bab ii kajian pustaka dan kerangka pemikiran 2.1...

34
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Petani Menurut Rodjak (2006), petani sebagai unsur usaha tani memegang peranan yang penting dalam pemeliharaan tanaman atau ternak agar dapat tumbuh dengan baik, ia berperan sebagai pengelola usaha tani. Petani sebagai pengelola usaha tani berarti ia harus mengambil berbagai keputusan di dalam memanfaatkan lahan yang dimiliki atau disewa dari petani lainnya untuk kesejahteraan hidup keluarganya. Petani yang dimaksud dalam hal ini adalah orang yang bercocok tanam hasil bumi atau memelihara ternak dengan tujuan untuk memperoleh kehidupan dari kegiatan itu. Apabila ada orang yang mengaku petani yang menyimpang dari pengertian tersebut, dapat dikatakan bukan petani. Dilihat dari hubungannya dengan lahan yang diusahakan maka petani dapat dibedakan atas : 1) Petani pemilik penggarap ialah petani yang memiliki lahan usaha sendiri serta lahannya tersebut diusahakan atau digarap sendiri dan status lahannya disebut lahan milik. 2) Petani penyewa ialah petani yang menggarap tanah orang lain atau petani lain dengan status sewa. Alasan pemilik lahan menyewakan lahan miliknya karena membutuhkan uang tunai dalam jumlah yang cukup besar dalam waktu singkat, atau lahan yang dimilikinya itu terlalu jauh dari

Upload: vumien

Post on 03-Mar-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080054_2_1992.pdf · komersial penuh, sekarang sebagian besar kelompok tani pada tahap

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Petani

Menurut Rodjak (2006), petani sebagai unsur usaha tani memegang peranan

yang penting dalam pemeliharaan tanaman atau ternak agar dapat tumbuh dengan

baik, ia berperan sebagai pengelola usaha tani. Petani sebagai pengelola usaha tani

berarti ia harus mengambil berbagai keputusan di dalam memanfaatkan lahan yang

dimiliki atau disewa dari petani lainnya untuk kesejahteraan hidup keluarganya.

Petani yang dimaksud dalam hal ini adalah orang yang bercocok tanam hasil bumi

atau memelihara ternak dengan tujuan untuk memperoleh kehidupan dari kegiatan itu.

Apabila ada orang yang mengaku petani yang menyimpang dari pengertian tersebut,

dapat dikatakan bukan petani. Dilihat dari hubungannya dengan lahan yang

diusahakan maka petani dapat dibedakan atas :

1) Petani pemilik penggarap ialah petani yang memiliki lahan usaha sendiri

serta lahannya tersebut diusahakan atau digarap sendiri dan status

lahannya disebut lahan milik.

2) Petani penyewa ialah petani yang menggarap tanah orang lain atau petani

lain dengan status sewa. Alasan pemilik lahan menyewakan lahan

miliknya karena membutuhkan uang tunai dalam jumlah yang cukup besar

dalam waktu singkat, atau lahan yang dimilikinya itu terlalu jauh dari

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080054_2_1992.pdf · komersial penuh, sekarang sebagian besar kelompok tani pada tahap

9

tempat tinggalnya. Besarnya nilai sewa lahan biasanya ada hubungan

dengan tingkat produktivitas lahan usaha yang bersangkutan, makin tinggi

produktivitas lahan tersebut makin tinggi pula nilai sewanya. Namun,

dalam prakteknya nilai sewa lahan usaha tani sawah berkisar antara 50 –

60% dari produktivitasnya, misalnya apabila per hektar hasilnya sebesar 1

– 1,2 ton gabah kering per tahun, maka nilai sewanya harus senilai gabah

tersebut pada waktu terjadi transaksi. Lamanya waktu sewa biasanya

minimal satu tahun untuk selanjutnya dapat diperpanjang kembali sesuai

dengan perjanjian antara pemilik tanah dan penyewa.

3) Petani penyakap (penggarap) ialah petani yang menggarap tanah milik

petani lain dengan sistem bagi hasil. Produksi yang diberikan penyakap

kepada pemilik tanah ada yang setengahnya atau sepertiga dari hasil padi

yang diperoleh dari hasil lahan digarapnya. Biaya produksi usaha tani

dalam sistem sakap ada yang dibagi dua dan ada pula yang seluruhnya

ditanggung penyakap, kecuali pajak tanah dibayar oleh pemilik tanah.

4) Petani penggadai adalah petani yang menggarap lahan usaha tani orang

lain dengan sistem gadai. Adanya petani yang menggadaikan lahan

miliknya, karena petani pemilik lahan tersebut membutuhkan uang tunai

yang cukup besar dalam waktu mendesak, tanah miliknya tersebut tidak

mau pindah ke tangan orang lain secara mutlak. Namun, adanya hak gadai

tersebut secara berangsur-angsur pindah haknya menjadi milik penggadai.

Hal ini terjadi apabila uang gadai yang pertama tidak dapat dikembalikan

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080054_2_1992.pdf · komersial penuh, sekarang sebagian besar kelompok tani pada tahap

10

pada waktu yang telah ditetapkan atau uang gadainya terlalu besar,

sehingga tidak mungkin lagi untuk dikembalikan. Dalam keadaan

demikian biasanya penggadai menambah uang gadainya sesuai dengan

nilai atau harga tanah pada saat masa gadainya berakhir. Menurut Undang-

Undang Pokok Bagi Hasil (UUPBH, 1960) dalam suatu pasalnya

tercantum bahwa apabila masa gadai telah melewati tujuh tahun, secara

otomatis penggadai harus menyerahkan kembali tanah yang digadai

kepada pemiliknya tanpa meminta uang gadaiannya. Besarnya uang gadai

per tahun untuk luas lahan tertentu tidak ada ketentuan yang pasti, tetapi

bergantung kepada si pemilik tanah berapa besar yang diperlukannya.

Lamanya masa gadai tergantung pada kesanggupan yang menggadaikan

lahan biasanya yang menentukan masa gadai itu adalah penggadai sendiri.

5) Buruh tani ialah petani pemilik lahan atau tidak memiliki lahan usaha tani

sendiri yang biasa bekerja di lahan usaha tani petani pemilik atau penyewa

dengan mendapat upah, berupa uang atau barang hasil usaha tani, seperti

beras atau makanan lainnya. Hubungan kerja di dalam usaha tani tidak

diatur oleh suatu perundang-undangan perburuhan sehingga sifat

hubungannya bebas sehingga kontinyuitas kerja bagi buruh tani yang

bersangkutan tidak terjamin.

Dewasa ini mungkin tidak ada lagi petani yang subsisten penuh atau

komersial penuh, sekarang sebagian besar kelompok tani pada tahap semi komersial

(Johnson, 1981). Petani dalam usaha agribisnis mempunyai dua peranan ganda yaitu :

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080054_2_1992.pdf · komersial penuh, sekarang sebagian besar kelompok tani pada tahap

11

1. Sebagai produsen komoditas agribisnis. Petani berfungsi sebagai penghasil

produk agribisnis yang berupa tanaman, ikan, ternak, serat-seratan dan kayu

untuk memenuhi keluarganya maupun untuk pasar (domestik dan pasar

ekspor).

2. Sebagai konsumen. Petani akan membutuhkan komoditas yang tidak

dihasilkannya terutama hasil industri yang bahan bakunya dari produk

pertanian dan juga dari hasil pertanian sendiri.

