bab ii kajian teori 2.1 2.1.1 think talk write (ttw) · 2016. 9. 6. · 6 bab ii kajian teori . 2.1...

16
6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model Pembelajaran Think Talk Write (TTW) 2.1.1.1 Model Pembelajaran Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pemebelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk di dalamya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelejaran, dan pengelolaan kelas (Arends, 1997: 7). Hal ini sesuai dengan pendapat Joyce (1992: 4) bahwa “Each model guides us as we design instruction to help students achive various objectives”. Maksud kutipan tersebut adalah bahwa setiap model mengarahkan kita dalam merancang pembelajaran untuk membantu peserta didik mencapai tujuan. Joyce dan Weil (1992: 1) menyatakan bahwa: “Models of teaching are really models of learning. As we help student acquire information, ideas, skills, value, ways of thinking and means of expressing themselves, we are also teaching them how learn”. Hal ini berarti bahwa model mengajar merupakan model belajar dengan model tersebut guru dapat membantu siswa untuk mendapatkan atau memperoleh informasi, ide, keterampilan, cara berpikir dan mengekspresikan ide diri sendiri. Selain itu mereka juga mengajarkan bagaimana mereka belajar. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk didalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas (Kardi, S dan Nur, 2000b: 8). Hal ini sesuai dengan pendapat Joyce (1992: 4) bahwa “Each model us as we design instruction to help students achive various objective”. Maksud dari kutipan tersebut adalah bahwa setiap model mengarahkan kita merancangkan pembelajaran untuk membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai.

Upload: others

Post on 06-Feb-2021

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 6

    BAB II

    KAJIAN TEORI

    2.1 Kajian Teori

    2.1.1 Model Pembelajaran Think Talk Write (TTW)

    2.1.1.1 Model Pembelajaran

    Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang

    digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pemebelajaran di kelas atau

    pembelajaran dalam tutorial. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan

    pembelajaran yang akan digunakan, termasuk di dalamya tujuan-tujuan

    pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelejaran,

    dan pengelolaan kelas (Arends, 1997: 7). Hal ini sesuai dengan pendapat Joyce

    (1992: 4) bahwa “Each model guides us as we design instruction to help students

    achive various objectives”. Maksud kutipan tersebut adalah bahwa setiap model

    mengarahkan kita dalam merancang pembelajaran untuk membantu peserta didik

    mencapai tujuan.

    Joyce dan Weil (1992: 1) menyatakan bahwa: “Models of teaching are

    really models of learning. As we help student acquire information, ideas, skills,

    value, ways of thinking and means of expressing themselves, we are also teaching

    them how learn”. Hal ini berarti bahwa model mengajar merupakan model belajar

    dengan model tersebut guru dapat membantu siswa untuk mendapatkan atau

    memperoleh informasi, ide, keterampilan, cara berpikir dan mengekspresikan ide

    diri sendiri. Selain itu mereka juga mengajarkan bagaimana mereka belajar.

    Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan

    digunakan, termasuk didalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap kegiatan

    pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas (Kardi, S dan Nur,

    2000b: 8). Hal ini sesuai dengan pendapat Joyce (1992: 4) bahwa “Each model us

    as we design instruction to help students achive various objective”. Maksud dari

    kutipan tersebut adalah bahwa setiap model mengarahkan kita merancangkan

    pembelajaran untuk membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan

    pembelajaran tercapai.

  • 7

    Dalam penelitian ini, yang dimaksud model pembelajaran adalah kerangka

    konseptual yang menggambarkan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan

    pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Fungsi model pembelajaran

    adalah sebagai pedoman bagi perancang pengajaran dan para guru dalam

    melaksanakan pembelajaran. Pemilihan model pembelajaran sangat dipengaruhi

    oleh sifat dan materi yang akan diajarkan, tujuan yang akan dicapai dalam

    pembelajaran tersebut, serta tingkat kemampuan peserta didik.

    Sebagaimana pendapat Joice, dkk (1992: 2), model pembelajaran adalah

    suatu perencanaan atau pola yang dapat kita gunakan untuk mendesain pola-pola

    mengajar secara tatap muka di dalam kelas atau mengatur tutorial, dan untuk

    menentukan material/perangkat pemebelajaran termasuk di dalamnnya buku-

    buku, film-film, tipe-tipe, program-program media komputer, dan kurikulum

    (sebagai kurusus untuk belajar). Setiap model mengarahkan kita untuk mendesain

    pembelajaran yang dapat membantu siswa untuk mencapai berbagai tujuan.

