bab ii kajian pustaka 2.1. 2.1.1

26
9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) 2.1.1. Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Terdapat beberapa definisi UMKM di Indonesia, pertama definisi menurut undang-undang nomor 9 Tahun 1995. Usaha kecil didefinisikan sebagai: “Usaha produktif milik warga negara Indonesia yang berbentuk badan usaha perorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha berbadan hukum, termasuk koperasi.” Definisi lain menurut undang-undang nomor 20 Tahun 2008 Pasal 1 tentang kententuan umum Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah; sebagai berikut : “Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.” Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini.” “Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam undang-undang ini.” 2.1.2. Kriteria Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Berdasarkan definisi UMKM menurut undang-undang, setiap ukuran badan usaha diklasifikasikan berdasarkan kriteria-kriteria tertentu. Undang-undang Nomor

Upload: others

Post on 29-Jan-2022

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)

2.1.1. Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah

Terdapat beberapa definisi UMKM di Indonesia, pertama definisi menurut

undang-undang nomor 9 Tahun 1995. Usaha kecil didefinisikan sebagai:

“Usaha produktif milik warga negara Indonesia yang berbentuk badan usaha

perorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha

berbadan hukum, termasuk koperasi.”

Definisi lain menurut undang-undang nomor 20 Tahun 2008 Pasal 1 tentang

kententuan umum Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah; sebagai berikut :

“Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan

usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur

dalam Undang-Undang ini.”

“Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang

dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan

anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau

menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah

atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana

dimaksud dalam undang-undang ini.”

“Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang

dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan

anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau

menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil

atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan

tahunan sebagaimana diatur dalam undang-undang ini.”

2.1.2. Kriteria Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah

Berdasarkan definisi UMKM menurut undang-undang, setiap ukuran badan

usaha diklasifikasikan berdasarkan kriteria-kriteria tertentu. Undang-undang Nomor

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1

10

20 Tahun 2008 BAB IV Pasal 6 mengenai kriteria Usaha Mikro, Kecil, dan

Menengah sebagai berikut:

Tabel 2.1

Kriteria UMKM

Ukuran

Usaha

Aset Omzet

Usaha

Mikro

Maksimal Rp50.000.000

(lima puluh juta rupiah)

Maksimal

Rp300.000.000 (tiga

ratus juta rupiah)

Usaha

Kecil

Rp50.000.000 (lima puluh

juta rupiah) sampai dengan

Rp500.000.000 (lima ratus

juta rupiah)

Rp300.000.000 (tiga

ratus juta rupiah)

sampai dengan

Rp2.500.000.000

(dua milyar lima

ratus juta rupiah)

Usaha

Menengah

Rp500.000.000 (lima ratus

juta rupiah) sampai dengan

Rp1.000.000.000 (satu

milyar rupiah)

Rp2.500.000.000

(dua milyar lima

ratus juta rupiah)

sampai dengan

Rp50.000.000.000

(lima puluh milyar

rupiah)

2.2. Akuntansi UMKM

Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang ada di Indonesia terbagi menjadi

empat macam yang lebih dikenal dengan empat pilar standar akuntansi keuangan.

Standar tersebut disusun mengikuti perkembangan dunia usaha yang ada di

Indonesia. Adapun empat pilar standar keuangan tersebut antara lain: PSAK-IFRS,

SAK-ETAP, PSAK Syariah, dan SAP Pemerintahan. Standar-standar tersebut

memiliki fungsinya masing-masing. PSAK-IFRS diterapkan untuk badan

akuntabilitas publik/umum seperti perusahaan publik, BUMN, perbankan, dan lain

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1

11

sebagainya. SAK-ETAP diterapkan untuk badan yang tidak memiliki akuntabilitas

publik misalnya Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM).

SAK ETAP berbeda dengan SAK untuk perusahaan go public. Jika dilihat

dari tingkat kompleksitasnya, PSAK ETAP ini lebih mudah dipahami jika

dibandingkan dengan PSAK lainnya dan juga lebih sederhana. Sesuai dengan ruang

lingkup SAK ETAP maka standar tersebut dimaksudkan untuk entitas tanpa

akuntabilitas publik. Entitas tanpa akuntabilitas publik yang dimaksud adalah entitas

yang tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan dan menerbitkan laporan

keuangan untuk tujuan umum general purpose financial statement bagi pengguna

eksternal (DSAK, 2009). Selain SAK ETAP ada pun standar yang dikhususkan untuk

pelaporan entitas mikro, kecil, dan menengah.