Menurut Egbert de Vries (1985) dalam Ilham (2007) kondisi empiris

mengenai petani dan sektor pertanian akan lebih dipahami oleh petani sendiri

dibandingkan orang luar. Oleh karena itu, untuk menganalisis profil petani dan

persoalannya harus dilihat dari sudut pandang petani sendiri. Petani beserta

keluarganya, usahanya, tenaga kerjanya, konsumsinya, hartanya dan hutangnya,

rencana-rencananya, harapan dan kekhawatirannya yang memberikan arah dan

karakteristik kepada sistem pertanian saat ini.

Upaya tersebut dapat dilakukan dengan mengumpulkan data dan informasi

dari petani dan lingkungannya. Data dan informasi yang dikumpulkan berkaitan

dengan aspek ekonomi dan yang tidak berkaitan dengan variabel ekonomi, yaitu

variabel sosial dan budaya seperti keamanan, kenyamanan, kejayaan dan kasih

sayang menurut Stevens dan Jabar (1988) dalam Ilham (2007). Kajian perlu

dilakukan lebih mendalam yang berkaitan juga dengan peubah sosial budaya karena

keragaman pertanian yang cukup tinggi. Jenis komoditas yang diusahakan petani

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080054_2_1992.pdf · komersial penuh, sekarang sebagian besar kelompok tani pada tahap

12

dapat memengaruhi profil petani yang meliputi aspek demografi, penguasaan aset,

ketenagakerjaan, teknologi dan kelembagaan.

Aspek demografi yang dapat digunakan untuk melihat profil petani adalah

usia, pendidikan, asal daerah dan lama tinggal penduduk di suatu daerah. Aspek

penguasaan aset yang bisa dikaji dalam melihat profil petani yaitu dilihat dari luas

lahan dan kepemilikan lahan. Aspek lainnya yang memengaruhi profil petani adalah

ketenagakerjaan yang dapat dilihat dari sisi lapangan pekerjaan. Lapangan pekerjaan

yang tersedia dan menyerap tenaga kerja atau dengan kata lain penduduk yang

berusaha di bidang (sektor), terbagi menjadi sembilan sektor lapangan pekerjaan yaitu

Pertanian, Pertambangan dan Penggalian, Industri, Listrik Gas dan Air, Konstruksi,

Perdagangan, Transportasi dan Komunikasi, Lembaga Keuangan dan Jasa.

2.1.2 Motivasi

Pada hakikatnya sekarang semua orang baik orang awam dan para pelajar atau

mahasiswa mempunyai definisi masing-masing mengenai motivasi. Secara teknis

istilah motivasi dapat diketemukan pada istilah latin movere yang artinya

menggerakkan menurut Moekijat (1990) dalam Dewandini (2010). Istilah motivasi,

seperti halnya kata emosi, berasal dari bahasa latin, yang berarti bergerak.

Mempelajari motivasi, sasarannya adalah mempelajari penyebab atau alasan yang

membuat kita melakukan apa yang kita lakukan.

Menurut Winardi (2004), motivasi adalah suatu kekuatan potensial yang ada

di dalam diri seorang manusia, yang dapat dikembangkannya sendiri atau

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080054_2_1992.pdf · komersial penuh, sekarang sebagian besar kelompok tani pada tahap

13

dikembangkan oleh sejumlah kekuatan luar yang pada intinya berkisar sekitar

imbalan moneter dan imbalan non moneter, yang dapat memengaruhi hasil kinerjanya

secara positif atau secara negatif, tergantung pada situasi dan kondisi yang dihadapi

orang yang bersangkutan. Proses motivasi terdiri dari : identifikasi atau apresiasi

kebutuhan yang tidak memuaskan, menetapkan tujuan yang dapat memenuhi

kepuasan dan menyelesaikan suatu tindakan yang dapat memberikan kepuasan

(Johannsen dan Terry dalam Winardi, 2004).

Motivasi dapat terjadi dan timbul dari dalam. Rangsangan dari luar

mempengaruhi motivasi seseorang terhadap motivasi dan dorongan untuk bertindak

mencerminkan seseorang terhadap rangsangan dari: tujuan-tujuan pribadi (bersifat

materi dan psikologis) dan teori pengharapan (Maulana, 1992 dalam Winardi, 2004).

Mardikanto dalam Winardi (2004), menyatakan bahwa motivasi dipengaruhi oleh

status sosial ekonomi petani dan persepsi petani terhadap inovasi. Menurut Rogers

dalam Winardi (2004), parameter dalam pengukuran status sosial ekonomi adalah

kasta, umur, pendidikan, status perkawinan, aspirasi pendidikan, partisipasi sosial,

hubungan organisasi pembangunan, pemilikan lahan, pemilikan sarana pertanian serta

penghasilan sebelumnya. Melly G. Ten dalam Wianrdi (2004), status sosial ekonomi

seseorang itu diukur lewat pekerjaan, pendidikan dan pendapatan. Konsep kedudukan

status sosial ekonomi seperti dalam pengetahuan masyarakat sudah lumrah mencakup

tingkat pendidikan, faktor pekerjaan, dan penghasilan.

Umur responden dapat mempengaruhi kecepatan petani dalam menerapkan

teknologi budidaya tanaman pertanian. Petani yang berusia lanjut tidak mempunyai

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080054_2_1992.pdf · komersial penuh, sekarang sebagian besar kelompok tani pada tahap

14

gairah lagi untuk mengembangkan usahataninya. Sedangkan pada umur muda dan

dewasa petani berada pada kondisi ideal untuk melakukan perubahan dalam

membudidayakan tanaman pertanian. Hal ini dikarenakan pada usia muda petani

mempunyai harapan akan usahataninya. Tingkat pendidikan akan berpengaruh

terhadap kemampuan berpikir yang sistematis dalam menganalisis suatu masalah.

Kemampuan petani menganalisis situasi ini diperlukan dalam memilih

komoditas pertanian. Petani yang mempunyai tingkat pendapatan lebih tinggi akan

mempunyai kesempatan yang lebih untuk memilih tanaman daripada yang

berpendapatan rendah. Bagi petani yang mempunyai pendapatan yang kecil tentu

tidak berani mengambil resiko karena keterbatasan modal (Yatno, et all, dalam

Winardi, 2004).

Menurut Moekijat dalam Winardi (2004), ada dua pengaruh yang paling

penting pada proses motivasi yaitu pengaruh dari diri sendiri berupa memahami diri

sendiri, bayangan dan ide-ide yang dimiliki. Pengaruh penting lainnya dalam proses

motivasi adalah bagaimana individu-individu melihat lingkungan dimana mereka

berada. Pengaruh lingkungan berupa interaksi atau hubungan individu dan

lingkungannya. Menurut Yatno, et all, dalam Winardi (2004) motivasi dipengaruhi

oleh faktor-faktor sosial ekonomi petani responden. Faktor-faktor sosial ekonomi

petani dalam penelitiannya terdiri dari umur, tingkat pendidikan, pendapatan rumah

tangga, dan tingkat kosmopolitan. Terdapat hubungan yang signifikan pada taraf

kepercayaan 95% antara umur dengan tingkat motivasi ekonomi, artinya semakin

bertambahnya umur seseorang maka semakin tinggi tingkat motivasi ekonomi

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080054_2_1992.pdf · komersial penuh, sekarang sebagian besar kelompok tani pada tahap

15

seseorang. Antara tingkat pendidikan dengan tingkat motivasi ekonomi terdapat

hubungan yang nyata pada taraf kepercayaan 95%. Antara tingkat pendapatan dengan

motivasi ekonomi mempunyai hubungan yang nyata, maksudnya semakin tinggi

tingkat pendapatan seseorang maka semakin tinggi pula motivasi ekonominya.

