bab ii kajian pustaka 2.1 model pembelajaran 2.1.1
TRANSCRIPT
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Model Pembelajaran
2.1.1 Pengertian, Tujuan dan Fungsi Model Pembelajaran
Model pembelajaran merupakan suatu bentuk serangkaian yang
digunakan sebagai panduan atau arahan dalam merencanakan pembelajaran
dikelas atau dapat disebut sebagai kerangka dari penerapan suatu pendekatan,
strategi, metode atau prosedur pembelajaran. Sependapat dengan (Falah, 2014)
yang menyatakan bahwa Model Pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola
yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas atau
pembelajaran dalam tutorial.
Menurut (Falah, 2014) Model pembelajaran yang mengacu pada
pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk didalamnya terdapat
tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan
pembelajaran dan pengelolahan kelas. Hal ini sependapat dengan Joyco bahwa
“setiap model mengarahkan kita dalam merancang pembelajaan untuk membantu
siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran”. Joyce dan Weil mengemukakan
bahwa model pembelajaran merupakan model yang dapat membantu siswa dalam
mendapatkan atau memperoleh suatu informasi, ide, keterampilan, cara berpikir,
dan mengekspresikan ide diri sendiri.
Pemilihan model menurut Rijalullah sangat berpengaruh dengan sifat
dari materi yang akan diajarkan dan juga berpengaruh dengan tujuan pembelajaran
yang akan dicapai dalam pengajaran tersebut pada tingkat kemampuan siswa. Hal
ini sebagaimana setiap model pembelajaran memiliki tahap-tahap (Sintaks) yang
berbedah antara sintaks yang satu dengan sintaks yang lain.
Menurut (Trianto, 2010) Fungsi model pembelajaran adalah sebagai
pedoman atau arahan bagi pengajar dan para guru dalam melaksanakan
pembelajaran. Untuk menentukan model yang akan digunakan biasanya sangat
berpengaruh oleh sifat dari materi yang akan diajarkan dan juga dipengaruhi oleh
tujuan yang akan dicapai dalam suatu pembelajaran. Disamping itu, setiap model
9
pembelajaran mempunyai tahap-tahap (sintaks) yang dapat dilakukan siswa dengan
bimbingan guru.
Setiap model pembelajaran memilik sintaks masing-masing, dengan
begitu sintaks satu dengan sintaks yang lain mempunyai perbedeaan, perbedaan
tersebut dapat dilihat dari pembukaan dan penutupan pembelajaran. Hal ini guru
perlu menguasai materi dan dapat menerapkan diberbagai keterampilan mengajar
agar dapat mencapai tujuan pembelajaran yang beraneka ragam dan lingkungan
belajar yang menjadi ciri sekolah masing-masing.
2.1.2 Ciri-Ciri Model Pembelajaran
Model pembelajaran dapat dijadikan sebagai pola alternative artinya para
guru diperbolehkan memilih model pembelajaran yang sesuai dengan praktis untuk
mencapai tujuan pembelajarannya. Menurut (Rusman 2011) dalam jurnal
(Wijanarko, 2017) ciri-ciri Model pembelajaran diantaranya yaitu:
1. Berdasarkan teori belajar dan teori pendidikan dari para ahli tertentu
2. Mempunyai tujuan pendidikan tertentu
3. Dijelaskan pada pedoman untuk perbaikan kegiatan belajar mengajat dilkelas
4. Memiliki bagian-bagian model yang dinamakan, Urutan atau langkah
langkah pembelajaran (syntax), adanya prinsip-prinsip reaksi, sistem social,
dan sistem pendukung. Keempat bagian tersebut merupakan pedoman praktis
bila guru akan melaksanakan suatu model pembelajaran.
5. Memiliki dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran yang meliputi:
a. Dampak pembelajaran, yaitu hasil belajar yang dapat diukur
b. Dampak pengiring, yaitu hasil belajar jangka panjang.
6. Membuat persiapan mengajar (desain instruksional) dengan pedoman model
pembelajaran yang dipilihnya.
2.1.3 Perbandingan Sintaks Beberapa Macam Modal Pembelajaran
Berikut perbadningan sintaks model pembelajaran CBL dengan model
pembelajaran yang lain, sebagaimana tabel 2.1
10
Tabel 2.1 Perbandingan Sintaks Model Pembelajaran
No. Problem Based
Learning (PBL)
Project Based
Laerning (PBL)
Discovery
Learning (DL)
Conservation Based
Learning (CBL)
1. Mengidentifikasi
Masalah
Penentuan
pertanyaan
mendasar (strart
with the essential
question)
Pemberian
rangsangan
(Stimulation)
IDENTIFIKASI dan
PENGUATAN
KONSEP:
(Identifikasi konsep,
prinsip materi pelajaran)
2. Menetapkan
masalah
melaluiberpikir
tentang masalah
dan menyeleksi
informasi yang
relevan
Mendesain
perencanaan
proyek
Pernyataan/
identifikasi
maslah
(Problem
Statement)
INTEGRASI NILAI:
(Integrasi konsep, prinsip
materi pelajaran kedalam
konsep konservasi
(manusia), menemukan
Nilai-Nilai Konservasi
dan Nilai-Nilai Karakter)
3. Mengembangkan
solusi melalui
pengidentifikasian
alternative tukar
pikiran
Menyususn
jadwal (Create a
Schedule)
Pengumpulan
data (Data
Collection)
MASALAH, SOLUSI:
(Identifikasi dan
Penetapan masalah serta
solusi)
4. Melakukan
tindakan strategis
Memonitor
peserta didik dan
kemajuan proyek
Pembuktian
(Verification)
RENCANA
KEGIATAN:
Membuat perencanaan
solusi/produk ilmiah
a) Karya Tulis Ilmiah
b) Karya Teknologi-
Seni, dan
c) Aktivitas/Tindakan
Konservasi
5. Melihat ulang dan
mengevaluasi
pengaruh dari
solusi yang
dilakukan
Menguji hasil
(Asses the
outcome)
Menarik
kesimpulan atau
generalisasi
(Generalization)
TINDAKAN LANJUT:
Melaksanakan tindak
lanjut dan Evaluasi
6. Mengevaluasi
pengalaman
2.2 Model Pembelajaran CBL
Dalam proses belajar mengajar, seorang guru seharusnya memiliki strategi
yang tepat agar siswa dapat belajar secara efektif, salah satunya menggunakan
model pembelajaran CBL. Model Pembelaaran merupakan modell pembelajaran m
pembelajaran berbasis konservasi atau Conservation Based Learning. Menurut
(Mansyur et al., 2016) pendidikan konservasi merupakan salah satu komponen yang
11
penting dalam penyelenggaraan ecosekolah dan sebagai wujud aplikasi proses
belajar mengajar materi konservasi dan lingkungan hidup.
