bab ii tinjauan pustaka 2.1. landasan teori 2.1.1...

25
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Stewardship Theory Grand theory dalam Penelitian ini menggunakan Stewardship Theory, Teori stewardship menjelaskan mengenai situasi manajemen tidaklah termotivasi oleh tujuan-tujuan individu melainkan lebih ditujukan pada sasaran hasil utama mereka untuk kepentingan organisasi (Donaldson, 1989 dan Davis, 1991). Teori ini mengambarkan tentang adanya hubungan yang kuat antara kepuasan dan kesuksesan organisasi. Sedangkan menurut Etty Murwaningsari (2009) Teori stewardship berdasarkan asumsi filosofis mengenai sifat manusia bahwa manusia dapat dipercaya, bertanggung jawab, dan manusia merupakan individu yang berintegritas. Pemerintah selaku steward dengan fungsi pengelola sumber daya dan rakyat selaku principal pemilik sumber daya. Terjadi kesepakatan yang terjalin antara pemerintah (steward) dan rakyat (principal) berdasarkan kepercayaan, kolektif sesuai tujuan organisasi. Organisasi sektor public memiliki tujuan memberikan pelayanan kepada public dan dapat di pertanggungjawabkan kepada masyarakat (public). Sehingga dapat diterapkan dalam model kasus organisasi sektor public dengan teori stewardship. Menurut Putro (2013) teori stewardship mengasumsikan hubungan yang kuat antara kesuksesan organisasi dengan kepuasan pemilik. Pemerintah akan

Upload: nguyenliem

Post on 06-Feb-2018

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1 Stewardship Theory

Grand theory dalam Penelitian ini menggunakan Stewardship Theory, Teori

stewardship menjelaskan mengenai situasi manajemen tidaklah termotivasi oleh

tujuan-tujuan individu melainkan lebih ditujukan pada sasaran hasil utama mereka

untuk kepentingan organisasi (Donaldson, 1989 dan Davis, 1991). Teori ini

mengambarkan tentang adanya hubungan yang kuat antara kepuasan dan kesuksesan

organisasi. Sedangkan menurut Etty Murwaningsari (2009) Teori stewardship

berdasarkan asumsi filosofis mengenai sifat manusia bahwa manusia dapat

dipercaya, bertanggung jawab, dan manusia merupakan individu yang berintegritas.

Pemerintah selaku steward dengan fungsi pengelola sumber daya dan rakyat

selaku principal pemilik sumber daya. Terjadi kesepakatan yang terjalin antara

pemerintah (steward) dan rakyat (principal) berdasarkan kepercayaan, kolektif sesuai

tujuan organisasi. Organisasi sektor public memiliki tujuan memberikan pelayanan

kepada public dan dapat di pertanggungjawabkan kepada masyarakat (public).

Sehingga dapat diterapkan dalam model kasus organisasi sektor public dengan teori

stewardship. Menurut Putro (2013) teori stewardship mengasumsikan hubungan

yang kuat antara kesuksesan organisasi dengan kepuasan pemilik. Pemerintah akan

9

berusaha maksimal dalam menjalankan pemerintahan untuk mencapai tujuan

pemerintah yaitu meningkatkan kesejahteraan rakyat. Putro juga menjelaskan apabila

tujuan ini mampu tercapai oleh pemerintah maka rakyat selaku pemilik akan merasa

puas dengan kinerja pemerintah. Tabel dibawah ini mengenai asumsi dasar teori

stewardship :

Tabel 2.1.1

Asumsi Dasar Teori Stewardship

Manager as StewardsApproach To Governance Sociological and psychologicalModel of humam behavior Collectivistic, Pro-organizational,

trustworthyManagers Motivated by Principal objectivesManager-Principal Interst CovergenceStructures That Facilitate and EmpowerOwners Attitude Risk-PropensityThe Principal-ManagerRelationship Relly on

Trust

sumber : Podrug, N (2011:406)

2.1.2 Stakeholder Theory

Selain teori stewardship, teori lain yang mendasari penelitian ini ialah teori

Stakeholder. Istilah Stakeholder pertama kali diperkenalkan oleh Standford Research

Institute (RSI) pada tahun 1963 (Freeman, 1984). Freeman (1984) mendefinikan

stakeholder sebagai “any group or individual who can affect or be affected by the

achievement of an organization’s objective.” bahwa stakeholder merupakan

kelompok maupun individu yang dapat mempengaruhi atau dipengaruhi oleh proses

pencapaian tujuan organisasi. Stakeholder theory merupakan sekelompok orang,

komunitas atau masyarakat baik secara keseluruhan maupun parsial yang memiliki

10

hubungan serta kepentingan terhadap organisasi (Putro, 2013). Dalam organisasi

sektor public, sektor public memiliki cakupan yang lebih luas dan lebih beragam.

