bab ii kajian pustaka 2.1 model pembelajaran 2.1.1

20
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Model Pembelajaran 2.1.1 Pengertian, Tujuan dan Fungsi Model Pembelajaran Model pembelajaran merupakan suatu bentuk serangkaian yang digunakan sebagai panduan atau arahan dalam merencanakan pembelajaran dikelas atau dapat disebut sebagai kerangka dari penerapan suatu pendekatan, strategi, metode atau prosedur pembelajaran. Sependapat dengan (Falah, 2014) yang menyatakan bahwa Model Pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas atau pembelajaran dalam tutorial. Menurut (Falah, 2014) Model pembelajaran yang mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk didalamnya terdapat tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan pengelolahan kelas. Hal ini sependapat dengan Joyco bahwa “setiap model mengarahkan kita dalam merancang pembelajaan untuk membantu siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran”. Joyce dan Weil mengemukakan bahwa model pembelajaran merupakan model yang dapat membantu siswa dalam mendapatkan atau memperoleh suatu informasi, ide, keterampilan, cara berpikir, dan mengekspresikan ide diri sendiri. Pemilihan model menurut Rijalullah sangat berpengaruh dengan sifat dari materi yang akan diajarkan dan juga berpengaruh dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dalam pengajaran tersebut pada tingkat kemampuan siswa. Hal ini sebagaimana setiap model pembelajaran memiliki tahap-tahap (Sintaks) yang berbedah antara sintaks yang satu dengan sintaks yang lain. Menurut (Trianto, 2010) Fungsi model pembelajaran adalah sebagai pedoman atau arahan bagi pengajar dan para guru dalam melaksanakan pembelajaran. Untuk menentukan model yang akan digunakan biasanya sangat berpengaruh oleh sifat dari materi yang akan diajarkan dan juga dipengaruhi oleh tujuan yang akan dicapai dalam suatu pembelajaran. Disamping itu, setiap model

Upload: others

Post on 17-Oct-2021

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Model Pembelajaran 2.1.1

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Model Pembelajaran

2.1.1 Pengertian, Tujuan dan Fungsi Model Pembelajaran

Model pembelajaran merupakan suatu bentuk serangkaian yang

digunakan sebagai panduan atau arahan dalam merencanakan pembelajaran

dikelas atau dapat disebut sebagai kerangka dari penerapan suatu pendekatan,

strategi, metode atau prosedur pembelajaran. Sependapat dengan (Falah, 2014)

yang menyatakan bahwa Model Pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola

yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas atau

pembelajaran dalam tutorial.

Menurut (Falah, 2014) Model pembelajaran yang mengacu pada

pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk didalamnya terdapat

tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan

pembelajaran dan pengelolahan kelas. Hal ini sependapat dengan Joyco bahwa

“setiap model mengarahkan kita dalam merancang pembelajaan untuk membantu

siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran”. Joyce dan Weil mengemukakan

bahwa model pembelajaran merupakan model yang dapat membantu siswa dalam

mendapatkan atau memperoleh suatu informasi, ide, keterampilan, cara berpikir,

dan mengekspresikan ide diri sendiri.

Pemilihan model menurut Rijalullah sangat berpengaruh dengan sifat

dari materi yang akan diajarkan dan juga berpengaruh dengan tujuan pembelajaran

yang akan dicapai dalam pengajaran tersebut pada tingkat kemampuan siswa. Hal

ini sebagaimana setiap model pembelajaran memiliki tahap-tahap (Sintaks) yang

berbedah antara sintaks yang satu dengan sintaks yang lain.

Menurut (Trianto, 2010) Fungsi model pembelajaran adalah sebagai

pedoman atau arahan bagi pengajar dan para guru dalam melaksanakan

pembelajaran. Untuk menentukan model yang akan digunakan biasanya sangat

berpengaruh oleh sifat dari materi yang akan diajarkan dan juga dipengaruhi oleh

tujuan yang akan dicapai dalam suatu pembelajaran. Disamping itu, setiap model

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Model Pembelajaran 2.1.1

9

pembelajaran mempunyai tahap-tahap (sintaks) yang dapat dilakukan siswa dengan

bimbingan guru.

Setiap model pembelajaran memilik sintaks masing-masing, dengan

begitu sintaks satu dengan sintaks yang lain mempunyai perbedeaan, perbedaan

tersebut dapat dilihat dari pembukaan dan penutupan pembelajaran. Hal ini guru

perlu menguasai materi dan dapat menerapkan diberbagai keterampilan mengajar

agar dapat mencapai tujuan pembelajaran yang beraneka ragam dan lingkungan

belajar yang menjadi ciri sekolah masing-masing.

2.1.2 Ciri-Ciri Model Pembelajaran

Model pembelajaran dapat dijadikan sebagai pola alternative artinya para

guru diperbolehkan memilih model pembelajaran yang sesuai dengan praktis untuk

mencapai tujuan pembelajarannya. Menurut (Rusman 2011) dalam jurnal

(Wijanarko, 2017) ciri-ciri Model pembelajaran diantaranya yaitu:

1. Berdasarkan teori belajar dan teori pendidikan dari para ahli tertentu

2. Mempunyai tujuan pendidikan tertentu

3. Dijelaskan pada pedoman untuk perbaikan kegiatan belajar mengajat dilkelas

4. Memiliki bagian-bagian model yang dinamakan, Urutan atau langkah

langkah pembelajaran (syntax), adanya prinsip-prinsip reaksi, sistem social,

dan sistem pendukung. Keempat bagian tersebut merupakan pedoman praktis

bila guru akan melaksanakan suatu model pembelajaran.

5. Memiliki dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran yang meliputi:

a. Dampak pembelajaran, yaitu hasil belajar yang dapat diukur

b. Dampak pengiring, yaitu hasil belajar jangka panjang.

6. Membuat persiapan mengajar (desain instruksional) dengan pedoman model

pembelajaran yang dipilihnya.

