bab ii kajian pustaka 2.1 masalah matematikaeprints.umm.ac.id/46376/3/bab ii.pdf · 2019. 5....

15
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Masalah Matematika Masalah matematika didefinisikan sebagai situasi yang memiliki tujuan yang jelas tetapi berhadapan dengan halangan akibat kurangnya konsep yang diketahui untuk menguraikannya agar memperoleh sebuah solusi (Saad dan Ghani, 2008). Hamzah (2001) mengemukakan bahwa masalah matematika merupakan suatu situasi, dimana seseorang merasakan atau menyadari bahwa situasi tersebut memerlukan tindakan yang tidak dapat langsung ditemukan solusinya. Masalah matematika adalah situasi atau kondisi berupa soal atau pertanyaan yang memerlukan pemikirian lebih dalam untuk menyelesaikannya. Widayanti (2016) mendefinisikan masalah matematika sebagai soal atau pertanyaan yang penyelesaiannya didapatkan setelah melewati cara yang tidak langsung dapat ditentukan. Soal-soal pada matematika belum bisa disebut sebagai suatu masalah matematika. Saad dan Ghani (2008) menyatakan bahwa situasi yang memiliki tujuan jelas tetapi untuk mencapai tujuan tersebut memerlukan pengetahuan atau penalaran untuk memeperoleh solusinya disebut dengan masalah matematika. Masalah matematika berupa soal atau pertanyaan yang penyelesaikan belum dapat ditentukan secara langsung, tetapi perlu penalaran yang lebih dalam lagi untuk menentukan solusinya (Widayanti, 2016). Jika suatu masalah diberikan kepada siswa dan siswa tersebut dapat langsung mengerjakan tanpa berpikir lama untuk menentukan solusinya maka soal tersebut tidak bisa dikatakan sebagai masalah

Upload: others

Post on 27-Jan-2021

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    2.1 Masalah Matematika

    Masalah matematika didefinisikan sebagai situasi yang memiliki tujuan

    yang jelas tetapi berhadapan dengan halangan akibat kurangnya konsep yang

    diketahui untuk menguraikannya agar memperoleh sebuah solusi (Saad dan

    Ghani, 2008). Hamzah (2001) mengemukakan bahwa masalah matematika

    merupakan suatu situasi, dimana seseorang merasakan atau menyadari bahwa

    situasi tersebut memerlukan tindakan yang tidak dapat langsung ditemukan

    solusinya. Masalah matematika adalah situasi atau kondisi berupa soal atau

    pertanyaan yang memerlukan pemikirian lebih dalam untuk menyelesaikannya.

    Widayanti (2016) mendefinisikan masalah matematika sebagai soal atau

    pertanyaan yang penyelesaiannya didapatkan setelah melewati cara yang tidak

    langsung dapat ditentukan.

    Soal-soal pada matematika belum bisa disebut sebagai suatu masalah

    matematika. Saad dan Ghani (2008) menyatakan bahwa situasi yang memiliki

    tujuan jelas tetapi untuk mencapai tujuan tersebut memerlukan pengetahuan atau

    penalaran untuk memeperoleh solusinya disebut dengan masalah matematika.

    Masalah matematika berupa soal atau pertanyaan yang penyelesaikan belum dapat

    ditentukan secara langsung, tetapi perlu penalaran yang lebih dalam lagi untuk

    menentukan solusinya (Widayanti, 2016). Jika suatu masalah diberikan kepada

    siswa dan siswa tersebut dapat langsung mengerjakan tanpa berpikir lama untuk

    menentukan solusinya maka soal tersebut tidak bisa dikatakan sebagai masalah

  • 8

    matematika. Misalkan siswa diberikan soal untuk mencari nilai yang sering

    muncul, padahal pada tabel yang disajikan sudah jelas jawabannya. Contoh soal

    tersebut merupakan soal yang bukan merupakan masalah matematika. Jika siswa

    diberikan soal untuk mencari nilai rata-rata, sedangkan pada soal tersebut ada data

    yang belum diketahui. Siswa harus mencari dulu data yang hilang tersebut, setelah

    mendapatkan hasil data yang hilang tersebut barulah siswa dapat mencari nilai

    rata-ratanya. Soal tersebutlah yang bisa dikatakan sebagai masalah matematika,

    karena membutuhkan berbagai cara untuk menentukan hasilnya.

