bab ii kajian pustaka 2.1 kajian teori 2.1.1 pembelajaran...

19
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SD Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar (KTSP Standar Isi 2006). IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan. Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan. Di tingkat SD/MI diharapkan ada penekanan pembelajaran Salingtemas (Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat) yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana. Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja, dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran IPA di SD/MI menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah.

Upload: dotu

Post on 27-Apr-2019

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16898/2/T1_292011316_BAB II...7 BAB II KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Kajian Teori 2.1.1

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SD

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu

tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan

pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja

tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat

menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam

sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam

kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian

pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan

memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri

dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh

pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar (KTSP Standar Isi 2006).

IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan

manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan.

Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk

terhadap lingkungan. Di tingkat SD/MI diharapkan ada penekanan pembelajaran

Salingtemas (Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat) yang diarahkan pada

pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan

konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana.

Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific

inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja, dan bersikap ilmiah

serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh

karena itu pembelajaran IPA di SD/MI menekankan pada pemberian pengalaman

belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan

proses dan sikap ilmiah.

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16898/2/T1_292011316_BAB II...7 BAB II KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Kajian Teori 2.1.1

8

Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) IPA di SD/MI

merupakan standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh peserta

didik dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan

pendidikan. Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan peserta didik

untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang

difasilitasi oleh guru (KTSP Standar Isi 2006).

Dalam IPA hal-hal yang kompleks dapat disederhanakan, sehingga mudah

dipahami hakekat dan saling keterkaitannya. Menurut Fisher (Moh Amin, 1987:

22) bahwa IPA merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang didapat dengan

menggunakan metode-metode yang berdasarkan observasi. IPA merupakan salah

satu bidang studi yang penting dan strategis dalam mengubah sikap serta perilaku

siswa untuk memperoleh nilai yang dapat mengembangkan kepribadian termasuk

didalamnya pengembangan aspek intelektual.

Berdasarkan pengertian diatas, pada hakekatnya IPA merupakan suatu

bidang studi yang penting untuk dipelajari bagi siswa supaya pengetahuan, sikap,

dan keterampilannya dapat berkembang, maka dari itu pada pembelajaran IPA

menuntut supaya siswa aktif didalamnya.

2.1.1.1 Ruang Lingkup Pembelajaran IPA di SD

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas)

Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi (SI), Ruang Lingkup bahan kajian Ilmu

Pengetahuan Alam (IPA) untuk SD/MI meliputi aspek-aspek berikut:

1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan

dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan

2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas

3. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik,

cahaya dan pesawat sederhana

4. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda

langit lainnya.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16898/2/T1_292011316_BAB II...7 BAB II KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Kajian Teori 2.1.1

9

Berdasarkan ruang lingkup diatas, maka penulis akan mengkaji ruang

lingkup pelajaran IPA di kelas V. Konsep-konsep yang dibahas di kelas

tersebut, yang meliputi sebagai berikut:

1. Fungsi alat-alat tubuh

2. Cara tumbuhan hijau membuat makanan

3. Cara mahkluk hidup menyesuaikan diri dengan lingkungan

4. Sifat bahan penyusun benda

5. Gaya

6. Cahaya dan alat optik

7. Tanah, air dan alam sekitar

2.1.1.2 Tujuan Pembelajaran IPA di SD

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 22

Tahun 2006 tentang Standar Isi (SI), Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam

(IPA) di Sekolah Dasar (SD) bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan

sebagai berikut:

1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa

berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya

2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang

bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari

3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang

adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,

teknologi dan masyarakat

4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,

memecahkan masalah dan membuat keputusan

5. Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga

dan melestarikan lingkungan alam

6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala

keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan

7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai

dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16898/2/T1_292011316_BAB II...7 BAB II KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Kajian Teori 2.1.1

10

Menurut Dede Awan (2009: 1) tujuan pembelajaran IPA adalah untuk

memahami konsep-konsep IPA dan keterkaitannya dengan pengetahuan sehari-

hari, memiliki ketrampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan gagasan

alam sekitar, mempunyai minat untuk mengenal dan mempelajari benda-benda

serta kejadian dilingkungan sekitar, bersikap ingin tahu, tekun, terbuka, kritis,

mawas diri, bertanggung jawab, bekerja sama dan mandiri, mampu menerapakan

berbagai konsep IPA, mampu menggunakan teknologi sederhana, mengenal dan

memupuk rasa cinta terhadap alam sekitar, sehingga menyadari kebesaran dan

keagungan Allah Yang Maha Esa.

