bab ii - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/40096/3/bab ii.pdf · 9 rujukan penelitian yang kedua...
TRANSCRIPT
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian terdahulu
Penelitian terdahulu berfungsi sebagai sumber refrensi yang akan
digunakan. Menurut Kuncoro (2013) refrensi menunjukkan bahwa tulisan
yang disusun tidak seluruhnya merupakan gagasan sendiri, tetapi sebagian
merupakan gagasan, informasi dan bukti dari orang lain. Hal tersebut
menjadikan sebuah kekuatan bukan kelemahan.
Rujukan penelitian yang pertama dilakukan oleh Arnolt K.
Pakpaham, Didien Suhardini, Prabowo Ehsy. Tujuan penelitian ini untuk
mengukur tingkat produktivitas perusahaan PT.Hamson Indonesia.
Pengukuran produktivitas dilakukan dengan menggunakan Metode
Objective Matrix (OMAX) dan mengidentifikasi masalah dengan
menggunakan Fault Tree Analysis (FTA) untuk memberikan usulan
perbaikan. Hasil yang diperoleh dari studi ini adalah terjadi penurunan
indicator performance sebesar -56,2169 (15,03%) dari tahun 2014 ke tahun
2015 sehingga produktivitas perusahaan pada tahun sebesar 84,97%.
Terdapat tiga rasio paling rendah setelah dilakukannya pengukuran
produktivitas pada tahun 2014 dan 2015 yaitu rasio 1 pemakian waktu
kerja tersedia, rasio 4 pemakaian energy, dan rasio 5 pemakaian waktu
kerja terpakai. Usulan yang direkomendasikan untuk perusahaan adalah
dengan melaksanakan siklus produktivitas secara berkala.
9
Rujukan penelitian yang kedua oleh Dea Avianda, Yoanita
Yuniatai dan Yuniar (2014). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui dan meningkatkan produktivitas di BMC Divisi Milk
Proccessing. Pengukuran produktivitas dilakukan dengan menggunakan
metode OMAX dan FTA. Hasil yang diperoleh dari studi ini nilai indikator
performansi tertinggi pada bulan April dan Oktober dengan nilai 400,
penurunan produktivitas terjadi pada bulan Juli dan Agustus dengan nilai
180. Strategi peningkatan produktivitas yang direkomendasikan dengan
melakukan peningkatan pengawasan dengan cara inspeksi mendadak dan
berkala.
Terdapat persamaan dan perbedaan dengan rujukan penelitian
terdahulu. Persamaan terletak pada alat analisis yang digunakan yaitu
untuk mengukur produktivitas menggunakan Objective Matrix (OMAX)
dan usulan peningkatan produktivitas dengan menggunakan Fault Tree
Analysis (FTA). Sedangkan perbedaan terletak pada objek penelitian.
B. Landasan Teori
1. Produktivitas
Pengertian dari produktivitas sangatlah berbeda dengan produksi,
orang sering menghubungkan pengertian antara produktifitas dengan
produksi, hal ini disebabkan karena produksi nyata dan langsung terukur.
Produksi merupakan aktivitas untuk menghasilkan barang dan jasa,
sedangkan produktivitas berkaitan erat dengan penggunaan sumber daya
untuk menghasilkan barang dan jasa (Yamit, 2007). Hasil bagi antara
10
keluaran dengan salah satu faktor produksi, sehingga produktifitas dapat
dilihat dari salah satu faktor produksinya seperti produktifitas modal,
produktifitas material dan lainnya, tergantung dari hubungan
output dengan salah satu inputnya (Sumanth, 1985).
Dari penjelasan diatas dapat dilihat bahwa produktifitas mempunyai
banyak pengertian tergantung dari sudut pandang mana produktifitas
tersebut diartikan. Secara umum produktifitas dapat diartikan sebagai
perbandingandari keluaran (output) dengan masukan (input). Keluaran
(output) merupakan hasil dari suatu proses baik itu berupa barang atau
jasa, sedangkan masukan (input) merupakan sumber-sumber yang
digunakan untuk memperoleh hasil tersebut seperti tenaga kerja, modal,
energi, bahan baku, dan sebagainya. Pengertian ini sangatlah berbeda
dengan konsep produksi. Perbedaan ini dapat dilihat dari gambar sistem
produksi dibawah ini :
Sumber : Heizer dan Render (2005)
Gambar 2.1 Proses Produksi
a. Variabel Produktivitas
Menurut Heizer dan Render (2005), ada tiga factor yang
penting bagi peningkatan produktivitas yaitu tenaga kerja, modal,
dan seni serta ilmu pengetahuan mengenai manajemen.
