bab ii - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/40096/3/bab ii.pdf · 9 rujukan penelitian yang kedua...

24
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian terdahulu Penelitian terdahulu berfungsi sebagai sumber refrensi yang akan digunakan. Menurut Kuncoro (2013) refrensi menunjukkan bahwa tulisan yang disusun tidak seluruhnya merupakan gagasan sendiri, tetapi sebagian merupakan gagasan, informasi dan bukti dari orang lain. Hal tersebut menjadikan sebuah kekuatan bukan kelemahan. Rujukan penelitian yang pertama dilakukan oleh Arnolt K. Pakpaham, Didien Suhardini, Prabowo Ehsy. Tujuan penelitian ini untuk mengukur tingkat produktivitas perusahaan PT.Hamson Indonesia. Pengukuran produktivitas dilakukan dengan menggunakan Metode Objective Matrix (OMAX) dan mengidentifikasi masalah dengan menggunakan Fault Tree Analysis (FTA) untuk memberikan usulan perbaikan. Hasil yang diperoleh dari studi ini adalah terjadi penurunan indicator performance sebesar -56,2169 (15,03%) dari tahun 2014 ke tahun 2015 sehingga produktivitas perusahaan pada tahun sebesar 84,97%. Terdapat tiga rasio paling rendah setelah dilakukannya pengukuran produktivitas pada tahun 2014 dan 2015 yaitu rasio 1 pemakian waktu kerja tersedia, rasio 4 pemakaian energy, dan rasio 5 pemakaian waktu kerja terpakai. Usulan yang direkomendasikan untuk perusahaan adalah dengan melaksanakan siklus produktivitas secara berkala.

Upload: voanh

Post on 27-Jun-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian terdahulu

Penelitian terdahulu berfungsi sebagai sumber refrensi yang akan

digunakan. Menurut Kuncoro (2013) refrensi menunjukkan bahwa tulisan

yang disusun tidak seluruhnya merupakan gagasan sendiri, tetapi sebagian

merupakan gagasan, informasi dan bukti dari orang lain. Hal tersebut

menjadikan sebuah kekuatan bukan kelemahan.

Rujukan penelitian yang pertama dilakukan oleh Arnolt K.

Pakpaham, Didien Suhardini, Prabowo Ehsy. Tujuan penelitian ini untuk

mengukur tingkat produktivitas perusahaan PT.Hamson Indonesia.

Pengukuran produktivitas dilakukan dengan menggunakan Metode

Objective Matrix (OMAX) dan mengidentifikasi masalah dengan

menggunakan Fault Tree Analysis (FTA) untuk memberikan usulan

perbaikan. Hasil yang diperoleh dari studi ini adalah terjadi penurunan

indicator performance sebesar -56,2169 (15,03%) dari tahun 2014 ke tahun

2015 sehingga produktivitas perusahaan pada tahun sebesar 84,97%.

Terdapat tiga rasio paling rendah setelah dilakukannya pengukuran

produktivitas pada tahun 2014 dan 2015 yaitu rasio 1 pemakian waktu

kerja tersedia, rasio 4 pemakaian energy, dan rasio 5 pemakaian waktu

kerja terpakai. Usulan yang direkomendasikan untuk perusahaan adalah

dengan melaksanakan siklus produktivitas secara berkala.

9

Rujukan penelitian yang kedua oleh Dea Avianda, Yoanita

Yuniatai dan Yuniar (2014). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui dan meningkatkan produktivitas di BMC Divisi Milk

Proccessing. Pengukuran produktivitas dilakukan dengan menggunakan

metode OMAX dan FTA. Hasil yang diperoleh dari studi ini nilai indikator

performansi tertinggi pada bulan April dan Oktober dengan nilai 400,

penurunan produktivitas terjadi pada bulan Juli dan Agustus dengan nilai

180. Strategi peningkatan produktivitas yang direkomendasikan dengan

melakukan peningkatan pengawasan dengan cara inspeksi mendadak dan

berkala.