2.3. SAK EMKM (Entitas Mirko Kecil dan Menengah)

SAK EMKM adalah penyederhanaan dari SAK ETAP yang dikhususkan bagi

Entitas Mikro Kecil dan Menengah. SAK EMKM berisi pengaturan akuntansi yang

lebih sederhana dari SAK ETAP karena mengatur transaksi yang dilakukan olek

EMKM dengan pengukuran yang menggunakan biaya historis. SAK ini diharapkan

dapat membatu pelaku UMKM dalam menyusun laporan keuangan sehingga

memudahkan pelaku usaha dalam mendapatkan pendanaan (IAI, 2016).

Dalam memudahkan pelaku usaha, laporan keuangan untuk UMKM yang

diatur dalam SAK EMKM minimal terdiri dari:

a. Laporan posisi keuangan pada akhir periode,

b. laporan laba rugi selama periode, dan

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1

12

c. catatan atas laporan keuangan yang berisi tambahan dan rincian pos-pos tertentu

yang relevan.

Tiga ketentuan laporan keuangan diatas bisa disusun secara otomatis oleh aplikasi SI

APIK hanya dengan memasukkan transaksi-transaksi.

2.4. Sistem Informasi Aplikasi Pencatatan Informasi Keuangan (SI APIK)

SI APIK atau singkatan dari Sistem Informasi Aplikasi Pencatatan Informasi

Keuangan merupakan aplikasi akuntansi dibuat oleh Bank Indonesia (BI) yang

menawarkan pencatatan keuangan sederhana, mudah, dan cepat yang berbasis mobile

apps. SI APIK ini tidak hanya aplikasi untuk mencatat keuangan namun juga

menyediakan proses akuntansi hingga penyusunan laporan keuangan. Laporan

keuangan yang dihasilkan oleh aplikasi ini mengacu pada standar yang disusun oleh

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Aplikasi ini mencatat sistem double entry dengan

input single entry sehingga dapat memudahkan pengguna dan pencatatan persediaan

menggunakan metode FIFO (First In First Out) (Marlina et. al. 2018).

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1

13

Berikut ini adalah beberapa gambar tampilan dari aplikasi SI APIK :

Gambar 2.1

Tampilan Pembuka Aplikasi SI APIK

Gambar 2.2

Halaman Daftar Usaha

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1

14

Halaman daftar usaha memberikan opsi kepada kita untuk bisa menyimpan

beberapa usaha dalam sebuah platform. Kita bisa memilih beberapa jenis usaha dari

perdagangan, manufaktur hingga jasa.

Gambar 2.3

Tampilan Menu Transaksi

Dalam tampilan menu transaksi, terdapat dua pilihan menu transaksi yang

dapat kita pilih sesuai yang dibutuhkan yaitu transaksi penerimaan dan transaksi

pengeluaran. Dalam transaksi penerimaan terdapat beberapa submenu yang berisikan

transaksi-transaksi masuknya uang antara lain penjualan, hutang, modal, penghasilan

lain, dan lain sebagainya. Begitu pula dengan transaksi pengeluaran, terdapat

beberapa submenu yang berisikan transaksi-transaksi keluarnya uang antara lain,

pembelian persediaan, pembayaran kewajiban, pembelian aset, beban, penghapusan

piutan, dan lain sebagainya.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1

15

Gambar 2.4

Tampilan Menu Penjualan

Menu pertama adalah menu penjualan, dalam menu penjualan terdapat

beberapa klasifikasi transaksi, antara lain penjualan tunai, penjualan kredit,

penbayaran utang dari pelanggan, penjualan aset, penjualan ekspor dan lain

sebagainya. Dalam setiap klasifikasi transaksi tersebut terdapat petunjuk yang

disediakan oleh aplikasi SI APIK yang dapat memudahkan pengguna dalam

melakukan input. Misalnya pada sub menu klasifikasi transaksi penjualan tunai,

setelah memilih penjualan tunai maka akan ada pop-up information yang

menunjukkan definisi dari transaksi tersebut, contoh kasus dan cara untuk

menggunakan atau menginput datanya.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1

16

Gambar 2.5

Tampilan Menu Pembelian

Menu selanjutnya adalah menu pembelian, dalam menu pembelian ada dua

submenu jenis transaksi yaitu penjualan persediaan tunai dan penjualan persediaan

kredit. Seperti pada menu pembelian, setelah kita memilih sub menu transaksi

pembelian persediaan tunai maupun kredit, akan muncul pop up information yang

memberikan penjelasan mengenai definisi transaksi tersebut serta contoh kasus

beserta jurnal akuntansinya.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1