1. Tenaga kerja, berkontribusi sekitar 10% dari peningkatan
tahunan.
11
2. Mesin berkontribusi sekitar 38% dari peningkatan tahunan.
3. Manajemen berkontribusi sekitar 52% peningkatan tahunan.
Ketiga factor tersebut mewakili area yang lebih luas dimana
manajer bisa melakukan tindakan untuk meningkatkan produktivitas.
b. Faktor-faktor Pengaruh Produktivitas
Mengenali faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas dan
memilih factor peningkatan yang sesuai pada berbagai situasi
tertentu. Dalam pandangan komprehensif tentang produktivitas yang
akan diberikan, termasuk semua factor yang mungkin mempengaruhi
produktivitas operasional yaitu : factor luar, produk, proses,
kapasitas, sediaan, tenaga kerja, dan mutu. Faktor luar termasuk
dalam peraturan pemerintah, persaingan dari perusahaan lain,
permintaan konsumen, semua factor tersebut diluar dari kendali
perusahaan. Berikut ini beberapa faktor yang mempengaruhi
produktivitas (Schroeder, 1989).
1. Proses, meliputi : pemilihan proses, otomatisasi, aliran proses,
tata letak.
2. Tenaga kerja, meliputi : seleksi dan penempatan, pelatihan,
rancangan pekerjaan, struktur organisasi, penghargaan, serikat
buruh.
3. Produk, meliputi : riset dan pengembangan, keragaman produk,
perekayasaan nilai.
12
4. Kapasitas dan sediaan, meliputi : pembelian, sediaan,
perencanaan kapasitas.
5. Eksternal, meliputi : permintaan konsumen, persaingan bisnis,
peraturan pemerintah.
6. Mutu, meliputi : penyempurnaan kualitas.
2. Siklus Produktivitas
Menurut Sumanth (1985), memperkenalkan suatu konsep yang
disebut sebagai siklus produktifitas untuk dipergunakan dalam
peningkatan produktifitas secara terus menerus. Siklus produktifitas
dibagi menjadi empat tahap, yaitu :
1. Pengukuran produktifitas : Proses pengukuran produktifitas dengan
menggunakan alat ukur produktifitas berdasarkan kriteria ataupun
indikator pengukuran.
2. Evaluasi produktifitas : Proses evaluasi terhadap hasil pengukuran
kinerja yang telah dicapai berdasarkan kriteria maupun indikator
pengukuran, dalam upaya mengetahui produktifitas kinerja yang
telah dilaksanakan.
3. Perencanaan produktifitas : Proses perencanaan terhadap
produktifitas berupa penetapan target kinerja dan perencanaan
terhadap perbaikan kinerja yang telah dilaksanakan.
4. Peningkatan produktifitas : Proses peningkatan produktifitas kinerja
perusahaan dalam upaya pemenuhan target produktifitas yang telah
13
ditetapkan, dengan cara melakukan perbaikan-perbaikan kinerja yang
masih dinilai kurang.
Gambar 2.2 Siklus Produktivitas
Sumber : Sumanth Perusahaan yang memulai program produktivitas untuk pertama ka
linyadapat mengawalinya dengan pengukuran produktivitas. Setelah
tingkat-tingkat produktivitas diukur perlu dilakukan evaluasi atau
perbandingan terhadap nilai-nilai yang direncanakan. Berdasarkan
evaluasi ini, tingkat-tingkat produktivitas target direncanakan untuk
jangka pendek maupun panjang. Untuk mencapai target
target yangdirencanakan, perbaikan produktivitas dilakukan secara form
al.Untuk menaksir sejauh mana tingkat perbaikan terjadi, tingkat-
tingkat produktivitas harus diukur lagi. Siklus ini berlangsung terus
selama program produktivitas berjalan di perusahaan tersebut.