Menurut Wicaksono dalam Winardi (2004), keberadaan motivasi tidak dapat

dipisahkan dengan faktor yang mempengaruhinya. Terdapat hubungan yang nyata

antara pendidikan formal dan pendidikan non formal dengan motivasinya. Sedangkan

menurut Yusnidar dalam Winardi (2004), terdapat hubungan yang nyata antara

karakteristik pribadi, lingkungan ekonomi dengan motivasi kebutuhan ekonomi dan

sosiologis.

Menurut Maslow (1994), seseorang berperilaku atau bekerja karena adanya

dorongan untuk memenuhi bermacam-macam kebutuhan. Maslow berpendapat,

bahwa kebutuhan manusia berjenjang, artinya bila kebutuhan yang pertama telah

terpenuhi maka kebutuhan tingkat kedua akan menjadi yang utama. Selanjutnya jika

kebutuhan kedua telah terpenuhi maka muncul kebutuhan ketiga tingkat ketiga dan

seterusnya sampai pada tingkat kebutuhan kelima. Manusia mempunyai sejumlah

kebutuhan beraneka ragam yang pada hakekatnya sama. Kebutuhan manusia

diklasifikasikan pada lima tingkatannya atau hierarki (hierarchy of needs) yaitu:

a) Kebutuhan fisik (physiological needs), adalah kebutuhan biologis yang

langsung berhubungan dengan kelangsungan hidup, seperti kebutuhan akan

rasa lapar, rasa haus, sex, perumahan, dan sebagainya.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080054_2_1992.pdf · komersial penuh, sekarang sebagian besar kelompok tani pada tahap

16

b) Kebutuhan akan rasa aman (safety needs), adalah kebutuhan keselamatan,

perlindungan dari bahaya, ancaman dan perampasan atau pemecatan dari

pekerjaan.

c) Kebutuhan sosial (social needs), adalah kebutuhan akan rasa cinta, kepuasan

dalam menjalin hubungan dengan orang lain, kepuasan, dan perasaan

memiliki serta diterima dalam suatu masyarakat dan diterima dalam suatu

kelompok, rasa kekeluargaan, persahabatan, dan kasih sayang.

d) Kebutuhan penghargaan (appreciation needs), adalah kebutuhan akan status

atau kedudukan, kehormatan diri, reputasi, dan prestasi.

e) Kebutuhan aktualisasi diri (self actualization), adalah kebutuhan pemenuhan

diri, pengembangan diri semaksimal mungkin, kreatifitas, dan melakukan apa

yang paling cocok serta menyelesaikan pekerjaan sendiri.

Sesuai dengan apa yang dikemukakan diatas oleh Maslow (1994) dengan teori

hirarki kebutuhanya, tujuan utama bagi seorang petani adalah bagaimana dia dapat

memenuhi kebutuhannya. Dapat disimpulkan bahwa motivasi bertani adalah

dorongan pada petani melaksanakan teknik bercocok tanam dengan benar untuk

memenuhi kebutuhannya yakni kebutuhan dasar, rasa aman, cinta kasih (keinginan

untuk tetap berada dalam kelompok tani), penghargaan (keinginan untuk dihargai),

dan percaya diri atau self actualization (keinginan untuk tetap sebagai petani).

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080054_2_1992.pdf · komersial penuh, sekarang sebagian besar kelompok tani pada tahap

17

2.1.3 Pengertian Usaha Tani

Alam, tenaga kerja, modal dan pengelolaan disebut faktor-faktor produksi

yang memiliki tugas dan fungsi dalam produksi pertanian. Tanpa salah satu faktor

tersebut produksi tidak akan diperoleh dengan memuaskan. Adapun ciri-ciri usaha

tani di Indonesia menurut Soekartawi et.al (1986) adalah:

1) Sempitnya lahan yang dimiliki petani.

2) Kurangnya modal.

3) Pengalaman petani yang masih terbatas dan kurang dinamis.

Berdasarkan cara penguasaan unsur-unsur produksi dan pengelolaannya,

usaha tani dapat digolongkan menjadi usaha tani perorangan, usaha tani kolektif, dan

usaha tani kooperatif. Usaha tani perorangan unsur-unsur produksi dimiliki oleh

seseorang dan pengelolaannya dilakukan oleh seorang. Usaha tani kolektif adalah

suatu bentuk usaha tani yang unsur-unsur produksinya dimiliki organisasi kolektif

dengan cara membeli, menyewa, menyatukan milik perseorangan atau berasal dari

pemerintah. Sedangkan usaha tani kooperatif merupakan bentuk peralihan antara

usaha tani perseorangan dengan kolektif dimana tidak seluruh unsur-unsur produksi

dan pengelolaan dikuasai bersama menurut Soeharjo dan Patong (1973) dalam

Suratiyah (2006).

Selanjutnya menurut penulis yang sama usaha tani berdasarkan coraknya

terbagi dua yaitu usaha tani pencukup kebutuhan keluarga (selfsufficient farm) dan

usaha tani komersial (commercial farm). Usaha tani pencukup kebutuhan keluarga

mempunyai motif untuk memenuhi kebutuhan keluarga, baik melalui atau tanpa

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080054_2_1992.pdf · komersial penuh, sekarang sebagian besar kelompok tani pada tahap

18

melalui peredaran uang. Sedangkan usaha tani komersial memiliki motif yang

didorong oleh keinginan untuk mencari keuntungan yang sebesar-besarnya.

Menurut Suratiyah (2006), petani Indonesia pada umumnya dibagi dalam tiga

kelompok rumah tangga menurut luas usaha taninya, yaitu:

1) Usaha tani yang memiliki luas lahan 0,5 hektar atau lebih.

2) Petani kecil dengan luas lahan rata-rata di bawah 0,5 hektar.

3) Petani tuna lahan yang hanya memiliki sedikit lahan pekarangan di sekitar

rumahnya yang sederhana.

Petani yang mempunyai usaha tani yang luas biasanya mempunyai modal,

kemudahan terhadap kredit dan fasilitas lainnya serta mempunyai cukup surplus uang

tunai yang dapat diinvestasikan kembali. Kelompok kedua mengalami nasib yang

kurang beruntung karena mengalami defisit akibat dari usahatani yang terlalu sempit

untuk menghidupi keluarganya. Kelompok ketiga hidupnya selalu diliput rasa

khawatir.

2.1.4 Faktor Produksi Usaha Tani

Menurut Rodjak (2006), pertanian merupakan kegiatan produksi yang

hasilnya berupa tanaman dan dan ternak. Faktor produksi adalah bahan-bahan yang

biasa dapat dilakukan untuk menghasilkan tanaman dan ternak. Faktor produksi

usaha tani tersebut terdiri dari lahan, tenaga kerja, modal, dan keterampilan

mengelola atau manajemen.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080054_2_1992.pdf · komersial penuh, sekarang sebagian besar kelompok tani pada tahap

19

1. Lahan Usaha Tani

Pengertian lahan sebagai unsur usaha tani, lahan sebagai modal, dan lahan

sebagai faktor produksi berbeda. Lahan sebagai unsur usaha tani mengandung

pengertian bahwa lahan tersebut berperan sebagai tempat berlangsungnya kegiatan

bercocok tanaman dan memelihara ternak, tidak dipersoalkan apakah lahan tersebut

mempunyai pengaruh terhadap tanaman dan ternak yang dipelihara petani.