    Arends (1997), menyatakan bahwa “the term teaching model refers to a

    particular approach to instruction that includes its goals, syntax, eniroment, and

    management system”. Istilah model mengarah pada suatu pendekatan

    pembelajaran tertentu termasuk tujuannya, sintaksnya, lingkungannya, dan sistem

    pengolaan.

    Berdasarkan uraian di atas, model pembelajaran adalah kerangka konseptual

    yang melukiskan prosedur dalam sistematik dan mengorganisaikan pengalaman

    belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman

    untuk mencapai tujuan belajar tertentu berfungsi sebagai pedoman bagi perncang

    pembelajaran dan para guru dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran.

    2.1.1.2 Hakikat Think Talk Write

    Untuk merealisasikan pembelajaran IPS yang melibatkan siswa secara aktif,

    dewasa ini telah dikembangkan berbagi strategi pemebelajaran IPS yang

    melibatkan penggunaan alat bantu seperti multimedia ataupun tidak. Salah

    satunya adalah model pembelajaran Think Talk Write.

    Think Talk Write adalah salah satu model dalam pembelajaran kooperatif

    yang diperkenalkan oleh Hunker & Launghlin. Pembelajaran ini dimulai berpikir

  • 8

    melalui bahan bacaan (menyimak, mengkritisi, dan alternatif solusi. Hasil

    bacaanya dikomunikasikan dengan presentasi, diskusi, dan kemudian membuat

    laporan hasil presentasi. Menurut Huinker & Laughlin (1996: 81) „’thinking and

    talking are important steps in the process of bringing meaning into students’s

    writing’’, yaitu berpikir dan berbicara/berdiskusi merupakan langkah penting

    dalam proses membawa pemahaman ke dalam tulisan siswa.

    Menurut Porter (1992:179) bahwa Think Talk Write (TTW) adalah

    pembelajaran dimana siswa diberikan kesempatan kepada peserta didik untuk

    memulai belajar dengan memahami pemasalahan terlebih dahulu, kemudian

    terlibat secara aktif dalam diskusi kelompok, dan akhirnya menuliskan dengan

    bahasa sendiri hasil belajar yang diperolehnya.

    Sedangkan menurut Adriani (2008), Think Talk Write (TTW) merupakan

    strategi yang memfasilitasi latihan berbahasa secara lisan dan menulis bahasa

    tersebut dengan lancar.

    Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa strategi Think-Talk-Write

    (TTW) adalah strategi pembelajaran yang dapat menumbuh kembangkan

    kemampuan pemahaman dan komunikasi siswa yang dilaksanakan melalui tiga

    tahap yaitu berpikir (think), berdiskusi/berbicara (talk) dan menulis (write).

    Model pembelajaran TTW melibatkan 3 tahap penting yang harus

    dikembangkan dan dilakukan dalam pembelajaran IPS, yaitu:

    1. Think (Berfikir)

    Proses berfikir merupakan proses yang dimulai dari penemuan informasi (dari

    luar atau diri sendiri), pengolahan, penyimpanan, dan pemanggilan kembali

    informasi dari ingatan siswa (Marpaung, dalam Budiarto dan Hartono, 2002 :

    481). Dengan demikian dapat dikatakan, pada prinsipnya proses berfikir meliputi

    tiga langkah pokok yaitu pembentukan pengertian, pembentukan pendapat dan

    penarikan kesimpulan.

    Makna dan proses berfikir dapat ditinjau dari dua sisi pandangan yang

    berbeda yakni panndangan filsafat dan psikologi. Para ahli filsafat memandang

    bahwa otak manusia (mind) sebagai tempat muncul serta tumbuh alasan-alasan

    dan nalar. Bidang filsafat memberikan penekanan lebih besar pada studi tentang

  • 9

    berfikir kritis (critical thinking) melalui analisis terhadap argumen serta aplikasi

    logika. Sementara ahli psikologi lebih memfokuskan pengajiannya mengenai

    berfikir pada aspek mekanismenya (mechanism of mind). Lebih khusus lagi, ahli

    psikologi kognitif cenderung memberi penekanan pada berfikir kreatif yaitu

    bagaimana ide-ide yang merupakan proses berfikir dihasilkan oleh otak manusia

    (Suryadi, 2005: 17).

