bab ii kajian pustaka 2.1. 2.1.1. - eprints.umpo.ac.id

16
5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Belajar di Rumah 2.1.1.1. Pengertian Belajar di Rumah di Era COVID-19 Pemerintah telah menghimbau rakyatnya untuk melakukan sosial distancing dengan menerapkan sistem sekolah di rumah, hal ini diharapkan akan memutus rantai penyebaran COVID-19 yang telah menjadi pandemi dunia. Ternyata hal tersebut akan membatasi ruang gerak manusia untuk bersosial dan beraktivitas di luar rumah. Dan pemerintah juga menghimbau para siswa untuk belajar di rumah, dan sebagai gantinya orangtua pun yang mendidik dan mengajari materi yang disampaikan guru melalui HP atau internet. Dengan begitu pengertian belajar di rumah adalah belajar apa saja yang berada di rumah untuk pembelajarannya bersama orangtua sebagai pengganti guru kelas (Luthfi & Ahsani, 2020, p. 39). Pemerintah Indonesia mengambil kebijakan pendidikan serupa.Konsep ini dinamakan Siswa Belajar di Rumah (BDR) dari sebelumnya Siswa Belajar di Sekolah (BDS).Cara ini diharapkan turut dapat mencegah penyebaran COVID-19. Proses belajar mengajar siswa dilaksanakan tanpa proses berkumpul atau berkerumun. Hal ini juga dipercaya akan memperkecil peluang penyebaran COVID-19 untuk menyerang anak-anak, yang masuk kategori rentan (Oktaria & Putra, 2020, p. 45). Belajar di rumah sangat memerlukan panduan, dengan komunikasi antara guru dengan orangtua supaya bisa menghasilkan pembelajaran yang lebih baik.Dengan belajar di rumah dirasa kurang efisien dan menarik untuk anak-anak.Karena terkadang banyak kendala, bisa dari berbagai sarana maupun prasarana untuk memadai belajar di rumah anak. Dan juga bahkan terhalang oleh signal internet yang sulit untuk menjangkau dari jarak jauh. Untuk itu, dalam mengoptimalkan sistem belajar di rumah bisa

Upload: others

Post on 12-Nov-2021

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1. - eprints.umpo.ac.id

5

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Kajian Teori

2.1.1. Belajar di Rumah

2.1.1.1. Pengertian Belajar di Rumah di Era COVID-19

Pemerintah telah menghimbau rakyatnya untuk melakukan sosial

distancing dengan menerapkan sistem sekolah di rumah, hal ini

diharapkan akan memutus rantai penyebaran COVID-19 yang telah

menjadi pandemi dunia. Ternyata hal tersebut akan membatasi ruang gerak

manusia untuk bersosial dan beraktivitas di luar rumah. Dan pemerintah

juga menghimbau para siswa untuk belajar di rumah, dan sebagai gantinya

orangtua pun yang mendidik dan mengajari materi yang disampaikan guru

melalui HP atau internet. Dengan begitu pengertian belajar di rumah

adalah belajar apa saja yang berada di rumah untuk pembelajarannya

bersama orangtua sebagai pengganti guru kelas (Luthfi & Ahsani, 2020, p.

39).

Pemerintah Indonesia mengambil kebijakan pendidikan

serupa.Konsep ini dinamakan Siswa Belajar di Rumah (BDR) dari

sebelumnya Siswa Belajar di Sekolah (BDS).Cara ini diharapkan turut

dapat mencegah penyebaran COVID-19. Proses belajar mengajar siswa

dilaksanakan tanpa proses berkumpul atau berkerumun. Hal ini juga

dipercaya akan memperkecil peluang penyebaran COVID-19 untuk

menyerang anak-anak, yang masuk kategori rentan (Oktaria & Putra,

2020, p. 45).

Belajar di rumah sangat memerlukan panduan, dengan komunikasi

antara guru dengan orangtua supaya bisa menghasilkan pembelajaran yang

lebih baik.Dengan belajar di rumah dirasa kurang efisien dan menarik

untuk anak-anak.Karena terkadang banyak kendala, bisa dari berbagai

sarana maupun prasarana untuk memadai belajar di rumah anak. Dan juga

bahkan terhalang oleh signal internet yang sulit untuk menjangkau dari

jarak jauh. Untuk itu, dalam mengoptimalkan sistem belajar di rumah bisa

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1. - eprints.umpo.ac.id

6

berjalan dengan baik, diperlukan sarana dan prasarana pendukung yang

baik pula seperti fasilitas internet dalambentuk kuota belajar, fasilitas

belajar seperti komputer atau HP dan sebagainya.Hal tersebut dapat

diperuntukan agar kegiatan belajar at the home dapat berjalan lebih efektif

dan lebih efisien dalam pencegahan COVID-19 yang berbahaya saat ini.

