bab ii kajian teori a. kajian teori pembelajaran...
Embed Size (px)
TRANSCRIPT

11
BAB II
KAJIAN TEORI
BAB ini membahas kajian pustaka untuk mencari jawaban dari
permasalahan penelitian dari berbagai referensi dan hasil penelitian terdahulu.
Kajian pustaka ini juga berisi kajian-kajian yang ditulis dalam penelitian yang
tercangkup pada fokus masalah dan diakhiri dengan kerangka berfikir
A. Kajian Teori Pembelajaran Matematika
Gerakan atau reformasi untuk memperbaiki matematika di sekolah selalu
terjadi dan mengalir dari waktu ke waktu. Isi, metode pembelajaran, urutan
pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran dimodifikasi, direformasi, dan
direstrukturisasi. Tiga faktor utama yang melandasi gerakan perubahan adalah
keberadaan dan perkembangan teori-teori belajar, psikologi belajar, dan filsafat
pendidikan. Ketiganya memberi warna dan arah perubahan terutama dalam
memandang dan melaksanakan pembelajaran, dan memposisikan guru dan peserta
didik.
Kata matematika berasal dari bahasa latin, manthanein atau mathema
yang berarti “belajar atau hal yang dipelajari” , sedang dalam bahasa belanda,
matematika disebut wiskunde atau ilmu pasti, yang semuanya berkaitan dengan
penalaran. Matematika memiliki bahasa dan aturan yang terdevinisi dengan baik,
penalaran yang jelas dan sistematis, dan struktur atau berkaitan antar konsep yang
kuat. Unsur utama pekerjaan matematika adalah penalaran deduktif yang bekerja
atas dasar asumsi (kebenaran konsistensi). Selain itu, matematika juga bekerja

12
melalui penalaran induktif, dengan argumen yang konsisten (Susanto, 2013: 184-
185).
Matematika, menurut Ruseffendi (1991), adalah bahasa simbol; ilmu
deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif; ilmu tentang pola
keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai unsur yang tidak didefinisikan,
ke aksioma atau postulat,dan akhirnya ke dalil (Ruseffendi dalam Heruman 2013).
Sedangkan hakikat matematika menurut Soedjadi (2000), yaitu memiliki objek
tujuan abstrak, bertumpu pada kesepakatan, dan pola pikir yang deduktif
(Soedjadi dalam Heruman 2013).
Bruner (Ruseffendi,1991) dalam metode penemuannya
menggungkapkan dalam pembelajaran matematika siswa harus menemukan
sendiri berbagai pengetahuan yang diperlukannya. „Menemukan‟ disini terutama
adalah „menemukan lagi‟ (discovery), atau dapat juga menemukan yang sama
sekali baru (invention). Oleh karena itu, kepada siswa materi disajikan bukan
dalam bentuk akhir dan tidak diberitahukan cara penyelesaiannya. Dalam
pembelajaran ini guru harus lebih banyak berperan sebagai pembimbing
dibandingkan sebagai pemberi tahu (Bruner dalam Heruman 2013).
.............
.Pembelajaran matematika di sekolah dasar, pembelajaran merupakan
komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik,
sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik. Pembelajaran didalamnya
mengandung makna belajar dan mengajar atau merupakan kegiatan belajar
mengajar. Belajar tertuju kepada apa yang harus dilakukan oleh seseorang sebagai
subjek yang menerima pelajaran, sedangkan mengajar berorientasi pada apa yang

13
harus dilakukan oleh guru sebagai pemberi pelajaran,. Kedua aspek ini akan
berkolaborasi secara terpadu menjadi suatu kegiatan pada saat terjadi interaksi
antara guru dan siswa, serta antar siswa dengan siswa didalam pembelajaran
matematika sedang berlangsung. Pembelajaran adalah proses yang sengaja
dirancang untuk menciptakan terjadinya aktivitas belajar dalam diri individu.
Pembelajaran merupakan sesuatu hal yang bersifat eksternal yang sengaja
dirancang untuk mendukung terjadinya proses belajar internal dalam diri individu
(Pribadi, BennyA, 2009:10-11).
Tujuan yang tercantum dalam pedoman penyusunan KTSP di SD/MI
adalah agar peserta didik agar mempunyai kemampuan sebagai berikut:
1. Memahami konsep matematika. Menjelaskan keterkaitan antar konsep dan
mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat
dalam pemecahkan masalah.
2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat. Melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi. Menyusun bukti atau menjelaskan
gagasan atau pernyataan matematika.
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyesuaikan model, dan menafsirkan yang
diperoleh.
4. Mengkomunikasikan gagasan dengan syimbol, tabel, diagram, atau media lain
untuk menjelaskan keadaan atau masalah.
5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu
memiliki rasa ingin tau, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika
serta sikap ulet dan percaya diri dalam memecahkan masalah.