17

Gambar 2.6

Tampilan Menu Laporan

SI APIK menyediakan menu laporan yang dapat langsung dibaca hanya

dengan memilih menu laporan dan memilih laporan yang ingin dibuat. Dalam menu

laporan terdapat beberapa laporan yang dapat kita pilih, yaitu laporan posisi

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1

18

keuangan (neraca), laporan laba rugi dan saldo laba, laporan arus kas, dan lain

sebagainya. Cara membuat laporannya sangat mudah, kita hanya perlu memasukkan

periode laporan yang akan kita lihat dan laporan tersebut dengan sendirinya akan

terbentuk. Selain itu laporan juga bisa disimpan dalam bentuk .pdf maupun .xls.

2.5. Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT)

Venkatesh et al. (2003) merancang teori dengan menggabungkan (unified)

delapan model penerimaan teknologi yang telah exist sebelumnya, yaitu TRA

(Theory of Reason Action), TAM (Technology Acceptance Model), MM

(Motivational Model), TPB (Theory od Planned Behavior), C-TAM-TPB (Combined

TAM and TPB), MPCU (Model of PC Utilities), IDT (Innovation Diffusion Theory),

SCT (Social Cognitive Theory).

Venkatesh et al. (2003) menggunakan delapan teori yang sudah ada

sebelumnya untuk mengembangkan sebuah model baru yang saling terhubung.

Gabungan model (unified model) tersebut kemudian disebut dengan nama teori

gabungan penerimaan dan penggunaan teknologi (Univied Theory of Acceptance and

Use of Technology) atau yang dikenal dengan singkatannya yaitu UTAUT.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1

19

Teori ini digunakan untuk menilai bagaimana pengguna mau menerima dan

menggunakan sebuah teknologi baru. Untuk menilai dan menggambarkan bagaimana

pengguna menerima dan menggunakan teknologi, teori ini menggunakan empat

konstruk yaitu performance expectancy, effort expectancy, social influence dan

facilitating condition untuk memprediksi niat keperilakuan (behavioral intention) dan

perilaku menggunakan (use behavior). Gambar 2.4 menjelaskan hubungan antar

masing-masing variabel dalam teori UTAUT.

Sumber: (Venkatesh et al., 2003)

Gambar 2.7

Hubungan Antar Konstruk dalam UTAUT

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1

20

a. Performance Expectancy (Ekspektansi Kinerja)

Performance Expectancy dapat didefinisikan sebagai harapan kinerja dari

sistem atau tingkat dimana seseorang percaya bahwa dengan menggunakan suatu

sistem akan membantu dia untuk mendpatkan keuntungan dalam kinerja (Jogiyanto,

2007). Menurut Venkatesh et al., (2003) konstruk ini tersusun atas lima variabel dari

beberapa model sebelumnya tentang penerimaan dan penggunaan teknologi yaitu :

extrinsic motivation, job-fit, outcome expectations, perceived usefulness, dan relative

adventage.

b. Effort Expectancy (Ekspektansi Usaha)

Venkatesh et al. (2003) mendefinisikan effort expectancy sebagai harapan

usaha yang dikeluarkan untuk mengoperasikan sistem atau tingkat kemudahan (dapat

mengurangi upaya tenaga dan waktu) yang dirasakan seorang individu terkait dengan

penggunaan sistem. Kemudahan tersebut dapat menimbulkan kepercayaan pengguna

bahwa sistem tersebut memberikan manfaat sehingga timbul rasa nyaman apabila

menggunakan sistem tersebut dalam melakukan pekerjaan (Hamzah, 2009).

c. Social Influence (Pengaruh Sosial)

Social Influence dapat diartikan sebagai usaha yang dilakukan oleh individu

dalam mengubah sebuah kepercayaan, persepsi dan tingkah laku orang lain atau

tingkat kepercayaan seseorang bahwa orang lain dapat mempengaruhi perilaku untuk

menggunakan teknologi informasi terbaru (Venkatesh et al., 2003). Menurut

Venkatesh & Davis, (2000) pengaruh sosial mempunyai dampak perilaku individual

melalui tiga mekanisme yaitu internalisasi (internalization), ketaatan (compliance),

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1

21

dan identifikasi (identification). Dapat disimpulkan bahwa semakin besar pengaruh

yang diberikan dalam sebuah lingkungan terhadap calon pengguna teknologi untuk

menggunakan suatu teknologi yang baru makan semakin besar minat yang dapat

timbul dari calon pengguna tersebut karena pengaruh yang kuat dari lingkungan.

d. Facilitating Condition (Kondisi yang Memfasilitasi)

Facilitating Condition dapat diartikan sejauh mana seseorang percaya bahwa

infrastruktur (baik perangkat maupun informasi) yang tersedia bagi dirinya dapat

mendukung operasional suatu sistem (Venkatesh et al., 2003). Dalam konstruk ini

terdapat gabungan variabel dari model penelitian sebelumnya tentang model TAM.