3. Pengukuran Produktivitas
Pengukuran produktivitas merupakan sebuah cara yang paling
bagus untuk mengevaluasi kemampuan suatu perusahaan dalam
menyediakan sebuah standar produksi yang lebih baik. Selain itu, hanya
dengan melalui peningkatan produktivitas, tenaga kerja, modal dan
manajemen bisa mendapatkan pembayaran tambahan. Pengukuran
14
produktivitas (productivity measurement) adalah penilain kuantitatif atas
perubahan produktivitas (Heizer dan Render, 2005). Tujuan pengukuran
ini adalah untuk menilai apakah efesiensi produktif telah meningkat atau
menurun. Pengukuran produktivitas dapat berupa actual atau perspektif.
Pengukuran produktivitas aktual memungkinkan manajer untuk menilai,
memantau, dan mengendalikan perubahan. Hal ini dirangkum dalam
persamaan seperti berikut (Heizer dan Render, 2005):
𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 =𝑈𝑛𝑖𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙𝑘𝑎𝑛
𝑀𝑎𝑠𝑢𝑘𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑔𝑢𝑛𝑎𝑘𝑎𝑛
Penggunaan dari hanya satu sumber daya masukan untuk
mengukur produktivitas, produktivitas faktor tunggal (single factor
productivity) mengidentifikasika rasio dari satu sumber daya (masukan)
terhadap barang dan jasa yang dihasilkannya. Sedangkan produktivitas
multifactor (multifactor productivity) untuk mendikasikan rasio dari
banyak atau semua sumber daya (masukan) terhadap barang dan jasa
yang dihasilkannya. Produktivitas multifactor mengkombinasikan unit
masukan seperti persamaan berikut (Heizer dan Render, 2005) :
𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 =𝐻𝑎𝑠𝑖𝑙
𝑇𝐾 + 𝐵𝐵 + 𝐸𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 + 𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 + 𝐿𝑎𝑖𝑛 − 𝑙𝑎𝑖𝑛
Penggunaan ukuran-ukuran produktivitas membantu manajer
dalam menentukan seberapa baik usaha yang mereka lakukan. Akan
tetapi, hasil dari dua ukuran bisa diharapkan untuk beragam. Ukuran
produktivitas multifactor memberikan informasi yang jauh lebih baik
15
mengenai trade-off diantara factor-faktor, tetapi permasalahan yang
subtansial tetap masih ada. Beberapa dari permasalahan pengukuran ini
adalah sebagai berikut :
1. Kualitas mungkin dapat berubah sementara kuantitas dari masukan
dan hasil tetap konstan.
2. Unit pengukuran yang tepat mungkin kurang.
3. Elemen eksternal dapat menyebabkan sebuah peningkatan atau
sebuah penurunan dalam produktivitas dimana system yang sedang
dipelajari mungkin tidak berperan secara langsung.
a. Langkah – langkah Pengukuran Produktivitas
Langkah-langkah untuk melakukan pengukuran produktifitas
(Sumanth, 1985), adalah :
1. Menetapkan tujuan pengukuran : Pengukuran harus dikembangkan
untuk memperbaiki dan memenuhikebutuhan dari suatu organisasi.
2. Melibatkan orang-orang yang akan diukur : Orang-orang yang
akan dievaluasi haruslah dilibatkan dalam proses, karena mereka
seringkali lebih mengetahui pekerjaannya daripada oranglain. Dan
yang terpenting, jika pekerja tersebut dilibatkan dalam pengukuran
produktifitas tersebut dan mengerti tujuan pengukuran tersebut,
maka akan memperkecil tingkat kegagalan pengukuran tersebut.
3. Melaksanakan pengukuran : Pengukuran produktifitas harus
ditinjau dan diperbaharui secara terus-menerus dan berkelanjutan
16
sehingga dapat beradaptasi dalam menghadapi perubahan-
perubahan.
b. Model Pengukuran Produktivitas
Model produktifitas dikemukakan oleh banyak kalangan akademis
yang mendalami masalah produktifitas. Model tersebut
diimplementasikan untuk mengukur produktifitas total, produktifitas
parsial, dan produktifitas total faktor pada tingkat perusahaan maupun
pada tingkat stasiun kerja (Sumanth, 1985).