2.1.3 Perbandingan Sintaks Beberapa Macam Modal Pembelajaran

Berikut perbadningan sintaks model pembelajaran CBL dengan model

pembelajaran yang lain, sebagaimana tabel 2.1

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Model Pembelajaran 2.1.1

10

Tabel 2.1 Perbandingan Sintaks Model Pembelajaran

No. Problem Based

Learning (PBL)

Project Based

Laerning (PBL)

Discovery

Learning (DL)

Conservation Based

Learning (CBL)

1. Mengidentifikasi

Masalah

Penentuan

pertanyaan

mendasar (strart

with the essential

question)

Pemberian

rangsangan

(Stimulation)

IDENTIFIKASI dan

PENGUATAN

KONSEP:

(Identifikasi konsep,

prinsip materi pelajaran)

2. Menetapkan

masalah

melaluiberpikir

tentang masalah

dan menyeleksi

informasi yang

relevan

Mendesain

perencanaan

proyek

Pernyataan/

identifikasi

maslah

(Problem

Statement)

INTEGRASI NILAI:

(Integrasi konsep, prinsip

materi pelajaran kedalam

konsep konservasi

(manusia), menemukan

Nilai-Nilai Konservasi

dan Nilai-Nilai Karakter)

3. Mengembangkan

solusi melalui

pengidentifikasian

alternative tukar

pikiran

Menyususn

jadwal (Create a

Schedule)

Pengumpulan

data (Data

Collection)

MASALAH, SOLUSI:

(Identifikasi dan

Penetapan masalah serta

solusi)

4. Melakukan

tindakan strategis

Memonitor

peserta didik dan

kemajuan proyek

Pembuktian

(Verification)

RENCANA

KEGIATAN:

Membuat perencanaan

solusi/produk ilmiah

a) Karya Tulis Ilmiah

b) Karya Teknologi-

Seni, dan

c) Aktivitas/Tindakan

Konservasi

5. Melihat ulang dan

mengevaluasi

pengaruh dari

solusi yang

dilakukan

Menguji hasil

(Asses the

outcome)

Menarik

kesimpulan atau

generalisasi

(Generalization)

TINDAKAN LANJUT:

Melaksanakan tindak

lanjut dan Evaluasi

6. Mengevaluasi

pengalaman

2.2 Model Pembelajaran CBL

Dalam proses belajar mengajar, seorang guru seharusnya memiliki strategi

yang tepat agar siswa dapat belajar secara efektif, salah satunya menggunakan

model pembelajaran CBL. Model Pembelaaran merupakan modell pembelajaran m

pembelajaran berbasis konservasi atau Conservation Based Learning. Menurut

(Mansyur et al., 2016) pendidikan konservasi merupakan salah satu komponen yang

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Model Pembelajaran 2.1.1

11

penting dalam penyelenggaraan ecosekolah dan sebagai wujud aplikasi proses

belajar mengajar materi konservasi dan lingkungan hidup.

Melihat berbagai macam model pembelajaran pada saa ini, setiap model

pembelajaran memiliki misi atau tujuan yang khusus agar siswa dan guru memiliki

pemahaman yang sama tentang bagaimana sebaiknya melindungo, memelihara

eksistem agar memberi dukungan aar kehidupan semakin baik dan berkelanjutan.

Model pembelajaran yang diterapkan harus mampu untuk membangun nilai-nilai

dalam diri siswa maupun guru serta mampu menggerakkan siswa untuk melakukan

sesuai dengan kemampuan dan minat yang dimiliki (Sukarsono et al., 2019).

Model Pembelajaran CBL ini dapat melatih siswa untuk melakukan

konservasi yang tidak hanya untuk lingkungan namun diri sendiri. Definisi dari

konservasi itu sendiri merupakan sebagai perlindungan dan pemanfaatan. Menurut

(Sandbrook, 2015) Konservasi sendiri merupakan melindungi alam untuk

kepentingan sendiri dan gerakan yang berfokus untuk memberikan manfaat kepada

orang-orang, Pendidikan konservasi perlu ditanamkan sejak dini agar tindakan-

tindakan seseorang tersebut dapat memanfaatkan sumber daya alam sesuai

pengetahuan dan sikap yang diperoleh dari bangku sekolah.

2.2.1 Sintaks Conservation Based Learning (CBL)

Sintaks yang dimiliki model pembelajaran Conservation Based Learning

(CBL) adalah sebagaimana tabel 2.2

Tabel 2.2 Sintaks Conservation Based Learning (CBL)

No. Conservation Based Learning

1. IDENTIFIKASI, PENGUATAN

(Identifikasi konsep, prinsip materi pelajaran)

2. INTEGRASI NILAI:

(Integrasi konsep, prinsip materi pelajaran kedalam konsep konservasi (manusia),

menemukan Nilai-Nilai Konservasi dan Nilai-Nilai Karakter)

3. MASALAH, SOLUSI

Identifikasi dan Penetapan masalah serta solusi

4. RENCANA KEGIATAN:

Membuat perencanaan solusi/produk ilmiah

a) Karya Tulis Ilmiah

b) Karya Teknologi-Seni, dan

c) Aktivitas/Tindakan Konservasi

5. TINDAKAN LANJUT:

Melaksanakan tindak lanjut dan Evaluasi

(Sumber: Sukarsono, 2019)

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Model Pembelajaran 2.1.1

12

Secara umum, langkah-langkah dalam model pembelajaran berbasis

konservasi dilakukan sebagai berikut:

1. Identifikasi

Guru meminta siswa untuk mengidentifikasi dan mengungkapkan

fenomena/permasalahan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.

2. Integrasi Nilai

Hasil identifikasi permasalahan tersebut, guru meminta siswa untuk

mengintegrasikan atau menghubungkan fenomena dengan materi-materi dengan

adanya konsep yang berhubungan dengan nilai-nilai, Integrasi merupakan suatu

langkah yang memiliki khas dalam sintaks model pembelajaran CBL, langkah ini

merupakan menjadi pembedah dengan model pembelajaran yang lain. Integrasi ini

dilakukan untuk mengetahui pemahaman dan sebagai perolehan konsep, prinsip

dan nilai-nilai yang berhubungan dengan lingkungan dan dapat membangun

pengetahuan, sikap dan prilaku siswa yang secara sadar mampu melestarikan

lingkungan sekarang dan dimasa yang akan mendatang.