Jadi, dapat diambil kesimpulan bahwa selama pandemi Covid-19

semua dunia perekonomian dan pendidikan harus lockdawn. Khusunya

bagi dunia pendidikan harus melakukan proses belajar mengajar secara

daring atau belajar di rumah (BDR).

2.1.1.2.Pendidikan Anak Usia Dini

Pendidikan anak usia dini adalah sebagaimana yang termaksud

dalam Undang-undang Sisdiknas tahun 2003 pasal 1 ayat 14 menyatakan

bahwa: Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang

ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang

dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu

pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki

kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Batasan lain mengenai

usia dini pada anak berdasarkan psikologi perkembangan yaitu antara usia

0-8 tahun.

Pendidikan anak usia dini adalah pendidikan dimana pembentukan

karakter anak usia dini secara jasmani maupun rohani agar memiliki bekal

yang baik di masa usianya. Dengan itu pendidikan anak usia dini sangat

penting dan sangat diperlukan karena sebagai fondasi dasar untuk

membentuk perilakunya baik dari keagamaan, tutur kata, sikap maupun

tingkah lakunya.

Pendidikan anak usia dini atau yang dikenal dengan sebutan PAUD

yaitu pendidikan yang diberikan sejak lahir hingga usia enam tahun

sebelum memasuki pendidikan Sekolah Dasar. Tujuan dari pada

diselenggarakannya pendidikan tersebut yaitu untuk merangsang

pertumbuhan dan enam aspek perkembangan, serta menyiapkan anak agar

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1. - eprints.umpo.ac.id

7

dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Enam aspek

perkembangan tersebut meliputi: (1) perkembangan nilai agama dan

moral, (2) fisik motorik, (3) sosial emosional, (4) kognitif, (5) seni dan

yang ke (6) aspek perkembangan bahasa.

Anak usia dini merupakan masa yang sangat cemerlang untuk

dilakukan dan diberikan pendidikan. Banyak ahli menyebutnya masa

tersebut sebagai golden age , yakni masa-masa keemasan yang dimiliki

oleh seorang anak, atau masa dimana anak mempunyai potensi yang

sangat besar untuk berkembang. Pada usia ini 90% dari fisik otak anak

sudah terbentuk. Pendapat lain menyebutkan bahwa sekitar 50%

kapabilitas kecerdasan manusia terjadi ketika berumur 4 tahun, 80% telah

terjadi ketika berumur 8 tahun, dan mencapai titik kulminasi ketika anak

berumur sekitar 18 tahun.

Sejalan dengan itu, Laura menyebutkan dalam bukunya

Development Through the Lifespan sebagai berikut: “Beetween ages 2 and

6, the barin increases from 70 percent of its adult weight to 90 percent. By

age 4, many parts of the cereblal cortex have over produced synapses.”

Maksudnya, antara usia 2 dan 6 tahun, otak meningkat dari persen

dari berat dewasa sampai 90 persen. Pada usia 4 tahun, banyak bagian dari

korteks sereblal telah diover produksi sinapsis. Hal ini, menunjukkan

bahwa pada masa usia dini (0-6/8 tahun) merupakan masa yang tepat

untuk dilakukan pendidikan, guna merangsang kecerdasan anak supaya

dapat berkembang dengan optimal. Atas dasar inilah, penting kiranya

dilakukan pendidikan anak usia dini, dalam rangka memaksimalkan

kemampuan dan potensi anak.

Sesuai dengan tujuan Depdiknas (2004-5) yang mengatakan

“membentuk anak didik mengembangkan berbagai potensi baik psikis dan

fisik yang meliputi moral dan nilai-nilai agama, sosial, emosional,

kognitif, bahasa, fisik/motorik, kemandirian dan seni untuk memasuki

pendidikan dasar.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1. - eprints.umpo.ac.id

8

Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan tenaga didik yang

professional, tenaga pendidik yang professional adalah guru dapat

memahami perkembangan anak, membimbing, menyusun dan

melaksanakan program pembelajaran serta menyediakan dan menguasai

media pembelajaran segala aspek dapat dicapai.

