bab ii kajian pustaka 2.1 kajian teori 2.1.1 macam …
TRANSCRIPT
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Macam-macam Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua
jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang dipimpin oleh guru atau
diarahkan oleh guru (Agus Suprijono, 2009:54). Pembelajaran dalam kooperatif
learning dimulai dengan guru menginformasikan tujuan-tujuan dari pembelajaran
dan memotifasi siswa untuk belajar. Fase ini diikuti dengan penyajian informasi,
sering dalam bentuk teks bukan verbal. Kemudian dilanjutkan langkah-langkah di
mana siswa di bawah bimbingan guru bekerja bersama-sama untuk menyelesaikan
tugas-tugas yang saling bergantung. Fase terakhir dari kooperatif learning
meliputi penyajian produk akhir kelompok atau mengetes apa yang telah
dipelajari siswa dan pengenalan kelompok dan usaha-usaha individu ( Isjoni,
2014:86).
Adapun beberapa model pembelajaran kooperatif yang dikemukakan oleh
Muhammad Faiq (2013) yaitu:
1. TAI (Team Assisted Individualization atau Team Accelerated
Instruction)
Tipe model pembelajaran kooperatif yang satu ini sebenarnya adalah
penggabungan dari pembelajaran kooperatif dengan pembelajaran
individual. Pada model pembelajaran kooperatif tipe TAI, siswa
mengikuti tingkatan yang bersifat individual berdasarkan tes
penempatan, dan kemudian dapat maju ke tahapan selanjutnya
berdasarkan tingkat kecepatannya belajar. Jadi, setiap anggota
kelompok sebenarnya belajar unit-unit materi pelajaran yang berbeda.
Rekan sekelompok akan memeriksa hasil pekerjaan rekan sekelompok
lainnya dan memberikan bantuan jika diperlukan. Tes kemudian
diberikan diakhir unit tanpa bantuan teman sekelompoknya dan
diberikan skor.
8
2. STAD (Student teams Achievement Division)
Pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini siswa
dikelompokkan ke dalam kelompok kecil yang disebut tim. Kemudian
seluruh kelas diberikan presentasi materi pelajaran. Siswa kemudian
diberikan tes. Nilai-nilai individu digabungkan menjadi nilai tim. Pada
model pembelajaran kooperatif tipe ini walaupun siswa dites secara
individual, siswa tetap dipacu untuk bekerja sama untuk meningkatkan
kinerja dan prestasi timnya.
3. Jigsaw
Pada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini ketergantungan
antara siswa sangat tinggi. Setiap siswa dalam model pembelajaran
kooperatif ini adalah anggota dari dua kelompok, yaitu (1) kelompok
asal (home group) dan (2) kelompok ahli (expert group). Kelompok
asal dibentuk dengan anggota yang heterogen. Di kelompok asal ini
mereka akan membagi tugas untuk mempelajari suatu topik. Setelah
semua anggota kelompok asal memperoleh tugas masing-masing,
mereka akan meninggalkan kelompok asal untuk membentuk
kelompok ahli. Kelompok ahli adalah kelompok yang terbentuk dari
anggota-anggota kelompok yang mempunyai tugas mempelajari
sebuah topik yang sama (berdasarkan kesepakatan mereka di
kelompok asal). Setelah mempelajari topik tersebut di kelompok ahli,
mereka akan kembali ke kelompok asal mereka masing-masing dan
saling mengajarkan topik yang menjadi tanggungjawab mereka ke
anggota kelompok lainnya secara bergantian.
4. TGT (Teams Games Tournament)
Model pembelajaran kooperatif tipe TGT mirip dengan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD, tetapi bedanya hanya pada kuis
yang digantikan dengan turnamen mingguan (Slavin, 1994). Pada
model pembelajaran kooperatif ini, siswa-siswa saling berkompetisi
dengan siswa dari kelompok lain agar dapat memberikan kontribusi
9
poin bagi kelompoknya. Suatu prosedur tertentu digunakan untuk
membuat permainan atau turnamen berjalan secara adil.
5. TPS (Think Pairs Share)
Model pembelajaran kooperatif tipe TPS (think pairs share) mulanya
dikembangkan oleh Frank T. Lyman (1981). Tipe model pembelajaran
kooperatif ini memungkinkan setiap anggota pasangan siswa untuk
berkontemplasi terhadap sebuah pertanyaan yang diajukan. Setelah
diberikan waktu yang cukup mereka selanjutnya diminta untuk
mendiskusikan apa yang telah mereka pikirkan tadi (hasil kontemplasi)
dengan pasangannya masing-masing. Setelah diskusi dengan pasangan
selesai, guru kemudian mengumpulkan tanggapan atau jawaban atas
pertanyaan yang telah diajukan tersebut dari seluruh kelas.
6. TPW ( Think Pairs Whrite)
Tipe model pembelajaran kooperatif TPW (Think Pairs Write) juga
merupakan variasi dari model pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think
Pairs Share). Penekanan model pembelajaran kooperatif tipe ini
adalah setelah mereka berpasangan, mereka diminta untuk menuliskan
jawaban atau tanggapan terhadappertanyaan yang telah diberikan oleh
guru.
7. NHT (Numbered Head Together)
Pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT, minta siswa untuk
menomori diri mereka masing dalam kelompoknya mulai dari 1 hingga
4. Ajukan sebuah pertanyaan dan beri batasan waktu tertentu untuk
menjawabnya. Siswa yang mengangkat tangan jika bisa menjawa
pertanyaan guru tersebut. Guru menyebut suatu angka (antara 1 sampai
4) dan meminta seluruh siswa dari semua kelompok dengan nomor
tersebut menjawab pertanyaan tadi. Guru menandai siswa-siswa yang
menjawab benar dan memperkaya pemahaman siswa tentang jawaban
pertanyaan itu melalui diskusi.