Tabel 2.1.2

Stakeholder Sektor Publik dengan sektor swasta

Stakeholder Sektor Publik Stakeholder Sektor PublikStakeholder Eksternal

a. Masyarakat pengguna jasa publicb. Masyarakat pembayar pajakc. Perusahaan dan organisasi social

ekonomi yang menggunakanpelayanan public sebagai input atasaktivitas organisasi

d. Bank Sebagai kreditor pemerintahe. Badan-badan Internasioanal, seperti

Bank Dunia, IMF, ADB, PBB, dsb.f. Investor asing dan Country Analystg. Generalisasi yang datang

Stakeholder Internala. Lembaga negara (kabinet, MPR,

DPR/DPRD, dsb)b. Kelompok politik (partai politik)c. Manajer public (gubernur, bupati,

direktur BUMN/BUMD)Pegawai penerintah

Stakeholder Eksternala. Bank sebagai kreditorb. Serikat Buruhc. Pemerintahd. Pemasoke. Distributorf. Pelanggang. Masyarakath. Serikat dagang (trade union)i. Pasar modal

Stakeholder Internala. Manajemenb. Karyawanc. Pemegang saham

sumber : Mardiasmo (2002)

Sedangkangkan Bryson (2001) mendefinisikan stakeholder ialah suatu

individu, kelompok, atau organisasi apapun yang dapat melakukan klaim terhadap

sumber daya atau hasil dari organisasi atau dipengaruhi oleh hasil itu. Keberhasilan

dalam organisasi public maupun swasta ialah sejauhmana organisasi tersebut dapat

menjamin kepuasan stakeholder utama (masyarakat sebagai stakeholder utama).

Pemerintah selaku pemegang kekuasaan dalam roda pemerintahan harus menekankan

aspek kepentingan rakyat selaku stakeholder (Putro,2013), Putro juga menekankan

pemerintah harus mampu mengelola kekayaan daerah, pendapatan daerah serta yang

11

berupa asset daerah untuk kesejahteraan rakyat sesuai dengan isi dari Undang-

Undang Dasar 1945 pasal 33 yang menyatakan bahwa seluruh kekayaan alam yang

dikuasai pemerintah harus digunakan dan dimanfaatkan untuk kesejahteraan rakyat.

2.1.3 Akuntansi Sektor Publik

Akuntansi sektor public didefinisikan sebagai akuntansi dana masyarakat,

yang berarti mekanisme teknis analisis dan analisis akuntansi yang ditetapkan pada

pengelolaan dana masyarakat dilembaga-lembaga tinggi Negara dan departemen-

departemen dibawahnya, pemerintah daerah, BUMN, BUMD, LSM dan yayasan

social, maupun pada proyek-proyek kerja sama sektor public dan swasta (Bastian,

2002). Akuntansi sektor public memiliki peran utama untuk menyiapkan laporan

keuangan sebagai salah satu bentuk pelaksanaan akuntabilitas publik. Sektor public

memiliki tujuan utama organisasi bukan untuk memaksimalkan laba melainkan

member pelayanan public (public service), misalnya: pendidikan, kesehatan

masyarakat, penegaan hukum, keamanan, transportasi public dan penyediaan barang

kebutuhan public. selain memberikan pelayanan public organisasi sektor public juga

memiliki tujuan lain yaitu tujuan financial. Mardiasmo (2002) menjelaskan adanya

financial pada organisasi sektor public mengenai usaha pemerintah untuk

meningkatkan peneriamaan Negara, peningkatan laba pada perusahaan- perusahaan

milik negara atau milik daerah (BUMN atau BUMD), upaya pemerintah daerah untuk

meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Pada sektor public tujuan financial

12

untuk memaksimalkan pelayanan public, karena untuk memberikan pelayanan public

di perlukan dana.

2.1.4 Laporan Keuangan Sektor Publik

Laporan keuangan sektor public merupakan representasi posisi keuangan

dari transaksi-transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas sector public. Mardiasmo

(2009) mengemukakan bahwa adanya tuntutan yang semakin besar terhadap

pelaksanaan akuntabilitas public menimbulkan implikasi pada manajemen sektor

public untuk memberikan informasi kepada public, salah satunya adalah informasi

akuntansi yang berupa laporan keuangan. Laporan Keuangan Daerah adalah bentuk

tanggungjawab Pemerintah Daerah atas pelaksanaan APBD berupa Laporan Realisasi

Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan.

Govermental Accounting Standards Board (GASB) dalam Concepts Statement No. 1

tentang Objectives of Finacial Reporting menyatakan akuntabilitas merupakan dasar

dari pelaporan keuangan dalam pemerintah. Akuntabilitas merupakan tujuan tertinggi

pelaporan keuangan pemerintah. GASB juga menjelaskan keterkaitan akuntabilitas

dan pelaporan keuangan sebagai berikut :

…Accountability requires governments to answer to the citizenry to justify the raising

of public resources and the purpose for which they are used. Governmental

accountability is based on the belief that the citizenry has a “right to know,” a right

to receive openly declared facts that may lead to public debate by the citizens and

13

their elected representatives. Financial reporting plays a major role in fulfilling

government’s duty to be publicly accountable in a democratic society (par.56).

Bagi organisasi pemerintahan, tujuan umum akuntansi dan laporan keuangan

adalah :

1. Untuk memberi informasi yang digunakan dalam pembuatan keputusan

ekonomi, sosial, dan politik serta sebagai bukti pertanggungjawaban

(accontability) dan pengelolaan (stewardship).

2. Untuk memberi informasi yang digunakan untuk mengevaluasi kinerja

manajerial dan organisasional.

