bab iii keragaan agribisnis kopi luwak...

68
15 BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS KOPI LUWAK 3.1 Kopi Arabika Kopi (Coffea spp), adalah spesies tanaman berbentuk pohon yang termasuk dalam famili Rubiaceae dan genus Coffea. Secara umum dari berbagai jenis biji kopi yang dijual di pasaran hanya terdapat dua varietas utama biji kopi yang dikembangkan di Indonesia yaitu kopi arabika ( Coffea arabica) dan robusta (Coffea robusta). Keduanya memiliki banyak perbedaan terutama dalam rasa. Robusta mengandung kafein dalam kadar yang jauh lebih tinggi dari arabika. Kopi robusta jawa memiliki kadar kafein 1,48% sedangkan kopi arabika memiliki kadar kafein 1,16%. Gambar 2. Tanaman Kopi Arabika Kopi arabika dapat tumbuh di daerah dengan ketinggian 700-1.700 m dpl. Secara umum, ciri-ciri dari kopi arabika adalah beraroma wangi yang sedap menyerupai aroma perpaduan bunga dan buah, terdapat cita rasa asam yang tidak terdapat pada kopi jenis robusta. Penikmat kopi menambahkan, kopi arabika ketika disesap di mulut akan terasa kental. Kemudian citarasa kopi arabika jauh lebih halus (mild) dari kopi robusta dan terkenal pahit.

Upload: dinhnguyet

Post on 08-Mar-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS KOPI LUWAK …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080004_3_1524.pdf15 BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS KOPI LUWAK 3.1 Kopi Arabika Kopi (Coffea spp),

15

BAB III

KERAGAAN AGRIBISNIS KOPI LUWAK

3.1 Kopi Arabika

Kopi (Coffea spp), adalah spesies tanaman berbentuk pohon yang

termasuk dalam famili Rubiaceae dan genus Coffea. Secara umum dari berbagai

jenis biji kopi yang dijual di pasaran hanya terdapat dua varietas utama biji kopi

yang dikembangkan di Indonesia yaitu kopi arabika (Coffea arabica) dan robusta

(Coffea robusta). Keduanya memiliki banyak perbedaan terutama dalam rasa.

Robusta mengandung kafein dalam kadar yang jauh lebih tinggi dari arabika.

Kopi robusta jawa memiliki kadar kafein 1,48% sedangkan kopi arabika memiliki

kadar kafein 1,16%.

Gambar 2. Tanaman Kopi Arabika

Kopi arabika dapat tumbuh di daerah dengan ketinggian 700-1.700 m dpl.

Secara umum, ciri-ciri dari kopi arabika adalah beraroma wangi yang sedap

menyerupai aroma perpaduan bunga dan buah, terdapat cita rasa asam yang tidak

terdapat pada kopi jenis robusta. Penikmat kopi menambahkan, kopi arabika

ketika disesap di mulut akan terasa kental. Kemudian citarasa kopi arabika jauh

lebih halus (mild) dari kopi robusta dan terkenal pahit.

Page 2: BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS KOPI LUWAK …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080004_3_1524.pdf15 BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS KOPI LUWAK 3.1 Kopi Arabika Kopi (Coffea spp),

16

Kopi arabika berasal dari afrika tepatnya di daerah pegunungan Etiopia.

Namun, kopi baru dikenal oleh masyarakat dunia setelah tanaman tersebut

dikembangkan di daerah bagian selatan Jazirah Arab yaitu Yaman. Kemudian,

melalui pada saudagar Arab yang menyebutnya qahwah, minuman dari biji kopi

ini mulai dikenal oleh masyarakat timur tengah sampai ke Eropa.

3.2 Kopi Luwak

Sejarah kopi luwak tidak terlepas dari sejarah keberadaan kopi di

Indonesia. M. Yahmadi (2000) menyebutkan, saat itu penyebaran kopi terutama

kopi arabika di Indonesia sangat dipengaruhi oleh Vereenigde Oostindische

Compagnie (Perserikatan Perusahaan Hindia Timur atau Perusahaan Hindia

Timur Belanda) atau VOC. Bibit kopi arabika yang diintroduksi ke Indonesia

melalui VOC sebelumnya telah dibawa dari Yaman ke India. Kemudian, pada

tahun 1696 VOC mendatangkan bibit arabika dari Malabar ke Batavia untuk

ditanam di tanah parkelir Kedawung, yang terletak di sebelah timur Jatinegara,

namun seluruhnya mati akibat musibah banjir. Pada tahun 1699 kemudian

didatangkan kembali bibit arabika dan kembali ditanam di Jakarta, yaitu Bifara

Cina, Meester Cornelis (sekarang Jatinegara), Palmerah dan Kampung Melayu.

Tanaman inilah yang menjadi cikal bakal (embryo) budidaya kopi arabika di

Indonesia.

Pada abad ke 18 tanaman kopi arabika dikembangkan oleh VOC di Jawa

Barat, terutama di Priangan dan Cirebon. Pengembangan tanaman kopi tersebut

dilakuakan dengan mewajibkan para petani menanam dan memelihara, kemudian

hasilnya harus diserahkan kepada VOC dengan harga kompensasi yang telah

Page 3: BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS KOPI LUWAK …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080004_3_1524.pdf15 BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS KOPI LUWAK 3.1 Kopi Arabika Kopi (Coffea spp),

17

ditetapkan secara sepihak. Sistem ini dikenal dengan Sistem Penyerahan Wajib

(Verplichte Levering Stelsel) sampai abad 19. Kemudian diganti dengan sistem

Pajak Bumi (Landelikj Stelsel) pada pemerintahan Raffles, dan diganti kembali

menjadi sistem Tanam Paksa (Cultuur Stelsel).

Pada saat itu pembukaan lahan hampir terjadi di seluruh wilayah Indonesia

untuk ditanami kopi. Rakyat Indonesia sebagian besar hanya digunakan sebagai

buruh tani dan tidak diperkenankan untuk mengambil hasil tanamnya. Seluruh

hasil tanamanan kopi harus diserahkan pada VOC. Mulai dari sinilah cikal bakal

ditemukannya kopi luwak seperti yang disebutkan oleh Edy Panggabean (2011).

Sampai pada sekitar abad ke-19 di Jawa Tengah seorang buruh tani menemukan

feses atau kotoran luwak disekitar perkebunan kopi. Feses itu berupa biji kopi

yang masih berkulit tanduk dengan keadaan yang sudah kering. Kumpulan feses

itu dibawa pulang untuk diolah.

Proses pengolahannya masih sangat sederhana yaitu dengan mencuci kopi

luwak hingga bersih, lalu dijemur hingga kering. Setelah biji kopi menjadi kering,

langkah selanjutnya adalah mengupas kulit tanduk biji kopi yang masih melekat

satu persatu dengan cara tradisional menggunakan tangan. Setelah biji kopi bersih

dari kulit ari, dilanjutkan dengan menyangrai biji kopi, dan setelah itu biji kopi

dihancurkan sampai menjadi bubuk.

Diluar dugaan rasa yang ditimbulkan oleh kopi luwak sangat spesial.

Maka, sejak saat itulah beberapa buruh tani secara sembunyi-sembunyi menikmati

kopi luwak tersebut dan saling memberitahu antara sesama buruh tani. Sampai

pada suatu ketika kebiasaan meminum kopi ini diketahui oleh kepala kebun dan

Page 4: BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS KOPI LUWAK …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080004_3_1524.pdf15 BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS KOPI LUWAK 3.1 Kopi Arabika Kopi (Coffea spp),

18

penguasa kebun tetang keberadaan kopi luwak. Kebiasaan meminum kopi buruh

tani ini ternyata disukai oleh penikmat kopi dan mulai diusahakan dalam skala

besar.

Namun, terdapat pula perdebatan pendapat atas sejarah kopi luwak ini

ditengah masyarakat. Terdapat informan yang menyebutkan sejarah kopi luwak

bukanlah berasal dari gaya hidup kalangan bawah melainkan sebuah kopi yang di

nikmati oleh para raja. Bahkan ada yang menyebutkan bahwa para raja terdahulu

mengutus seseorang staf khusus kerajaan untuk mencari biji kopi yang utuh

namun tetap tidak melanggar ketentuan perkebunan. Pencarian biji kopi ini

berawal dari kebijakan pihak Belanda (yang saat itu mengelola perkebunan kopi)

dengan tidak menjual kopi kualitas yang baik pada raja-raja Indonesia yang saat

itu tanahnya dikuasai Belanda untuk menanam kopi. Raja-raja ini hanya

mendapatkan kopi dengan kualitas paling rendah. Akhirnya ditemukan biji kopi

yang utuh dan ternyata berasal dari feses hewan luwak. Semenjak itulah diutus

secara rahasia pencarian feses luwak untuk dijadikan kopi luwak. Maka sangat

masuk akal jika kopi ini sangat prestise dan sangat mahal karena sampai pada

awal abad ke 19 minuman ini merupakan minuman bangsawan. Bahkan menurut

Togu Siregar (2012), kopi luwak sempat disebut kopi “hantu” di daratan Eropa

pada tahun 1990-an karena namanya sangat dikenal, namun hampir tidak ada yang

yang tahu bagaimana bentuknya. Beberapa orang menyebutnya sebagai hoax

untuk strategi pemasaran para produsen kopi.

Fakta menarik tentang kopi luwak tidak berhenti pada sejarah dan rasanya

yang fenomenal saja. Penelitian yang dilakukan oleh seorang peneliti makanan,

Page 5: BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS KOPI LUWAK …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080004_3_1524.pdf15 BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS KOPI LUWAK 3.1 Kopi Arabika Kopi (Coffea spp),

19

Massimo Marcone di Universitas Guelph Ontario Kanada dalam Edi Panggabean

(2011) menyebutkan, bahwa buah kopi yang dimakan luwak didalam perutnya

terjadi proses fermentasi dimana buah kopi di uraikan oleh enzim proteolitik. Hal

ini menunjukan bahwa sekresi endogen pencernaan hewan luwak itu meresap

kedalam biji kopi. Sekresi enzim proteolitik memecah kandungan protein yang

terdapat pada biji kopi. Hasilya, dari hasil penelitian membuktikan bahwa buah

kopi yang telah melewati proses fermentasi pencernaan perut luwak menjadikan

buah kopi tersebut sangat rendah cafein, low acid, sangat aman bagi lambung,

tinggi kandungan oksigen sangat baik untuk melancarkan peredaran darah dan

meningkatkan kinerja otak, memilki banyak peptide dan asam amino bebas

menjadi berkurang.

3.3 Agribisnis Kopi Luwak

Silvia Masudi (1996) menjelaskan lingkup agribisnis secara umum dimulai

dengan pengadaan dan peyaluran sarana produksi sampai kepada kegiatan

distribusi dan pemasaran hasil-hasil pertanian, baik primer atau olahan. Menurut

Adjid, DA (2001) dalam Yamanie, Widyaiswara Madya (2011) mengemukakan

bahwa agribisnis konsep dari suatu system yang integrative yang terdiri dari

beberapa subsistem yaitu, subsistem pengedaan sarana produksi pertanian

(agroinput), subsistem produksi atau kegiatan usahatani (on-farm agribusiness),

subsistem hilir atau penanganan pasca panen (agroindustry), subsistem pemasaran

hasil pertanian (agromarketing) dan subsistem kelembagaan penunjang kegiaatan

pertanian (agro supporting).

Page 6: BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS KOPI LUWAK …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080004_3_1524.pdf15 BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS KOPI LUWAK 3.1 Kopi Arabika Kopi (Coffea spp),

20

3.3.1 Subsistem Pengadaan Sarana Produksi Pertanian (Agroinput)

Adjid, DA (2001) dalam Yamanie, Widyaiswara Madya (2011)

menyebutkan subsistem pasokan input atau sektor masukan ini adalah mewadahi

semua pengusaha, baik skala kecil, menengah maupun besar yang menyediakan

atau memasok input bagi para petani di subsistem usahatani (on-farm atau agro-

production). Subsistem pemasok input mempunyai peranan penting dalam

meningkatkan efisiensi usahatani (penggunaan mesin-mesin pertanian yang dapat

menghemat pemakaian tenaga kerja manusia, terutama di daerah kekurangan

penduduk) dan produktivitas hasil (penggunaan bibit unggul dan pupuk buatan),

serta perluasan usahatani (melalui peminjaman modal dari lembaga pembiayaan

usahatani). Sektor input yang efisien, yang mampu memasok input dalam jumlah

dan waktu yang tepat merupakan fakta penentu untuk meningkatkan atau paling

tidak mempertahankan peningkatan efisiensi produksi yang telah dicapai pada

saat sebelumnya.

Pasokan bahan baku utama kopi luwak (buah kopi) sangat bergantung

pada hasil produksi dari tanaman Kopi Arabika. Karena sifat dari hewan luwak

yang sangat apik dalam memilih buah kopi, maka bahan baku utama buah kopi

arabika yang dihasilkan harus dalam kualitas yang baik. Oleh karena tuntutan ini

maka dibutuhkan budidaya yang intensif mulai dari pasokan input kebun kopi.

A. Pengadaan Sarana Produksi Pertanian Tanaman Kopi Arabika

Dalam pengadaan sarana produksi pertanian tanaman kopi arabika terdapat

beberapa hal yang harus diperhatikan mulai dari ketersediaan bibit kopi arabika,

pohon pelindung, pupuk, sampai pestisida. Bibit yang digunakan oleh petani

Page 7: BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS KOPI LUWAK …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080004_3_1524.pdf15 BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS KOPI LUWAK 3.1 Kopi Arabika Kopi (Coffea spp),

21

anggota plasma umumnya varietas arabika S 795 atau biasa disebut “timtim” oleh

petani. Awalnya para petani menanam kopi arabika varietas Kartika 1, namun

terlalu banyak cabang kemudian diganti dengan S 795. Sampai saat ini ketika

umur tanaman telah lebih dari lima tahun, maka tanaman kopi tersebut telah dapat

menjadi pohon induk.

1. Pengadaan Bibit

Awalnya bibit kopi arabika yang ditanam di lahan PHBM pada LMDH

Kubangsari didapat dari Sumatra dan Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Jember.

Namun, saat ini ketika umur tanaman telah lebih dari lima tahun, umumnya petani

telah memenuhi secara mandiri untuk keperluan bibit. Biasanya petani mengambil

bahan baku bibit (buah kopi merah segar) pada saat musim panen raya telah tiba.

Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan bibit adalah sebagai

berikut:

a. Pengambilan bibit berasal dari tangkai produksi yang berada di tengah

dan pilih yang berwarna merah.

b. Seleksi buah kopi secara manual dengan memilih yang berwarna

merah segar seutuhnya.

c. Giling buah kopi secara manual (dengan tangan atau kaki).

d. Seleksi kembali biji kopi dengan mencari biji kopi yang bagian garis

tengahnya lurus. Hindari biji nunggal/ biji lanang dan biji tiga.

Setelah mendapatkan benih kopi arabika yang baik, selanjutnya benih kopi

arabika disemai selama kurang lebih 45 hari. Penyemaian ini dilakukan dengan

Page 8: BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS KOPI LUWAK …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080004_3_1524.pdf15 BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS KOPI LUWAK 3.1 Kopi Arabika Kopi (Coffea spp),

22

posisi benih telungkup. Posisi ini penting diperhatikan agar benih tumbuh dengan

baik. Selain itu ketersediaan air dan kelembaban juga harus diperhatikan.