Variabel tersebut adalah: facilitating conditions, compability, dan perceived

behavioral intention (Jogiyanto, 2007).

e. Behavioral Intention (Niat Keperilakuan)

Menurut Jogiyanto (2007) seorang individu akan melakukan suatu perilaku

jika mempunyai keinginan atau minat untuk melakukannya. Behavioral Intention

digunakan untuk menggambarkan seberapa besar keinginan calon pengguna untuk

menggunakan teknologi tersebut.

Dalam penelitian ini, peneliti menambahkan tiga konstruk tambahan yang

diambil dari beberapa penelitian terdahulu. Konstruk tersebut antara lain technology

anxiety, perceived trust dan perceived risk.

a. Technology Anxiety (Kecemasan Teknologi)

Kecemasan akan teknologi (Technology Anxiety/TA) adalah respon emosional

dan/atau berkaitan dengan ketakutan atau ketidaknyamanan pengalaman seseorang

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1

22

ketika mereka memikirkan tentang penggunaan teknologi (Hoque & Sorwar, 2017).

TA merupakan salah satu indikasi calon pengguna teknologi mau menggunakannya

atau tidak. Tentu saja apabila calon pengguna memiliki pandangan terhadap suatu

perkembangan teknologi akan berdampak pada keinginan dalam menggunakan

teknologi tersebut.

Ketakutan konsumen seperti melakukan kesalahan saat menggunakan

aplikasi, merusak peralatan, atau terlihat tidak mampu menggunakannya dapat

membuat perasaan yang mempengaruhi sikap terhadap suatu teknologi. Sikap ini

dinamakan Information Technology and Computer Anxiet (Dilek & Hatice, 2018).

b. Perceived Risk (Persepsi Risiko)

Persepsi Risiko (Perceived Risk/PR) didefinisikan sebagai ukuran mau

tidaknya calon pengguna teknologi menerima bahwa mereka mungkin akan

mendapatkan beberapa risiko dari penggunaan teknologi tersebut (Abrahão,

Moriguchi, & Andrade, 2016). Semakin tingginya persepsi risiko dapat menyebabkan

orang ketakutan lebih tinggi pula pada saat menggunakan aplikasi tersebut, begitu

pula sebaliknya.

SI APIK adalah aplikasi yang dikembangkan oleh Bank Indonesia berbasis

mobile platform yang dapat terhubung dengan internet. Hal tersebut menjadikan SI

APIK sangat mudah untuk mendapat risiko seperti kebocoran data pribadi,

pembajakan, dan lain sebagainya.

c. Perceived Trust (Persepsi Kepercayaan)

Variabel lain yang memiliki pengaruh terhadap minat penggunaan teknologi

adalah kepercayaan. Kepercayaan menjadi hal yang sangat penting dalam dunia

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1

23

bisnis, dan juga menjadi pendorong calon pengguna teknologi untuk mau

menggunakan atau tidak (Giovanis et al., 2018). Persepsi kepercayaan (Perceived

Trust/PT) dapat diartikan sebagai yakin tidaknya calon pengguna tekonogi tersebut

bahwa teknologi tersebut aman digunakan.

2.6. Penelitian Terdahulu

Berikut merupakan tabel penelitian terdahulu yang dijadikan acuan penulis

dalam penelitian dan digunakan peneliti dalam menentukan variabel penelitian

sebagai berikut:

Tabel 2.2

Tabel Penelitian Terdahulu

No Penelitian dan

Tahun Judul Penelitian

Variabel

Penelitian Hasil Penelitian

1. Winduwiratsoko

(2018) Analisis

Penerapan Model

UTAUT untuk

Memahami

Penerimaan dan

Penggunaan

Layanan E-

Banking oleh

Nasabah di

Provinsi Daerah

Istimewa

Yogyakarta

Independen:

Harapan

kinerja,

harapan usaha,

pengaruh

sosisal, kondisi

fasilitas,

keinginan

menggunakan

Dependen:

Penggunaan

nyata

Harapan kinerja,

kondisi fasilitas dan

harapan usaha,

memiliki pengaruh

signifikan terhadap

minat untuk

menggunakan.

Pengaruh social

tidak memiliki

pengaruh signifikan

terhadap minat

untuk

menggunakan.