2.1.5 Pengertian Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2005 tentang pengelolaan

keuangan daerah menyatakan “Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah selanjutnya

disingkat APBD adalah rencana keuangan tahunan Pemerintah Daerah yang dibahas

dan disetujui bersama oleh Pemerintah Daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan

Peraturan Daerah”. Sedangkan Menurut Halim (2004) Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah (APBD) adalah suatu anggaran daerah yang memiliki unsur-unsur

sebagai berikut: rencana kegiatan suatu daerah beserta uraian secara rinci, adanya

sumber penerimaan yang merupakan target minimal untuk menutupi biaya-biaya

yang merupakan batas maksimal pengeluaran-pengeluaran yang akan dilaksanakan,

14

jenis kegiatan dan proyek yang dituangkan dalam bentuk angka, periode anggaran

yaitu biasanya satu tahun.

APBD ditetapkan dengan peraturan daerah yang di setujui oleh Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah. Tahun anggaran APBD meliputi masa satu tahun, mulai

dari tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 desember (id.wikipedia.org). APBD

terdiri atas :

a. Anggaran Pendapatan,terdiri atas

1. Pendapatan Asli Daerah (PAD), yang meliputi pajak daerah, retribusi

daerah, dan hasil pengelolaan kekayaan daerah, dan penerimaan lain-lain.

2. Dana Perimbangan, yang meliputi Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi

Khusus (DAK), Dana Alokasi Umum (DAU).

3. Lain-lain pendapatan yang sah seperti dana hibah atau dana darurat.

b. Anggaran Belanja, yang digunakan untuk keperluan penyelenggaraan tugas

pemerintah di Daerah.

c. Pembiayaan, yaitu setiap penerimaan yang perlu di bayar kembali dan

pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang

bersangkutan maupun tahun anggaran berikutnya.

Dari kutipan di atas dapat di simpulkan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah

(APDB) adalah rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang dibahas dan

disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

(DPRD) serta ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Selanjutnya Pemerintah Daerah

15

dan DPRD Menyusun Arah dan Kebijkan Umum Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah (APBD) yang memuat petunjuk dan ketentuan umum yang disepakati sebagai

pedoman dalam penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

APBD harus memuat sasaran yang diharapkan menurut fungsi belanja, standar

pelayanan yang diharapkan dan perkiraan biaya satuan komponen kegiatan yang

bersangkutan, serta bagian pendapatan APBD yang digunakan untuk membiayai

belanja administrasi umum, belanja oprasi dan pemeliharaan dan Belanja Modal.

2.1.6 Belanja Daerah

Menurut UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, belanja

daerah adalah semua kewajiban daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan

bersih dalam periode anggaran yang bersangkutan. Seluruh pendapatan daerah yang

diperoleh dari daerahnya sendiri maupun transfer dan bantuan pemerintah pusat,

pemerintah provinsi, dan sebagainya akan digunakan untuk membiayai seluruh

pengeluaran daerah baik melalui pos belanja daerah maupun pengeluaran

pembiayaan. Definisi lain belanja daerah yang dimaksud dalam PP Nomor 58 Tahun

2005 tentang Pengelolaan Keuangan Dearah pasal 26 ayat (1) menyebutkan bahwa

belanja daerah digunakan dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan yang

menjadi kewenangan provinsi atau kabupaten dan kota yang terdiri dari urusan wajib

dan urusan pilihan yang ditetapkan dengan ketentuan undang-undang.

Peraturan Mentri Dalam Negeri No.30 Tahun 2007 tentang Pedoman

Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah menjalaskan Anggaran

16

Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya di singkat APBD, adalah rencana

keuangan tahunan pemerintah daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh

Pemerintah daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan peraturan daerah. Sebagai

rencana tahunan pemerintah daerah, maka dalam APBD tergambar semua hak dan

kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintah daerah yang dapat

dinilai dengan uang, termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan

dengan hak dan kewajiban daerah dalam kurun waktu satu tahun. Dalam belanja

penyelenggaraan urusan wajib sebagaimana dimaksud diprioritaskan untuk

melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya

memenuhi kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan

dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas social dan fasilitas umum yang layak serta

mengembangkan sistem jaminan social.

Peningkatan kualitas kehidupan masyarakat diwujudkan melalui presentasi

kerja dalam pencapaian standar pelayanan minimal berdasarkan urusan wajib

pemerintahan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Berdasarkan

Permendagri (2007) tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah. Pendapatan daerah terdiri dari Pendapatan Asli Daerah, Dana

Perimbangan, dan Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah. Sedangkan Belanja

Daerah dikelompokkan ke dalam belanja tidak langsung dan belanja langsung.

Belanja tidak langsung merupakan belanja yang dianggarkan tidak terkait

secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Dalam Belanja tidak

langsung untuk belanja pegawai merupakan kompensasi dalam bentuk gaji dan

17

tunjangan serta penghasilan lainnnya yang diberikan kepada Pegawai Negeri Sipil

yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan pada belanja masing-

masing Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Belanja pegawai di tambahkan pada

rincian obyek gaji pokok PNS dam obyek belanja gaji dan tunjangan.