1. Produktivitas Total
Pengukuran produktifitas secara total biasanya dilakukan
berdasarkan data finansial perusahaan. Pada pengukuran ini diukur
terlebih dahulu agregat output yang dihasilkan kemudian
dibandingkan dengan agregat input yang digunakan.
Rumus Produktivitas Total :
𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 =𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑜𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑖𝑛𝑝𝑢𝑡
Keuntungan pengukuran produktifitas total adalah :
a. Mempertimbangkan semua factor output dan input yang dapat
dikuantitaskan sehingga lebih akurat menggambarkan keadaan
ekonomi perusahaan sesungguhnya.
b. Mudah berhubungan dengan total biaya.
c. Pengendalian keuntungan dengan menggunakan indeks
produktifitas totalsangat bermanfaat bagi pimpinan.
17
d. Jika digunakan bersama dengan pengukuran produktifitas
parsial dapatlangsung diperhatikan oleh pihak manajemen
dengan cara yang lebih efektif.
e. Pengendalian keuntungan dapat bermanfaat bagi pemimpin
Keterbatasan pengukuran produktifitas total adalah :
a. Data untuk membandingkan produktifitas produk lebih sulit
dilakukan.
b. Tidak mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi
input dan output secara tidak langsung.
2. Produktivitas Total Faktor
Produktifitas total faktor adalah rasio output bersih dengan jumlah
input modal dan tenaga kerja. Output bersih merupakan selisih
output total dengan jumlah peralatan dan jasa yang dibeli.
Rumus Produktivitas Total Faktor :
𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑓𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 =𝑂𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
𝑇𝐾 + 𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙
=𝑂𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 − 𝑗𝑚𝑙 𝑝𝑒𝑟𝑎𝑙𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑛 𝑗𝑎𝑠𝑎 𝑦𝑔 𝑑𝑖𝑏𝑒𝑙𝑖
𝑇𝐾 + 𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙
Keuntungan pengukuran produktifitas total faktor adalah :
a. Hanya input tenaga kerja dan modal yang dipertimbangkan
dalam input total factor.
b. Tidak banyak berpengaruh terhadap input bahan baku dan
energi.
18
c. Data dari perusahaan relatif mudah diperoleh.
d. Dapat dianalisis dari sudut pandang ekonomi karena
menyangkut keadaan ekonomi perusahaan secara total.
Keterbatasan pengukuran produktifitas total faktor adalah :
a. Tidak banyak berpengaruh terhadap input bahan baku dan
energi.
b. Hanya input tenaga kerja dan modal yang dipertimbangkan
dalam input total faktor.
c. Sulit bagi pihak manajemen untuk menganalisis hubungan nilai
tambah output dengan efisiensi produksi karena nilai tambah
yang dihasilkan bisasaja disebabkan oleh adanya peningkatan
biaya produksi.
d. Tidak cocok bila biaya material merupakan bagian yang cukup
besar daribiaya total produk, sedangkan pengaruh yang besar
dari input material tidak langsung ditunjukkan
dalam pengukuran produktifitas tersebut.
3. Produktivitas Parsial
Pengukuran produktifitas parsial mengukur produktifitas
unit proses secara spesifik sehingga lebih obyektif, mudah dipantau
dan diperbaiki. Produktifitas keseluruhan akan baik jika
produktifitas parsialnya baik. Jadi, peningkatan produktifitas total
dapat dilakukan dengan memperbaiki produktifitas parsial.
Rumus Produktivitas Parsial :
19
𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑝𝑎𝑟𝑠𝑖𝑎𝑙 =𝑂𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡
𝐹𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 𝑝𝑎𝑟𝑠𝑖𝑎𝑙
Keuntungan pengukuran produktifitas parsial adalah :
a. Mudah dimengerti.
b. Data mudah diperoleh.
c. Indeks produktifitas mudah dihitung.
d. Mudah diterima oleh manajemen karena ketiga keuntungan
diatas
e. Beberapa produktifitas parsial menunjukkan keseluruhan data
yang ada diperusahaan.
f. Sebagai alat diagnosa yang baik untuk bagian-bagian yang
perlu diperbaikitingkat produktifitasnya.
g. Hanya dapat mengetahui adanya peningkatan biaya pada
bagian tertentu.