Terdapat persamaan dan perbedaan dengan rujukan penelitian

terdahulu. Persamaan terletak pada alat analisis yang digunakan yaitu

untuk mengukur produktivitas menggunakan Objective Matrix (OMAX)

dan usulan peningkatan produktivitas dengan menggunakan Fault Tree

Analysis (FTA). Sedangkan perbedaan terletak pada objek penelitian.

B. Landasan Teori

1. Produktivitas

Pengertian dari produktivitas sangatlah berbeda dengan produksi,

orang sering menghubungkan pengertian antara produktifitas dengan

produksi, hal ini disebabkan karena produksi nyata dan langsung terukur.

Produksi merupakan aktivitas untuk menghasilkan barang dan jasa,

sedangkan produktivitas berkaitan erat dengan penggunaan sumber daya

untuk menghasilkan barang dan jasa (Yamit, 2007). Hasil bagi antara

10

keluaran dengan salah satu faktor produksi, sehingga produktifitas dapat

dilihat dari salah satu faktor produksinya seperti produktifitas modal,

produktifitas material dan lainnya, tergantung dari hubungan

output dengan salah satu inputnya (Sumanth, 1985).

Dari penjelasan diatas dapat dilihat bahwa produktifitas mempunyai

banyak pengertian tergantung dari sudut pandang mana produktifitas

tersebut diartikan. Secara umum produktifitas dapat diartikan sebagai

perbandingandari keluaran (output) dengan masukan (input). Keluaran

(output) merupakan hasil dari suatu proses baik itu berupa barang atau

jasa, sedangkan masukan (input) merupakan sumber-sumber yang

digunakan untuk memperoleh hasil tersebut seperti tenaga kerja, modal,

energi, bahan baku, dan sebagainya. Pengertian ini sangatlah berbeda

dengan konsep produksi. Perbedaan ini dapat dilihat dari gambar sistem

produksi dibawah ini :

Sumber : Heizer dan Render (2005)

Gambar 2.1 Proses Produksi

a. Variabel Produktivitas

Menurut Heizer dan Render (2005), ada tiga factor yang

penting bagi peningkatan produktivitas yaitu tenaga kerja, modal,

dan seni serta ilmu pengetahuan mengenai manajemen.

1. Tenaga kerja, berkontribusi sekitar 10% dari peningkatan

tahunan.

11

2. Mesin berkontribusi sekitar 38% dari peningkatan tahunan.

3. Manajemen berkontribusi sekitar 52% peningkatan tahunan.

Ketiga factor tersebut mewakili area yang lebih luas dimana

manajer bisa melakukan tindakan untuk meningkatkan produktivitas.

b. Faktor-faktor Pengaruh Produktivitas

Mengenali faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas dan

memilih factor peningkatan yang sesuai pada berbagai situasi

tertentu. Dalam pandangan komprehensif tentang produktivitas yang

akan diberikan, termasuk semua factor yang mungkin mempengaruhi

produktivitas operasional yaitu : factor luar, produk, proses,

kapasitas, sediaan, tenaga kerja, dan mutu. Faktor luar termasuk

dalam peraturan pemerintah, persaingan dari perusahaan lain,

permintaan konsumen, semua factor tersebut diluar dari kendali

perusahaan. Berikut ini beberapa faktor yang mempengaruhi

produktivitas (Schroeder, 1989).

1. Proses, meliputi : pemilihan proses, otomatisasi, aliran proses,

tata letak.

2. Tenaga kerja, meliputi : seleksi dan penempatan, pelatihan,

rancangan pekerjaan, struktur organisasi, penghargaan, serikat

buruh.

3. Produk, meliputi : riset dan pengembangan, keragaman produk,

perekayasaan nilai.

12

4. Kapasitas dan sediaan, meliputi : pembelian, sediaan,

perencanaan kapasitas.

5. Eksternal, meliputi : permintaan konsumen, persaingan bisnis,

peraturan pemerintah.

6. Mutu, meliputi : penyempurnaan kualitas.

2. Siklus Produktivitas

Menurut Sumanth (1985), memperkenalkan suatu konsep yang

disebut sebagai siklus produktifitas untuk dipergunakan dalam

peningkatan produktifitas secara terus menerus. Siklus produktifitas

dibagi menjadi empat tahap, yaitu :

1. Pengukuran produktifitas : Proses pengukuran produktifitas dengan

menggunakan alat ukur produktifitas berdasarkan kriteria ataupun

indikator pengukuran.