Lahan usaha sebagai modal tetap mengandung pengertian bahwa lahan

tersebut dapat dipakai beberapa kali produksi meskipun lahan tersebut tidak

menghasilkan produksi yang berupa tanaman atau ternak tetap mempunyai nilai.

Pemilik lahan dapat memperoleh modal dengan jaminan lahan yang dimilikinya itu.

Lahan sebagai faktor produksi usaha tani mengandung pengertian bahwa

lahan tersebut harus dikombinasikan dengan faktor produksi lainnya (tenaga kerja,

modal, dan keterampilan), baru dapat menghasilkan produk berupa tanaman atau

ternak. Besarannya peranan lahan mempengaruhi produk usaha tani tergantung pada

tingkat kemampuan lahan tersebut menghasilkan produk yang disebut produktivitas

lahan.

Syarat-syarat lahan usaha tani yang ideal agar usaha tani berhasil dengan baik

dan biayanya rendah antara lain adalah :

1) Luas lahan usaha, adalah luas minimum bagi suatu perusahan pertanian atau

suatu usaha tani, harus memenuhi skala usaha tertentu agar usaha tani tersebut

dapat memberikan hasil yang cukup bagi petani dan pengelola.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080054_2_1992.pdf · komersial penuh, sekarang sebagian besar kelompok tani pada tahap

20

2) Lahan usaha harus merupakan suatu kesatuan (tunggal) dan sehamparan

karena tanah usaha yang tunggal akan menjamin pekerjaan efisien,

penggunaan sumber-sumber akan cermat, dan pengawasan akan mudah.

3) Bangun hamparannya sebaiknya berbentuk bujur sangkar, sehingga akan

memberikan kemudahan dalam pengerjaannya.

4) Jarak dari tempat tinggal/rumah sebaiknya dekat, agar memudahkan untuk

melakukan pengawasan.

5) Kesuburan harus tinggi dan stabil serta keadaan sumber air cukup.

6) Ke lokasi lahan harus ada prasarana jalan cukup memadai sehingga akan

memudahkan mengangkut hasil usaha tani dan mengangkut sarana produksi.

2. Tenaga Kerja

Tenaga kerja sebagai faktor produksi mengandung arti bahwa tenaga kerja

tersebut merupakan subsistem produksi, dalam pengertian apabila faktor tenaga kerja

itu tidak ada, maka produksi suatu barang atau tanaman dan ternak tidak akan terjadi,

atau sistem produksi tidak akan berjalan. Besar kecilnya peranan tenaga kerja

terhadap hasil produksi usaha tani akan dipengaruhi oleh keterampilan kerja yang

tercermin dari tingkat produktivitasnya. Tenaga kerja yang digunakan dalam usaha

tani umumnya produktivitasnya rendah, sebab kualitas tenaga kerja yang ada pun

memang rendah.

Jenis tenaga kerja yang biasa digunakan dalam usaha tani dibedakan atas

tenaga kerja manusia, tenaga ternak, dan tenaga mesin. Sumber tenaga kerja yang

digunakan dalam usaha tani umumnya berasal dari tenaga keluarga petani. Petani

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080054_2_1992.pdf · komersial penuh, sekarang sebagian besar kelompok tani pada tahap

21

berlahan garapan sempit sebagian besar atau seluruh kebutuhan tenaga kerja untuk

usaha tani dipenuhi oleh tenaga kerja keluarga, sedangkan petani berlahan garapan

luas sebagian besar tenaga kerja berasal dari tenaga upah atau tenaga sewa. Petani

akan menyewa tenaga kerja buruh, apabila tenaga kerja keluarga tidak mencukupi.

Meskipun menyewa tenaga kerja, untuk petani berlahan garapan sempit biasanya

terbatas pada pekerjaan-pekerjaan tertentu saja, misalnya dalam penggarapan lahan

atau waktu menanam. Hubungan sewa-menyewa tenaga kerja dalam usaha tani ada

beberapa sistem yaitu:

a. Sistem upah harian tidak tetap, adalah pemakaian tenaga kerja buruh tani oleh

seorang petani, apabila buruh tani tersebut pada hari yang bersangkutan

bekerja maka pada hari itu pula ia mendapat upah, dan si buruh tani keesokan

harinya dapat saja tidak bekerja lagi pada petani yang menyuruhnya.

b. Sistem upah harian tetap, adalah suatu sistem hubungan kerja antara buruh

tani dan petani tidak putus apabila pekerjaan telah selesai dan upahnya

dibayar setiap hari sesuai dengan tingkat upah yang berlaku.

c. Sistem upah borongan, jika pekerjaan selesai maka upahnya akan dibayar

sekaligus sesuai perjanjian. Biasanya petani yang melakukan sistem upah

borongan ini menetapkan waktu pengerjaannya agar pekerjaan selesai dengan

cepat dan tepat.

d. Sistem upah kontrak, biasanya banyak dilakukan di perkebunan-perkebunan

besar pada zaman Belanda. Dalam usaha tani yang mirip dengan sistem upah

ini adalah sistem ceblokan. Sistem ceblokan ini adalah pekerja mengadakan

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080054_2_1992.pdf · komersial penuh, sekarang sebagian besar kelompok tani pada tahap

22

perjanjian dengan petani tertentu untuk mengerjakan beberapa pekerjaan

dalam usaha tani misalnya mulai dari mengolah tanah sampai berakhirnya

pemeliharaan tanaman. Upahnya dibayar pada saat panen sebesar seperempat

dari hasil padi yang diperoleh dari luas lahan tertentu.

3. Modal

Menurut pengertian ekonomi, modal adalah sebagian dari hasil produksi yang

disisihkan untuk dipergunakan dalam produksi selanjutnya. Modal sebagai faktor

produksi memiliki pengertian bahwa modal tersebut merupakan subsistem produksi

usaha tani, sebab apabila modal ini tidak ada atau terganggu maka akan

mempengaruhi keseluruhan produksi yang sedang bekerja.

Menurut sifatnya, modal dapat dibedakan menjadi modal tetap dan modal

tidak tetap. Modal tetap ialah modal yang dapat dipergunakan beberapa kali produksi

tertentu. Modal tetap ini diantaranya lahan usaha yang dimiliki, bangunan yang ada di

atas tanah usaha dan bisa dipakai untuk kegiatan usaha tani seperti penyimpanan hasil,

traktor dan bajak, tanah budidayam ternak, alat-alat pembasmi hama, dan jalan serta

pagar. Terhadap alat-alat dan barang-barang seperti disebutkan di atas perlu diadakan

penyusutan atau depresiasi. Nilai depresiasi akan tergantung nilai pembeli awal, umur

ekonomis, dan nilai sisa pada saat alat tersebut tidak ekonomis. Besarnya nilai

penyusutan per tahun dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Nilai Depresiasi (ND) = ( )

Keterangan:

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080054_2_1992.pdf · komersial penuh, sekarang sebagian besar kelompok tani pada tahap

23

NP = nilai pembelian awal, satuan dalam rupiah

NS = nilai sisa pada saat alat tersebut tidak dapat dipergunakan lagi secara

ekonomis, dalam satuan rupiah

UE = usia ekonomis, jangka waktu alat-alat dapat dipakai secara ekonomis,

satuan dalam tahun

Petani dapat memperoleh modal untuk kegiatan usaha tani dengan beberapa

cara, yaitu :

a. Menjual sebagian kekayaan yang dimilikinya seperti penghasilan atau menjual

sebagian hasil usaha tani.

b. Meminjam dari lembaga kredit, baik yang bersifat resmi atau tidak resmi.

c. Bantuan dari pemerintah atau pihak swasta yang sifatnya cuma-Cuma tanpa

ada beban petani untuk membayarnya.