Melihat berbagai macam model pembelajaran pada saa ini, setiap model
pembelajaran memiliki misi atau tujuan yang khusus agar siswa dan guru memiliki
pemahaman yang sama tentang bagaimana sebaiknya melindungo, memelihara
eksistem agar memberi dukungan aar kehidupan semakin baik dan berkelanjutan.
Model pembelajaran yang diterapkan harus mampu untuk membangun nilai-nilai
dalam diri siswa maupun guru serta mampu menggerakkan siswa untuk melakukan
sesuai dengan kemampuan dan minat yang dimiliki (Sukarsono et al., 2019).
Model Pembelajaran CBL ini dapat melatih siswa untuk melakukan
konservasi yang tidak hanya untuk lingkungan namun diri sendiri. Definisi dari
konservasi itu sendiri merupakan sebagai perlindungan dan pemanfaatan. Menurut
(Sandbrook, 2015) Konservasi sendiri merupakan melindungi alam untuk
kepentingan sendiri dan gerakan yang berfokus untuk memberikan manfaat kepada
orang-orang, Pendidikan konservasi perlu ditanamkan sejak dini agar tindakan-
tindakan seseorang tersebut dapat memanfaatkan sumber daya alam sesuai
pengetahuan dan sikap yang diperoleh dari bangku sekolah.
2.2.1 Sintaks Conservation Based Learning (CBL)
Sintaks yang dimiliki model pembelajaran Conservation Based Learning
(CBL) adalah sebagaimana tabel 2.2
Tabel 2.2 Sintaks Conservation Based Learning (CBL)
No. Conservation Based Learning
1. IDENTIFIKASI, PENGUATAN
(Identifikasi konsep, prinsip materi pelajaran)
2. INTEGRASI NILAI:
(Integrasi konsep, prinsip materi pelajaran kedalam konsep konservasi (manusia),
menemukan Nilai-Nilai Konservasi dan Nilai-Nilai Karakter)
3. MASALAH, SOLUSI
Identifikasi dan Penetapan masalah serta solusi
4. RENCANA KEGIATAN:
Membuat perencanaan solusi/produk ilmiah
a) Karya Tulis Ilmiah
b) Karya Teknologi-Seni, dan
c) Aktivitas/Tindakan Konservasi
5. TINDAKAN LANJUT:
Melaksanakan tindak lanjut dan Evaluasi
(Sumber: Sukarsono, 2019)
12
Secara umum, langkah-langkah dalam model pembelajaran berbasis
konservasi dilakukan sebagai berikut:
1. Identifikasi
Guru meminta siswa untuk mengidentifikasi dan mengungkapkan
fenomena/permasalahan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
2. Integrasi Nilai
Hasil identifikasi permasalahan tersebut, guru meminta siswa untuk
mengintegrasikan atau menghubungkan fenomena dengan materi-materi dengan
adanya konsep yang berhubungan dengan nilai-nilai, Integrasi merupakan suatu
langkah yang memiliki khas dalam sintaks model pembelajaran CBL, langkah ini
merupakan menjadi pembedah dengan model pembelajaran yang lain. Integrasi ini
dilakukan untuk mengetahui pemahaman dan sebagai perolehan konsep, prinsip
dan nilai-nilai yang berhubungan dengan lingkungan dan dapat membangun
pengetahuan, sikap dan prilaku siswa yang secara sadar mampu melestarikan
lingkungan sekarang dan dimasa yang akan mendatang.
3. Masalah dan Solusi
Siswa diminta guru untuk menggali permasalahan dari hasil integrasi materi
pelajaran yang sesuai diinginkan dan menghubungkan fenomena yang diajukan
dengan materi yang di pelajari. Permasalahan tersebut akan dirumuskan bersama
dalam kelas namun apabila terdapat permasalahan yang terjadi diantara kelompok,
maka permasalahan tersebut dapat menjadi permasalahan kelas, sehingga
seharusnya permasalahan tersebut harus dirumuskan bersama, baik dalam kelas
atau kelompok atau bahkan secara individu.
4. Rencana Kegiatan
Membuat perencanaan untuk memecahkan permasalahan atau perencanaan
kegiatan. Pada tahap ini siswa diminta guru untuk membuat suatu karya tulis ilmiah
atau karya teknologi seni atau bahkan aktivitas/tindakan yang berhubungan dengan
konservasi, tahap ini memiliki ciri khas dari model pembelajaran CBL, dimana
siswa melakukan kegiatan pembelajaran sesuai dengan keahlian masing-masing
individu sehinga disini guru berperan untuk mendampingi siswa.