Dari pernyataan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan

pembelajaran IPA adalah untuk menanamkan sikap ilmiah pada siswa supaya

siswa memiliki keterampilan dalam menggunakan teknologi di lingkungannya

sehari-hari melalui pembelajaran IPA yang telah diperoleh serta dapat mengenal

lingkungan sekitar dan bersyukur kepada Tuhan atas alam semesta.

2.1.1.3 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPA

Kompetensi dasar IPA yaitu: pernyataan yang menyatakan ketrampilan

atau kecakapan siswa yang mencakup kemampuan penalaran dan komunikasi,

pemecahan masalah, pengetahuan, dan memiliki sikap menghargai kegunaan IPA.

Kompetensi dasar IPA yang hendak dicapai dalam proses pembelajaran

telah tercantum dalam kurikulum yang sekarang digunakan yaitu Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), walaupun guru harus menjabarkan lebih

dahulu menjadi tujuan-tujuan yang lebih khusus yang disebut indikator.

Adapun kompetensi dasar IPA yang digunakan dalam penelitian ini sesuai

dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SD/MI oleh Refandi (2006: 47)

dapat dilihat pada Tabel 2.1 (pada halaman berikut).

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16898/2/T1_292011316_BAB II...7 BAB II KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Kajian Teori 2.1.1

11

Tabel 2.1

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPA Kelas V SD Semester 2

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

6. menerapkan sifat-sifat

cahayamelalui kegiatan

membuat suatu karya/model

6.1 mendeskripsikan sifat-sifat cahaya

Standar kompetensi adalah tujuan pembelajaran yang berupa kompetensi

yang bersifat umum sedangkan kompetensi dasar adalah pernyataan tujuan

pembelajaran yang berupa kompetensi yang sifatnya lebih khusus.

Standar kompetensi dan kompetensi dasar menjadi arah dan landasan

untuk mengembangkan materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator

pencapaian kompetensi untuk penilaian.Dalam merancang kegiatan pembelajaran

dan penilaian perlu memperhatikan Standar Proses dan Standar Penilaian.

2.1.2 Aktivitas Belajar Siswa

Menurut Sudjana (1989: 12) secara umum aktivitas merupakan suatu

kegiatan yang dilakukan secara sadar oleh manusia sehingga menjadi rutinitas

yang mempunyai tujuan dan nilai tertentu. Dalam dunia pendidikan, aktivitas

merupakan kegiatan dalam suatu pembelajaran yang bisa dilakukan oleh guru

maupun oleh siswa. Aktivitas mempunyai batasan tertentu ketika didalam

pembelajaran dan dapat berupa tindakan. Aktivitas dari siswa bisa dilihat ketika

siswa mengikuti pembelajaran, dimana ketika siswa antusias terhadap suasana

pembelajaran maka aktivitas yang terjadi meningkat karena siswa merasa senang

dengan pembelajaran yang berlangsung. Tetapi sebaliknya ketika siswa pasif

berarti tidak terjadi perubahan aktivitas karena siswa tidak bisa menikmati

pembelajaran.

Selanjutnya Hamalik (2001: 175) mengatakan penggunaan aktivitas besar

nilainya dalam pembelajaran, sebab dengan melakukan aktivitas pada proses

pembelajaran, siswa dapat mencari pengalaman sendiri, memupuk kerjasama yang

harmonis dikalangan siswa, siswa dapat bekerja menurut minat dan kemampuan

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16898/2/T1_292011316_BAB II...7 BAB II KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Kajian Teori 2.1.1

12

sendiri, siswa dapat mengembangkan pemahaman dan berpikir kritis, dapat

mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa, suasana belajar menjadi lebih hidup

sehingga kegiatan yang dilakukan selama pembelajaran menyenangkan bagi siswa.

