipasi adanya PAK maka perlu adanya desain tempat kerja yang ergonomis, dan pemberian makanan yang bergizi.

68

Page 22: Sistem Locomotorium (Novita Eka J)

SISTEM LOKOMOTORIUM

Daftar Pustaka

Pratiwi H. Mayrika,2009, “Beberapa Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Keluhan Nyeri Punggung Bawah Pada Penjual Jamu Gendong”, Semarang,

http://alvyanto.blogspot.com/2010/01/sistem-rangkamanusia.html#ixzz1yTh9i1Y2http://ms.wikipedia.org/wiki/Rangka_manusia

69