    Menurut Marzano, dkk, (dalam Marzuki, 2006) bahwa berfikir yang

    dilakukan manusia meliputi empat dimensi yaitu : (1) Metakognisi, merupakan

    kesadaran seseorang tentang proses berfikirnya pada saat melakukan tugas

    tertentu dan kemudian menggunakan kesadaran tersebut untuk mengontrol apa

    yang dilakukan. (2) Berfikir kritis dan kreatif, merupakan dua komponen yang

    sangat mendasar. Berfikir kritis merupakan prosess penggunaan kemampuan

    berfikir secara efektif yang dapat membantu seseorang untuk membuat,

    mengevaluasi, serta mengambil keputusan tentang apa yang diyakini serta

    dilakukan. Sedangkan berfikir kreatif merupakan kemampuan bersifat spontan,

    terjadi karena adanya arahan yang bersifat internal dan keberadaannya tidak dapat

    diprediksi. (3) Proses berfikir, memiliki delapan komponen utama yaitu

    pembentukan konsep, pembentukan prinsip, pemahaman, pemecahan masalah,

    pengambilan keputusan, penelitian, penyusunan dan berwacana secara oral. (4)

    Kemampuan berfikir utama, juga memiliki delapan komponen yaitu :

    memfokuskan, kemampuan mendapatkan informasi, kemampuan mengingat,

    kemampuan, menganalisa, mengorganisasikan, menganalisa, menghasilkan,

    mengintegrasi, serta mengevaluasi.

    Pada tahap Think siswa membaca teks berupa permasalahan-permasalahan.

    Dalam tahap ini siswa secara individual memikirkan kemungkinan jawaban

    (strategi penyelesaian), membuat catatan kecil tentang ide-ide yang terdapat pada

    bacaan, dan hal-hal yang tidak dipahaminya sesuai dengan bahasannya sendiri.

    Menurut Weiderhold (dalam Ansari, 2003) membuat catatan berarti

    menganalisis tujuan isi teks dan memeriksa bahan-bahan yang ditulis. Selain itu

    belajar rutin membuat catatan setelah membaca, akan merangsang aktivitas

  • 10

    berfikir sebelum, selama dan sesudah membaca sehingga dapat mempertinggi

    pengetahuan dan dapat kemampuan berfikir dan menulis.

    Aktivitas berfikir (Think) dapat dilihat dari proses membaca suatu

    permasalahan, kemudian membuat catatan apa yang telah dibaca. Menurut Narode

    (dalam Ansari, 2003) dalam model ini teks bacaan seringkali disertai panduan

    yang bertujuan untuk mempermudah diskusi dan pengembangan pemahaman

    konsep kimia siswa.

    2. Talk (berbicara)

    Pada tahap talk peserta didik diberi kesempatan untuk merefleksikan,

    menyusun, dan menguji ide-ide kegiatan diskusi dalam kelompok. Hunker dan

    laughlin (1996:81) “Classroom opportunities for talk enable students to (1)

    connect the language they know from their own personal experiences and

    backgrounds with the language of mathematics, (2) analyzes and synthesizes

    social ideas, (3) fosters collaboration and helps to build a learning community in

    the classroom”. Artinya, peserta didik yang diberikan kesempatan untuk

    berdiskusi dapat: (1) mengkoneksikan bahasa yang mereka tahu dari pengalaman

    dan latar belakang mereka sendiri dengan bahasa ilmu pengetahuan sosial, (2)

    menganalisis dan mensintesis ide-ide, (3) memelihara kolaborasi dan membantu

    membangun komunitas pembelajaran di kelas.

    Selain itu, Huinker dan Laughlin (1996: 88) juga meyebutkan

    bahwa Talking encourages the exploration of words and the testing of ideas.

    Talking promotes understanding. When students are given numerous

    opportunities to talk, the meaning that is constructed finds its way into students’

    writing, and the writing further contributes to the construction of

    meaning. Artinya, berdiskusi dapat meningkatkan eksplorasi kata dan menguji

    ide. Berdiskusi juga dapat meningkatkan pemahaman. Ketika peserta didik

    diberikan kesempatan yang banyak untuk berdiskusi, pemahaman akan terbangun

    dalam tulisan peserta didik, dan selanjutnya menulis dapat memberikan kontribusi

    dalam membangun pemahaman. Intinya, pada tahap ini peserta didik dapat

    mendiskusikan pengetahuan mereka dan menguji ide-ide baru mereka, sehingga

  • 11

    mereka mengetahui apa yang sebenarnya mereka tahu dan apa yang sebenarnya

    mereka butuhkan untuk dipelajari.

    Martinis Yamin dan Bansu I. Ansari (2008:86) mengutarakan talk penting

    dalam pembelajaran karena sebagai cara utama untuk berkomunikasi dalam

    pembelajaran, pembentukan ide (forming ideas) melalui proses talking, untuk

    meningkatkan dan menilai kualitas berpikir karena talking dapat membantu

    mengetahui tingkat pemahaman peserta didik.

