bab ii kajian pustaka 2.1 kajian teori 2.1.1. pembelajaran...

20
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SD Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan. Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan. Di tingkat SD/MI diharapkan ada penekanan pembelajaran Salingtemas (Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat) yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana. Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran IPA di SD/MI menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah. Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) IPA di SD/MI merupakan standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh peserta

Upload: lykien

Post on 03-Mar-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1. Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11092/2/T1_292012524_BAB II... · 2.1 Kajian Teori . 2.1.1. Pembelajaran

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SD

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu

tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan

pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja

tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat

menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam

sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam

kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian

pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan

memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri

dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh

pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.

IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan

manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan.

Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk

terhadap lingkungan. Di tingkat SD/MI diharapkan ada penekanan pembelajaran

Salingtemas (Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat) yang diarahkan pada

pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan

konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana.

Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific

inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah

serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh

karena itu pembelajaran IPA di SD/MI menekankan pada pemberian pengalaman

belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan

proses dan sikap ilmiah.

Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) IPA di SD/MI

merupakan standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh peserta

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1. Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11092/2/T1_292012524_BAB II... · 2.1 Kajian Teori . 2.1.1. Pembelajaran

8

didik dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan

pendidikan. Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan peserta didik

untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang

difasilitasi oleh guru.Pada dasarnya IPA di SD saat ini merupakan kelompok

keilmuan yang disajikan dalam materi terpadu dari Biologi, Fisika dan Kimia

yang disajikan dalam bentuk yang sederhana.

Dalam IPA hal-hal yang komplek dapat disederhanakan, sehingga mudah

dipahami hakekat dan saling keterkaitannya. Menurut Moh. Amin bahwa IPA

adalah suatu kumpulan pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan model-

model yang berdasarkan observasi. IPA merupakan salah satu bidang studi yang

penting dan strategis dalam mengubah sikap serta perilaku siswa untuk

memperoleh nilai yang dapat mengembangkan kepribadian termasuk didalamnya

pengembangan aspek intelektual (1989). Ilmu pengetahuan alam (IPA)

merupakan bagian dari ilmu pegetahuan atau sains yang semula berasal dari

bahasa Inggris „scince‟, Trianto (2010: 136). Kata ‘science’ sendiri berasal dari

kata dalam Bahasa Latin „scientia‟ yang berarti tahu, selanjutnya menurut

(Trianto 2010: 136) dalam perkembangannya science sering diterjemahkan

sebagai sains yang berarti Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) saja. Walaupun

pengertian ini kurang pas dan bertentangan dengan etimologi.

Menurut (Samatowa 2009: 3) IPA merupakan ilmu yang berhubungan

dengan gejala alam dan kebendaan yang sistematis yang tersusun secara teratur,

berlaku umum yang berupa kumpulan dari hasil observasi dan

eksperimen/sistematis.

Puskur, Balitbang Depdiknas (2009) menyatakan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam

(IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,

sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-

fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses

penemuan.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut penulis menyimpulkan IPA

adalah suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas

pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1. Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11092/2/T1_292012524_BAB II... · 2.1 Kajian Teori . 2.1.1. Pembelajaran

9

oberservasi dan eksperimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu,

terbuka jujur. Dengan begitu, pendidikan IPA di SD diharapkan dapat menjadi

wahana bagi siswa untuk mempelajari dairi dan alam sekitar.

2.1.2 Kompetensi Dasar Pembelajaran IPA kelas V

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan penyempurna

dari kurikulum 2004 (KBK) adalah kurikulum operasional yang disusun dan

dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan/sekolah. Di dalam KTSP ini

terdapat Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang merupakan

standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh peserta didik dan

menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan.

Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan peserta didik untuk

membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang

difasilitasi oleh guru.

Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang terdapat pada KTSP kelas V SD

semester II sebagai berikut:

Tabel 2.1

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Kelas V

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

7. Memahami

perubahan yang

terjadi di alam dan

hubungannya dengan

penggunaan sumber

daya alam

7.1 Mendeskripsikan proses pembentukan tanah

karena pelapukan

7.2 Mengidentifikasi jenis-jenis tanah

7.3 Mendeskripsikan struktur bumi

7.4 Mendeskripsikan proses daur air dan kegiatan

manusia yang d apat mempengaruhinya

7.5 Mendeskripsikan perlunya penghematan air

7.6 Mengidentifikasi peristiwa alam yang terjadi di

Indonesia dan dampaknya bagi makhluk hidup dan

lingkungan

7.7 Mengidentifikasi beberapa kegiatan manusia yang

dapat mengubah permukaan bumi (pertanian,

perkotaan, dsb)

Dalam penelitian ini peneliti mengambil SK dan KD sebagai berikut:

Standar Kompetensi: 7. Memahami perubahan yang terjadi di alam dan

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1. Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11092/2/T1_292012524_BAB II... · 2.1 Kajian Teori . 2.1.1. Pembelajaran

10

hubungannya dengan penggunaan sumber daya

alam

Kompetensi Dasar: 7.1 Mendeskripsikan proses pembentukan tanah karena

pelapukan

7.2 Mengidentifikasi jenis-jenis tanah

2.1.3 Ruang Lingkup Pembelajaran IPA di SD

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas)

Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi (SI), Ruang Lingkup bahan kajian Ilmu

Pengetahuan Alam (IPA) untuk SD/MI meliputi aspek-aspek berikut.