Jadi, pendidikan anak usia dini adalah sangat diperlukan bagi anak

mulai dari usia 3-6 tahun untuk mengembangkan berbagai aspek

perkembangan dan potensi anak, hal ini sejalan dengan M.Fadhlillah yang

menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini adalah sangat penting bagi

perkembangan lanjutan untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh

anak.

2.1.1.3.Keterampilan Berbahasa Anak Usia Dini

Bahasa adalah suatu sistem dari lambang bunyi arbiter (tidak ada

hubungan antara lambang bunyi dengan bedanya) yang dihasilkan oleh

alat ucap manusia dan dipakai oleh masyarakat untuk berkomunikasi, kerja

sama, dan identifikasi diri. Bahasa lisan merupakan bahasa primer,

sedangkan bahasa tulisan adalah bahasa sekunder.

Bahasa lisan lebih mampu memberikan gambaran, dan perasaan

yang dimaksud karena dalam bahasa lisan, ketepatan penggunaan tinggi

rendah nada, bahasa wajah, dan gerak tubuh bersatu untuk mendukung

komunikasi yang dilakukan. Sedangkan bahsa tubuh adalah salah satu cara

berhubungan melalui gerakan-gerakan tubuh. Bahasa tubuh digunakan

permanen oleh penyandang cacat karena mereka mempunyai bahasa

sendiri.

Fungsi bahasa dalam masyarakat adalah sebagai alat untuk

berhubungan dengan sesama manusia, dan sebagai alat untuk bekerja sama

dengan sesama manusia, serta sebagai alat untuk menentukan identitas

diri. Keterampilan berbahasa (Language Skills)mencakup empat

keterampilan, yaitu: keterampilan menyimak (Listening Skills),

keterampilan berbicara (Speaking Skills), keterampilan membaca (Reading

Skills) dan keterampilan menulis (Writing Skills). Keempat keterampilan

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1. - eprints.umpo.ac.id

9

berbahasa itu saling berkaitan satu sama lain sehingga untuk mempelajari

salah satu keterampilan berbahasa beberapa keterampilan berbahasa

lainnya juga akan terlibat.

Adapun penjelasan dari empat keterampilan tersebut adalah

sebagai berikut:

1. Keterampilan menyimak

Menurut Henry Guntur Tarigan (Bandung: Angkasa, 2008)

menyimak merupakan salah satu jenis keterampilan berbahasa ragam lisan

yang bersifat reseptif. Dengan demikian, menyimak tidak sekedar kegiatan

mendengarkan tetapi juga memahaminya.Keterampilan menyimak disini

bukan hanya menedengarkan tetapi juga berbicara. Oleh karena itu,

menyimak juga memiliki kesempatan untuk bertanya guna memperoleh

penjelasan supaya pahaam dengan apa yang dijelaskan oleh pembaca.

2. Keterampilan berbicara

Berbicara merupakan salah satu jenis keterampilan berbahasa

ragam lisan yang bersifat produktif.Sehubungan dengan keterampilan

berbicara ada 3 jenis situasi berbicara, yaitu interaktif, dan non

interaktif.Situasi-situasi berbicara interaktif yaitu percakapan secara tatap

muka dan berbicara lewat telepon yang saling membutuhkan suatu

jawaban dari pertanyaan untuk mendapatkan penjelasan. Dalam situasi

interaktif adalah misalkan berpidato secara langsung di depan umum.

Sedangkan situasi non interaktif ini bersifat misalnya berpidato melalui

radio, televisi dan tape recorder yang hanya bisa didengar oleh pendengar

tanpa tatap muka secara langsung.

3. Keterampilan membaca

Membaca merupakan salah satu jenis keterampilan berbahasa

ragam tulis yang bersifat reseptif. Biasanya keterampilan membaca ini

menggunakan keterampilan-keterampilan mikro yang terkait dalam

prosees membaca yang harus dimiliki oleh pembaca adalah: (a) mengenal

sistem tulisan yang digunakan, (b) mampu mengenal kosakata, (c)

menentukan makna-makna kata, termasuk kosakata yang terpisah dari

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1. - eprints.umpo.ac.id

10

konteks tertulis, (d) mengenal kelas kata gramatikal: kata benda, kata sifat

dan sebagainya.