13
5. Tindakan Lanjut
Hasil perencanaan siswa dan guru dilanjutkan pelaksanaan dan perencanaan
yang telah diskusikan. Tindak lanjut kegiatan tersebut akan diputuskan pada
kesepakatan kelas, tindak lanjut ini juga membutuhkan waktu yang cukup banyak
sehingga diakhir semester kemudian akan dievaluasikan. Evaluasi dilakukan untuk
melihat apakah selama proses pembelajaran berjalan dengan maksimal atau tidak,
hal ini dilakukan untuk mencakup evaluasi penguasaan konsep integrasi, nilai-nilai
serta produk yang dihasilkan yang berupa karya ilmiah.
Berikut tabel Kombinasi sintaks Conservation Based Learning (CBL)
dengan keterlakasanaan pembelajaran melalui sistem daring.
Tabel 2.3 Kombinasi Sintaks CBL dengan Keterlakasanaan Pembelajaran
Sintaks CBL
Platfrorm Daring
Google Meet WhatApp
Identifikasi/
Penguatan
Konsep
- a. Siswa mengidentifikasi/
mengungkapkan fenomena yang
terjadi dalam kehidupan sehari-
hari yang berkaitan dengan isi
materi struktur, cara hidup,
reproduksi dan peran bakteri
dalam kehidupan sehari-hari.
Integritas
Nilai
- a. Siswa menganalisis fenomena
menarik yang terjadi.
b. Siswa menyebutkan fenomena
yang paling mempunyai makna
pada isi materi.
c. Siswa menjelaskan fenomena
yang di anggap penting atau yang
menarik.
Masalah dan
Solusi
a. Siswa menganalisis mengapa
mereka tertarik dengan fenomena
yang terjadi.
b. Siswa menyebutkan permasalahan
pada fenomena atau hal penting
yang telah mereka kemukakan.
-
Langkah-
Langkah
Pemecahan
Masalah
a. Siswa menjelaskan langkah-
langkah untuk
menjawab/mengatasi
permasalahan tersebut sesuai
dengan bentuk kegiatan yang di
inginkan.
-
14
(Sumber: Penulis, 2021)
2.2.2 Tujuan Model Pembelajaran CBL
1Model pembelajaran berbasis konservasi dapat didefinisikan sebagai
pembelajaran yang menumbuhkan kesadaran dalam menjaga lingkungan dan
keanekaragaman makhluk hidup yang ada diindonesia agar tidak mengalami
kepunahan. Biologi konservasi sendiri merupakan ilmu lintas-disiplin (terpadu)
yang dikembangkan untuk menghadapi berbagai masalah demi melindungi spesies
dan ekosistem. Konservasi memiliki 3 tuujuan diantaranya yaitu:
1. Menganalisis dampak manusia terhadap eksistensi dan kelangsungan hidup
spesies, menjaga variasi genetic dalam spesies, komunitas dan ekosistem.
2. Mengembangkan pendekatan praktis untuk mencega kepunahan spesies,
menjaga variasi genetic dalam spesies serta melindungi dan fungsi ekosistem
3. Mempelajari dan mendokumentasikan seluruh aspek keanekaragaman hayatii
dibumi (Indrawan.dkk, 2012) dalam jurnal (Mansyur et al., 2016).
Berbagai macam model pembelajaran pada saat ini, namun pada model
pembelajaran CBL ini membawa tujuan khusus dimana siswa dan peserta belajar
bahkan guru dan pengajar bidang atau topik pembelajaran, memiliki pemahaman
yang sama tentang bagaimana sebaiknya menjaga, melindungan dan memelihara
ekosistem agar memberi dukungan untuk kehidupan yang semakin baik dan
berkelajutan. Model pembelajaran yang diterapkan ini mampu membangun nilai-
nilai dalam diri siswa maupun guru yang mampu menggerakkan siswa untuk
berbuat sesuai kemampuan dan minat yang dimilikinya (Sukarsono et al., 2018).
2.3 Pembelajaran Daring
2.3.1 Pengertian pembelajaran Daring
Pembelajaran daring adalah pembelajaran yang menggunakan model
interaktif berbasis internet atau disebut dengan pembelajaran dalam jaringan.
Sependapat dengan (Bilfaqih & Qomarudin, 2015) Pembelajaran daring merupakan
suatu program penyelenggaraan kelas pembelajaran dalam jaringan untuk
15
menjangkau kelompok target yang masif dan luas. Melalui jaringan, pembelajaran
diselenggarakan secara massif dengan peserta didik yang tidak terbatas.
Pembelajaran daring Learning tidak hanya berkutat dengan internet,
melainkan aspek penting yaitu “lebih aman (safer)” Mengenal Learning
Management Systems (LMS) sebagai komponen penting e-learning. Dengan
adanya LMS, peserta ddidik memiliki rasa nyaman ketika berinteraksi dengan
pendidik/guru tanpa khawatir dicemoh oleh peserta didik lainya, selain itu peserta
didik bebas mengekspresikan ide-idenya (Sobron et al., 2019)
2.3.2 Tujuan Pembelajaran Daring
Secara umum, pembelajaran daring memiliki tujuan untuk memberikan
layanan pembelajaran yang bermutu dalam jaringan (daring). Beberapa tujuan
pembelajaran daring menurut Kementrian pendidikan dan kebudayaan RI (2014:
xv) adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan ketersedian layanan pendidikan
2. Meningkatkan keterjangkauan layanan pendidikan
3. Meningkatkan kualitas/mutu dan relevansi layanan pendidikan
4. Meningkatkan kesamaan dalam mendapatkan mutu layanan pendidikan, dan
Meningkatkan/keterjaminan mendapatkan mutu layanan pendidikan yang baik
(Mustofa et al., 2019)
2.3.3 Manfaat Pembelajaran Daring
Manfaat pembelajaran daring menurut Bates dan Wulf terdiri dari 4 hal, yaitu:
1. Meningkatkan kadar interaksi pembelajaran antara peserta didik dengan
guru/pendidik (Enhance Interactivity).