Menurut Diedrich (Sardiman, 2004: 101) aktivitas siswa dalam mengikuti

proses pembelajaran sebagai berikut:

a. Kegiatan visual: seperti membaca, melihat gambar, mengamati

eksperimen, demonstrasi.

b. Kegiatan-kegiatan lisan (oral): seperti mengemukakan suatu pendapat,

mengajukan pertanyaan, memberi saran, wawancara, diskusi dan

interupsi.

c. Kegiatan-kegiatan mendengarkan: seperti mendengarkan penyajian

bahan, mendengarkan percakapan dan diskusi kelompok.

d. Kegiatan-kegiatan menulis: seperti menulis cerita, menulis laporan,

menulis karangan, membuat rangkuman, mengerjakan tes dan mengisi

angket.

e. Kegiatan-kegiatan menggambar: seperti menggambar,membuat

grafik,chart, diagram, peta, dan pola.

f. Kegiatan mental: seperti merenungkan, mengingatkan, memecahkan

masalah, menganalisa faktor-faktor, melihat hubungan-hubungan, dan

membuat keputusan.

g. Kegiatan-kegiatan emosional: seperti minat, membedakan, berani,

tenang, dan lain-lain.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa

aktivitas belajar siswa merupakan kegiatan pembelajaran yang dilakukan siswa

selama proses pembelajaran berlangsung dengan melakukan berbagai aktivitas

seperti kegiatan visual, lisan, mendengarkan, menulis, menggambar, mental,

emosional dalam pembelajaran IPA diharapkan siswa dapat memahami tentang

konsep-konsep IPA dengan bantuan guru sehingga belajar menjadi lebih

menyenangkan dan bermakna.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16898/2/T1_292011316_BAB II...7 BAB II KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Kajian Teori 2.1.1

13

2.1.3 Hasi Belajar IPA

Menurut Sudjana (2009: 22) “Hasil belajar adalah kemampuan yang

dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya”. Hasil belajar dapat

digunakan untuk melihat apakah seseorang telah melakukan proses belajar yang

baik mencakup bidang kognitif (pengetahuan), bidang afektif (sikap), dan

psikomotorik (keterampilan).

Menurut Gagne, Bloom (dalam Agus Suprijono 2011: 6-7)

mengemukakan bahwa:

“Hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik.

Domain kognitif adalah knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension

(pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), application (menerapkan),

analisis (menguraikan, menentukan hubungan), sysnthesis

(mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru,

evaluation (meskor). Domain afektif adalah receiving (sikap menerima),

responding (memberikan respon), valuing (skor), organization

(organisasi), Characterization (karakterisasi). Domain psikomotor

meliputi initiatory, pre-routine, dan rountinized. Psikomotor juga

mencakup keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial, dan

intelektual.”

Dimyati dan Mudjiono (2006: 3-4) menyebutkan bahwa hasil belajar

merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi

guru, tindakan mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi

siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar.

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar IPA

adalah gabungan dari kemampuan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang

diperoleh siswa dalam mengikuti proses pembelajaran IPA. Hasil belajar IPA

harus dikaitkan dengan tujuan pendidikan IPA yang telah tercantum dalam

kurikulum dengan tidak melupakan hakikat IPA. Oleh karena itu hasil belajar IPA

meliputi produk, proses, dan sikap ilmiah. Untuk mengukur keberhasilan siswa

dalam mengikuti proses pembelajaran maka digunakan alat penilaian yaitu tes

evaluasi dan hasilnya dinyatakan dalam bentuk nilai.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16898/2/T1_292011316_BAB II...7 BAB II KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Kajian Teori 2.1.1

14

Menurut Sudjana (2010: 35) alat penilaian hasil belajar dibedakan menjadi

dua yaitu tes dan non tes.

1. Tes

Pada umumnya digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar

siswa, terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan

pengajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran. Dalam batas tertentu

tes dapat pula digunakan untuk mengukur atau menilai hasil belajar bidang afektif

dan psikomotoris.

Ada dua jenis tes, yaitu:

a. Tes Uraian

Tes uraian adalah pertanyaan yang menuntut siswa menjawabnya dalam

bentuk menguraikan, menjelaskan, mendiskusikan, membandingkan, memberikan

alas an, dan bentuk lain yang sejenis sesuai dengan tuntutan pertanyaan dengan

menggunakan kata-kata dan bahasa sendiri.

b. Tes Objektif

Soal-soal bentuk objektif banyak digunakan dalam menilai hasil belajar.