4. Keterampilan menulis

Menulis merupakan salah satu jenis keterampilan berbahasa ragam

tulis yang bersifat produktif. Menulis disini bukan hanya menyalin kata-

kata dan kalimat, akan tetapi juga mengembangkan dan menuangkan

pikiran-pikiran dalam suatu struktur tulisan yang teratur. Keterampilan

menulis ini memerlukan daya konsentrasi juga, karena jika menulis tidak

konsentrasi terkadang yang ditulis juga keliru.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa keterampilan berbahasa ada empat,

yaitu: keterampilan berbicara, keterampilan menyimak, keterampilan

menulis dan keterampilan membaca. Keempat keterampilan berbahasa ini

saling berhubungan untuk mengembangkan keterampilan berbahasa pada

anak. Menurut Tarigan (2015: 4) mengatakan bahwa keterampilan

berbahasa yang dimiliki oleh anak mencakup 4 keterampilan, yaitu:

Keterampilan berbicara, menyimak, membaca dan menulis.

2.1.1.4.Fungsi Bahasa Sebagai Sarana Komunikasi

Perkembangan teknologi saat ini memberikan dampak yang sangat

berpengaruh terhadap berbagai aspek kehidupan manusia.Salah satunya

yang menjadi pemicu dari perkembangan yang ada adalah komunikasi.

Dimana dunia informasi menjadi sangat penting dalam aspek kehidupan,

maka komunikasi tidak bisa ditawar lagi, karena komunikasi adalah

pelengkap kehidupan manusia. Perangkat kehidupan manusia sudah

berkembang maju sedemikian pesatnya sahingga saat ini dunia seakan

tidak ada batas lagi. Manusia dapat berhubungan satu sama lain dengan

begitu cepat dan mudah.

Komunikasi adalah sebuah proses dimana interaksi yang saling

berhubungan dari satu pihak ke pihak lainnya. Awalnya dimulai dengan

sejumlah ide-ide yang abstrak atau pikiran seseorang untuk mencari data

atau menyampaikan informasi yang kemudian dikemas menjadi sebentuk

pesan untuk kemudian disampaikan secara langsung maupun tidak

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1. - eprints.umpo.ac.id

11

langsung menggunakan bahasa berbentuk kode visual, kode suara, atau

kode tulisan.Berbicara bahasa tidak terlepas dari hakikat komunikasi

karena bahasa merupakan alat komunikasi berupa simbol bunyi yang

dihasilkan oleh alat ucap manusia.Bahasa juga dapat mengekspresikan diri

sekaligus menunjukkan identitas diri.Melalui bahasa, kita dapat mengukur

pemahaman kita atas suatu hal.Agar komunikasi yang dilakukan berjalan

lancar dengan baik, penerima dengan pengirim bahasa harus menguasai

bahasanya.Jadi dalam hal ini respon pendengar atau lawan komunikan

yang menjadi perhatian utama kita.

Dengan demikian, anak perlu diajarkan dengan bahasa yang baik

dan benar. Hurlock 1978, (dalam Fatimatus Syadiyah, 2015:35)

menyatakan bahwa kemampuan berbicara mencakup tiga proses yang

saling berhubungan, yang salah satunya pengucapan. Pada proses

belajarnya, anak belajar mengucap kata yang dimana pengucapan

dipelajari dengan meniru.

Maidar (dalam Cristopora Intan H.P., 2017:106) menjelaskan

bahwa kemampuan berbicara merupakan kemampuan untuk mengucapkan

bunyi artikulasi atau pengucapan kata-kata untuk mengekspresikan,

menjelaskan, menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan.

Jadi, dapat diambil kesimpulan bahwa fungsi bahasa sebagai sarana

komunikasi untuk mengekspresikan maupun menyampaikan pikiran dan

perasaan terhadap orang lain untuk bersosialisasi dengan mudah. Hal ini

sejalan dengan pendapat Susanto dalam Rumilasari (2016) "fungsi

berbicara pada anak usia dini, salah satunya sebagai alat berkomunikasi,

dengan lingkungan, mengembangkan ekspresi anak, dan sebagai alat untuk

menyatakan sebuah perasaan maupun pendapat kepada orang lain".

2.1.1.5.Konsep Bicara

Dalam masa kanak-kanak, konsep berbicara anak terbatas hanya

pada pengucapan kata-kata, menambah kosa kata dan menjadikan kata

tersebut menjadi kalimat. Kalimat yang dirangkai pun tidak sesempurna

orang dewasa, karena masih dalam proses belajar untuk menyusunnya

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1. - eprints.umpo.ac.id

12

menjadi kalimat yang bisa dimengerti oleh pendengar. Anak-anak pada

masa tersebut berusaha sebanyak mungkin untuk mempelajari berbagai

kosa kata baru yang didapatkannya baik dari keluarganya, maupun

lingkungan dimana ia tinggal.