2. Memungkinkan terjadinya interaksi pembelajaran dari mana dan kapan saja
(Place Flexibility).
3. Menjangkau peserta didik dalam cakupan yang luas (Potential to reach a
global audience).
4. Mempermudah penyempurnaan dan penyimpanan materi pembelajaran (Easy
Updating Of Content As Well As Archivable Capabilities) (Nisa, 2012).
16
2.4 Nilai-Nilai Pembelajaran
Pembelajaran dikelas sangat bepengaruh terhadap cara pandang dan
bagaimana bersikap seorang pelajar atau remaja. Pembelajaran itu tidak hanya
mengutamakan pengembangan pada aspek kognitifnya saja, namun juga
menekankan pada proses pengembangan afektifnya. Menurut (Sukitman, 2016)
Pendidikan nilai-nilai tidak hanya menjadi tugas seorang guru agama dan
pendidikan kewarganegaraan, tetapi semua mata pelajaran harus memiliki
tanggungjawab yang sama, selain itu setiap guru mempunyai catatan penilaian
tentang nilai-nilai terhadap siswa. Dengan begitu akan memudahkan guru untuk
mengintergasikan nilai-nilai siswa saat pembelajaran dikelas.
Penilaian dapat didefinisikan sebagai proses pengumpulan informasi atau
data mengenai kinerja siswa, untuk digunakan sebagai dasar dalam membuat
keputusan dalam mencapai hasil pembelajaran. Menurut (Prasetya, 2012) Secara
garis besar Benyamin Bloom hasil pembelajaran dapat dikategorikan menjadi 4
ranah yaitu tanah kognitif, ranah afektif dan psikomotor. Setiap siswa pasti
memiliki 3 ranah tersebut, namun kedalamannya yang tidak sama. Seperti ada siswa
yang memiliki keunggulan dalam ranah kognitif atau pengetahuan, atau memiliki
keunggulan dalam ranah psikomotor atau keterampilan. Tetapi keduannya harus
diimbangi dalam kebaikan masyarakat. Sehinga keterampilan yang dimiliki siswa
juga harus didasari oleh ranah afektif yang baik, yaitu bisa bermanfaat untuk
kebaikan orang disekitar.
2.4.1 Nilai-Nilai Karakter
1. Pengertian Karakter
Secara etimologis, karakter berasal dari bahasa yunani, yang berarti cetak
biru, format dasar atau sidik, seperti sidik jari. Sedangkan menurut kamus besar
bahasa Indonesia ditemukan pengertian tentang karakter yaitu sifat-sifat kejiwaan,
akhlak atau budi pekerti yang membedakan seorang dengan yang lain, tabiat, watak.
Menurut (Edison, 2019) Nilai-Nilai karakter dapat diintegrasikan kedalam
pembelajaean pada setiap mata pelajaran. Materi pembelajaran yang berhubungan
dengan norma atau nilai-nilai pada setiap mata pelajaran yang perlu dikembangkan
dan dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari. Sehingga waktu belajar siswa
17
disekolah perlu dioptimalkan agar dapat meningkatkan mutu hasil belajar sesuai
yang dicapai, terutama dalam pembentukan nilai-nilai siswa.
Pendidikan karakter yang dapat diintegrasikan dalam pembelajaran biologi
dapat memberikan pengalaman yang bermanfaat bagi siswa karena siswa bisa
memahami, mengembangkan dan mengaplikasikan dalam peroses pembelajaran
Nilai-nilai karakter tersebut akan tercerna secara alami melalui kegiatan sehari-hari.
Menurut (Zuchdi et al., 2010) Apabila nilai-nilai tersebut dapat dikembangkan
melalui kultur sekolah, maka kemungkinan besar pendidikan karakter akan lebih
efektif. Pembentukan karakter harus haru menjadi yang utama dalam pendidikan
karena sudah banyak bukti bahwa kehidupan masyarakat terdapat banyak masalah
yang ditimbulkan oleh karakter yang tidak baik.
Menurut (Machin, 2014) Dalam pendidikan karakter, pendidik memiliki
peran dalam menanamkann karakter, dimana pendidik harus:
1) Ketika proses pembelajaran melakukan interaksi dengan siswa dalam
mendiskusikan materi pembelajaran.
2) Pendidik memberikan contoh tauladan kepada siswa dalam berprilaku dan
bersikap.
3) Pendidik mampu mendorong siswa untuk lebih aktif dalam pembelajaran
melalui penggunnaan metode pembelajaran yang variatif.
4) Pendidik mampu mendorong dan membuat peubahan sehingga kepribadian,
kemampuan dan keinginan guru dapat menciptakan hubungan yang saling
menghormati dan bersahabat dengan peserta didiknya.
5) Pendidik mampu membantu dan mengembangkan emosi dan kepekaan social
peserta didik agar lebih bertakwa, menghargai ciptaan-Nya, mengembangakn
keindahan soft-skill yang berguna bagai kehidupan peserta didik selanjutnya.
6) Pendidik mampu menunjukkan rasa kecintaan kepada peserta didiknya
sehingga pendidik atau guru dalam membimbung peserta didik tidak mudah
untuk putus asa.
Menurut Lickona ada tujuh alasan mengapa pendidikan karakter itu harus
disampaikan. Ketujuh alasan yang dimaksud adalah sebagai berikut:
18
1) Cara terbaik untuk menjamin (anak-anak) siswa memiliki kepribadian yang
baik dalam kehidupannya.