Setelah melalui masa persemaian, kemudian dilakukan seleksi akar. Pilih

akar bibit yang lurus. Kemudian, pindahkan bibit ke polibag. Pemindahan bibit ke

polibag ini disebut dengan masa serdadu. Pilih bibit dengan pertumbuhan baik

untuk kemudian dilakukan penanaman.

2. Pohon Pelindung

Menurut M. Candra Wirawan Arief (2011), cahaya dan panas matahari

yang berlebihan dapat mempengaruhi tidak stabilnya pertumbuhan, proses

perkembangan bunga, dan pembuahan tanaman kopi. Oleh karena itu sebelum

penanaman tanaman kopi, terlebih dahulu harus terdapat pohon pelindung sebagai

naungan untuk memberikan perlindungan bagi tanaman kopi dari cahaya matahari

yang berlebihan. Tanaman kopi juga akan cepat meranggas akibat panas matahari

saat musim kemarau. Hal tersebut menunjukan pentingnya penggunaan pohon

pelindung sebagai naungan yang cocok untuk tanaman kopi. Berikut ini

merupakan beberapa fungsi pohon pelindung antara lain:

a. Pelindung kopi dari intesitas cahaya dan panas matahari.

b. Membantu mengatur kelembaban lahan dan mengatur serapan air pada

musim hujan.

c. Melalui guguran daun juga meningkatkan kesuburan tanah.

d. Melindungi dari angin.

e. Pohon pelindung dapat menekan pertumbuhan gulma dan tanaman

lain yang dapat menjadi kompetitor kopi.

Page 9: BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS KOPI LUWAK …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080004_3_1524.pdf15 BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS KOPI LUWAK 3.1 Kopi Arabika Kopi (Coffea spp),

23

f. Menahan erosi tanah.

Para petani anggota plasma Three Mountain umumnya menanam kopi

arabika di lahan PHBM Perum Perhutani yang notabene merupakan areal hutan

yang telah ditanami pohon ekaliptus. Peraturan Perum Perhutani tentang larangan

menebang pohon milik Perum Perhutani memberikan keuntungan tersendiri bagi

petani kopi. Dengan adanya peraturan tersebut pohon pelindung untuk tanaman

kopi arabika tidak perlu ditananam kembali oleh petani.

3. Pengadaan Pupuk

Pemupukan dilakukan satu kali saat pengolahan lahan sebelum

penanaman. Kemudian setelah tanam, pemupukan dilakukan dua kali dalam satu

tahun yaitu saat akan menghadapi musim kemarau dan pada saat menghadapi

musim hujan. Pupuk yang digunakan oleh petani anggota plasma umumnya

adalah pupuk kandang dari feses ayam. Pupuk ini dianggap lebih praktis bagi

petani karena lebih mudah dalam mobilitasnya dan mudah untuk didapat. Dalam

pengadaannya petani dapat memesan pada peternakan ayam disekitar desa. Dalam

setiap pemakaian umumnya petani dapat memakai 5-10 kg pupuk kandang untuk

satu pohon. Dosis pemupukan ini dapat ditingkatkan sesuai kebutuhan tanaman

dan umur tanaman.

4. Pengadaan Pestisida

Hama dan penyakit tanaman yang umumnya menyerang pada tanaman

kopi arabika adalah berupa nematoda yang menyerang akar, ulat penggerek

batang, penggerek buah dan penyakit karat daun. Namun, pada tanaman kopi yang

ditanam oleh petani anggota plasma belum menunjukan gejala teserang hama dan

Page 10: BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS KOPI LUWAK …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080004_3_1524.pdf15 BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS KOPI LUWAK 3.1 Kopi Arabika Kopi (Coffea spp),

24

penyakit tersebut. Oleh karena itu, para petani anggota plasma saat ini tidak

memakai pestisida kimia berbentuk apapun untuk tanaman mereka.

B. Pengadaan Sarana Produksi Penangkaran Luwak

Edy Panggabean (2011) menyebutkan, hal yang harus diperhatikan dalam

bisnis kopi luwak adalah ketersediaan buah kopi (cerry kopi), ketersedian pakan

dan asupan gizi, ketersediaan luwak dan pembuatan kandang dan

perlengkapannya. Tidak jauh berbeda dengan yang disebutkan Edy Panggabean

(2011), pada prinsipnya Three Mountain juga menerapkan demikian.

1. Ketersediaan Buah Kopi Arabika

Setiap petani anggota plasma dari Three Mountain memiliki profesi

sebagai petani kopi arabika, maka ketersediaan buah kopi Arabika didapatkan dari

kebun kopi sendiri. Ketika persediaan dari kebun kopi tidak ada, maka petani

dapat membelinya dari petani lain berupa buah kopi Arabika segar dan berwarna

sangat merah menyeluruh (full ripe).

2. Ketersediaan Pakan dan asupan Gizi

Penting untuk diketahui bahwa buah kopi bukanlah merupakan makanan

pokok dari luwak. Buah kopi hanyalah makanan camilan bagi luwak. Luwak

sangat menyukai buah kopi terutama arabika karena rasanya yang sangat manis.

Namun, karena proses tertentu pada perut luwak sehingga biji kopi tidak dapat

tercerna. Oleh karena itu luwak membutuhkan pakan dan asupan gizi lain yang

seimbang untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuhnya sehari-hari. Pakan

luwak terdiri dari berbagai buah-buahan seperti pisang dan pepaya, berbagai

Page 11: BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS KOPI LUWAK …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080004_3_1524.pdf15 BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS KOPI LUWAK 3.1 Kopi Arabika Kopi (Coffea spp),

25

sumber protein seperti daging sapi, daging ayam, ikan, dan telur. Adapun sumber

gizi lain yang dibutuhkan luwak seperti susu dan madu.

3. Ketersediaan Luwak

Jenis luwak yang ditangkarkan oleh Three Mountain dan anggota plasma

sebagai mesin biologis dalam proses pembuatan kopi luwak adalah Luwak Pandan

Bulan dan Luwak Pandan Gintung. Menurut Bapak Rudi pengelola Three

Mountain, secara umum jika dilihat secara fisik pandan gintung dan pandan bulan

hampir sama yang membedakannya adalah ekornya dan bau badannya. Untuk

jenis pandan bulan bau pandannya lebih tajam dibandingkan jenis pandan gintung.

Pada ekornya pandan bulan ada sedikit corak totol-totol sedangkan pandan

gintung, warnanya cenderung hitam, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

Gambar 3. berikut ini.

Gambar 3. (Kiri-kanan) Luwak Panadan Gintung dan Pandan Bulan

Luwak Pandan Gintung dan Pandan bulan ini didapatkan dari Kabupaten

Majalengka, Kecamatan Cikijing dan Kecamatan Maja. Dikedua kecamatan

tersebut luwak menjadi hama utama dari aren. Luwak-luwak tersebut sering

memakan buah caruk sehingga produksi cangkaleng dan gula aren terganggu.

Mengutip Edy Panggabean (2011), perburuan popolasi hewan ini harus

diwaspadai karena hingga saat ini, belum terdengar pengembangbiakan luwak

Page 12: BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS KOPI LUWAK …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080004_3_1524.pdf15 BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS KOPI LUWAK 3.1 Kopi Arabika Kopi (Coffea spp),

26

melalui perkawinan secara buatan (asimilasi buatan). Hal tersebut penting karena

dihawatirkan mengganggu keberadaan populasi hewan tersebut. Menurut Bapak

Rudi saat ini di Three Mountain belum dapat mengembangbiakan luwak secara

penangkaran. Hal tersebut karena luwak dapat bersifat kanibal dengan

pasangannya maupun dengan anaknya oleh karena itu sangat susah untuk

dikembangbiakan secara penangkaran.

Untuk mensiasati masalah keberadaan populasi luwak liar di alam bebas

tersebut, Three Mountain akan melepas luwak-luwak kembali ke alam liar yang

mengalami penurunan produksi dan yang sudah masuk masa kadaluarsa. Masa

kadaluarsa luwak yang ditangkarkan adalah selama tiga sampai empat tahun,

setelah itu maka pada tahun berikutnya luwak-luwak tesebut dikembalikan ke

alam bebas. Luwak yang ditangkap dari alam biasanya mengalami masa adaptasi.

Masa adaptasi ini belangsung antara satu sampai dua minggu. Dalam masa

adaptasi, luwak tidak langsung diberikan cerry kopi arabika untuk berproduksi.

Pemberian cerry kopi arabika akan diberikan secara bertahap.

4. Pembuatan Kandang dan Perlengkapannya

Menurut Bapak Rudi, kematian luwak dapat ditekan dengan cara

pemeliharaan yang tepat. Kesehatan luwak dipegaruhi oleh kebersihan dan

kenyamanan kandang. Luwak umumnya mati karena stress di kandang yang

sempit karena semula mereka hiduup bebas. Untuk itu dibuatkan kandang yang

lebar sehingga lebih leluasa dan memiliki saluran udara yang sangat terbuka dan

menyesuaikan tempatnya di alam bebas.

Page 13: BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS KOPI LUWAK …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080004_3_1524.pdf15 BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS KOPI LUWAK 3.1 Kopi Arabika Kopi (Coffea spp),

27

Luwak merupakan hewan yang sangat pandai memanjat dan bersifat

arboreal, artinya hewan ini lebih kerap berkeliaran di atas pepohonan, meskipun

tidak jarang pula untuk turun ke tanah. Oleh karena kedua sifat ini maka

dibuatkan kotak tempat tidur yang berada diatas. Kandang dibuat satu untuk setiap

luwak karena sifatnya yang terkadang dapat menjadi kanibal. Keuntungan lain

dari pembuatan kandang seperti ini adalah petani lebih mudah dalam

mengumpulkan feses seperti pada Gambar 4. dan Gambar 5. sebagai berikut.

Gambar 4. Kandang Luwak Tampak Luar

Gambar 5. Kandang Luwak Bagian Koridor

Perlengkapan panen dan perlengkapan kandang yang diperlukan kurang

lebih menggunakan peralatan rumah tangga seperti sapu lidi, ember dan alat

kebersihan lainnya. Untuk alat penjemuran digunakan papan penjemuran

berbentuk meja dengan panel seng mengkilat diatasnya. Panel seng ini digunakan

untuk mempercepat proses penjemuran. Sedangkan, papan penjemuran dibuat

Page 14: BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS KOPI LUWAK …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080004_3_1524.pdf15 BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS KOPI LUWAK 3.1 Kopi Arabika Kopi (Coffea spp),

28

seperti meja untuk menjaga aroma kopi luwak arabika yang dihasilkan. Kemudian

terdapat alat manual untuk mengupas kulit tanduk.

3.3.2 Subsistem Kegiatan Usahatani (On-farm Agribusiness)

Dr. Mosher dalam Mubyarto (1989) memberikan definisi farm (yang

diterjemahkan oleh Krisnandi menjadi usahatani) sebagai suatu tempat atau

bagian dari permukaan bumi dimana pertanian diselenggarakan oleh seorang

petani tertentu apakah pemilik, penyakap atau manager yang digaji. Usahatani

adalah himpunan dari sumber-sumber alam yang terdapat di tempat itu yang

diperlukan untuk produksi pertanian seperti tubuh tanah dan air, perbaikan-

perbaikan yang telah dilakukan atas tanah itu, sinar matahari, bangunan-bangunan

yang didirikan di atas tanah dan sebagainya. Sehingga, seperti yang dikatakan

Abdul Rodjak (2006) bahwa dalam usahatani terdapat unsur-unsur pokok

usahatani yang terdiri dari lahan, pertanian, alat-alat produksi tanaman dan hewan

yang dipelihara, serta lingkungan alam sebagai penunjang terhadap kesesuaian

tumbuh tanaman dan hidup hewan yang dipelihara. Dalam subsistem usahatani

terdapat kegiatan-kegiatan produksi yang di dalamnya terdapat aspek budidaya

dan faktor-faktor usaha tani yang terdiri dari lahan, tenaga kerja, modal dan

keterampilan mengelola atau manajemen sebagai berikut:.

A. Usahatani

1. Lahan

Tedapat beberapa pengertian mengenai lahan sepeti yang dikemukakan

oleh Abdul Rodjak (2006) yaitu lahan sebagai unsur usahatani, lahan sebagai

modal tetap, dan lahan sebagai faktor produksi. Lahan sebagai unsur usahatani

Page 15: BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS KOPI LUWAK …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080004_3_1524.pdf15 BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS KOPI LUWAK 3.1 Kopi Arabika Kopi (Coffea spp),

29

berarti lahan berperan sebagai tempat kegiatan bercocok tanam dan memelihara

ternak. Lahan sebagai modal tetap mengandung pengertian lahan tersebut dapat

dipakai beberapa kali produksi walaupun tidak menghasilkan produksi yang

berupa tanaman atau ternak tapi mempunyai nilai. Lahan sebagai faktor produksi

usahatani mengandung pengertian bahwa lahan tersebut harus dikombinasikan

dengan faktor produksi lainnya (tanaga kerja, modal, dan keterampilan) baru

dapat menghasilkan produk yang berupa tanaman atau ternak.

Para petani anggota Three Mountain umumnya menanam tanaman kopi

arabika pada lahan PHBM (Pengelolaan Hutan Bersama Masyatakat) Perum

Perhutani. Adapun ketentuan yang harus dipenuhi bagi petani kopi yang menanam

di lahan PHBM adalah tidak diperkenankan menebang pohon milik perhutani dan

memenuhi share dengan Perum Perhutani sebesar 15 % dari hasil kebun sesuai

dengan keputusan Direksi Perum Perhutani bernomor 682/ KPTS/ DIR 2009

tentang pedoman PHBM. Pemenuhan share dengan Perum Perhutani sebesar 15

% dari hasil kebun ini biasanya dilakukan pada saat musim panen kopi telah tiba.

Sedangkan untuk penangkaran luwak, petani menggunakan lahannya masing-

masing untuk pembuatan kandang penangkaran.

2. Tenaga Kerja

Menurut Abdul Rojak (2006), tenaga kerja sebagai faktor produksi

mengandung arti bahwa tenaga kerja merupakan subsistem produksi, dalam

pengertian bahwa apabila faktor tenaga kerja tidak ada, maka produksi suatu

barang atau tanaman dan ternak tidak akan terjadi, atau sistem produksi tersebut

Page 16: BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS KOPI LUWAK …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080004_3_1524.pdf15 BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS KOPI LUWAK 3.1 Kopi Arabika Kopi (Coffea spp),

30

tidak berjalan. Produktivitas tenaga kerja dipengaruhi oleh jenis kelamin, umur,

pegalaman kerja, alat bantu yang diberikan, serta tingkat upah dan waktu bekerja.

Dalam agribisnis kopi luwak tenaga kerja dibedakan menjadi dua yaitu

tenaga kerja di kebun kopi dan tenaga kerja pada penangkaran luwak. Pada

demplot percontohan Three Mountain terdapat dua tenaga kerja khusus untuk

merawat dan melakukan proses pasca panen kopi luwak. Melalui demplot inilah

biasanya petani kopi luwak diberikan pengarahan sebelum menangkarkan luwak.

Sedangkan pada kebun kopi, biasanya diperlukan 11 tenaga kerja untuk perawatan

pohon untuk lahan kopi 7 Ha, sampai 20 tenaga kerja saat musim panen kopi tiba.

3. Modal

Menurut Mubyarto (1938) setelah tanah, modal adalah nomor dua

pentingnya dalam produksi pertanian dalam arti sumbangannya pada nilai

produksi. Dalam pengertian ekonomi, modal adalah barang atau uang yang

bersama-sama faktor-faktor produksi tanah dan tenaga kerja menghasilkan

barang-barang baru yaitu, dalam hal ini hasil pertanian.