Menurut Hurlock (1978:185) kosa kata yang digunakan anak

dalam berbicara pada masa kanak-kanak adalah :

a. Kosa Kata Umum

1) Kata Benda. Kata yang digunakan pertama oleh anak adalah kata

benda, umumnya yang bersuku kata satu dari celoteh yang ia

senangi.

2) Kata Kerja. Setelah anak mempelajari kata benda yang cukup

untuk menyebut nama orang dan benda, mereka mulai

mempelajari kata-kata baru, khususnya yang melukiskan tindakan,

seperti : “beri, “ambil, atau “pegang”.

3) Kata Sifat. Kata sifat muncul dalam kosa kata anak yang berumur

satu setengah tahun. Pada umumnya kata sifat yang sering

digunakan adalah “baik”, “buruk”, “bagus”, “nakal”, “panas”, dan

“dingin”. Pada prinsipnya kata-kata tersebut digunakan pada

orang, makanan dan minuman.

4) Kata Keterangan. Kata keterangan digunakan pada umur yang

sama dengan kata sifat. Kata keterangan yang muncul paling

pertama kali pada anak, umumnya adalah “disini” dan “dimana”.

5) Kata Perangkai dan kata ganti. Ini muncul paling akhir karena

kata ini paling sulit digunakan. Misalnya anak bingung kapan

menggunakan kata “ku”, “nya”, “kami” dan mereka.

b. Kosa Kata Khusus

1) Kosa Kata Warna. Sebagian anak mengetahui nama warna pada

usia 4 tahun. Seberapa segera mereka akanmempelajari warna

lainnya bergantung pada kesempatan belajar dan minat mereka

tentang warna.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1. - eprints.umpo.ac.id

13

2) Jumlah Kosa Kata. Dalam skala intekegensi Stanford-Binet, anak

pada usia 5 tahun diharapkan dapat menghitung 3 objek. Dan pada

usia 6 tahun diharapkan cukup baik memahami kata “tiga”,

“sembilan”, “lima”, dan “tujuh” untuk menghitung jumlah biji.

3) Kosa Kata Waktu. Biasanya anak yang berusia 6-7 tahun

mengetahui arti : pagi, siang, malam, musim panas dan musim

hujan.

4) Kosa Kata Ulang. Anak yang berumur 4-5 tahun mulai menamai

mata uang logam sesuai dengan ukuran dan warnanya.

5) Kosa Kata Ucapan Populer. “sumpah” terutama oleh anak lelaki

digunakan mulai pada usia sekolah bahwa ia sudah besar.

Menyadari perasaan rendah dirinya, menegaskan kejantanannya

dan menarik perhatian.

6) Bahasa Rahasia. Bahasa ini paling banyak digunakan oleh anak

perempuan setelah usia 6 tahun untuk berkomunikasi dengan

teman mereka. Bentuknya lisan (dikenal sebagai bahasa inggris

perasaan karena hal itu merupakan penyimpangan dari bahasa

inggris), tertulis (symbol), atau kinetik (isyarat).

2.1.1.6.Aspek Kemampuan Bicara Anak Usia 5-6 Tahun

Menurut Jamaris karakteristik kemampuan bahasa anak kelompok

B (usia 5-6 tahun) adalah sebagai berikut :

a. Lebih dari 2.500 kosa kata sudah dapat diucapkan.

b. Kosa kata yang sudah dapat diucapkan anak meliputi rasa, bau,

keindahan, warna, ukuran, suhu, perbedaan, bentuk, kecepatan,

jarak, perbandingan, dan permukaan (kasar-halus).

c. Dapat menjadi pendengar yang baik.

d. Dalam suatu percakapan anak telah mau berpartisipasi yang

ditandai dengan kemampuan anak mendengarkan orang lain

ketika berbicara dan dapat merespon atau menanggapi

pembicaraan tersebut.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1. - eprints.umpo.ac.id

14

e. Percakapan yang dilakukan mengungkapkan pendapatnya tentang

apa yang dilakukan oleh dirinya dan juga orang lain serta dapat

melakukan menulis, membaca, ekspresi dan berpuisi.

