bab ii kajian pustaka a. reviu penelitian terdahulueprints.umm.ac.id/59137/3/bab ii.pdf ·...

22
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. REVIU PENELITIAN TERDAHULU Ritonga (2017) melakukan penelitian dengan judul Analisis Perencanaan Pajak Melalui Metode Penyusutan Dan Revaluasi Asset Tetap Untuk Meminimalkan Beban Pajak Pada PT. Taspen ( Persero ) Cabang Utama Medan. Teknik analisis yang digunakan adalah metode kualitatifdengan cara menganalisis data dengan pemikiran yang objektif dan ditulis dengan deskriptif. Kebijakan revaluasi asset tetap yang dilakukan oleh PT.TASPEN (PERSERO) berdampak pada meningkatnya nilai buku asset tetap dan kebijakan revaluasi asset tetap yang dilaksanakan oleh pt.taspen pada tahun 2010 berdampak pada membesarnya beban pajak yang harus dibayar perusahaan. Nur dan Sagala (2017)meneliti tentang Revaluasi Aktiva Tetap Terhadap Beban Pajak Dan Peningkatan Nilai Aset Pada Pt.Wiveris Herbatama. Teknik analisis yang digunakan adalah metode kualitatifdengan cara menganalisis data dengan pemikiran yang objektif dan ditulis dengan deskriptif. Kesimpulan penelitian ini adalah Pertama, bahwa jumlah beban pajak yang harus dibayarkan perusahaan lebih kecil ketika tidak melakukan revaluasi aset tetap dibandingkan dengan ketika perusahaan melakukan revaluasi aset tetap. Kedua bahwa, nilai buku aset pada beberapa aset PT. Wiveris Herbatama mengalami peningkatan yang cukup besar. Meskipun PT. Wiveris Herbatama harus membayar pajak lebih besar setelah melakukan revaluasi aset tetap, tetapi nilai buku aset tetap pada perusahaan mengalami peningkatan yang besar, sehingga mencerminkan nilai aset yang sebenarnya pada PT. Wiveris Herbatama dan ini akan berdampak pada laporan keuangan perusahaan yang bisa memperlihatkan laporan keuangan yang sehat. Dalam penelitian yang dilakukan Alamsyah (2018) yang meneliti Analisis Perencanaan Pajak Melalui Metode Penyusutan Dan Revaluasi Aset Tetap Pada Pt Pembangunan Perumahan (Persero),Tbk. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif, oleh karenanya penelitian ini mengumpulkan fakta-fakta dilapangan

Upload: others

Post on 29-Oct-2020

18 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. REVIU PENELITIAN TERDAHULUeprints.umm.ac.id/59137/3/BAB II.pdf · Perencanaan Pajak Melalui Metode Penyusutan Dan Revaluasi Aset Tetap Pada Pt Pembangunan

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. REVIU PENELITIAN TERDAHULU

Ritonga (2017) melakukan penelitian dengan judul Analisis Perencanaan

Pajak Melalui Metode Penyusutan Dan Revaluasi Asset Tetap Untuk

Meminimalkan Beban Pajak Pada PT. Taspen ( Persero ) Cabang Utama Medan.

Teknik analisis yang digunakan adalah metode kualitatifdengan cara menganalisis

data dengan pemikiran yang objektif dan ditulis dengan deskriptif. Kebijakan

revaluasi asset tetap yang dilakukan oleh PT.TASPEN (PERSERO) berdampak

pada meningkatnya nilai buku asset tetap dan kebijakan revaluasi asset tetap yang

dilaksanakan oleh pt.taspen pada tahun 2010 berdampak pada membesarnya

beban pajak yang harus dibayar perusahaan.

Nur dan Sagala (2017)meneliti tentang Revaluasi Aktiva Tetap Terhadap

Beban Pajak Dan Peningkatan Nilai Aset Pada Pt.Wiveris Herbatama. Teknik

analisis yang digunakan adalah metode kualitatifdengan cara menganalisis data

dengan pemikiran yang objektif dan ditulis dengan deskriptif. Kesimpulan

penelitian ini adalah Pertama, bahwa jumlah beban pajak yang harus dibayarkan

perusahaan lebih kecil ketika tidak melakukan revaluasi aset tetap dibandingkan

dengan ketika perusahaan melakukan revaluasi aset tetap. Kedua bahwa, nilai

buku aset pada beberapa aset PT. Wiveris Herbatama mengalami peningkatan

yang cukup besar. Meskipun PT. Wiveris Herbatama harus membayar pajak lebih

besar setelah melakukan revaluasi aset tetap, tetapi nilai buku aset tetap pada

perusahaan mengalami peningkatan yang besar, sehingga mencerminkan nilai aset

yang sebenarnya pada PT. Wiveris Herbatama dan ini akan berdampak pada

laporan keuangan perusahaan yang bisa memperlihatkan laporan keuangan yang

sehat.

Dalam penelitian yang dilakukan Alamsyah (2018) yang meneliti Analisis

Perencanaan Pajak Melalui Metode Penyusutan Dan Revaluasi Aset Tetap Pada Pt

Pembangunan Perumahan (Persero),Tbk. Penelitian ini menggunakan pendekatan

deskriptif, oleh karenanya penelitian ini mengumpulkan fakta-fakta dilapangan

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. REVIU PENELITIAN TERDAHULUeprints.umm.ac.id/59137/3/BAB II.pdf · Perencanaan Pajak Melalui Metode Penyusutan Dan Revaluasi Aset Tetap Pada Pt Pembangunan

7

serta mengidentifikasi data yang membahas permasalahan perencanaan pajak PT.

Pembangunan Perumahan (persero). Berdasarkan hasil penelitian yang didukung

data dan informasi yang telah dibahas sebelumnya, peneliti menarik kesimpulan

bahwa PT. Pembangunan Perumahan (persero), Tbk telah melakukan revaluasi

aset tetap sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia dengan

nomor 191/PMK.010./2015 tentang penilaian kembali aktiva tetap. Aset Tetap

dinilai dengan menggunakan cost model dan revaluation model serta metode

penyusutan yang digunakan adalah garis lurus pada seluruh aset tetap sehingga

dengan dilakukannya penyusutan dan revaluasi aset tetap maka PT. Pembangunan

Perumahan (persero), Tbk dapat menghemat beban pajak yang harus dibayar.

B. TINJAUAN PUSTAKA

1. PAJAK

Pajak adalah iuran yang wajib dibayarkan oleh rakyat atau wajib pajak

kepada negara untuk kepentingan pemerintah dan kesejahteraan masyarakat

umum. Manfaat dari pajak yang terkumpul tidak akan secara langsung dapat

dinikmati oleh wajib pajak, karena pajak digunakan untuk kepentingan umum

bukan individual.