2. Evaluasi produktifitas : Proses evaluasi terhadap hasil pengukuran

kinerja yang telah dicapai berdasarkan kriteria maupun indikator

pengukuran, dalam upaya mengetahui produktifitas kinerja yang

telah dilaksanakan.

3. Perencanaan produktifitas : Proses perencanaan terhadap

produktifitas berupa penetapan target kinerja dan perencanaan

terhadap perbaikan kinerja yang telah dilaksanakan.

4. Peningkatan produktifitas : Proses peningkatan produktifitas kinerja

perusahaan dalam upaya pemenuhan target produktifitas yang telah

13

ditetapkan, dengan cara melakukan perbaikan-perbaikan kinerja yang

masih dinilai kurang.

Gambar 2.2 Siklus Produktivitas

Sumber : Sumanth Perusahaan yang memulai program produktivitas untuk pertama ka

linyadapat mengawalinya dengan pengukuran produktivitas. Setelah

tingkat-tingkat produktivitas diukur perlu dilakukan evaluasi atau

perbandingan terhadap nilai-nilai yang direncanakan. Berdasarkan

evaluasi ini, tingkat-tingkat produktivitas target direncanakan untuk

jangka pendek maupun panjang. Untuk mencapai target

target yangdirencanakan, perbaikan produktivitas dilakukan secara form

al.Untuk menaksir sejauh mana tingkat perbaikan terjadi, tingkat-

tingkat produktivitas harus diukur lagi. Siklus ini berlangsung terus

selama program produktivitas berjalan di perusahaan tersebut.

3. Pengukuran Produktivitas

Pengukuran produktivitas merupakan sebuah cara yang paling

bagus untuk mengevaluasi kemampuan suatu perusahaan dalam

menyediakan sebuah standar produksi yang lebih baik. Selain itu, hanya

dengan melalui peningkatan produktivitas, tenaga kerja, modal dan

manajemen bisa mendapatkan pembayaran tambahan. Pengukuran

14

produktivitas (productivity measurement) adalah penilain kuantitatif atas

perubahan produktivitas (Heizer dan Render, 2005). Tujuan pengukuran

ini adalah untuk menilai apakah efesiensi produktif telah meningkat atau

menurun. Pengukuran produktivitas dapat berupa actual atau perspektif.

Pengukuran produktivitas aktual memungkinkan manajer untuk menilai,

memantau, dan mengendalikan perubahan. Hal ini dirangkum dalam

persamaan seperti berikut (Heizer dan Render, 2005):

𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 =𝑈𝑛𝑖𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙𝑘𝑎𝑛

𝑀𝑎𝑠𝑢𝑘𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑔𝑢𝑛𝑎𝑘𝑎𝑛

Penggunaan dari hanya satu sumber daya masukan untuk

mengukur produktivitas, produktivitas faktor tunggal (single factor

productivity) mengidentifikasika rasio dari satu sumber daya (masukan)

terhadap barang dan jasa yang dihasilkannya. Sedangkan produktivitas

multifactor (multifactor productivity) untuk mendikasikan rasio dari

banyak atau semua sumber daya (masukan) terhadap barang dan jasa

yang dihasilkannya. Produktivitas multifactor mengkombinasikan unit

masukan seperti persamaan berikut (Heizer dan Render, 2005) :

𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 =𝐻𝑎𝑠𝑖𝑙

𝑇𝐾 + 𝐵𝐵 + 𝐸𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 + 𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 + 𝐿𝑎𝑖𝑛 − 𝑙𝑎𝑖𝑛

Penggunaan ukuran-ukuran produktivitas membantu manajer

dalam menentukan seberapa baik usaha yang mereka lakukan. Akan

tetapi, hasil dari dua ukuran bisa diharapkan untuk beragam. Ukuran

produktivitas multifactor memberikan informasi yang jauh lebih baik

15

mengenai trade-off diantara factor-faktor, tetapi permasalahan yang

subtansial tetap masih ada. Beberapa dari permasalahan pengukuran ini

adalah sebagai berikut :

1. Kualitas mungkin dapat berubah sementara kuantitas dari masukan

dan hasil tetap konstan.