2. Hoque & Sorwar

(2017)

Understanding

Factors

Influencing the

Adoption of

mHealth by the

Elderly: An

Extention of the

UTAUT Model

Independen: Performance

expectancy,

effort

expectancy,

social

influence,

facilitating

conditions,

Performance

expectancy, effort

expectancy, social

influence, memiliki

pengaruh positif

signifikan terhadap

behavioral

intention.

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1

24

No Penelitian dan

Tahun Judul Penelitian

Variabel

Penelitian Hasil Penelitian

technology

anxiety,

resistance to

change,

behavioral

intention

Dependen:

Use behavior

technology anxiety dan resistance to

change

berpengaruh

negative signifikan.

Sedangkan

facilitating

conditions tidak

memiliki pengaruh

signifikan terhadap

behavioral

intention.

3. Hsu, Lin, Chen,

Chang, & Hsieh

(2017)

Investigating the

determinants of e-

book adoption

Independen: Performance

expectancy,

effort

expectancy,

social

influence,

social

influence,

facilitating

conditions,

environmental

concern,

perceived

benefit,

benevolence

trust.

Dependen:

Usage

Intention

Performance

expectancy, effort

expectancy, social

influence, dan

facilitating

conditions memiliki

pengaruh signifikan

terhadap usage

intention.

Sedangkan

environmental

concern, perceived

benefit, dan

benevolence trust

tidak memiliki

pengaruh signifikan

terhadap usage

intention.

4. Sharma &

Bansal (2013)

Using UAUT 2

model to predict

mobile app based

shopping:

evidence from

India

Independen:

Facilitating

conditions,

performance

expectancy,

effort

expectancy,

social

influence,

hedonic

motivations,

Performance

expectancy, effort

expectancy, social

influence, hedonic

motivations, habit,

price value

memiliki pengaruh

signifikan terhadap

behavioral

intention.

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1

25

No Penelitian dan

Tahun Judul Penelitian

Variabel

Penelitian Hasil Penelitian

price value,

habit,

behavioral

intentions,

deal

proneness.

Dependen:

Use behavior

5. Abrahão,

Moriguchi, &

Andrade (2016)

Intention of

adoption of

mobile payment:

An analysis in the

light of the

Unifies Theory of

Aceptance and

Use od

Technology

(UTAUT)

Independen:

Performance

expectancy,

effort

expectancy,

social

influence,

perceived risk,

perceived cost.

Dependen:

Behavioral

intention

Performance

expectancy, effort

expectancy, social

influence,

berpengaruh positif

signifikan terhadap

behavioral

intention.

Perceived risk

berpengaruh

signifikan terhadap

behavioral

intention.

6. Aulia (2018) Penerapan Model

Unified Theory of

Acceptance and

Use of

Technology 2

Terhadap Minat

dan Perilaku

Penggunaan E-

TICKET di

Yogyakarta

Independen:

Ekspektansi

Kinerja,

Ekspektansi

Usaha,

Motivasi

Hedonisme,

Nilai Harga,

Kondisi yang

Memfasilitasi,

Kebiasaan,

Minat

Penggunaan e-

Ticket

Dependen:

Perilaku

Penggunaan E-

Ticket

Ekspektansi Usaha,

Motivasi

Hedonisme, Nilai

Harga, Kebiasaan

berpengaruh positif

signifikan terhadap

minat penggunaan.

Ekspektansi

Kinerja, Kondisi

yang Memfasilitasi

tidak berpengaruh

signifikan terhadap

minat penggunaan.

7. Giovanis,

Assimakopoulos,

Adoption of

mobile self-Independen:

Performace

Performance

expectancy, effort

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1

26

No Penelitian dan

Tahun Judul Penelitian

Variabel

Penelitian Hasil Penelitian

& Sarmaniotis

(2018)

service retail

banking

technologies, The

role of

technology,

social, channel

and personal

factors.

expectancy,

effort

expectancy,

social

influence,

perceived risk,

perceived

trust,

innovativeness

Dependen:

Intention to

use

expectancy,

perceived trust,

innovativeness

berpengaruh positif

signifikan terhadap

intention to use.

Perceived risk

berpengaruh

negative signifikan

terhadap intention

to use.