Keterbatasan pengukuran produktifitas parsial adalah :
a. Tidak dapat mencerminkan tingkat produktifitas perusahaan.
b. Hanya dapat mengetahui adanya peningkatan biaya pada
bagian tertentu.
c. Perbaikan produktifitas hanya pada bidang yang diukur.
d. Bila digunakan tersendiri dapat merugikan perusahaan dari
segi biaya.
20
c. Model Produktivitas OMAX
Model objective matrix merupakan salah satu dari metode
pengukuran produktifitas. Objectives Matrix (OMAX) adalah suatu
sistem pengukuran produktivitas parsial yang di kembangkan untuk
memantau produktivitas di suatu perusahaan atau di tiap bagian saja,
dengan rasio produktivitas yang sesuai dengan keberadaan bagian
tersebut (Riggs). Dalam OMAX diharapkan aktifitas seluruh personil
perusahaan untuk turut menilai, memperbaiki dan mempertahankan.
Karena sistem ini merupakan sistem pengukuran yang diserahkan
langsung ke bagian-bagian unit proses produksi.
Model ini diciptakan oleh Prof. Dr. James L. Riggs, seorang ahli
produktivitas dari Amerika Serikat. Matriks ini berasal dari usaha-
usaha beliau untuk mengkuantifikasikan perawatan yang di landasi
kasih sayang (tender loving care) dalam studi produktivitas rumah
sakit pada tahun 1975. OMAX menggabungkan kriteria-kriteria
produktivitas ke dalam suatu bentuk yang terpadu dan berhubungan
satu dengan yang lainnya. Kebaikan model OMAX dalam pengukuran
produktivitas perusahaan antara lain: relatif sederhana dan mudah
dipahami, mudah dilaksanakan dan tidak memerlukan keahlian khusus,
datanya mudah diperoleh, lebih fleksibel, tergantung pada masalah
yang dihadapi.
21
Susunan metode Objective Matrix ini terdiri atas beberapa bagian
yakni sebagai berikut (Christoper, 2003):
1. Kriteria Produktivitas, adalah kegiatan dan faktor yang mendukung
produktivitas unit kerja yang sedang diukur produktivitasnya,
dinyatakan dengan perbandingan (rasio). Kriteria ini menyatakan
ukuran efektivitas, kuantitas dan kualitas dari output, efisiensi dan
utilisasi dari input, konsistensi dari operasi dan ukuran khusus atau
faktor lainnya yang secara tidak langsung berhubungan dengan
tingkat produktivitas yang diukur.
2. Tingkat Pencapaian, merupakan hasil rasio yang dihitung
berdasarkan kriteria produktivitas, lalu hasil ini ditempatkan pada
kolom performansi.
3. Sel-sel skala Matriks, untuk mengisi sel-sel skala matriks, terlebih
dahulu kita tentukan level standar 3 (rata-rata), level 0
(performansi rasio terburuk), dan level 10 (target yang akan
dicapai).
4. Skor, merupakan hasil dari capaian performansi rasio bersangkutan
apakah hasil capaian tersebut berada diatas, dibawah atau tepat di
skala standar (3).
5. Bobot, setiap kriteria yang telah ditetapkan mempunyai pengaruh
yang berbeda pada tingkat produktivitas yang diukur. Untuk itu,
perlu dicantumkan bobot yang menyatakan derajat kepentingan
(dalam satuan %) yang menunjukkan pengaruh relatif kriteria
22
tersebut terhadap produktivitas unit kerja yang diukur. Jumlah
seluruh bobot kriteria adalah 100%.
6. Nilai, nilai dari pencapaian yang berhasil diperoleh untuk setiap
kriteria pada periode tertentu didapat dengan mengalikan skor pada
kriteria tertentu dengan bobot kriteria tersebut.
7. Indikator Performansi, pada periode tententu jumlah seluruh nilai
dari setiap kriteria dicantumkan pada kotak indikator performansi.
Besarnya indikator awalnya adalah 300 karena semua kriteria
mendapat skor 3 pada saat matriks mulai dioperasikan.
Peningkatan produktivitas ditentukan dari besarnya kenaikan
indikator performansi yang terjadi.
Gambar 2.3 Format Tabel Objective Matrix
Sumber : Christoper (2003) Keterangan :
a. Bagian A adalah Blok Pendefinisian yang terdiri atas kriteria
produktivitas dan tingkat pencapaian kinerja (performance)
sekarang.