Sedangkan menurut UU No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan umum dan

tata cara perpajakan. Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang

oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang

Undang, dengan tidak mendapat timbal balik secara langsung dan digunakan

untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

2. Aset Tetap

Menurut PSAK 16, aset tetap adalah aset berwujud yang dimiliki dan

digunakan dalam produksi atau penyediaan barang dan jasa, untuk direntalkan

kepada pihak lain atau untuk tujuan administratif dan diharapkan untuk digunakan

selama lebih dari satu periode.

Berdasarkan definisi di atas, suatu aset berwujud memiliki ciri digunakan

dalam operasi usaha dan tidak untuk dijual kembali, bersifat jangka panjang dan

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. REVIU PENELITIAN TERDAHULUeprints.umm.ac.id/59137/3/BAB II.pdf · Perencanaan Pajak Melalui Metode Penyusutan Dan Revaluasi Aset Tetap Pada Pt Pembangunan

8

biasanya dapat disusutkan, serta memiliki wujud fisik. PSAK 16 tidak berlaku

until properti investasi (PSAK 13) dan hak penambangan maupun reservasi

tambang.

Namun, termasuk ke dalam definisi aset tetap adalah tanaman produktif

(bearer plants). Tanaman produktif adalah tanaman hidup yang digunakan dalam

produksi atau penyediaan produk agrikultur, diharapkan untuk menghasilkan

produk untuk jangka waktu lebih dari satu periode dan memiliki kemungkinan

yang sangat jarang untuk dijual sebagai produk agrikultir, kecuali untuk penjualan

sisa yang insidental (incidental scrap)

3. Jenis Aset Tetap

Aset tetap sesuai dengan jenisnya dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :

a. Aset tetap tidak dapat disusutkan

Aset tetap yang tidak dapat disusutkan adalah aset yang mempunyai umur dan

masa manfaat yang tidak terbatas. Misalnya, tanah untuk bangunan kantor, atau

untuk bangunan pabrik. Harga perolehan atas tanah tersebut tidak perlu

disusutkan karena masa manfaatnya tidak terbatas.

b. Aset tetap dapat disusutkan

Aset tetap yang dapat disusutkan adalah aset yang umur atau masa manfaatnya

terbatas. Jenis dari aset tetap yang dapat disusutkan terdiri dari dua kelompok,

yaitu :

1. Aset tetap yang bila masa manfaatnya berakhir dapat diganti dengan aset yang

sejenis. Aset jenis ini harga perolehannya dapat dialokasikan dengan cara

menyusutkan (depresiasi) misalnya : bangunan, kendaraan, mesin-mesin,

peralatan kantor dan lain sebagainya.

2. Aset tetap yang bila pada masa manfaatnya telah berakhir tidak dapat

digantikan dengan aset yang sejenis, harga perolehannya dapat dialokasikan

dengan cara menyusutkan (deplesi). Misalnya : tanah, hutan dan sumber daya

alam lainnya.

4. Penyusutan Aktiva

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. REVIU PENELITIAN TERDAHULUeprints.umm.ac.id/59137/3/BAB II.pdf · Perencanaan Pajak Melalui Metode Penyusutan Dan Revaluasi Aset Tetap Pada Pt Pembangunan

9

Penyusutan merupakan hal penting yang perlu diperhatikan selama

pemanfaatan suatu asset tetap. Menurut PSAK No. 16 menyatakan bahwa

penyusutan adalah alokasi sistematis jumlah yang dapat disusutkan dari suatu

asset selama umur manfaatnya.

Ketentuan tentang penyusutan asset tetap menurut pasal 10 Undang-undang pph,

meliputi :

a. Harta yang dapat disusutkan adalah harta berwujud yang memiliki masa

manfaat lebih dari satu tahun yang digunakan untuk mendapatkan, menagih,

dan memelihara penghasilan yang menjadi objek pajak, kecuali tanah.

b. Harta yang tidak dipergunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara

penghasilan tidak boleh disusutkan secara fiskal, misalnya : bangunan untuk

tempat tinggal karyawan bukan didaerah terpencil yang ditetapkan Menteri

Keuangan. Keuntungan penjualan harta tersebut merupakan objek PPH, namun

apabila terjadi kerugian tidak dapat dibebankan sebagai biaya fiskal.

c. Penyusutan asset dimulai pada bulan dilakukannya pengeluaran, kecuali untuk

asset yang masih dalam proses pengerjaan asset tersebut. Dengan persetujuan

DJP, penyusutan dapat dimulai pada bulan asset tersebut digunakan.

Cara dan Tarif Penyusutan Aktiva Tetap Menurut Undang – undang No. 17 Tahun

2000 pasal 11 ayat (6) menyatakan bahwa harta tetap berwujud digolongkan

menjadi dua golongan, yaitu :

a. Golongan bukan bangunan yang dirinci menjadi empat kelompok dan

b. Golongan bangunan yang dirinci menjadi dua kelompok, yaitu bangunan

yang bersifat permanen dan tidak permanen.

Cara Penyusutan dan Tarif Penyusutan Aktiva Tetap dengan UU No. 17 Tahun

2000 pasal 11 ayat ( 6 )

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. REVIU PENELITIAN TERDAHULUeprints.umm.ac.id/59137/3/BAB II.pdf · Perencanaan Pajak Melalui Metode Penyusutan Dan Revaluasi Aset Tetap Pada Pt Pembangunan

10

KELOMPOK HARTA

BERWUJUD

MASA

MANFAAT

TARIF DEPRESIASI

GARIS LURUS SALDO

MENURUN

I. Bukan Bangunan

Kelompok 1 4 tahun 25% 50%

Kelompok 2 8 tahun 12,5% 25%

Kelompok 3 16 tahun 6,25% 12,5%

Kelompok 4 20 tahun 5% 10%

II. Bangunan

Permanen 20 tahun 5% –

Tidak Permanen 10 tahun 10% –

Cara penentuan penyusutan menurut UU No. 17 Tahun 2000 pasal 11 ayat 11

( 1 )dan ayat ( 2 ) metode penyusutan yang digunakan adalah :

a. Metode garis lurus ( starigt line method ) untuk semua harta berwujud dan

b. Meode saldo menurun ( declining balance method ), untuk harga berwujud

selain bangunan.