2.7. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka hipotesis penelitian ini dapat

dilihat sebagai berikut

2.7.1. Facilitating Conditions dan Niat untuk Menggunakan Aplikasi SI APIK

Facilitating Conditions adalah persepsi konsumen tentang media berupa

dukungan (pengetahuan dan kemampuan pengguna) dan perangkat yang tersedia

untuk melakukan suatu perilaku (Venkatesh et al., 2003). Facilitating conditions

memiliki pengaruh terhadap minat menggunakan teknologi, maka semakin tinggi

dukungan pengetahuan, kemampuan pengguna, dan adanya perangkat pendukung

maka semakin tinggi minat perilaku penggunaan teknologi tersebut.

Teori tersebut didukung oleh penelitian Hsu et al. (2017) yang menyebutkan

bahwa facilitating conditions memiliki pengaruh positif signifikan terhadap minat

menggunakan teknologi. Hal tersebut menyatakan bahwa facilitating conditions atau

kondisi yang memfasilitasi memiliki pengaruh terhadap minat untuk menggunakan

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1

27

teknologi. Hal tersebut berarti bahwa semakin tinggi dukungan yang tersedia seperti

perangkat mobile, informasi tentang teknologi dan tingginya kemampuan pengguna

akan mempunyai pengaruh terhadap minat menggunakan. Oleh karena itu, semakin

banyak tersedianya dukungan (pengetahuan, kemampuan, perangkat) para pemilik

UMKM, maka pemilik UMKM akan berkeinginan untuk menggunakan SI APIK

sebagai aplikasi pencatatan akuntansi mereka. Berdasarkan uraian tersebut dapat

disimpulkan dengan hipotesis sebagai berikut :

H1 : Facilitating Conditions berpengaruh positif terhadap niat pemilik UMKM

untuk menggunakan Aplikasi SI APIK

2.7.2. Effort Expectancy dan Niat untuk Menggunakan Aplikasi SI APIK

Venkatesh et al., (2003) mendeskripsikan bahwa effort expectancy merupakan

tingkat kemudahan dalam penggunaan teknologi baik dapat mengurangi upaya

tenaga maupun waktu individu dalam melakukan pekerjaannya. Ada tiga indikator

yang membentuk konsep ini yaitu, kemudahan penggunaan (ease of use), kemudahan

penggunaan persepsian (perceived ease of use), dan kompleksitas. Hasil penelitian

Dalam penelitiannya, Venkatesh et al. (2003) mengutarakan bahwa kemudahan

penggunaan sistem informasi akan menimbulkan perasaan seseorang bahwa dengan

menggunakan sebuah sistem akan memberikan manfaat dan terciptanya rasa nyaman.

Hasil penelitian Winduwiratsoko (2018) yang membahas tentang analisis

penerapan model utaut untuk memahami penerimaan dan penggunaan layanan e-

banking oleh nasabah di provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta didapat hasil bahwa

pengguna yang memiliki harapan usaha effort expectancy tinggi mempunyai

keinginan menggunakan sistem e-banking yang lebih tinggi daripada pengguna yang

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1

28

memiliki harapan usaha yang rendah. Sama halnya dengan penelitian Hsu et al.

(2017) menyatakan bahwa effort expectancy berpengaruh positif dan signifikan

terhadap minat menggunakan. Oleh karena itu, jika pemilik UMKM

mengekspektasikan SI APIK dapat digunakan dengan mudah maka mereka akan

berkeinginan untuk menggunakan aplikasi SI APIK, begitu pula sebaliknya.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan dengan hipotesis sebagai berikut :

H2 : Effort Expectancy memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap niat

pemilik UMKM untuk menggunakan Aplikasi SI APIK

2.7.3. Social Influence dan Niat untuk Menggunakan Aplikasi SI APIK

Social Influence menggambarkan pengaruh faktor lingkungan seperti

pendapat dari teman, kerabat atau orang-orang yang memiliki hubungan khusus

dalam meyakinkan pengguna untuk menggunakan suatu teknologi baru (Venkatesh et

al., 2003). Social Influence adalah keyakinan dimana pengguna merasa bahwa orang-

orang berpengaruh disekitarnya (teman dan keluarga) percaya mereka harus

menggunakan suatu teknologi tertentu untuk menunjang kegiatannya (Venkatesh,

Thong, & Xu, 2012). Pendapat orang-orang tesebut akan mempengaruhi intensi

pemilik UMKM terhadap minat untuk menggunakan SI APIK, sehingga semakin

tinggi intensi pemilik UMKM terpengaruh terhadap lingkungan sosialnya, semakin

tinggi pula minatnya untuk menggunakan SI APIK.

Penelitian Hoque & Sorwar (2017) yang membahas mengenai faktor yang

mempengaruhi adopsi mHealth terhadap orang tua di Bangladesh didapat hasil bahwa

para orangtua mengadopsi mHealth karena adanya dorongan dari lingkungannya

terkhusus anggota keluarganya. Begitupula dengan penelitian lain oleh Hsu et al.