3. Masalah dan Solusi

Siswa diminta guru untuk menggali permasalahan dari hasil integrasi materi

pelajaran yang sesuai diinginkan dan menghubungkan fenomena yang diajukan

dengan materi yang di pelajari. Permasalahan tersebut akan dirumuskan bersama

dalam kelas namun apabila terdapat permasalahan yang terjadi diantara kelompok,

maka permasalahan tersebut dapat menjadi permasalahan kelas, sehingga

seharusnya permasalahan tersebut harus dirumuskan bersama, baik dalam kelas

atau kelompok atau bahkan secara individu.

4. Rencana Kegiatan

Membuat perencanaan untuk memecahkan permasalahan atau perencanaan

kegiatan. Pada tahap ini siswa diminta guru untuk membuat suatu karya tulis ilmiah

atau karya teknologi seni atau bahkan aktivitas/tindakan yang berhubungan dengan

konservasi, tahap ini memiliki ciri khas dari model pembelajaran CBL, dimana

siswa melakukan kegiatan pembelajaran sesuai dengan keahlian masing-masing

individu sehinga disini guru berperan untuk mendampingi siswa.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Model Pembelajaran 2.1.1

13

5. Tindakan Lanjut

Hasil perencanaan siswa dan guru dilanjutkan pelaksanaan dan perencanaan

yang telah diskusikan. Tindak lanjut kegiatan tersebut akan diputuskan pada

kesepakatan kelas, tindak lanjut ini juga membutuhkan waktu yang cukup banyak

sehingga diakhir semester kemudian akan dievaluasikan. Evaluasi dilakukan untuk

melihat apakah selama proses pembelajaran berjalan dengan maksimal atau tidak,

hal ini dilakukan untuk mencakup evaluasi penguasaan konsep integrasi, nilai-nilai

serta produk yang dihasilkan yang berupa karya ilmiah.

Berikut tabel Kombinasi sintaks Conservation Based Learning (CBL)

dengan keterlakasanaan pembelajaran melalui sistem daring.

Tabel 2.3 Kombinasi Sintaks CBL dengan Keterlakasanaan Pembelajaran

Sintaks CBL

Platfrorm Daring

Google Meet WhatApp

Identifikasi/

Penguatan

Konsep

- a. Siswa mengidentifikasi/

mengungkapkan fenomena yang

terjadi dalam kehidupan sehari-

hari yang berkaitan dengan isi

materi struktur, cara hidup,

reproduksi dan peran bakteri

dalam kehidupan sehari-hari.

Integritas

Nilai

- a. Siswa menganalisis fenomena

menarik yang terjadi.

b. Siswa menyebutkan fenomena

yang paling mempunyai makna

pada isi materi.

c. Siswa menjelaskan fenomena

yang di anggap penting atau yang

menarik.

Masalah dan

Solusi

a. Siswa menganalisis mengapa

mereka tertarik dengan fenomena

yang terjadi.

b. Siswa menyebutkan permasalahan

pada fenomena atau hal penting

yang telah mereka kemukakan.

-

Langkah-

Langkah

Pemecahan

Masalah

a. Siswa menjelaskan langkah-

langkah untuk

menjawab/mengatasi

permasalahan tersebut sesuai

dengan bentuk kegiatan yang di

inginkan.

-

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Model Pembelajaran 2.1.1

14

(Sumber: Penulis, 2021)

2.2.2 Tujuan Model Pembelajaran CBL

1Model pembelajaran berbasis konservasi dapat didefinisikan sebagai

pembelajaran yang menumbuhkan kesadaran dalam menjaga lingkungan dan

keanekaragaman makhluk hidup yang ada diindonesia agar tidak mengalami

kepunahan. Biologi konservasi sendiri merupakan ilmu lintas-disiplin (terpadu)

yang dikembangkan untuk menghadapi berbagai masalah demi melindungi spesies

dan ekosistem. Konservasi memiliki 3 tuujuan diantaranya yaitu:

1. Menganalisis dampak manusia terhadap eksistensi dan kelangsungan hidup

spesies, menjaga variasi genetic dalam spesies, komunitas dan ekosistem.

2. Mengembangkan pendekatan praktis untuk mencega kepunahan spesies,

menjaga variasi genetic dalam spesies serta melindungi dan fungsi ekosistem

3. Mempelajari dan mendokumentasikan seluruh aspek keanekaragaman hayatii

dibumi (Indrawan.dkk, 2012) dalam jurnal (Mansyur et al., 2016).

Berbagai macam model pembelajaran pada saat ini, namun pada model

pembelajaran CBL ini membawa tujuan khusus dimana siswa dan peserta belajar

bahkan guru dan pengajar bidang atau topik pembelajaran, memiliki pemahaman

yang sama tentang bagaimana sebaiknya menjaga, melindungan dan memelihara

ekosistem agar memberi dukungan untuk kehidupan yang semakin baik dan

berkelajutan. Model pembelajaran yang diterapkan ini mampu membangun nilai-

nilai dalam diri siswa maupun guru yang mampu menggerakkan siswa untuk

berbuat sesuai kemampuan dan minat yang dimilikinya (Sukarsono et al., 2018).

2.3 Pembelajaran Daring

2.3.1 Pengertian pembelajaran Daring

Pembelajaran daring adalah pembelajaran yang menggunakan model

interaktif berbasis internet atau disebut dengan pembelajaran dalam jaringan.

Sependapat dengan (Bilfaqih & Qomarudin, 2015) Pembelajaran daring merupakan

suatu program penyelenggaraan kelas pembelajaran dalam jaringan untuk

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Model Pembelajaran 2.1.1

15

menjangkau kelompok target yang masif dan luas. Melalui jaringan, pembelajaran

diselenggarakan secara massif dengan peserta didik yang tidak terbatas.