    Pada tahap talk memungkinkan peserta didik untuk terampil berbicara. Pada

    tahap ini peserta didik akan berlatih melakukan komunikasi IPS dengan anggota

    kelompoknya secara lisan. Masalah yang akan didiskusikan merupakan masalah

    yang telah peserta didik pikirkan sebelumnya pada tahap think. Pada umumnya

    peserta didik menurut Huinker dan Laughlin (1996:82) talking dapat berlangsung

    secara alamiah tetapi tidak menulis. Proses talking dipelajari peserta didik melalui

    kehidupannya sebagai individu yang berinteraksi dengan lingkungan sosial.

    Dengan berdiskusi dapat meningkatkan aktivitas peserta didik dalam kelas.

    Berkomunikasi dalam diskusi menciptakan lingkungan belajar yang memacu

    peserta didik berkomunikasi antar peserta didik dapat meningkatkan pemahaman

    peserta didik karena ketika peserta didik berdiskusi, peserta didik mengkonstruksi

    berbagai ide untuk dikemukakan.

    3. Write (menulis)

    Masingila dan Wisniowska (1996:95) menyebutkan bahwa writing can help

    students make their tacit knowledge and thoughts more explicit so that they can

    look at, and reflect on, their knowledge and thoughts. Artinya, menulis dapat

    membantu peserta didik untuk mengekspresikan pengetahuan dan gagasan yang

    tersimpan agar lebih terlihat dan merefleksikan pengetahuan dan gagasan mereka.

    Writing in social studies are the social sciences helps realize one of the

    major goals in teaching, namely, that students understand the material being

    studied (Shield dan Swinson, 1996:35). Artinya, menulis dalam ilmu pengetahuan

    sosial dapat merealisasikan tujuan utama dalam pembelajaran, yaitu pemahaman

    peserta didik tentang materi yang telah diajarkan. Selain itu melalui kegiatan

    menulis dalam pembelajaran IPS, peserta didik diharapkan dapat memahami

  • 12

    bahwa IPS dibangun melalui suatu proses berpikir yang dinamis, dan diharapkan

    pula dapat memahami bahwa IPS merupakan bahasa atau alat untuk

    mengungkapkan ide.

    Masingila dan Wisniowska (1996:95) juga menyebutkan bahwa for teacher,

    writing can elicit (a) direct communication from all members of a class, (b)

    information about student’s errors, misconception, thought habits, and beliefs, (c)

    various students’ conceptions of the same idea, and (d) tangible evidence of

    students’ achievement. Artinya, manfaat tulisan peserta didik untuk guru adalah

    (1) komunikasi langsung secara tertulis dari seluruh anggota kelas, (2) informasi

    tentang kesalahan-kesalahan, miskonsepsi, kebiasaan berpikir, dan keyakinan dari

    para peserta didik, (3) variansi konsep peserta didik dari ide yang sama, dan (4)

    bukti yang nyata dari pencapaian atau prestasi peserta didik.

    Aktivitas menulis peserta didik pada tahap ini meliputi: menulis solusi

    terhadap masalah/pertanyaan yang diberikan termasuk perhitungan,

    mengorganisasikan semua pekerjaan langkah demi langkah (baik

    penyelesaiannya, ada yang menggunakan diagram, grafik, ataupun tabel agar

    mudah dibaca dan ditindaklanjuti), mengoreksi semua pekerjaan sehingga yakin

    tidak ada perkerjaan ataupun perhitungan yang ketinggalan, dan meyakini bahwa

    pekerjaannya yang terbaik, yaitu lengkap, mudah dibaca dan terjamin keasliannya

    (Martinis Yamin dan Bansu I. Ansari, 2008:88).

    Pada tahap ini peserta didik akan belajar untuk melakukan komunikasi

    pembelajaran IPS secara tertulis. Berdasarkan hasil diskusi, peserta didik dimita

    untuk menuliskan penyelesaian dan kesimpulan dari masalah yang telah

    diberikan. Apa yang peserta didik tuliskan pada tahap ini mungkin berbeda

    dengan apa yang peserta didik tuliskan pada catatan individual (tahap think). Hal

    ini terjadi karena setelah peserta didik berdiskusi ia akan memperoleh ide baru

    untuk menyelesaikan masalah yang telah diberikan.