2. Unit pengukuran yang tepat mungkin kurang.

3. Elemen eksternal dapat menyebabkan sebuah peningkatan atau

sebuah penurunan dalam produktivitas dimana system yang sedang

dipelajari mungkin tidak berperan secara langsung.

a. Langkah – langkah Pengukuran Produktivitas

Langkah-langkah untuk melakukan pengukuran produktifitas

(Sumanth, 1985), adalah :

1. Menetapkan tujuan pengukuran : Pengukuran harus dikembangkan

untuk memperbaiki dan memenuhikebutuhan dari suatu organisasi.

2. Melibatkan orang-orang yang akan diukur : Orang-orang yang

akan dievaluasi haruslah dilibatkan dalam proses, karena mereka

seringkali lebih mengetahui pekerjaannya daripada oranglain. Dan

yang terpenting, jika pekerja tersebut dilibatkan dalam pengukuran

produktifitas tersebut dan mengerti tujuan pengukuran tersebut,

maka akan memperkecil tingkat kegagalan pengukuran tersebut.

3. Melaksanakan pengukuran : Pengukuran produktifitas harus

ditinjau dan diperbaharui secara terus-menerus dan berkelanjutan

16

sehingga dapat beradaptasi dalam menghadapi perubahan-

perubahan.

b. Model Pengukuran Produktivitas

Model produktifitas dikemukakan oleh banyak kalangan akademis

yang mendalami masalah produktifitas. Model tersebut

diimplementasikan untuk mengukur produktifitas total, produktifitas

parsial, dan produktifitas total faktor pada tingkat perusahaan maupun

pada tingkat stasiun kerja (Sumanth, 1985).

1. Produktivitas Total

Pengukuran produktifitas secara total biasanya dilakukan

berdasarkan data finansial perusahaan. Pada pengukuran ini diukur

terlebih dahulu agregat output yang dihasilkan kemudian

dibandingkan dengan agregat input yang digunakan.

Rumus Produktivitas Total :

𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 =𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑜𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑖𝑛𝑝𝑢𝑡

Keuntungan pengukuran produktifitas total adalah :

a. Mempertimbangkan semua factor output dan input yang dapat

dikuantitaskan sehingga lebih akurat menggambarkan keadaan

ekonomi perusahaan sesungguhnya.

b. Mudah berhubungan dengan total biaya.

c. Pengendalian keuntungan dengan menggunakan indeks

produktifitas totalsangat bermanfaat bagi pimpinan.

17

d. Jika digunakan bersama dengan pengukuran produktifitas

parsial dapatlangsung diperhatikan oleh pihak manajemen

dengan cara yang lebih efektif.

e. Pengendalian keuntungan dapat bermanfaat bagi pemimpin

Keterbatasan pengukuran produktifitas total adalah :

a. Data untuk membandingkan produktifitas produk lebih sulit

dilakukan.

b. Tidak mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi

input dan output secara tidak langsung.

2. Produktivitas Total Faktor

Produktifitas total faktor adalah rasio output bersih dengan jumlah

input modal dan tenaga kerja. Output bersih merupakan selisih

output total dengan jumlah peralatan dan jasa yang dibeli.

Rumus Produktivitas Total Faktor :

𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑓𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 =𝑂𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ

𝑇𝐾 + 𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙

=𝑂𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 − 𝑗𝑚𝑙 𝑝𝑒𝑟𝑎𝑙𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑛 𝑗𝑎𝑠𝑎 𝑦𝑔 𝑑𝑖𝑏𝑒𝑙𝑖

𝑇𝐾 + 𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙

Keuntungan pengukuran produktifitas total faktor adalah :

a. Hanya input tenaga kerja dan modal yang dipertimbangkan

dalam input total factor.

b. Tidak banyak berpengaruh terhadap input bahan baku dan

energi.