Jadi, dapat diambil kesimpulan bahwa karakteristik kemampuan

bahasa anak usia 5-6 tahun adalah mampu bertambah kosa kata, bunyi-

bunyi maupun percakapan yang dilakukan untuk mengungkapkan

pendapat maupun bertisipasi terhadap orang lain dengan baik. Menurut

Ferliana (2015:29) anak mengucapkan semua bunyi-bunyi atau fonem

bunyi dengan benar.

2.1.1.7.Keterampilan Berbicara Anak Usia Dini

Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang masih

harus dikembangkan, anak memiliki karakteristik tertentu yang khas dan

tidak sama dengan orang dewasa. Anak selalu bergerak aktif, dinamis,

antusias dan ingin tahu terhadap apa yang dilihat, didengar dan dirasakan.

Mereka seolah-olah tak pernah berhenti bereksplorasi dan belajar, anak

memiliki rasa ingin tahu secara ilmiah, kaya dengan fantasi, dan

merupakan masa yang paling potensial untuk belajar.

Keterampilan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001:1180)

adalah kecakapan untuk menyelesaikan tugas, sama artinya dengan

cekatan, terampil atau cekatan adalah kepandaian melakukan suatu

pekerjaan dengan cepat dan benar. Keterampilan merupakan kemampuan

menyelesaikan tugasnya ketika anak melakukan sebuah aktivitas.

Keterampilan perlu diasah sejak dini supaya dimasa mendatang anak akan

tumbuh menjadi orang yang terampil dan cekatan saat melakukan berbagai

aktivitas. Anak mampu bertanggung jawab dan mandiri dalam

kehidupannya.

Menurut Yudha M.Saputra (2005:7) dalam Wijayanti Emi (2014)

keterampilan adalah kemampuan anak dalam melakukan berbagai aktivitas

seperti motorik, bahasa, social emosional, kognitif dan afektif.Jadi dapat

ditegaskan bahwa keterampilan adalah kemampuan anak dalam melakukan

berbagai aktivitas dalam usahanya memperoleh cekat, cepat dan tepat

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1. - eprints.umpo.ac.id

15

menghadapi permasalahan belajar. Keterampilan perlu dilatih kepada anak

sejak dini supaya dimasa yang akan dating anak akan bertumbuh menjadi

orang yang terampil dan cekatan dalam melakukan segala aktivitas dan

memiliki keahlian yang bermanfaat bagi masyarakat.

Pengembangan bahasa untuk anak usia dini mempunyai empat

kerampilan yaitu menyimak (dengan unsur-unsur membedakan bunyi dan

memahami kata atau kalimat), bicara (dengan unsur-unsur perkembangan

kosa kata, ekspresi, artikulasi, dan kejelasan), membaca (menggunakan

phonics, kata bermakna dan gabungan phonics dan kata bermakna), dan

menulis (penmanship dan ekspresi). Keempat keterampilan tersebut

sebetulnya merupakan satu kesatuan yang saling mendukung dan

melengkapi. Setiap keterampilan berhubungan dengan proses berpikir

yang mendasari bahasa (Tarigan, 1984:2).

Berbicara adalah keterampilan yang harus dimiliki oleh seseorang

sebelum dia dapat berbahasa dengan baik.Hurlock (2005: 176)

menyatakan bahwa bicara berbeda dengan bahasa. Bahasa mencakup

setiap sarana komunikasi dengan menyimbolkan pikiran dan perasaan

untuk menyampaikan makna kepada orang lain. Termasuk didalamnya

perbedaan bentuk komunikasi yang luas, seperti tulisan, bicara bahasa

simbol, ekspresi muka, isyarat, pantonim dan seni.Bicara merupakan

keterampilan mental motorik, tidak hanya melibatkan koordinasi

kumpulan otot mekanisme suara yang berbeda, tetapi juga mempunyai

aspek mental yakni kemampuan mengaitkan arti dengan bunyi yang

dihasilkan. Ketika anak melakukan aktivitas bicara, anak tidak sekedar

menggunakan fisiknya saja, tetapi anak juga menggunakan kemampuan

berfikirnya untuk menghubungkan simbol dan arti kata sehingga

dihasilkan sebuah bunyi yang mewakili apa yang difikirkan.

Tarigan dalam Suhartono (2005: 20) mengartikan berbicara adalah

kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi kata-kata untuk

mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1. - eprints.umpo.ac.id

16

perasaan.Sedangkan Menurut Ferliana (2015: 29) anak mengucapkan

semua bunyi-bunyi atau fonem bunyi dengan benar.