Pembelajaran daring Learning tidak hanya berkutat dengan internet,

melainkan aspek penting yaitu “lebih aman (safer)” Mengenal Learning

Management Systems (LMS) sebagai komponen penting e-learning. Dengan

adanya LMS, peserta ddidik memiliki rasa nyaman ketika berinteraksi dengan

pendidik/guru tanpa khawatir dicemoh oleh peserta didik lainya, selain itu peserta

didik bebas mengekspresikan ide-idenya (Sobron et al., 2019)

2.3.2 Tujuan Pembelajaran Daring

Secara umum, pembelajaran daring memiliki tujuan untuk memberikan

layanan pembelajaran yang bermutu dalam jaringan (daring). Beberapa tujuan

pembelajaran daring menurut Kementrian pendidikan dan kebudayaan RI (2014:

xv) adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan ketersedian layanan pendidikan

2. Meningkatkan keterjangkauan layanan pendidikan

3. Meningkatkan kualitas/mutu dan relevansi layanan pendidikan

4. Meningkatkan kesamaan dalam mendapatkan mutu layanan pendidikan, dan

Meningkatkan/keterjaminan mendapatkan mutu layanan pendidikan yang baik

(Mustofa et al., 2019)

2.3.3 Manfaat Pembelajaran Daring

Manfaat pembelajaran daring menurut Bates dan Wulf terdiri dari 4 hal, yaitu:

1. Meningkatkan kadar interaksi pembelajaran antara peserta didik dengan

guru/pendidik (Enhance Interactivity).

2. Memungkinkan terjadinya interaksi pembelajaran dari mana dan kapan saja

(Place Flexibility).

3. Menjangkau peserta didik dalam cakupan yang luas (Potential to reach a

global audience).

4. Mempermudah penyempurnaan dan penyimpanan materi pembelajaran (Easy

Updating Of Content As Well As Archivable Capabilities) (Nisa, 2012).

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Model Pembelajaran 2.1.1

16

2.4 Nilai-Nilai Pembelajaran

Pembelajaran dikelas sangat bepengaruh terhadap cara pandang dan

bagaimana bersikap seorang pelajar atau remaja. Pembelajaran itu tidak hanya

mengutamakan pengembangan pada aspek kognitifnya saja, namun juga

menekankan pada proses pengembangan afektifnya. Menurut (Sukitman, 2016)

Pendidikan nilai-nilai tidak hanya menjadi tugas seorang guru agama dan

pendidikan kewarganegaraan, tetapi semua mata pelajaran harus memiliki

tanggungjawab yang sama, selain itu setiap guru mempunyai catatan penilaian

tentang nilai-nilai terhadap siswa. Dengan begitu akan memudahkan guru untuk

mengintergasikan nilai-nilai siswa saat pembelajaran dikelas.

Penilaian dapat didefinisikan sebagai proses pengumpulan informasi atau

data mengenai kinerja siswa, untuk digunakan sebagai dasar dalam membuat

keputusan dalam mencapai hasil pembelajaran. Menurut (Prasetya, 2012) Secara

garis besar Benyamin Bloom hasil pembelajaran dapat dikategorikan menjadi 4

ranah yaitu tanah kognitif, ranah afektif dan psikomotor. Setiap siswa pasti

memiliki 3 ranah tersebut, namun kedalamannya yang tidak sama. Seperti ada siswa

yang memiliki keunggulan dalam ranah kognitif atau pengetahuan, atau memiliki

keunggulan dalam ranah psikomotor atau keterampilan. Tetapi keduannya harus

diimbangi dalam kebaikan masyarakat. Sehinga keterampilan yang dimiliki siswa

juga harus didasari oleh ranah afektif yang baik, yaitu bisa bermanfaat untuk

kebaikan orang disekitar.

2.4.1 Nilai-Nilai Karakter

1. Pengertian Karakter

Secara etimologis, karakter berasal dari bahasa yunani, yang berarti cetak

biru, format dasar atau sidik, seperti sidik jari. Sedangkan menurut kamus besar

bahasa Indonesia ditemukan pengertian tentang karakter yaitu sifat-sifat kejiwaan,

akhlak atau budi pekerti yang membedakan seorang dengan yang lain, tabiat, watak.

Menurut (Edison, 2019) Nilai-Nilai karakter dapat diintegrasikan kedalam

pembelajaean pada setiap mata pelajaran. Materi pembelajaran yang berhubungan

dengan norma atau nilai-nilai pada setiap mata pelajaran yang perlu dikembangkan

dan dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari. Sehingga waktu belajar siswa

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Model Pembelajaran 2.1.1

17

disekolah perlu dioptimalkan agar dapat meningkatkan mutu hasil belajar sesuai

yang dicapai, terutama dalam pembentukan nilai-nilai siswa.

Pendidikan karakter yang dapat diintegrasikan dalam pembelajaran biologi

dapat memberikan pengalaman yang bermanfaat bagi siswa karena siswa bisa

memahami, mengembangkan dan mengaplikasikan dalam peroses pembelajaran

Nilai-nilai karakter tersebut akan tercerna secara alami melalui kegiatan sehari-hari.

Menurut (Zuchdi et al., 2010) Apabila nilai-nilai tersebut dapat dikembangkan

melalui kultur sekolah, maka kemungkinan besar pendidikan karakter akan lebih

efektif. Pembentukan karakter harus haru menjadi yang utama dalam pendidikan

karena sudah banyak bukti bahwa kehidupan masyarakat terdapat banyak masalah

yang ditimbulkan oleh karakter yang tidak baik.

Menurut (Machin, 2014) Dalam pendidikan karakter, pendidik memiliki

peran dalam menanamkann karakter, dimana pendidik harus:

1) Ketika proses pembelajaran melakukan interaksi dengan siswa dalam

mendiskusikan materi pembelajaran.

2) Pendidik memberikan contoh tauladan kepada siswa dalam berprilaku dan

bersikap.

3) Pendidik mampu mendorong siswa untuk lebih aktif dalam pembelajaran

melalui penggunnaan metode pembelajaran yang variatif.