1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan

interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.

2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas.

3. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik,

cahaya dan pesawat sederhana.

4. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda

langit lainnya.

Berhubung penulis mengadakan penelitian di kelas V, maka ruang lingkup

pelajaran IPA yang dikaji adalah salah satu konsep dari konsep-konsep yang

dibahas di kelas tersebut, yang meliputi sebagai berikut:

1) Makhluk Hidup dan Proses Kehidupan

2) Benda dan Sifatnya

3) Energi dan Perubahannya

4) Bumi dan Alam Semesta

2.1.4 Manfaat dan Tujuan Pengajaran IPA di SD

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 22

Tahun 2006 tentang Standar Isi (SI), Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam

(IPA) di Sekolah Dasar (SD) bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan

sebagai berikut:

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1. Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11092/2/T1_292012524_BAB II... · 2.1 Kajian Teori . 2.1.1. Pembelajaran

11

1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa

berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya.

2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang

bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang adanya

hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan

masyarakat.

4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,

memecahkan masalah dan membuat keputusan.

5. Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga

dan melestarikan lingkungan alam.

6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya

sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar

untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

Adapun manfaat mempelajari IPA dikemukakan oleh UNESCO yang

dikuti Asri Budiningsih (2002) sebagai berikut :

1. IPA menolong siswa untuk dapat berpikir secara logis terhadap kejadian-

kejadian sehari-hari dan memecahkan masalah sederhana yang dihadapinya.

2. Aplikasi IPA dalam teknologi dapat menolong dan meningkatkan kualitas

hidup manusia dalam kehidupan bermasyarakat.

3. Dunia semakin berorientasi pada kehidupan dan teknologi melalui IPA

siswa memperoleh bekal yang sangat penting.

4. Jika IPA diajarkan dengan baik akan menghasilkan pola pikir siswa yang

baik pula.

5. Melalui IPA secara positif membantu siswa untuk dapat mempelajari mata

pelajaran lain terutama bahasa dan matematika.

6. Karena sifat-sifat anak yang selalu tertarik dengan lingkungannya, melalui

IPA potensi anak akan dikembangkan.

Dalam Pusat Kurikulum (2006: 4), IPA berkaitan dengan cara mencari

tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1. Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11092/2/T1_292012524_BAB II... · 2.1 Kajian Teori . 2.1.1. Pembelajaran

12

kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-

prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.

Trianto (2011: 136-137) menyatakan pada hakikatnya IPA dibangun atas

dasar produk ilmiah, proses ilmiah, dan sikap ilmiah. Dalam sumber yang sama

dinyatakan juga bahwa IPA adalah suatu kumpulan teori yang sistematis,

penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan

berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta

menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur, dan sebagainya.

Dengan demikian, IPA pada hakikatnya adalah ilmu untuk mencari tahu,

memahami alam semesta secara sistematik dan mengembangkan pemahaman ilmu

pengetahuan tentang gejala alam yang dituangkan berupa fakta, konsep, prinsip,

dan hukum yang teruji kebenarannya. Namun, IPA bukan hanya merupakan

kumpulan pengetahuan berupa fakta, konsep, prinsip, melainkan suatu proses

penemuan dan pengembangan. Oleh karena itu untuk mendapatkan pengetahuan

harus melalui suatu rangkaian kegiatan dalam metode ilmiah serta menuntut sikap

ilmiah. Dalam pengelolaan pembelajaran IPA di sekolah, guru harus dapat

memberikan pengetahuan peserta didik mengenai konsep yang terkandung dalam

materi IPA tersebut. Selain konsep, hendaknya guru dapat menanamkan sikap

ilmiah melalui model-model pembelajaran yang dilakukannya. Jadi pelajaran IPA

tidak hanya bermanfaat dari segi materinya namun bermanfaat juga terhadap

penanaman nilai-nilai yang terkandung ketika proses pembelajarannya.

Untuk belajar IPA diperlukan cara khusus yang disebut dengan metode

ilmiah. Metode ilmiah ini menekankan pada adanya masalah, adanya hipotesa,

adanya analisa data untuk menjawab masalah atau membuktikan hipotesa, dan

diakhiri dengan adanya kesimpulan atau generalisasi yang merupakan jawaban

resmi dari masalah yang diajukan.