Hal ini disebabkan antara lain oleh luasnya bahan pelajaran yang dapat dicakup

dalam tes dan mudahnya menilai jawaban yang diberikan.

1) Bentuk soal jawaban singkat

Bentuk soal jawaban singkat merupakan soal yang menghendaki jawaban

dalam bentuk kata, bilangan, kalimat, atau simbol dan jawabannya hanya dinilai

benar atau salah.

2) Bentuk soal benar-salah

Bentuk soal benar-salah adalah bentuk tes yang soal-soalnya berupa

pernyataan. Sebagian itu merupakan pernyataan yang benar dan sebagian lagi

merupakan pernyataan yang salah.

3) Bentuk soal menjodohkan

Bentuk soal menjodohkan terdiri atas dua kelompok pernyataan yang

parallel. Kedua kelompok pertanyaan ini berada dalam satu kesatuan. Kelompok

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16898/2/T1_292011316_BAB II...7 BAB II KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Kajian Teori 2.1.1

15

sebelah kiri merupakan bagian yang berisi soal-soal yang harus dicari

jawabannya.

4) Bentuk soal pilihan ganda

Soal pilihan ganda adalah bentuk tes yang mempunyai satu jawaban yang

benar atau paling tepat.

2. Non Tes

Hasil belajar dan proses belajar tidak hanya dinilai oleh tes, baik melalui

bentuk tes uraian maupun tes objektif, tetapi juga dapat dinilai oleh alat-alat non

tes bukan tes. Alat-alat bukan tes yang sering digunakan antara lain ialah

kuesioner dan wawancara, skal (skala penilaian, skala sikap, skala minat),

observasi atau pengamatan, studi kasus, dan sosiometri.

Penelitian tindakan kelas ini menggunakan alat penilaian hasil belajar yang

berupa tes pilihan ganda, dan non tes yang berupa observasi atau pengamatan.

2.1.4 Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT)

Model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) adalah salah satu

tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan

aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa

sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcement.

Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran

kooperatif model Teams Games Tournament (TGT) memungkinkan siswa dapat

belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kejujuran, kerja

sama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.

Teams Games Tournament (TGT) pada mulanya dikembangkan oleh

Davied Devries dan Keith Edward ini merupakan model pembelajaran pertama

dari Johns Hopkins. Dalam model ini kelas terbagi dalam kelompok-kelompok

kecil yang beranggotakan 3 sampai dengan 5 siswa yang berbeda-beda tingkat

kemampuan, jenis kelamin, dan latar belakang etniknya, kemudian siswa akan

bekerjasama dalam kelompok-kelompok kecilnya.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16898/2/T1_292011316_BAB II...7 BAB II KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Kajian Teori 2.1.1

16

Menurut Saco (dalam Rusman, 2011: 224) dalam model pembelajaran

kooperatif tipe TGT siswa memainkan permainan-permainan dengan anggota-

anggota tim lain untuk memperoleh skor bagi tim mereka masing-masing.

Permainan dapat disusun guru dalam bentuk kuis berupa pertanyaan-pertanyaan

yang berkaitan dengan materi pelajaran. Kadang-kadang juga dapat diselingi

pertanyaan yang berkaitan dengan kelompok (identitas kelompok mereka).

Isjoni (2009: 83) berpendapat bahwa Teams Games Tournament (TGT)

adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam

kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang siswa yang

memiliki kemampuan, jenis kelamin, dan suku atau ras yang berbeda.

Dari pengertian diatas, penulis menyimpulkan bahwa model pembelajaran

kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) adalah model pembelajaran

kooperatif yang didalamnya siswa dibentuk 4-6 orang yang melibatkan aktivitas

seluruh siswa tanpa memandang status, ras, suku, agama. Dalam kelompok

tersebut akan melibatkan siswa sebagai tutor sebaya dengan mengandung unsur

permainan supaya siswa dalam belajar menjadi lebih nyaman dan senang tetapi

tetap menumbuhkan kerja sama, tanggungjawab, jujur, persaingan yang sehat, dan

keaktifan dalam belajar.