4) Pendidik mampu mendorong dan membuat peubahan sehingga kepribadian,

kemampuan dan keinginan guru dapat menciptakan hubungan yang saling

menghormati dan bersahabat dengan peserta didiknya.

5) Pendidik mampu membantu dan mengembangkan emosi dan kepekaan social

peserta didik agar lebih bertakwa, menghargai ciptaan-Nya, mengembangakn

keindahan soft-skill yang berguna bagai kehidupan peserta didik selanjutnya.

6) Pendidik mampu menunjukkan rasa kecintaan kepada peserta didiknya

sehingga pendidik atau guru dalam membimbung peserta didik tidak mudah

untuk putus asa.

Menurut Lickona ada tujuh alasan mengapa pendidikan karakter itu harus

disampaikan. Ketujuh alasan yang dimaksud adalah sebagai berikut:

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Model Pembelajaran 2.1.1

18

1) Cara terbaik untuk menjamin (anak-anak) siswa memiliki kepribadian yang

baik dalam kehidupannya.

2) Cara untuk meningkatan prestasi akademik.

3) Sebagian siswa tidak dapat membentuk karakter yang kuat bagi dirinya sendiri

ditempat lain.

4) Persiapan siswa untuk menghormati pihak atau orang lain dan dapat hidup

dalam masyarakat yang beragam.

5) Berangkat dari akar masalah yang berkaitan dengan problem moral-sosial,

seperti ketidaksopanan, ketidakjujuran, kekerasan, pelanggaran kegiatan

seksual dan etos kerja (belajar) yang rendak.

6) Persiapan terbaik untuk menyongsng prilaku ditempat kerja.

7) Pembelajaran nilai-nilai budaya yang merupakan bagian dari kerja peradaban.

(Sudrajat, 2011).

2. Nilai-Nilai Karakter yang Perlu dikembangkan

Secara umum, telah ketahui bahwa nilai merupakan sesuatu yang berharga

dan bermanfaat bagi kehidupan manusia. Namun nilai yang dimaksud dalam

karakter yaitu nilai-nilai manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha

Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan dan kebangsaan yang terwujud dalam

pikiran, sikap, perasaan, perkataan, perbuatan berdasarkan norma-norma agama,

hukum, tata karma, budaya, dan adat istiadat (Yusuf, 2013). Menurut (Hadisi, 2015)

Nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan karakter harus bersumber dalam

agama, pancasila, budaya dan tujuan pendidikan nasional Indonesia. Berdasarkan

keempat sumber nilai itu, teridentifikasi sejumlah nilai untuk pendidikan budaya

dan karakter bangsa sebagai mana Tabel 2.3

Tabel 2.4 Nilai-Nilai Karakter

No. Nilai Utama Sub Nilai

1. Toleransi Cinta damai, toleransi, menghargai perbedaan agama dann kepercayaan,

teguh pendiriann, percaya diri, kerjasama antar pemeluk agama dan

kepercayaan, antibuli dan kekerasan, persahabatan, ketulusan, tidak

memaksakan kehendak, mencintai lingkungan, melindungi yang kecil

dan tersisih.

2. Nasionalis Apresiasi budaya bangsa sendiri, menjaga kekayaan budaya bangsa, rela

berkorban, unggul dan berprestasi, cinta tanah air, menjaga lingkungan,

taat hukum, disiplin, menghormati keragaman budaya suku dan agama.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Model Pembelajaran 2.1.1

19

3. Mandiri Etos kerja (kerja keras), tangguh tahan banting, daya juang, profesional,

kreatif, keberanian, dan menjaga pembelajar sepanjang hayat.

4. Gotong

Royong

Menghargai, kerja sama, inklusif, komitmen atas keputusan bersama,

musyawarah mufakat, tolong menolong, solidaritas, empati, anti

diskriminasi, anti kekerasan dan sikap kerelawan.

5. Integritas Kejujuran, cinta pada kebenaran, setia, komitmen moral, anti korupsi,

keadilan, tanggungjawab, keteladanan dan menghargai martabat

indiividu (terutama penyandang disabilitas)

(Sumber: Chamisijatin L dan Zaenab S, 2020)

2.4.2 Nilai-Nilai Konservasi

1. Pengertian Konservasi

Menurut (MIPL, 2010) secara umum, konservasi dapat didefinisikan

sebagai suatu pelestarian yaitu melestarikan atau mengawetkan daya dukung, mutu,

fungsi, dan kemampuan menjaga lingkungan secara imbang. Adapun tujuan dari

konservasi ini adalah:

1) Mewujudkan kelestarian sumberdaya alam hayati serta keseimbangan

ekosistemnya, sehingga dapat lebih mendukung upaya peningkatan

kesejahteraan dan mutu kehidupan manusia.

2) Melestarikan kemampuan dan pemanfaatann sumberdaya alam hayatu dan

ekosistemnya secara serasi dan seimbang (Rachman, 2012).

Menurut (Handoyo & Tijan, 2010) Konservasi dapat dipandang dari segi

ekonomi dan segi ekologi. Dari segi ekonomi konservasi berarti yang berupaya

untuk memanfaatkan sumber daya alam untuk masa sekarang sedangkan, dari segi

ekologi konservasi merupakan pemanfaatn sumber daya alam untuk sekarang dan

masa yang akan mendatang. Dalam konteks yang lebih luas, konservasi tidak hanya

diartikan secara sempit sebagai menjaga atau memelihara lingkungan alam, namun

juga bagaimana nilai-nilai dan hasil budaya yang dirawat, dipelihara, dijunjung

tinggi dan dikembangkan demi kesempurnaan hidup manusia (Yuniawan et al.,

2014).