Dari pernyataan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pengajaran IPA

untuk menanamkan sikap ilmiah pada siswa dan nilai positif melalui proses IPA

dalam memecahkan masalah. Siswa akan selalu tertarik dengan lingkungan dan

siswa akan mengenal serta dapat memanfaatkan teknologi sederhana dari aplikasi

IPA.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1. Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11092/2/T1_292012524_BAB II... · 2.1 Kajian Teori . 2.1.1. Pembelajaran

13

2.2 Hasil Belajar IPA

Proses pembelajaran merupakan sebuah aktivitas sadar untuk membuat

siswa belajar, yang berarti pembelajaran merupakan sebuah proses yang

direncanakan untuk mencapai tujuan tertentu. Sehingga dapat dikatakan bahwa

hasil belajar merupakan porolehan dari dari proses belajar siswa sesuai dengan

tujuan pembelajaran. Keberhasilan suatu pembelajaran dapat dilihat dari hasil

belajar siswa. Bila hasil belajar tinggi pembelajaran tersebut dikatakan berhasil,

tetapi jika hasil belajar rendah pembelajaran tersebut dikatakan tidak berhasil.

Menurut (Purwanto 2008: 45), “hasil belajar adalah perubahan yang

mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya, perubahan itu

mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.” Sepaham Purwanto (2008:

46) mengungkapkan “hasil belajar adalah perubahan perilaku manusia akibat

belajar, dapat berupa perubahan dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.”

Winkel menekankan bahwa hasil belajar merupakan perubahan mengenai sekap

dan tingkah lakunya. Sedangkan Purwanto hanya menyebutkan perubahan

perilaku manusia setelah belajar. Meskipun demikian, mereka mempunyai

kesepahaman bahwa perubahan akibat belajar tersebut berupa 3 aspek, yaitu aspek

kognitif, afektif dan psikomotorik.

Perubahan perilaku tersebut disebabkan karena telah mencapai

penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses belajar mengajar.

Perubahan akibat pengalaman belajar, tidak semata-mata hanya pada perubahan

secara kognitif (pengetahuan) saja, tetapi siswa juga dapat mengalami perubahan

secara afektif (sikap) serta mampu melaksanakan tugas – tugas yang berhubungan

dengan performanya (psikomotorik).

Hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya

salah satu aspek kompetensi kemanusiaan saja. Hasil belajar yang diharapkan

dicapai siswa pada ranah kognitif yaitu siswa dapat mengetahui atau menyebutkan

konsep, misalnya dari menghitung luas dan menggunakannya dalam masalah yang

berkaitan dengan luas. Pada ranah afektif yaitu siswa dapat mengembangkan

karakter yang diharapkan (tekun, kerjasama, dan tanggung jawab), siswa juga

dapat berpikir kreatif dan berlatih berkomunikasi. Pada ranah psikomotor yaitu

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1. Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11092/2/T1_292012524_BAB II... · 2.1 Kajian Teori . 2.1.1. Pembelajaran

14

siswa mampu menggunakan alat peraga dan memecahkan aktivitas pemecahan

masalah menggunakan alat peraga. Jadi ketiga ranah menurut taksonomi Bloom

tersebut, kesemuanya harus dapat dicapai oleh siswa setelah mendapatkan

pembelajaran. Jika ketiga ranah tersebut telah tercapai, dapat dikatakan bahwa

siswa telah berhasil dalam belajarnya.

Dari pendapat para ahli di atas, maka penulis mengambil kesimpulan

bahwa yang disebut dengan hasil belajar adalah perubahan tingkah laku belajar

pada siswa, dimana untuk mengukur perubahan tingkah laku belajar tersebut

digunakan alat yang disebut tes. Nilai yang diperoleh dari hasil tes tersebut

kemudian yang diukur untuk melihat siswa tersebut telah berhasil mencapai

belajarnya atau masih belum. Agar lebih terukur, kriteria nilai sebagai bukti

keberhasilan bahwa siswa tersebut telah berhasil mengikuti proses pembelajaran.

2.2.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor

dari dalam diri siswa dan faktor dari luar diri siswa (Sudjana, 1989 : 39). Dari

pendapat ini faktor yang dimaksud adalah faktor dalam diri siswa perubahan

kemampuan yang dimilikinya seperti yang dikemukakan oleh Clark (1981 : 21)

menyatakan bahwa hasil belajar siswa disekolah 70% dipengaruhi

oleh kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan. Demikian juga

faktor dari luar diri siswa yakni lingkungan yang paling dominan berupa kualitas

pembelajaran (Sudjana, 2002 : 39). "Belajar adalah suatu perubahan perilaku,

akibat interaksi dengan lingkungannya" (Ali Muhammad, 2004 : 14). Perubahan

perilaku dalam proses belajar terjadi akibat dari interaksi dengan lingkungan.

Interaksi biasanya berlangsung secara sengaja. Dengan demikian belajar dikatakan

berhasil apabila terjadi perubahan dalam diri individu. Sebaliknya apabila terjadi

perubahan dalam diri individu maka belajar tidak dikatakan berhasil.

Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh kamampuan siswa dan kualitas

pengajaran. Kualitas pengajaran yang dimaksud adalah profesional yang dimiliki

oleh guru. Artinya kemampuan dasar guru baik di bidang kognitif (intelektual),

bidang sikap (afektif) dan bidang perilaku (psikomotorik).

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1. Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11092/2/T1_292012524_BAB II... · 2.1 Kajian Teori . 2.1.1. Pembelajaran

15

Dari beberapa pendapat di atas, maka hasil belajar siswa dipengaruhi oleh

dua faktor dari dalam individu siswa berupa kemampuan personal (internal) dan

faktor dari luar diri siswa yakni lingkungan. Dengan demikian hasil belajar

adalah sesuatu yang dicapai atau diperoleh siswa berkat adanya usaha atau fikiran

yang mana hal tersebut dinyatakan dalam bentuk penguasaan, pengetahuan dan

kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupa sehingga nampak

pada diri indivdu penggunaan penilaian terhadap sikap, pengetahuan dan

kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga nampak

pada diri individu perubahan tingkah laku secara kuantitatif. Hasil belajar siswa.

2.3 Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

2.3.1 Pengertian Pembelajaran Kooperatif tipe STAD

Kooperatif tipe Student Teams Achievement Division Model

pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division dikembangkan

oleh Robert Slavin dan kawan-kawannya dari Universitas John Hopkin. Slavin

(2010: 8) menyatakan bahwa Student Teams Achievement Division merupakan

“Pembelajaran dimana siswa di tempatkan dalam kelompok belajar

beranggotakan empat-lima siswa yang merupakan campuran dari kemampuan

akademik yang berbeda, sehingga dalam setiap kelompok terdapat siswa yang

berprestasi tinggi, sedang, dan rendah atau variasi jenis kelamin, kelompok ras

dan etnis atau kelompok sosial lainnya”. Pelaksanaan strategi belajar ini, siswa

ditugaskan untuk bekerja dalam satu kumpulan yang terdiri dari 4-5 orang setelah

guru menyampaikan bahan pelajaran dan mengharuskan semua anggota

menguasai pelajaran itu. Setelah melakukan kegiatan diskusi setiap anggota

kelompok akan diberi ujian atau kuis secara individu. Nilai yang diperoleh setiap

anggota dikumpulkan untuk memperoleh nilai kelompok. Sehingga untuk

mendapatkan penghargaan, setiap siswa dalam kelompok harus membantu

kelompoknya.

Pada pembelajaran kooperatif teknik Student Teams Achievement Division

siswa belajar dan membentuk sendiri pengetahuannya berdasarkan pengalaman

dan kerjasama setiap siswa dalam kelompoknya untuk menyelesaikan tugas yang

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1. Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11092/2/T1_292012524_BAB II... · 2.1 Kajian Teori . 2.1.1. Pembelajaran

16

telah diberikan kepada mereka, pada pembelajaran ini siswa dilatih untuk

bekerjasama dan bertanggung jawab terhadap tugas mereka sedangkan guru pada

model pembelajaran ini berfungsi sebagai fasilitator yang mengatur dan

mengawasi jalannya proses belajar. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan

bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division

ini adalah model yang menekankan pada aktivitas dan interaksi siswa untuk

saling memotivasi dan membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk

mencapai hasil yang maksimal melalui kerja tim atau kelompok. Komponen

Student Teams Achievement Division menurut Slavin (2010: 143) adalah sebagai

berikut:

a. Presentasi kelas. Materi dalam Student Teams Achievement Division pertama-

tama diperkenalkan dalam presentasi di dalam kelas. Presentasi kelas ini

merupakan pengajaran langsung seperti yang sering dilakukan dalam

pelajaran yang dipimpin oleh guru.

b. Belajar dalam tim. Murid dibagi menjadi beberapa kelompok, tiap kelompok

terdiri dari 4-5 orang. Fungsi utama dar tim ini adalah memastikan bahwa

semua anggota tim benar-benar belajar dan dapat membahas permasalahan

bersama. Jika ada kesulitan, murid yang merasa mampu membantu yang

kesulitan.

c. Tes individu. Setelah pembelajaran selesai ada tes individu (kuis), para siswa

tidak diperbolehkan untuk saling membantu dalam mengerjakan kuis.

d. Skor pengembangan individu. Setiap siswa dapat memberikan kontribusi poin

yang maksimal kepada timnya. Setiap siswa diberikan skor awal, yang

diperoleh dari kinerja rata-rata siswa pada kuis serupa sebelumnya. Kemudian

siswa memperoleh poin untuk timnya berdasarkan tingkat kenaikan skor kuis

mereka dibandingkan dengan skor awal mereka.

e. Penghargaan tim. Tim dapat memperoleh sertifikat atau penghargaan lain

apabila skor rata-rata mereka melampaui kriteria tertentu.