    Kesimpulannya Think Talk Write adalah pembelajaraan dimana siswa

    diberikan kesempatan kepada siswa untuk memulai belajar dengan memahami

    permasalahan terlebih dahulu, kemudian terlibat secara aktif dalam diskusi

  • 13

    kelompok, dan akhirnya menuliskan dengan bahasa sendiri hasil belajar yang

    diperolehnya.

    2.1.1.3 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Think Talk Write

    Untuk mewujudkan pembelajaran yang sesuai dengan harapan diatas,

    dirancang pembelajaran yang mengikuti langkah-langkah berikut :

    Langkah-langkah pembelajaran dengan strategi TTW (think talk write)

    menurut Helmaheri (2004: 21-22) adalah sebagai berikut :

    1. Pendahuluan

    a. Guru menginformasikan materi yang akan dipelajari dan tujuan

    pembelajaran yang akan dicapai.

    b. Guru mengingatkan kembali teknik pembelajaran dengan strategi TTW ,

    tugas-tugas, dan aktivitas siswa.

    c. Guru melakukan apersepsi.

    d. Guru memberikan motivasi agar siswa berperan aktif dalam pembelajaran.

    e. Guru membagi siswa dalam kelompok kecil yang terdiri dari 3 sampai 4

    siswa.

    2. Kegiatan Inti Pembelajaran

    a. Guru membagikan Lembar Kerja Siswa kepada siswa yang memuat

    masalah.

    b. Siswa membaca soal LKS, memahami masalah secara individual,

    menuangkan ide-idenya mengenai kemungkinan jawaban dan atau langkah

    penyelesaian atas permasalahan yang diberikan (think).

    c. Siswa berinteraksi dan berkolaborasi degan teman satu kelompok

    mendiskusikan langkah penyelesaiannya (saling bertukar ide/sharing) agar

    diperoleh kesepakatan-kesepakatan kelompok (talk).

    d. Siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuan pembelajaran IPS yang

    diperolehnya setelah diskusi kemudian menuliskan semua jawaban atas

    permasalahan yang diberikan secara lengkap, jelas dan mudah dibaca

    (write).

    e. Selama diskusi berlangsung guru dan observer bersifat sebagai mediator dan

    membantu seperlunya jika sekiranya diperlukan.

  • 14

    f. Satu kelompok ditunjuk untuk melakukan presentasi di dalam kegiatan

    pembelajaran kemudian melakukan tanya jawab terhadap kelompok yang

    lain.

    3. Penutup

    Guru bersama siswa membuat refleksi dan kesimpulan dari materi yang telah

    dipelajari. .

    Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa interaksi yang diharapkan pada

    strategi Think-Talk-Write adalah siswa dalam kelompoknya berfikir (think) baik

    dalam mempelajari materi maupun memecahkan masalah yang dihadapi,

    berbicara/saling berdiskusi, bertukar pendapat (talk), dan menuliskan hasil diskusi

    baik berupa rangkuman materi ataupun hasil pemecahan masalah (write) agar

    kompetensi yang diharapkan tercapai.

    Diharapkan melalui strategi Think Talk Write ini siswa mampu berpikir

    secara mandiri dan mengasah kepekaan dan keterampilannya berpikir dan

    memecahkan masalah yang dihadapi sehingga dapat meningkatkan kemandirian

    dalam belajarnya.

    2.1.1.4 Kelebihan dan Kekurangan Think Talk Write

    Adapun kelebihan dan kekurangan dalam model pembelajaran Think Talk

    Write ada pada tabel 2.1

    Tabel 2.1

    Model Pembelajaran Think Talk Write

    Kelebihan Kelemahan

    1. Siswa menjadi lebih kritis

    2. Semua siswa lebih aktif

    dalam proses pembelajaran.

    3. Siswa lebih paham terhadap

    materi yang dipelajari

    1. Siswa akan cukup merasa

    terbebani dengan tugas

    yang banyak

    2. Waktu untuk satu materi

    cukup banyak

  • 15

    2.1.2 Hasil Belajar

    Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,

    sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Merujuk pemikiran Gagne, hasil belajar

    berupa : (1) Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan

    dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespon secara

    spesifik. Kemampuan tersebut tidak memerlukan manipulasi simbol, pemecahan

    masalah. (2) Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan

    konsep dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan

    mengategorisasi, kemampuan analtis-sintesis, fakta konsep, dan mengembangkan

    prinsip-prinsip keilmuan. Keterampilan intelektual merupakan kemampuan

    melakukan aktvitas kognitif bersifat khas. (3) Strategi kognitif yaitu kecakapan

    menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini

    meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah. (4)

    Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani

    dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasamani. (5)

    Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak obyek berdasakan penilaian

    terhadap obyek tersebut. Sikap berupa kemampuan menginternalisasi dan

    eksternalisasi nilai-nilai. Sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai-nilai

    sebagai satandar perilaku.