14
Ruang lingkup pembelajaran matematika di sekolahh dasar berdasarkan
Standar Kopetensi SD/MI yang tercantum dalam Peraturan mentri Pendidikan
Nasional No.22 tahun 2006 disebutkan bahwa metematika merupakan suatu mata
pelajaran yang mempunyai tiga ruang lingkup, yaitu :
1. Bilangan, yang merupakan suatu konsep dalam matematika yang dipergunakan
untuk melakukan pencacahan dan pengukuran,
2. Geometri dan Pengukuran, yang mempelajari titik,garis, bidang, dan benda-
benda ruang beserta sifat-sifatnya. Sedangkan pengukuran adalah
membandingkan sesuatu dengan sesuatu yang lain dan dianggap sebagai
standar atau patokan, dan
3. Pengolahan Data, yaitu menyajikan data dengan menggunakan tabel, diagram
gambar, batang dan lingkaran.
Kurikulum yang digunakan di SDN Donomulyo 04 pada kelas III yaitu
kurikulum 2006 atau KTSP. Guru masih melaksanakan panduan K13 sehingga
masih diterapkannya KTSP. Dengan demikian peneliti mengembangkan media
Pembelajaran Papin mata pelajaran matematika yang mencangkup Standar
Kopetensi : memahami unsur dan sifat-sifat bangun datar sederhana dan
Kopetensi Dasar : megidentifikasi berbagai bangun datar sederhana menurut sifat
atau unsurnya.

15
B. Standart Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Kelas : III Sekolah Dasar
Semester : II (dua)
Tabel 2.1 Standar Kopetensi dan Kopetensi Dasar
C. Materi Pembelajaran
1. Sifat-Sifat Segitiga
Segitiga ada beberapa macam. Contohya segitiga sama sisi, segitiga sama
kaki, dan segitiga siku-siku.
a. Segitiga sama sisi.
Tabel 2.2 Ciri-ciri segitiga sama sisi
Gambar Ciri-ciri
Mempunyai 3 buah sisi sama panjang, yaitu: Panjang ruas
garis garis AB = BC =CA
Mempunyai 3 buah sudut yang sama besar, yaitu:∠ABC =
∠BCA =∠CAB
Jadi, segitiga sama sisi adalah segitiga yang sisi-sisinya
sama panjang dan besar sudutnya sama
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Geometri dan Pengukuran
4. Memahami unsur dan sifat-
sifat bangun datar sederhana
4.1 Mengidentifikasi berbagai bangun datar
sederhana menurut sifat atau unsurnya

16
b. Segitiga siku-siku.
Tabel 2.3 Ciri-ciri segitiga siku-siku
Gambar Ciri-ciri
Ciri segitiga adalah salah satu sudutnya siku-siku, yaitu
∠FDE.
c. Segitiga sama kaki.
Tabel 2.4 Ciri-ciri segitiga sama kaki
Gambar Ciri-ciri
Mempunyai 2 buah sisi yang sama panjang yaitu:
panjang ruas garis KM = LM
Mempunyai 2 buah sudut yang sama besar, yaitu:
∠MKL = ∠MLK.
Jadi, segitiga sama kaki adalah segitiga yang mempunyai 2 sisi
sama panjang dan 2 sudut sama besar
2. Persegi
Persegi adalah bangun datar segi empat yang panjang sisinya sama
panjang, keempat sudutnya sama besar dan kedua diagonalnya sama
panjang.Garis diagonal adalah garis yang menghubungkan dua titik yang
berhadapan dalam satu bangun.