Untuk dapat memproduksi kopi luwak, para petani anggota plasma

mendapatkan luwak beserta kandangnya dari Three Mountain dengan cara kredit.

Dengan rincian untuk membeli luwak beserta kandangnya senilai Rp 4.500.000

/ekor. Setiap angsuran dapat dipotong dari penjualan kopi kepada Three

Mountain. Namun, angsuran ini tidak baku tergantung pada kesepakatan anggota

dengan Three Mountain. Sumber permodalan lainnya, umumnya berasal dari uang

sendiri. Sampai dengan saat ini memang sudah banyak lembaga keuangan yang

Page 17: BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS KOPI LUWAK …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080004_3_1524.pdf15 BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS KOPI LUWAK 3.1 Kopi Arabika Kopi (Coffea spp),

31

menawarkan sumber permodalan, namun birokrasi yang sulit membuat enggan

para petani.

4. Keterampilan Manajemen

Keteampilan manajemen dalam usahatani sangat diperlukan meskipun

faktor keterampilan pengaruhnya tidak secara langsung. Besarnya peranan

keterampilan manajemen sebagai faktor produksi secara ekonomis Abdul Rojak

(2006) akan tercermin dalam komponen biaya produksi usahatani yang berupa

upah tenaga kerja.

B. Budidaya Tamanan Kopi Arabika

Pada dasarnya dalam budidaya kopi arabika terdiri dari Pola tanam,

penyulaman, pemangkasan, penyiraman dan pengendalian hama penyakit

tanaman.

1. Pola Tanam

a. Persiapan Lahan

Menurut M. Candra Wirawan Arief (2011) dalam budidaya kopi, kondisi

lahan menjadi faktor yang sangat penting dan mendasar untuk menghasilkan

produksi yang baik. Tujuan dari persiapan lahan adalah kopi yang ditanam akan

tumbuh dengan baik. Persiapan lahan dilakukan dengan pembersihan lahan dari

rumput dan tumbuhan liar. Rumput dan tumbuhan liar sebaiknya dibabat dan hasil

pembabatan tidak dibakar melainkan ditumpuk dalam satu barisan sesuai dengan

barisan tanaman kopi, hal ini dilakukan untuk memberikan stok humus bagi

tanaman kopi.

Page 18: BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS KOPI LUWAK …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080004_3_1524.pdf15 BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS KOPI LUWAK 3.1 Kopi Arabika Kopi (Coffea spp),

32

Pengaturan jarak tanam pada tanaman kopi arabika dengan pohon

pelindung juga harus diperhatikan. Seperti yang dilakukan oleh petani anggota

plasma yang mengatur jarak tanaman tanaman kopi mereka. Jarak tanaman untuk

kopi arabika adalah 2 m x 2 m dan diselingi oleh tanaman pelindung, seperti pada

Gambar 6. berikut ini.

Gambar 6. Jarak Tanam Tanaman Kopi dengan Pohon Pelindung

b. Pembuatan Lubang Tanam

Menurut M. Candra Wirawan Arief (2011), Lubang tanam dibuat dengan

ukuran panjang 30 cm, lebar 30 cm dan kedalaman juga 30 cm. Hal ini dilakukan

agar dapat memberikan pertumbuhan yang baik bagi perakaran kopi. Jarak tanam

antar tanaman kopi adalah 2 hingga 3 meter. Untuk memberikan kondisi lahan

yang optimal lubang tanam dibiarkan selama beberapa hari dan kemudian

diberikan pupuk kompos, hal ini selain untuk menghilangkan faktor penyakit serta

adanya kemungkinan unsur berbahaya juga menambah kesuburan pada lahan.

Selain itu untuk mencegah serangan jamur pada tiap lubang tanam dapat juga

diberikan 1 sendok makan belerang halus, atau jamur Thricoderma.

Page 19: BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS KOPI LUWAK …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080004_3_1524.pdf15 BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS KOPI LUWAK 3.1 Kopi Arabika Kopi (Coffea spp),

33

Sedikit berbeda dengan yang dijelaskan oleh M. Candra Wirawan Arief

(2011), pembuatan lubang tanam yang diterapkan oleh petani dilakukan dengan

ukuran panjang 60 cm, lebar 60 cm, dan kedalaman 60 cm. Kemudian, 30 cm

tanah teratas dicangkul dan disimpan di permukaan tanah. Lubang tanam

dibiarkan terbuka selama 15 hari dan bagian tengah diberi ajir. Setelah dibiarkan

terbuka selama 15 hari, lubang tanam dimasukan sampah-sampah daun/ pupuk

kompos dan benamkan bersama tanah 30 cm teratas tadi. Hal ini dilakukan untuk

mempermudah pertumbuhan akar sehingga tanaman kopi sudah dapat

menghasilkan kurang lebih pada umur 1 sampai 1,5 tahun.

c. Penanaman

Penanaman dilakukan dengan cara mencabut ajir yang terdapat pada

bagian tengah lubang tanam. Ajir dicabut dengan hati-hati kemudian diganti

dengan bibit tanaman kopi. Perhatikan bagian leher akar agar tidak tertanam.

Kemudian, tambahkan pupuk kandang dalam penanaman. Peletakan ajir pada

lubang tanam dilakukan agar memudahkan petani dalam proses penanaman.

2. Penyulaman

Penyulaman dapat dilakukan pada umur tanaman 2-3 minggu. Tujuan dari

penyulaman adalah mengganti bibit yang tidak sehat, mati, atau menunjukan

gejala pertumbuhan yang tidak normal. Waktu penyulaman idealnya pada awal

atau akhir musin hujan atau pada saat tanaman belum terlihat rimbun. Hal ini

diterapkan untuk menyelaraskan kondisi tanaman sulaman denan tanaman lain.

Hal lain yang harus diperhatikan adalah pemeliharaan tanaman sulaman harus

lebih intensif dari tanaman lain.

Page 20: BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS KOPI LUWAK …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080004_3_1524.pdf15 BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS KOPI LUWAK 3.1 Kopi Arabika Kopi (Coffea spp),

34

3. Pemangkasan

Menurut M. Candra Wirawan Arief (2011), pemangkasan bertujuan

mempertahankan keseimbangan kerangka tanaman dengan menghilangkan

cabang-cabang tidak produktif. Cabang yang tidak produktif meliputi, cabang tua

yang telah berbuah 2-3 kali, cabang balik, cabang liar, tunas air, cabang kipas,

tunas cacing, cabang saling tindih, dan cabang rusak (yang terkena

hama/penyakit). Tujuan lain dilakukan pemangkasan menurut Anies Anggara

(2011), mengurangi penguapan, mempercepat pembungaan dan mempermudah

perawatan. Sirkulasi udara lebih bebas dan leluasa masuk kedalam kebun untuk

membantu penyerbukan bunga kopi. Memudahkan cahaya masuk kedalam bagian

pohon untuk memacu pertumbuhan tanaman, tunas baru dan mengurangi

kelembaban.

Terdapat empat tahapan dalam pemangkasan yaitu, pemangkasan bentuk

tajuk, pemagkasan pemeliharaan, pemangkasan cabang primer dan pemangkasan

peremajaan. Umumnya petani anggota plasma menerapkan keempat tahapan

pemangkasan tersebut pada tamanan kopi arabika mereka sebagai berikut:

a. Pemangkasan Bentuk

Pemangkasan bentuk bertujuan untuk membentuk kerangka pohon yang

diinginkan sehingga pertumbuhan batang dan cabang lebih kekar dan kuat.

Pemangkasan bentuk tajuk terbagi menjadi 2 tahap yaitu, pada usia 8-12 bulan

dan pada usia 1-2 tahun. Setelah memasuki umur 8 bulan tanaman kopi sudah

muali ditumbuhi percabangan dan tunas air yang dapat mengganggu

Page 21: BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS KOPI LUWAK …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080004_3_1524.pdf15 BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS KOPI LUWAK 3.1 Kopi Arabika Kopi (Coffea spp),

35

pertumbuhan. Berikut ini merupakan percabangan dan tunas air yang dapat

dipangkas dalam pangkasan bentuk tajuk:

Cabang jatuh yang sudah terkena tanah dan menutupi bagian pohon

Cabang saling tindih, atau cabang yang di selang-seling sebelum

cabang tersebut menindih cabang bawahnya, sehingga percabangan

yang sudah di renggangkan jaraknya dapat tumbuh dengan sempurna.

Tunas air atau tunas yang tumbuh pada bagian batang.

Pertumbuhan batang yang melebihi dari 1 pohon.

Dalam pamangkasan bentuk percabangan tanaman kopi terdapat dua cara

yaitu pemangkasan bentuk dengan sistem cabang selang-seling dan pemangkasan

bentuk dengan sistem cabang di kelang-kelang. Keduanya dapat membuat batang

dan cabang tumbuh dengan sempurna,sehingga kerangka pohon yang diinginkan

kuat dan kekar. Kedua cara tersebut dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Pemangkasan Bentuk Percabangan Tanaman Kopi

b. Pemangkasan Pemeliharaan

Tujuan pemangkasan pemeliharaan adalah tanaman kopi yang sudah

dilakukan pemangkasan bentuk, harus dipelihara dan dipertahankan, kecuali

Page 22: BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS KOPI LUWAK …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080004_3_1524.pdf15 BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS KOPI LUWAK 3.1 Kopi Arabika Kopi (Coffea spp),

36

akibat serangan hama dan penyakit, atau faktor alam dan yang lainnya. Pangkasan

pemeliharaan dilakukan pada tanaman kopi yang sudah berusia kurang lebih 2-3

tahun yang harus di pangkas adalah:

Percabangan yang berada 40 cm diatas permukaan tanah. Tujuan dari

pangkasan tesebut agar mengurangi kelembaban di sekitar pohon. Apabila

tidak terpotong, percabangan akan jatuh ke tanah dan menutupi bagian

pohon sehingga perakaran tanaman kopi akan muncul ke permukaan tanah

untuk mencari makan. Pada saat musim kemarau datang, perakaran

menjadi kering, pertumbuhan terhambat dan meranggas.

Pohon yang melebihi ketinggian dari 2 meter, jika tidak dipotong maka

pembuahan akan terus mengejar ke bagian atas, sehingga mempersulit

sewaktu panen dan cabang yang di bawah tidak mau berbuah lebat.

Tunas air, agar tidak mengganggu pertumbuhan pohon. Tunas baru

(wiwilan) agar tidak mengganggu pertumbuhan produksi yang sudah

dipelihara dan dipertahankan.

Untuk lebih jelasnya berikut ini merupakan Gambar 8. yang menunjukan

batang kopi sebelum dan setelah pemangkasan

Gambar 8. Batang Kopi Setelah Pemangkasan

Page 23: BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS KOPI LUWAK …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080004_3_1524.pdf15 BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS KOPI LUWAK 3.1 Kopi Arabika Kopi (Coffea spp),

37

c. Pemangkasan Cabang Primer

Pemangkasan cabang primer bertjuan untuk merangsang terbentuknya

capang sekunder dan mencegah pertumbuhan cabang primer yang terlalu panjang.

Dengan demikian diharapkan aka memacu proses pembuahan.

d. Pemangkasan Peremajaan

Pemangkasan perermajaan merupakan pemangkasan yang dilakukan

dengan cara memangkas pada bagian pohon dan percabangan yang tidak produktif

lagi, akibat pohon sudah meranggas dan produksinya juga sedikit. Dengan tujuan

agar pohon bisa kembali produktif maka harus dilakukan pemangkasan

rehabilitasi atau peremajaan pada pohon tersebut.

4. Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman

Pengendalian hama dan penyakit tanaman yang dilakukan oleh petani

umumnya hanya berupa pengendalian secara mekanik. Pengendalian secara manik

ini dilakukan pada tanaman yang terlihat terserang ulat penggerek. Batang atau

buah yang terserang kemudian dibuang menjahi areal pertanaman. Pengendalian

hama dan penyakit ini seperti ini dilakukan karena sampai saat ini belum

ditemukan masalah pada tanaman akibat hama atau penyakit. Oleh karena itu

perlu diteliti lebih lanjut mengenai hama dan penyakit yang munkin dapat

menyerang areal pertanaman ini agar petani dapat mengantisipasi keadaan

tersebut.

C. Perawatan Luwak

Tidak berbeda jauh denagan yang disampaikan Edy Panggabean (2011),

dalam perawatan luwak yang harus diperhatikan adalah pengaturan pakan,

Page 24: BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS KOPI LUWAK …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080004_3_1524.pdf15 BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS KOPI LUWAK 3.1 Kopi Arabika Kopi (Coffea spp),

38

kebersihan kandang dan pemberian vaksin, kemudian pemberian buah kopi dan

hasil fesesnya.

1. Pengaturan Pakan

Dalam pengatuan pakan luwak memerlukan beberapa jenis pakan seperti

buah-buahan untuk pemberi vitamin, protein seperti daging-dagingan, susu dan

madu. Berikut ini merupakan tabel jadwal pengaturan pakan luwak dan pemberian

buah kopi arabika yang terdapat pada Three Mountain.

Tabel 2. Jadwal Pengaturan Pakan Luwak dan Pemberian Buah Kopi Arabika

JAM MINGGU VOLUME JAM SENIN VOLUME

12 Buah-buahan 16 Makanan

campuran

konsentrat

Pisang 500 gr Pisang 500 gr

Pepaya 500 gr Wortel 500 gr

15 Protein Telor 2 butir

Belut 100 gr Susu 200 cc

Lele 100 gr Madu 30 ml

Ikan Mas 100 gr 18 Buah kopi 1000 gr

18 Buah kopi 2 kg Air minum Secukupnya

Air minum Secukupnya

JAM SELASA VOLUME JAM RABU VOLUME

12 Buah-buahan 12 Buah buahan

Pisang 500 gr Pisang 500 gr

Pepaya 500 gr Pepaya 500 gr

17 Buah kopi 2 kg 15 Protein

Air minum Secukupnya Belut 100 gr

Lele 100 gr

Ikan mas 100 gr

Ayam 100 gr

18 Buah kopi 2 kg

Air minum Secukupnya

JAM KAMIS VOLUME JAM JUMAT VOLUME

16 Makanan

campuran

konsentrat

12 Buah-buahan

Pisang 500 gr

pepaya 500 gr

Pisang 500 gr Buah kopi 2 kg

Wortel 500 gr Air minum Secukupnya

Page 25: BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS KOPI LUWAK …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080004_3_1524.pdf15 BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS KOPI LUWAK 3.1 Kopi Arabika Kopi (Coffea spp),

39

Lanjutan Tabel 2.

JAM KAMIS VOLUME JAM JUMAT VOLUME

Susu 200 cc

Madu 30 cc

18 Buah kopi 1 kg

Air minum Secukupnya

JAM SABTU VOLUME

16 Makanan

campuran

konsentrat

Pisang 500 gr

Wortel 500 gr

Susu 200 cc

Madu 30 cc

18 Buah kopi 1 kg Sumber: Three Mountain

Pola makan luwak harus diperhatikan untuk menjaga kualitas kopi yang

dihasilkan dan menjaga kesehatan luwak. Luwak merupakan hewan nokturnal

yang artinya aktif di malam hari untuk mencari makanan dan berbagai aktivitas

lain hidupnya. Karena luwak bersifat mokturnal pemberian pakan buah kopi

arabika (cerry kopi arabika) dilakukan pada pukul enam sore. Pukul enam sore

merupakan saat yang tepat karena luwak sedang menjelang masa aktifnya,

sehingga tidak memberatkan petani dalam pemberian makanan camilan ini.