2.1.4.1 Tujuan Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT)

Menurut Ibrahim (2000: 7), model pembelajaran kooperatif setidak-tidaknya

mempunyai tiga tujuan pembelajaran. Tujuan yang pertama yaitu meningkatkan

hasil belajar akademik dimana siswa dituntut untuk menyelesaikan tugas-tugas

akademik. Tujuan kedua yaitu pembelajaran kooperatif memberi peluang pada

siswa yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk saling bergantung satu sama

lain atas tugas-tugas bersama, dan melalui penggunaan struktur penghargaan

kooperatif, belajar menghargai satu sama lain. Tujuan ketiga dari pembelajaran

kooperatif ialah untuk mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan

kolaborasi.

Model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament)

menurut Deutsch dalam Slavin (2008: 31), mengidentifikasi tiga struktur tujuan

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16898/2/T1_292011316_BAB II...7 BAB II KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Kajian Teori 2.1.1

17

dalam model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament)

yaitu:

1. Kooperatif, dimana usaha berorientasi tujuan dari tiap individu memberi

kontribusi pada pencapaian tujuan anggota yang lain.

2. Kompetitif, dimana usaha berorientasi tujuan dari tiap individu

menghalangi pencapaian tujuan anggota lainnya.

3. Individualistik, dimana usaha berorientasi tujuan dari tiap individu tidak

memiliki konsekuensi apapun bagi pencapaian tujuan anggota lainnya.

2.1.4.2 Tahap-tahap Pembelajaran

Menurut Slavin (2008: 169) maka model pembelajaran kooperatif tipe

TGT (Teams Games Tournament) memiliki langkah-langkah (sintaks) sebagai

berikut:

a. Presentasi kelas (class precentation).

Dalam presentasi kelas guru memperkenalkan materi pembelajaran

yang diberikan secara langsung atau mendiskusikan dalam kelas. Guru

dalam hal ini berperan sebagai fasilitator. Pembelajaran mengacu pada apa

yang disampaikan oleh guru agar nantinya dapat membantu siswa dalam

mengikuti game dan turnamen.

b. Kelompok (Teams).

Kelompok terdiri dari lima sampai enam orang yang heterogen

misalnya berdasar kemampuan akademik dan jenis kelamin, jika

memungkinkan suku, ras, atau kelas sosial. Tujuan utama pembentukan

kelompok adalah untuk meyakinkan siswa bahwa semua anggota kelompok

belajar dan semua anggota mempersiapkan diri untuk mengikuti game dan

turnamen dengan sebaik-baiknya. Diharapkan tiap anggota kelompok

melakukan hal yang terbaik bagi kelompoknya dan adanya usaha kelompok

melakukan untuk membantu anggota kelompoknya sehingga dapat

meningkatkan kemampuan akademik dan menumbuhkan pentingnya

kerjasama diantara siswa dan meningkatkan percaya diri.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16898/2/T1_292011316_BAB II...7 BAB II KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Kajian Teori 2.1.1

18

c. Permainan (game).

Permainan (game) dibuat dengan isi pertanyaan-pertanyaan untuk

mengetes siswa yang didapat dari presentasi kelas dan latihan kelompok.

Game dimainkan dengan meja yang berisi tiga murid yang mewakili tiga

kelompok yang berbeda. Siswa mengambil kartu bernomor dan berusaha

untuk menjawab pertanyaan sesuai dengan nomor.

d. Pertandingan (tournament).

Biasanya turnamen diselenggarakan akhir minggu, setelah guru

membuat presentasi kelas dan kelompok-kelompok mempraktikkan tugas-

tugasnya. Untuk turnamen pertama guru mengelompokkan siswa dengan

kemampuan serupa yang mewakili tiap timnya. Kompetisi ini merupakan

sistem penilaian kemampuan yang mewakili tiap timnya. Kompetisi ini juga

memungkinkan bagi siswa dari semua level dipenampilan sebelumnya untuk

memaksimalkan nilai kelompok mereka menjadi terbaik.