17
Tabel 2.5 Ciri-ciri persegi
Gambar Ciri-ciri
Mempunyai 4 sisi atau ruas garis yang sama panjang yaitu:
panjang AB = BC = DA.
Mempunyai 4 sudut yang sama besar, yaitu: ∠ABC = ∠BCD
= ∠CDA = ∠DAB
Kedua diagonalnya sama panjang, yaitu diagonal AC =
diagonal BC
3. Persegi Panjang
Persegi panjang adalah bangun datar segiempat yang panjang sisi yang
berhadapan sama panjang dan sejajar, keempat sudutnya sama besar dan kedua
diagonalnya sama panjang
Tabel 2.6 Ciri-ciri persegi panjang
Gambar Ciri-ciri
Mempunyai 4 sisi atau ruas garis, yaitu sisi AB, BC,
CD, DA
Mempunyai dia sisi yang saling berhadapan sama
panjang dan sejajar, yaitu sisi AB = DC dan sisi AD =
BC
Keempat sudutya sama besar, yaitu: ∠ABC = ∠BCD =
∠CDA = ∠DAB
Kedua diagonalnya sama panjang yaitu diagonal AC
dan BD
4. Lingkaran
Tabel 2.7 Ciri-ciri lingkaran
Gambar Ciri-ciri
Memiliki simetri putar tak terhingga
Memiliki simetri lipat serta sumbunya tidak terhingga
Tidak mempunyai titik sudut
Mempunyai satu buah sisi

18
5. Belah Ketupat
Tabel 2.8 Ciri-ciri bangun datar belah ketupat
Gambar Ciri-ciri
Ukuran sisi-sisinya panjangnya sama
Sudut-sudut yang berhadapan sama besar serta dibagi dua oleh
diagonalnya dengan sama besar
Diagonalnya saling berpotongan sama panjang dan saling tegak
lurus
Terdapat dua buah sumbu simetri
Diagonal-diagonalnya adalah sumbu simetrinya
Terdapat dua simetri lipat dan dua simetri putar
6. Trapesium
Tabel 2.9 Ciri-ciri bangun datar belah ketupat
Gambar Ciri-ciri
Mempunyai 4 buah sisi dan 4 buah titik sudut
Mempunyai satu pasang sisi yang sejajar tetapi
panjangnya tidak sama
Mempunyai sudut diantara sisi sejajarnya besarnya
180°
D. Penelitian dan Pengembangan
Penelitian pendidikan dan pengembangan, yang lebih kita kenal dengan
istilah Research dan Development (R & D). Strategi untuk mengembangkan suatu
produk pendidikan oleh Borg dan Gall (1983) disebut juga sebagai penelitian dan
pengembangan. Penelitian dan pengembangan ini kadang kala disebut juga
sebagai suatu pengembangan berbasis pada penelitian atau disebut juga research-
based development. Dalam dunia pendidikan, penelitian pengembangan ini

19
memang hadir belakangan dan merupakan tipe atau jenis penelitian yang relatif
baru (Borg dan Gall dalam Setyosari 2013).
...Pengetian penelitian pengembangan menurut Borg & Gall (1983)
adalah suatu proses yang dipakai untuk mengembangkan dan memvalidasi produk
pendidikan. Penelitian ini mengikuti suatu langkah-langkah secara siklus.
Langkah penelitian atau proses pengembangan ini terdiri atas kajian tentang
temuan penelitian produk yang akan dikembangkan, mengembangkan produk
berdasarkan temuan-temuan tersebut, melakukan uji coba lapangan sesuai dengan
latar dimana produk tersebut akan dipakai, dan melakukan revisi terhadap hasil uji
lapangan. Penelitian dan pengembangan itu sendiri dilakukan berdasarkan suatu
model pengembangan berbasis industri, yang temuan-temuannya dipakai untuk
menghasilkan produk dan prosedur, yang kemudian secara sistematis dilakukan
uji lapangan, dievaluasi, disempurnakan untuk memenuhi kriteria keefektifan,
kualitas, dan standar tertentu (Borg dan Gall dalam Setyosari 2013).
.............Penelitian pengembangan menurut Seels & Richey (1994) didefinisikan
sebagai berikut: penelitian pengembangan menurut Seels & Richey sebagaimana
dibedakan dengan pengembangan pembelajaran yang sederhana, didefinisikan
sebagai kajian secara sistematik untuk merancang, mengembangkan, dan
mengevaliasi program-program, proses, dan hasil pembelajaran yang harus
memenuhi kriteria konsistensi dan keefektifan secara internal. Lebih jauh,
menurut Seels dan Richey, dalam bentuk yang paling sederhana (Sells dan Richey
dalam Setyosari 2013).