18

c. Data dari perusahaan relatif mudah diperoleh.

d. Dapat dianalisis dari sudut pandang ekonomi karena

menyangkut keadaan ekonomi perusahaan secara total.

Keterbatasan pengukuran produktifitas total faktor adalah :

a. Tidak banyak berpengaruh terhadap input bahan baku dan

energi.

b. Hanya input tenaga kerja dan modal yang dipertimbangkan

dalam input total faktor.

c. Sulit bagi pihak manajemen untuk menganalisis hubungan nilai

tambah output dengan efisiensi produksi karena nilai tambah

yang dihasilkan bisasaja disebabkan oleh adanya peningkatan

biaya produksi.

d. Tidak cocok bila biaya material merupakan bagian yang cukup

besar daribiaya total produk, sedangkan pengaruh yang besar

dari input material tidak langsung ditunjukkan

dalam pengukuran produktifitas tersebut.

3. Produktivitas Parsial

Pengukuran produktifitas parsial mengukur produktifitas

unit proses secara spesifik sehingga lebih obyektif, mudah dipantau

dan diperbaiki. Produktifitas keseluruhan akan baik jika

produktifitas parsialnya baik. Jadi, peningkatan produktifitas total

dapat dilakukan dengan memperbaiki produktifitas parsial.

Rumus Produktivitas Parsial :

19

𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑝𝑎𝑟𝑠𝑖𝑎𝑙 =𝑂𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡

𝐹𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 𝑝𝑎𝑟𝑠𝑖𝑎𝑙

Keuntungan pengukuran produktifitas parsial adalah :

a. Mudah dimengerti.

b. Data mudah diperoleh.

c. Indeks produktifitas mudah dihitung.

d. Mudah diterima oleh manajemen karena ketiga keuntungan

diatas

e. Beberapa produktifitas parsial menunjukkan keseluruhan data

yang ada diperusahaan.

f. Sebagai alat diagnosa yang baik untuk bagian-bagian yang

perlu diperbaikitingkat produktifitasnya.

g. Hanya dapat mengetahui adanya peningkatan biaya pada

bagian tertentu.

Keterbatasan pengukuran produktifitas parsial adalah :

a. Tidak dapat mencerminkan tingkat produktifitas perusahaan.

b. Hanya dapat mengetahui adanya peningkatan biaya pada

bagian tertentu.

c. Perbaikan produktifitas hanya pada bidang yang diukur.

d. Bila digunakan tersendiri dapat merugikan perusahaan dari

segi biaya.

20

c. Model Produktivitas OMAX

Model objective matrix merupakan salah satu dari metode

pengukuran produktifitas. Objectives Matrix (OMAX) adalah suatu

sistem pengukuran produktivitas parsial yang di kembangkan untuk

memantau produktivitas di suatu perusahaan atau di tiap bagian saja,

dengan rasio produktivitas yang sesuai dengan keberadaan bagian

tersebut (Riggs). Dalam OMAX diharapkan aktifitas seluruh personil

perusahaan untuk turut menilai, memperbaiki dan mempertahankan.

Karena sistem ini merupakan sistem pengukuran yang diserahkan

langsung ke bagian-bagian unit proses produksi.

Model ini diciptakan oleh Prof. Dr. James L. Riggs, seorang ahli

produktivitas dari Amerika Serikat. Matriks ini berasal dari usaha-

usaha beliau untuk mengkuantifikasikan perawatan yang di landasi

kasih sayang (tender loving care) dalam studi produktivitas rumah

sakit pada tahun 1975. OMAX menggabungkan kriteria-kriteria

produktivitas ke dalam suatu bentuk yang terpadu dan berhubungan

satu dengan yang lainnya. Kebaikan model OMAX dalam pengukuran

produktivitas perusahaan antara lain: relatif sederhana dan mudah

dipahami, mudah dilaksanakan dan tidak memerlukan keahlian khusus,

datanya mudah diperoleh, lebih fleksibel, tergantung pada masalah

yang dihadapi.