    Masalah matematika merupakan soal-soal yang diberikan kepada siswa

    dimana soal tersebut belum diketahui bagaimana cara penyelesainnya. Maulana

    (2007) menyatakan bahwa masalah yang ada pada pembelajaran matematika

    terdapat dua masalah, yaitu masalah rutin dan tidak rutin. In’am (2016)

    menjelaskan apa yang dimaksud dengan masalah rutin dan masalah tidak rutin.

    Masalah rutin adalah masalah matematika yang bentuknya terstruktur dan dapat

    diselesaikan dengan beberapa perintah. Sedangkan masalah tidak rutin merupakan

    masalah yang memerlukan ketrampilan lebih, alat bantu aplikasi, konsep-konsep

    yang telah dipelajari untuk menyelesaikannya.

    Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa masalah

    matematika merupakan soal atau pertanyaan yang diberikan kepada siswa yang

    tidak dapat secara langsung ditentukan solusinya. Pada penelitian ini, peneliti

    menggunakan masalah matematika yang berbentuk soal cerita. Priyanto, Suharto,

    dan Trapsilasiwi (2015) menyebut bahwa soal cerita merupakan bagian dari

    masalah matematika yang sering digunakan untuk mengukur kemampuan siswa

    dalam pemecahan masalah matematika.

  • 9

    2.2 Soal Cerita

    Soal cerita adalah soal-soal yang dinyatakan dalam kalimat-kalimat

    berbentuk cerita yang perlu diterjemahkan kembali. Soal cerita disajikan dalam

    bentuk rangkaian kalimat sederhana yang bermakna (Ellizabeth, 2004). Soal cerita

    merupakan salah satu bentuk dari pertanyaan yang memuat suatu permasalahan

    dalam kehidupan sehari-hari yang disajikan dalam bentuk narasi atau cerita

    (Budiyono, 2008).

    Soal cerita sebagai bentuk aplikasi dari konsep matematika yang sudah

    diajarkan (Widyaningrum, 2016). Menyelesaikan soal cerita juga dapat melatih

    penalaran siswa denagn menginterpretasikan konsep-konsep yang sudah ada. Soal

    cerita dalam bentuk kalimat yang terdapat suatu persoalan yang butuh

    kemampuan bernalar siswa dan ketrampilan berhitung siswa untuk

    menyelesaikannya (Budiyono, 2008). Soal cerita juga dibutuhkan pemahaman

    yang lebih untuk memahami persoalan yang ada.

    Soal cerita dalam pembelajaran matematika merupakan permasalahan

    dalam kehidupan sehari-hari yang dapat dicari solusinya dengan menggunakan

    kalimat matematika. Ahmad, Tarmizi, dan Nawawi (2010) mengatakan bahwa

    persoalan matematika yang dihubungkan dengan masalah pada kehidupan sehari-

    hari merupakan permasalahan yang diberikan di dalam soal cerita. Menyelesaikan

    soal cerita bagi siswa merupakan bagian tersulit dalam pemebelajaran

    matematika, dikarenakan siswa tidak hanya berhitung tetapi siswa juga harus

    menerjemahkan soal cerita ke dalam model matematika (Marhayati, 2012).

    Sejalan dengan pendapat Rudtin (2013) bahwa pemberian soal cerita dalam

    pembelajaran matematika dapat melatih siswa dalam memecahkan masalah

  • 10

    matematika, akan tetapi kendala siswa dalam menyelesaikannya dikarenakan

    kurangnya kemampuan mengubah soal cerita ke dalam bentuk matematika.

    Soal cerita dapat membuat siswa mendapatkan kemampuan yang lebih

    baik dari sebelumnya (Wahyuddin, 2016). Menyelesaikan soal cerita dengan baik

    dapat membuat siswa memiliki kemampuan sebagai berikut : (1) kemampuan

    menulis informasi yang diketahui, (2) kemampuan menuliskan apa yang

    ditanyakan dalam soal, (3) kemampuan siswa membuat model matematika, (4)

    ketrampilan menyelesaikan persoalan, (5) menjawab pertanyaan soal dengan

    benar (Polya dalam Aisyah, 2007).