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1

29

(2017), Sharma & Bansal (2013), Abrahão et al. (2016) sejalan dengan pernyataan

Venkatesh (2012) bahwa social influence memiliki pengaruh positif signifikan

terhadap minat konsumen untuk menggunakan sebuah teknologi. Hal tersebut

menyatakan bahwa social influence berpengaruh terhadap minat untuk menggunakan

sebuah sistem atau teknologi. Maka dari itu, apabhila pemilik UMKM mendapat

dorongan sosial yang tinggi dari orang-orang disekitarnya untuk menggunakan SI

APIK akan dapat menjadikan pemilik UMKM ingin menggunakan aplikasi SI APIK

tersebut sebagai aplikasi pencatatan akuntansi mereka. Dengan demikian, penulis

merumuskan hipotesis berdasarkan penelitian oleh terdahulu bahwa:

H3 : Social Influence berpengaruh positif terhadap niat pemilik UMKM untuk

menggunakan Aplikasi SI APIK

2.7.4. Performance Expectancy dan Niat untuk Menggunakan Aplikasi SI APIK

Performance Expectancy adalah tingkat dimana pelanggan yakin dengan

penggunaan teknologi yang diadopsi akan memberikan manfaat ketika melakukan

aktivitas tertentu (Venkatesh et al., 2012). Seseorang yakin bahwa dalam

menggunakan sebuah teknologi akan menguntungkan dan meningkatkan kinerja

penggunanya. UTAUT menjelaskan bahwa performance expectancy dapat

mempengaruhi minat seseorang dalam menggunakan teknologi. Semakin SI APIK

berguna bagi pekerjaan, maka pengguna akan merespon positif terhadap aplikasi SI

APIK sehingga performance expectancy dapat mempengaruhi minat pengguna untuk

mengadopsi SI APIK. Ketika pemilik atau manajer UMKM menggunakan SI APIK

dan memungkinkan mereka untuk menyelesaikan pekerjaan (melakukan pembukuan

hingga pembuatan laporan keuangan) dan meningkatkan produktivitasnya, maka

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1

30

mereka akan semakin berminat untuk menggunakan SI APIK. Hal tersebut

dikarenakan para pengguna merasa mendapat banyak manfaat yang berguna untuk

penyelesaian pekerjaannya. Minat seseorang dalam menggunakan sistem atau

teknologi baru tidak hanya diukur dari seberapa besar sistem memberikan dampak

positif tetapi juga seberapa sistem ini dapat memberikan kemudahan (Venkatesh &

Davis, 2000).

Variabel ini dianggap penting karena pada penelitian sebelumnya terbukti

sebagai faktor yang paling mempengaruhi penerimaan seseorang terhadap teknologi.

Pendapat tersebut didukung secara empiris oleh penelitian Winduwiratsoko (2018),

Hoque & Sorwar (2017), Hsu et al. (2017), Sharma & Bansal (2013), Abrahão et al.

(2016) yang menjelaskan bahwa tingkat keyakinan bahwa sistem dapat memberikan

kemudahan dalam pekerjaan mereka akan memunculkan minat penggunaan yang

positif. Hal tersebut menjelaskan bahwa performance expectancy berpengaruh

terhadap minat menggunakan. Dengan demikian peneliti merumuskan hipotesis

sebagai berikut:

H4 : Performance Expectancy berpengaruh positif terhadap niat pemilik UMKM

untuk menggunakan Aplikasi SI APIK

2.7.5. Technology Anxiety dan Niat untuk Menggunakan Aplikasi SI APIK

Technology Anxiety menjelaskan tentang ketakutan dan rasa ketidak

nyamanan pemilik UMKM dalam menggunakan aplikasi SI APIK. Menurut Hoque &

Sorwar (2017) Technology Anciety adalah respon emosional negative yang

berhubungan dengan ketakutan atau ketidaknyamanan pengalaman seseorang ketika

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1

31

mereka berpikir tentang penggunaan teknologi. Rasa tidak nyaman seperti takut

melakukan kesalahan saat mencatat transaksi, rasa takut mengalami kerusakan

perangkat dapat berdampak negatif terhadap sikap untuk menggunakan aplikasi SI

APIK. Rasa takut dan tidak nyaman yang dialami oleh pengguna akan berdampak

terhadap minat untuk menggunakan teknologi tersebut. Hasil penelitian Hoque &

Sorwar (2017) menjelaskan bahwa technology anxiety memberikan dampak negatif

terhadap minat pengguna untuk mengadopsi sebuah teknologi. Hal tersebut

dikarenakan para pengguna merasakan adanya ketidaknyamanan dalam

menggunakan aplikasi tersebut sehingga menurunkan minat untuk menggunakannya.