2.1.4.3 Implementasi Model Pembelajaran TGT

Dalam pengimplementasian model pembelajaran TGT, yang harus

diperhatikan yaitu:

1) Pembelajaran terpusat pada siswa

2) Proses pembelajaran dengan suasana berkompetisi

3) Pembelajaran bersifat aktif (siswa berlomba untuk dapat

menyelesaikan persoalan)

4) Pembelajaran diterapkan dengan mengelompokkan siswa menjadi

tim-tim

5) Dalam kompetisi diterapkan sistem point

6) Dalam kompetisi disesuaikan dengan kemampuan siswa atau

dikenal kesetaraan dalam kinerja akademik

7) Kemajuan kelompok dapat diikuti oleh seluruh kelas melalui jurnal

kelas yang diterbitkan secara mingguan

8) Dalam pemberian bimbingan guru mengacu pada jurnal

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16898/2/T1_292011316_BAB II...7 BAB II KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Kajian Teori 2.1.1

19

9) Adanya sistem penghargaan bagi siswa yang memperoleh point

banyak

2.1.4.4 Kelemahan dan Kelebihan Model Pembelajaran TGT

Riset tentang pengaruh pembelajaran kooperatif dalam

pembelajaran telah banyak dilakukan oleh pakar pembelajaran maupun

oleh para guru di sekolah. Dari tinjuan psikologis, terdapat dasar teoritis

yang kuat untuk memprediksi bahwa model-model pembelajaran

kooperatif yang menggunakan tujuan kelompok dan tanggung jawab

individual akan meningkatkan pencapaian prestasi siswa. Dua teori utama

yang mendukung pembelajaran kooperatif adalah teori motivasi dan teori

kognitif.

Struktur tujuan kooperatif menciptakan sebuah situasi di mana

satu-satunya cara anggota kelompok bisa meraih tujuan pribadi mereka

adalah jika kelompok mereka sukses. Oleh karena itu, mereka harus

membantu teman satu timnya untuk melakukan apa pun agar kelompok

berhasil dan mendorong anggota satu timnya untuk melakukan usaha

maksimal.

Perspektif teori kognitif Slavin (2008: 35-37) mengemukakan

bahwa pembelajaran kooperatif menekankan pada pengaruh dari kerja

sama terhadap pencapaian tujuan pembelajaran. Asumsi dasar dari teori

pembangunan kognitif adalah bahwa interaksi di antara para siswa

berkaitan dengan tugas-tugas yang sesuai mengingatkan penguasaan

mereka terhadap konsep kritik. Pengelompokan siswa yang heterogen

mendorong interaksi yang kritis dan saling mendukung bagi pertumbuhan

dan perkembangan pengetahuan atau kognitif. Penelitian psikologi

kognitif menemukan bahwa jika informasi ingin dipertahankan di dalam

memori dan berhubungan dengan informasi yang sudah ada di dalam

memori, orang yang belajar harus terlibat dalam semacam pengaturan

kembali kognitif, atau elaborasi dari materi. Salah satu cara elaborasi yang

paling efektif adalah menjelaskan materinya kepada orang lain. Tidak ada

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16898/2/T1_292011316_BAB II...7 BAB II KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Kajian Teori 2.1.1

20

satupun model pembelajaran yang cocok untuk semua materi, situasi dan

anak. Setiap model pembelajaran memiliki karakteristik yang menjadi

penekanan dalam proses implementasinya dan sangat mendukung

ketercapaian tujuan pembelajaran. Secara psikologis, lingkungan belajar

yang diciptakan guru dapat direspon beragam oleh siswa sesuai dengan

modalitas mereka. Dalam hal ini, pembelajaran kooperatif dengan teknik

TGT, memiliki keunggulan dan kelemahan dalam implementasinya

terutama dalam hal pencapaian hasil belajar dan efek psikologis bagi

siswa.

Slavin (2005: 35) melaporkan beberapa laporan hasil riset tentang

pengaruh pembelajaran kooperatif terhadap pencapaian belajar siswa yang

secara inplisit mengemukakan keunggulan dan kelemahan pembelajaran

TGT, sebagai berikut:

1) Para siswa di dalam kelas-kelas yang menggunakan TGT

memperoleh teman yang secara signifikan lebih banyak dari

kelompok rasial mereka dari pada siswa yang ada dalam kelas

tradisional.

2) Meningkatkan perasaan/persepsi siswa bahwa hasil yang mereka

peroleh tergantung dari kinerja dan bukannya pada keberuntungan.

3) TGT meningkatkan harga diri sosial pada siswa tetapi tidak untuk

rasa harga diri akademik mereka.