5. Perencanaan Pajak

Perencanaan pajak merupakan langkah awal dalam manajemen pajak

seperti melakukan pengumpulan dan penelitian terhadap peraturan perpajakan

untuk menyeleksi jenis tindakan penghematan pajak yang akan dilakukan (Suandy,

2011:16). Menurut Chrisdianto dan Yunus (2011) dan Nadeak (2011),

perencanaan pajak memiliki dua strategi yaitu: 1) revaluasi aset atau menilai aset

tetap dengan metode cost model dan revaluation model, 2) perhitungan

penyusutan dengan metode saldo menurun. Pada umumnya tujuan dari

perencanaan pajak ditekankan untuk meminimumkan kewajiban pajak, namun

beberapa tujuan pokok perencanaan pajak seperti yang diungkapkan Pohan

(2013:21) yaitu (1) meminimalisasi beban pajak terutang, (2) memaksimalkan

laba setelah pajak, (3) meminimalkan terjadinya kejutan pajak (tax surprise) jika

terjadi pemeriksaan pajak oleh fiskus, (4) memenuhi kewajiban perpajakan secara

benar dan efektif sesuai ketentuan perpajakan. Beberapa strategi umum

perencanaan pajak menurut Ratag (2013) yaitu:

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. REVIU PENELITIAN TERDAHULUeprints.umm.ac.id/59137/3/BAB II.pdf · Perencanaan Pajak Melalui Metode Penyusutan Dan Revaluasi Aset Tetap Pada Pt Pembangunan

11

1. Tax saving merupakan upaya efisiensi beban pajak melalui pemilihan alternatif

pengenaan pajak dengan tarif yang lebih rendah. Misalnya perusahaan dapat

melakukan perubahan pemberian natura pada karyawan menjadi tunjangan

dalam bentuk uang;

2. Tax avoidance merupakan upaya efisiensi beban pajak dengan menghindari

pengenaan pajak melalui transaksi yang bukan merupakan objek pajak.

Misalnya, perusahaan yang mengalami kerugian perlu mengubah tunjangan

karyawan dalam bentuk uang menjadi pemberiannatura karena natura bukan

merupakan objek pajak PPh pasal 21;

3. Memahami peraturan pajak yang berlaku, perusahaan dapat menghindari

timbulnya sanksi perpajakan berupa sanksi administrasi berupa denda, bunga

atau kenaikan serta sanksi pidana atau kurungan;

4. Menunda pembayaran pajak tanpa melanggar peraturan pajak yang berlaku

dengan melalui penundaan pembayaran PPN yang dilakukan dengan menunda

penerbitan faktur pajak keluaran hingga batas waktu yang diperkenankan

khususnya untuk penjualan kredit; dan

5. Mengoptimalkan kredit pajak yang diperkenankan karena wajib pajak sering

kurang memperoleh informasi mengenai pembayaran pajak yang dapat

dikreditkan yang merupakan pajak dibayar dimuka.

6. Tujuan Perencanaan Pajak

Tujuan dari perencanaan pajak adalah merekayasa agar beban pajak (tax

burden) dapat ditekan serendah mungkin dengan memanfaatkan peraturan yang

ada untuk memaksimalkan penghasilan setelah pajak (after tax return), karena

pajak merupakan unsur pengurang laba yang tersedia, baik untuk dibagikan

kepada pemegang saham maupun untuk diinvestasikan kembali (Suandy, 2011:7).

Chairil Anwar (2013:21) mengemukakan bahwa secara umum tujuan

pokok dari perencanaan pajak adalah sebagai berikut :

1. Meminimalisasi beban pajak yang terutang.

2. memaksimalkan laba setelah pajak

3. meminimalkan terjadinya kejutan pajak (tax surprise) jika terjadi pemeriksaan

pajak oleh fiskus

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. REVIU PENELITIAN TERDAHULUeprints.umm.ac.id/59137/3/BAB II.pdf · Perencanaan Pajak Melalui Metode Penyusutan Dan Revaluasi Aset Tetap Pada Pt Pembangunan

12

4. memenuhi kewajiban perpajakannya secara benar, efisien dan efektif, sesuai

dengan ketentuan perpajakan, yang antara lain meliputi :

a. mematuhi segala ketentuan administratif, sehingga terhindar dari pengenaan

sanksi, baik sanksi administrative maupun pidana, seperti bunga, kenaikan

denda, dan hokum kurungan atau penjara

b. melaksanakan secara efektif segala ketentuan undang-undang perpajakan yang

terkait dengan pelaksanaanpemasaran, pembelian, dan fungsi keuangan, seperti

pemotongan dan pemungutan pajak (PPh pasal 21, pasal 22, dan pasal 23)”.

7. Manfaat Perencanaan pajak

Menurut Chairil Anwar Pohan (2015:20), beberapa manfaat yang biasa

diperoleh dari perencanaan pajak yang dilakukan secara cermat :

1. Penghematan kas keluar, karena beban pajak yang merupajkan unsur biaya

dapat dilurangi.

2. Mengatur aliran kas masuk dan keluar (cash flow), karena dengan perencanaan

pajak yang matang dapat diperkirakan kebutuhan kas untuk pajak, dan

menentukan saat pembayaran sehingga perusahaan dapat menyusun anggaran

kas secara lebih akurat.

8. Revaluasi Asset Tetap

Penilaian kembali atau revaluasi asset tetap adalah kegiatan perhitungan

kembali nilai sebuah asset sesuai harga pasar yang berlaku pada saat penilaian

dilakukan sehinggaakan diperoleh nilai asset yang relevan. Menurut Waluyo &

IIyas (2002:122) revaluasi asset tetap adalah penilaian kembali asset tetap

perusahaan, yang diakibatkan adanya kenaikan nilai asset tetap tersebut

dipasarkan atau karena rendahnya nilai aktiva tetap dalam laporan keuangan

perusahaan yang disebabkan oleh devaluasi atau sebab lain, sehingga nilai aktiva

tetap dalam laporan keuangan tidak lagi mencerminkan nilai wajar.

Menurut PSAK No. 16 revisi 2007,revaluasi merupakan salah satu metode

penilaian asset kembali. Jika suatu entitas memilih menggunakan metode

revaluasi maka metode ini harus diterapkan secara konsisten oleh perusahaan.

Perusahaan tidak boleh hanya menggunakan metode revaluasi sesekali untuk

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. REVIU PENELITIAN TERDAHULUeprints.umm.ac.id/59137/3/BAB II.pdf · Perencanaan Pajak Melalui Metode Penyusutan Dan Revaluasi Aset Tetap Pada Pt Pembangunan

13

tujuan seperti yang disebutkan diatas, tetapi revaluasi harus dilakukan secara

regular.

Menurut Standart Akuntansi (SAK 2009) memperlihatkan model revaluasi

seperti yang akan dijelaskan dibawah ini;

1. Setelah diakui sebagai aset, suatu aset tetap yang nilai wajarnya dapat diukur

secara andal harus dicatat pada jumlah revaluasinya, yaitu nilai wajar pada

tanggal revaluasi dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi

penurunan nilai yang terjadi setelah tanggal revaluasi. Revaluasi harus

dilakukan dengan keteraturan yang cukup regular untuk memastikan bahwa

jumlah tercatat tidak berbeda secara material dari jumlah yang ditentukan

dengan menggunakan nilai wajar pada tanggal neraca.