4. Keterampilan

Faktor keterampilan sebagai faktor produksi usaha tani pengaruhnya tidak

langsung, meskipun untuk hal-hal tertentu pengaruh keterampilan tersebut bersifat

langsung, misalnya seorang pemetik daun teh yang ahli dan terampil akan berbeda

dengan pemetik teh yang tidak ahli, ahli tersebut dapat dilihat dari hasil teh yang

dipetiknya. Besarnya peranan keterampilan manajamen sebagai faktor produksi

secaea ekonomis akan tercermin dalam komponen biaya produksi usaha tani yang

berupa upah tenaga kerja. Namun, di dalam kegiatan usaha tani yang bersifat

subsisten hal tersebut tidak terlihat nyata, sebab tenaga kerja yang dipakainya rata-

rata memiliki keterampilan yang sama. Sedangkan pada usaha tani yang sudah

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080054_2_1992.pdf · komersial penuh, sekarang sebagian besar kelompok tani pada tahap

24

bersifat komersial tenaga kerja sudah terspesialisasi dengan jelas dan perbedaan

tingkat upah pun nyata.

2.1.5 Analisis Usaha Tani

Menurut Rodjak (2006), analisis usaha tani ini terdiri dari analisis biaya dan

pendapatan usaha tani yang berguna untuk mengukur dan sebagai alat evaluasi

keberhasilan usaha tani, untuk mengetahui biaya produksi per unit produk usaha tani

yang dihasilkan, untuk bahan perencanaan usaha tani periode berikutnya, untuk

mengetahui keuntungan usaha tani, untuk dasar pengajuan kredit usaha tani ke bank,

dan untuk mengetahui rentabilitas usaha tani. Menurut Hadisaputro dalam Rodjak

(2006), suatu usaha tani dapat dikatakan berhasil apabila usaha tani itu memenuhi

syarat-syarat sebagai berikut :

a) Usaha tani harus dapat menghasilkan pendapatan yang dapat dipergunakan

untuk membayar biaya semua alat-alat yang diperlukan dalam usaha tani, atau

penerimaan lebih besar daripada biaya produksi.

b) Usaha tani harus dapat menghasilkan pendapatan yang dapat dipergunakan

untuk membayar bunga modal dalam usaha tani tersebut, baik modal petani

sendiri maupun modal pinjaman.

c) Usaha tani harus dapat membayar upah petani dengan keluarganya secara

layak.

d) Usaha tani yang bersangkutan harus paling sedikit berada dalam keadaan

semula.

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080054_2_1992.pdf · komersial penuh, sekarang sebagian besar kelompok tani pada tahap

25

e) Usaha tani harus dapat pula membayar tenaga petani sebagai manajer yang

harus mengambil keputusan.

f) Usaha tani harus dapat memupuk modal untuk investasi dan menambah

cabang usaha tani baru,

g) Usaha tani harus dapat memperoleh kepercayaan dari pihak lain.

h) Usaha tani harus mampu mengembangkan teknologi yang lebih baik dan lebih

efisien dalam pemakaian faktor produksi.

1) Biaya Usaha Tani

Biaya adalah nilai dari semua korbanan ekonomi yang dapat diperkirakan dan

dapat diukur untuk menghasilkan suatu produk. Biaya usaha tani dapat dibedakan

menjadi dua macam, yaitu :

a. Biaya tetap adalah biaya yang besar kecilnya tidak mempengaruhi pada hasil

produksi. Biaya tetap tersebut antara lain pajak, sewa tanah, dan penyusutan

alat-alat pertanian yang tahan lama.

b. Biaya tidak tetap atau biaya variabel adalah biaya yang besar kecilnya

mempunyai pengaruh langsung pada hasil produksi. Biaya tidak tetap itu

diantaranya biaya sarana produksi, upah tenaga kerja, dan pestisida.

Jumlah biaya tetap ditambah biaya variabel disebut biaya produksi total, atau

secara singkat dapat dirumuskan sebagai berikut :

TC = TFC + TVC

Keterangan :

TC = biaya produksi total

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080054_2_1992.pdf · komersial penuh, sekarang sebagian besar kelompok tani pada tahap

26

TFC = biaya tetap

TVC = biaya variabel

2) Penerimaan Usaha Tani

Penerimaan usaha tani adalah nilai semua produk yang dihasilkan dari suatu

usaha tani dalam satu periode tertentu atau satu musim tanam atau dalam satuan tahun

kegiatan usaha, dengan rumus penerimaan usahatani P = QxP, dimana P adalah

penerimaan, Q adalah jumlah produk usaha yang dihasilkan dalam satu musim tanam

atau dalam satu tahun, dan P adalah harga jual produk per unit (kg, ton atau kuintal,

dll).

3) Pendapatan Petani

Pendapatan petani adalah jumlah pendapatan petani dari usaha tani yang

diperoleh dalam setahun (Rp). Pendapatan petani ada beberapa konsep seperti

berikut :

a. Pendapatan petani sebagai pengelola (PP). Rumusnya PP = (P) – [ (A + B +

C + D + biaya usaha tani)]

b. Pendapatan tenaga kerja petani adalah pendapatan pengelola ditambah upah

tenaga kerja petani yang dihitung (PTKP). Rumusnya [ (A + B + C + D +

biaya usaha tani)]

c. Pendapatan tenaga kerja keluarga tani yaitu pendapatan pengelola ditambah

upah tenaga kerja petani dan anggota keluarga tani yang dihitung (PTKK).

Rumusnya P – (C + D + biaya usaha tani)

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080054_2_1992.pdf · komersial penuh, sekarang sebagian besar kelompok tani pada tahap

27

d. Pendapatan pengusaha adalah pendapatan tenaga kerja ditambah bunga

modal milik sendiri.

e. Pendapatan anggota keluarga tani adalah pendapatan tenaga kerja keluarga

tani ditambah bunga modal miliki sendiri (PTK). Rumusnya P – (biaya usaha

tani).

Keterangan :

A = biaya tenaga kerja petani yang dihitung

B = biaya tenaga kerja keluarga petani yang dihitung

C = nilai sewa tanah sendiri

D = bunga modal milik sendiri

PU = nilai penerimaan usaha tani (jumlah produk x harga)

BU = biaya-biaya lain + biaya keseluruhan usaha tani

2.1.6 Kendala Usaha Tani

Menurut Rodjak (2006), adanya masalah-masalah manajemen usaha tani di

Indonesia pada umumnya disebabkan oleh perbedaan taraf perkembangan teknologi

pertanian, agroklimat dan tersedianya sumber-sumber lokal di wilayah masing-

masing. Masalah yang lazim memengaruhi efisiensi dan efektivitas dalam

mengembangkan usaha tani adalah :

1) Mengecilnya unit-unit usaha tani akibat banyaknya lahan pertanian digunakan

untuk kepentingan non pertanian, misalnya untuk kepentingan pemukiman

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080054_2_1992.pdf · komersial penuh, sekarang sebagian besar kelompok tani pada tahap

28

penduduk, mendirikan pabrik atau fasilitas-fasilitas sosial kemasyarakatan

yang terus meningkat.