    Berdasarkan beberapa pendapat yang sudah ada, maka soal cerita dapat

    dikatakan sebagai suatu persoalan yang dinyatakan dalam kalimat-kalimat

    berbentuk cerita sehari-hari. Soal cerita adalah permasalahan matematika yang

    berbentuk kalimat-kalimat yag perlu diterjemahkan terlebih dahulu ke dalam

    model matematika. Soal cerita juga dapat disajikan dalam bentuk tulisan maupun

    lisan. Soal cerita juga dapat dijadikan alat ukur untuk melihat kemampuan siswa

    dalam memahami konsep-konsep yang sudah didapatkan dalam pembelajaran

    matematika.

    2.3 Pemecahan Masalah Matematika berbentuk Soal Cerita

    2.3.1 Pemecahan Masalah Matematika

    Pemecahan masalah merupakan ketrampilan dasar yang harus dimiliki

    oleh siswa. Widjajanti (2009) juga mengatakan bahwa pemecahan masalah

    sebagai alat bagi siswa dalam proses menyelesaikan masalah yang diberikan.

    Kikley (2003) juga menyebutkan bahwa pemecahan masalah suatu proses yang

    memiliki banyak langkah, dimana siswa dituntut untuk menghubungkan masalah

  • 11

    yang didapat dengan konsep yang sudah didapat kemudian mencari solusi untuk

    menyelesaikannya.

    Sugiantara, Arini, dan Tastra (2014) mengatakan bahwa pemecahan

    masalah dalam pembelajaran matematika begitu penting perannya untuk

    tercapainya hasil belajar siswa yang baik. Sejalan dengan NCTM dalam ( Husna,

    Ikhsan dan Fatimah : 2013) yang mengatakan bahwa adanya pemecahan masalah

    pada pembelajaran matematika bertujuan untuk membantu siswa dalam (1)

    membangun pengetahuan matematika yag belum diketahui, (2) dapat mencari

    solusi dari masalah yang didapat dalam model matematika ataupun lainnya, (3)

    menerapkan berbagai cara yang sesuai untuk menyelesaikan masalah, (4)

    merefleksikan proses dari pemecahan masalah yang didapat.

    Setiap siswa harus memliki kemampuan untuk memecahkan masalah

    matematika. Adjie (2006) menjelaskan bahwa kemampuan pemecahan masalah

    matematika harus dimiliki setiap siswa, karena kemampuan tersebut merupakan

    suatu ketrampilan dasar siswa. Proses pemecahan masalah melibatkan segala

    aspek yang dimiliki oleh siswa seperti pengetahuan, pemahaman siswa pada

    konsep, penerapan maupun sikap dari siswa dalam menerima setiap masalah yang

    diberikan (Rofiqoh, 2016).

    Berdasarkan beberapa pendapat di atas, pemecahan masalah adalah suatu

    usaha mencari solusi dari masalah atau persoalan yang di dalamnya siswa

    membutuhkan penyelesaian atau jawaban yang tidak bisa langsung diperoleh

    solusinya.

  • 12

    2.3.2 Langkah-langkah Menyelesaikan Soal Cerita

    Menyelesaikan persoalan matematika terdapat beberapa macam dalam

    penyelesaiannya, salah satunya dengan langkah pemecahan masalah yang sering

    digunakan yaitu langah-langkah pemecahan Polya. Polya dalam (In’am, 2016)

    menjelaskan untuk mempermudah memahami atau menyelesaikan suatu

    persoalan, siswa dituntut untuk memahami masalah yang didapatkan, kemudian

    merencakan penyelesaian yang cocok denga masalah yang diberikan,

    melaksanakan rencana yang sudah dirancang dan mengecek kembali hasil yang

    sudah didapat. Polya dalam (Julita, 2017) menjelaskan tentang langkah-langkah

    dalam menyelesaikan soal cerita, diantaranya:

    a. Memahami Masalah

    Pada langkah pertama ini, siswa dituntut untuk menentukan apa

    yang diketahui dan apa yang ditanyakan. Kegiatan yang dilakukan pada

    tahap ini yaitu siswa menentukan apa saja yang diketahui dalam soal,

    menentukan apa yang ditanyakan pada soal, memahami apakah informasi

    yang didapat sudah cukup. Pada tahap ini yang paling penting untuk bisa

    menyelesaikan masalah yang didapat.

    b. Membuat Rencana Penyelesaian

    Membuat ataupun memilih rencana pemecahan masalah yang

    sesuai tergantung pada seringnya siswa dalam menyelesaikan persoalan

    sebelumnya. Semakin seringnya siswa dalam mengerjakan latihan soal

    maka soal-soal yang didapat akan semakin mudah untuk diselesaikan.