4) TGT meningkatkan kekooperatifan terhadap yang lain (kerja sama

verbal dan nonverbal, kompetisi yang lebih sedikit)

5) Keterlibatan siswa lebih tinggi dalam belajar bersama, tetapi

menggunakan waktu yang lebih banyak.

6) TGT meningkatkan kehadiran siswa di sekolah pada remaja-remaja

dengan gangguan emosional, lebih sedikit yang menerima skors

atau perlakuan lain.

Sebuah catatan yang harus diperhatikan oleh guru dalam

pembelajaran TGT adalah bahwa nilai kelompok tidaklah mencerminkan

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16898/2/T1_292011316_BAB II...7 BAB II KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Kajian Teori 2.1.1

21

nilai individual siswa. Dengan demikian, guru harus merancang alat

penilaian khusus untuk mengevaluasi tingkat pencapaian belajar siswa

secara individual.

Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran TGT Model

pembelajaran kooperatif Team Games Tournament (TGT) ini mempunyai

kelebihan dan kekurangan. Menurut Suarjana (2000: 10) yang merupakan

kelebihan dari pembelajaran TGT antara lain:

1) Lebih meningkatkan pencurahan waktu untuk tugas

2) Mengedepankan penerimaan terhadap perbedaan individu

3) Dengan waktu yang sedikit dapat menguasai materi secara mendalam

4) Proses belajar mengajar berlangsung dengan keaktifan dari siswa

5) Mendidik siswa untuk berlatih bersosialisasi dengan orang lain

6) Motivasi belajar lebih tinggi

7) Hasil belajar lebih baik

8) Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi

Sedangkan kelemahan TGT adalah:

a. Bagi Guru

Sulitnya pengelompokan siswa yang mempunyai kemampuan

heterogen dari segi akademis. Kelemahan ini akan dapat diatasi jika guru

yang bertindak sebagai pemegang kendali teliti dalam menentukan

pembagian kelompok waktu yang dihabiskan untuk diskusi oleh siswa

cukup banyak sehingga melewati waktu yang sudah ditetapkan. Kesulitan

ini dapat diatasi jika guru mampu menguasai kelas secara menyeluruh.

b. Bagi Siswa

Masih adanya siswa berkemampuan tinggi kurang terbiasa dan

sulit memberikan penjelasan kepada siswa lainnya. Untuk mengatasi

kelemahan ini, tugas guru adalah membimbing dengan baik siswa yang

mempunyai kemampuan akademik tinggi agar dapat dan mampu

menularkan pengetahuannya kepada siswa yang lain.

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16898/2/T1_292011316_BAB II...7 BAB II KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Kajian Teori 2.1.1

22

Pengalaman belajar yang telah direncanakan secara optimal akan

menimbulkan proses belajar yang optimal pula. Proses belajar terjadi secara

internal dan bersifat pribadi dalam diri siswa, sehingga guru harus merencanakan

pembelajaran yang menarik dan menyenangkan. Maka dari itu peneliti mencoba

menggunakan model pembelajaran TGT karena model pembelajaran ini akan

melibatkan siswa aktif untuk belajar di dalam kelas sehingga diharapkan hasil

belajar siswa akan meningkat.

2.2 Kajian penelitian yang Relevan

Dewantini, Ria Dhian (2011) meningkatkan hasil belajar IPA Melalui Metode

Team Games Tournament (TGT) Pada Siswa Kelas V SD Negeri Jeruk 1

Kecamatan Miri Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2011/2012. Masalah dalam

penelitian ini adalah hasil belajar IPA yang masih rendah, hanya 35% dari jumlah

siswa yang mendapatkan nilai >70, memenuhi KKM, metode yang digunakan

masih konvensional. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil

belajar IPA melalui metode Team Games Tournament (TGT). Penelitian ini

menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Hasil tindakan kelas ini melalui 2

siklus yaitu pada siklus I dari 28 siswa yang masuk terdapat 16 siswa (57%) yang

mendapatkan nilai >70, sesuai KKM. Pada siklus II ada peningkatan hasil belajar

siswa sejumlah 36% dari siklus I. Dari nilai hasil belajar 27 siswa yang masuk ada

25 siswa (93%) yang mendapat nilai >70, sesuai KKM. Berdasarkan penelitian ini

dapat disimpulkan bahwa implementasi metode Team Games Tournament (TGT)

dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas V SD Negeri Jeruk 1

Kecamatan Miri Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2011/2012. Persamaan dari

penelitian ini yaitu meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas V menggunakan

TGT Team Games Tournament. Perbedaan dari penelitian ini yaitu hanya

meningkatkan hasil belajar IPA tetapi tidak meningkatkan keaktifan belajar IPA

siswa kelas V.