Sementara itu, buah kopi yang disajikan dapat dinikmati luwak masih dalam

kondisi segar karena selang waktu yang dibutuhkan antara pemetikan dan

penyajian tidak terlalu jauh.

2. Kebersihan Kandang dan Pemberian Vaksin

Kebersihan kandang harus sangat diperhatikan untuk menjaga

kenyamanan luwak agar tidak stress maupun sakit. Kandang dibersihkan dengan

menyikat dan menyiramnya dengan air. Pembersihan kandang dilakukan setiap

Page 26: BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS KOPI LUWAK …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080004_3_1524.pdf15 BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS KOPI LUWAK 3.1 Kopi Arabika Kopi (Coffea spp),

40

pagi hari setelah pemanenan. Pada saat ini biasanya luwak berada di kotak tempat

tidurnya di bagian atas kandang. Pada dasarnya sangat aman untuk masuk

kandang luwak karena luwak tidak akan menggigit jika bagian tubuhnya tidak

dipegang. Hal ini merupakan reaksi dari proteksi diri luwak tersebut. Proses

pembersihan kandang dapat dilihat pada Gambar 9. berikut.

Gambar 9. Proses Pembersihan Kandang Luwak

Hal selanjutnya yang harus dipehatikan dalam perawatan luwak adalah

pemberian vaksin. Pemberian vaksin dilakunkan setiap tahun untuk mencegah

penyakit-penyakit yang membahayakan luwak maupun sekitarnya. Setiap luwak

yang telah diberikan vaksin kemudian diberi label vaksin di setiap kandangnya.

Bentuk pelabelan dapat dilihat pada Gambar 10. sebagai berikut.

Gambar 10. Pelabelan Vaksinasi pada Luwak

Page 27: BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS KOPI LUWAK …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080004_3_1524.pdf15 BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS KOPI LUWAK 3.1 Kopi Arabika Kopi (Coffea spp),

41

Pada Three Mountain seluruh anggota melakukan vaksinasi dengan cara

bersama sama. Namun karena jumlah luwak yang banyak, vaksinasi tidak dapat

selesai dalam beberapa hari lebih dari satu atau dua minggu untuk proses

vaksinasi tersebut.

3. Pemberian Buah Kopi dan Hasilnya

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya pemberian buah kopi dilakukan

setiap hari. Kemudian dipanen setiap hari pula. Luwak merupakan hewan yang

sangat pemilih dalam memilih buah kopi yang ingin ia makan. Luwak akan

memilih buah kopi arabika yang merah seluruhnya (full ripe). Oleh karena itu

pemberian buah sebelumnya dilakukan penyeleksian terlebih dahulu. Berikut ini

merupakan Gambar 11. Proses Pemberian Buah Kopi Arabika.

Gambar 11. Proses Pemberian Buah Kopi Arabika

Proses pemberian buah kopi ini mula-mula berawal dari kebun kopi. Pagi

hari petani menuju kebun kopi untuk memetik buah kopi yang sudah matang

secara fisik (fisiologis). Buah kopi yang berubah menjadi merah, kemudian

dipanen secara manual, lalu di kumpulkan dalam satu wadah khusus untuk pakan

luwak. Buah kopi yang sudah di panen, lalu diseleksi kembali untuk dipilih yang

merah seutuhnya, kemudian dicuci sebelum diberikan ke luwak.

Page 28: BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS KOPI LUWAK …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080004_3_1524.pdf15 BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS KOPI LUWAK 3.1 Kopi Arabika Kopi (Coffea spp),

42

Pemberian buah kopi dilakukan dengan volume yang bereda setiap

harinya. Variasi tersebut dilakukan agar luwak tidak stress. Meskipun buah kopi

adalah makanan kesukaan luwak namun tetap buah kopi bukanlah makanan utama

luwak. Tujuan lain adalah untuk mengistirahatkan perut luwak dalam mencerna

buah kopi arabika.

Buah kopi arabika memiliki kadar air yang lebih tinggi dari robusta dan

rasanya pun lebih manis. Oleh karena itu, luwak tidak akan memakan langsung

buah kopi arabika melainkan akan membuang kembali sisa kulit buah kopi

arabika (bagian merah diluar). Perilaku luwak tersebut berdampak pula pada feses

yang dihasilkan. Jika luwak memakan buah kopi arabika feses yang dihasilkan

tidak menggumpal melainkan terpisah pisah. Selain itu, rendemen yang dihasilkan

dari buah kopi arabika (gelondongan) menjadi kopi hijau (green bean) yaitu kopi

yang telah melewati proses pengupasan kulit tanduk perbandingannya adalah dari

1 kg gelondongan menghasilkan 1,8 ons. Artinya rendemen dari 1 kg gelondong

menjadi green bean adalah 18%.

3.3.3 Subsistem Hilir atau Penanganan Pasca Panen (Agroindustry)

Seperti yang dikatakan oleh Adjid, DA (2001) dalam Yamanie,

Widyaiswara Madya (2011), sektor hilir penanganan pasca panen merupakan

rangkaian kegiatan yang bertanggung jawab atas pengubahan bentuk bahan baku

yang dihasilkan sektor usahatani menjadi produk konsumsi akhir pada tingkat

pengecer. Pada tanaman kopi, subsistem hilir atau pasca panen ini menjadi sangat

penting karena seperti bahan hasil pertanian lainnya kopi memerlukan perlakuan

terebih dahulu sampai siap utuk dikonsumsi.

Page 29: BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS KOPI LUWAK …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080004_3_1524.pdf15 BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS KOPI LUWAK 3.1 Kopi Arabika Kopi (Coffea spp),

43

Menurut Bapak Rudi penanganan pasca panen kopi luwak terbagi menjadi

dua cara. Cara pertama, tidak mengikuti aturan MUI yaitu dengan tidak

mencucinya terlebih dahulu dan cara kedua adalah mengikuti aturan MUI yaitu

dengan mencuci bersih biji kopi luwak dari najis. Pada asosiasi Three Mountain

ini menggunakan cara yang ke dua. Berikut ini merupakan proses penanganan

pasaca panen kopi luwak.

1. Proses Pemanenan

Proses penanganan pasca panen kopi luwak dimulai dengan proses

pemanenan. Proses pemanenan feses luwak dilakukan pada pagi hari sekitar jam 7

pagi. Pemanenan feses luwak dilakukan tiap kandang luwak dan kemudian

ditimbang hasil panen perluwak dan kemudian dicatat untuk diketahui bagaimana

produktivitas luwak tersebut. Setelah proses ini kemudian dilanjutkan dengan

proses pembersihan kandang setiap kandang dan pemberian pakan luwak. Proses

pemanenan dapat dilihat pada Gambar 12. sebagai berikut.

Gambar 12. Proses Pemanenan Kopi Luwak

Page 30: BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS KOPI LUWAK …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080004_3_1524.pdf15 BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS KOPI LUWAK 3.1 Kopi Arabika Kopi (Coffea spp),

44

2. Proses Pencucian

Hasil dari feses luwak yang telah dipanen kemudian dicuci bersih dengan

air yang mengalir. Cara pencucian ini dilakukan dengan cara manual yaitu dengan

disemprotkan dengan air yang mengalir kemudian digosok menggunakan tangan.

3. Proses Pengeringan Tahap Pertama

Setelah kopi luwak dicuci bersih, kemudian tahap selanjutnya adalah

proses pengeringan tahap pertama atau proses penjemuran. Proses pengeringan

dilakukan dengan diawali oleh pengeringan awal. Pengeringan awal (voordrogen)

dilakukan untuk menghilangkan sisa air pencucian yang menempel pada

permukaan biji dengan meniriskan sisa air pencucian diatas meja penjemur

sebelum proses penghilanagan kulit tanduk seperti pada Gambar 13.

Gambar 13. Proses Pengeringan Tahap Pertama

Dalam setiap proses penjemuran kopi, sebaiknya menggunakan cahaya

matahari karena sifat kopi yang rentan terhadap bau. Karena sifat kopi yang rentan

menyerap bau ini dihawatirkan jika digunakan oven maka bau bahan bakar yang

digunakan akan ikut terserap. Prinsip tersebut juga beraku pada perut luwak.

Karena luwak biasanya memakan buah-buahan maka aroma yang akan

ditimbulkan oleh kopi luwak adalah aroma buah-buahan tersebut.

Page 31: BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS KOPI LUWAK …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080004_3_1524.pdf15 BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS KOPI LUWAK 3.1 Kopi Arabika Kopi (Coffea spp),

45

4. Proses Pengupasan Kulit Tanduk

Proses selanjutnya adalah pengupasan kulit tanduk. Dalam pengupasan

kulit tanduk terdapat dua cara yaitu menggunakan mesin dan secara manual.

Dengan menggunakan mesin dapat dengan mesin huler. Keuntungan dari

menggunakan mesin adalah dapat memudahkan pekerjaan dan lebih cepat.

Namun, terdapat kelemahan jika menggunakan mesin huler yaitu biji kopi luwak

yang dihasilkan akan putih dan kurang menarik. Sedangkan, jika dilakukan

dengan manual maka, akan muncul warna hijau. Jika warna hijau ini telah

muncul, ini lah yang dinamakan kopi hijau (green bean). Biasanya pasar dalam

partai besar akan lebih memilih membeli kopi green bean karena dapat disimpan

dalam jangka waktu delapan tahun penyimpanan. Proses pengupasan kulit tanduk

dapat ditunjukan pada Gambar 14. ProsesPengupasan Kulit Tanduk.

Gambar 14. Proses Pengupasan Kulit Tanduk

5. Proses Pegeringan Tahap Kedua

Proses pengeringan tahap kedua ini dilakukan untuk mendapatkan green

bean kopi luwak berkadar air 12% untuk memudahkan dalam proses

penyimpanan. Kopi green bean umumnya seperti yang sudah dijelaskan

sebelumnya memiliki umur penyimpanan kurang lebih delapan tahun. Untuk kopi

Page 32: BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS KOPI LUWAK …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080004_3_1524.pdf15 BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS KOPI LUWAK 3.1 Kopi Arabika Kopi (Coffea spp),

46

semakin lama waktu penyimpanannya maka akan menurunkan kadar kafein dan

cita rasa yang dikeluarkan akan semakin enak. Proses pengeringan tahap kedua ini

dapat dilihat pada Gambar 15. Proses Pengeringan Tahap Kedua

Gambar 15. Proses Pengeringan Tahap Kedua

6. Proses Penyortiran

Penyortian dilakukan untuk memisahkan green bean kopi luwak dari

kerikil ataupun benda asing lain yang menempel. Proses penyortiran ini juga

bertujuan untuk memisahkan kualitas grade. Untuk grade pertama biasanya

berukuran 6,5 sampai dengan 7 mm dan berbiji mulus. Kemudian terdapat pula

penyortiran kopi lanang. Menurut Bapak Rudi kopi lanang ini merupakan

“bumbu” dari kopi. Jika secangkir kopi lebih banyak kopi lanangnya maka

harganya tentu berbeda dengan yang tidak. Kopi biji lanang berbentuk agak bulat

dan garis tengahnya tidak begitu jelas sehingga tidak dianjurkan untuk menjadi

bibit.

7. Proses Penyangraian (Roasting) dan Pembubukan (Grounded)

Seperti pada kopi reguler lainnya proses penyangraian terbagi berbagai

tipe roasting sesuai dengan selera konsumen. Umumnya derajat roasting

tergantung pada konsumen tiap negara mulai dari light, medium, sampai dark.

Page 33: BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS KOPI LUWAK …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080004_3_1524.pdf15 BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS KOPI LUWAK 3.1 Kopi Arabika Kopi (Coffea spp),

47

Untuk light roast sampai medium biasanya untuk konsumsi Asia seperti Jepang

dan Korea. Light roast akan menimbulkan citarasa asam sedangkan semakin ke

arah dark maka akan semakin pahit. Untuk dark roast umumnya lebih disukai

oleh daratan Eropa dan Amerika. Tingkattan dalam proses roasting dapat dilihat

pada Gambar 16 . dan 17.

Gamabar 16. Tingkatan Roasting Kopi

Page 34: BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS KOPI LUWAK …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080004_3_1524.pdf15 BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS KOPI LUWAK 3.1 Kopi Arabika Kopi (Coffea spp),

48

Gambar 17. Tingkatan Biji Kopi Mulai dari Green sampai Dark Roast

Proses penyangraian biasanya mengunakan mesin penyangraian ataupun

dapat menggunaka cara yang tradisional yaitu dengan menggunakan tembikar

untuk penyangraiannya. Setelah proses roasting maka dilanjutkan proses

pembubukan menjadi kopi bubuk (grounded). Proses pembubukan dilakukan

dengan alat untuk memudahkan menjadi kopi bubuk. Untuk kopi dalam bentuk

roast dan ground biasanya dapat bertahan dalam umur penyimpanan satu tahun.

Oleh karena pendeknya umur simpan kopi luwak dalam bentuk ground biasanya

dipasarkan dalam bentuk eceran.

8. Proses pengemasan

Proses pengemasan dilakukan dengan berbagai jenis bahan mulai dari

alumunium foil, kemasan siap pakai sampai kotak penyimpanan perhiasan kulit

yang harganya jutaan rupiah. Berat bersih yang tertera di kemasan pun berbeda-

beda. Biasanya untuk kopi luwak green bean dikemas dalam wadah 5kg.

Page 35: BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS KOPI LUWAK …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080004_3_1524.pdf15 BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS KOPI LUWAK 3.1 Kopi Arabika Kopi (Coffea spp),

49

Sedangkan untuk roasting dan grounded dapat bervariasi sampai ukuran 10 gram.

Dalam pengemasan biasanya disesuaikan dengan pemesanan. Untuk lebih

memperjelas aroma yang dikeluarkan biasanya pada saat proses pengemasan

dilakukan proses vacuum agar aromanya dapat keluar. Berikut ini merupakan

beberapa contoh kemasan untuk green bean dan ground.

Gambar 18. Kemasan Green Bean Ukuran 5kg

Gambar 19. Kemasan Kopi Ground Ukuran 10 gram

Dalam tiap kemasan biasanya dilengkapi dengan keterangan jenis produk,

keterangan berat bersih, nomor Dinas Kesehatan dan nomor halal seperti yang

ditunjukan pada Gambar .

Gambar 20. Label Tiap Kemasan

Page 36: BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS KOPI LUWAK …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080004_3_1524.pdf15 BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS KOPI LUWAK 3.1 Kopi Arabika Kopi (Coffea spp),

50

3.3.4 Subsistem Pemasaran Hasil Pertanian (Agromarketing)

Pemasaran kopi secara internasional diatur oleh International Coffee

Organization (ICO) yang turut menentukan standar harga kopi dunia. Pada

umumnya komoditas kopi dijual dalam bentuk berasan dengan kadar air 12.5%

seperti yang tercantum pada SNI 01-2907-2008 baik untuk konsumsi dalam negeri

maupun untuk ekspor. Namun, belum ada yang mengatur secara resmi untuk

pemasaran kopi luwak. Oleh karena itu pasar kopi luwak ini lebih kepada sistem

kepercayaan dan nama baik dari kualitas yang dihasilkan.