H5 : Technology Anxiety berdampak negatif terhadap niat pemilik UMKM untuk

menggunakan Aplikasi SI APIK

2.7.6. Perceived Risk dan Niat untuk Menggunakan Aplikasi SI APIK

Abrahão et al. (2016) Perceived Risk ini didefinisikan sebagai tingkat dimana

konsumen percaya bahwa mereka akan terkena risiko keuangan, sosial, psikologis,

fisik ataupun waktu. Persepsi risiko atau perceived risk dalam konteks penelitian ini

yaitu adanya kemungkinan pemilik UMKM mendapatkan kerugian yang berarti

dibanding dengan manfaat yang didapatkannya, seperti adanya kehilangan data

sensitif, risiko terjadinya kesalahan dalam penggunaan SI APIK, dan lain sebagainya.

Persepsi risiko yang tinggi dapat menyebabkan seseorang memiliki ketakutan yang

lebih tinggi dalam menerima teknologi baru, begitu pula sebaliknya. Hal tersebut

akan memberikan dampak negatif terhadap niat pemilik UMKM untuk menggunakan

aplikasi SI APIK.

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1

32

Hasil penelitian Abrahão et al. (2016) dan Giovanis et al. (2018) menjelaskan

bahwa perceived risk berdampak negatif signifikan terhadap minat menggunakan.

Hal tersebut diakibatkan karena semakin tinggi tingkat anggapan risiko yang diterima

pengguna akan mengakibatkan rendahnya minat pengguna untuk menggunakan

aplikasi atau teknologi tersetbut. Dengan demikian penulis merumuskan hipotesis

sebagau berikut:

H6 : Perceived Risk berdampak negatif terhadap niat pemilik UMKM untuk

menggunakan aplikasi SI APIK

2.7.7. Perceived Trust dan Niat untuk Menggunakan Aplikasi SI APIK

Konstruk lain yang memiliki peran penting dalam penelitian adopsi

penerimaan teknologi adalah persepsi kepercayaan (perceived trust). Trust memiliki

peran yang penting dalam menjelaskan adopsi, trust mengacu pada keyakinan

subyektif pengguna bahwa penyedia layanan dapat memenuhi kebutuhan dan haknya

Giovanis et al., (2018). Dalam konteks penelitian ini perceived trust meliputi

kepercayaan pemilik UMKM terhadap aplikasi SI APIK bahwa penyedia layanan

dapat memberikan hak pengguna sebagaimana mestinya seperti menjamin pengguna

bahwa aplikasi SI APIK ini aman digunakan, aplikasi ini dapat dipercaya dan lain

sebagainya.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Giovanis et al. (2018) menjelaskan

bahwa perceived trust berdampak positif dan signifikan terhadap minat untuk

menggunakan sebuah teknologi. Hal tersebut dikarenakan pengguna merasa percaya

bahwa teknologi yang akan digunakannya akan memberikan hak pengguna

sebagaimana mestinya. Semakin tinggi developer sebuah aplikasi memberikan

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1

33

jaminan menganai keamanan data dan sebagainya akan sangat mempengaruhi minat

pengguna untuk menggunakannya dimasa mendatang. Dengan demikian peneliti

merumuskan hipotesis sebagai berikut:

H7 : Perceived Trust berdampak positif terhadap niat pemilik UMKM untuk

menggunakan aplikasi SI APIK

2.8. Model Penelitian

Penelitian ini menggunakan model kerangka penelitian teoritis yaitu UTAUT

dalam lingkungan penggunaan aplikasi sistem pencatatan akuntansi. Berdasarkan

pada uraian sebelumnya, sesuai dengan ruang lingkup penelitian maka model yang

telah dimodifikasi sedemikian rupa hingga menjadi lebih sederhana dan dengan

ditambah beberapa konstruk lain menjadi seperti gambar berikut.

Gambar 2.8

Gambar Model Penelitian

Bagan diatas memberikan gambaran bahwa ada pengaruh beberapa faktor dari

Facilitating Conditions (FC), Effort Expectation (EE), Social Influence (SI),

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1

34

Performance Expectancy (PE), Technology Anxiety (ANX), Perceived Risk (PR),

Perceived Trust (PT) terhadap Behavioral Intention (BI) dalam menggunakan

aplikasi SI APIK.