    Menurut Bloom, hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, efektif

    psikomotorik. Domain kognitif adalah knowledge (pengetahuan, ingatan),

    comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), application

    (menerapkan), analysis (menguraikan, menentukan hubungan), syinthesis

    (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru), dan evaluation

    (menilai). Domain efektif adalah receiving (sikap menerima), responding

    (memeberikan respons), valving (nilai), organization (organisasi), characterization

    (karakterisasi). Domain psikomotor meliputi initiatory, pre-routine, dan rountized.

    Psikomotor juga mencangkup keterampilan produktif, tekni, fisik, sosial,

    manjerial, dan intelektual. Sementara, menurut Lindgren hasil belajar meliputi

    kecakapan, informasi, penegertian dan sikap.

  • 16

    Dengan memperhatikan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil

    belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu

    aspek potensi kemanusiaan saja. Artinya, hasil belajar yang dikategorisasikan oleh

    pakar pendidik sebagaimana tersebut di atas tidak dilihat secara fragmentaris atau

    terpisah, melainkan komprehensif.

    2.1.3 Pengertian IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial)

    Rumusan tentang pengertian IPS telah banyak dikemukakan oleh para ahli

    IPS atau social studies. Di sekolah-sekolah Amerika pengajaran IPS dikenal

    dengan social studies. Jadi, istilah IPS merupakan terjemahan social studies.

    Dengan demikian IPS dapat diartikan dengan “penelaahan atau kajian tentang

    masyarakat”. Dalam mengkaji masyarakat, guru dapat melakukan kajian dari

    berbagai perspektif sosial, seperti kajian melalui pengajaran sejarah, geografi,

    ekonomi, sosiologi, antropologi, politik-pemerintahan, dan aspek psikologi sosial

    yang disederhanakan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Untuk memperoleh

    gambaran yang lebih luas tentang IPS, maka penting untuk dikemukakan beberapa

    pengertian social studies dan IPS menurut para ahli : (1) Edgar B Wesley

    menyatakan bahwa “social studies are the social sciences simplified for

    paedagogieal purposes in school. The social studies consist of geografy history,

    economic, sociology, civics and various combination of these subjects”. IPS

    adalah ilmu-ilmu sosial yang disederhanakan untuk tujuan di sekolah. Penelitian

    sosial terdiri dari sejarah geografy, ekonomi, sosiologi, kewarganegaraan dan

    berbagai kombinasi mata pelajaran tersebut. (2) John Jarolimek mengemukakan

    bahwa “The social studies as a part of elementary school curriculum draw

    subject-matter content from the social science, history, sociology, political

    science, social psychology, philosophy, antropology, and economic. The social

    studies have been defined as “ those portion of the social science… selected for

    instructional purposes”. IPS sebagai bagian dari kurikulum sekolah dasar

    menggambar konten subyek dari ilmu sosial, sejarah, sosiologi, ilmu politik,

    psikologi sosial, filsafat, antropology, dan ekonomi. Penelitian sosial telah

    didefinisikan sebagai "orang-orang bagian dari ilmu sosial ... dipilih untuk tujuan

    instruksional"

  • 17

    Demikian beberapa pengertian yang dikembangkan di Amerika Serikat oleh

    beberapa tokoh pendidikan terkenal. Pengembangan IPS di Indonesia banyak

    mengambil ide-ide dasar dari pendapat-pendapat yang dikembangkan di Amerika

    Serikat tersebut. Tujuan, materi, dan penanganannya dikembangkan sendiri sesuai

    dengan tujuan nasional dan aspirasi masyarakat Indonesia. Hal ini didasarkan

    pada realitas, gejala, dan problem sosial yang menjadi kajian IPS yang tidak sama

    dengan negara-negara lain. Setiap negara memiliki perkembangan dan model

    pengembangan social studies yang berbeda. Berikut pengertian IPS yang

    dikemukakan oleh beberapa ahli pendidikan dan IPS di Indonesia. (1) Moeljono

    Cokrodikardjo mengemukakan bahwa IPS adalah perwujudan dari suatu

    pendekatan interdisipliner dari ilmu sosial. Ia merupakan integrasi dari berbagai