2) Usaha tani sebagai bagian dari rumah tangga, keadaan ini akan sulit untuk

menerapkan manajemen yang modern, sehingga apabila diadakan usaha

efisiensi akan sulit.

3) Kebanyakan petani kekurangan modal, sehingga akan menghambat petani

memperoleh teknologi baru sebab teknologi baru yang canggih membutuhkan

banyak modal, karena pada dasarnya setiap teknologi baru biasanya

mengakibatkan penambahan modal usaha tani.

4) Adanya pengangguran tersamar yang disebabkan oleh kecilnya usaha tani,

tenaga keluarga yang berlebihan dan kurangnya kegiatan sektor industri yang

dapat menyerap tenaga kerja petani.

5) Rendahnya tingkat kecakapan mengelola, yang erat hubungannya dengan

tingkat pendidikan petani yang rendah serta terbatasnya kemampuan untuk

mendapatkan informasi teknologi pertanian.

6) Pemasaran hasil usaha tani yang kurang lancar, sehingga harga hasil usahatani

yang diterima petani rendah.

7) Masalah konversi kepemilikan lahan dari petani kecil kepada petani kaya.

Keadaan ini mengakibatkan timbulnya “erosi kekayaan” dari desa ke kota,

terutama jika hasil usaha tani tersebut diinvestasikan ke kota.

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080054_2_1992.pdf · komersial penuh, sekarang sebagian besar kelompok tani pada tahap

29

8) Pada masa reformasi banyak penyerobotan tanah-tanah milik negara dan

penjarahan secara liar oleh masyarakat sekitar hutan yang dampaknya terjadi

longsor dan banjir.

9) Banyak lahan usaha tani yang terkena polusi akibat limbah industri, sehingga

lahan tersebut tidak dapat digunakan untuk kegiatan pertanian secara

produktif atau tidak dapat diusahakan sebagai lahan pertanian (lahan mati dan

lahan tidur).

10) Keadaan prasarana transportasi dan komunikasi untuk sebagian besar pusat-

pusat produksi pertanian masih kurang. Keadaan ini mengakibatkan biaya

usaha tani menjadi tinggi dan pemasaran sulit.

11) Kurang tersedianya bahan-bahan dan alat-alat yang diperlukan, biasanya hal

ini terjadi akibat buruknya keadaan prasarana transportasi.

12) Kesukaran dalam penerapan teknologi baru pertanian, yang disebabkan oleh

pendidikan yang rendah, modal yang kurang, media komunikasi yang masih

kurang terutama untuk daerah-daerah pertanian yang terpencil.

Sedangkan masalah-masalah dalam usahatani menurut Fadholi (1991):

a) Kurang rangsangan.

Masalah kurang rangsangan karena sikap puas diri para petani yang umumnya

petani kecil. Ada semacam kejenuhan dan putus asa karena sulitnya

meningkatkan taraf hidup dan pemenuhan kebutuhan keluarganya. Akibat

berikutnya akan berpengaruh terhadap kemampuan untuk meningkatkan

pendidikan dan tersedianya dana yang cukup untuk biaya operasional

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080054_2_1992.pdf · komersial penuh, sekarang sebagian besar kelompok tani pada tahap

30

usahataninya. Rendahnya tingkat pendidikan akan berpulang kepada

rendahnya adopsi teknologi, apalagi kurangnya dana tadi akan sulit untuk

membeli teknologi.

b) Lemah tingkat teknologinya.

Dalam hal ini, kami menyebutnya dalam kelompok Late Majority. Yaitu

kelompok yang lambat dalam hal menerima informasi ataupun teknologi

terbaru. Sehingga mereka tetap berada di situ saja. Tetapi kelompok ini lebih

skeptic dan lambat dalam hal mengadopsi sesuatu hal baru yang asing bagi

mereka, meskipun mereka punya kemauan untuk mengadopsi atau

menerapkan suatu teknologi tersebut. Mereka hanya mengikuti teknologi yang

baru jika telah disetujui oleh pendapat umum dan telah diterapkan oleh

kebanyakan orang.

c) Langkanya permodalan untuk pembiayaan usaha tani.

Terbatasnya modal, maka penyediaan fasilitas kerja berupa alat-alat usaha tani

semakin sulit dipenuhi. Akibatnya intensitas penggunaan kerja menjadi

semakin menurun. Ketergantungan keluarga akan modal menyebabkan petani

terjerat sistem yang dapat merugikan diri sendiri dan keluarganya, seperti

adanya sistem ijon.

d) Masalah transformasi dan komunikasi

Upaya pembangunan termasuk membuka isolasi yang menutup terbukanya

komunikasi dan langkanya transportasi. Hal itu menyulitkan petani untuk

menyerap inovasi baru dan bahkan untuk memasarkan hasil usaha taninya.

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080054_2_1992.pdf · komersial penuh, sekarang sebagian besar kelompok tani pada tahap

31

Isolasi ini akan menutup setiap informasi harga yang sebetulnya sangat

diperlukan oleh petani.

e) Kurangnya informasi harga

Aspek-aspek pemasaran merupakan masalah diluar usaha tani yang perlu

diperhatikan. Seperti kita ketahui petani yang serba terbatas ini berada pada

posisi yang lemah dalam penawaran persaingan, terutama yang menyangkut

penjualan hasil dan pembelian bahan-bahan pertanian. Penentu harga produk

tidak pada petani. Petani harus terpaksa menerima apa yang menjadi kehendak

dari pembeli dan penjual. Makin ia maju, ketergantungan akan dunia luar akan

semakin besar. Tengkulak memegang peranan yang besar pada aspek

penjualan hasil usaha tani.

f) Adanya gap penelitian terpakai untuk petani

Bahan penelitian yang mampu menggerakkan teknologi terkadang lambat

diubah dalam bahan penyuluhan oleh penghantar teknologi. Terjadi

kesenjangan antara peneliti dan petani. Terjadi kelambatan dan adanya proses

adaptasi hasil penelitian, memerlukan penanganan yang lebih mantap terhadap

sistem maupun pelayanan pengukuran.

g) Luasan usaha yang tidak menguntungkan

Dengan lahan usaha tani yang sempit, akan membatasi petani berbuat pada

rencana yang lebih lapang. Keadaan yang demikian akan membuat petani

serba salah, bahkan menjurus kepada keputusasaan. Tanah yang sempit

dengan kualitas tanah yang kurang baik akan menjadi beban bagi petani

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080054_2_1992.pdf · komersial penuh, sekarang sebagian besar kelompok tani pada tahap

32

pengelola usaha tani. Akibat lanjutan dari sempitnya luasan lahan usaha tani

adalah rendahnya tingkat pendapatan petani. Besarnya jumlah anggota yang

akan menggunakan pendapatan yang sedikit tadi, akan berakibat rendahnya

tingkat konsumsi dan ini berpengaruh terhadap produktivitas kerja dan

kecerdasan anak, menurunnya kemampuan berinvestasi, dan upaya

pemupukan modal.