2. Nilai wajar tanah dan bangunan biasanya ditentukan melalui penilaian yang

dilakukan oleh penilai yang memiliki kualifikasi professional berdasarkan

bukti pasar. Nilai wajar pabrik dan peralatan biasanya menggunakan nilai

pasar yang ditentukan oleh penilai.

3. Jika tidak ada pasar yang dapat dijadikan dasar penentuan nilai wajar karena

sifat dari aset tetap yang khusus dan jarang diperjual-belikan, kecuali sebagai

bagian dari bisnis yang berkelanjutan, entitas mungkin perlu mengestimasi

nilai wajar menggunakan pendekatan penghasilan atau biaya pengganti yang

telah disesuaikan (depreciation replacement cost approatch)

4. Frekuensi revaluasi tergantung perubahan nilai wajar dari suatu aset tetap

yang direvaluasi. Jika nilai wajar dari aset yang direvaluasi berbeda secara

material dari jumlah tercatatnya, maka revaluasi lanjutan perlu dilakukan.

Beberapa aset tetap mengalami perubahan nilai wajar secara signifikan dan

fluktuatif, sehingga perlu direvaluasi secara tahunan. Revaluasi tahunan

seperti itu tidak perlu dilakukan apabila perubahan nilai wajar tidak signifikan.

Namun demikian, aset tersebut mungkin perlu direvaluasi setiap tiga atau

lima tahun sekali.

5. Apabila suatu aset tetap direvaluasi, akumulasi penyusutan pada tanggal

revaluasi diperlakukan dengan salah satu cara berikut ini :

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. REVIU PENELITIAN TERDAHULUeprints.umm.ac.id/59137/3/BAB II.pdf · Perencanaan Pajak Melalui Metode Penyusutan Dan Revaluasi Aset Tetap Pada Pt Pembangunan

14

a) Disajikan kembali secara proporsional dengan perubahan dalam

jumlah tercatat bruto dari aset sehingga jumlah tercatat aset setelah

revaluasi sama dengan jumlah revaluasian. Metode ini sering

dilakukan apabila aset direvaluasi dengan cara memberikan indeks

untuk menentukan biaya pengganti yang telah disesuaikan, atau

b) Dieliminasi terhadap jumlah tercatat bruto dari aset dan jumlah

tercatat aset setelah eliminasi disajikan kembali sebesar jumlah

revaluasinya dari aset tersebut. Metode ini sering digunakan untuk

bangunan

Jumlah penyesuaian yang timbul dari penyajian kembali atau eliminasi

akumulasi penyusutan membentuk bagian dari kenaikan atau penurunan

dalam jumlah tercatat yang ditentukan

6. Jika suatu aset tetap direvaluasi, maka seluruh aset tetap dalam kelompok

yang sama harus direvaluasi

7. Suatu kelompok aset tetap adalah pengelompokan aset yang memiliki sifat

dan kegunaan yang serupa dalam operasi normal entitas. Berikut adalah

contoh dari kelompok aset yang terpisah :

a) Tanah

b) Tanah dan bangunan

c) Mesin

d) Kapal

e) Pesawat udara

f) Kendaraan bermotor

g) Perabotan, dan

h) Peralatan kantor

8. Aset-aset dalam suatu kelompok aset tetap harus direvaluasi secara

berkelanjutan untuk menghindari revaluasi aset secara selektif dan

bercampuran dengan harga perolehan dan nilai lainnya pada saat yang

berbeda-beda. Namun, suatu kelompok aset dapat direvaluasi secara

bergantian (rolling basis) sepanjang revaluasi dari kelompok aset tersebut

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. REVIU PENELITIAN TERDAHULUeprints.umm.ac.id/59137/3/BAB II.pdf · Perencanaan Pajak Melalui Metode Penyusutan Dan Revaluasi Aset Tetap Pada Pt Pembangunan

15

dapat diselesaikan secara lengkap dalam waktu yang singkat dan sepanjang

revaluasi dimutakhirkan.

9. Jika jumlah tercatat aset meningkat akibat revaluasi, kenaikan tersebut

langsung dikredit ke ekuitas pada bagian surplus revaluasi. Namun, kenaikan

tersebut harus diakui dalam laporan laba-rugi hingga sebesar jumlah

penurunan nilai aset akibat revaluasi yang pernah diakui sebelumnya dalam

laporan laba-rugi.

10. Jika jumlah tercatat aset turun akibat revaluasi, penurunan tersebut diakui

dalam laporan laba-rugi. Namun, penurunan nilai akibat revaluasi tersebut

langsung didebit ke ekuitas pada bagian surplus revaluasi selama penurunan

tersebut tidak melebihi saldo kredit surplus revaluasi untuk aset tersebut.

11. Surplus revaluasi aset tetap yang telah disajikan dalam ekuitas dapat

dipindahkan langsung ke saldo laba pada saat aset tersebut diberikan

pengakuannya. Hal ini meliputi pemindahan sekaligus surplus revaluasi pada

saat penghentian atas pelepasan aset tersebut. Namun, sebagian surplus

revaluasi tersebut dapat dipindahkan sejalan dengan penggunaan aset oleh

entitas. Dalam hal ini, surplus revaluasi yang dipindahkan ke saldo laba

adalah sebesar perbedaan antara jumlah penyusutan berdasarkan nilai

revaluasian aset dengan jumlah penyusutan berdasarkan biaya perolehan aset

tersebut. Pemindahan surplus revaluasi ke saldo laba tidak dilakukan melalui

laporan laba-rugi

12. Dampak atas pajak penghasilan, jika ada yang dihasilkan dari revaluasi aset

tetap diakui dan diungkapkan sesuai dengan PSAK No. 46 tentang Akuntansi

Pajak Penghasilan.

13. Jika entitas mengubah kebijakan akuntansi dari model biaya ke model

revaluasi dalam pengukuran aset tetap, maka perubahan tersebut berlaku

prospektif.

14. Jika dalam suatu entitas terdapat aset tetap yang tersdia untuk dijual, maka

perlakuan akuntansi untuk aset tersebut adalah sebagai berikut:

a) Diakui pada saat dilakukan penghentian operasi.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. REVIU PENELITIAN TERDAHULUeprints.umm.ac.id/59137/3/BAB II.pdf · Perencanaan Pajak Melalui Metode Penyusutan Dan Revaluasi Aset Tetap Pada Pt Pembangunan

16

b) Diukur sebesar nilai yang lebih rendah dari jumlah tercatatnya

dibandingkan nilai wajar setelah dikurangi dengan biaya-biaya

penjualan aset tersebut.

c) Disajikan sebagai aset tersedia untuk dijual, jika jumlah tercatatnya

akan dipulihkan melalui transaksi penjualan dari penggunaan lebih

lanjut, dan penghentian operasi dan pelepasan aset (aset tidak lancar).