20
E. Konsep Media
1. Pengertian Media
Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti
tengah, perantara atau pengantar. Dalam bahasa Arab, media adalah perantara atau
pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Gerlach dan Ely (1971)
mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia,
materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu
memperoleh kemampuan, keterampilan atau sikap. Dalam pengertian ini, guru,
buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media. Secara lebih khusus,
pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-
alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan
menyusun kembali informasi visual atau verbal (Gerlach dan Ely dalam Arsyad
2011).
2. Media Pembelajaran
Media adalah alat bantu pembelajaran yang secara sengaja dan terencana
disiapkan atau disediakan guru untuk mempresentasikan atau menjelaskan bahan
pelajaran, serta digunakan siswa untuk dapat terlibat langsung dengan
pembelajaran matematika. Dalam pembelajaran Matematika SD, agar bahan
pengajaran yang disampaikan menjadi lebih mudah dipahami oleh siswa,
diperlukan alat bantu pembelajaran yang disebut media. Media adalah alat bantu
pembelajaran yang secara disengaja dan terencana diarsipkan atau disediakan guru
untuk mempresentasikan dan/atau menjelaskan bahan pelajaran, serta digunakan
siswa untuk dapat terlibat langsung dengan pelajaran matematika.

21
Media dalam pembelajaran matematika relatif sama dengan media dalam
pembelajaran bidang yang lain, yaitu dapat dikelompokan berupa media: (1)
sederhana, misalnya papan tulis dan papan grafik, (2) cetak, misalnya buku,
modul, LKS (Lembar Kerja Siswa), petunjuk Praktik atau praktikum, dan (3)
media elektronik, misalnya OHT (Over Head Transparency) atau OHP (Over
Head Projector), audio (Radio, Tape), audio & vidio (TV, VCD, DVD),
kalkulator, komputer, dan internet. Pengelompokan diatas dapat saja diganti
berdasarkan alasan tertentu, misalnya media sederhana dan media modern
(berbasis elektronik), media cetak dan media non cetak, media proyeksi dan media
non proyeksi, dan sebagainya (Muhsetyo, 2009: Modul 2 ).
3. Ciri-ciri media Pembelajaran
Gerlach dan Ely (1971) mengemukakan tiga ciri media yang merupakan
petunjuk mengapa media digunakan dan apa-apa saja yang dapat dilakukan oleh
media yang mungkin guru tidak mampu (atau kurang efisien) melakukannya
(Gerlach dan Ely dalam Arsyad 2013).
a. Ciri Fiksatif (Fixative Property)
Ciri ini menggambarkan kemampuan media merekan, menyimpan,
melestarikan, dan merekanstruksi suatu peristiwa atau objek. Suatu peristiwa
atau objek dapat diurut dan disusun kembali dengan media seperti fotografi,
vidio tape, audio tape, disket komputer, dan film. Suatu objek yang telah
diambil gambarnya (direkam) dengan kamera atau fidio kamera dengan
mudah dapat diproduksi dengan mudah kapan saja diperlukan.