Pendidikan berbasis konservasi ini memiliki manfaat yang baik yaitu salah

satunya untuk eksistensi reposisi karena terdapat konsep pencerahan pengetahuan

sehingga muncul kesadaran betapa pentingnya pengetahuan kekhasan yang dimiliki

oleh manusia. Mengingat pendidikan merupakan salah satu sarana bentuk

pemeliharaan pemahaman pengetahuan dalam mempengaruhi perubahan prilaku

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Model Pembelajaran 2.1.1

20

sebagai akibat dari adanya dorongan kognitifnya. Keterkaitan dengan pendidikan

konservasi adalah bagaimana memberikan pencerahan tentang wawasan berpikir

yang memberikan dampak dalam perubahan perilaku dalam menempatkan kembali

subjek yang sealama ini belum dimanfaatkan dengan baik yang pada hakikatnya

memiliki nilai dan makna untuk pengembangan ilmu di masa depan. Maka

pendidikan konservasi dalam berbagai macam nilai-nilai kekhasan dalam

kehidupan masyarakat. Pada dasarnya pengertian pendidikan konservasi ini adalah

pendidikan yang mengharapkan adanya perubahan tingkah laku, sikap dan cara

berpikir terutama yang berkaitan dengan pengelolahan sumber daya alam dan

ekosistemnya (Huda & Ferandi, 2018).

Pendidikan konservasi merupakan salah sutu pembelajaran secara

eksperimental. Program ini memberikan fokus pada beberapa hal antara lain:

1) Untuk mendukung kepedulian dan perhatian terhadap ekonomi social dan

keterkaitannya terhadap lingkungan ekologia bagik diperkotaan maupun

diperdesaan

2) Untuk mempersiapkan setiap orang dengan kesempatan memperoleh

pengetahuan, nilai, perilaku, komitmen, kemampuan yang diperlukan dalam

menjaga dan meningkana kualitas lingkungan hidup.

3) Untuk memberikan pola sikap hidup yang positif baik dari lingkup individu,

kelompok dan masyarakta secaraa keseluruhan terhadap lingkunga alamnya

(Rachman, 2012).

Menurut (Yuniawan, 2016) Dalam konservasi juga memiliki 7 pilar

konservasi. Tujuh pilar tersebut meliputi: (1) konservasi keanekaragaman hayati

yaitu dengan melakukan perlindungan, pemanfaatan dan pengembangan secara

kearifan dan berkelanjutan terhadap lingkungan hidup, flora dan fauna; (2)

Arsitektur hijau dan sistem transportasi internal, dapat mengembangkan dan

mengelolah bangunan dan lingkungan yang mendukung visi konservasi serta

mewujudkan system tansportasi internal yang efektif, efisien dan ramah

lingkungan; (3) Pengelolaan limbah, melakukan pengelolaan dan pengawasan

terhadap produksi limbahh dan perbaikan kondisi lingkungan untuk mewujudkan

lingkungan yang bersih dan sehat; (4) Kebijakan nirkertas, menerapkan

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Model Pembelajaran 2.1.1

21

administrasi dan ketatausahaan yang berwawasan konservasi secara efiisien dan

pengurangan dalam penggunaan kertas terhadap ramah lingkungan; (5) Energi

bersih, melakukan penghematan energi melalui serangkaian kebijakan dan tindakan

dalam memanfaatkan energi secara bijak, serta pengembangan energy terbaru yang

ramah lingkungan; (6) Konservasi etika, seni, dan budaya, melestarikan dan

mengembangkan etika, seni, dan budaya lokal untuk menguatkan jati diri bangsa.

Program pilar konservasi etika, seni, dan budaya meliputi penggalian,

pemeliharaan, penyemaian, dan pemberian daya hidup etika, seni, dan budaya lokal

melalui pemeliharaan, pendokumentasian, pendidikan, penyebarluasan, dan

mempromosikan unsur-unsurnya; (7) Kaderisasi konservasi, menanamkan nilai-

nilai konservasi secara berkelanjutan, meliputi sosialisasi, pelatihan, pendidikan,

dan pelaksanaan kegiatan untuk menguatkan pemahaman, penghayatan, dan

tindakan berbasis konservasi.

2. Nilai-Nilai Konservasi yang Perlu dikembangkan

Berdasarkan penjelasan dari peserta FGD yang berasal dari berbagai latar

belakang, seperti ahli dibidang pendidikan karakter, dibidang pendidikan

lingkungan hidup dan dari unsur badan pengembang konservasi. Peserta dari DGD

yang awalnya hanya mendengarkan dari pemaparan Prof. Maman Rachman, M.Sc.

yang mengutarakan pentingnya integrasi budaya dalam pendidikan karakter. Dalam

pemaparanya, menyatakan bahwa konservasi terdiri dari beberapa aspek, yakni

preservasi, restorasi, rekonstruksi dan adaptasi/revitalisasi. Gerakan konservasi

terdiri atas konservasi yang bersifat fisik dan konservasi yang bersifat nonfisik.

Namun demikian bukan berarti antara fisik dan nontiifik terpisah. Keduanya

merupakan satu kesatuan. Misalnya ketika kita menanam walapun secara kasat

mata dalah fisik tetapi terdapat aspek-aspek nonfisik yaitu adanya nilai-nilai yang

ingin ditanamkan (Setyawati et al., 2013).

Seperti yang ditelah dipaparkan diatas mengenai beberapa aspek konservasi,

teridentifikasi sejumlah nilai-nilai konservasi yang ingin ditanamkan antaranya

sebegai mana tabel 2.4

Tabel 2.5 Nilai-Nilai Konservasi

No. Nilai-Nilai Konservasi Deskripsi

1. Perlindungan Melindungi dalam sistem penyangga kehidupan

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Model Pembelajaran 2.1.1

22

2. Pengawetan Mengawetkan berbagai keanekaragaman jenis tumbuhan dan

satwa bersert ekosistemnya

3. Pemanfaatan Memanfaatkan secara lestari sumber daya

Alam hayati dan ekosistemnya.