Effendi, Kukuh (2012) pendekatan kooperatif tipe TGT Team Games

Tournament untuk meningkatkan hasil belajar siswa kompetensi dasar menentukan

sifat-sifat bangun ruang sederhana pada pembelajaran matematika di kelas IV SDN

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16898/2/T1_292011316_BAB II...7 BAB II KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Kajian Teori 2.1.1

23

02 Tlogosih Kecamatan Kebonagung Kabupaten Demak semester II tahun

pelajaran 2011/2012. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah terjadi

peningkatan hasil belajar matematika dari tiap siklus pada materi bangun ruang.

Peningkatan hasil belajar tersebut secara bertahap, dimana pada siklus I

peningkatan hasil belajar siswa sebesar 45,8%. Kemudian setelah dilaksanakan

siklus II peningkatan hasil belajar siswa mencapai 95,8%. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa penggunaan pendekatan kooperatif tipe TGT (Team Games

Tournament) dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran

matematika kelas IV SDN 02 Tlogosih Kecamatan Kebonagung Kabupaten

Demak semester II tahun pelajaran 2011/2012. Persamaan dari penelitian ini yaitu

menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TGT Team Games Tournament untuk

meningkatkan hasil belajar. Perbedaan dari penelitian ini yaitu meningkatkan hasil

belajar siswa pada mata pelajaran matematika, tidak meningkatkan keaktifan

belajar siswa melalui pembelajaran kooperatif tipe TGT Team Games Tournament.

2.3 Kerangka Berfikir

Berdasarkan kajian teori diatas, dalam belajar Ilmu Pengetahuan Alam

(IPA) diperlukan model pembelajaran yang aktif dan menyenangkan, bermakna,

dan siswa dapat belajar dengan senang hati sehingga hasil belajar siswa dapat

meningkat. Melalui model pembelajaran TGT, siswa dapat belajar dengan suasana

yang menyenangkan, mengembangkan kreativitasnya, menemukan

pengetahuannya sendiri, serta mengembangkan kemampuan komunikasinya

dengan siswa lain sehingga belajar menjadi lebih bermakna bagi siswa. Dalam

model pembelajaran ini siswa harus berkompetisi sehingga akan termotivasi untuk

memenangkannya sekaligus siswa berperan aktif, dengan siswa aktif belajar maka

hasil belajar siswapun terdorong untuk ditingkatkan.

Adapun skema kerangka berpikir dari penelitian ini sebagai berikut: (pada

halaman berikut)

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16898/2/T1_292011316_BAB II...7 BAB II KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Kajian Teori 2.1.1

24

Skema Kerangka Berpikir

Gambar 2.1

Pembelajaran Menggunakan Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe TGT

2.4 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori, maka hipotesis tindakan penelitian ini adalah:

1. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games

Tournament (TGT) dapat meningkatkan keaktifan belajar IPA siswa kelas

V SDN Mangunsari 05 Kecamatan Sidomukti Salatiga semester II tahun

2014/2015.

KONDISI AWAL

1. Pembelajaran berpusat

pada guru

2. Siswa pasif

3. Hasil belajar IPA siswa

rendah

TINDAKAN

Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games

Tournament (TGT) untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar

IPA siswa kelas V SDN Mangunsari 05 Kecamatan Sidomukti Salatiga

Semester II Tahun 2014/2015

HASIL AKHIR

1. Siswa tertarik dan senang pada

pembelajaran IPA

2. Siswa lebih aktif

3. Hasil belajar IPA siswa

meningkat ≥ 70

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16898/2/T1_292011316_BAB II...7 BAB II KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Kajian Teori 2.1.1

25

2. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games

Tournament (TGT) dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas V

SDN Mangunsari 05 Kecamatan Sidomukti Salatiga semester II tahun

2014/2015.