2) Cara untuk meningkatan prestasi akademik.
3) Sebagian siswa tidak dapat membentuk karakter yang kuat bagi dirinya sendiri
ditempat lain.
4) Persiapan siswa untuk menghormati pihak atau orang lain dan dapat hidup
dalam masyarakat yang beragam.
5) Berangkat dari akar masalah yang berkaitan dengan problem moral-sosial,
seperti ketidaksopanan, ketidakjujuran, kekerasan, pelanggaran kegiatan
seksual dan etos kerja (belajar) yang rendak.
6) Persiapan terbaik untuk menyongsng prilaku ditempat kerja.
7) Pembelajaran nilai-nilai budaya yang merupakan bagian dari kerja peradaban.
(Sudrajat, 2011).
2. Nilai-Nilai Karakter yang Perlu dikembangkan
Secara umum, telah ketahui bahwa nilai merupakan sesuatu yang berharga
dan bermanfaat bagi kehidupan manusia. Namun nilai yang dimaksud dalam
karakter yaitu nilai-nilai manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha
Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan dan kebangsaan yang terwujud dalam
pikiran, sikap, perasaan, perkataan, perbuatan berdasarkan norma-norma agama,
hukum, tata karma, budaya, dan adat istiadat (Yusuf, 2013). Menurut (Hadisi, 2015)
Nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan karakter harus bersumber dalam
agama, pancasila, budaya dan tujuan pendidikan nasional Indonesia. Berdasarkan
keempat sumber nilai itu, teridentifikasi sejumlah nilai untuk pendidikan budaya
dan karakter bangsa sebagai mana Tabel 2.3
Tabel 2.4 Nilai-Nilai Karakter
No. Nilai Utama Sub Nilai
1. Toleransi Cinta damai, toleransi, menghargai perbedaan agama dann kepercayaan,
teguh pendiriann, percaya diri, kerjasama antar pemeluk agama dan
kepercayaan, antibuli dan kekerasan, persahabatan, ketulusan, tidak
memaksakan kehendak, mencintai lingkungan, melindungi yang kecil
dan tersisih.
2. Nasionalis Apresiasi budaya bangsa sendiri, menjaga kekayaan budaya bangsa, rela
berkorban, unggul dan berprestasi, cinta tanah air, menjaga lingkungan,
taat hukum, disiplin, menghormati keragaman budaya suku dan agama.
19
3. Mandiri Etos kerja (kerja keras), tangguh tahan banting, daya juang, profesional,
kreatif, keberanian, dan menjaga pembelajar sepanjang hayat.
4. Gotong
Royong
Menghargai, kerja sama, inklusif, komitmen atas keputusan bersama,
musyawarah mufakat, tolong menolong, solidaritas, empati, anti
diskriminasi, anti kekerasan dan sikap kerelawan.
5. Integritas Kejujuran, cinta pada kebenaran, setia, komitmen moral, anti korupsi,
keadilan, tanggungjawab, keteladanan dan menghargai martabat
indiividu (terutama penyandang disabilitas)
(Sumber: Chamisijatin L dan Zaenab S, 2020)
2.4.2 Nilai-Nilai Konservasi
1. Pengertian Konservasi
Menurut (MIPL, 2010) secara umum, konservasi dapat didefinisikan
sebagai suatu pelestarian yaitu melestarikan atau mengawetkan daya dukung, mutu,
fungsi, dan kemampuan menjaga lingkungan secara imbang. Adapun tujuan dari
konservasi ini adalah:
1) Mewujudkan kelestarian sumberdaya alam hayati serta keseimbangan
ekosistemnya, sehingga dapat lebih mendukung upaya peningkatan
kesejahteraan dan mutu kehidupan manusia.
2) Melestarikan kemampuan dan pemanfaatann sumberdaya alam hayatu dan
ekosistemnya secara serasi dan seimbang (Rachman, 2012).
Menurut (Handoyo & Tijan, 2010) Konservasi dapat dipandang dari segi
ekonomi dan segi ekologi. Dari segi ekonomi konservasi berarti yang berupaya
untuk memanfaatkan sumber daya alam untuk masa sekarang sedangkan, dari segi
ekologi konservasi merupakan pemanfaatn sumber daya alam untuk sekarang dan
masa yang akan mendatang. Dalam konteks yang lebih luas, konservasi tidak hanya
diartikan secara sempit sebagai menjaga atau memelihara lingkungan alam, namun
juga bagaimana nilai-nilai dan hasil budaya yang dirawat, dipelihara, dijunjung
tinggi dan dikembangkan demi kesempurnaan hidup manusia (Yuniawan et al.,
2014).
Pendidikan berbasis konservasi ini memiliki manfaat yang baik yaitu salah
satunya untuk eksistensi reposisi karena terdapat konsep pencerahan pengetahuan
sehingga muncul kesadaran betapa pentingnya pengetahuan kekhasan yang dimiliki
oleh manusia. Mengingat pendidikan merupakan salah satu sarana bentuk
pemeliharaan pemahaman pengetahuan dalam mempengaruhi perubahan prilaku
20
sebagai akibat dari adanya dorongan kognitifnya. Keterkaitan dengan pendidikan
konservasi adalah bagaimana memberikan pencerahan tentang wawasan berpikir
yang memberikan dampak dalam perubahan perilaku dalam menempatkan kembali
subjek yang sealama ini belum dimanfaatkan dengan baik yang pada hakikatnya
memiliki nilai dan makna untuk pengembangan ilmu di masa depan. Maka
pendidikan konservasi dalam berbagai macam nilai-nilai kekhasan dalam
kehidupan masyarakat. Pada dasarnya pengertian pendidikan konservasi ini adalah
pendidikan yang mengharapkan adanya perubahan tingkah laku, sikap dan cara
berpikir terutama yang berkaitan dengan pengelolahan sumber daya alam dan
ekosistemnya (Huda & Ferandi, 2018).