Langkah-langkah penerapan pembelajaran Student Teams Achievement

Division adalah sebagai berikut:

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1. Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11092/2/T1_292012524_BAB II... · 2.1 Kajian Teori . 2.1.1. Pembelajaran

17

a) Guru menerangkan mengenai topik pembahasan. Pada tahap ini di gunakan

untuk penyajian materi oleh guru. Sebelum menyajikan materi pelajaran guru

dapat menjelaskan tujuan pelajaran, memberi motivasi untuk berkooperatif,

menggali pengetahuan siswa. Pada tahap ini guru memulai materi dengan

menyampaikan indikator, dilanjutkan dengan apersepsi dan penyajian materi

energi.

b) Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok yang terdiri dari empat sampai lima

orang.

c) Guru memberikan lembaran tugas siswa untuk masing-masing kelompok

untuk didiskusikan bersama dan saling membantu untuk menguasai materi.

Kemudian hasil diskusi tersebut dipresentasikan.

d) Guru memberikan evaluasi secara individu untuk mengetahui sejauh mana

keberhasilan belajar yang di capai.

e) Setiap siswa dan tiap kelompok diberi skor atas penguasaanya terhadap bahan

ajar, dan pada individu atau kelompok yang mendapat prestasi paling tinggi

diberi penghargaan.

2.3.2 Komponen Model Pembelajaran Tipe STAD

Sebagaimana dipaparkan Joyce, Weil dan Calhoun (2009: 104-106) setiap

model pembelajaran mengandung beberapa unsur yaitu, sintakmatik (tahap-tahap

kegiatan), sisem sosial (situasi atau suasana), prinsip reaksi (perilaku guru

terhadap siswa), sistem pendukung (sarana dan alat), dan dampak insruksional

dan pengiring. Unsur-unsur yang yang terkandung dalam model STAD adalah

sebagai berikut:

Suatu model pembelajaran memiliki sintaks yang berisi langkah – langkah

yang harus dilakukan oleh guru dan siswa dalam suatu kegiatan pembelajaran.

Tabel berikut adalah sintaks pembelajaran berdasarkan masalah menurut Arends

(dalam Trianto 2009: 98)

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1. Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11092/2/T1_292012524_BAB II... · 2.1 Kajian Teori . 2.1.1. Pembelajaran

18

Tabel 2.2

Sintak Pembelajaran Kooperatif Tipe (STAD) Slavin (2010: 134)

Fase Perilaku guru

Fase1.

Menyampaikan tujuan

dan mempersiapkan

peserta didik

Menjelaskan tujuan pembelajaran dan

mempersiapkan peserta didik siap belajar.

Fase 2.

Mengondisikan kelas dan

membagi kelompok

secara heterogen

Membagi kelompok dengan perbedaan jenis,

kepandaian

Fase 3.

Memberikan penjelasan

secara garis besar

Memberikan penjelasan kepada siswa tentang

materi yang akan dipelajari.

Fase 4.

Memberikan Lembar

Kerja Siswa

Mengamati, memberikan motivasi dan

membantu siswa apabila kesulitan.

Fase 5.

Mengevaluasi

Menguji pengetahuan peserta didik mengenai

berbagai materi pembelajaran atau kelompok-

kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.

1. Prinsip Reaksi

Pada prinsip reaksi ini menggambarkan pola tingkah laku guru dalam

memperlakukan siswa ketika belajar. Peran guru dalam pembelajaran

kooperatif tipe STAD adalah sebagai fasilitator yang terlibat langsung dalam

pembelajaran. Guru juga berperan sebagai pembimbing setiap kelompok

dengan menciptakan suasana yang hangat dan menyenangkan. Guru

menjelaskan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan siswa siap belajar

sehingga semua siswa dapat memahami dengan baik mengenai tugas yang

akan dilakukan. Guru mengkondidikan siswa dengan membagi kelompok

dengan perbedaan jenis kepandaian. Setelah terbentuk kelompok-kelompok,

guru memberikan arahan atau penjelasan kepada siswa tentang materi yang

akan dipelajarai. Guru mengamati proses diskusi, memberikan motivasi

kepada siswa dan membantu siswa apabila mengalami kesulitan. Setelah

selesai guru melakukan evaluasi atau menguji pengetahuan siswa mengenai

berbagai materi kemudian setiap kelompok mempersentasikan hasil kerjanya.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1. Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11092/2/T1_292012524_BAB II... · 2.1 Kajian Teori . 2.1.1. Pembelajaran

19

2. Sistem Sosial

Sistem sosial/norma yang terdapat dalam model ini berlandaskan pada

proses demokrasi dan keputusan kelompok. Guru dan siswa memiliki status

yang sama, namun menduduki peran yang berbeda (Joyce, Weil dan Calhoun,

2009: 323). Guru tidak sepenuhnya menjadi pusat perhatian, namun ada

kalanya perhatian tersebut tertuju pada siswa. Sistem sosial dalam

pembelajaran ini berupa sikap saling membantu antarteman dalam kelompok.