Susanto dalam Rumilasari (2016) mengungkapkan bahwa “fungsi

berbicara bagi anak usia dini, salah satunya ialah sebagai alat

berkomunikasi dengan lingkungan, sebagai alat untuk mengembangkan

ekspresi anak, dan sebagai alat untuk menyatakan perasaan dan buah

pikiran kepada orang lain”.

Menurut Tarigan (2015 : 3) mengemukakan bahwa keterampilan

berbicara adalah suatu keterampilan berbahasa yang berkembang pada

kehidupan anak, yang hanya didahului oleh keterampilan menyimak.

Jadi, dapat diartikan bahwa keterampilan berbicara adalah

kemampuan seseorang dalam mengungkapkan melalui bahasa lisan

dengan fonologi (bunyi), kosa kata, struktur kalimat dan kelancaran

(ketepatan) yang tepat untuk mengungkapkan isi hati maupun pikiran dan

gagasan untuk beradaptasi kepada orang lain dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut Hartono (2005 : 123) terdapat lima tujuan umum dalam

pengembangan keterampilan berbicara anak, yaitu :

1. Memiliki perbendaharaan kata yang cukup yang diperlukan untuk

berkomunikasi sehari-hari.

2. Mau mendengarkan dan memahami kata-kata serta kalimat.

3. Mampu mengungkapkan pendapat dan sikap dengan lafal yang

tepat.

4. Berminat untuk menghubungkan antara bahasa lisan dan bahasa

tulisan.

Menurut Wati (2008 : 28) tujuan keterampilan berbicara adalah

sebagai berikut :

1. pembicara memberitahukan atau menyampaikan informasi kepada

pendengar.

2. Pembicara meyakinkan atau memberi penjelasan agar pendengar

tahu permasalahan yang sebenarnya.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1. - eprints.umpo.ac.id

17

3. Pembicara mempengaruhi pendengar sedemikian rupa untuk

mencapai tujuannya.

4. Pembicara berusaha menyentuh emosi pendengar untuk member

semangat, membangkitkan kegairahan atau menekan perasaan yang

kurang baik.

5. Pembicara dapat menciptakan suasana gembira dikalangan para

pendengar, sehingga pembicaraan bersifat menyenangkan.

2.1.1.8.Faktor Yang Mempengaruhi Keterampilan Berbicara Anak Usia Dini

Nurbiana Dhieni, dkk (2005: 3-5) dalam Fatimatus (2015)

mengatakan ada beberapa faktor yang dapat dijadikan ukuran kemampuan

berbicara seseorang yang terdiri dari aspek kebahasaan dan non

kebahasaan, aspek kebahasaan meliputi :

a. Ketepatan ucapan.

b. Penempatan tekanan, nada, sendi, dan durasi yang sesuai.

c. Pilihan kata.

d. Ketepatan sasaran pembicaraan.

Sedangkan aspek non kebahasaan meliputi :

a. Sikap tubuh.

b. Kesediaan menghargai pembicaraan orang lain.

c. Kenyaringan suara dan kelancaran dalam berbicara.

d. Relevansi, penalaran, dan penguasaan terhadap topic tertentu.

Sedangkan menurut Sabarti Akhadiah, dkk (1992 : 154-160),

menyatakan bahwa faktor-faktor penunjang dalam keterampilan berbicara

antara lain di bawah ini :

a. Aspek Kebahasaan

1. Ketepatan ucapan (pelafalan bunyi).

Anak harus dapat mengucapkan bunyi-bunyi bahasa secara tepat

dan jelas.

2. Penempatan tekanan, nada, jangka, intonasi dan ritme.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1. - eprints.umpo.ac.id

18

Penempatan tekanan, nada, jangka, intonasi, dan ritme yang sesuai

akan menjadi daya tarik tersendiri dalam berbicara, bahkan

merupakan salah satu faktor penentu dalam keefektifan berbicara.

3. Penggunaan kata dan kalimat.

Penggunaan kata sebaiknya dipilih yang memiliki makna dan

sesuai dengan konteks kalimat.Anak juga perlu dilatih

menggunakan struktur kalimat yang benar.

b. Aspek Non Kebahasaan

1. Sikap yang wajar, tenang, dan tidak kaku.

Berbicara harus bersikap wajar, tenang dan tidak kaku. Wajar

berarti berpenampilan apa adanya, tidak dibuat-buat. Sikap tenang

adalah sikap dengan perasaan hati yang tidak gelisah, tidak gugup,

dan tidak tergesa-gesa.