10
Dari beberapa model pembelajaran di atas pada penelitian ini penulis
akan fokus pada satu model pembelajaran yaitu NHT (Numbered Head
Together). Karena sesuai dengan pendapat Anita Lie Model pembelajaran NHT
(Numbered Heads Together) mendorong siswa untuk meningkatkan semangat
kerjasama siswa dalam pembelajaran. Dengan adanya semangat kerjasama tentu
akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.
2.1.2 Model Pembelajaran NHT (Numbered Head Together)
Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan
untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang
bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang
lain (Joyce & Weil dalam Rusman, 2013:133). Melalui model pembelajaran guru
dapat membantu peserta didik mendapatkan informasi, ide, keterampilan, cara
berfikir, dan mengekspresikan ide. Model pembelajaran berfungsi pula sebagai
pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru dalam merencanakan
aktivitas belajar mengajar (Miftahul Huda, 2013:46).
Menurut Rusman (2013:133) model pembelajaran dapat dijadikan pola
pilihan, artinya para guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan
efisien untuk mencapai tujuan pendidikannya. Untuk menciptakan pembelajaran
yang sesui dan efisien serta pembelajaran yang menyenangkan maka guru dapat
menerapkan prinsip pembelajaran yang dilakukan dengan bermain (belajar sambil
bermain dan bermain dalam pembelajaran) salah satunya dengan model
pembelajaran NHT (Numbered Head Together).
Anita Lie (Inna Naiza, 2013) mengatakan bahwa Model pembelajaran
NHT (Numbered Heads Together) atau kepala bernomor adalah suatu tipe dari
pengajaran kooperatif pendekatan struktural yang memberikan kesempatan
kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban
yang paling tepat. Model pembelajaran NHT (Numbered Heads Together) juga
mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerjasama mereka.
Menurut Muhammad Nur (2010:78) model pembelajaran NHT pada
dasarnya merupakan sebuah variasi diskusi kelompok dengan ciri khasnya adalah
11
guru hanya menunjuk seorang siswa yang mewakili kelompoknya tanpa
memberitahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili kelompoknya tersebut.
Miftahul Huda (2011:130) menyatakan bahwa NHT pada dasarnya varian
dari diskusi kelompok teknis pelaksanaannya hampir sama dengan diskusi
kelompok. Guru meminta siswa untuk duduk berkelompok, masing-masing
anggota kelompok di beri nomor. Setelah itu guru memanggil nomor
(baca;anggota) secara acak untuk mempresentasikan hasil diskusinya.
Dari beberapa pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran NHT adalah dimana siswa dibagi kedalam beberapa kelompok yang
mendapatkan kepala bernomor sama, kemudian setelah berada dalam satu
kelompok tiap siswa mendapatkan nomor untuk nomor identitasnya.secara acak
guru memanggil nomor identitas siswa untuk menjawab soal yang sebelumnya
telah didiskusikan bersama kelompoknya.
2.1.2.1 Langkah-langkah model pembelajaran NHT
Pada dasarnya, NHT merupakan varian dari diskusi kelompok. Teknis
pelaksanaannya hampir sama dengan diskusi kelompok. Menurut Mulyadi
(2011:134) langkah-langkah penerapan NHT yaitu:
1. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok
mendapat nomor
2. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok
mengerjakannya
3. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap
anggota kelompok dapat mengerjakannya atau mengetahui jawabannya
4. Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan dengan nomor yang
dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka
5. Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor lain
6. Guru menyimpulkan
Menurut Agus Suprijono (2009:92) menyebutkan langkah-langkah model
pembelajaran NHT yaitu:
12
1. Guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok kecil
2. Tiap-tiap orang dalam dalam tiap-tiap kelompok diberi nomor sesuai
jumlah kelompok
3. Setelah kelompok terbentuk guru mengajukan beberapa pertanyaan
yang harus dijawab oleh tiap-tiap kelompok
4. Tiap-tiap kelompok diberikan kesempatan untuk menemukan jawaban
dengan berdiskusi memikirkan jawaban atas jawaban guru
5. Guru memanggil peserta didik yang memilikki nomor yang sama dari
tiap-tiap kelompok
6. Siswa diberi kesempatan memberi jawaban atas pertanyaan dari guru
7. Pemanggilan nomor peserta dilakukan secara berulang-ulang hingga
dari masing-masing kelompok mendapat giliran memaparkan jawaban
atas pertanyaan guru
Menutut Miftahul Huda (2013:203) sintak atau tahap-tahap pelaksanaan
NHT pada hakikatnya hampir sama dengan diskusi kelompok, yang rinciannya
adalah sebagai berikut:
1. Siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok.
2. Masing-masing siswa dalam kelompok diberi nomor.
3. Guru memberi tugas atau pertanyaan pada masing-masing kelompok
untuk mengerjakannya.
4. Setiap kelompok dianggap mulai berdiskusi untuk menemukan
jawaban yang dianggap paling tepat dan memastikan semua anggota
kelompok mengetahui jawaban tersebut.
5. Guru memanggil salah satu nomor secara acak.
6. Siswa dengan nomor yang dipanggil mempresentasikan jawaban dari
hasil diskusi kelompok.