Sedangkan Belanja langsung merupakan belanja yang dianggarkan terkait

secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Input belanja yang

digunakan untuk menggangarkan belanja dalam rangka pelaksanaan program dan

kegiatan, terdiri dari jenis belanja pegawai dalam bentuk honorarium atau upah kerja,

belanja barang dan jasa serta belanja modal. Penyediaan anggaran yang harus dibayar

mengukuti kursus, pelatihan, sosialisasi dan bimbingan teknis. Kelompok belanja

tidak langsung dibagi menurut jenis belanja, yang terdiri dari belanja pegawai, bunga,

subsidi, hibah, bantuan social, belanja bagi hasil, bantuan keuangan dan belanja tidak

terduga. Kelompok belanja langsung dibagi menurut jenis barang yang terdiri dari

belanja pegawai, belanja barang dan jasa, dan belanja modal. Untuk memudahkan

pemahaman mengenai kebijakan penyusunan APBD dapat dilihat dalam gambar

2.1.14 halaman 32.

2.1.7 Belanja Modal

Menurut Standar Akuntansi Pemerintah (SAP), pengertian belanja modal

adalah pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembentukan modal yang sifatnya

menambah asset tetap atau inventaris yang memberikan manfaat lebih dari satu

periode akuntansi, termasuk di dalamnya adalah pengeluaran untuk biaya

pemeliharaan yang sifatnya mempertahankan atau menambah masa manfaat, serta

18

meningkatkan kapasitas dan kualitas asset. Belanja modal adalah pengeluaran yang

manfaatnya cenderung melebihi satu tahun anggaran dan akan menambah jumlah.

asset atau kekayaan organisasi sektor public, yang selanjutnya akan menambah

anggaran oprasional untuk biaya pemeliharaan (Nordiawan, 2009: 50). Dalam SAP,

belanja modal dapat dikatagorikan ke dalam 5 (lima) kategori utama, yaitu :

1. Belanja Modal Tanah

Belanja modal tanah adalah pengeluaran atau biaya yang digunakan untuk

pengadaan atau pembelian atau pembebasan, penyelesaian, balik nama dan

sewa tanah, pengosongan, pengurangan, peralatan, pematangan tanah,

pembuatan sertifikat, dan pengeluaran lainnya sehubung dengan perolehan

hak atas tanah dan sampai tanah dimaksud dalam kondisi siap pakai.

2. Belanja Modal Peralatan dan Mesin

Belanja modal peralatan dan mesin adalah pengeluaran atau biaya yang

digunakan untuk pengadaan atau penambahan atau penggantian, dan

peningkatan kapasitas peralatan dan mesin, serta inventaris kantor yang

memberikan manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan, dan sampai peralatan

dan mesin dimaksud dalam kondisi siap pakai.

3. Belanja Modal Gedung dan Bangunan

Belanja modal gedung dan bangunan adalah pengeluaran atau biaya yang

digunakan untuk pengadaan atau penambahan atau penggantian atau

peningkatan dan termasuk pengeluaran untuk perencanaan, pengawasan dan

19

pengelolaan pembangunan gedung dan bangunan yang menambah kapasitas

sampai gedung dan bangunan dimaksud dalam kondisi siap pakai.

4. Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan

Belanja modal jalan, irigasi dan Jaringan adalah pengeluaran atau biaya yang

digunakan untuk pengadaan atau penambahan atau penggantian atau

peningkatan pembangunan atau pembutan serta perawatan, dan termasuk

pengeluaran untuk perencanaan, pengawasan dan pengelolaan jalan irigasi dan

jaringan yang menambah kapasitas sampai jalan irigasi dan jaringan dimaksud

dalam kondisi siap pakai.

5. Belanja Modal Fisik Lainnya

Belanja modal fisik lainnya adalah pengeluaran atau biaya yang digunakan

untuk pengadaan atau penambahan atau penggantian atau peningkatan

pembangunan atau pembuatan serta perawatan terhadap fisik lainnya yang

tidak dapat dikatagorikan ke dalam kriteria belanja modal tanah, peralatan dan

mesin, gedung dan bangunan, jalan irigasi dan jaringan. Termasuk dalam

belanja ini adalah belanja modal kontrak sewa beli, pembelian barang-barang

kesenian, barang purbakala dan barang untuk museum, hewan ternak dan

tanaman, buku-buku, dan jurnal ilmiah.

2.1.8 Pertumbuhan Ekonomi

Menurut Sukirno (2012), Pertumbuhan Ekonomi adalah tingkat kenaikan

PDB atau PNB rill pada satu tahun tertentu apabila dibandingkan dengan tahun

20

sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi disamping dapat berdampak pada peningkatan

pendapatan perkapita, pada akhirnya akan berpengaruh pada pendapatan

pertumbuhan ekonomi yang ditujukan oleh angka PDRB atas dasar konstan 2000

merupakan salah satu indicator untuk melihat keberhasilan pembangunan (BPS,

2009). Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ciri pokok dalam proses

pembangunan, hal ini berhubungan dengan kenyataan adanya pertambahan

penduduk. Bertambahnya penduduk maka menambah kebutuhan masyarakat akan

sandang, pandang, pemukiman, pendidikan dan pelayanan kesehatan.