Siswa saling bahu-membahu dalam mecari jawaban yang paling tepat atas

pertanyaan yang diterima. Ketika belangsungnya diskusi untuk mencari

jawaban yang tepat, setiap anggota kelompok pasti mempunyai jawaban atau

gagasan yang berbeda-beda. Dalam hal ini tentu saja harus ada pendapat yang

diterima dan ditolak. Disinilah siswa akan belajar saling menghargai pendapat

yang dikemukakan oleh teman. Selain itu, ketika jawaban dari semua

kelompok dibacakan dan dikoreksi, akan terlihat kelompok mana yang

mempunyai prestasi tertinggi dan terendah. Kelompok yang mempunyai

prestasi rendah, akan belajar menerima kekalahan kelompok sendiri dan

menghargai kemenangan kelompok lain.

3. Daya Dukung

Sistem pendukung yang diperlukan dalam pembelajaran kooperatif

tipe STAD salah satunya adalah kondisi lingkungan fisik sesuai kebutuhan

siswa dalam pembelajaran seperti kebersihan dan kenyamanan ruang kelas,

ketersediaan sarana dan prasarana yang memadai untuk menunjang proses

pembelajaran yang berupa meja, kursi, papan tilis, dll. Selain itu, guru harus

mempersiapkan bahan ajar yang digunakan yaitu berupa materi Tanah dan

Struktur Bumi untuk siswa lengkap dengan Lembar Kerja Siswa (LKS) atau

berupa pertanyaan yang siap diajukan kepada siswa dan sumber belajar (buku

dan lingkungan sekitar siswa) yang berkaitan dengan materi Tanah dan

Struktur Bumi. Tidak lupa guru harus menyusun Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1. Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11092/2/T1_292012524_BAB II... · 2.1 Kajian Teori . 2.1.1. Pembelajaran

20

4. Dampak Instruksional dan Dampak Pengiring

Dampak instruksional merupakan hasil belajar yang harus dikuasai siswa

berupa kemampuan-kemampuan siswa setelah menerima atau menyelesaikan

pengalaman belajarnya. Secara umum, dampak instruksional setelah siswa

mengikuti pembelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD yaitu proses pembentukan dan pengelolaan kelompok

dapat dilakukan secara efisien sesuai minat siswa namun masih dalam kontrol

guru; sehingga proses pembelajaran secara berkelompok dapat berjalan

dengan baik dan mencapai tujuan yang diharapkan. Melalui model

pembelajaran kooperatif tipe STAD ini, diharapkan dapat membiasakan siswa

untuk membangun pengetahuannya melalui diskusi kelompok, sehingga

siswa akan lebih termotivasi untuk belajar. Melalui proses kerjasama dalam

kelompok, siswa berlatih untuk disiplin dan tanggung jawab dari masing-

masing anggota kelompok. Sehingga semua anggota kelompok dapat

berpartisipasi aktif dalam diskusi.

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1. Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11092/2/T1_292012524_BAB II... · 2.1 Kajian Teori . 2.1.1. Pembelajaran

21

Keterangan:

Dampak Instruksional

Dampak Pengiring

Gambar 2.1

Dampak Pengiring dan Dampak Insruksional Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe STAD

Secara khusus, dampak instruksional yang terdapat dalam pembelajaran

IPA dengan materi Tanah dan Struktur Bumi melalui model STAD yaitu siswa

mampu mendeskripsikan proses pembentukan tanah karena pelapukan. Dampak

pengiring adalah hasil belajar lain yang muncul dari suasana pembelajaran yang

dialami siswa diluar arahan dari guru. Secara umum, dampak pengiring yang

timbul dari pembelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD adalah siswa mampu berdiskusi bersama kelompoknya yang

heterogen, sehingga timbul rasa saling menerima kemampuan yang berbeda-beda

Student

Teams

Achievemen

Division

Mendeskripsikan proses

pembentukan tanah

karena pelapukan.

Mengidentifikasi jenis-

jenis tanah.

Tekun

Sportif

toleransi

Demokratis

Kerjasama

Percaya Diri

Konsentrasi

Tanggung Jawab

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1. Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11092/2/T1_292012524_BAB II... · 2.1 Kajian Teori . 2.1.1. Pembelajaran

22

dan tidak ada rasa saling meremehkan. Adanya rasa tanggungjawab atas tugas

yang diberikan kepada kelompoknya.

Secara khusus, dampak pengiring yang akan didapatkan siswa dalam

pembelajaran IPA materi Tanah dan Struktur bumi dengan menggunakan model

pembelajaran STAD adalah menumbuhkan rasa saling menghargai pendapat

teman/demokratis, tanggung jawab, berpikir kritis, menumbuhkan jiwa kerja

sama, tekun dalam mencari jawaban, melatih siswa untuk sportif, dan konsentrasi

ketika guru memanggil nomor. Menumbuhkan rasa percaya diri untuk

mengemukakan pendapat dan memaparkan jawaban keseluruh kelas. Dampak

instruksional dan dampak pengiring dalam model Student Teams Achievement

(STAD) digambarkan dalam bagan 2.1.