    cabang ilmu sosial yakni sosiologi, antropologi budaya, psikologi, sejarah,

    geokrafi, ekonomi, ilmu politik dan ekologi manusia, yang diformulasikan untuk

    tujuan instruksional dengan materi dan tujuan yang disederhanakan agar mudah

    dipelajari. (2) Nu‟man Soemantri menyatakan bahwa IPS merupakan pelajaran

    ilmu-ilmu sosial yang disederhanakan untuk pendidikan tingkat SD, SLTP, dan

    SLTA. Penyederhanaan mengandung arti: (a) menurunkan tingkat kesukaran

    ilmu-ilmu sosial yang biasanya dipelajari di universitas menjadi pelajaran yang

    sesuai dengan kematangan berfikir siswa siswi sekolah dasar dan lanjutan, (b)

    mempertautkan dan memadukan bahan aneka cabang ilmu-ilmu sosial dan

    kehidupan masyarakat sehingga menjadi pelajaran yang mudah dicerna. (3) S.

    Nasution mendefinisikan IPS sebagai pelajaran yang merupakan fungsi atau

    paduan sejumlah mata pelajaran sosial. Dinyatakan bahwa IPS merupakan bagian

    kurikulum sekolah yang berhubungan dengan peran manusia dalam masyarakat

    yang terdiri atas berbagai subjek sejarah, ekonomi, geografi, sosiologi,

    antropologi, dan psikologi social. (4) Tim IKIP Surabaya mengemukakan bahwa

    IPS merupakan bidang studi yang menghormati, mempelajari, mengolah, dan

    membahas hal-hal yang berhubungan dengan masalah-masalah human

    relationship hingga benarbenar dapat dipahami dan diperoleh pemecahannya.

    Penyajiannya harus merupakan bentuk yang terpadu dari berbagai ilmu sosial

    yang telah terpilih, kemudian disederhanakan sesuai dengan kepentingan sekolah.

  • 18

    Dengan demikian pembelajaran IPS yang dilaksanakan baik pada

    pendidikan dasar maupun pada pendidikan tinggi tidak menekankan pada aspek

    teoritis keilmuannya, tetapi aspek praktis dalam mempelajari, menelaah, mengkaji

    gejala, dan masalah sosial masyarakat, yang bobot dan keluasannya disesuaikan

    dengan jenjang pendidikan masing-masing. Kajian tentang masyarakat dalam IPS

    dapat dilakukan dalam lingkungan yang terbatas, yaitu lingkungan sekitar sekolah

    atau siswa dan siswi atau dalam lingkungan yang luas, yaitu lingkungan negara

    lain, baik yang ada di masa sekarang maupun di masa lampau. Dengan demikian

    siswa dan siswi yang mempelajari IPS dapat menghayati masa sekarang dengan

    dibekali pengetahuan tentang masa lampau umat manusia. Dengan bertolak dari

    uraian di depan, kegiatan belajar mengajar IPS membahas manusia dengan

    lingkungannya dari berbagai sudut ilmu sosial pada masa lampau, sekarang, dan

    masa mendatang, baik pada lingkungan yang dekat maupun lingkungan yang jauh

    dari siswa dan siswi. Oleh karena itu, guru IPS harus sungguh-sungguh

    memahami apa dan bagaimana bidang studi IPS itu.

    2.2 Hasil Penelitian yang Relevan

    Beberapa hasil penelitian berikut ini menunjukkan hasil penelitian yang

    berhubungan dengan variabel yang akan diteliti :

    1. Penelitian yang dilakukan oleh Yuniar Prasasti FKIP UNIVERSITAS

    SEBELAS MARET (2010) yang berjudul “PENGARUH PENGGUNAAN

    STRATEGI PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE DISERTAI MODUL

    HASIL PENELITIAN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS X

    SMA NEGERI 2 SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2011/2012”

    Berdasarkan hasil penelitian mengenai penerapan strategi pembelajaran Think

    Talk Write disertai modul hasil penelitian terhadap hasil belajar siswa kelas

    X SMA Negeri 2 Sukoharjo dapat disimpulkan bahwa penerapan strategi

    pembelajaran Think Talk Write disertai modul hasil penelitian memberikan

    pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar ranah psikomotor siswa kelas

    X SMA Negeri 2 Sukoharjo.