Dari beberapa langkah di atas, dapat disimpulkan langkah-langkah model
pembelajaran NHT adalah sebagai berikut dan yang akan digunakan dalam
penelitian ini
1. siswa dibagi kedalam beberapa kelompok yang masing-masing
mendapat satu nomor
13
2. guru memberikan tugas untuk didiskusikan dalam setiap kelompok
3. kelompok mulai berdiskusi dan memastikan semua anggota kelompok
telah mengerjakan dan mengetahui jawaban dari soal yang diberikan
oleh guru
4. guru memilih salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasil
diskusi dengan pemanggilan nomor secara acak di dalam kelompok
5. kelompok lain memberikan tanggapan
6. pemanggilan nomor dilakukan berulang-ulang sampai tiap kelompok
sudah dipanggil semua
7. siswa diajak membuat kesimpulan dari kegiatan pembelajaran
2.1.2.2 Kelebihan dan Kekurangan model pembelajaran NHT
Yusrin (2012) menyebutkan beberapa kelebihan dalam penerapan model
pembelajaran NHT yaitu:
1. Setiap siswa menjadi siap semua
2. Dalam melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh
3. Dapat melakukan diskusi mengajari siswa yang kurang pandai
4. Terjadinya interaksi antara siswa melalui diskusi/siswa secara
bersama dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi
5. Siswa pandai maupun siswa lemah sama -sama memperoleh manfaat
melalui aktifitas belajar kooperatif
6. Dengan bekerja secara kooperatif ini, kemungkinan konstruksi
pengetahuan akan manjadi lebih besar/kemungkinan untuk siswa
dapat sampai pada kesimpulan yang diharapkan
7. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan
keterampilan bertanya, berdiskusi, dan mengembangkan bakat
kepemimpinan
Sedangkan Kekurangan Model Number Heads Together yaitu menurut Yusrin
(2012) yaitu:
1. Siswa yang pandai akan cenderung mendominasi sehingga dapat
menimbulkan sikap minder dan pasif dari siswa yang lemah.
14
2. Proses diskusi dapat berjalan lancar jika ada siswa yang sekedar
menyalin pekerjaan siswa yang pandai tanpa memiliki pemahaman
yang memadai.
3. Pengelompokkan siswa memerlukan pengaturan tempat duduk yang
berbeda -beda serta membutuhkan waktu khusus.
4. Guru tidak mengetahui kemampuan masing-masing siswa.
5. Waktu yang dibutuhkan banyak
6. Kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru
7. Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru
Menurut Nurtavita (2011), kelebihan model pembelajaran Numbered
Head Together (NHT) antara lain:
1. Memberi motivasi
Dengan pemberian nomor pada siswa merupakan hal baru bagi siswa
dalam belajar sehingga siswa dapat termotivasi dalam belajar.
2. Menambah rasa percaya diri
Model NHT juga menambah rasa percaya diri siswa, karena dalam
model ini ada pemanggilan nomor dalam menjawab hasil diskusi,
sehingga dalam diri siswa timbul rasa percayadiri.
3. Siswa aktif
Model NHT akan menambah keaktifan siswa dalam belajar, karena
siswa di perbolehkan memberika pendapat dan menukar pendapat,
sehingga siswa aktif dalam belajar.
Sedangkan kelemahan model pembelajaran NHT (Numbered Head
Together) menurut Nurtavita (2011) adalah :
1. Waktu ruang
Belajar dengan menggunakan model pembelajaran NHT
memerlukan waktu yang agak panjang, supayasiswa lebih
memahami materinya.
15
2. Membuat panik siswa
Model pembelajaran NHT juga dapat membuat grogi atau panik
siswa, karena bagi nomor yang di panggil harus menjawab dan
mereka panik saat pemanggilan nomor.
3. Membuat repot guru
Model pembelajaran NHT merupakan metode diskusi kelompok
yang menggunakan nomor, sehingga sebelum pelajaran dimulai
guru harus mempersiapkan nomor, ini membuat guru agak repot.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kelebihan model
pembelajaran NHT yaitu:
1. Membuat siswa lebih aktif selama proses pembelajaran
2. Adanya komunikasi dan interaksi anatara guru dan siswa dengan
berdiskusi dan presentasi
3. Mendorong siswa untuk bekerjasama dalam memecahkan masalah
4. Bisa saling bertukar pendapat dan mengembangkan ide-ide yang
dimilikki
5. Siswa akan lebih aktif dan percaya diri
Sedangkan kelemahan model pembelajaran NHT yaitu:
1. Suasana kelas akan sedikit ramai
2. Saat hendak duduk berkelompok membutuhkan waktu yang agak lama
3. Siswa yang pandai akan lebih mendominasi saat diskusi kelompok
sehingga membuat minder siswa lain
4. Memberikan efek panik terhadap siswa
2.1.3 Media Teka-teki Silang
2.1.3.1 Hakikat Media
Media pembelajaran secara umum adalah alat bantu proses belajar
mengajar yaitu segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk merangsang
pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan atau ketrampilan pebelajar sehingga
dapat mendorong terjadinya proses belajar (Haryanto, 2012). Sedangkan menurut
National Education Association ( Mulyadi, 2011:178) memberikan definisi media
16
sebagai bentuk-bentuk komunikasi, baik tercetak maupun audio-visual dan
peralatannya.
Gerlach dan Ely (Mulyadi, 2011:176) mengatakan bahwa media apabila
dipahami secara garis besar adalah manusia, materi atau kejadian yang
membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan,
keterampilan, atau sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan
sekolah merupakan media. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses
belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, potografis, atau
elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual
dan verbal.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa media
pembelajaran adalah suatu alat bantu dalam proses pembelajaran berupa sarana
fisik yang digunakan untuk menyampaikan materi yang dapat merangsang
kemampuan berfikir dan keterampiran belajar.