Pendidikan konservasi merupakan salah sutu pembelajaran secara
eksperimental. Program ini memberikan fokus pada beberapa hal antara lain:
1) Untuk mendukung kepedulian dan perhatian terhadap ekonomi social dan
keterkaitannya terhadap lingkungan ekologia bagik diperkotaan maupun
diperdesaan
2) Untuk mempersiapkan setiap orang dengan kesempatan memperoleh
pengetahuan, nilai, perilaku, komitmen, kemampuan yang diperlukan dalam
menjaga dan meningkana kualitas lingkungan hidup.
3) Untuk memberikan pola sikap hidup yang positif baik dari lingkup individu,
kelompok dan masyarakta secaraa keseluruhan terhadap lingkunga alamnya
(Rachman, 2012).
Menurut (Yuniawan, 2016) Dalam konservasi juga memiliki 7 pilar
konservasi. Tujuh pilar tersebut meliputi: (1) konservasi keanekaragaman hayati
yaitu dengan melakukan perlindungan, pemanfaatan dan pengembangan secara
kearifan dan berkelanjutan terhadap lingkungan hidup, flora dan fauna; (2)
Arsitektur hijau dan sistem transportasi internal, dapat mengembangkan dan
mengelolah bangunan dan lingkungan yang mendukung visi konservasi serta
mewujudkan system tansportasi internal yang efektif, efisien dan ramah
lingkungan; (3) Pengelolaan limbah, melakukan pengelolaan dan pengawasan
terhadap produksi limbahh dan perbaikan kondisi lingkungan untuk mewujudkan
lingkungan yang bersih dan sehat; (4) Kebijakan nirkertas, menerapkan
21
administrasi dan ketatausahaan yang berwawasan konservasi secara efiisien dan
pengurangan dalam penggunaan kertas terhadap ramah lingkungan; (5) Energi
bersih, melakukan penghematan energi melalui serangkaian kebijakan dan tindakan
dalam memanfaatkan energi secara bijak, serta pengembangan energy terbaru yang
ramah lingkungan; (6) Konservasi etika, seni, dan budaya, melestarikan dan
mengembangkan etika, seni, dan budaya lokal untuk menguatkan jati diri bangsa.
Program pilar konservasi etika, seni, dan budaya meliputi penggalian,
pemeliharaan, penyemaian, dan pemberian daya hidup etika, seni, dan budaya lokal
melalui pemeliharaan, pendokumentasian, pendidikan, penyebarluasan, dan
mempromosikan unsur-unsurnya; (7) Kaderisasi konservasi, menanamkan nilai-
nilai konservasi secara berkelanjutan, meliputi sosialisasi, pelatihan, pendidikan,
dan pelaksanaan kegiatan untuk menguatkan pemahaman, penghayatan, dan
tindakan berbasis konservasi.
2. Nilai-Nilai Konservasi yang Perlu dikembangkan
Berdasarkan penjelasan dari peserta FGD yang berasal dari berbagai latar
belakang, seperti ahli dibidang pendidikan karakter, dibidang pendidikan
lingkungan hidup dan dari unsur badan pengembang konservasi. Peserta dari DGD
yang awalnya hanya mendengarkan dari pemaparan Prof. Maman Rachman, M.Sc.
yang mengutarakan pentingnya integrasi budaya dalam pendidikan karakter. Dalam
pemaparanya, menyatakan bahwa konservasi terdiri dari beberapa aspek, yakni
preservasi, restorasi, rekonstruksi dan adaptasi/revitalisasi. Gerakan konservasi
terdiri atas konservasi yang bersifat fisik dan konservasi yang bersifat nonfisik.
Namun demikian bukan berarti antara fisik dan nontiifik terpisah. Keduanya
merupakan satu kesatuan. Misalnya ketika kita menanam walapun secara kasat
mata dalah fisik tetapi terdapat aspek-aspek nonfisik yaitu adanya nilai-nilai yang
ingin ditanamkan (Setyawati et al., 2013).
Seperti yang ditelah dipaparkan diatas mengenai beberapa aspek konservasi,
teridentifikasi sejumlah nilai-nilai konservasi yang ingin ditanamkan antaranya
sebegai mana tabel 2.4
Tabel 2.5 Nilai-Nilai Konservasi
No. Nilai-Nilai Konservasi Deskripsi
1. Perlindungan Melindungi dalam sistem penyangga kehidupan
22
2. Pengawetan Mengawetkan berbagai keanekaragaman jenis tumbuhan dan
satwa bersert ekosistemnya
3. Pemanfaatan Memanfaatkan secara lestari sumber daya
Alam hayati dan ekosistemnya.
(Sumber: UU Nomer 5 Tahun 1990)
2.5 Berpikir Kreatif
2.5.1 Pengertian dan Ciri-Ciri Berpikir Kreatif
Berpikir kreatif merupakan suatu kebiasaan dai pikiran yang dapat
menghidupkan sebuah imajinasi dan menemukan hal yang baru. Menurut
(Purwaningrum, 2016) berpikir kreatif dapat diartikan sebagai suatau aktvitas
mental yang membuat hubungan itu dapat dikombinasikan dengan benar hingga
membuat orang menyerah. Kemampuan berpikir kreatif perlu dibiasakan dan
dilatih agar dapat menghidupkan imajinasi dan membuka sudut pandang yang lebih
luas untuk menemukan ide-ide yang baru. Dengan demikian, siswa dapat
menciptakan atau menemukan cara-cara baru untuk memecahkan permasalahan
yang ada (Ulandari et al., 2019).