Infrastruktur dan sarana prasana yang ada di daerah akan berdampak pada

pertumbuhan ekonomi daerah. Jika sarana dan prasarana di daerah memadai, maka

masyarakat dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara aman dan nyaman, yang

akan berpengaruh pada tingkat produktivitas yang semakin meningkat. Dengan

adanya infrastukrur yang memadai, akan menarik investor untuk membuka usaha di

daerah tersebut. Sejalan dengan Indarti dan Sugiartiana (2012) semakin tinggi tingkat

pertumbuhan perekonomian tentu akan mengakibatkan bertumbuhnya investasi

modal swasta maupun pemerintah. Hal ini akan mengakibatkan pemerintah lebih

leluasa dalam menyusun anggaran belanja modal.

2.1.9 Pendapatan Asli Daerah

Menurut Mardiasmo (2002), Pendapatan Asli Daerah adalah penerimaan

daerah dari sector pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, hasil

pengolahan kekayaan daerah yang dipisahkan, lain-lain Pendapatan Asli daerah.

Tinggi rendahnya PAD suatu daerah menggambarkan kemandirian suatu daerah

21

otonom, sehingga tingkat ketergantungan Pemerintah Daerah akan bantuan dana dari

pemerintah pusat semakin rendah. Penerimaan PAD digunakan sebagai salah satu

sumber pembiayaan daerah untuk mendukung penyediaan prasarana dan sarana

daerah. Penyediaan prasarana dan sarana tentunya akan berdampak terhadap

kesejahteraan masyarakat, masyarakat yang sejahtera tentunya di indikasi dengan

pertumbuhan ekonomi yang meningkat.

Peningkatan ekonomi masyarakat mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah

diantaranya peningkatan penerimaan pajak dan retribusi daerah dari usaha

masyarakat. Semakin besar PAD maka semakin besar pula kembali dana yang

dialokasikan untuk membiayai kegiatan yang berkaitan dengan penyediaan sarana

dan prasarana public yang kembali berdampak terhadap kesejahteraan masyarakat

dan seterusnya sehingga dapat meningkatkan PAD. Dengan PAD yang besar maka

Belanja Modal dapat dibiayai sendiri melalui PAD tanpa harus menunggu bantuan

Pemerintah Pusat, sehingga proses percepatan pembangunan, penyediaan fasilitas

pelayanan public dapat terlaksana dengan cepat. Peningkatan dari kualitas layanan

public akan mampu meningkatkan kontribusi public terhadap pembangunan melalui

peningkatan PAD (Mardiasmo, 2002). Menurut Halim (2004) potensi PAD masing-

masing daerah adalah berbeda sehingga mempengaruhi kemandirian keuangan

daerah.

Beberapa variabel yang dapat mempengaruhi potensi sumber-sumber PAD

sebagai tolak ukur kemandirian daerah adalah sebagai berikut :

1. Kondisi awal suatu daerah (keadaan ekonomi dan social suatu daerah)

22

Struktur ekonomi dan social suatu masyarakat menentukan tinggi rendahnya

tuntutan akan adanya pelayanan public sehingga menentukan besar kecilnya

keinginan pemerintah daerah untuk menetepkan pungutan untuk

meningkatkan kemandirian keuangan daerahnya. Tuntutan akan adanya

pelayanan public yang ada di masyarakat industri dan jasa adalah lebih besar

daripada tuntutan pada masyarakat agraris (berbasis pertanian).

2. Perkembangan PDRB perkapita rill

Semakin tinggi PDRB perkapita rill suatu daerah, semakin besar pula

kemampuan masyarakat daerah tersebut untuk membiayai pengeluaran rutin

dan pembangunan pemerintah tersebut. Dengan kata lain, semakin tinggi

PDRB perkapita rill suatu daerah, semakin besar pula potensi sumber

penerimaan daerah tersebut, sehingga daerah dapat lebih mandiri.

3. Pertumbuhan penduduk

Besarnya pendapatan dapat dipengaruhi oleh jumlah penduduk. Jika jumlah

penduduk meningkat maka pendapatan yang dapat ditarik akan meningkat

pula dan kemandirian daerah juga dapat ditingkatkan.

4. Tingkat Inflasi

Inflasi akan meningkatkan penerimaan PAD yang penetapannya didasarkan

pada omzet penjualan, misalnya pajak hotel dan restoran.

5. Perubahan Peraturan

Adanya peraturan-peraturan baru, khususnya yang berhubungan dengan pajak

dan retribusi, dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009

23

tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah membuka peluang yang lebih luas

untuk meningkatkan PAD.

6. Peningkatan cakupan atau ekstensifikasi dan intensifikasi penerimaan PAD.

Adanya tiga hal penting yang harus diperhatikan dalam usaha peningkatan

cakupan ini, yaitu a) menambah objek dan subjek pajak dan retribusi; b)

meningkatkan besarnya penetapan; c) mengurangi tunggakan.

7. Penyesuaian tarif

Peningkatan pendapatan sangat tergantung pada kebijkan penyesuaian tariff.

Untuk pajak atau retribusi yang tarifnya ditentukan secara tetap (flat) maka

dalam penyesuaian tarif perlu mempertimbangkan laju inflasi. Kegagalan

menyesuaikan tarif dengan laju inflasi akan menghambat peningkatan PAD.