Berbeda dengan kopi reguler, rantai pasok kopi luwak umumnya lebih

pendek. Pembeli biasanya langsung datang ke rumah Bapak Rudi untuk

melakukan transaksi pembelian. Namun, tidak jarang pula Bapak Rudi yang

menjemput bola sampai jakarta untuk menandatangani surat perjanjian dengan

pembeli ataupun untuk sekedar bertemu dengan calon pembeli. Berikut ini

merupakan perbandingan harga kopi luwak arabika dengan kopi reguler arabika

dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Perbandingan Harga Kopi pada Harga Dasar Petani

Harga Kopi Luwak

Arabika (Rp/kg)

Harga Kopi Arabika

(Rp/kg)

Green Bean 608.000 – 750.000 60.000

Roast Bean 700.000 – 1.000.000 140.000

Grounded 1.200.000 – 1.500.000 150.000 Sumber: Asosiasi Kopi Luwak Three Mountain

Berdasarkan Tabel 3 diatas, perbandingan harga cukup mencolok seperti

pada harga kopi grounded (kopi bubuk) pada kopi luwak berkisar antara 1,2 juta

sampai 1,5 juta rupiah sedangkan untuk kopi reguler hanya 150 ribu rupiah. Harga

kopi luwak memang belum terdapat standar baku. Penentuan harga biasanya

Page 37: BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS KOPI LUWAK …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080004_3_1524.pdf15 BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS KOPI LUWAK 3.1 Kopi Arabika Kopi (Coffea spp),

51

ditentukan melalui kesepakan dari kedua belah pihak (penjual dan pembeli).

Biasanya yang menjadi pengikat kesepakatan harga adalah sebuah perjanjian

tertulis antara penjual dan pembeli untuk permintaan yang continue.

Contohnya seperti perjanjian yang dilakukan oleh Three Mountain dengan

salah satu perusahaan internasional yang semula mematok harga sebesar

Rp.1.400.000 dengan catatan suply 1 ton / bulan. Namun, pihak Three Mountain

tidak menyanggupi permintaan tersebut karena ketentuan-ketentuan yang sangat

berat. Ahirnya Three Mountain hanya sebagai penyuplai saja dengan kuantitas

berapapun, namun dengan konsekuensi potongan harga jual sampai dengan

setengah harga. Sisi positifnya adalah petani tidak perlu risau untuk dikejar

produksi sehingga luwak pada penangkaran pun tidak diforsir untuk berproduksi.

Saat ini terdapat beberapa perusahaan yang kontinyu memesan kopi luwak,

diantaranya adalah PT. Ryowa International, Coffee Luwak Excelent, Surabaya,

dan sebagainya.

Harga kopi termahal dunia saat ini menurut Bapak Enjang memang masih

kekuasai oleh kopi luwak, kemudian diikuti oleh kopi organik murni (saat ini di

indonesia hanya ada di Timika, Papua), kopi spesialti, kemudian baru diikuti kopi

olahan biasa. Harga yang fantastis pada kopi luwak memang sangat menarik.

Namun, pasar yang tertutup dan konsumen yang terbatas (kalangan atas dan

penikmat kopi) dapat menjadi batu ganjalan sulitnya menjual kopi luwak. Sama

halnya seperti yang dialami oleh Bapak Rudi pada tahun 2011 awal, saat itu masih

susah untuk mencari pembeli kopi luwak. Kemudian, pada awal 2012 saat Kopi

Page 38: BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS KOPI LUWAK …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080004_3_1524.pdf15 BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS KOPI LUWAK 3.1 Kopi Arabika Kopi (Coffea spp),

52

Luwak Arabika Bapak Rudi telah menemukan pasarnya maka, saat ini terjadi over

demand dan tidak dapat memenuhi permintaan pasar.

Pemasaran Kopi Luwak Arabika Three Mountain juga dilakukan melalui

media sosial seperti blog dan fan page Facebook. Sehingga calon pembeli dapat

dimudahkan dalam memesan kopi luwak. Saat ini, Asosiasi Three Mountain telah

bekerjasama dengan berbagai perusahaan kopi baik dalam maupun luar negri.

Untuk pengiriman luar negri biasanya masih menggunakan pos sehingga

pengirimannya berupa partai kecil (7 sampai 20 kg). Untuk menembus

pengiriman ekspor dalam partai besar memang sangat sulit, pasalnya dokumen-

dokumen yang diperlukan untuk proses ekspor-impor sangat rumit. Oleh karena

itu petani lebih memilih jalur pos walau harus membayar lebih mahal atau dengan

pengiriman langsung dengan membawanya pada bagasi pesawat dengan dokumen

sebagai buah tangan.

Three Mountain juga menyediakan pelatihan untuk siapa saja yang ingin

belajar mengenai kopi luwak mulai dari kebun kopi sampai menjadi satu cangkir

kopi luwak. Hingga saat ini telah banyak yang belajar mengikuti pelatihan kopi

luwak baik yang berasal dari dalam nengri maupun mancanegara. Penyediaan

pelatihan ini juga dapat menjadikan ajang promosi dalam memasarkan kopi

luwak.

3.3.5 Subsistem Kelembagaan Penunjang Pertanian (Agro supporting)

Menurut Prof. Dr. Ir. Bungaran Saragih (2000) subsistem penunjang

adalah seluruh kegiatan yang menyediakan jasa bagi agribisnis, seperti lembaga

keuangan, lembaga penelitian dan pengembangan, lembaga transportasi, lembaga

Page 39: BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS KOPI LUWAK …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080004_3_1524.pdf15 BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS KOPI LUWAK 3.1 Kopi Arabika Kopi (Coffea spp),

53

pendidikan, dan lembaga pemerintah (kebijakan fiskal dan moneter, perdagangan

internasional, kebijakan tata-ruang, serta kebijakan lainnya). Hal ini berlaku pula

dalam agribisnis tanaman kopi. Seluruh aspek dalam subsistem kelembagaan

penunjang harus saling terintegrasi untuk menunjang seluruh kegiatan dalam

subsistem-subsistem agribisnis.

Kelembagaan penunjang yang saling terintegrasi ditunjukan pada

kelembagaan-kelembagaan yang saling menunjang pada komoditas kopi di

Pangalengan seperti pada Lembaga Masyatakat Desa Hutan (LMDH), Kelompok

Tani Hutan (KTH), Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat

(PHBM) dan Koperasi. Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) dibentuk

untuk mengkoordinir kelompok-kelompok tani hutan (KTH) di wilayah pangkuan

hutan serta mensinergikannya dengan program pemerintah Desa yang

bersangkutan. Pada dasarnya pembentukan LMDH didasari oleh keinginan para

masyarakat di sekitar hutan yang menginginkan kesejahteraan pada diri mereka,

namun kondisi hutan tetap lestari (tidak ada perambahan hutan). Terbentuknya

LMDH Kubangsari, Desa Pulosari diprakarsai oleh Bapak Enjang yang

mengusulkan kepada Perum Perhutani untuk menanam kopi di lahan Perhutani,

karena kopi merupakan tanaman yang membutuhkan tanaman tegakan. Sehingga

kekhawatiran hutan menjadi gundul akan terhindarkan. Namun pada awalnya

keinginan dari Bapak Enjang untuk menanam kopi sulit direalisasikan.

Keinginan dari Bapak Enjang untuk menanam kopi akhirnya mendapatkan

respon positif dari Perhutani yaitu pada saat Perhutani mencanangkan PHBM

tahun 2001. Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat (PHBM)

Page 40: BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS KOPI LUWAK …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080004_3_1524.pdf15 BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS KOPI LUWAK 3.1 Kopi Arabika Kopi (Coffea spp),

54

adalah merupakan suatu program Perum Perhutani dalam melaksanakan visi dan

misinya dengan mengikut sertakan partisipasi masyarakat untuk turut serta dalam

mengelola hutan Negara.

Tujuan dari PHBM adalah dengan partisipasi masyarakat mengelola hutan

diharapkan akan terwujud hutan yang lestari serta dari padanya akan terwujud

pula kesejahteraan masyarakat yang berada di sekitar hutan, hal ini tercantum

pada keputusan Direksi Perum Perhutani bernomor 682/ KPTS/ DIR 2009 tentang

pedoman PHBM sebagai pengganti dari SK Direksi Perum Perhutani sebelumnya

No. 268/ DIR/ KPTS/ 2006 dan No 136/ DIR/ KPTS/ 2001. Program ini

melibatkan petani sejak perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Program inilah

yang memberikan perlindungan hukum bagi aktivitas yang dilakukan oleh petani

selama ini. Di bawah payung program ini Perhutani malahan memberikan

kesempatan kepada Bapak Enjang dan kawan-kawan membuat percontohan

budidaya kopi. Akhirnya pada tahun 2003 barulah resmi terbentuk sebuah

kelembagaan yang berpayung hukum yaitu berupa KTH yang kemudian diwadahi

oleh suatu LMDH.

Dari sistem PHBM yang dibangun, di BKPH (Badan Kesatuan

Pemangkuan Hutan) Pangalengan, saat ini telah terbentuk 13 LMDH, salah

satunya adakah LMDH Kubangsari. LMDH Kubangsari terdiri dari 11 KTH

(Kelompok Tani Hutan). Sebagai tindak lanjut dalam pendistribusian bibit kopi

untuk para KTH yang tergabung dalam LMDH, tidak terlepas dari peran Koperasi

KOWAMAH yang saat itu bernama Koperasi Warga Al Mukaromah dan berdiri

Page 41: BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS KOPI LUWAK …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080004_3_1524.pdf15 BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS KOPI LUWAK 3.1 Kopi Arabika Kopi (Coffea spp),

55

sejak tahun 2000 serta bergerak dalam simpan pinjam serta sarana prasarana

pertanian masyarakat petani Kecamatan Pangalengan.

3.4 Aliran Bisnis dan Analisis Usahatani Kopi Luwak Arabika Three

Mountain

Dalam melakukan suatu usahatani pada prinsipnya adalah untuk mencari

keuntungan yang berkelanjutan. Oleh karena itu perlu sebuah perencanaan dan

perhitungan secara ekonomi untuk mengetahui apakah komoditas yang

diusahakan dapat menguntungkan secara berkesinambungan dan berprospek

kedepannya. Seperti yang dikatakan oleh Nakajima (1980) dalam Halimah W.

Kadarsan (1995), di dalam dunia agribisnis seperti dalam dunia bisnis lainya,

kunci keberhasilan untuk menghasilkan pendapatan finansial yang optimum dan

untuk mempertahankan usaha adalah tersedianya kekayaan aset perusahaan

dengan jumlah yang cukup dan dalam kombinasi yang tepat.

Aliran bisnis usahatani kopi luwak dibedakan menjadi dua, yaitu aliran

produk dan aliran uang. Aliran produk dimulai dari usahatani tanaman kopi

arabika berkaitan dengan pasokan bahan baku berupa buah kopi arabika full ripe

dari kebun kopi, kemudian dilanjutkan pada usahatani kopi luwak. Umumnya

anggota menjual pada Three Mountain dalam bentuk feces yang sudah dicuci

namun, ada pula dalam bentuk green bean. Feces yang sudah dicuci tersebut

kemudian diolah oleh Three Mountain menjadi berbagai produk, baik dalam

bentuk berasan (green bean), sangrai (roasted) dan bubuk (grounded). Kopi

luwak yang telah diolah kemudian siap dipasarkan oleh Three Mountain.

Disamping dari anggota, pemenuhan kebutuhan pasokan kopi luwak juga

Page 42: BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS KOPI LUWAK …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080004_3_1524.pdf15 BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS KOPI LUWAK 3.1 Kopi Arabika Kopi (Coffea spp),

56

dipenuhi sendiri oleh Three Mountain yang berasal dari demplot percontohan

penangkaran luwak.

Aliran uang dilakukan dua minggu sekali sesuai dengan pengiriman kopi

luwak yang dijual oleh Three Mountain. Anggota umumnya mendapatkan bagian

pembayaran sebesar 50 % dari harga jual yang terdapat pada Three Mountain

dalam bentuk green bean. Hal ini sangat menguntungkan bagi anggota mengingat

anggota tidak perlu melakukan perlakuan pasca panen dan tidak perlu mencari

pasar sendiri. Sistem pembayaran konsumen kepada Three Mountain biasanya

secara langsung (ada barang, ada uang), sedangkan pembayaran untuk anggota

dilakukan melalui rekening tabungan setelah pembayaran yang didapatkan oleh

Three Mountain.

3.4.1 Analisis Usahatani Tanaman Kopi Arabika

Berikut ini merupakan asumsi-asumsi yang digunakan berdasarkan

perhitungan pada usahatani tanaman kopi arabika (lampiran 3). Perhitungan

Analisis Usahatani Kopi Arabika Per 1 Hektar:

Areal perkebunan kopi arabika yang diusahakan seluas 1 Ha

Dalam 1 Ha memerlukan 250 pohon kopi arabika

Harga kopi arabika gelondong di tingkat petani Rp. 7000

Hasil produksi ditentukan oleh umur tanaman kopi adalah sebagai berikut:

- Umur 2 tahun dapat menghasilkan 1 kg kopi gelondong

- Umur 3 tahun dapat menghasilkan 3 kg kopi gelondong

- Umur 4-5 tahun dapat menghasilkan 4 kg kopi gelondong

- Umur 6-9 tahun dapat menghasilkan 6 kg kopi gelondong

Page 43: BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS KOPI LUWAK …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080004_3_1524.pdf15 BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS KOPI LUWAK 3.1 Kopi Arabika Kopi (Coffea spp),

57

- Umur 10-11 tahun dapat menghasilkan 10 kg kopi gelondong

Analisis yang dimasukan (lampiran 3). merupakan perkiraan minimal dari

parameter-parameter yang diperhitungkan

Dari perhitungan (lampiran 3) menunjukan tanaman kopi arabika dapat

dipanen pada saat tanaman kopi berumur 2 tahun. Buah kopi gelondong sudah

dapat dipanen mulai dari tahun pertama sampai tahun ke dua jika dilakukan

budidaya secara intensif. Tanaman kopi arabika merupakan tanaman tahunan yang

artinya tanaman yang memiliki masa generatif secara berulang-ulang. Tanaman

kopi arabika berproduksi satu kali tiap satu tahun. Setiap bulan Oktober sampai

dengan bulan November tanaman kopi arabika akan mengeluarkan bunga.

Kemudian, dapat dipanen pada bulan April, Mei, Juni, Juli, sampai Agustus.

Petani kopi yang menanam di lahan PHBM umumnya mengusahakan

lahan lebih dari 1 Ha maka, proses pemanenan petik merah diatur. Pelaksanaan

petik merah dapat dilaksanakan dalam 10 kali panen dalam jangka waktu 15 hari

sekali. Jika lahan mencapai 7 Ha dapat pula dilaksanakan petik merah setiap hari

ketika musin panen. Pengaturan petik merah dilakukan untuk menjaga kualitas

dari buah kopi tersebut agar dapat langsung diolah. Jika menginginkan olahan

secara spesialty maka harus segera diolah sebelum 8 jam pemetikan. Dapat pula

diolah menjadi kopi luwak, sehingga dapat menyajikan buah kopi arabika segar

kepada luwak. Disamping untuk menjaga kualitas buah kopi, pengaturan

pemetikan ini juga mencegah terjadinya pencurian buah kopi dari tangan-tangan

jahil.

Page 44: BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS KOPI LUWAK …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080004_3_1524.pdf15 BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS KOPI LUWAK 3.1 Kopi Arabika Kopi (Coffea spp),

58

Dari perhitungan (lampiran 3) dapat diketahui pula bahwa dalam usahatani

kopi arabika keuntungan lebih dapat didapatkan oleh petani dengan mengolah

sampai kopi berasan (green bean) reguler dapat dilihat pada Tabel 4. Perhitungan

Nilai Penjualan Usahatani Kopi Arabika.