    Rencana dalam menyelesaikan persoalan diperlukan suatu rancangan

    (model), dimana rancangan (model) ini merupakan hubungan antara

  • 13

    informasi yang didapat dengan apa yang ditanyakan. Suatu pemikiran

    untuk mengubah suatu persoalan dari bahasa persoalan ke bahasa

    matematika.

    c. Menyelesaikan Rencana Penyelesaian

    Tahap ini siswa menjalankan proses pengerjaan, dimana proses

    tersebut sesuai prosedur yang sudah dirancang pada tahap sebelumnya.

    Siswa diharapkan memperhatikan prinsip-prinsip ataupun aturan dalam

    matematika saat pengerjaan untuk mendapatkan hasil penyelesaian yang

    benar. Setiap langkah pengerjaan siswa harus memperhatikan apakah ada

    yang salah dalam pengerjaannya.

    d. Mengecek Kembali

    Hasil akhir dari penyelesaian yang sudah didapat harus diperiksa kembali

    untuk memastikan apakah penyelesaian tersebut sesuai dengan yang

    diinginkan dalam masalah. Apabila hasil yang didapat tidak sesuai dengan

    yang diminta pada soal, maka siswa perlu memeriksa kembali setiap

    langkah pengerjaan. Pada tahap ini bisa memperkecil kesalahan dalam

    menyelesaikan persoalan yang ada.

    Berdasarkan langkah-langkah Polya dalam pemecahan masalah, pada penelitian

    ini indikator yang ingin diketahui oleh peneliti saat siswa mengerjakan masalah

    matematika dapat dilihat pada tabel berikut ini:

  • 14

    Tabel 2.1: Indikator Kemampuan Siswa dalam Pemecahan Masalah Berbentuk Soal Cerita

    Menggunakan Langkah-langkah Polya

    Langkah-langkah Polya Indikator

    Memahami Masalah Siswa dapat menyebutkan informasi-informasi yang

    diberikan dari persoalan yang diberikan, menyebutkan apa

    saja yang diketahui dan ditanyakan, mengelola informasi

    dalam soal.

    Menyusun Rencana

    Penyelesaian

    Siswa memiliki rencana pemecahan masalah yang akan

    digunakan

    Melaksanakan Rencana

    Penyelesaian

    Siswa dapat memecahkan masalah berdasarkan perencanaan

    yang telah dibuat dengan hasil yang benar

    Mengecek kembali Siswa memeriksa kembali hasil yang didapat, sesuai atau

    tidak dengan pertanyaan pada persoalan yang diberikan

    Sumber: Rofiqoh (2016)

    2.4 Kemampuan Interpretasi

    Kemampuan merupakan kesanggupan atau kecakapan seseorang dalam

    menguasai sesuatu. Sejalan dengan Yusdi (2010) bahwa kemampuan merupakan

    kesanggupan, kecakapan, kekuatan pada diri seseorang. Setiap individu memiliki

    kecakapan yang berbeda-beda dalam melakukan setiap tindakan. Sedangkan

    Sardiman (2009) menjelaskan bahwa kemampuan adalah kapasitas seorang

    individu untuk melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan. Berdasarkan

    pendapat yang ada, kemampuan adalah kecakapan atau potensi seorang

    individununtuk menguasai keahlian dalam melakukan atau mengerjakan beragam

    tugas dalam suatu pekerjaan.

    Kemampuan pada pembelajaran matematika memiliki beberapa macam

    kemampuan. Sumarmo dan Hendriana (2014) menjelaskan bahwa kemampuan

    pada pembalajaran matematika meliputi : (1) Pemahaman Matematik. (2)

    Pemecahan Masalah Matematik. (3) Koneksi Matematik. (4) Komunikasi

    Matematik. (5) Penalaran Matematik. (6) Berfikir Kritis. (7) Berfikir Kreatif.