9. Keuntungan dan kerugian revaluasi

Keuntungan Revaluasi Aset untuk kepentingan komersial, yaitu:

1. Mencerminkan nilai yang sesungguhnya (nilai wajarnya), sehingga dapat

lebih baik dalam pengambilan keputusan bagi perusahaan maupun investor dalam

melakukan investasi.

2. Bagi perusahaan yang ingin atau yang sudah go publik, revaluasi berguna

untuk menyusun nilai asetnya ke harga yang realistis

3. Meningkatkan kepercayaan kreditur , sebagai dampak membaiknya

beberapa rasio keuangan perusahaan, khususnya yang ditunjukkan oleh debt to

assets ratio dan debt to equity ratio.

4. Penilaian kembali aktiva tetap ini juga dapat dilakukan oleh perusahaan

yang ingin merger. Sebab dengan melakukan penilaian kembali aktiva tetap pada

masing – masing perusahaan yang ingin melakukan merger, maka akan dapat

diketahui nilai aktiva sesungguhnya (nilai wajarnya) untuk perusahaan bentukan

baru (setelah merger).

Kerugian Revaluasi Aset Tetap bagi Perusahaan :

Dalam hal revaluasi aset tetap, sebenarnya perusahaan tidak mendapatkan aliran

kas masuk, perusahaan hanya melakukan window dressing untuk pelaporan

keuangan nya. Sedangkan bila terdapat selisih lebih atas revaluasi, perusahaan

akan dikenai PPh final sebesar 10% dan harus dibayar pada tahun tersebut (tidak

boleh dicicil dalam 5 tahun misalnya) dan tidak menghasilkan hutang pajak

tangguhan yang bisa dibalik di tahun berikutnya bila nilai aset turun. Bayangkan

apabila perusahaan memutuskan memakai model revaluasi dan setiap tahun harga

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. REVIU PENELITIAN TERDAHULUeprints.umm.ac.id/59137/3/BAB II.pdf · Perencanaan Pajak Melalui Metode Penyusutan Dan Revaluasi Aset Tetap Pada Pt Pembangunan

17

asetnya meningkat, maka setiap tahun perusahaan harus membayar pajak final.

Padahal kenaikan harga aset tersebut tidak membawa aliran kas masuk ke dalam

perusahaan apalagi untuk menilai nilai wajar aset yang tidak memiliki nilai pasar,

perusahaan membutuhkan jasa penilai (assessor) sehingga akan makin menambah

biaya yang keluar untuk menilai asset – aset tersebut. Maka hal ini hanya akan

menjadi pemborosan saja bagi perusahaan.

10. Jenis Revaluasi

Menurut Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor

191/PMK. 010/2015 revaluasi aset tetap dapat dilakukan dengan 2 cara antra lain

sebagai berikut:

1. Revaluasi menyeluruh adalah revaluasi yang dilakukanpada semua aset

berwujud dalam bentuk tanah, kelompok bangunan yang tidak dimaksudkan

untuk dialihkan atau dijual atau bukan barang dagangan.

2. Revaluasi parsial berarti perusahaan hanya melakukan revaluasi sebagian aset

yang ada sesuai pertimbangan perusahaan.

Sedangkan menurut Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia

Nomor 79/PMK.003/2008 revaluasi aset berwujud harus dilakukan secara

menyeluruh dan tidak boleh secara parsial.

11. Revaluasi Asset Tetap berdasarkan Perpajakan

Sistem akuntansi yang dikembangkan dan ditetapkan sesuai dengan

ketentuan perpajakan harus dilaksanakan sesuai dengan prinsip – prinsip

akuntansi yang berlaku umum, dalam hal ini sesuai dengan PSAK kecuali jika

terdapat aturan khusus dari ketentuan perpajakan yang diatur oleh pemerintah.

Dalam peraturan pajak, penilaian kembali harus dilakukan sesuai dengan

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 79/PMK.03/2008 Tanggal 23 mei 2008

tentang Penilaian Kembali Asset Tetap Perusahaan untuk tujuam Perpajakan.

Meskipun didalam peraturan perpajakan memperbolehkan WP untuk melakukan

penilaian kemnali asset tetap, tetapi tidak semua asset tetap dapat direvaluasi atau

dinilai kembali. Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. REVIU PENELITIAN TERDAHULUeprints.umm.ac.id/59137/3/BAB II.pdf · Perencanaan Pajak Melalui Metode Penyusutan Dan Revaluasi Aset Tetap Pada Pt Pembangunan

18

79/PMK.03/2008 tertanggal 23 MEI 2008 pasal 3 ayat 1, revaluasi asset tetap

perusahaan dilakukan terhadap :

a. Seluruh asset tetap berwujud termasuk tanah yang berstatus hak milik atau hak

guna bangunan atau.

b. Seluruh asset tetap berwujud tidak termasuk tanah, yang terletak atau berada di

Indonesia, dimiliki, dan dipergunakan untuk mendapatkan, menagih, dan

memelihara penghasilan yang merupakan objek pajak.

12. Teknik Revaluasi Aset tetap

Penilaian kembali aset tetap dilakukan berdasarkan nilai pasar atau nilai

wajar aset tetap yang berlaku pada saat penilaian kembali aset tetap yang

ditetapkan oleh perusahaan jasa penilai atau ahli penilai, yang memperoleh izin

dari Pemerintah. Apabila nilai pasar atau nilai wajar tersebut dianggap tidak

mencerminkan keadaan yang sebenarnya, maka Direktur Jenderal Pajak

berwenang untuk menetapkan kembali nilai pasar atau nilai wajar yang

bersangkutan. Penilaian kembali aset tetap perusahaan dilakukan dalam jangka

waktu paling lama 1 (satu) tahun sejak tanggal laporan perusahaan jasa penilai

atau ahli penilai.

Pada ketentuan 1979 (KMK Nomor 109) dan 1986 (PP Nomor 45 dan

KMK Nomor 914), penilaian kembali aset tetap menggunakan metode angka

perkalian (indeks) terhadap harga perolehan maupun penyusutannya. Indeksasi

dapat dipandang sebagai pendekatan untuk mengeliminir kekeliruan pengukuran

penghasilan kena pajak karena inflasi.

Sejak diterbitkannya KMK 507/KMK.04/1996, Indonesia menganut

metode penilaian kembali berdasarkan pendekatan harga pasar. Metode penilaian

ini dilakukan oleh lembaga penilai independen (appraisal company) yang diakui

Pemerintah. Metode ini menilai aset tetap dengan harga pasar maupun

perbandingan harga secara umum. Beberapa pendekatan dalam praktik akuntansi

komersial yang dapat digunakan oleh independent appraisal company untuk

melakukan penilaian kembali aset tetap, yaitu Gunadi (1999:105):

a. Reproduction cost, yang menunjuk pada jumlah pengeluaran sekarang yang

diperlukan untuk memproduksi aset tetap serupa yang baru.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. REVIU PENELITIAN TERDAHULUeprints.umm.ac.id/59137/3/BAB II.pdf · Perencanaan Pajak Melalui Metode Penyusutan Dan Revaluasi Aset Tetap Pada Pt Pembangunan

19

b. Sound value, yang mencerminkan nilai reproduksi dikurangi dengan depresiasi

berdasar jumlah tersebut.