22
b. Ciri Manipulatif ( Manipulative Property)
Transformasi suatu kejadian atau objek dimungkinkan karena media
memiliki ciri manipulatif. Kejadian yang memakan waktu berhari-hari dapat
disajika kepada siswa dalam waktu dua atau sampai tiga menit dengan teknik
pengambilan gambar time lapse recording. Misalnya, bagaiman proses larva
menjadi kepongpong kemudian menjadi kupu-kupu dapat dipercepat, suatu
kejadian dapat pula diperlambat pada saat menayangkan kembali hasil suatu
rekaman vidio.
Manipulasi kejadian atau objek dengan cara mengedit hasil
rekaman dapat menghemat waktu. Proses penanaman dan panen gandum,
pengelolaan gandum menjadi tepung untuk membuat roti dapat dipersingkat
waktunya dalam suatu urutan rekaman vidio atau film yang mampu
menyajikan informasi yang cukup bagi siswa untuk mengetahui asal-usul dan
proses dari penanaman bahan baku tepung hingga menjadi roti.
c. Ciri Distributif (distributive Property)
Ciri distributif dari media memungkinkan suatu objek atau kejadian
ditransportaikan melalui ruang, dan secara bersamaan kejadian tersebut
disajikan kepada sejumlah besar siswa dengan stimulus pengalaman yang
relatif sama mengenai kejadian itu. Dewasa ini, distribusi media tidak hany
terbatas pada satu kelas atau beberapa kelas pada sekolah-sekolah di dalam
suatu wilayah tertentu, tetapi juga media itu misalnya rekaman vidio, audio,
disket komputer dapat disebar ke seluruh penjuru tempat yang diinginkan
kapan saja.

23
Sekali informasi direkam dalam format media apa saja, ia dapat
direproduksi seberapa kali pun dan siap digunakan secara bersamaan
diberbagai tempat atau digunakan secara berulang-ulang disuatu tempat.
Konsistensi informasi yang telah direkam akan terjamin sama atau hampir
sama dengan aslinya.
4. Manfaat dan Fungsi media pembelajaran
Menurut Kemp dan Dayton (1985) meskipun telah lama disadari banyak
keuntungan menggunakan media pembelajaran, penerimaannya serta
pengintegrasiannya ke dalam program-program pengajaran sangat lambat .
mereka mengemukakan hasil penelitian yang menunjukan dampak positif dari
penggunaan media sebagai bagian integral pembelajaran dikelas atau sebagai cara
utama pembelajaran langsung sebagai berikut:
a. Penyampaian pembelajaran menjadi lebih baku. Setiap pelajaran yang
melihat atau mendengar penyajian melalui media menerima pesan yang
sama.meski pun para guru menafsirkan isi pelajaran yang berbeda-beda,
dengan menggunakan media ragam hasil tafsiran itu dapat dikurangi
sehingga informasi yang sama dapat disampaikan kepada siswa sebagai
landasan untuk pengkajian, latihan, dan aplikasi lebih lanjut.
b. Pembelajaran bisa lebih menarik. Media dapat diasosiasikan sebagai
penarik perhatian dan membuat siswa tetap terjaga dan memperhatikan.
Kejelasan dan ketentuan pesan, daya tarik image yang berubah-ubah,
penggunaan efek khusus yang dapat menimbulkan keingintahuan
menyebabkan siswa tertawa dan berfikir, yang kesemuanya menunjukan
bahwa dia memiliki aspek motivasi dan meningkatkan minat.

24
c. Pembelajaran menjadi interaktif dengan diterapkannya teori belajar dan
prinsip-prinsip psikologis yang diterima dalam hal partisipasi siswa,
umpan balik dan pengetauan.Lama waktu.
d. Pembelajaran yang diperlukan dapat dipersingkat karena kebnyakan
media hanya memerlukan waktu singkat untuk mengantarkan pesan-
pesan dan isi pelajaran dalam jumlah yang cukup banyak dan
kemungkinannya dapat diserap oleh siswa.
e. Kualitas hasil belajar dapat ditingkatkan bilamana integrasi kata dan
gambar sebagai media pembelajartan dapat mengkomunikasikan elemen-
elemen pengetahuan dengan cara yang terorganisasikan dengan baik,
spesifik, dan jelas.
f. Pembelajaran dapat diberikan kapan dan dimana diinginkan atau
diperlukan terutama jika media pembelajaran dirancang untuk
penggunaan secara individu.
g. Sikap positif siswa terhadap apa yang mereka pelajari dan terhadap
proses belajar dapat ditingkatkan.
Peran guru dapat berubah kearah yang lebih positif, guru sebagai
konsultan atau penasehat siswa (Kemp dan Dayton dalam Arsyad 2013).
Levie dan Lentz (1982) mengemukakan empat fungsi media
pembelajaran,khususnya meia visua, yaitu (a) Fungsi etensi, (b) fungsi
efektif, (c) fungsi kongnitif, dan (d) fungsi kompensatoris.
a. Fungsi etensi media visual merupakan inti, yaitu menarik dan
mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi pada kepada isi