(Sumber: UU Nomer 5 Tahun 1990)

2.5 Berpikir Kreatif

2.5.1 Pengertian dan Ciri-Ciri Berpikir Kreatif

Berpikir kreatif merupakan suatu kebiasaan dai pikiran yang dapat

menghidupkan sebuah imajinasi dan menemukan hal yang baru. Menurut

(Purwaningrum, 2016) berpikir kreatif dapat diartikan sebagai suatau aktvitas

mental yang membuat hubungan itu dapat dikombinasikan dengan benar hingga

membuat orang menyerah. Kemampuan berpikir kreatif perlu dibiasakan dan

dilatih agar dapat menghidupkan imajinasi dan membuka sudut pandang yang lebih

luas untuk menemukan ide-ide yang baru. Dengan demikian, siswa dapat

menciptakan atau menemukan cara-cara baru untuk memecahkan permasalahan

yang ada (Ulandari et al., 2019).

Kemampuan berpikir kreatif termasuk dalam kompetensi tingkat tinggi

(High Order Competencies0). Berpikir kreatif perlu adanya dikembangkan dengan

baik karena hal ini merupakan salah satu kemampuan yang banyak diinginkan di

dunia kerja (Rudyanto, 2016). Seseorang yang dapat meningkatkan kemampuan

dalam berpikir kreatif merupakan orang yang memiliki kemampuan intelektial yang

tinggi dan dapat mempersipkan dari untuk berpikir dalam berbagai hal sperti

disiplin ilmu, menuju untuk memenuhi akan kebutuhan intelektualnya dan dapat

mengembangkan sebagai individu yang berpotensi. Ketika proses pembelajaran

harusnya lebih melibatkan siswa sebagai pemikir daripada menjadi pengumpul

pengtahuan karena siswa akan mikir dan mendapatkan lebih banyak pengalaman

(Fakhrurrazi, 2018).

Menurut (Purwaningrum, 2016) kemampuan berpikir kreatif memiliki

beberapa ciri dianatanya sebagai berikut:

1. Fluency (keterampilan berpikir lancer) yaitu memiliki ciri-ciri yang

menciptakan banyak pendapat, jawaban, penyelesaian masalah, memberikan

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Model Pembelajaran 2.1.1

23

banyak cara atau saran dalam melakukan berbagai hal dan selalu memikirkan

lebih dari satu jawaban.

2. Flexibility (keterampilan berpikir luwes) yaitu keterampilan yang

menghasilkan gagasan, jawaban atau pertanyaan yang bervariasi, dapat melihat

suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda, mencari banyak alternative

pemecahan yang berbeda-beda dan mampu mengubah cara pendekatan.

3. Orginality (keterampilan berpikir original) yaitu kemampuan yang

menciptakan gagasan baru dan unik memikirkan cara yang tidak lazim untuk

mengungkapkan diri dan mampu membuat kombinasi yang tidak lazim.

4. Elaboration (keterampilan memperinci) yaitu kamampuan memperkaya dan

mengembangan suatu gagasan atau produk dan menambahkan/memperincih

secara detail sehingga lebih menarik..

2.5.2 Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif.

Indikator kemampuan berpikir kreatif siswa dapat diukur untuk melihat

kemampyan siswa dalam menjawab dan membuat produk, kriteria indikator

pengukuran berpikir kreatif siswa sebagaimana berikut tabel 2.5

Tabel 2.6 Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa

No Kriteria The Lowest

order

creative skill

The Low

order

creative skill

The medium

order

creative skill

The High

order creative

skill

The highest order

creative skill

1 2 3 4 5

1 Kriteria

Umum

Imitation

(meniru).

Variation

(variasi)

Combination

(mengkombi

nasi)

Transformatio

n

(mentransform

asi)

Original Creation

(Ciptaan

asli/Orisinal) ≠

penemuan

-Membuat

karya tapi

hasil meniru

dari karya

atau produk

orang lain.

-Membuat

karya bukan

atas gagasan

sendiri

melainkan

gagasan dari

orang lain.

-Mulai

memberi

tambahan

atau

perubahan

pada karya

yang dibuat.

Misal

menambah

atau

mengurangi

komponen

(memodifika

si) akan

tetapi tidak

mengubah

-Mulai

memadukan

beberapa

tambahan

atau karya

lain akan

tetapi untuk

menghasilka

n fungsi

yang sama.

-Contoh:

Resep roti

dipadukan

dengan

Resep lain

-Mulai

memadukan

beberapa

tambahan atau

karya lain dan

menghasilkan

fungsi yang

baru.

-Contoh:

membuat roti

baru hasil

kompilasi dari

roti-roti yang

sudah ada dan

menghasilkan

-Karya yang

dibuat benar-

benar baru,

merupakan hasil

analisis dari

dirinya sendiri

-Contoh:

membuat

makanan yang

benar-benar baru

dan belum ada

sebelumnya.

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Model Pembelajaran 2.1.1

24

-Contoh:

membuat

Roti

dominasi

produk

utama.

-Contoh:

Roti

ditambah

topping.

untuk

menghasilka

n roti yang

baru.

nama roti baru

atau jenis roti

baru.

Kriteria

Khusus

1) Solusi/

Rencana

produk

Rencana

produk hasil

meniru dari

produk yang

sudah ada

Rencana

produk hasil

meniru

dengan

tambahan

atau

pengurangan

komponen

tertentu.

Komponen

utama

produk tetap

Rencana

produk hasil

menggabung

kan

beberapa

produk.

Komponen

utama

produk tetap.

Rencana

produk hasil

menggabungk

an beberapa

produk dan

memberi

fungsi yang

berbeda.

Rencana produk

hasil pemikiran

dari berbagai sisi

dan menciptakan

sesuatu yang baru

baik dari

komponen

maupun fungsi

produk.

2) Langkah

-langkah

membua

t produk

(Procedu

re)

Penyusunan

langkah-

langkah

pembuatan

produk

seluruhnya

meniru dari

yang sudah

ada

Penyusunan

langkah-

langkah

pembuatan

produk

ditambah

atau

dikurangi

sedikit

Penyusunan

langkah-

langkah

pembuatan

produk

merupakan

gabungan

dari

beberapa

langkah

pembuatan

produk yang

ada

Penyusunan

langkah-

langkah

pembuatan

produk

merupakan

modifikasi

dari beberapa

langkah

pembuatan

produk yang

ada dan

menghasilkan

langkah baru

Penyusunan

langkah-langkah

pembuatan

produk

merupakan hal

baru dan belum

pernah ada

sebelumnya.