    2. Penelitian yang dilakukan oleh Toni Mistyardi, Mumun Nurmilawati (2012)

    Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi Program Studi Pendidikan

  • 19

    Biologi, Universitas Nusantara PGRI Kediri dalam jurnal yang berjudul

    “Pengaruh Pembelajaran Inovatif Model TTW (Think Talk Write) Pada

    Bahasan Protista Terhadap Hasil Belajar Kelas X Semester Ganjil di SMA

    Negeri 6 Kediri Tahun Pelajaran 2011/2012” menyatakan bahwa hasil belajar

    pembelajaran Inovatif Model TTW (Think Talk Write) berpengaruh sangat

    signifikan terhadap hasil belajar peserta didik kelas X SMA Negeri 6 Kediri

    tahun pelajaran 2011-2012 dan Pembelajaran Inovatif Model TTW (Think

    Talk Write) ternyata dapat dijadikan alternatif model pembelajaran dan

    penerapan model pembelajaran Inovatif Model TTW (Think Talk Write)

    sangat baik, sehingga memberikan hasil belajar yang baik pula bagi prestasi

    belajar peserta didik.

    3. Berdasarkan skripsi Fadhly, Hasan R.F.S (2010) dengan judul “Pengaruh

    Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Think Talk Write (TTW) Terhadap

    Hasil Belajar IPS Geografi pada Kompetensi Dasar Hidrosfer Siswa Kelas

    VII MTs Surya Buana Malang”. Hasil analisis data menunjukkan bahwa hasil

    belajar IPS Geografi pada Kompetensi Dasar Hidrosfer siswa menggunakan

    Model Pembelajaran Think Talk Write lebih baik daripada siswa tidak

    menggunakan Model Pembelajaran Think Talk Write. Dengan demikian dapat

    dikemukakan bahwa penggunaan Model Pembelajaran Think Talk Write

    berpengaruh pada hasil Belajar IPS Geografi siswa.

    2.3 Kerangka Berpikir

    Berdasarkan KTSP yang mempunyai ciri utama bahwa pembelajaran

    berpusat pada siswa, maka siswa merupakan unsur utama dalam pembelajaran dan

    harus berperan aktif dalam meningkatkan keterampilan berfikir, salah satunya

    adalah keterampilan berfikir kreatif. Banyak faktor penunjang proses belajar

    mengajar ini salah satunya dengan menggunakan model pembelajaran.

    Secara garis besar, Think-Talk-Write (TTW) merupakan model pembelajaran

    yang menuntut siswa untuk berperan aktif dalam proses belajar-mengajar melalui

    tiga tahapan, untuk dapat memperjelas dibawah ini adalah Think, merupakan

    proses berfikir yang dimulai dari penemuan informasi baik dari luar maupun dari

    diri siswa sendiri, pengolahan, penyimpanan dan pemanggilan kembali

  • 20

    informasidari ingatan siswa. Talk, yaitu berkomunikasi dengan kata-kata yang

    mereka pahami. Write, menuliskan dan mengktruksi ide setelah berdiskusi dan

    berdialog antar teman dan kemudian mengungkapkannya melalui tulisan.

    Adapun gambar skema 2.2 di bawah ini untuk memperjelas pemahaman

    tentang proses model pembelajaran Think Talk Write (TTW)

    Gambar 2.2 Skema Kerangka Berfikir

    Model Pembelajaran Think Talk Write

    2.4 Hipotesis Penelitian

    Berdasarkan deskripsi teoritis dan kerangka berpikir, maka hepotesis

    penelitian yaitu hasil belajar (tingkat ketuntasan) kelas V mata pelajaran IPS

    dengan model pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) diharapkan lebih baik

    daripada tanpa menggunakan model pembelajaran Think-Talk-Write (TTW).

    Pengujian Hipotesis ini antara lain :

    GURU

    Situasi masalah THINK

    Membaca teks dan

    membuat catatan

    secara individual

    TALK

    Interaksi dalam grup untuk

    membahas kelompok

    WRITE

    Konstruksi hasil dari think

    dan talk secara individual

    Menulis

  • 21

    Yaitu “rata-rata hasil belajar siswa kelas eksperimen sama dengan

    rata-rata hasil belajar siswa kelompok kontrol artinya tidak ada pengaruh

    penggunaan model pembelajaran Think Talk Write (TTW) terhadap hasil belajar

    IPS siswa kelas V SDN I Gondel Kecamatan Kedungtuban Kabupaten Blora

    Tahun Pelajaran 2013/2014.

    Yaitu “rata-rata hasil belajar siswa kelas eksperimen ada perbedaan

    dari rata-rata hasil belajar siswa kelompok kontrol artinya adanya pengaruh

    penggunaan model pembelajaran Think Talk Write (TTW) dan model konvesional

    terhadap hasil belajar mata pelajaran IPS kelompok eksperimen dan kelompok

    kontrol.