25
pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau
menyertai teks materi pelajaran.
b. Fungsi afektif media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa
ketika belajar (atau membaca) teks yang bergambar. Gambar atau
lambang visual dapat menggugah emosi dan sikap siswa, misalnya
informasi yang menyangkut masalah sosial atau ras.
c. Fungsi kognitif media visual terlihat dari temuan-temuan peneliti yang
mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar memperlancar
pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan
yang terkandung dalam gambar.
d. Fungsi kompensatoris media pembelajaran terlihat dari hasil penelitian
bahwa media visual yang memberikan konteks untuk memahami teks
membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan
informasi dalam teks dan mengingatnya kembali. Dengan kata lain,
media pembelajaran berfungsi untuk mengakomodasikan siswa yang
lemah dan lambatmenerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan
dengan teks atau disajikan secara verbal.
Media berfungsi untuk tujuan intruksi dimana informasi yang terdapat
dalam media itu harus melibatkan siswa baik dalam benak atau mental maupun
dalam bentuk aktifitas yang nyata sehingga pembelajaran dapat terjadi. Materi
harus dirancang supaya lebih sistematis dan psikologis dilihat dari segi prinsip-
prinsip belajar agar dapat menyiapkan intruksi yang efektif. Disamping
menyenangkan, media pembelajaran juga harus dapat memberikan pengalaman

26
yang menyenagkan dan memenuhi kebutuhan perorangan siswa (Levie dan Lentz
dalam Arsyad 2013).
F. Media Pembelajaran PANCER (Papan Cerdas)
1. Pengertian media PANCER
Media pembelajaran PANCER sangat menarik siswa karena media ini
berbentuk papan lipat yang mempunyai warna yang terang, terdapat bangun datar
(persegi, persegi panjang, jajar genjang, trapesium, belah ketupat, layang-layang,
segitiga siku-siku dan segitiga sama kaki),dan terdapat kuis. Media Papan Cerdas
ini dibuat dengen bahan spon ukuran panjang 56cm dan lebar 39cm yang dapat
dilipat. Masing-masing papan berbeda fungsinya pada papan 1 dirancang untuk
mengenal baerbagai jenis bangun datar sederhana, pada papan 2 digunakan
sebagai pengenalan simetri putar dan simetri lipat, dan pada papan ke 3 digunakan
sebagai kuis. Kuis ini dirancang peneliti untuk mengetahui seberapa paham
peserta didik belajar bangun datar sederhana dengan menggunkan media Papan
Cerdas.

27
2. Desain media pembelajaran PANCER
Berikut ini beberapa bahan yang digunakan peneliti dalam pembuatan
media Papan Cerdas yaitu:
a. Spon
Gambar 2.1 Bahan dasar spon yang digunakan pembuatan papan
Bahan utama untuk membuat media Papan Cerdas adalah spon. Spon
digunakan untuk membuat papan, macam macam bangun datar, dan digunakan
untuk menempelkan jawaban yang berbentul persegi berjumlah 10 persegi
dengan panjang 10cm dan lebar 10cm.
b. Kain flanel
Gambar 2.2 Kain flanel berbentuk bangun datar

28
Kalin flanel digunakan untuk mengenal simetri putar dan simetri lipat
pada bangun datar jadi kain flanel ini sudah dipotong menjadi berbagai jenis
bangun datar. Agar lebih menarik kain flanel yang digunakan tidak hanya satu
warna.
a. Lampu LED
Gambar 2.3 Lampu LED
Lampu LED digunakan untuk kuis. Jadi guru menyiapkan 10 soal dan
10 jawaban. Siswa diminta untuk menjawab soal yang dipilihkan oleh guru
dengan mencari jawaban yang tepat yang sudah disiapkan guru maka siswa
harus menempelkan jawaban tersebut dipapan ke 3 yang sudah disiapkan