13. Tarif Pajak Penghasilan atas Revaluasi

Selisih lebih akibat revaluasi aset tetap setelah dikompensasikan dengan

kerugian fiskal dan atau sisa kerugian fiskal pada tahun-tahun yang lalu (Pasal 6

ayat (2) UU PPh) dikenakan PPh final sebesar 10% (sepuluh persen).

Bagi wajib pajak yang melakukan penggabungan usaha, PPh final dapat

dibayarkan dalam jangka waktu paling lama 5 tahun terhitung sejak tahun

dilakukannya revaluasi aset tetap, sepanjang PPh yang dibayarkan/dilunasi setiap

tahunnya tidak boleh lebih dari 20% jumlah PPh terutang, kecuali pelunasan

untuk tahun terakhir.

Sedangkan menurut Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia

Nomor 191/PMK. 010/2015 Perlakuan khusus sebagaimana dimaksud berupa

Pajak Penghasilan yang bersifat final sebesar:

a. 3% (tiga persen) , untuk permohonan yang diajukan sejak berlakunya Peraturan

Menteri ini sampai dengan tanggal 31 Desember 2015;

b. 4% (empat persen), untuk permohonan yang diajukan sejak 1 Januari 2016

sampai dengan tanggal 30 Juni 2016; atau

c. 6% (enam persen) , untuk permohonan yang diajukan sejak 1 Juli 2016 sampai

dengan tanggal 31 Desember 2016,

yang dikenakan atas selisih lebih nilai aktiva tetap hasil penilaian kembali

atau hasil perkiraan penilaian kembalioleh Wajib Pajak, di atas nilai sisa buku

fiskal semula.

14. PMK 191/PMK.010/2015

Dalam rangka menambah setoran tunai pajak penghasilan, pemerintah

telah mengeluarkan fasilitas perpajakan terkait revaluasi aset. Fasilitas ini

memberikan tiga keuntungan bagi pelaku usaha jika pelaku usaha melakukan

revaluasi aset tahun 2015 dan tahun 2016. Jika tahun 2017 atau setelahnya, maka

pemajakannya tidak mendapat diskon. Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan

nomor 191/PMK.010/2015 pemerintah telah mengeluarkan kebijakan perpajakan

terkait revaluasi, khususnya revaluasi yang dilakukan tahun 2015 dan 2016.

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. REVIU PENELITIAN TERDAHULUeprints.umm.ac.id/59137/3/BAB II.pdf · Perencanaan Pajak Melalui Metode Penyusutan Dan Revaluasi Aset Tetap Pada Pt Pembangunan

20

Peraturan menteri keuangan ini diberi nama "Penilaian Kembali Aset tetap Untuk

Tujuan Perpajakan Bagi Permohonan Yang Diajukan Pada Tahun 2015 Dan

Tahun 2016".

Secara formal, tujuan kebijakan khusus ini adalah:

1. Menjaga stabilitas ekonomi makro, dan

2. Mendorong pertumbuhan ekonomi

Peraturan Menteri Keuangan nomor 191/PMK.010/2015 tidak mencabut

atau mengubah Peraturan Menteri Keuangan nomor 79/PMK.03/2008. Jadi,

setelah 2016 ketentuan tentang PPh atas revaluasi kembali lagi ke Peraturan

Menteri Keuangan nomor 79/PMK.03/2008 dan tarif yang dikenakan 10%.

15. Perbedaan PMK 191/PMK.010/2015 dengan PMK 79/PMK.003/2008

No PERBEDAAN PMK 191/PMK.010/2015 79/PMK.003/2008

1 Dasar Pengenaan

Pajak

1. Selisih lebih nilai

aktiva tetap hasil

penilaian kembali

diatas nilai sisa buku

fiskal.

2. Selisih lebih nilai

aktiva tetap hasil

perkiraan penilaian

kembali oleh Wajib

Pajak diatas nilai sisa

buku fiskal semula

1. Selisih lebih nilai

aktiva tetap hasil

penilaian kembali

diatas nilai sisa

buku fiskal

2 Tarif 3%, 4%, 6% 10%

3 Wajib Pajak yang

dapat mengajukan

permohonan

Wajib Pajak badan dalam

negeri, bentuk usaha

tetap (BUT), dan Wajib

Pajak orang pribadi yang

melakukan pembukuan,

termasuk WP yang

Wajib Pajak badan

dalam negeri, bentuk

usaha tetap (BUT)

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. REVIU PENELITIAN TERDAHULUeprints.umm.ac.id/59137/3/BAB II.pdf · Perencanaan Pajak Melalui Metode Penyusutan Dan Revaluasi Aset Tetap Pada Pt Pembangunan

21

melakukan pembukuan

Bahasa Inggris dan

Dollar serta WP yang

masih dalam 5 tahun

sejak penilaian kembali

terakhir berdasarkan

PMK 79/PMK.003/2008

4 Penilaian aktiva

tetap

Sebagian atau seluruh

aktiva berwujud

Seluruh aktiva

berwujud

5 Pengajuan

permohonan

1. Telah melakukan

penilaian kembali

aset tetap yang

dilakukan oleh

kantor jasa penilai

publik

2. Belum melakukan

penilaian kembali

aset tetap

Telah melakukan

penilaian kembali aset

tetap yang dilakukan

oleh kantor jasa penilai

publik

6 Saat penyusutan 1. 1 Januari 2016, bagi

Wajib Pajak yang

melakukan penilaian

kembali aktiva tetap

pada tahun 2015

2. Bulan dilakukannya

penilaian kembali,

bagi Wajib Pajak

yang melakukan

penilaian kembali

aktiva tetap

Bulan dilakukannya

penilaian kembali

7 Jangka waktu

penilaian KJPP/

Pengajuan permohonan

tahun 2015

Pengajuan permohonan

penilaian kembali

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. REVIU PENELITIAN TERDAHULUeprints.umm.ac.id/59137/3/BAB II.pdf · Perencanaan Pajak Melalui Metode Penyusutan Dan Revaluasi Aset Tetap Pada Pt Pembangunan

22

ahli penilai

dengan pengajuan

permohonan

penilaian kembali

menggunakan laporan

KJPP tahun 2015

menggunakan laporan

KJPP paling lama 1

tahun sebelumnya

8 Pelunasan pajak

terhutang

Sebelum mengajukan

permohonan

15 hari setelah

diterbitkannya

keputusan persetujuan

9 Angsuran Tidak dapat diangsur Paling lama 12 bulan

16. Subjek Revaluasi

Subjek pajak revaluasi yang dimasud dalam Pasal 1 meliputi Wajib Pajak

dalam negeri, Bentuk Usaha Tetap (BUT), dan Wajib Pajak orang pribadi yang

melakukan pembukuan termasuk Wajib Pajak yang melakukan pembukuan dalam

bahasa inggris dan mata uang Dolar Amerika Serikat, dan Wajib Pajak yang pada

saat penetapan penilaian kembali nilai aset tetap oleh kantor jasa penilai publik

atau ahli penilai yang memperoleh izin dari Pemerintah.