2.3.3 Strategi Pelaksanaan Model Pembelajaran STAD

Tabel 2.3

Strategi Pelaksanaan

Aktivitas Guru Sintak/langkah-langkah Aktivitas siswa

Menjelaskan tujuan

pembelajaran dan

mempersiapkan peserta

didik siap belajar.

Menyampaikan tujuan

dan mempersiapkan

peserta didik

Siswa memperhatikan

dan menyimak penjelasan

guru.

Membagi kelompok

dengan perbedaan jenis,

kepandaian

Mengkondisikan kelas

dan membagi kelompok

secara heterogen

Siswa merespon dengan

menyesuaikan diri.

Memberikan penjelasan

kepada siswa tentang

materi yang akan

dipelajari.

Memberi penjelasan

secara garis besar

Siswa memperhatikan

dan menyimak penjelasan

guru.

Mengamati, memberikan

motivasi dan membantu

siswa apabila kesulitan.

Memberi lembar kerja

siswa

Siswa berdiskusi dan

mengerjakan tugas.

Menguji pengetahuan

peserta didik mengenai

berbagai materi

pembelajaran atau

kelompok-kelompok

mempresentasikan hasil

kerjanya.

Mengevaluasi Siswa mempersentasikan

hasil kerjanya didepan

kelas.

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1. Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11092/2/T1_292012524_BAB II... · 2.1 Kajian Teori . 2.1.1. Pembelajaran

23

2.3.4 Efektivitas STAD (Student Team Achievement Division)

Pembelajaran Student Teams Achievement Division menurut Slavin (2010:

8) yaitu “Pembelajaran dimana siswa di tempatkan dalam kelompok belajar

beranggotakan empat-enam siswa yang merupakan campuran dari kemampuan

akademik yang berbeda, sehingga dalam setiap kelompok terdapat siswa yang

berprestasi tinggi, sedang, dan rendah atau variasi jenis kelamin, kelompok ras

dan etnis atau kelompok sosial lainnya”. Dalam pembelajaran dengan

menggunakan model Student Teams Achievement Division mengharuskan setiap

siswa mampu menguasai materi yang telah diberikan oleh guru, dimana

penguasaan materi tersebut berdasarkan kerjasama setiap siswa dalam

kelompoknya untuk menyelesaikan tugas yang telah diberikan kepada mereka,

pada pembelajaran ini siswa dilatih untuk bekerjasama dan bertanggung jawab

terhadap tugas mereka. Jadi efektivitas dalam hal ini dapat dikaitkan dengan

pembelajaran Student Teams Achievement Division yaitu dimana dalam

pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran Student Teams

Achievement Division dapat menunjukkan tercapainya suatu hasil/tujuan yang

diperoleh siswa dari belajar kelompok atau kelompok belajar. Hasil tersebut

berupa keberhasilan setiap anggota kelompok untuk mampu menguasai materi

pelajaran dan menyelesaikan tugas yang diberikan kepada kelompoknya dengan

baik, dalam hal ini hasil yang dicapai juga dapat berupa hasil belajar siswa dalam

aspek kognitif.

2.4 Penelitian yang Relevan

Dalam suatu penelitian yang akan dibuat, perlu memperhatikan penelitian

lain yang akan digunakan sebagai bahan yang relevan. Adapun penelitian-

penelitian yang berkaitan dengan variabel penelitian yang dilakukan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

Penelitian yang dilakukan oleh Wijayanti Aria yang berjudul Peningkatan

Hasil Belajar IPA melalui Model STAD (Student Teams Achievement Division)

pada Siswa Kelas 4 SD Negeri Tunggulsari Semester I Tahun Pelajaran

2013/2014. Hal ini dapat dibuktikan dengan meningkatnya ketuntasan belajar

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1. Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11092/2/T1_292012524_BAB II... · 2.1 Kajian Teori . 2.1.1. Pembelajaran

24

siswa dari 8 siswa yang tuntas dengan KKM : 60 pada siklus 1. Kemudian

diadakan siklus II ketuntasan belajar siswa meningkat menjadi 16 siswa (89%).

Penelitian Widyastuti Dheni Wahyu 2014 yang berjudul Peningkatan Hasil

Belajar IPA melalui Model Pembelajaran Tipe STAD Siswa Kelas V Sekolah

Dasar Negeri Keboromo Tayu Pati Semester I 2013/ 2014. Hal ini ditunjukan

pada rata-rata kelas pada kondisi awal 67,00 pada siklus I naik menjadi 75,75

sehingga terjadi peningkatan sebesar 13,06% dari kondisi awal siswa. Sedangkan

pada siklus II nilai rata-rata naik menjadi 84,75 yang artinya terjadi peningkatan

sebesar 11,88% dari kondisi siklus I. Demikian pula pada ketuntasan belajar

siswa, pada kondisi awal 45%, siklus I 65%, dan pada siklus II 90%. Keunggulan

dari penelitian ini yaitu meningkatkan hasil belajar pada matapelajaran IPA.