23
b. Bagian B adalah Blok Kuantifikasi yang berisi sel-sel matrix.
c. Bagian C terdiri atas baris skor, bobot, nilai dan indikator
peformansi.
4. Manfaat Pengukuran Produktivitas
Suatu organisasi perlu mengetahui pada tingkat produktifitas
manaperusahaan itu beroperasi, agar dapat membandingkannya dengan
produktifitas standart yang telah ditetapkan manajemen, mengukur
tingkat perbaikan produktifitas dari waktu ke waktu, dan
membandingkan dengan produktifitas industri sejenis. Hal ini menjadi
penting agar perusahaan itu dapat meningkatkan daya saing dari produk
yang dihasilkannya.
Terdapat beberapa manfaat pengukuran produktifitas dalam suatu
organisasi perusahaan (Sumanth, 1985), antara lain :
a. Perusahaan dapat menilai efisiensi konversi sumber dayanya,
agardapat meningkatkan produktifitas melalui efisiensi penggunaan
sumber-sumber daya itu.
b. Perencanaan sumber-sumber daya akan menjadi lebih efektif
danefisien produktifitas melalui pengukuran, baik dalam
perencanaan jangka pendek maupun jangka panjang.
c. Pengukuran produktifitas perusahaan akan menjadi informasi yang
bermanfaat dalam membandingkan tingkat produktifitas di antara
organisasi perusahaan dalam industri yang sejenis.
24
d. Nilai-nilai produktifitas yang dihasilkan dari suatu pengukuran dapat
menjadi informasi yang berguna untuk merencanakan tingkat
keuntungan dari perusahaan.
e. Pengukuran produktifitas akan menciptakan tindakan-tindakan
kompetitif berupa upaya-upaya peningkatan produktifitas secara
terus-menerus.
f. Pengukuran produktifitas terus menerus akan memberikan
informasiyang bermanfaat untuk menentukan dan mengevaluasi
kecenderungan perkembangan produktifitas perusahaan dari waktu
ke waktu.
g. Pengukuran produktifitas akan memberikan motivasi kepada orang-
orang untuk secara teru menerus melakukan perbaikan dan juga
akanmeningkatkan kepuasan kerja. Orang-orang akan lebih
memberikan perhatian kepada pengukuran produktifitas apabila
dampak dari perbaikan produktifitas itu terlihat jelas dan dirasakan
langsung oleh mereka.
5. Evaluasi Produktivitas
Setelah melakukan pengukuran terhadap sumber-sumber yang
berpengaruh pada produktifitas, maka selanjutnya dilakukan evaluasi.
Tahap evaluasi ini sangat penting dilakukan karena dengan evaluasi
dapat diketahui penyebab rendahnya produktifitas sehingga dapat segera
dilakukan tindakan perbaikan (Sumanth, 1985).
25
Tahap evaluasi ini dapat dilakukan dengan metode produktifitas
yang ada. Kemudian menganalisa hasil yang diperoleh dari pengolahan
data dengan menggunakan metode produktifitas tersebut. Hasil analisa
tersebut dapat digunakan untuk membuat suatu perencanaan peningkatan
produktifitas, baik untuk perencanaan jangka pendek maupun jangka
panjang (Sumanth, 1985). Produktifitas dikatakan meningkat jika :
a. Jumlah hasil produksi tetap atau meningkat dengan pengurangan
penggunaan sumber daya.
b. Pertambahan jumlah hasil produksi yang jauh lebih besar
dibandingkan dengan pertambahan penggunaan sumber daya.
c. Jumlah hasil yang diproduksi meningkat dengan penggunaan sumber
daya yang sama.
Ada dua cara evaluasi produktifitas, yaitu :
a. Evaluasi terhadap dua periode pengukuran, yaitu dengan
membandingkan produktifitas total antara periode t dengan
produktifitas pada periode t-1 (periode sebelumnya).
b. Evaluasi terhadap suatu periode pengukuran tertentu, yaitu dengan
membandingkan nilai produktifitas pada saat pengukuran dengan
produktifitas hasil ramalan.