3) Pemikira

n

tentang

produk

akhir

(End

product)

Bukan

prosuk

inovasi

Produk

dengan

Inovasi

rendah

Produk

dengan

Inovasi

sedang

Produk

dengan

Inovasi tinggi

Produk inovasi

sangat tinggi

(Temuan Baru/

Invensi)

Bentuk

produk sama

dengan

produk yang

sudah ada

Produk

memperoleh

sedikit

tambahan

atau

pengurangan

komponen

yang tidak

signifikan

fungsinya.

Produk

Nampak

sebagai

produk baru,

akan tetapi

sebenannya

hanya

merupakan

gabungan

dari produk-

produk yang

sudah ada.

Fungsi

produk

sama.

Produk

merupakan

hasil

penggabungan

beebrapa

prpduk, akan

tetapi

memiliki

fungsi lain

yang berbeda

Produk baru yang

sama sekali tidak

pernah ada

sebelumnya

(Inovasi)

Sumber: (Sukarsono, 2020).

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Model Pembelajaran 2.1.1

25

2.6 Materi Bakteri

Penelitian ini menggunakan materi tentang Archaebacteria dan Eubacteria

saat pembelajaran, meteri Archaebacteria dan Eubacteria merupakan materi tingkat

SMA yang diberikan kepada siswa kelas X pada semester 1/ganjil dengan standar

kompetensi 3.5 Mengidentifikasi struktur, cara hidup, reproduksi dan peran bakteri

dalam kehidupan dan 4.5 Menyajikan data tentang ciri-ciri dan peran bakteri dalam

kehidupan. Pembelajaran selama menggunakan sistem daring masih belum

menunjukkan adanya keberhasilan dalam kegiatan pembelajaran dan kurangnya

penggunaan media yang lebih menarik untuk siswa.

Proses pembelajaran dalam materi monera agar lebih mudah dipelajari dan

proses belajar menjadi lebih bermakna maka pembelajaran dilaksanakan dengan

model pembelajaran Conservation Based Learning (CBL). Proses pembelajaran ini

lebih mengfokuskan untuk siswa agar lebih aktif dan tidakk hanya mendegarkan

guru saja namun juga melatih siswa untuk memecahkan masalah sekitar yang

berkaitan dengan peran bakteri dalam kehidupan.

2.7 Kerangka Konsep

Perolehan nilai-nilai di SMA Negeri 3 Sidoarjo dan SMA Muhammadiyah

1 Babat dianggap masih dibawa rata-rata, guru harus mempunyai strategi agar siswa

memiliki nilai-nilai dan keterampilan berpikir kreatif yang lebih tinggi. Salah satu

strategi tersebut yaitu dengan menggunakan model pembelajaran. Menurut

(Rachman, 2012) Model pembelajaran mampu meningkatkan pendidikan nasional

di indonesia. Berbagai jenjang pendidikan pasti memiliki keinginan untuk siswa

agar lebih memperhatikan nilai-nilai karakter dan konservasi disekolah maupun

dilingkungan. Penggunaan model pembelajaran CBL terhadap perolehan nilai-nilai

siswa akan diterapkan di SMA Negeri 3 Sidoarjo dan SMA Muhammdiyah 1 Babat.

Model tersebut akan diterapkan pada siswa kelas X ditahun 2020/2021. Maka dari

itu, peneliti berharap bahwa menerapkan model pembelajaran CBL mampu

memberikan perolehan nilai-nilai dan memiliki kemampuan berpikir kreatif pada

siswa kelas X di SMA Negeri 3 Sidoarjo dan SMA Muhammadiyah 1 Babat.

Berikut adalah kerangka Konseptual pada gambar 2.1

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Model Pembelajaran 2.1.1

26

2.1

2.2

2.3

2.4

2.5

2.6

2.7

2.8

2.9

2.10

2.11

2.12

2.13

2.14

2.15

2.16

2.17

2.18

2.19

\

Gambar 2.1 Kerangka Konsep “Pengaruh Model Pembelajaran CBL Sistem Daring

Terhadap Nilai Karakter, Nilai Konservasi dan Berpikir Kreatif Siswa

Sekolah Menengah Atas Provinsi Jawa Timur (Studi Kasus: SMAN 3

Sidoarjo dan SMAM 1 Babat)”.

Kondisi Pendidikan di SMA Negeri 3

Sidoaro dan SMA Muhammadiyah 1 Babat

Tingkat Keterampilan

Berpikir Kreatif belum

tercapai dengan baik.

Di sebabkan oleh faktor

Nilai-Nilai Karakter dan

Nilai-Nilai Konservasi yang

masih cenderung menurun

rendah.

Model penerapan yang tidak

sesuai atau tidak cocok

dengan karakteristik siswa.

Meningkatkan motivasi siswa dan keterampilan berfikir kreatif siswa SMA Negeri

3 Sidoarjo dan SMA Muhammadiyah 1 Babat.

Belum terbiasa untuk

berlatih berpikir kreatif

Penerapan model pembelajaran

Conservation Based Learning (CBL)

Model pembelajaran

yang menuntut siswa

lebih aktif

Model pembelajaran yang

menuntut siswa untuk

mencari permasalahan dan

menyelesaikannya

Model pembelajaan

yang meningkatkan

kreativitas siswa

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Model Pembelajaran 2.1.1

27

2.8 Hipotesis

1. Penggunaan model pembelajaran Conservation Based Learning (CBL) pada

materi Bakteri dapat meningkatkan nillai karakter siswa.

2. Penggunaan model pembelajaran Conservation Based Learning (CBL) pada

materi Bakteri dapat meningkatkan nillai karakter siswa

3. Penggunaan model pembelajaran Conservation Based Learning (CBL) pada

materi Bakteri dapat meningkatkan nillai karakter siswa