Kemampuan berpikir kreatif termasuk dalam kompetensi tingkat tinggi
(High Order Competencies0). Berpikir kreatif perlu adanya dikembangkan dengan
baik karena hal ini merupakan salah satu kemampuan yang banyak diinginkan di
dunia kerja (Rudyanto, 2016). Seseorang yang dapat meningkatkan kemampuan
dalam berpikir kreatif merupakan orang yang memiliki kemampuan intelektial yang
tinggi dan dapat mempersipkan dari untuk berpikir dalam berbagai hal sperti
disiplin ilmu, menuju untuk memenuhi akan kebutuhan intelektualnya dan dapat
mengembangkan sebagai individu yang berpotensi. Ketika proses pembelajaran
harusnya lebih melibatkan siswa sebagai pemikir daripada menjadi pengumpul
pengtahuan karena siswa akan mikir dan mendapatkan lebih banyak pengalaman
(Fakhrurrazi, 2018).
Menurut (Purwaningrum, 2016) kemampuan berpikir kreatif memiliki
beberapa ciri dianatanya sebagai berikut:
1. Fluency (keterampilan berpikir lancer) yaitu memiliki ciri-ciri yang
menciptakan banyak pendapat, jawaban, penyelesaian masalah, memberikan
23
banyak cara atau saran dalam melakukan berbagai hal dan selalu memikirkan
lebih dari satu jawaban.
2. Flexibility (keterampilan berpikir luwes) yaitu keterampilan yang
menghasilkan gagasan, jawaban atau pertanyaan yang bervariasi, dapat melihat
suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda, mencari banyak alternative
pemecahan yang berbeda-beda dan mampu mengubah cara pendekatan.
3. Orginality (keterampilan berpikir original) yaitu kemampuan yang
menciptakan gagasan baru dan unik memikirkan cara yang tidak lazim untuk
mengungkapkan diri dan mampu membuat kombinasi yang tidak lazim.
4. Elaboration (keterampilan memperinci) yaitu kamampuan memperkaya dan
mengembangan suatu gagasan atau produk dan menambahkan/memperincih
secara detail sehingga lebih menarik..
2.5.2 Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif.
Indikator kemampuan berpikir kreatif siswa dapat diukur untuk melihat
kemampyan siswa dalam menjawab dan membuat produk, kriteria indikator
pengukuran berpikir kreatif siswa sebagaimana berikut tabel 2.5
Tabel 2.6 Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa
No Kriteria The Lowest
order
creative skill
The Low
order
creative skill
The medium
order
creative skill
The High
order creative
skill
The highest order
creative skill
1 2 3 4 5
1 Kriteria
Umum
Imitation
(meniru).
Variation
(variasi)
Combination
(mengkombi
nasi)
Transformatio
n
(mentransform
asi)
Original Creation
(Ciptaan
asli/Orisinal) ≠
penemuan
-Membuat
karya tapi
hasil meniru
dari karya
atau produk
orang lain.
-Membuat
karya bukan
atas gagasan
sendiri
melainkan
gagasan dari
orang lain.
-Mulai
memberi
tambahan
atau
perubahan
pada karya
yang dibuat.
Misal
menambah
atau
mengurangi
komponen
(memodifika
si) akan
tetapi tidak
mengubah
-Mulai
memadukan
beberapa
tambahan
atau karya
lain akan
tetapi untuk
menghasilka
n fungsi
yang sama.
-Contoh:
Resep roti
dipadukan
dengan
Resep lain
-Mulai
memadukan
beberapa
tambahan atau
karya lain dan
menghasilkan
fungsi yang
baru.
-Contoh:
membuat roti
baru hasil
kompilasi dari
roti-roti yang
sudah ada dan
menghasilkan
-Karya yang
dibuat benar-
benar baru,
merupakan hasil
analisis dari
dirinya sendiri
-Contoh:
membuat
makanan yang
benar-benar baru
dan belum ada
sebelumnya.
24
-Contoh:
membuat
Roti
dominasi
produk
utama.
-Contoh:
Roti
ditambah
topping.
untuk
menghasilka
n roti yang
baru.
nama roti baru
atau jenis roti
baru.
Kriteria
Khusus
1) Solusi/
Rencana
produk
Rencana
produk hasil
meniru dari
produk yang
sudah ada
Rencana
produk hasil
meniru
dengan
tambahan
atau
pengurangan
komponen
tertentu.
Komponen
utama
produk tetap
Rencana
produk hasil
menggabung
kan
beberapa
produk.
Komponen
utama
produk tetap.
Rencana
produk hasil
menggabungk
an beberapa
produk dan
memberi
fungsi yang
berbeda.
Rencana produk
hasil pemikiran
dari berbagai sisi
dan menciptakan
sesuatu yang baru
baik dari
komponen
maupun fungsi
produk.
2) Langkah
-langkah
membua
t produk
(Procedu
re)
Penyusunan
langkah-
langkah
pembuatan
produk
seluruhnya
meniru dari
yang sudah
ada
Penyusunan
langkah-
langkah
pembuatan
produk
ditambah
atau
dikurangi
sedikit
Penyusunan
langkah-
langkah
pembuatan
produk
merupakan
gabungan
dari
beberapa
langkah
pembuatan
produk yang
ada
Penyusunan
langkah-
langkah
pembuatan
produk
merupakan
modifikasi
dari beberapa
langkah
pembuatan
produk yang
ada dan
menghasilkan
langkah baru
Penyusunan
langkah-langkah
pembuatan
produk
merupakan hal
baru dan belum
pernah ada
sebelumnya.