Tabel 4. Perhitungan Nilai Penjualan Usahatani Kopi Arabika

Umur

Tanaman

Produksi

(kg/

Pohon

/thn)

Pohon/

Ha

Produksi/

Th

Harga

Gelondong/

kg

Nilai

Penjualan

Harga

Green

Bean/

kg

Nilai

Penjualan

0 0 250 0 7000 0 60.000 0

1 0 250 0 7000 0 60.000 0

2 1 250 250 7000 1.750.000 60.000 2.625.000

3 3 250 750 7000 5.250.000 60.000 7.875.000

4 4 250 1000 7000 7.000.000 60.000 10.500.000

5 4 250 1000 7000 7.000.000 60.000 10.500.000

6 6 250 1500 7000 10.500.000 60.000 15.750.000

7 6 250 1500 7000 10.500.000 60.000 15.750.000

8 6 250 1500 7000 10.500.000 60.000 15.750.000

9 6 250 1500 7000 10.500.000 60.000 15.750.000

10 10 250 2500 7000 17.500.000 60.000 26.250.000

11 10 250 2500 7000 17.500.000 60.000 26.2500.00

Dari perhitungan nilai penjualan ini maka didapatkan perhitungan arus kas

seperti terlihat pada Tabel 5 berikut ini.

Tabel 5. Cash Flow Usahatani Kopi Arabika

Umur Tanaman

(Thn)

Cash In Flow

(Rp)

Cash Out Flow

(Rp)

Nett Cash Flow

(Rp)

0 0 1.928.571 -1.928.571

1 0 1.476.071 -1.476.071

2 2.625.000 1.638.446 986.554

3 7.875.000 2.567.196 5.307.804

4 10.500.000 2.919.071 7.580.929

5 10.500.000 2.919.071 7.580.929

6 15.750.000 3.732.821 12.017.179

7 15.750.000 3.722.821 12.027.179

8 15.750.000 3.632.821 12.117.179

Page 45: BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS KOPI LUWAK …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080004_3_1524.pdf15 BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS KOPI LUWAK 3.1 Kopi Arabika Kopi (Coffea spp),

59

Lanjutan Tabel 5.

Umur Tanaman

(Thn)

Cash In Flow

(Rp)

Cash Out Flow

(Rp)

Nett Cash Flow

(Rp)

9 15.750.000 3.732.821 12.017.179

10 26.250.000 4.840.321 21.409.679

11 26.250.000 4.840.321 21.409.679

Total 147.000.000 37.950.352 109.049.648

Keuntungan yang didapatkan dengan mengolah kopi reguler sampai pada

berasan dapat mencapai 58% dibandingkan dengan menjual kopi gelondong.

Apalagi jika petani dapat mengolahnya menjadi jenis-jenis kopi olahan lainnya

seperti olahan kopi specialty atau bahkan kopi luwak. Dari perhitungan pada

Tabel 4 dan 5 tersebut pula dapat diperhitungkan parameter kelayakan usaha

sebagai berikut:

Net Present Value (NPV)

Dalam mengukur sejauh mana kelayakan usulan investasi,

terdapatbeberapa kriteria yang lasim disebut Invesment Criteria (Kriteria

investasi). Net Present Value (NPV) merupakan arus kas bersih (nett cash) pada

tiap tahun yang dikalikan dengan Discount Factor. Dalam analisis ini digunakan

Discount Factor 13%. Penggunaan Discount Factor 13% ini didasarkan pada

tingkat suku bunga bidang pertanian pada saat analisis dilakukan. Dapat diketahui

dari analisis net present value (NPV) pada analisis usaha tani kopi arabika

(lampiran 5) adalah sebesar Rp 41.313.228,82. Dengan melihat nilai NPV yang

bernilai positif tersebut maka dapat diartikan bahwa kopi arabika tersebut layak

dan menguntungkan untuk diusahakan.

Page 46: BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS KOPI LUWAK …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080004_3_1524.pdf15 BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS KOPI LUWAK 3.1 Kopi Arabika Kopi (Coffea spp),

60

3.4.2 Analisis Usahatani Kopi Luwak di Tingkat Anggota

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa usahatani kopi luwak

pada tingkat petani sampai pada feces luwak yang telah dicuci, maka perhitungan

analisis usahatani kopi luwak di tingkat anggota dapat diasumsikan sebagai

berikut:

Biaya pengelolaan dihitung berdasarkan luas lahan usaha tani kopi

arabika. Jika pada asumsi usaha tani kopi arabika (lampiran 3)

diasumsikan lahan seluas 1 Ha, maka lahan seluas 1 Ha ini dapat

memenuhi untuk kebutuhan 4 luwak.

Dalam satu tahun luwak dapat memproduksi 57,6 kg kopi luwak dari 320

kg buah kopi arabika (rendemen 18%).

Harga buah kopi arabika petik merah seluruhnya Rp 10.000/kg lebih tinggi

Rp 3000 dari kopi arabika gelondong reguler.

Harga kopi luwak arabika green bean yang disajikan 50% harga kopi

luwak arbika green bean pada Three Mountain.

Dari perhitungan (lampiran 6) dapat diketahui pula bahwa dalam usahatani

kopi luwak perhitungan biaya dilakukan sampai pada pengolahan kopi berasan

(green bean) dapat dilihat pada Tabel 6. Perhitungan Nilai Penjualan Usahatani

Kopi Luwak Arabika sebagai berikut:

Page 47: BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS KOPI LUWAK …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080004_3_1524.pdf15 BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS KOPI LUWAK 3.1 Kopi Arabika Kopi (Coffea spp),

61

Tabel 6. Perhitungan Nilai Penjualan Usahatani Kopi Luwak Arabika di Tingkat

Anggota

Tahun Ke- Produksi (Kg) Harga (Rp/kg) Nilai Penjualan (Rp/Ha/Th)

0 - - 0

1 230,4 375.000 86.400.000

2 230,4 375.000 86.400.000

3 230,4 375.000 86.400.000

Total

259.200.000

Pada perhitungan nilai penjualan ini dapat diketahui produksi kopi luwak

tiap tahunnya yaitu 230,4 kg. Nilai 230,4 kg ini merupakan nilai jadi rendemen

green bean yang akan dibayar oleh Three Mountain. Meskipun demikian anggota

tetap diuntungkan karena anggota hanya menjual dalam bentuk feces yang sudah

dicuci. Hal tersebut ditunjukan dalam perhitungan arus kas seperti pada Tabel 7.

Cash Flow Usahatani Kopi Luwak Arabika di Tingkat Anggota sebagai berikut.

Tabel 7. Cash Flow Usahatani Kopi Luwak Arabika di Tingkat Anggota

Tahun ke- Cash In Flow (Rp) Cash Out Flow (Rp) Nett Cash Flow (Rp)

0 0 24.266.667 -24.266.667

1 86.400.000 61.582.667 24.817.333

2 86.400.000 61.582.667 24.817.333

3 86.400.000 61.582.667 24.817.333

Total 259200000 209.014.668 50.185.332

Berdasarkan tabel cash flow usahatani kopi luwak arabika di tingkat

anggota dapat diketahui total nett cash flow dalam tiga tahun mencapai Rp

50.185.332. Jika aliran uang yang ditrima anggota dua minggu sekali artinya

anggota akan mendapatkan kurang lebih Rp 3.600.000 atau Rp 7.200.000 untuk

memenuhi kebutuhan produksi kopi luwak tiap bulannya. Dengan demikian, dapat

diperhitungkan parameter kelayakan usaha sebagai berikut:

Page 48: BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS KOPI LUWAK …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080004_3_1524.pdf15 BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS KOPI LUWAK 3.1 Kopi Arabika Kopi (Coffea spp),

62

Net Present Value (NPV)

Dapat diketahui dari analisis net present value (NPV) pada analisis usaha

tani kopi luwak arabika di tingkat anggota (lampiran 8) adalah sebesar Rp

51.532.913,18. Dengan melihat nilai NPV yang bernilai positif tersebut maka

dapat diartikan bahwa kopi arabika tersebut layak dan menguntungkan untuk

diusahakan.

3.4.3 Analisis Usahatani Kopi Luwak Three Mountain

Berikut ini merupakan asumsi-asumsi yang digunakan berdasarkan

perhitungan usahatani luwak (lampiran 9). Perhitungan Analisis Biaya

Pengelolaan Kopi Luwak:

Biaya pengelolaan dihitung berdasarkan luas lahan usaha tani kopi

arabika. Jika pada asumsi usaha tani kopi arabika (lampiran 3)

diasumsikan lahan seluas 1 Ha, maka lahan seluas 1 Ha ini dapat

memenuhi untuk kebutuhan 4 luwak.

Dalam satu tahun luwak dapat memproduksi 57,6 kg kopi luwak dari 320

kg buah kopi arabika (rendemen 18%).

Harga buah kopi arabika petik merah seluruhnya Rp 10.000/kg lebih tinggi

Rp 3000 dari kopi arabika gelondong reguler.

Harga yang kopi luwak arabika green bean yang disajikan berdasarkan

harga kopi luwak arbika green bean pada Three Mountain.

Dari perhitungan Analisis Biaya Pengelolaan Kopi Luwak dapat terlihat

bahwa harga buah kopi arabika Rp 10.000, atau lebih tinggi Rp 3000 dari harga

kopi gelondong arabika reguler. Hal tersebut karena buah kopi arabika yang

Page 49: BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS KOPI LUWAK …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080004_3_1524.pdf15 BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS KOPI LUWAK 3.1 Kopi Arabika Kopi (Coffea spp),

63

dibutuhkan telah melalui proses seleksi terlebih dahulu. Buah kopi yang disajikan

adalah yang merah seutuhnya (full ripe). Oleh karena itu harga yang dipatok

menjadi lebih mahal.

Dari perhitungan (lampiran 9) dapat diketahui pula bahwa dalam usahatani

kopi luwak perhitungan biaya dilakukan sampai pada pengolahan kopi berasan

(green bean) dapat dilihat pada Tabel 8. Perhitungan Nilai Penjualan Usahatani

Kopi Luwak Arabika sebagai berikut:

Tabel 8. Perhitungan Nilai Penjualan Usahatani Kopi Luwak Arabika Three

Mountain

Tahun Ke-

Produksi

(Kg)

Harga

(Rp/kg)

Nilai Penjualan

(Rp/Ha/Th)

0 - - 0

1 230,4 750.000 172.800.000

2 230,4 750.000 172.800.000

3 230,4 750.000 172.800.000

Total

518.400.000

Pada perhitungan nilai penjualan ini dapat diketahui produksi kopi luwak

tiap tahunnya sama yaitu 230,4 kg, perhitungan ini berdasarkan hasil rendemen

kopi luwak yang dihasilkan oleh tiap luwak dalam satu tahun 57,6 kg dikali

dengan jumlah luwak untuk 1 Ha (empat luwak). Hasil produksi tiap tahun

dikalikan dengan harga green bean. Dari perhitungan nilai penjualan ini maka

akan didapat perhitungan arus kas seperti pada Tabel 9 sebagai berikut.

Tabel 9. Cash Flow Usahatani Kopi Luwak Arabika

Tahun ke-

Cash In Flow

(Rp)

Cash Out Flow

(Rp)

Nett Cash Flow

(Rp)

0 0 24.266.667 -24.266.667

1 172.800.000 141.934.016 30.865.984

2 172.800.000 141.934.016 30.865.984

Page 50: BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS KOPI LUWAK …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080004_3_1524.pdf15 BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS KOPI LUWAK 3.1 Kopi Arabika Kopi (Coffea spp),

64

Lanjutan Tabel 9.

Tahun ke-

Cash In Flow

(Rp)

Cash Out Flow

(Rp)

Nett Cash Flow

(Rp)

3 172.800.000 141.934.016 30.865.984

Total 518.400.000 450.068.715 68.331.285

Berdasarkan tabel cash flow usahatani kopi luwak arabika dapat diketahui

bahwa produksi pada kopi luwak arabika setiap tahun tidak mengalami

peningkatan, hal tersebut terkait pada jumlah luwak yang ditangkarkan dan

jumlah buah kopi arabika yang diberikan kepada luwak. Dengan demikian, dapat

diperhitungkan parameter kelayakan usaha sebagai berikut:

Net Present Value (NPV)

Dapat diketahui dari analisis net present value (NPV) pada analisis usaha

tani kopi arabika (lampiran 11) adalah sebesar Rp . 70.007.307,93 Dengan melihat

nilai NPV yang bernilai positif tersebut maka dapat diartikan bahwa kopi arabika

tersebut layak dan menguntungkan untuk diusahakan.

3.4.4 Bisnis Kopi Luwak Tingkat Retail

Penjualan kopi luwak pada tingkat retail baik berupa reseller atau pada

gerai kopi merupakan segmen usaha yang sangat menguntungkan. Pasalnya harga

pada tingkat retail jauh lebih tinggi dari harga dasar di tingkat petani. Seperti yang

dikatakan seorang informan, bahwa harga kopi luwak arabika grounded pada

tingkat agen mencapai 2 sampai 6 juta rupiah per kilogram. Sedangkan harga

dasar pada tingkat petani adalah 1,5 juta rupiah. Untuk gerai kopi pada pasar lokal

untuk segmentasi konsumen menengah keatas umumnya kopi luwak dijual per

cangkir dengan harga 30 sampai 70 ribu rupiah. Sedangkan untuk segmentasi

konsumen atas kopi luwak dijual dengan harga 100 sampai 250 ribu rupiah.

Page 51: BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS KOPI LUWAK …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080004_3_1524.pdf15 BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS KOPI LUWAK 3.1 Kopi Arabika Kopi (Coffea spp),

65

3.5 Analisis SWOT Agribisnis Kopi Luwak

Analisis SWOT merupakan sebuah metode perencanaan yang digunakan

untuk mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weakness), peluang

(opportunites), dan ancaman (threats) dalam suatu bisnis usaha atau sebuah

proyek. Analisis SWOT sangat berguna dalam memahami kekuatan dan

kelemahan, juga untuk mengidetifikasi peluang yang terbuka dan ancaman yang

akan dihadapi. Dalam konteks bisnis analisis SWOT dapat membantu untuk

melihat potensi yang keberlanjutan dalam suatu usaha.

SWOT menupakan bagian dari perencanaan strategis dengan tujuan

melihat secara objektif kondisi-kondisi internal dan eksternal untuk dapat

mengantisipasi perubahan lingkungan eksternal. Definisi strategi pertama yang

dikemukakan oleh Chandler (1962:13) dalam Freddy Rangkuti (2006)

menyebutkan bahwa strategi adalah tujuan jangka panjang dari suatu perusahaan,

serta pendayagunaan dan alokasi semua sumber daya yang penting untuk

mencapai tujuan tersebut.

Dalam agribisnis Kopi Luwak Arabika faktor internal eksternal yang dapat

mempengaruhi adalah sebagai berikut:

3.5.1 Analisis Lingkungan Internal

Analisis ligkunngan internal yang terdapat pada Three Mountain dilakukan

untunk kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness) yang dimiliki oleh Three

Moutain. Analisis lingkungan internal ini dapat digunakan sebagai bahan

pertimbangan dalam menerapkan strategi-strategi pengembangan.

Page 52: BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS KOPI LUWAK …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080004_3_1524.pdf15 BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS KOPI LUWAK 3.1 Kopi Arabika Kopi (Coffea spp),

66

a. Sumber Daya Manusia

Asosiasi petani Kopi Luwak Three Mountain telah memiliki kurang lebih

28 petani yang ikut menangkarkan luwak dan mengolah kopi luwak. Masing-

masing petani mengelola antara 2 sampai 17 luwak. Sedangkan di demplot

percontohan sendiri menangkarkan 20 ekor luwak dengan dua orang pekerja.