Sedangkan kelemahannya yaitu harus saling bekerja sama, padahal anak sulit

untuk bekerja sama dengan anggota kelompok lain dan selalu ada salah satu dari

anggota kelompok yang mendominasi. Berdasrkan hasil penelitian tersebut maka

dipilih tindak lanjut untuk melakukan penelitian dengan memperhatikan hal-hal

yang berkaitan pelaksanaan tindakan terutama persiapan guru. Sebaiknya guru

mempelajari dengan baik tahapan-tahapan pelaksanaan Student Teams

Achievement Division.

2.5 Kerangka Berpikir

Salah satu tujuan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di SD yang

tercantum dalam permen nomor 22 tahun 2006 adalah menuntut agar setiap siswa

dapat menggunakan konsep IPA yang didapatkannya dan menerapkannya dalam

pemecahan masalah kehidupan sehari – hari. Hal ini merupakan tuntutan yang

sangat tinggi yang tidak mungkin dapat dicapai hanya dengan hafalan konsep,

latihan pengerjaan soal yang bersifat rutin, serta proses pembelajaran dengan

model ceramah. Pembelajaran yang kurang melibatkan siswa secara aktif dalam

belajar, dapat menghambat kemampuan belajar IPA siswa dalam pemecahan

masalah, sehingga perlu dipilih dan diterapkan suatu model pembelajaran untuk

mewujudkan tercapainya tujuan pembelajaran. Salah satu model pembelajaran

yang dapat diterapkan adalah pembelajaran berdasarkan masalah. Model yang

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1. Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11092/2/T1_292012524_BAB II... · 2.1 Kajian Teori . 2.1.1. Pembelajaran

25

menkondisikan situasi belajar yang alamiah, yaitu siswa belajar dengan cara

mengalami dan menemukan sendiri pengalaman belajarnya. Ketika siswa belajar

IPA, maka yang dipelajari adalah penerapan IPA yang dekat dengan kehidupan

siswa.

Pembelajaran Student Teams Achievement Division dilaksanakan dengan

langkah – langkah: guru Membentuk kelompok yang anggotanya 4-5 orang secara

heterogen, Guru menyajikan pelajaran, Guru memberi tugas kepada kelompok

untuk dikerjakan oleh anggota kelompok. Anggota yang tahu menjelaskan kepada

anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti, Guru

memberi kuis / pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak

boleh saling membantu, guru memberi evaluasi penutup sehingga seluruh siswa

menjadi lebih siap demikian juga dapat melatih kerjasama dengan baik. Dari tiap-

tiap kelompok, memberikan kesempatan untuk mereka memaparkan jawaban atas

pertanyaan yang telah diterima dari guru, mengembangkan dan menyajikan hasil

diskusi, serta menganalisis dan mengevaluasi proses Student Teams Achievement

Division.

Melalui pembelajaran Student Teams Achievement Division, siswa akan

lebih tertarik mengikuti pelajaran karena diberikan kesempatan untuk berdiskusi

dan diberikan kesempatan untuk memaparkan hasil diskusinya. Dengan model ini

siswa dituntut untuk bekerja sama dan menemukan jawaban dari pertanyaan,

sehingga siswa akan terlibat secara aktif dan nantinya daya serap akan lebih baik.

Dalam pembelajaran berdasarkan masalah siswa menjadi sentral dari proses

pembelajaran yang sedang berlangsung, sedangkan guru hanya sebagai mediator

ataupun fasilitator yang bertugas untuk menyediakan dan memenuhi kebutuhan

siswa saat proses pembelajaran. Sehingga diharapkan pembelajaran numbered

heads together dapat digunakan sebagai usaha meningkatkan keaktifan dan hasil

belajar siswa dalam pembelajaran IPA. Kerangka implementasi pembelajaran

metode kooperatif tipe STAD dapat dilihat pada Bagan 2.1

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1. Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11092/2/T1_292012524_BAB II... · 2.1 Kajian Teori . 2.1.1. Pembelajaran

26

Gambar 2.2 Kerangka Berpikir

2.6 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir maka hipotesis tindakan

penelitian ini dapat di rumuskan sebagai berikut “ada peningkatan hasil belajar

IPA melalui model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement

Division bagi siswa kelas V SDN Tegalrejo 05 semester 2 tahun ajaran 2015-

2016.

Siswa:

Hasil Belajar IPA bawah

KKM.

Guru:

Belum

menggunakan

model STAD.

Kondisi

Awal

Pembelajaran

dengan

menggunakan

model

pembelajaran

kooperatif tipe

STAD

Pembelajaran siklus I

menggunakan model STAD

Tindakan

Pembelajaran siklus II

menggunakan model STAD

dengan media dan alat

peraga.

Meningkat Hasil Belajar

siswa diatas KKM dengan

menggunakan model STAD

pada mata pelajaran IPA

Kondisi

Akhir