Dalam rangka penyesuaian tarif retribusi daerah, selain harus memperhatikan

laju inflasi, perlu juga ditinjau hubungan antara biaya pelayanan jasa dengan

penerimaan PAD.

8. Pembangunan Baru

Penambahan PAD juga dapat diperoleh jika ditopang oleh pembangunan

sarana dan prasarana baru, seperti pembangunan pasar, pembangunan

terminal, pembangunan jasa pengumpulan sampah, dan lain lain.

9. Sumber Pendapatan Baru

Adanya kegiatan usaha baru dapat mengakibatkan bertambahnya sumber

pendapatan pajak atau retribusi yang sudah ada. Misalnya usaha persewaan

laser disc, usaha persewaan computer atau internet dan lain-lain.

24

2.1.10 Dana Perimbangan

Menurut Djaenuri (2012:100), pengertian mengenai dana perimbangan

merupakan sumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung

pelaksanaan kewenanangan pemerintah daerah dalam mencapai tujuan pemberian

otonomi kepada daerah, terutama peningkatan pelayanan dan kesejahteraan

masyarakat yang semakin baik. Dengan demikian, sejalan dengan tujuan pokoknya,

dana perimbangan dapat lebih memperdayakan dan meningkatkan kemampuan

perekonomian daerah, menciptakan sistem pembayaran yang adil, proporsional,

rasioanl, transparan partisipatif, bertanggungjawab (akuntabel), serta memberikan

kepastian sumber keuangan daerah yang berasal dari wilayah daerah yang

bersangkutan. Sedangkan menurut Undang-Undang No. 33 tahun 2004 tentang

Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah, “Dana

Perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan

kepada daerah untuk mendanai kebutuhan Daerah dalam rangka pelaksanaan

Desentralisasi”. Dana perimbangan memiliki tujuan untuk mengurangi kesenjangan

fiscal antar pemerintah daerah. Dana perimbangan terdiri dari Dana Alokasi Umum

(DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), dan Dana Bagi Hasil (DBH).

2.1.11 Dana Alokasi Umum

Menurut Pipin Syarifin dan Dedah Jubaedah (2005 : 108) Dana Alokasi Umum

(DAU) adalah dana yang bersumber dari APBN yang dialokasikan dengan tujuan

pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah

dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Sedangkan H.A.W. Wijaya (2007)

25

mengungkapkan bahwa dana alokasi umum menekankan pada aspek pemerataan dan

keadilan dimana formula dan perhitungannya ditentukan oleh Undang-Undang. Dana

Alokasi Umum (DAU) adalah sejumlah dana yang dialokasikan kepada setiap daerah

Otonom (Provinsi atau Kabupaten atau Kota) di Indonesia setiap tahunnya sebagai

dana pembangunan . DAU merupakan salah satu komponen belanja pada APBN, dan

menjadi salah satu komponen pendapatan pada APBD. Tujuan DAU adalah sebagai

pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan Daerah

Otonom dalam rangka pelaksanaan desentralisasi (id.wikipedia.org).

Menurut Halim (2004 :160), “Dana Alokasi Umum (DAU) adalah dana yang

berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang dialokasikan

dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan daerah untuk membiayai kebutuhan

pengeluarannya dalam rangka pelaksanaan desentralisi. Penggunaan Dana Alokasi

Umum ditetapkan oleh daerah. Penggunaan Dana Alokai Umum dan penerimaan

umum lainnya dalam APBD harus ditetapkan pada kerangka pencapaian tujuan

pemberian otonomi kepada daerah yaitu peningkatan pelayanan dan kesejahteraan

masyarakat yang semakin baik, seperti pelayanan di bidang kesehatan dan

pendidikan. Alokasi DAU :

a. Dana Alokasi Umum untuk Provinsi dan Kabupaten Kota.

b. Besaran DAU ditetapkan sekurang-kurangnya 26% dari Pendapatan

Dalam Neegeri (PDN) Netto yang ditetapkan dalam APBN.

26

c. Proporsi DAU untuk daerah Provinsi dan untuk daerak kabupaten atau

Kota ditetapkan sesuai dengan imbalan kewenangan antaran Provinsi dan

Kabupaten atau Kota.

2.1.12 Dana Alokasi Khusus

Menurut Pipin Syarifin dan Dedah Jubaedah (2005 : 107) Dana Alokasi

Khusus (DAK) adalah dana yang bersumber dari APBN yang dialokasikan kepada

daerah tertentu dengan tujuan membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan

urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional. Pengalokasian DAK

memperhatikan ketersediaan dana dalam APBN, yang berarti bahwa besaran DAK

tidak dapat dipastikan setiap tahunnya (Djaenuri, 2012:106). DAK digunakan khusus

untuk membiayai investasi pengadaan, peningkatan atau perbaikan prasarana dan

sarana fisik dengan umur ekonomis panjang. Dalam keadaan tertentu DAK dapat

membantu biaya pengoprasian dan pemeliharaan prasarana dan sarana untuk periode

terbatas, tidak melebihi 3 tahun.