Karena setiap anggota merupakan petani kopi maka untuk perawatan luwak

umumnya para petani telah mengerti. Selain itu, Three Mountain juga

menyediakan demplot penangkaran yang menjadi standarisasi untuk tiap anggota

mulai dari pengenyediaan pakan sampai perawatan luwak, kebersihan sampai

pemberian vaksin. Pemberian vaksin untuk luwak dilakukan serentak secara

menyeluruh kepada tiap anggota.

b. Pasokan Buah Kopi Arabika

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, setiap anggota merupakan

petani kopi. Pada saat musim panen raya kopi berakhir maka tidak memunkinkan

bagi petani untuk memproduksi kopi reguler dalam jumlah yang sedikit. Dengan

kata lain memanfaatkan kopi gelondong (buah kopi) pada saat musim kopi

berahir. Oleh karena itu ketersediaan pasokan kopi harus diimbangi antara jumlah

luwak terkait dengan pakan buah kopi untuk luwak dan luas lahan yang

diusahakan.

Dalam satu tahun luwak memerlukan buah kopi arabika sebanyak 320 kg.

Jika produksi rata-rata pohon kopi arabika sebanyak 6 kg per tahun maka satu

luwak memerlukan pohon kopi arabika sebanyak kurang lebih 54 pohon kopi

arabika pertahun. Jika dalam 1 Ha membutuhkan 250 pohon kopi arabika secara

Page 53: BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS KOPI LUWAK …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080004_3_1524.pdf15 BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS KOPI LUWAK 3.1 Kopi Arabika Kopi (Coffea spp),

67

matematis dapat memenuhi kebutuhan 4 sampai 5 luwak. Namun, tentu banyak

sekali faktor-faktor yang harus diteliti kembali dalam menyesuaikan kebutuhan

luwak dengan ketersediaan buah kopi arabika. Hal tersebut terkait pada faktor-

faktor eksternal dan internal seperti bagaimana dampak terhadap lingkungan,

ketersediaan luwak, konsumen yang masih tersegmentasi, biaya pemeliharaan

yang tinggi, dan belum adanya standarisasi produk yang diakui secara

internasional berkaitan dengan keaslian produk yang ditawarkan dan berbagai

resiko lain yang harus diteliti lebih dalam.

c. Produk

Cooper dan Kleinschmidt (1990) dalam Soviadi Nor Rachman (2006)

menyatakan bahwa keunggulan produk sangat ditentukan oleh keunikan manfaat

yang diberikan produk kepada pelanggan, superioritas produk, inovasi produk

yang terus-menerus, kemampuan produk memenuhi kebutuhan pelanggan,

kemampuan produk mereduksi biaya yang dikeluarkan pelanggan, kecanggihan

tehnologi produk dan desain produk itu sendiri. Kopi luwak merupakan yang

produk yang unik yang keberadaannya masih sedikit di pasaran. Karena

keunikanya tersebut maka kopi luwak merupakan kopi yang dicari dan kopi

termahal di dunia. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, keunikan produk harus

diimbangi dengan kualitas produk yang baik pula. Memang belum ada

standarisasi mengenai kopi luwak yang diakui secara nasional maupun

internasional namun, perusahaan tetap menjaga kualitas produk mulai dari

standarisasi produk di perusahaan dan dengan sertifikasi-sertifikasi tertentu.

Page 54: BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS KOPI LUWAK …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080004_3_1524.pdf15 BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS KOPI LUWAK 3.1 Kopi Arabika Kopi (Coffea spp),

68

d. Permintaan Pasar

Kopi luwak Indonesia saat ini memang sedang diminati. Kopi luwak

Indonesia menjadi barang yang sangat prestise di beberapa negara seperti pada

Korea Seatan dan Jepang. Saat ini, Asosiasi Petani Kopi Three Mountain sedang

menjalin kerjasama dengan pengusaha asal kedua negara tersebut untuk

memasarkan kopi di negara mereka. Saat ini, untuk ke Korea Selatan saja Three

Mountain mensuply 5 kg green bean kopi luwak arabika per minggu. Sebetulnya

perusahaan asal Korea ini meminta lebih banyak suply kopi luwak, namun pihak

Three Mountain tidak dapat menyanggupi. Oleh karena itu, dilakukan kebijakan

pemotongan harga demi permintaan yang kontinyu. Hal tersebut menunjukan

posisi tawar dari pihak penjual rendah.

e. Modal

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya pada bagian usahatani kopi

luwak, permodalan yang dibutuhkan terkait dengan biaya produksi dan investasi

kopi luwak memerlukan modal yang tidak sedikit. Setidaknya diperlukan sekitar

Rp 24.627.830 dalam setiap produksi pertahun. Tingginya biaya produksi ini

disebabkan oleh biaya perawatan luwak yang tidak sedikit. Oleh karena itu

tingginya harga produksi tersebut harus diimbagi oleh penjualan kopi luwak itu

sendiri.

f. Pemasaran

Pada bagian subsistem pemasaran hasil pertanian (agromarketing) telah

dijelaskan bahwa pemasaran yang dilakukan oleh Asosiasi Kopi Luwak Three

Mountain masih termasuk sempit. Dimana pembeli yang aktif secara

Page 55: BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS KOPI LUWAK …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080004_3_1524.pdf15 BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS KOPI LUWAK 3.1 Kopi Arabika Kopi (Coffea spp),

69

berkelanjutan hanya sekitar 30 pelaku bisnis. Namun, meskipun demikian produk

kopi luwak Three Mountain telah dikenal oleh mancanegara.

g. Produksi

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya pada kopi luwak yang menjadi

subjek mesin produksi adalah mahluk hidup yaitu hewan luwak itu sendiri. Oleh

karena itu produktivitas ditentukan oleh bagaimana keadaan hewan luwak

tersebut. Jika hewan luwak terebut mangalami mogok makan buah kopi maka

petani tidak dapat memaksakan luwak untuk berproduksi lebih banyak lagi.

Karena jika hal tersebut tetap dilakukan maka akan terjadi eksploitasi yang akan

berpengaruh pada kualitas produk tersebut.

3.5.2 Analisis Lingkungan Eksternal

Analisis lingkungan eksternal yang terdpat pada Three Mountain

dilakukan untuk mengidentifikasi peluang (opportunity) dan ancaman (threats)

yang dimiliki oleh Three Moutain. Analisis lingkungan eksternal ini dapat

digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menerapkan strategi-strategi

pengembangan.

a. Bisnis ritel

Seperti yang sudah dijelaskan sebelunya, penjualan kopi luwak pada

tingkat retail baik berupa reseller atau pada gerai kopi merupakan segmen usaha

yang sangat menguntungkan. Pasalnya harga pada tingkat retail jauh lebih tinggi

dari harga dasar di tingkat petani. Pada tingkat ini keuntungan yang diraih dapat

mencapai 4 kali lipat dari harga dasar petani. Hal tersebut merupakan peluang

tersendiri dalam pengembangan usaha untuk kedepanya.

Page 56: BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS KOPI LUWAK …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080004_3_1524.pdf15 BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS KOPI LUWAK 3.1 Kopi Arabika Kopi (Coffea spp),

70

b. Media Informasi

Menurut Djamarah dan Zain (2006) dalam Zamoni (2011), media berasal

dari bahasa latin bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiayah berarti

perantara atau pengantar. Dengan demikian media merupakan wahana penyalur

informasi belajar atau penyalur pesan. Saat ini masyarakat dunia sangat akrab

dengan berbagai media informasi mulai dari cetak sampai elektronik. Terutama

dengan media elektronik seperti sosial media, setiap orang dapat mengakses untuk

mendapatkan informasi atau memberikan informasi lewat media ini. Hal ini dapat

menjadi peluang yang baik dalam mempromosikan suatu produk baik yang

terdengarnya masih awam di telinga masyarakat maupun yang telah dikenal baik

oleh masyarakat.

c. Persaingan Masih Sedikit

Persaingan usaha pada perdaganagan kopi luwak tergolong masih sedikit.

Hal tersebut ditunjukkan pada daerah pangalengan saja yang notabene penghasil

kopi terbesar di Jawa Barat hanya terdapat 2 pelaku usaha di bidang kopi luwak.

Oleh karena itu hal ini merupakan peluang yang baik dalam pengembangan usaha.

d. Ketersediaan Hewan luwak

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya hewan luwak belum dapat di

kembangbiakan secara buatan di penangkaran. Selain itu, jika petani memelihara

luwak sebelum umur produktif akan menyebabkan penambahan dari biaya

produksi. Oleh karena itu perburuan luwak untuk ditangkarkan tidak dapat

dihindari. Hal tersebut perlu diperhatikan karena terkait dengan keberadaan hewan

luwak itu sendiri sebagai subjek dari adanya kopi luwak.

Page 57: BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS KOPI LUWAK …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080004_3_1524.pdf15 BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS KOPI LUWAK 3.1 Kopi Arabika Kopi (Coffea spp),

71

e. Konsumen yang Tersegmentasi

Peminum kopi luwak umumnya masih terbatas dinikmati oleh penikmat

kopi saja. Hal tersebut disebabkan oleh banyak faktor salah satunya terkait dengan

pengetahuan peminum kopi tentang kopi luwak. Konsumen yang sempit ini dapat

menjadi ancaman tersendiri bagi pengembangan bisnis kopi luwak.

f. Maraknya Kopi Luwak Buatan

Maraknya kopi luwak buatan yang mengadaptasi prinsip kinerja perut

luwak dalam mengolah biji kopi dapat menjadi kendala cukup besar bagi

produsen kopi luwak terutama untuk pemasaran kepada masyarakat yang awam

terhadap kopi luwak. Permasalahan yang cukup pelik pada bisnis kopi luwak ini

ditambah dengan belum adanya standar baku yang ditetapkan secara internasional

mengenai kopi luwak dan sulitnya mendapat serifikasi untuk kopi luwak asli. Hal

tersebut pula yang menjadi penghambat perdaganagan kopi luwak ke

mancanegara. Seringkali produk kopi luwak ditolak masuk ke negara tujuan

akibat permasalahan kelengkapan dokumen. Akibatnya, kopi luwak tertahan di

pihak negara tujuan. Akibat lain yang ditimbulkan adalah kurangnya kepercayaan

konsumen bahkan tidak jarang terdapat konsumen yang memesan masih dalam

bentuk feses.

3.5.3 Indentifikasi Faktor Internal dan Faktor Eksternal

Berdasarkan hasil analisis lingkungan internal serta eksternal perusahaan,

maka dapat diindentifikasi faktor-faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan

ancaman. Berikut ini merupakan analisis kekuatan, kelemahan, peluang dan

ancaman yang didapat dari hasil pengamatan pada Asosiasi Petani Kopi Luwak

Page 58: BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS KOPI LUWAK …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080004_3_1524.pdf15 BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS KOPI LUWAK 3.1 Kopi Arabika Kopi (Coffea spp),

72

Three Mountain. Dari analisis kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman maka

didapatkan faktor internal dan eksternal kunci dalam Tabel 8.

Tabel 10. Identifikasi Faktor Internal dan Faktor Eksternal Kunci

Faktor Internal

Kekuatan Kelemahan

1. Ketersediaan buah kopi kopi dari

kebun sendiri pada musim panen

maupun diluar musim panen

2. Sumber daya manusia

3. Kualitas produk

4. Produk yang unik

5. Permintaan yang cukup baik

1. Modal tinggi

2. Lemahnya kekuatan tawar

3. Brand Kurang dikenal oleh

masyarakat luas

4. Produksi terbatas

5. Belum memiliki badan hukum

(masih berupa asosiasi)

Faktor Eksternal

Peluang Ancaman

1. Bisnis Ritel

2. Media informasi

3. Persaingan usaha masih sedikit

1. Ketersediaan luwak

2. Konsumen yang masih

tersegmentasi

3. Maraknya kopi luwak buatan

3.5.4 Matriks IFE (Internal Factor Evaluation)

Menurut David (2004) tahapan dalam membuat matriks IFE/EFE adalah

sebagai berikut:

1. Tuliskan daftar semua kelemahan,kekuatan, peuang dan ancaman suatu

orgaanisasi. Peluang dan kekuatan didaftar terlebih dahulu baru kemudian

ancaman dan kelemahan dari organisasi.

2. Berikan bbot terhadap daftar yang telah dibuat untuk menunjukan reatif

tingkat kepentingan faktor dalam menuju jesuksesan organisasi.

Pembobotan berkisar antara 0.00 (tidak penting) sampai 1.00 (sangat

penting) yang diletakkan pada kolom kedua. Total bobo yang diberikan

harus sama dengan satu

Page 59: BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS KOPI LUWAK …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080004_3_1524.pdf15 BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS KOPI LUWAK 3.1 Kopi Arabika Kopi (Coffea spp),

73

3. Tentukan ranting tiap faktor yang menunjukan keefektifan strategi suatu

organisasi saat ini dalam merespon faktor-faktor tersebut pada kolom

ketiga. Untuk matriks IFE, 1 = kelemahan utama, 2 = kelemahan minor, 3

= kekuatan minor dan 4 = kekuatan utama. Sedangkan untuk matriks EFE,

4 = respon tinggi, 3 = respon diatas rata-rata, 2 = respon rata-rata dan 1 =

respon kurang. Setiap rating digandakan dengan masing-masing bobot

untuk memperoleh skor pembobotan.

Beberapa faktor yang dianalisis dalam matriks IFE adalah faktor-faktor

strategis internal perusahaan berupa kekuatan dan kelemahan perusahaan. Hasil

analisis faktor internal akan diketahui setelah memasukkan hasil identifikasi

kekuatan dan kelemahan perusahaan sebagai faktor untuk menentukan strategi

pengembangan apa yang tepat, kemudian diberikan pemberian peringkat

(Lampiran 12) dan perhitungan bobot (Lampiran 13 dan 14) yang kemudian

dihitung peringkat dikalikan bobot sehingga akan diperoleh nilai total seperti pada

Tabel 11 sebagai berikut.

Tabel 11. Matriks IFE

Rating Faktor Internal Rating Bobot Nilai yang

Dibobot

Kekuatan

1. Ketersediaan buah kopi dari kebun

sendiri pada musim panen maupun

diluar musim panen

4 0,116 0,464

2. Sumber daya manusia 3 0,116 0,348

3. Kualitas produk 3 0,125 0,375

4. Produk yang unik 4 0,130 0,52

5. Permintaan yang cukup baik 4 0,106 0,424

Kelemahan

1. Modal tinggi 2 0,093 0,186

2. Lemahnya kekuatan tawar 2 0,060 0,12

3. Kurang dikenal oleh masyarakat luas 1 0,074 0,074

Page 60: BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS KOPI LUWAK …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080004_3_1524.pdf15 BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS KOPI LUWAK 3.1 Kopi Arabika Kopi (Coffea spp),

74

Lanjutan Tabel 11.

1. Produksi terbatas 2 0,079 0,158

2. Belum memiliki badan hukum

(masih berupa asosiasi) 2 0,102 0,204

Total IFE 2,873

A. Kekuatan

1. Faktor ketersediaan bahan baku buah kopi yang terjamin karena berasal

dari kebun sendiri baik pada musim panen meupun diluar musim panen

mendapatkan bobot sebesar 0,116 dan mendapatkan rating 4. Bobot

sebesar 0,116 dan rating 4 ini dapat diartikan faktor ini kuat pengaruhnya

terhadap produk dan keuntungan yang dicapai oleh perusahaan. Pasokan

buah kopi arabika yang baik dan didukung dengan tanaman yang

produktifitas baik merupakan kekuatan bagi perusahaan dalam

mengembangkan produk dan skala usaha.