    Beberapa macam kemampuan pada matematika, kemampuan pemahaman

  • 15

    matematika sejalan dengan pengertian pada interpretasi. Ferdianto dan Ghanny

    (2014) menjelaskan bahwa kemampuan interpretasi termasuk ke dalam bagian

    dari kemampuan pemahaman matematik. Kemampuan yang mengaharuskan siswa

    memhami setiap konsep dalam pembelajaran matematika.

    Interpretasi dapat diartikan sebagai tafsiran atau menafsirkan. Wahyuddin

    (2016) menjelaskan bahwa arti dari seuah interpretasi adalah penafsiran. Mustain

    (2015) menjelaskan bahwa interpretasi merupakan sebuah kemampuan yang

    dimiliki seseorang untuk menafsirkan atau menerjemahkan suatu gambaran(ide).

    Menginterpretasi adalah sebuah kemampuan sesorang untuk memahami dan

    mengidentifikasi ide-ide yang terdapat dalam sebuah informasi.

    Interpretasi dalam matematika hampir sama halnya dengan kemampuan

    verbal yang dimiliki oleh siswa. Hidayat (2002) menjelaskan bahwa kemampuan

    pemahaman dari setiap siswa terhadap infotmasi yang didapat. Sebenarnya

    interpretasi termasuk ke dalam indikator dari sebuah pemahaman. Rusefendi

    (dalam Ompusunggu, 2014) mengatkan bahwa ada tiga macam yang termasuk

    pemahaman, yaitu tranlasi, interpretasi dan ekstrapolasi. Kemampuan interpretasi

    dalam hal ini adalah kemampuan dalam memahami informasi yang didapat, dan

    dapat mengubahnya ke dalam bentuk yang lain. Penelitian ini lebih terfokuskan

    dalam hal kemampun interpretasi yang dimiliki oleh siswa.

    Kemampuan interpretasi mempunyai hubungan erat dalam pemecahan

    masalah matematika. Siswa kebanyakan merasa sulit menyelesaikan masalah

    matematika dikarenakan memiliki kemampuan dalam menginterpretasi soal yang

    kurang. Widyaningrum (2016) menjelaskan bahwa kemampuan awal siswa dalam

    menyelesaikan masalah matematika (soal cerita) kemampuan menerjemahkan soal

  • 16

    yang dimaksud ke dalam bahasa matematika atau model matematika. Kemampuan

    awal tersebut sejalan dengan apa yang dimaksud dengan kemampuan interpretasi,

    bahwa siswa harus bisa menerjemahkan soal ke dalam model matematikanya.

    Kemampuan interpretasi sendiri memiliki beberapa indikator. Mustain

    (2015) menjelaskan bahwa interpretasi meliputi : (1) kemampuan siswa dalam

    menerjemahkan pernyataan berbentuk kalimat sehari-hari ke dalam model

    matematika. (2) kemampuan siswa dalam menerjemahkan gambar, grafik,

    diagram, dll ke dalam persamaan matematika (model matematika). Widyaningrum

    (2016) juga menjelaskan bahwa interpretasi meliputi : (1) kemampuan siswa

    dalam menerjemahkan bahasa sehari-hari ke dalam bahasa matematikanya. (2)

    kemampuan menginterpretasikan simbol, grafik, tabel ke dalam bahasa

    matematikanya.

    Berdasarkan penjelasan di atas, kemampuan interpretasi merupakan

    pemahaman dari setiap siswa dalam memahami setiap persoalan yang dihadapi.

    Kemampuan interpretasi dapat mengukur pemahaman setiap siswa dalam

    pembelajaran matematika. Penelitian ini terfokuskan pada kemampuan siswa

    dalam menginterpretasikan masalah matematika (soal cerita). Kemampuan

    interpretasi membantu siswa dalam menyelesaiakan persoalan yang ada di dalam

    soal cerita. Dilihat dari kemampuan siswa dalam menerjemahkan setiap soal cerita

    yang disajikan. Berikut ini indikator kemampuan interpretasi yang digunakan

    pada penelitian ini:

  • 17

    Tabel 2.2 Indikator Kemampuan Interpretasi dalam Menyelesaikan Soal Cerita

    Langkah-langkah

    Polya

    Komponen Kemampuan

    Interpretasi

    Indikator Kemampuan

    Interpretasi

    Memahami Masalah Simbol - Siswa dapat memahami dan mengubah kalimat ke dalam

    bentuk variabel dengan tepat.