2.1.3.2 Manfaat Media
Menurut Sudjana & Rivai dalam Herminegari (2012) manfaat media
pembelajaran dalam proses belajar siswa, yaitu:
1. Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat
menumbuhkan motivasi belajar;
2. Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih
dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai
tujuan pembelajaran;
3. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi
verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan
dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi kalau guru mengajar pada setiap
jam pelajaran;
4. Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya
mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati,
melakukan, mendemonstrasikan, memerankan, dan lain-lain.
17
Menurut Sumato (Sa’dun Akbar, 2013:119) mengidentifikasi manfaat
media yaitu:
1. Memperjelas penyajian pesan dan informasi
2. Meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak sehingga menimbulkan
motivasi belajar dan interaksi secara langsung
3. Mengatasi keterbatasan indera, ruang, dan waktu
4. Memberikan kesamaan pengalaman belajar pada siswa
Dari beberapa pendapat di atas dapat diambil kesimpulan yaitu:
Manfaat media adalah untuk menarik perhatian serta memotivasi belajar
siswa selama proses pembelajaran, memperjelas penyajian informasi guna
memberikan kesamaan pengalaman belajar agar siswa lebih banyak melakukan
kegiatan belajar.
2.1.3.3 Jenis-jenis Media Pembelajaran
Herminegari (2012) menyebutkan ada beberapa jenis media pembelajaran,
diantaranya :
1. Media Visual : grafik, diagram, chart, bagan, poster, kartun, komik
2. Media Audial : radio, tape recorder, laboratorium bahasa, dan sejenisnya
3. Projected still media : slide; over head projektor (OHP), in focus dan
sejenisnya
4. Projected motion media : film, televisi, video (VCD, DVD, VTR),
komputer dan sejenisnya.
Mulyadi (2011:180) menyebutkan delapan jenis-jenis media pembelajaran
yaitu sebagai berikut:
1. Media visual
Media visual juga disebut media pandang karena media yang hanya dapat
dilihat. Jenis media visual ini nampaknya paling sering digunakan oleh
guru pada lembaga pendidikan untuk membantu menyampaikan isii dari
tema pendidikan yang sedang disampaikan.
18
2. Media audio
Media audio adalah media yang mengandung pesan dalam bentuk auditif
(hanya dapat didengar) yang nerangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan
kemauan anak untuk mempelajarai tema. Contoh media audio adalah
program kaset suara dan program audio.
3. Poster
Poster merupakan suatu gambar yang mengkombinasikan unsur-unsur
visual, seperti grafis, gambar dan kata-kata yang bermaksud menarik
perhatian serta mengkomunikasikan pesan secara singkat.
4. Bagan
Bagan adalah gambaran dari sesuatu yang didiskusikan dengan garis,
gambar dan kata-kata. Sebuah bagan dimaksudkan untuk memeragakan
sesuatu pokok pelajaran yang menunjukkan adanya hubungan,
perkembangan, atau perbandingan sesuatu.
5. Diagram
Diagram adalah suatu gambaran terbuka dari suatu objek atau proses.
Maksudnya adalah sesuatu yang diterangkan irisannya atau penampangnya
dengan gambar, garis dan kata-kata, misalnya penampang batang pohon,
kulit manusia dan jantung.
6. Grafik
Grafik merupakan pemakaian lambang-lambang visual untuk menjelaskan
data statistik. Guna mempermudah pengertian pembelajar, deretan angka-
angka dapat digambarkan dengan lambang-lambang visual seperti garis-
garis, titik-titik, gambar atau bentuk-bentuk tertentu sehingga menarik dan
mudah dimengerti.
7. Peta datar
Peta adalah gambar yang menjelaskan permukaan bumi atau beberapa
bagian daripada yang menunjukkan ukuran dan posisi yang relatif,
menurut skala yang digambarkan.
19
8. Penggunaan Powerpoint Untuk Keperluan Mengajar
Untuk mempresentasikan materi, guru bisa menggunakan ptogram ini.
Bila guru ingin mempresentasikan materi dengan menggunakan program
powerpoint maka ada perangkat lain yang harus disiapkan oleh guru selain
komputer, yaitu proyektor.
Dalam penelitian ini jenis media yang digunakan adalah media visual jenis
bagan berbentuk teka-teki silang yang akan digunakan sebagai media
pembelajaran.
2.1.4 Teka-teki Silang
Teka-teki silang merupakan sebuah permainan yang cara mainnya yaitu
mengisi ruang-ruang kosong yang berbentuk kotak dengan huruf-huruf sehingga
membentuk sebuah kata yang sesuai dengan petujuk (Erlina, 2011) . Selain itu
mengisi teka-teki silang atau biasa disebut dengan TTS memang sungguh sangat
mengasikan , selain juga berguna untuk mengingat kosakata yang populer , selain
itu juga berguna untuk pengetahuan kita yang bersifat umum dengan cara santai.
Melihat karakteristik TTS yang santai dan lebih mengedepankan persamaan dan
perbedaan kata , maka sangat sesuai kalau misalnya dipergunakan sebagai sarana
peserta didik untuk latihan dikelas yang diberikan oleh guru yang tidak monoton
hanya berupa pertanyaan-pertanyaan baku saja. Cara ini cukup menarik minat
siswa, juga cara ini lebih memfokuskan siswa untuk mengingat-ingat materi yang
telah dipelajarinya,sehingga semua siswa tidak ada yang berdiam diri, semuanya
bekerja mengerjakan soal TTS (Muaalimin, 2014).