Sektor atau kegiatan yang tidak dapat dibiayai dari DAK adalah biaya

administrasi, biaya penyiapan proyek fisik, biaya penelitian, biaya perjalanan

pegawai, dan biaya umum sejenis yang lain. Sektor atau kegiatan yang dapat dibiayai

DAK ditetapkan oleh mentri teknis atau instansi terkait setelah melakukan konsultasi

dengan Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah sesuai dengan bidang tugas masing-

masing. Menurut Undang-Undang No. 33 tahun 2004 tentatang dana perimbangan

keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, Dana Alokasi Khusus

digunakan untuk :

27

a. Mendanai kegiatan khusus yang ditentukan pemerintah atas dasar prioritas

nasioanl.

b. Mendanai kegiatan khusus yang diusulkan daerah tertentu.

2.1.13 Dana Bagi Hasil

Menurut Pipin Syarifin dan Dedah Jubaedah (2005 : 108) “Dana bagi hasil

adalah dana yang bersumber dari APBN yang dialokasikan kepada daerah

berdasarkan angka presentase untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka

pelaksanaan desentralisasi”. Dalam PP Nomor 55 Tahun 2005 menjelaskan tentang

Dana Bagi Hasil adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang

dibagihasilkan kepada Daerah berdasarkan angka presentase tertentu dengan

memperhatikan potensi daerah hasil. Sumber Dana Bagi Hasil bersumber dari:

1. Pajak, terdiri dari:

a. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

b. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)

c. Pajak penghasilan (PPh) Pasal 25 dan Pasal 29 Wajib Pajak Orang Pribadi

Dalam Negeri dan PPh 21 (WPOPDN)

2. Sumber Daya Alam yang berasal dari:

a. Kehutanan

b. Pertambangan Umum

c. Perikanan

d. Pertambangan Minyak Bumi

e. Pertambangan Gas Bumi

28

f. Pertambangan Panas Bumi

2.2 Penelitian Terdahulu

Berikut ini adalah tabel mengenai penelitian terdahulu yang dijadikan bahan

acuan oleh penelitian dalam menyusun penelitian ini, tabel penelitian sebagai berikut:

Tabel 2.2Penelitian Terdahulu

No Nama Penelitian Judul Penelitian Variabel Hasil Penelitian

1 Sheila ArdianNuarisa (2013)

Pengaruh PAD,DAU dan DAKterhadappengalokasiananggaran BelanjaModal

Independen :PAD, DAUdan DAK

Dependen :Belanja Modal

Secara Parsial Variabel PAD,DAU, dan DAK berpengaruhterhadap pengalokasian anggaranBelanja Modal.

2 Maryadi (2012) PengaruhPendapatan AsliDaerah, DanaAlokasi Umum,Dana Bagi Hasil,Sisa LebihPembiayaanAnggaran dan LuasWilayah terhadqpBelanja Modalpada Kabupatendan Kota DiIndonesia Tahun2012

Independen :Pendapatan AsliDaerah, DanaAlokasi Umum,Dana BagiHasil, SisaLebihPembiayaanAnggaran, danLuas Wilayah

Dependen :Belanja Modal

Pendapatan Asli Daerah secaraindividu (parsial) berpengaruhsignifikan terhadap BelanjaModal pada Kabupaten dan kotadi Indonesia tahun 2012 namundengan arah negative.Dana Alokasi Umum, Dana BagiHasil, Sisa Lebih PembiayaanAnggaran dan Luas Wilayahsecara individu (parsial)berpengaruh signifikan terhadapBelanja Modal pada Kabupatendan kota di Indonesia tahun 2012.Pendapan Asli Daerah,DanaAlokasi Umum, Dana Bagi Hasil,Sisa Lebih Pembiayaan, LuasWilayah secara Bersama-sama(Simultan) berpengaruhsignifikan terhadap BelanjaModal pada Kabupaten dan kotadi Indonesia tahun 2012.

3 Askam Tuasikal(2008)

Pengaruh DAU,DAK, PAD, danPDRB terhadapBelanja Modal

Independen :DAU, DAK,PAD, danPDRB

Secara simultan, temuanpenelitian menunjukan bahwaDAU, DAK, PAD, dan PDRBberpengaruh terhadap Belanja

29

Pemerintah DaerahKabupaten / KotaDi Indonesia

Dependen :Belanja Modal

Modal pemerintah daerahkabupaten/Kota di Indonesia.Secara Parsial, hasil penelitianmenunjukkan bahwa DAU,DAK, PAD berpengaruh positifterhadap alokasi Belanja Modaldaerah Kabupaten/Kota diIndonesia.Sementara PDRB tidakberpengaruh. Hal inimenunjukkan bahwa secaraparsial pola manajemenpengeluaran pemerintah daerahKabupaten/Kota di Indonesia,khususnya yang terkait denganBelanja Modal, tidak terlalumempertimbangkan PDRBsebagai salah satu determinanutama dalam alokasi belanjamodal, rata-rata pemerintahdaerah lebih mengutamakantransfer atau bantuan pemerintahpusat berupa DAU dan DAK.