    Menyusun Rencana

    Penyelesaian

    Simbol - Siswa dapat membuat model matematika dengan tepat.

    Melaksanakan

    Rencana Penyelesaian

    Simbol

    Tabel

    Grafik

    - Siswa dapat menyelesaikan permasalahan dengan tepat

    sesuai prosedur penyelesaian

    menggunakan simbol (variabel)

    secara konsisten.

    - Siswa dapat membuat tabel dengan tepat untuk mencari solusi

    yang diinginkan

    - Siswa dapat menggambar grafik dengan tepat.

    - Siswa dapat menentukan titik potong untuk mendapatkan

    penyelesaiaan dengan benar.

    Mengecek Kembali - Siswa memeriksa kembalai jawaban dengan menggunakan

    cara lai.

    - Meyakini kebenaran dari solusi masalah yang diperoleh

    (kesimpulan).

    Sumber: Mustain(2015) & Widyaningrum (2016)

    2.5 Hasil Penelitian yang Relevan

    2.5.1 Hasil Penelitian yang Relevan dengan Kemampuan Interpretasi

    Mustain (2015) melakukan penelitian tentang kemampuan membaca dan

    interpretasi grafik dan data studi kasus pada siswa kelas 8 SMPN. Hasil yang

    didapat menunjukkan siswa dalam membaca maupun menginterpretasikan

    grafik dan data memiliki rata-rata persentasi di bawah 50% untuk jawaban

    benar dan KKM siswa sebanyak 3,5% tuntas dan 96,5% remedial. Sedangkan

    hasil pengujian tes diagnostik TOGS bahwa siswa tidak dapat membaca grafik

    dengan baik dang penggunaan WISE ditemukan bahwa siswa memiliki

    kesulitan dalam menginterpretasikan grafik dan data.

  • 18

    Rahmatika dan Widodo (2018) melakukan penelitian tentang kemampuan

    representasi matematis siswa. Hasil analisis yang dilakukan, data menunjukkan

    siswa berkemampuan tinggi memiliki kemampuan representasi yang sangat

    baik. Siswa berkemampuan sedang memiliki kemampuan representasi yang

    bervariasi diantaranya baik, cukup , dan kurang. Siswa dengan kemampuan

    rendah memiliki kemampuan representasi sangat kurang.

    Aryanti, Zubaidah, dan Nursangaji (2013) melakukan penelitian yang

    bertujuan untuk mengetahui kemampuan dan kecenderungan representasi

    matematis menurut kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita tentang

    segi empat di SMPN 3 Semparuk. Hasil penelitian menunjukkan siswa

    berkemampuan tinggi memiliki kemampuan representasi enaktif tinggi,

    representasi ikonik rendah, dan kemampuan representasi simbolik sangat

    tinggi. Siswa berkemampuan sedang memiliki kemampuan representasi enaktif

    tinggi, kemampuan representasi ikonik dan simbolik sangat rendah. Sedangkan

    siswa berkemampuan rendah memiliki kemampuan representasi enaktif

    sedang, kemampuan representasi ikonik dan simbolik sangat rendah.

    Perbedaan dengan penelitian terdahulu yaitu peneliti ingin melihat

    kemampuan interpretasi siswa dalam mengerjakan soal dengan bantuan

    langkah-langkah Polya. Peneliti juga menggunakan variabel interpretasi

    dengan menggabungkan indikator-indakator penelitian terdahulu.