3) Pemikira
n
tentang
produk
akhir
(End
product)
Bukan
prosuk
inovasi
Produk
dengan
Inovasi
rendah
Produk
dengan
Inovasi
sedang
Produk
dengan
Inovasi tinggi
Produk inovasi
sangat tinggi
(Temuan Baru/
Invensi)
Bentuk
produk sama
dengan
produk yang
sudah ada
Produk
memperoleh
sedikit
tambahan
atau
pengurangan
komponen
yang tidak
signifikan
fungsinya.
Produk
Nampak
sebagai
produk baru,
akan tetapi
sebenannya
hanya
merupakan
gabungan
dari produk-
produk yang
sudah ada.
Fungsi
produk
sama.
Produk
merupakan
hasil
penggabungan
beebrapa
prpduk, akan
tetapi
memiliki
fungsi lain
yang berbeda
Produk baru yang
sama sekali tidak
pernah ada
sebelumnya
(Inovasi)
Sumber: (Sukarsono, 2020).
25
2.6 Materi Bakteri
Penelitian ini menggunakan materi tentang Archaebacteria dan Eubacteria
saat pembelajaran, meteri Archaebacteria dan Eubacteria merupakan materi tingkat
SMA yang diberikan kepada siswa kelas X pada semester 1/ganjil dengan standar
kompetensi 3.5 Mengidentifikasi struktur, cara hidup, reproduksi dan peran bakteri
dalam kehidupan dan 4.5 Menyajikan data tentang ciri-ciri dan peran bakteri dalam
kehidupan. Pembelajaran selama menggunakan sistem daring masih belum
menunjukkan adanya keberhasilan dalam kegiatan pembelajaran dan kurangnya
penggunaan media yang lebih menarik untuk siswa.
Proses pembelajaran dalam materi monera agar lebih mudah dipelajari dan
proses belajar menjadi lebih bermakna maka pembelajaran dilaksanakan dengan
model pembelajaran Conservation Based Learning (CBL). Proses pembelajaran ini
lebih mengfokuskan untuk siswa agar lebih aktif dan tidakk hanya mendegarkan
guru saja namun juga melatih siswa untuk memecahkan masalah sekitar yang
berkaitan dengan peran bakteri dalam kehidupan.
2.7 Kerangka Konsep
Perolehan nilai-nilai di SMA Negeri 3 Sidoarjo dan SMA Muhammadiyah
1 Babat dianggap masih dibawa rata-rata, guru harus mempunyai strategi agar siswa
memiliki nilai-nilai dan keterampilan berpikir kreatif yang lebih tinggi. Salah satu
strategi tersebut yaitu dengan menggunakan model pembelajaran. Menurut
(Rachman, 2012) Model pembelajaran mampu meningkatkan pendidikan nasional
di indonesia. Berbagai jenjang pendidikan pasti memiliki keinginan untuk siswa
agar lebih memperhatikan nilai-nilai karakter dan konservasi disekolah maupun
dilingkungan. Penggunaan model pembelajaran CBL terhadap perolehan nilai-nilai
siswa akan diterapkan di SMA Negeri 3 Sidoarjo dan SMA Muhammdiyah 1 Babat.
Model tersebut akan diterapkan pada siswa kelas X ditahun 2020/2021. Maka dari
itu, peneliti berharap bahwa menerapkan model pembelajaran CBL mampu
memberikan perolehan nilai-nilai dan memiliki kemampuan berpikir kreatif pada
siswa kelas X di SMA Negeri 3 Sidoarjo dan SMA Muhammadiyah 1 Babat.
Berikut adalah kerangka Konseptual pada gambar 2.1
26
2.1
2.2
2.3
2.4
2.5
2.6
2.7
2.8
2.9
2.10
2.11
2.12
2.13
2.14
2.15
2.16
2.17
2.18
2.19
\
Gambar 2.1 Kerangka Konsep “Pengaruh Model Pembelajaran CBL Sistem Daring
Terhadap Nilai Karakter, Nilai Konservasi dan Berpikir Kreatif Siswa
Sekolah Menengah Atas Provinsi Jawa Timur (Studi Kasus: SMAN 3
Sidoarjo dan SMAM 1 Babat)”.
Kondisi Pendidikan di SMA Negeri 3
Sidoaro dan SMA Muhammadiyah 1 Babat
Tingkat Keterampilan
Berpikir Kreatif belum
tercapai dengan baik.
Di sebabkan oleh faktor
Nilai-Nilai Karakter dan
Nilai-Nilai Konservasi yang
masih cenderung menurun
rendah.
Model penerapan yang tidak
sesuai atau tidak cocok
dengan karakteristik siswa.
Meningkatkan motivasi siswa dan keterampilan berfikir kreatif siswa SMA Negeri
3 Sidoarjo dan SMA Muhammadiyah 1 Babat.
Belum terbiasa untuk
berlatih berpikir kreatif
Penerapan model pembelajaran
Conservation Based Learning (CBL)
Model pembelajaran
yang menuntut siswa
lebih aktif
Model pembelajaran yang
menuntut siswa untuk
mencari permasalahan dan
menyelesaikannya
Model pembelajaan
yang meningkatkan
kreativitas siswa
27
2.8 Hipotesis
1. Penggunaan model pembelajaran Conservation Based Learning (CBL) pada
materi Bakteri dapat meningkatkan nillai karakter siswa.
2. Penggunaan model pembelajaran Conservation Based Learning (CBL) pada
materi Bakteri dapat meningkatkan nillai karakter siswa
3. Penggunaan model pembelajaran Conservation Based Learning (CBL) pada
materi Bakteri dapat meningkatkan nillai karakter siswa