4 Dini Arwati,Novita Hadiati(2013)

PengaruhPertumbuhanEkonomi,Pendapatan AsliDearah dan DanaAlokasi UmumterhadapPengalokasianAnggaran BelanjaModal padaPemerintah DaerahKabupaten/Kota diPropinsi JawaBarat

Independen :Pertumbuhanekonomi,Pendapatan AsliDaerah, DanaAlokasi Umum

Dependen :Belanja Modal

Pengujian secara parsial variabledependen yang digunakan dalammodel menyimpulkan bahwahanya Pendapatan Asli Daerahberpengaruh signifikan terhadappengalokasian anggaran BelanjaModal.Pertumbuhan Ekonomi sertaDana Alokasi Umum secaraparsial tidak berpengaruhsignifikan terhadappengalokasian Belanja Modal.Secara simultan seluruh variableindependen (PertumbuhanEkonomi, Pendapatan AsliDearah dan Dana AlokasiUmum) berpengaruh signifikanterhadap variable Belanja Modal

5 I G A. GedeWertianti danA.A.N.B.Dwirandra(2013)

PengaruhPertumbuhanEkonomi padaBelanja Modaldengan PAD danDAU sebagaiVariabel Moderasi

Independen :PertumbuhanEkonomi

Dependen:Belanja Modal

Moderasi:PAD dan DAU

Hasil uji parsial dariPertumbuhan Ekonomi, PAD,dan DAU berpengaruh signifikanterhadap Belanja Modal.Hasil analisis selanjutnya PADmampu meningkatkan pengaruhpositif pertumbuhan ekonomiterhadap belanja modal, namunberbeda dengan DAU, dimanaDAU tidak mampu meningkatkan

30

2.3 Kerangka Pemikiran

Penelitian ini menganalisis pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli

Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, dan Dana Bagi Hasil terhadap

Belanja Modal pada Kabupaten dan Kota se-Jawa Tahun 2009-2012. Dalam SAP

menjelaskan Belanja modal merupakan pengeluaran yang dilakukan dalam rangka

memperoleh modal yang sifatnya menambah aset tetap, serta inventaris yang

memberikan manfaat lebih dari satu tahun periode akuntansi, di dalamnya meliputi

pengeluaran untuk biaya pemeliharaan guna mempertahankan atau menambah masa

manfaat, serta meningkatkan kapasitas dan kualitas asset. Belanja modal yang besar

diharapkan akan memberikan dampak yang positif bagi pertumbuhan ekonomi di

daerah dan pada akhirnya akan meningkatkan potensi-potensi penerimaan daerah.

Besar kecilnya belanja modal akan ditentukan dengan besar kecilnya PAD serta

semakin tinggi Dana Alokasi Umum di harapkan alokasi Belanja Modal juga akan

meningkat, begitupun juga untuk Dana Alokasi Khusus dan Dana Bagi Hasil.

Kenyataan yang terjadi Porsi yang dialokasikan untuk belanja modal cukup

rendah seharusnya pemerintah memperbaiki rendahnya penyerapan pada belanja

modal. Pemerintah daerah harus mampu mengalokasikan anggaran belanja modal

dengan baik karena belanja modal memiliki peranan penting yaitu memiliki masa

manfaat jangka panjang untuk memberikan layanan kepada public. Kondisi tersebut

pengaruh positif pertumbuhanekonomi terhadap belanja modal

31

menarik perhatian untuk diteliti karena salah satu tujuan pelaksanaan desentralisasi

adalah meningkatkan efisiensi pengalokasian sumberdaya nasioanal maupun kegiatan

pembangunan daerah serta memperbaiki keseimbangan fiscal antar daerah dan

memastikan adanya pelayanan masyarakat yang berkualitas di seriap daerah.

Gambar 2.3Kerangka Pemikiran

2.4 Hipotesis

Dari Kerangka Pemikiran teoritis diatas, maka dapat diambil beberapa

hipotesis sebagai berikut :

H1 : Pertumbuhan Ekonomi berpengaruh terhadap Belanja Modal

H2 : Pendapatan Asli Daerah berpengaruh terhadap Belanja Modal

H3 : Dana Alokasi Umum berpengaruh terhadap Belanja Modal

H4 : Dana Alokasi Khusus berpengaruh terhadap Belanja Modal

H5 : Dana Bagi Hasil berpengaruh terhadap Belanja Modal

Pertumbuhan Ekonomi

Pendapatan Asli Daerah

Belanja ModalDana Alokasi Umum

Dana Alokasi Khusus

Dana Bagi Hasil

32

H6 : Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana

Alokasi Khusus, dan Dana Bagi Hasil berpengaruh terhadap Belanja Modal

Gambar 2.1.14

Kebijakan Penyusunan APBD

APBD

Dana Alokasi Umum

Dana Alokasi Khusus

Dana Bagi Hasil

Pengangaran Daerah

Angaran Belanja

Pendapatan Asli Daerah

Dana Perimbangan

Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah

Belanja Tidak Langsung

Belanja Pegawai

Belanja Bunga

Belanja Subsidi

Belanja Hibah

Belanja Bantuan Sosial

Belanja Bagi Hasil

Belanja Batuan Keuangan

Belanja Tak Terduga

Belanja Lansung

Belanja Pegawai

Belanja Barang dan Jasa

Belanja Modal

BM

Tanah

BM Peralatan

& Mesin

BM Gedung

& Bangunan

BM Jalan,

Irigasi &

Jaringan

BM Fisik

Lainnya

Pembiayaan Daerah