Teka-teki silang yang menjadi kegemaran lintas generasi ini,
sesungguhnya merupakan hal baru, tetapi tidak begitu baru. Artinya, hal ini sudah
berlangsung dari zaman ke zaman dengan format dan bentuk yang serupa tapi tak
sama. Catatan sejarah menyatakan bahwa format TTS seperti sekarang sudah ada
sejak zaman kuno. Bentuknya masih cukup sederhana, yaitu sebuah bujur sangkar
berisi kata-kata, huruf-huruf yang sama pada bujur sangkar itu menghubungkan
kata-kata secara vertikal dan horizontal (Khalilulah, 2012).
20
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan TTS adalah suatu
permainan mengisi ruang-ruang kosong berbentuk kotak dengan huruf-huruf yang
disusun membentuk suatu kata sesuai dengan petunjuk pertanyaan yang di
maksudkan untuk mengasah daya pikir siswa.
2.1.5 Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
2.1.5.1 Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam
Ilmu pengetahuan alam, yang sering disebut juga dengan istilah
pendidikan sains, disingkat menjadi IPA. IPA merupakan salah satu mata
pelajaran pokok dalam kurikulum pendidikan di Indonesia, termasuk pada jenjang
sekolah dasar. (Susanto, 2013:167) mengemukakan sains atau IPA adalah usaha
manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat pada
sasaran, serta menggunakan prosesur, dan dijelaskan dengan penalaran sehingga
mendapatkan suatu kesimpulan.
Menurut Samantoa (2011:3) Ilmu pengetahuan Alam (IPA) atau science
secara harifah dapat di sebut sebagai ilmu tentang alam, ilmu yang mempelajari
peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam, sedangkan Widyastyanto (2011:1)
menyatakan bahwa IPA (sains) merupakan salah satu kumpulan ilmu pengetahuan
yang mempelajari alam semesta yang bernyawa ataupun yang tak bernyawa
dengan jalan mengamati berbagai jenis dan perangkat lingkungan alam serta
lingkungan alam buatan.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa IPA adalah salah
satu mata pelajaran pokok yang mempelajari peristiwa-peristiwa alam melalui
pengamatan dan penalaran serta mengamati berbagai jenis dan perangkat
lingkungan alam serta lingkungan alam buatan.
2.1.5.2 Tujuan IPA
Sesuai dengan Permendiknas no. 22 Tahun 2006, mata pelajaran IPA di
SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
21
1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa
berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya
2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang
bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang
adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,
teknologi dan masyarakat
4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,
memecahkan masalah dan membuat keputusan
5. Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga
dan melestarikan lingkungan alam
6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala
keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan
Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai
dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.
2.1.5.3 Karakteristik IPA
IPA juga memilikki karakteristik sebagai dasar untuk memahaminya.
Karakteristik tersebut menurut Jacobsor & Bergman (Susanto, 2013:171)
meliputi:
1. IPA merupakan kumpulan konsep, prinsip, hukum dan teori.
2. Proses ilmiah dapat berupa fisik dan mental, serta mencermati
fenomena alam, termasuk juga penerapannya.
3. Sikap keteguhan hati, keingintahuan, dan ketekunan dalam
menyingkap rahasia alam.
4. IPA tidak dapat membuktikan semua akan tetapi hanya sebagian atau
beberapa saja.
5. Keberanian IPA bersifat subjektif dan bukan kebenaran yang bersifat
objektif.
22
2.1.5.4 Ruang Lingkup Bahan Kajian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
Depdiknas (2007: 485) Ruang Lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI
meliputi aspek-aspek berikut :
1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan,
tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.
2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan
gas.
3. Energi dan perubahannya meliputi : gaya, bunyi, panas, magnet,
listrik, cahaya dan pesawat sederhana.
4. Bumi dan alam semesta meliputi: bumi, tata surya dan benda-
benda langit lainnya.
Menurut Peraturan Menteri Nasional Nomor 22 Tahun 2006 Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar mata pelajaran IPA kelas V semester II
meliputi energi dan perubahannya serta bumi dan alam semesta. Kedua aspek
tersebut di jabarkan ke dalam dua Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
yang dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut
23
Tabel 2.1
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPA Kelas V Semester II
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Energi dan perubahannya
9. Memahami hubungan antara
gaya, gerak, dan energi serta
fungsinya
5.1 Mendeskripsikan hubungan antara gaya,
gerak dan energi melalui percobaan (gaya
gravitasi, gaya gesek, gaya magnet)
5.2 Menjelaskan pesawat sederhana yang dapat
membuat pekerjaan lebih mudah dan lebih
cepat
10. Menerapkan sifat-sifat
cahaya melalui kegiatan
membuat suatu model∕karya
6.1 Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya
6.2Membuat suatu karya/model, misalnya
periskop atau lensa dari bahan sederhana
dengan menerapkan sifat-sifat cahaya
Bumi dan Alam Semesta
11. Memahami perubahan yang
terjadi di alam dan
hubungannya dengan
penggunaan sumber daya
alam
7.1 Mendeskripsikan proses pembentukan
tanah karena pelapukan
7.2 Mengidentifikasi jenis-jenis tanah
7.3 Mendeskripsikan struktur bumi
7.4 Mendeskripsikan proses daur air dan
kegiatan manusia yang dapat
mempengaruhinya
7.5 Mendeskripsikan perlunya penghematan
air
7.6 Mengidentifikasi peristiwa alam yang
terjadi di Indonesia dan dampaknya bagi
makhluk hidup dan lingkungan