17. Objek revaluasi

Sesuai dengan Pasal 3 disebutkan bahwa objek revaluasi yaitu meliputi:

a. Seluruh aset tetap berwujud, termasuk tanah yang berstatus hak milik atau hak

guna bangunan, atau

b. Seluruh aset tetap berwujud tidak termasuk tanah.

Perusahaan dapat melakukan penilaian kembali terhadap sebagianatau

seluruh aktiva berwujud yang terletak atau berada di Indonesia, dimiliki, dan

dipergunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang

merupakan objek pajak kecuali tanah, namun jika perusahaan memiliki hak milik

atau hak guna bangunan atas tanah, maka tanah tersebut juga dapat dinilai

kembali.

Berdasarkan PSAK 16 (revisi 2011) Paragraf 36 diatur bahwa jika suatu

aset tetap direvaluasi, maka seluruh asset tetap dalam kelompok yang sama harus

direvaluasi. Oleh karena itu, sistim informasi akuntansi suatu perusahaan perlu

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. REVIU PENELITIAN TERDAHULUeprints.umm.ac.id/59137/3/BAB II.pdf · Perencanaan Pajak Melalui Metode Penyusutan Dan Revaluasi Aset Tetap Pada Pt Pembangunan

23

didesain sedemikian rupa sehingga mampu membuat kelompok-kelompok aset

tetap sesuai dengan PSAK ini. Dalam hal ini,PSAK memperbolehkan perusahaan

untuk melakukan revaluasi aset menurut kelompok aset tertentu (tidak harus)

terhadap keseluruhan aset tetap. Perusahaan juga diperbolehkan untuk melakukan

revaluasi secara bergantian antara kelompok asset tetap yang berbeda seperti yang

dijelaskan dalam paragraph 38. Sedangkan Peraturan Menteri Keuangan No.

191/PMK.010/2015 revaluasi harus dilakukan terhadap seluruh aset tetap

berwujud termasuk tanah dan atau tanpa tanah.

Berdasarkan PSAK 16 paragraph 34, tanah dan bangunan harus

diperlakukan sebagai aktiva yang terpisah untuk tujuan akuntansi, walaupun

diperoleh sekaligus. Tanah biasanya memiliki usia tidak terbatas, oleh karena iu

tidak disusutkan, sedangkan bangunan memiliki usia terbatas, dan karenanya

disusutkan. Karena tanah tidak dapat disusutkan, maka atas tanah kurang perlu

dilakukan revaluasi.

Revaluasi atas tanah merupakan suatu hal yang kurang bermanfaat jika

dibandingkan dengan revaluasi terhadap aktiva lainnya. Tanah merupakan aktiva

yang memiliki masa manfaat tida terbatas sehingga tidak dapat disusutkan, karena

tidak dapat disusutkan, maka setelah revaluasi hanya nilai tanah yang akan

berubah, tanpa pernah bisa disusutkan dan perusahaan tetap harus membayar

biaya atas revaluasi tanah tersebut. Sehingga revaluasi terhadap tanah tidak akan

berpengaruh pada besarnya beban penyusutan yang mengakibatkan tidak adanya

kontribusi terhadap turunnya penghasilan kena pajak dan pajak penghasilan badan

perusahaan paska revaluasi tanah.

18. Periode Revaluasi

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan No. 191/PMK.010/2015

revaluasi aset tetap tidak dapat dilakukan kembali sebelum lewat jangka panjang

waktu lima tahun terhitung sejak penilaian kembali aset tetap perusahaan yang

terakhir dilakukan. Berbeda dengan peraturan sebelumnya yang memperbolehkan

revaluasi dilakukan paling banyak 1 (satu) kali dalam tahun buku yang sama.

Artinya terjadi perubahan signifikan dalam jangka waktu revaluasi dari yang

sebelumnya dapat dilakukan setiap tahun menjadi lima tahun sekali. Jangka waktu

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. REVIU PENELITIAN TERDAHULUeprints.umm.ac.id/59137/3/BAB II.pdf · Perencanaan Pajak Melalui Metode Penyusutan Dan Revaluasi Aset Tetap Pada Pt Pembangunan

24

lima tahun merupakan waktu yang cukup lama bagi sebuah aset tetap untuk

mengalami perubahan harga. Selain itu masa manfaat aktiva tersebut sudah jauh

berkurang. Bahkan bisa habis sebelum dilakukannya revaluasi.

Namun berdasarkan PSAK 16 (revisi 2011) paragraph 31, peraturan ini

bertentangan dengan perlakuan akuntansi karena PSAK menyebutkan bahwa

revaluasi harus dilakukan dengan keteraturan yang cukup reguler untuk

memasikan bahwa jumlah tercatat tidak berbeda secara signifikan dari nilai wajar

pada tanggal neraca. Selanjutnya, dalam paragraf 34 dijelaskan pula bahwa jika

nilai wajar dari aset yang direvaluasi berbeda secara material dari jumlah

tercatatnya, maka revaluasi lanjutan perlu dilakukan.

19. Dampak Revaluasi Aset Dalam Penyajian Laporan Keuangan

Aset tetap menurut PSAK 16 (revisi 2007) adalah aset berwujud yang

diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun terlebih dahulu, yang

digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam

rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu

tahun. Pada umumnya nilai aset yang disajikan dalam laporan keuangan

mengunakan model biaya historis (historical cost), namun dalam beberapa kasus

penyajian laporan keuangan tersebut tidak menggambarkan posisi keuangan yang

sewajarnya sebagai akibat dari perbedaan yang sangat jauh nilai historis dengan

nilai aktualnya.

Menyingkapi hal tersebut maka International Accounting Standard

memberi dua alternatif dalam membukukan aset tetap, yaitu dengan model

historical cost dan model revaluasi. Model historical cost mengharuskan aset tetap

yang telah diakui sebagai aset tetap dicatat sebesar harga perolehan dikurangi

dengan akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai aset tetap,

model ini tidak membenarkan adanya revaluasi. Sedangkan model revaluasi

mengharuskan dilakukan revaluasi secara rutin, jika model revaluasi yang akan

digunakan maka penilaian kembali aset tetap harus mengunakan nilai wajar.