h) Belum mantapnya sistem dan pelayanan penyuluhan

Memang penyuluh telah ditambah, tetapi jumlah petani cukup banyak

sehingga imbangan petani-penyuluh menjadi besar. Belum lagi lokasi dan

tingkat pengetahuan petani yang beragam membuat sulit dalam mekanisme

penghantaran teknologi.

i) Aspek sosial, politik, ekonomi yang berkaitan dengan kebijakan bagi petani

Petani dituntut mengadakan pangan, bahan baku industri, dan melestarikan

sumber daya alam. Ada pembebanan yang tinggi terhadap sektor ini. Kondisi

sosial menempatkan petani pada posisi sulit, meskipun berperan besar. Ini

adalah fakta sosial petani, termasuk nelayan, bagian yang terbesar jumlah

petani pada posisi lemah. Posisi kuat dimiliki sektor lain, kebanyakan di luar

petani. Ini aspek ekonomi, di pihak lain petani memberikan konstruksi tinggi

terhadap pendapatan nasional. Pemasaran hasil usaha taninya di luar

kekuasaannya. Meraka belum dan bahkan tidak dilibatkan dalam penetapan

kebijakan pasar, mereka lemah posisi bersaingnya.

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080054_2_1992.pdf · komersial penuh, sekarang sebagian besar kelompok tani pada tahap

33

2.1.7 Lahan

1. Pengertian Lahan

Lahan memiliki beberapa pengertian yang didefinisikan oleh para ahli.

Menurut Purwowidodo (1983) lahan mempunyai pengertian suatu lingkungan fisik

yang mencakup iklim, relief tanah, hidrologi, dan tumbuhan yang sampai pada batas

tertentu akan mempengaruhi kemampuan penggunaan lahan. Definisi lain yang

dikemukakan oleh Arsyad, yaitu lahan diartikan sebagai lingkungan fisik yang terdiri

atas iklim, relief, tanah, air dan vegetasi serta benda yang di atasnya sepanjang ada

pengaruhnya terhadap penggunaan lahan, termasuk di dalamnya hasil kegiatan

manusia di masa lalu dan sekarang seperti hasil reklamasi laut, pembersihan vegetasi

dan juga hasil yang merugikan seperti yang tersalinasi (FAO dalam Arsyad, 1989).

Permasalahan lahan yang sering terjadi dalam mempengaruhi efisiensi

usahatani diantaranya:

a) Perpecahan

b) Perpencaran

c) Luasan yang kecil-kecil, yaitu petani pemilik lahan sempit yang tahap demi

tahap menjadi petani penggarap, lalu penyakap, kemudian buruh tani,

merupakan proses pemelaratan yang berjalan terus menerus.

Solusi untuk menangani permasalahan lahan tersebut bisa melalui

konsolidasi lahan, konsolidasi manajemen, dan pembatasan minimum luasan

kepemilikan.

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080054_2_1992.pdf · komersial penuh, sekarang sebagian besar kelompok tani pada tahap

34

2. Penggunaan Lahan

Menurut Hoover (1975) dalam Nurmalinda (2002), umumnya lahan dapat

digunakan untuk berbagai kegiatan. Bahkan daerah yang tidak dapat didiami oleh

manusia, dapat menimbulkan persaingan misalnya sebagai tempat penimbunan

sampah atau sebagai cagar alam. Pemakaian lahan di dalam masyarakat diatur

melalui sistem harga, maka harga dari penggunaan lahan itu diidentifikasikan sebagai

sewa. Selanjutnya dikatakan bahwa lahan merupakan salah satu faktor produksi yang

menghasilkan jasa dalam proses produksi. Pembayaran atas jasa produksi ini disebut

sewa lahan.

Kebutuhan lahan tercermin pada kemungkinan penggunaan lahan untuk

memenuhi tujuan tertentu. Penggunaan lahan adalah setiap campur tangan manusia

terhadap lahan dengan cara menetap atau berkala dengan tujuan untuk memenuhi

kebutuhan materi dan spiritualnya. Penggunaan lahan dapat menjadi kegiatan utama

yang dilakukan manusia di atas lahan itu menurut Arsyad dan Nasoetion (1984)

dalam Nurmalinda (2002).

Berdasarkan jenis kegiatan yang dilakukan oleh manusia, penggunaan lahan

diklasifikasikan dalam beberapa macam. Barlowe (1972) dalam Pellokila (2005),

membagi penggunaan lahan untuk :

1) Lahan permukiman

2) Lokasi industri dan perdagangan

3) Lahan pertanian

4) Ladang rerumputan dan penggembalaan

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080054_2_1992.pdf · komersial penuh, sekarang sebagian besar kelompok tani pada tahap

35

5) Hutan

6) Pertambangan

7) Rekreasi

8) Perhubungan

9) Lahan untuk pelayan umum

10) Lahan gersang dan yang tidak dapat difungsikan

Penggunaan lahan untuk suatu usaha dipengaruhi tiga faktor menurut

Barlowe (1972) dalam Pellokila (2005) :

1) Faktor-faktor fisik dan biologi, mencakup kesesuaian dari sifat fisik seperti

keadaan geologi, tanah, iklim, tumbuh-tumbuhan, hewan dan kependudukan.

2) Faktor-faktor ekonomis, dicirikan oleh keuntungan, keadaan pasar dan

transportasi/letak lokasi.

3) Faktor kelembagaan, dicirikan oleh hukum pertanahan yang berlaku di

masyarakat, keadaan politik, keadaan sosial dan lainnya yang melembaga di

masyarakat dan secara administratif dapat dilaksanakan.

Ketiga faktor tersebut secara bersama-sama mempengaruhi kegiatan baik

perorangan, kelompok masyarakat, pengusaha dan pemerintah dalam penggunaan

lahan. Penggunaan untuk lahan pertanian ditinjau dari tujuan pemakaian (kebutuhan

lahan) berbeda untuk tiap komoditi. Lahan yang berdekatan dengan pusat-pusat

pertumbuhan atau dekat dengan fasilitas lainnya seperti jalan raya atau tempat

rekreasi lainnya terus meningkat walaupun tanpa korbanan dari pemilik lahan

tersebut. Banyak penelitian menyimpulkan adanya pemekaran kota selalu diikuti

Page 29: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080054_2_1992.pdf · komersial penuh, sekarang sebagian besar kelompok tani pada tahap

36

dengan pemecahan hak atas tanah menjadi bagian yang kecil dan pemiliknya menjadi

terpecah-pecah.

3. Pengolahan Lahan Tidur

Pengertian lahan tidur menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah tanah

terbuka yang tidak digunakan oleh pemiliknya secara ekonomis. Pengolahan lahan

tidur adalah suatu aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat setempat dalam

memanfaatkan ketersediaan lahan yang belum digunakan oleh pemiliknya dengan

melakukan kegiatan usaha di bidang pertanian. Pemanfaatan lahan tidur pada

umumnya dilakukan oleh masyarakat di sekitar lokasi untuk bercocok tanam.

Menurut Najiyati dan Danarti (1999) dalam Pellokila (2005), tanaman yang

diusahakan pada lahan tidur sebaiknya tanaman berumur pendek yang sifatnya sekali

panen. Hal ini akan sangat membantu terutama untuk lahan yang diusahakan dengan

masa pakai atau waktu penggunaan lahan yang tidak dapat dipastikan. Selama ini

pemanfaatan lahan tidur belum dilakukan secara formal dalam suatu perjanjian atau

dibuatkan secara tertulis, akan tetapi diketahui oleh pemiliknya.