7.7 Mengidentifikasi beberapa kegiatan
manusia yang dapat mengubah permukaan
bumi (pertanian, perkotaan, dsb)
Dari SK dan KD di atas pokok bahasan dalam penelitian ini berkaitan
dengan Pesawat Sederhana
2.1.5.5 Kisi-Kisi Kegiatan Observasi
Berkaitan dengan SK dan KD di atas peneliti memaparkan kisi-kisi
observasi yang akan dilakukan sesui dengan materi yaitu pesawat sederhana
dengan menggunakan model pembelajaran NHT (Numbered Head Together)
dengan media teka-teki silang yang dapat dilihat pada tabel berikut ini:
24
Tabel 2.2
Kisi-kisi Kegiatan Observasi Mata Pelajaran IPA
Kegiatan Diskripsi Kegiatan
Pendahuluan
1. Guru membuka pelajaran dengan salam dan Do’a dan
mengabsen siswa
2. Guru melakukan apresepsi sebagai awal kegiatan
pembelajaran
3. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
4. Guru menginformasikan langkah-langkah pembelajaran
NHT dengan media Teka-teki silang
Kegiatan inti
a. Eksplorasi
1. Guru membagi kelompok terdiri dari 3-4 siswa
2. Guru menyajikan materi pembelajaran
b. Elaborasi
1. Siswa mengamati dengan cermat materi yang di
sampaikan
2. Guru memberikan soal berkaitan dengan materi
3. Siswa mendiskusikan jawaban bersama kelompok
4. Guru menunjuk salah satu kepala nomor dari
kelompok tercepat
5. Kelompok tercepat maju menyampaikan hasil diskusi
6. Siswa menuliskan jawaban pada lembar teka-teki
silang
c. Konfirmasi
1. Guru menyampaikan kesimpulan pembelajaran
2. Kelompok terbaik mendapat reward
3. Siswa mengerjakan soal evaluasi
Penutup 1. Guru menutup pembelajaran dengan berdo’a dan salam
25
2.1.6 Hasil Belajar
Secara sederhana, yang dimaksud dengan hasil belajar siswa adalah
kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Karena belajar
itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk
memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap. Hasil belajar
seringkali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui seberapa jauh seseorang
menguasai bahan yang sudah diajarkan. Untuk mengaktualisasikan hasil belajar
tersebut diperlukan serangkaian pengukuran menggunakan alat evaluasi yang baik
dan memenuhi syarat (Purwanto, 2013)
Menurut Agus Suprijono (2009:7) hasil belajar adalah perubahan perilaku
secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja.
Artinya, hasil pembelajaran yang di kategorisasi oleh para pakar pendidikan tidak
dilihat secara fragmentaris atau terpisah, melainkan komprehensif.
Suprijono (2011:5) mengemukakan hasil belajar merupakan pola-pola
perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan
keterampilan. Hasil belajar berupa informasi verbal yang berbentuk bahasa,
keterampilan intelektual yang mampu mempresentasikan konsep dan lambang,
strategi kognitif yang berkaitan dengan kaidah memecahkan masalah,
keterampilan motorik yang mampu melakukan serangkaian gerak jasmani, dan
sikap yang mampu menjadikan nilai sebagai standar perilaku.
Dari penjelasan beberapa ahli, dapat diambil kesimpulan bahwa hasil
belajar pada hakekatnya adalah proses perubahan perilaku, kemampuan, dan
keterampilan siswa yang diperoleh melalui kegiatan belajar.
2.1.6.1 Cakupan Hasil Belajar
Menurut Bloom (Agus Suprijono, 2009:6) hasil belajar mencakup
kemampuan:
1. Domain kognitif
Domain kognitif adalah knowlage (pengetahuan, ingatan),
comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh),
aplication (menerapkan), analysis (menguraikan, Menentukan
26
hubungan), syintesis (mengorganisasikan, merencanakan,
membentuk bangunan baru, dan evaluation (menilai).
2. Domain afektif
Domain afektif adalah reciving (sikap menerima), responding
(memberikan respons), valuing (nilai), organization (organisasi),
characterization (karakterisasi).
3. Domain psikomotorik
Domain psikomotor meliputi initiatory, pre-rountine, dan
rountinized. Psikomotor juga mencakup keterampilan pdoduktif,
teknik, fisik, sosial, menejerial, dan intelektual.
2.1.6.2 Jenis-jenis Hasil Belajar
Dalam kegiatan pembelajaran pada akhirnya akan diperoleh output dan
outcome dari kegiatan belajar. Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-
nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Merujuk
pemikiran Gagne (Agus Suprijono, 2009:5-6), hasil belajar berupa:
1. Informasi verbal yaitu kapasitas mengungkapkan pengetahuan dalam
bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespons
secara spesifik terhadap rangsanagan spesifik. Kemampuan tersebut
tidak memerlukan manipulasi simbol, pemecahan masalah maupun
penerapan aturan
2. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep
dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan
mengategorisasi, kemampuan analitis-sintesis fakta-konsep dan
mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan. Keterampilan intelektual
merupakan kemampuan melakukan aktivitas kognitif bersifat khas.
3. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan
aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan
konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.
27
4. Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak
jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme
gerak jasmani.
5. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan
penilaian terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan
menginternalisasi dan eksternalisasi nilai-nilai. Sikap merupakan
kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai standar perilaku.
Horward Kingsley (Nana Sudjana, 2013:22) membagi tiga macam
hasil belajar yakni:
1. Keterampilan dan kebiasaan
2. Pengetahuan dan pengertian
3. Sikap dan cita-cita
Adapun macam-macam hasil belajar yang di kemukakan oleh Ahmad
susanto (2013:6-10) yaitu sebagai berikut:
1. Pemahaman konsep
Pemahaman adalah kemampuan menyerap arti dari materi atau bahan
yang dipelajari.