2. Faktor sumber daya manusia mendapatkan bobot sebesar 0,116 dan

mendapat rating 3 artinya, faktor sumber daya menusia juga merupakan

faktor yang berpengaruh terhadap kualitas produk dan keuntungan

perusahaan. Sumber daya manusia yang berpengalaman dan telah telatih

akan mempermudah proses produksi dan akan berpengaruh pula terhdap

kualitas produk.

3. Faktor kualitas produk mendapatkan bobot sebesar 0,125 dan

mendapatkan rating 3. Bobot sebesar 0,125 dan rating 3 ini dapat diartikan

kualitas produk Three Mountain berpengaruh cukup kuat terhadap

perusahaan. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa sistim

pedagangan pada kopi luwak beasaskan kepercayaan, oleh karena itu

Page 61: BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS KOPI LUWAK …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080004_3_1524.pdf15 BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS KOPI LUWAK 3.1 Kopi Arabika Kopi (Coffea spp),

75

perusahaan wajib memegang kepercayaan yang telah diberikan konsumen

tersebut.

4. Faktor produk yang unik mendapatkan bobot sebesar 0,130 dan

mendapatkan rating 4. Faktor produk memiliki nilai yang dibobotkan

paling besar yaitu 0,52 artinya faktor produk yang unik merupakan faktor

yang paling kuat terhadap perusahaan. Kopi luwak merupakan produk

yang prestise karena sifatnya yang unik mulai dari rasa sampai fakta-fakta

menarik mengenai kopi luwak tersebut.

5. Faktor permintaan yang cukup baik mendapatkan bobot sebesar 0,106 dan

rating 4 artinya, faktor permintaan cukup berpengaruh terhadap perusahan

dalam hal berproduksi. Namun, permintaan yang tinggi ini terbatas oleh

perusahaan pembeli yang terbatas yaitu hanya sekirar 30 pelaku usaha

saja.

B. Kelemahan

1. Faktor modal yang tinggi dalam mengusahakan kopi luwak mendapatkan

bobot sebesar 0,093 dan rating sebesar 2. Bobot sebesar 0,093 dan rating 2

dalam faktor modal yang tinggi dapat diartikan faktor modal yang tinggi

ini dinilai merupakan faktor yang cukup menghambat dalam

keberlangsungan usaha dan pengembangan usaha kopi luwak.

2. Faktor lemahnya kekuatan tawar mendapatkan bobot sebesar 0,060 dan

rating sebesar 2 artinya hal ini merupakan faktor yang cukup menghambat

terhadap perusahaan dalam pencapaian keuntungan. Faktor-faktor

kekuatan perusahaan seperti keunikan produk, kualitas produk dan lain

Page 62: BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS KOPI LUWAK …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080004_3_1524.pdf15 BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS KOPI LUWAK 3.1 Kopi Arabika Kopi (Coffea spp),

76

sebagainya seyogyanya dapat mendongkrak bargaining position

perusahaan.

3. Faktor brand kurang dikenal oleh masyarakat luas mendapatkan bobot

sebesar 0,074 dan rating 1. Maka, dapat diartikan faktor ini merupakan

faktor yang menghambat perusahaan. Sisitem penjualan berasaskan

kepercayaan dan belum adanya standar mutu yang diakui dengan

kesepakatan bersama secara internasional ikut menambah sulitnya

memasarkan kopi luwak.

4. Faktor produksi terbatas mendapatkan bobot sebesar 0,097 dan rating 2

artinya produksi yang terbatas ini juga cukup menjadi faktor penghambat

bagi perusahaan. Produksi yang terbatas ini sebenarnya dapat diimbangi

dengan kualitas produk yang baik. Jika kualitas produk mendukung maka

sebenarnya produksi yang terbatas ini dapat memiliki nilai yang baik

diamata konsumen.

5. Faktor belum memiliki badan hukum memdapatkan bobot sebesar 0,102

dan rating sebesar 2 artinya faktor ini tidak terlalu manjadi faktor

penghambat bagi perusahaan. Three Mountain masih berupa asosiasi

petani kopi luwak dan belum menjadi sebuah perusahaan yang berbadan

hukum. Sebenarnya hal ini dapat berpengaruh terhadap keberlangsungan

usaha dan pengembangan usaha. Namun, sampai dengan saat ini belum

terdapat keluhan besar mengenai faktor ini.

Berdasarkan uraian diatas diketahui total bobot faktor internal kekuatan

sebesar 0,593 dan faktor internal kelemahan sebesar 0,408 (Lampiran 15). Maka

Page 63: BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS KOPI LUWAK …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080004_3_1524.pdf15 BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS KOPI LUWAK 3.1 Kopi Arabika Kopi (Coffea spp),

77

dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa faktor kekuatan lebih besar daripada

faktor kelemahannya. Hal tersebut menunjukkan bahwa Asosiasi Petani Kopi

Luwak Three Mountain sudah dapat menggunakan kekuatannya untuk mengatasi

kelemahannya.

3.5.5 Matriks EFE (Eksternal Factor Evaluation)

Beberapa faktor yang dianalisis dalam matriks EFE adalah faktor-faktor

strategis eksternal perusahaan berupa peluang dan ancaman perusahaan. Hasil

analisis faktor internal akan diketahui setelah memasukkan hasil identifikasi

kekuatan dan kelemahan perusahaan sebagai faktor untuk menentukan strategi

pengembangan apa yang tepat, kemudian diberikan pemberian peringkat

(Lampiran 3) dan perhitungan bobot (Lampiran 5) yang kemudian dihitung

peringkat dikalikan bobot sehingga akan diperoleh nilai total seperti pada Tabel

12 sebagai berikut.

Tabel 12. Matriks EFE

Rating Faktor Eksternal Rating Bobot Nilai yang

Dibobot

Peluang

1. Bisnis Ritel 4 0,184 0,736

2. Media informasi 3 0,211 0,633

3. Persaingan usaha masih sedikit 3 0,224 0,672

Ancaman

1. Ketersediaan luwak 2 0,105 0,21

2. Konsumen yang masih

tersegmentasi 2 0,145 0,29

3. Maraknya kopi luwak buatan 1 0,132 0,132

Total EFE 2,673

A. Peluang

1. Faktor bisnis ritel mendapat bobot sebesar 0,184 dan rating 4, artinya

faktor bisnis ritel dapat menjadi peluang yang sangat besar bagi

Page 64: BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS KOPI LUWAK …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080004_3_1524.pdf15 BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS KOPI LUWAK 3.1 Kopi Arabika Kopi (Coffea spp),

78

perusahaan untuk mengembangkan usaha. Perbedaan harga dari harga

dasar ke tingkat ritel yang tinggi dapat dimanfaatkan oleh perusahaan

dalam mengembangkan usahanya.

2. Faktor media informasi mendapat bobot sebesar 0,211 dengan rating 3

artinya, faktor ini dapat menjadi peluang yang baik bagi perusahan dalam

strategi pengembangan usaha. Media informasi yang saat ini sangat

mudahh diakses oleh siapa saja terutama media elektronik seperti internet

sangat memberikan peluang bagi perusahaan sebagai ajang promosi

produk dan pencerdasan perusahan terhadap konsumen tentang produk

mereka.

3. Faktor persaingan usaha yang masih sedikit mendapatkan bobot sebesar

0,224 dengan rating 3. Hal tersebut menunjukan bahwa persaingan usaha

yang masih sedikit ini sebaiknya dapat dimnfaatkan dengan baik oleh

perusahaan dalam meningktkan kualitas, skala bisnis dan lain sebagainya

untuk mengembangkan tingkat usaha.

B. Ancaman

1. Faktor ketersediaan luwak mendapatkan bobot sebesar 0,105 dengan

rating 2 artinya, faktor ini dapat menjadi ancaman yang perlu diperhatikan.

Pasalnya subjek mesin biologis dari kopi luwak adalah hewan luwak itu

sediri jika keberadaannya berkurang maka akan sangat berpengaruh

terhadap bisnis kopi luwak secara keseluruhan. Oleh karena itu, Three

Mountain mensiasati dengan melepas luwak-luwak yang telah habis masa

ekspairnya ke alam bebas agar dapat bereproduksi secara alami.

Page 65: BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS KOPI LUWAK …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080004_3_1524.pdf15 BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS KOPI LUWAK 3.1 Kopi Arabika Kopi (Coffea spp),

79

2. Faktor konsumen yang masih tersegmentasi mendapatkan bobot sebesar

0,145 dengan rating 2 artinya perusahaan harus pula mewaspadai faktor ini

sebagai ancaman yang cukup penting bagi perusahaan. Konsumen yang

terbatas pada penikmat kopi saja dapat menjadi ancaman karena bisa saja

dalam beberapa waktu kedepan para penikmat kopi ini sudah tidak

“penasaran” dengan kopi luwak ini. Oleh karena itu perusahaan dapat

menggalakkan berbagai promosi misalnya dengan pencerdasan tentang

kopi luwak kepada para peminum kopi.

3. Faktor maraknya kopi luwak buatan mendapatkan bobot sebesar 0,132

dengan rating 1. Maka, dapat diartikan hal ini dapat menjadi masalah yang

serius jika perusahaan tidak hati-hati menjaga hubungan baik dengan

konsumen, penurunan kualitas sedikit saja akan mendatangkan masalah.

Hal tersebut berakar dari belum adanya standar mutu yang baku dalam

perdagangan kopi luwak. Sampai saat ini memang telah terdapat standar

mutu biji kopi seperti SNI 01-2907-2008 namun, hal tersebut hanya

mengenai biji kopi secara keseluruhan saja. Maka akan sulit untuk

membedakan mana kopi luwak asli dengan buatan bagi masyarakat awam.

Ditambah dengan harga yang terjangkau bagi masyarakat umum dan brand

yang mengatas namakan kopi luwak. Maka, seharusnya terdapat pula

spesifikasi khusus untuk mengenali kopi luwak ini.

Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui bahwa total bobot faktor

eksternal peluang sebesar 0,619 dan faktor eksternal ancaman sebesar 0,382

(lampiran 16). Maka dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa faktor peluang

Page 66: BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS KOPI LUWAK …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080004_3_1524.pdf15 BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS KOPI LUWAK 3.1 Kopi Arabika Kopi (Coffea spp),

80

lebih besar dari pada faktor ancaman. Hal tersebut menunjukan bahwa Asosiasi

Petani Kopi Luwak Three Mountain sudah dapat mengoptimalkan peluang yang

ada untuk menghindari ancaman untuk keberlanjutan usahanya.

3.5.6 Matriks IE (Internal Eksternal)

Tahap selanjutnya adalah tahap pencocokan. Dalam tahap ini

menggunakan teknik analisis SWOT dengan menggunakan analisis Matriks IE.

Matriks IE didasarkan pada dua dimensi kunci yaitu total nilai IFE pada sumbu x

dan total nilai EFE pada sumbu y dari total nilai yang dibobot dari setiap divisi

dapat disusun matriks IE pada tingkat korporasi. Pada sumbu x matriks IE nilai

IFE yang dibobot 1 sampai 2 menunjukkan posisi internal lemah; nilai 2 sampai 3

dianggap sedang; dan nilai 3 sampai 4 dianggap kuat. Demikian juga sumbu y,

total nilai EFE sama. Matriks IE dibagi menjadi tiga bagian utama yang

mempunyai dampak strategis yang berbeda. Menurut David (2004), jika posisi

perusahaan berada pada divisi sel I, II, atau IV, strategi pengembangannya adalah

strategi integrasi dalam bentuk integrasi ke depan, integrasi ke belakang, dan

integrasi horizontal. Ketika perusahaan berada pada divisi sel III, V dan VII,

strategi pengembangannya adalah dengan strategi intensif, dalam bentuk penetrasi

pasar, pengembangan pasar dan pengembangan produk. Terakhir jika posisi

perusahaan berada pada divisi sel VI, VIII, atau IX, strategi pengembangannya

adalah dengan strategi divestasi dan defensif.

Nilai total yang didapat pada matriks IFE dan EFE adalah 2,873 dan 2,673

(lampiran 15 dan 16). Dalam matriks IE nilai tersebut menempati pada posisi sel

V. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 13 sebagai berikut.

Page 67: BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS KOPI LUWAK …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080004_3_1524.pdf15 BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS KOPI LUWAK 3.1 Kopi Arabika Kopi (Coffea spp),

81

Tabel 13. Matriks IE

EFE

IFE

Kuat

(3 – 4)

Rata-rata

(2 – 3)

2,7

Lemah

(1 – 2)

Kuat

(3 – 4)

I II III

Rata-rata

(2 – 3) 2,9

IV V VI

Lemah

(1 – 2)

VII VIII IX

Strategi utama untuk sel V pada matriks IE adalah strategi intensif, dalam

bentuk penetrasi pasar, pengembangan pasar dan pengembangan produk. Menurut

David (2004), strategi intensif adalah strategi yang memerlukan usaha-usaha

internsif perusahaan jika posisi persaingan perusahaan degan produk yang ada

hendak ditingkatkan. Strategi ini terbagi dalam tiga tahap yaitu penetrasi pasar,

pengembangan pasar, dan pengembangan produk.

Penetrasi pasar yaitu strategi yang mencari pangsa pasar yang lebih besar

untuk produk atau jasa yang sudah ada sekrang melalui usaha pemasaran yang

lebih gencar. Penetrasi pasar dapat digunakan untuk memperkenalkan produk kopi

luwak kepada masyarakat yang luas dengan cara pemasaran. Pemasaran dapat

dilakukan dengan media-media informasi baik cetak atau elektronik. Pemasaran

dapat pula dilakukan melalui jurnal-jurnal ilmiah yang mengedukasi pengetahuan

tentang kopi luwak. Dengan demikian diharapkan peminum kopi luwak bukan

hanya penikmat kopi. Sehingga target pasar untuk kopi luwak menjadi lebih

beragam dan luas.

Page 68: BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS KOPI LUWAK …media.unpad.ac.id/thesis/150610/2008/150310080004_3_1524.pdf15 BAB III KERAGAAN AGRIBISNIS KOPI LUWAK 3.1 Kopi Arabika Kopi (Coffea spp),

82

Pengembangan pasar (market development) yaitu memperkenalkan produk

atau jasa yang sudah ada ke wilayah geografi baru. Dalam tahap ini, dapat

dimanfaatkan peluang bisnis ritel atau dengan menambah anggota dari daerah

sentra penghasil kopi lain. Anggota Three Mountain saat ini kurang lebih

mencapai 28 anggota yang tersebar di tiga wilayah berbeda yaitu Bandung, Garut

dan Cianjur (lampiran 17). Seperti yang dikatakan oleh Freddy Rangkuti (2006),

perusahaan yang berada di sel ini dapat memperluas pasar, fasilitas produksi, dan

teknoligi melalui akuisisi atau joint ventures dengan perusahaan lain dalam

industri yang sama.

Pengembangan produk (product development) yaitu mencoba

meningkatkan penjualan dengan memperbaiki produk atau jasa yang sudah ada

atau mengembangkan yang baru. Tahap ketiga ini merupakan tahap perbaikan

produk baik dalam segi kualitas produk maupun pengemasan produk. Perbaikan

kualitas produk dapat bermula dari kebun kopi dengan budidaya yang baik sampai

pada penangkaran luwak dan penanganan pasca panen yang baik pula. Rangkaian

proses yang saling terintegrasi ini jika dikelola dengan baik maka akan

menhasilkan kualitas kopi luwak arabika yang baik pula.