6. Peningkatan Produktivitas
Peningkatan produktivitas merupakan motor penggerak kemajuan
ekonomi dan keuntungan perusahaan. Suatu perusahaan yang tidak dapat
meningkatkan produktivitasnya akan mengalami penurunan standart.
26
Produktivitas didefinisikan sebagai hubungan antara masukan dan
keluaran suatu sistem produksi (Schroeder, 1989). Jika perusahaan lebih
banyak keluaran yang dihasilkan dengan masukan yang sama, maka
terjadi peningkatan produktivitas. Begitu juga kalau masukan yang lebih
rendah dapat menghasilkan keluaran yang tetap, maka produktivitas
meningkat.
Secara garis besar peningkatan produktifitas dapat terjadi jika
(Sumanth,):
a) Jumlah hasil produksi meningkat dengan menggunakan sumber
daya yang sama.
b) Jumlah hasil produksi yang sama atau meningkat dengan
penggunaan sumber daya berkurang.
c) Jumlah hasil produksi yang jauh lebih besar di peroleh dengan
pertambahan sumber daya yang relatif lebih kecil.
a. Faktor Pengaruh Tingkat Produktivitas
Faktor yang mempengaruhi usaha peningkatan produktifitas adalah
(Sumanth,) :
1. Faktor teknis : Yaitu faktor yang berhubungan degan pemakaian
dan penerapan metode kerja yang lebih efektif dan efisien.
2. Faktor manusia : Yaitu faktor yang mempunyai pengaruh
terhadap usaha-usaha yang dilakukan manusia dalam
menyelesaikan pekerjaannya.
27
7. Metode FTA (Fault Tree Analysis)
Teknik untuk mengidentifikasikan kegagalan (failure) dari suatu
sistem dengan memakai FT (fault tree) diperkenalkan pertama kali pada
tahun 1962 oleh Bell Telephone Laboratories dalam kaitannya dengan
studi tentang evaluasi keselamatan sistem peluncuran minuteman misile
antar benua. Boeing company memperbaiki teknik yang dipakai oleh
Bell Telephone Laboratories dan memperkenalkan progam komputer
untuk melakukan analisa dengan memanfaatkan FT baik secara kualitatif
maupun secara kuantitatif.
Metode FTA (Fault Tree Analysis) merupakan metode untuk
menganalisis, menampilkan dan mengevaluasi kegagalan didalam
sebuah system, sehingga menyediakan suatu mekanisme untuk system
yang efektif pada sebuah tingkat evaluasi resiko (Stamatelatos, 2002).
Teknik ini berguna untuk menggambarkan dan menaksir kejadian dalam
suatu system. FTA menunjukkan kemungkinan-kemungkinan penyebab
kegagalan system dari beberapa kejadian dan bermacam-macam
masalah.
FTA menggunakan 2 simbol utama yang disebut events dan gates. Ada
tiga tipe event yaitu (Stamatelatos, 2002):
a) Primary event : Sebuah tahap dalam proses penggunaan produk
yag mungkin saat gagal. Sebagai contoh saat memasukkan kunci
kedalam gembok, kunci tersebut mungkin gagal untuk pas/sesuai
dengan gembok. Primary event lebih lanjut dibagi menjadi tiga
28
kategori antara lain Basic event, Undeveloped events, External
events.
a. Intermediate event : Hasil dari kombinasi kesalahan-kesalahan,
beberapa diantaranya mungkin primary event. Intermediate event ini
ditempatkan di tengah-tengah sebuah fault tree.
b. Expanded Event : Membutuhkan sebuah fault tree yang terpisah
dikarenakan kompleksitasnya. Untuk fault tree yang baru ini,
expanded event adalah undesired event dan diletakkan pada bagian
atas fault tree.
A. Istilah-istilah Metode FTA (Fault Tree Analysis)
Menurut Akagamis ,ada beberapa istilah dalam metode FTA yaitu : Tabel 2.1 Istilah-istilah FTA
Istilah Keterangan Event Penyimpangan yang tidak diinginkan/diharapkan
dari suatu keadaan normal pada suatu komponen dari system.
Top event Kejadian yang tidak dikehendaki pada “puncak” yang akan diteliti lebih lanjut kearah kejadian dasar lainnya dengan menggunakan gerbang-gerbang logika untuk menentukan penyebab dan kekerapannya.