2. Keterampilan proses
Keterampilan proses merupakan keterampilan yang mengarah kepada
pembangunan kemampuan mental, fisik, dan sosial yang mendasar
sebagai penggerak kemampuan yang lebih tinggi dalam diri individu
siswa
3. Sikap
Sikap tidak hanya merupakan aspek mental semata, melainkan
mencakup pula aspek respons fisik. Jadi, sikap ini harus ada
kekompakan antara mental dan fisik secara serempak.
Jadi jenis-jenis hasil belajar yang diperoleh siswa meliputi informasi
verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif, kebiasaan, cita-cita,
keterampilan motorik, pemahaman konsep, keterampilan proses serta perubahan
sikap.
28
Sedangkan dalam penelitian ini hasil belajar dibatasi pada aspek
kognitif terutama knowlage (pengetahuan, ingatan) dan comprehension
(pemahaman).
2.1.6.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Menurut teori Gestalt, belajar merupakan suatu proses perkembangan.
Artinya bahwa secara kodrati jiwa raga anak mengalami perkembangan.
Perkembangan sendiri memerlukan susuatu baik yang berasal dari diri siswa
sendiri maupun pengaruh dari lingkungannya (Ahmad Susanto, 2013:12).
Berdasarkan teori tersebut Ahmad Susanto mengemukakan hasil belajar siswa
dipengaruhi oleh dua hal sebagai berikut:
1. Siswa
Dalam arti kemampuan berpikir atau tingkah laku intelektual, motivasi,
minat, dan kesiapan siswa, baik jasmani maupun rohani.
2. Lingkungan
Yaitu sarana dan prasarana, kompetensi guru, kreatifitas guru, sumber-
sumber belajar, metode serta dukungan lingkungan, keluarga, dan
lingkungan.
Ruseffendi (Ahmad susanto, 2013:14-18) mengidentifikasi faktor-faktor
yang mempengaruhi hasil belajar ke dalam sepuluh macam yaitu:
1. Kecerdasan anak
Kemampuan intelegensi seseorang sangat mempengaruhi terhadap cepat
dan lambatnya penerimaan informasi serta terpecahkan atau tidaknya suatu
permasalahan. Kecerdasan siswa sangat membantu pengajar untuk
menentukan apakah siswa itu mampu mengikuti pelajaran yang diberikan
dan untuk meramalkan keberhasilan siswa setelah mengikuti pelajaran
yang diberikan meskipun tidak akan terlepas dari faktor lainnya.
2. Kesiapan dan Kematangan
Kesiapan dan lematangan adalah tingkat perkembangan dimana individu
atau organ-organ sudah berfungsi sebagaimana mestinya. Dalam proses
29
belajar, kematangan atau kesiapan ini sangat menentukan keberhasilan
dalam belajar tersebut.
3. Bakat
Menurut chaplin, yang dimaksud dengan bakat adalah kemampuan potensi
yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang
akan datang.
4. Kemauan belajar
Salah satu tugas guru yang kerap sukar dilaksanakan ialah membuat anak
menjadi mau belajar atau menjadi giat untuk belajar. Keengganan siswa
untuk belajar mungkin disebabkan karena ia belum mengerti bahwa belajar
sangat penting untuk kehidupan kelak.
5. Minat
Secara sederhana, minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang
tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Seorang siswa yang
menaruh minat besar terhadap pelajaran akan memusatkan perhatiannya
lebih banyak daripada siswa lainnya.
6. Model penyajian materi pelajaran
Keberhasilan siswa dalam belajar tergantung pula pada model penyajian
materi. Model penyajian materi yang menyenangkan, tidak membosankan,
menarik, dan mudah dimengerti oleh para siswa tentunya berpengaruh
secara positif terhadap keberhasilan belajar.
7. Pribadi dan Sikap Guru
Siswa, begitu juga manusia pada umumnya dalam melakukan belajar tidak
hanya melalui bacaan atau melalui guru saja, tetapi bisa juga melalui
contoh-contoh yang baik dari sikap, tingkah laku, dan perbuatan.
8. Suasana pengajaran
Faktor lain yang ikut menentukan keberhasilan siswa dalam belajar
suasana pengajaran. Suasana pengajaran yang tenang, terjadinya dialog
yang kritis antara siswa dengan guru dan menumbuhkan suasana yang
aktif diantara siswa tentunya akan memberikan nilai lebih pada proses
pengajaran.
30
9. Kompetensi guru
Guru yang profesional memilikki kemampuan-kemampuan tertentu.
Kemampuan-kemampuan itu diperlukan dalam membantu siswa dalam
belajar. Keberhasilan siswa belajar akan banyak dipengaruhi oleh
kemampuan guru yang profesional.
10. Masyarakat
Dalam masyarakat terdapat berbagai macam tingkah laku manusia dan
berbagai macam latar belakang pendidikan. Oleh karena itu, pantaslah
dalam dunia pendidikan lingkungan masyarakatpun akan ikut
mempengaruhi kepribadian siswa.
Wasliman dalam Ahmad Susanto (2013:12-15) mengatakan ada
berbagai faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa, baik faktor internal
maupun eksternal . Secara terperinci uraian mengenai faktor internal dan
eksternal, sebagai berikut:
1. Faktor internal
Faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri peserta
didik, yang mempengaruhi kemampuan belajarnya. Faktor internal ini
meliputi: kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi belajar, ketekunan,
sikap, kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan.