2. Pandangan yang diarahkan ke lawan bicara.

Pandangan harus diarahkan kepada lawan bicara agar lawan bicara

memperhatikan topik yang sedang dibicarakan serta lawan bicara

merasa dihargai.

3. Kesediaan menghargai pendapat orang lain.

Belajar menghormati pemikiran orang lain dapat dilakukan dengan

menghargai pendapat orang lain.

4. Gerak-gerik dan mimic yang tepat.

Gerak-gerik dan mimic yang tepat berfungsi untuk membantu

memperjelas atau menghidupkan pembicaraan.

5. Kenyaringan suara.

Tingkat kenyaringan suara disesuaikan dengan situasi, tempat,

jumlah pendengar, dan akustik (ruang dengar) yang ada.

6. Kelancaran.

Kelancaran dalam berbicara akan mempermudah untuk

menangkap isi pembicaraan yang disampaikan.

Berdasarkan uraian di atas, faktor yang mempengaruhi

keterampilan berbicara awal yaitu aspek kebahasaan.Faktor-faktor tersebut

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1. - eprints.umpo.ac.id

19

mempengaruhi kualitas berbicara awal. Sehingga, faktor tersebut harus

diperhatikan oleh pendidik dalam mengajarkan keterampilan berbicara

pada anak usia dini. Salah satunya untuk mengetahui kemampuan anak

mengucapkan huruf, kemampuan mengucapkan kata, kemampuan

menirukan kalimat sederhana, dan kemampuan menceritakan gambar

secara lisan.Menurut Hartono (2015:123) untuk pengembangan

keterampilan berbicara anak mampu menirukan kalimat sederhana,

mengucapkan kata maupun menceritakan gambar secara lisan.

2.2.Kajian Penelitian yang Relevan

RA ‘Aisyiyah Temon merupakan tempat penelitian yang digunakan

oleh peneliti untuk melakukan penelitian.Pertama, Jurnal di atas yaitu ditulis

oleh TK ABA Suronandan Sendangrejo Minggir Sleman dengan judul

“Melalui Permainan Kliping Gambar dapat Meningkatkan Keterampilan

Berbicara anak di TK ABA Suronandan Sendangrejo Minggir Sleman”.

Kedua, Jurnal Ilmiah Potensia, 2017, Vol.2 (2), 139-146 yang ditulis oleh

Vivi Umiya Lestari, Sri Saparahayuningsih dan Yulidesni adalah melakukan

penelitian dengan Judul “Meningkatkan Keterampilan Berbicara dengan

Bercerita melalui Media Audio Visual VCD pada Anak Kelompok B PAUD

Dharma Wanita Kabupaten Bengkulu Tengah”. Ketiga, Jurnal di atas yaitu

ditulis oleh RR Budiati UNNES, 2017 dengan judul “Keterampilan Berbicara

Anak Usia Dini Berdasarkan pada Penerapan Permainan Balok Gambar Di

TK Pertiwi Kecamatan Rawalo Kabupaten Banyumas”. Jurnal keempat yaitu

Jurnal Indria yang ditulis oleh Ida Yeni Rahmawati dengan judul “CD

Interaktif Sebagai Media Pembelajaran Berbahasa Bagi Anak Usia Dini”

sedangkan peneliti mengangkat Skripsi dengan Judul “Analisis

Perkembangan Keterampilan Berbicara pada Anak Usia 5-6 Tahun di Era

COVID-19 (study kasus RA ‘Aisyiyah Temon)”. Keempat Jurnal di atas

dengan yang dituju peneliti saat ini sama sekali berbeda yaitu Jurnal di atas

untuk perkembangan keterampilan berbicara pada anak usia dini

menggunakan media modern atau elektronik, sedangkan dengan tema yang

diangkat oleh peneliti saat ini, baik dari segi tema penelitian maupun pokok

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1. - eprints.umpo.ac.id

20

bahasan yang diangkat tidak menggunakan media modern ataupun elektronik.

Namun, perbedaannya disini meski hanya menggunakan media buku cerita

yang peneliti teliti dan keberadaan sekolah di pedesaan. Tetapi, ada

perkembangan meskipun tidak signifikan baik dari kosa kata maupun

pelafalan anak bertambah cukup baik. Penelitian di atas juga berbeda lokasi

penelitiannya. Hanya saja persamaan yang dilakukan oleh peneliti saat ini

dengan Jurnal di atas sama-sama melakukan penelitian untuk meningkatkan

perkembangan keterampilan berbicara pada anak usia dini.