    2.5.2 Hasil Penelitian yang Relevan dengan Langkah-langkah Polya

    Sugiantara, Arini, dan Tastra (2014) melakukan penelitian tentang

    Pengaruh dari Strategi Pemecahan Masalah berbasis Polya terhadap Hasil

    Belajar siswa kelas V. Hasil penelitian yang dilakukan terdapat perbedaan yang

  • 19

    signifikan hasil belajar matematika antara siswa yang mendapatkan strategi

    pemebelajaran Polya dengan siswa yang tidak mengikuti pemebelajaran dengan

    berbasis Polya. Rata-rata dari kelompok siswa yang diberikan strategi

    pemecahan Polya sebesar 98,79 dan rata-rata kelompok siswa yang tidak

    mengikuti strategi pembelejaran berbasis Polya sebesar 64,9. Artinya startegi

    pemecahan masalah berbasis Polya berpengaruh terhadap hasil belajar

    matematika siswa kelas V.

    Marlina (2013) menerapkan langkah Polya dalam menyelesaikan soal

    cerita pada materi keliling dan luas persegi panjang. Tujuan penelitian yang

    dilakukan oleh Marlina (2013) bertujuan untuk melihat keberhasilan hasil belajar

    dari siswa. Setelah dilakukan penerapan langkah Polya dalam menyelesaikan

    soal cerita, siswa dapat menggunakan langkah Polya dengan baik. Saat diberikan

    tes lanjutan, hasil belajar siswa mulai meningkat.

    Mahardhikawati, Mardiyana, dan Setiawan (2017) melakukan analisis

    tentang kemampuan pemecahan masalah berdasarkan langkah-langlah Polya

    pada materi turunan fungsi ditinjau dari kecerdasan logis matematis siswa. Pada

    penelitian tersebut membagi siswa pada tiga kategori, yaitu siswa dengan

    kecerdasan logis matematis tinggi, sedang, dan rendah. Hasil untuk siswa yang

    memiliki kecerdasan logis matematis tinggi mampu untuk menyelesaikan

    masalah matematika yang disajikan dengan tepat menggunakan langkah Polya.

    Akan tetapi, terdapat beberapa siswa pada tahap akhir tidak memeriksa kembali

    jawabannya. Siswa dengan kecerdasan logis matematis sedang, hanya mampu

    menyelesaikan masalah matematika pada tahap dua langkah Polya. Terdapat

    beberapa siswa melakukan kesalahan pada pengerjaannya. Siswa dengan

  • 20

    kecerdasan logis matematis rendah, hanya mampu menuliskan apa yang

    diketahui dan ditanyakan pada masalah yang diberikan.

    Komariah (2011) menerapkan metode pembelajaran problem solving

    model Polya untuk meningkatkan kemampuan memecahkan masalah bagi siswa

    kelas IX. Pada penelitian tersebut metode pembelajaran problem solving model

    Polya dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah

    matematika. Hal tersebut ditunjukkan dengan meningkatnya rata-rata nilai siswa.

    Pada siklus I rata-rata hasil belajar siswa meningkat sebesar 3,7. Sedangkan pada

    siklus II mengalami peningkatan sebesar 8,9. Komariah (2011) menjelaskan juga

    bahwa pembelajaran yang diterapkannya membuat siswa lebih teliti dalam

    mengerjakannya.

    Perbedaan dengan penelitian terdahulu yaitu peneliti ingin melihat

    kemampuan interpretasi siswa dalam mengerjakan soal cerita. Kemampuan

    siswa untuk memahami soal cerita yang disajikan. Tentunya dengan

    menggunakan langkah-langkah Polya dengan baik dalam penyelesainnya.

  • 21

    2.6 Kerangka Konseptual

    Kerangka konseptual yang terdapat pada gambar 2.1 dapat dilihat bahwa

    suatu masalah matematika yang disajikan dalam bentuk soal cerita, dibutuhkan

    adanya proses pemecahan masalah matematika. Langkah-langkah Polya

    merupakan cara yang efektif dan terperinci dalam menyelesaikan masalah

    matematika yang berbentuk soal cerita. Peneliti akan menggunakan langkah-

    langkah Polya untuk mengukur sejauh mana kemampuan interpretasi tiap-tiap

    individu dalam menyelesaikan masalah matematika yang berbentuk soal cerita.

    Kemampuan interpretasi dapat dilihat dari bagaimana tiap-tiap individu

    menyelesaikan masalah matematika yang terdapat pada soal cerita yang disajikan

    dengan menggunakan langkah-langkah Polya.

    Gambar 2.1 Diagram Skema Konseptual