Logic gate Hubungan secara logika antara input (kejadian yang dibawah). Hubungan logika ini dinyatakan dengan gerbang DAN atau gerbang ATAU.
Transferred
event
Segitiga yang digunaka symbol transfer. Simbol ini menunjukkan bahwa uraian kejadian berada di halaman lain.
Underveloped
event
Kejadian dasar (basic event) yang tidak akan dikembangkan lebih jauh karena sudah tersedianya informasi.
Basic event
Kejadian yang tidak diharapkan yang dianggap sebagai penyebab dasar sehingga perlu dilakukan analisa lebih lanjut.
Sumber: Akagamis (1999).
29
Gambar 2.4 Diagram FTA (Faulth Tree Analysis)
Sumber: Akagamis (1999).
B. Tahapan Analisa FTA (Fault Tree Analysis)
Terdapat 5 tahapan untuk melakukan analisa dengan Fault Tree
Analysis (FTA), yaitu sebagai berikut (Priyanti, 2000) :
1. Mendefinisikan masalah dan kondisi batas dari suatu system yang
ditinjau.
2. Penggambaran model grafis Fault Tree
3. Mencari minimal cut set dari analisa Fault Tree
4. Melakukan analisa kualitatif dari Fault Tree
5. Melakukan analisa kuantitatif dari Fault Tree
C. Manfaat Metode FTA (Fault Tree Analysis)
Ada beberapa manfaat menggunakan metode FTA, yaitu sebagai
berikut (Priyanti, 2000) :
a) Dapat menetukan faktor penyebab yang kemungkinan besar
menimbulkan kegagalan.
30
b) Menetukan tahapan kejadian yang kemungkinan besar sebagai
penyebab kegagalan.
c) Menganalisa kemungkinan sumber-sumber risiko sebelum
kegagalan timbul.
d) Menginvestigasi suatu kegagalan.
D. Kelebihan Metode FTA (Fault Tree Analysis)
a) Mudah menjelaskan semua perbedaan interaksi penyebab untuk
menghasilkan kerugian.
b) Penyebab dasar dan logis dalam penyebab kerugian bisa
dimengerti.
c) Dapat membuat tindakan pencegahan yang tepat untuk
mengeliminir penyebab dasar sehingga kerugian yang sama tidak
akan muncul lagi.
d) Dapat menghitung evaluasi kualitatif dan kuantitatif dari kerugian.
E. Kerangka Pikir
Berikut ini adalah gambaran kerangka pemikiran untuk mengetahui
“Peningkatan Produktivitas Perusahaan Produksi Beras”.
Gambar 2.5 Kerangka Pikir Peningkatan Produktvitas Produksi Beras
Sumber : (Heizer & Render, 2005)
Sumber Daya yang
Digunakan
Produktivitas : 1.Utilitas Jam Kerja 2.Konsumsi Energi 3.Utilitas TK 4.Rasio Produk Cacat 5.Rasio Produk Baik 6.Rasio Kerusakan
Mesin
Fault Tree Analysis Usulan peningkatan produktivitas pada perusahaan produksi beras
31
Keterangan kerangka pikir peningkatan produktivitas produksi
beras:
Kerangka pikir diatas menjelaskan bahwa pengukuran
produktivitas yang dilakukan pada perusahaan produksi beras terutama
pada perusahaan UD.Umeka dan UD.Terang Jaya dilakukan dengan
Metode Omax dan Fault Tree Analysis (FTA), yaitu Objectives Matrix
(OMAX) adalah suatu sistem pengukuran produktivitas parsial yang di
kembangkan untuk memantau produktivitas di suatu perusahaan atau di
tiap bagian saja, dengan rasio produktivitas yang sesuai dengan
keberadaan bagian tersebut, kemudian dilanjutkan dengan metode FTA
yang merupakan metode untuk menganalisis, menampilkan dan
mengevaluasi kegagalan didalam sebuah sistem. Teknik ini berguna untuk
menggambarkan dan menaksir kejadian dalam suatu sistem yakni dalam
penggunaan mesin Dynamo dan mesin diesel, dengan menggunakan Omax
dan FTA maka akan terlihat bagaimana tingkat produktivitas dan usulan
peningkatan produktivitas pada perusahaan UD.Umeka dan UD.Terang
Jaya.