29
selanjutnya jika jawaban yang sisiwa pilih tepat maka lampu akan menyala jika
jawaban siswa salah maka lampu tidak menyala.
Bahan yang digunakan untuk pembuatan media PANCER, ini berasal
dari bahan-bahan yang ramah terhadap lingkungan, bisa menggunakan bahan
spon, mudah didapat dan harganya juga relatif murah dibentuk menyeruapi
papan tulis dengan ukuran sedang yang bebentuk persegi. Media pembelajaran
PANCER (Papan Cerdas) termasuk pembelajaran visual dan dua dimensi yang
barfungsi untuk menyalurkan pesan dari sumber pesan kepada penerima pesan
(siswa).
3. Manfaat Media PANCER
Dengan mengembangkan media pembelajaran PANCER ini peneliti
menemukan beberapa manfaat, salah satunya yaitu: dengan adanya media
pembelajaran PANCER ini siswa dapat mengetahui berbagai bangun datar
sederhana dan siswa dapat menyebutkan sifat-sifat bangun datar sederhana.
a. Langkah-langkah penggunaan
Dalam pengunaan media PANCER ini dibuat untuk menyampaikan
materi dalam proses pembelajaran, supaya siswa dapat menyerap informasi
dengan baik. Berikut ini adalah langkah-langkah pengunaan media PANCER
yaitu:
Siswa mengamati media pembelajaran PANCER yang ditunjukan guru
Siswa bersama guru melakukan tanya jawab tentang apa yang telah
diamati pada media pembelajaran PANCER
Siswa membentuk 3 kelompok setiap kelompok secara acak memilih 2
bangun datar untuk didiskusikan ciri-ciri dan sifat-sifat bangun datarnya

30
Setiap kelompok mempresentasikan, hasil diskusinya, dan mempraktekan
pada media PANCER.
G. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu ini menjadi salah satu acuan penulis dan melakukan
penelitian dalam melakukan penelitian sehingga dapat memperkaya teori yang
digunakan dalam mengkaji penelitian yang dilakukan. Dari penelitian terdahulu,
peneliti tidak menemukan penelitian dengan judul yang sama dengan judul
penelitian penulis namun penelitian menggangkat penelitian sebagai referensi
dalam memperkaya bahan kajian pada penelitian penulis. Berikut ini penelitian
terdahulu.
Tabel. 2.10 Penelitian terdahulu
Nama peneliti Judul penelitian Hasil penelitian
Eka Nur Jannah Meningkatkan Hasil Belajar
Materi Bangun Datar Pada
Siswa Kelas II SDN Piring
Melalui Media Papan
Berpaku
Menghasilkan produk
pembelajara papan berpaku untuk
meningkatkan hasil belajar siswa
Ekamat 91 Puzzel Bangun Datar
Sebagai Media
Pembelajaran Matematika
SD
Menghasilkan Produk
Pembelajaran Pazzel Bangun
Datar yang Terbuat dari kardus
Kesamaan penelitian sama-sama mengembangkan media pembelajaran bangun datar
sederhana. Pada penelitian yang dilakukan janah menggunakan papan kayu paku dan
tali untuk memperkenalkan sifat-sifat bangun datar sehingga siswa terlibat langsung
pada proses pembelajaran sedangkan media yang digunakan ekamat 91 menggunakan
kardus yang di bentuk pazzel bangun datar dari perbandingan kedua peneliti media yang
saya kembangkan lebih ringkas dan materi lebih luas karena gunakan menggunakan
papan sponge yang sudah dilengkapi bangun datar beserta sifat-sifatnya.
Sumber: http://www.media pembelajaran matematika SD kelas III materi bangun
datar.com

31
H. Kerangka Berpikir
Alur penelitian pengembangan media pembelajaran matematika yaitu
PANCER adalah sebagai berikut ini
Gambar 2.4 Kerangka berpikir
Pembelajaran menggunakan media
Motivasi belajar siswa Analisis Kebutuhan
pembelajaran matematika yang berpusat pada
guru
Masih kurangnya variasi dalam pembelajaran
matematika
Media yang digunakan masih terbatas
Siswa kurang tertarik pada pembelajaran
matematika
Kondisi Lapangan
Kondisi Ideal Tercapainya tujuan Pembelajaran
Metereri
Pembelajaran
Matematika
Hasil
Media Pembelajaran
PANCER