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. REVIU PENELITIAN TERDAHULUeprints.umm.ac.id/59137/3/BAB II.pdf · Perencanaan Pajak Melalui Metode Penyusutan Dan Revaluasi Aset Tetap Pada Pt Pembangunan

25

Dalam model revaluasi, perlakuan terhadap akumulasi penyusutan aset

tetap pada tanggal revaluasi dapat dilakukan dengan salah satu cara sebagai

berikut:

a) Disajikan kembali secara proporsional dengan perubahan dan jumlah

tercatat secara bruto dari aset sehingga jumlah tercatat aset setelah revaluasi

sama dengan jumlah revaluasinya. Metode ini sering digunakan apabila

aset direvaluasi dengan cara memberi indek untuk menentukan biaya

pengganti yang disusutkan (depreciated replacement cost)

b) Dieliminasi terhadap jumlah bruto aset dan jumlah neto aset setelah

eliminasi disajikan kembali sebesar jumlah revaluasian dari aset tersebut,

metode ini biasa digunakan untuk revaluasi bangunan. Jumlah penyesuaian

yang timbul dari penyajian kembali atau eliminasi akumulasi penyusutan

tersebut membentuk bagian kenaikan atau penurunan nilai aset.

Pengakuan terhadap kenaikan atau penurunan nilai akibat revaluasi

dilakukan langsung pada kenaikan atau penurunan akibat revaluasi, kecuali jika

revaluasi dilakukan pada tahun-tahun berikutnya. Apabila revaluasi dilakukan

untuk kedua kalinya dan seterusnya, terdapat perlakuan yang berbeda, perbedaaan

tersebut adalah:

a) Jika jumlah tercatat aset meningkat akibat revaluasi, kenaikan tersebut

langsung dikredit ke ekuitas pada bagian surplus revaluasi. Namun apabila

sebelumnya pernah diakui penurunan nilai asset akibat revaluasi dalam

laporan laba rugi , maka terhadap kenaikan aset tersebut harus diakui

dalam laporan rugi laba sebesar nilai penurunan nilai aset akibat revaluasi

yang pernah dilakukan sebelumnya dalam laporan laba rugi. Sisa nilai

setelah sebagian diakui dalam laporan laba rugi tersebut dicatat sebagai

kenaikan yang langsung dikreditkan ke ekuitas.

b) Jika jumlah tercatat aset turun akibat revaluasi, penurunan tersebut diakui

dalam laporan laba rugi. Namun apabila sebelumnya terhadap asset

tersebut pernah dilakukan revaluasi dan dicatat sebagai kenaikan yang

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. REVIU PENELITIAN TERDAHULUeprints.umm.ac.id/59137/3/BAB II.pdf · Perencanaan Pajak Melalui Metode Penyusutan Dan Revaluasi Aset Tetap Pada Pt Pembangunan

26

langsung dikreditkan ke ekuitas maka terhadap penurunan nilaiakibat

revaluasi tersebut langsung didebit ke dalam ekuitas pada bagian surplus

revaluasi selama penurunan tersebut tidak melebihi saldo kredit surplus

revaluasi untuk aset tersebut. Sisa nilai penurunan dibebankan ke laporan

laba rugi.

20. Prosedur Pengajuan Permohonan Penilaian Kembali Aktiva Tetap

Permohonan penilaian kembali aktiva tetap untuk tujuan perpajakan yang

diajukan dengan menggunakan hasil penilaian kembali aktiva tetap berdasarkan

nilai pasar atau nilai wajar aktiva tetap harus melampirkan :

Permohonan tertulis kepada Kepala Kanwil DJP melalui KPP tempat Wajib

Pajak terdaftar

Surat Setoran Pajak bukti pelunasan PPh atas penilaian kembali aktiva tetap

Daftar aktiva tetap hasil penilaian kembali

Fotokopi surat izin usaha KJPP atau ahli penilai, yang memperoleh Ijin dari

Pemerintah yang dilegalisir oleh instansi Pemerintah yang berwenang

menerbitkan surat izin usaha tersebut

Laporan penilaian aktiva tetap oleh KJPP atau ahli penilai yang memperoleh

ijin dari Pemerintah dan

Laporan keuangan tahun buku terakhir sebelum penilaian kembali aktiva tetap

Permohonan penilaian kembali aktiva tetap bagi Wajib Pajak yang belum

melakukan penilaian kembali aktiva tetap diajukan dengan menggunakan

perkiraan nilai pasar atau nilai wajar aktiva tetap menurut Wajib Pajak harus

melampirkan :

Permohonan tertulis kepada Kepala Kanwil DJP melalui KPP tempat Wajib

Pajak terdaftar

Surat Setoran Pajak bukti pelunasan Pajak Penghasilan atas perkiraan penilaian

kembali aktiva tetap dan

daftar aktiva tetap yang akan dinilai kembali beserta perkiraan nilainya

Selain melampirkan dokumen atas permohonan penilaian kembali aktiva

tetapbagi Wajib Pajak yang belum melakukan penilaian kembali aktiva tetap,

Wajib Pajak juga harus melengkapi :

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. REVIU PENELITIAN TERDAHULUeprints.umm.ac.id/59137/3/BAB II.pdf · Perencanaan Pajak Melalui Metode Penyusutan Dan Revaluasi Aset Tetap Pada Pt Pembangunan

27

Surat Setoran Pajak bukti pelunasan Pajak Penghasilan atas penilaian kembali

aktiva tetap dalam hal terjadi kekurangan pembayaran pajak terutang

daftar aktiva tetap hasil penilaian kembali

fotokopi surat izin usaha KJPP atau ahli penilai, yang memperoleh izin dari

Pemerintah yang dilegalisir oleh instansi Pemerintah yang berwenang

menerbitkan surat izin usaha tersebut;

laporan penilaian aktiva tetap oleh KJPP atau ahli penilai yang memperoleh

izin dari Pemerintah dan

laporan keuangan tahun buku terakhir sebelum penilaian kembali aktiva tetap

21. Persyaratan Administrasi Setelah Revaluasi Aset Tetap

Setelah melakukan revaluasi aset tetap maka wajib pajak memberitahukan

hasil penilaian kembali dengan mengisi formulir yang telah disediakan kepada

Dirjen Pajak Kepala KPP tempat wajib pajak terdaftar dengan melampirkan hal-

hal sebagai beriklut:

a. Laporan penilaian dari perusahaan penilai/penilai profesional yang diakui

pemerintah.

b. Neraca penyesuaian yang setelah diaudit oleh akuntan publik yang secara jelas

terlihat nilai sebelum dan sesudah dilakukannya revaluasi aset tetap.

c. Penghitungan selisih lebih akibat revaluasi aset tetap dan perhitungan besarnya

PPh terutang.

d. Surat Setoran Pajak (SSP)