2. faktor eksternal
faktor eksternal merupakan faktor yang yang berasal dari luar diri peserta didik
yang mempengaruhi hasil belajar yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Keadaan keluarga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Keluarga yang morat-
marit keadaan ekonominya, pertengkaran suami istri, perhatian orangtua yang
kurang terhadap anaknya, serta kebiasaan sehari-hari berperilaku yang kurang
baik dari orangtua dalam kehidupan sehari-hari berpengaruh dalam hasil belajar
peserta didik.
Selain faktor internal dan eksternal Wasliman (Ahmad Susanto,
2013:13) juga mengatakan bahwa sekolah merupakan salah satu faktor yang ikut
menentukan hasil belajar siswa. Semakin tinggi kemampuan belajar siswa dan
kualitas pengajaran di sekolah, maka semakin tinggi pula hasil belajar siswa.
31
Jadi faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar selain dari
faktor internal dan eksternal, hasil belajar juga dipengaruhi oleh kecerdasan anak,
kesiapan dan kematangan, bakat, kemauan belajar, minat, model penyajian materi
pelajaran, pribadi dan sikap guru, suasana pengajaran, kompetensi guru,
masyarakat, siswa itu sendir, lingkungan serta sekolah.
Dalam penelitian ini faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah
faktor eksternal khususnya pada metode mengajar dan media pembelajaran.
2.2 Penelitian Kajian Yang Relevan
Penelitian yang telah dilakukan oleh Lila (2013) dengan judul
penelitian Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe
NHT Terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran IPA Siswa Kelas 5 Sekolah Dasar
Negeri Dukuh 03 Salatiga Semester II Tahun Pelajaran 2012/1013. Berdasarkan
pengujian, diketahui bahwa thitung> ttabel (2.756 > 2.020 dan signifikansi < 0.05
(0.009 < 0.05), maka Ho ditolak, atau hipotesis yang menyatakatan tidak terdapat
pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dalam
meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas 5 Sekolah Dasar Negeri Dukuh 03
Salatiga Semester II Tahun Pelajaran 2012/2013, ditolak.
Penelitian kedua dilakukan oleh Nopi (2013) dengan judul Pengaruh
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Heads
Together) Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SD Salatiga. Berdasarkan
pengujian Data dianalisis dengan menggunakan independent sample t test pada
taraf signifikansi 5% (α = 0,05). Hasil perhitungan penelitian ini didapat nilai t
senilai 7.232 dengan tingkat signifikasi lebih kecil dari 0.005 yaitu 0.000.
Berdasarkan hasil tersebut maka dapat diambil keputusan bahwa ada perbedaan
hasil belajar antara siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran tipe NHT
(Numbered Heads Together) dengan siswa yang diajar menggunakan
pembelajaran konvensional, hasil belajar IPS siswa kelas V SD yang diajar
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads
Together) lebih baik dibandingkan siswa yang diajar menggunakan pembelajaran
32
konvensional, dan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered-Heads
Together) pengaruh terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V SD.
Penelitian ketiga di lakukan oleh Erna sumaryanti (2012) dengan judul
Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Nht (Numbered
Heads Together) Terhadap Hasil Belajar Pkn Siswa Kelas IV di SD Negeri Depok
Toroh Grobogan Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012. Teknik analisis
data menggunakan uji t yang merupakan hasil belajar dari kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol pada taraf signifikansi 5% (α = 0,05). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ada perbedaan mean hasil belajar antara kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol. Mean hasil belajar kelompok eksperimen
adalah 85,72 dan mean hasil belajar kelompok kontrol adalah 76,15. Selisih mean
hasil belajar kelompok eksperimen dan kontrol sebesar 9,567. Hasil penghitungan
uji t diperoleh signifikansi sebesar 0,00 lebih kecil dari 0,05 (0,00 < 0,05) dan
thitung sebesar 4,215 lebih besar dari ttabel sebesar 1,669 (4,215 > 1,669) maka
hipotesis diterima, artinya terbukti ada pengaruh penggunaan model pembelajaran
kooperatif tipe NHT terhadap hasil belajar PKn siswa kelas IV di SD Negeri
Depok Toroh Grobogan semester genap tahun pelajaran 2011/2012.
Beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu di
atas relevan dengan penelitian yang akan dilakukan karena sama-sama meneliti
model pembelajaran NHT (Numbered Head Together).
2.3 Kerangka Berfikir
Berdasarkan uraian di atas tujuan akhir dari penelitian ini adalah
membandingkan kelas kontrol yang tidak di kenai perlakuan dengan kelas
eksperimen yang di kenai perlakuan menggunakan model pembelajaran NHT
(Numbered Head Together) Dengan Media Teka-teki Silang. Kerangka berfikir
dapat dilihat pada skema berikut ini:
33
Gambar 2.1
Kerangka Berfikir Penelitian
Mata pelajaran IPA
(Pesawat Sederhana)
Model Pembelajaran NHT
Siswa menyimak materi
yang di sampaikan
Pembentukan kelompok
Guru memberikan soal
Siswa mendiskusikan
jawaban yang tepat
Pemanggilan nomor secara
acak
Siswa menyampaikan hasil
diskusi
Siswa menuliskan jawaban
pada bagan teka-teki silang
Memperdalam pemahaman
siswa
Melatih kerjasama siswa
Mengukur pemahaman
Bertukar pendapat dengan
teman
Menguji kesiapan siswa
Menyampaikan hasil
pemikiran siswa
Menuangkan hasil
pemikiran siswa
Post-Test Unjuk Kerja
Hasil belajar siswa tinggi
KKM ≥ 75