Masa penggunaan lahan sifatnya sementara selama belum dipergunakan oleh

pemiliknya. Pengolahan lahan tidur dalam ilmu pertanian menurut Salikin (2003)

dalam Pellokila (2005) adalah pengolahan lahan pertanian yang berkelanjutan dengan

menggunakan sistem pertanian yang tidak merusak, tidak mengubah, serasi, selaras

dan seimbang dengan lingkungan. Pertanian berkelanjutan sangat dianjurkan untuk

memberdayakan sumber daya alam dengan pertimbangan kegiatan yang dilakukan

tidak merusak alam, tidak mengakibatkan pencemaran, dan dilakukan tidak

Page 30: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080054_2_1992.pdf · komersial penuh, sekarang sebagian besar kelompok tani pada tahap

37

menimbulkan kerugian dalam jangka pendek maupun jangka panjang baik dari hasil

produknya maupun limbahnya serta dapat diterima oleh masyarakat karena selaras

dengan norma-norma sosial dan budaya yang ada pada masyarakat sekitar.

Persiapan masa produksi berkaitan dengan luas lahan yang dikelola dan

besarnya modal yang tersedia untuk dioperasikan serta jenis tanaman yang akan

dibudidayakan dengan mengukur kemampuan tenaga kerja yang ada. Faktor-faktor

yang dimaksud adalah :

1) Lahan yang dikelola

Luas lahan yang disiapkan untuk memulai produksi dan kemampuan tenaga

kerja yang tersedia, sangat menentukan jenis tanaman yang akan dipilih

untuk dibudidayakan. Selain itu harus dipertimbangkan modal yang tersedia

dan hasil akhir yang diharapkan. Jenis tanaman yang cocok dibudidayakan

pada lahan tidur adalah tanaman jangka pendek sehingga sudah dapat

dipanen oleh petani dalam waktu yang relatif singkat.

2) Persediaan Modal

Modal merupakan alat pengukur kemampuan yang dibentuk dari dana yang

tersedia. Modal usaha yang digunakan untuk mengelola lahan dapat berasal

dari dua sumber, yaitu modal sendiri (Equity Capital), yang berasal dari

tabungan keluarga dan modal pinjaman non bank yang berasal dari pihak

lain dengan suatu perjanjian akan dibayar kembali pada waktu yang telah

disepakati dan perhitungan bagi hasil yang telah disetujui oleh kedua belah

pihak.

Page 31: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080054_2_1992.pdf · komersial penuh, sekarang sebagian besar kelompok tani pada tahap

38

3) Tenaga Kerja

Kegiatan yang dilakukan petani dengan memanfaatkan tenaga kerja yang

tersedia, dapat dikatakan telah membuka lapangan kerja dengan

memanfaatkan tenaga kerja yang ada di sekitar lokasi sehingga menciptakan

lingkungan menjadi lebih produktif. Efisiensi sumber daya dapat diartikan

bagaimana cara menciptakan dan menggunakan sumber daya itu dengan

baik untuk memaksimalkan kesejahteraan masyarakat.

Faktor lahan, modal dan tenaga kerja merupakan sesuatu yang mutlak harus

tersedia dalam suatu usaha dan masing-masing faktor produksi tersebut mempunyai

fungsi yang berbeda, namun penggunaannya saling terkait satu dengan yang lainnya.

Penggunaan alokasi sumber daya dikatakan efisien apabila sumber daya tersebut

tidak bisa ditransfer pada penggunaan lain, sehingga mengakibatkan seseorang

menjadi lebih baik atau sejahtera menurut Yakin (1997) dalam Pellokila.

2.1.8 Penelitian Terdahulu

Berikut ini beberapa hasil penelitian terdahulu yang berhubungan dengan

pemanfaatan lahan tidur di kota.

1. Penelitian dengan metode deskriptif yang dilakukan oleh Nurmalinda (2002)

di Bekasi, tentang petani miskin di pinggiran perkotaan dan strategi bertahan hidup

rumah tangga, menunjukkan bahwa penciptaan peluang kerja baru dalam batas

penyediaan lahan tidur untuk bisa diolah oleh masyarakat belum ke arah peningkatan

jaminan berusaha dan pemberdayaan petani.

Page 32: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080054_2_1992.pdf · komersial penuh, sekarang sebagian besar kelompok tani pada tahap

39

2. Penelitian dengan metode deskriptif yang dilakukan oleh Rina Riana Manu

Pellokila (2005) di Bekasi, tentang pemberdayaan lahan tidur oleh masyarakat pada

Kelurahan Jatimekar, menunjukkan bahwa ada peluang bagi pelaku untuk mengelola

lahan yang tidak aktif menjadi produktif dan hasil produknya dapat dipasarkan.

2.2 Kerangka Pemikiran

Luas lahan pertanian di Jakarta selalu mengalami penurunan setiap tahunnya

seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan meningkatnya kebutuhan sarana

penunjang kehidupan penduduk kota Jakarta. Lahan pertanian di Jakarta berkurang

karena sebagian besar lahan pertanian sudah menjadi permukiman, perkantoran, hotel

dan bangunan lainnya. Melihat luas lahan pertanian yang sempit di Jakarta, sulit

dibayangkan untuk melakukan kegiatan usaha tani di Jakarta. Petani yang memiliki

lahan pertanian di Jakarta sudah sangat jarang, lahan-lahan yang tersisa di Jakarta

kebanyakan dimiliki oleh pihak swasta yang akan digunakan untuk proyek

pembangunan. Akan tetapi, lahan-lahan yang dimiliki swasta ternyata ditelantarkan

begitu saja tanpa ada pemanfaatan secara maksimal. Lahan yang belum dimanfaatkan

secara maksimal ini kemudian digunakan oleh penduduk untuk melakukan kegiatan

usaha tani.

Pemanfaatan lahan tidur menjadi lahan pertanian di perkotaan memiliki

karakteristik pertanian yang berbeda dengan pertanian di perdesaan. Baik dari segi

profil petani maupun kendala yang dihadapi oleh petani. Apabila di perdesaan, usaha

tani merupakan hal yang biasa sebab biasanya merupakan usaha turun temurun dari

Page 33: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080054_2_1992.pdf · komersial penuh, sekarang sebagian besar kelompok tani pada tahap

40

keluarga. Lain halnya dengan pertanian di perkotaan, tentu ada faktor-faktor yang

membuat penduduk kota melakukan usaha tani dengan memanfaatkan lahan tidur.

Profil petani di lahan tidur yang melakukan usaha tani padi dapat dilihat dari aspek

demografi, penguasaan aset, ketenagakerjaan dan motivasi. Sedangkan kendala yang

dihadapi petani di lahan tidur dapat dilihat dari kendala teknis, ekonomi dan sosial.

Page 34: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080054_2_1992.pdf · komersial penuh, sekarang sebagian besar kelompok tani pada tahap

41

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

Lahan Pertanian di

Jakarta yang Sempit

Terdapat Lahan yang

Belum Dioptimalkan

Penggunaannya (Lahan

Tidur)

Deskripsi Petani yang

Melakukan Usaha Tani

di Lahan Tidur

- Demografi

- Penguasaan

Aset

- Ketenagakerja

an

- Motivasi

Kendala yang Dihadapi

Petani

Profil Petani

Petani Mengelola Lahan

Tidur

- Ekonomi

- Teknis

- Sosial