21

Susunan metode Objective Matrix ini terdiri atas beberapa bagian

yakni sebagai berikut (Christoper, 2003):

1. Kriteria Produktivitas, adalah kegiatan dan faktor yang mendukung

produktivitas unit kerja yang sedang diukur produktivitasnya,

dinyatakan dengan perbandingan (rasio). Kriteria ini menyatakan

ukuran efektivitas, kuantitas dan kualitas dari output, efisiensi dan

utilisasi dari input, konsistensi dari operasi dan ukuran khusus atau

faktor lainnya yang secara tidak langsung berhubungan dengan

tingkat produktivitas yang diukur.

2. Tingkat Pencapaian, merupakan hasil rasio yang dihitung

berdasarkan kriteria produktivitas, lalu hasil ini ditempatkan pada

kolom performansi.

3. Sel-sel skala Matriks, untuk mengisi sel-sel skala matriks, terlebih

dahulu kita tentukan level standar 3 (rata-rata), level 0

(performansi rasio terburuk), dan level 10 (target yang akan

dicapai).

4. Skor, merupakan hasil dari capaian performansi rasio bersangkutan

apakah hasil capaian tersebut berada diatas, dibawah atau tepat di

skala standar (3).

5. Bobot, setiap kriteria yang telah ditetapkan mempunyai pengaruh

yang berbeda pada tingkat produktivitas yang diukur. Untuk itu,

perlu dicantumkan bobot yang menyatakan derajat kepentingan

(dalam satuan %) yang menunjukkan pengaruh relatif kriteria

22

tersebut terhadap produktivitas unit kerja yang diukur. Jumlah

seluruh bobot kriteria adalah 100%.

6. Nilai, nilai dari pencapaian yang berhasil diperoleh untuk setiap

kriteria pada periode tertentu didapat dengan mengalikan skor pada

kriteria tertentu dengan bobot kriteria tersebut.

7. Indikator Performansi, pada periode tententu jumlah seluruh nilai

dari setiap kriteria dicantumkan pada kotak indikator performansi.

Besarnya indikator awalnya adalah 300 karena semua kriteria

mendapat skor 3 pada saat matriks mulai dioperasikan.

Peningkatan produktivitas ditentukan dari besarnya kenaikan

indikator performansi yang terjadi.

Gambar 2.3 Format Tabel Objective Matrix

Sumber : Christoper (2003) Keterangan :

a. Bagian A adalah Blok Pendefinisian yang terdiri atas kriteria

produktivitas dan tingkat pencapaian kinerja (performance)

sekarang.

23

b. Bagian B adalah Blok Kuantifikasi yang berisi sel-sel matrix.

c. Bagian C terdiri atas baris skor, bobot, nilai dan indikator

peformansi.

4. Manfaat Pengukuran Produktivitas

Suatu organisasi perlu mengetahui pada tingkat produktifitas

manaperusahaan itu beroperasi, agar dapat membandingkannya dengan

produktifitas standart yang telah ditetapkan manajemen, mengukur

tingkat perbaikan produktifitas dari waktu ke waktu, dan

membandingkan dengan produktifitas industri sejenis. Hal ini menjadi

penting agar perusahaan itu dapat meningkatkan daya saing dari produk

yang dihasilkannya.

Terdapat beberapa manfaat pengukuran produktifitas dalam suatu

organisasi perusahaan (Sumanth, 1985), antara lain :

a. Perusahaan dapat menilai efisiensi konversi sumber dayanya,

agardapat meningkatkan produktifitas melalui efisiensi penggunaan

sumber-sumber daya itu.

b. Perencanaan sumber-sumber daya akan menjadi lebih efektif

danefisien produktifitas melalui pengukuran, baik dalam

perencanaan jangka pendek maupun jangka panjang.

c. Pengukuran produktifitas perusahaan akan menjadi informasi yang

bermanfaat dalam membandingkan tingkat produktifitas di antara

organisasi perusahaan dalam industri yang sejenis.

24

d. Nilai-nilai produktifitas yang dihasilkan dari suatu pengukuran dapat

menjadi informasi yang berguna untuk merencanakan tingkat

keuntungan dari perusahaan.

e. Pengukuran produktifitas akan menciptakan tindakan-tindakan

kompetitif berupa upaya-upaya peningkatan produktifitas secara

terus-menerus.

f. Pengukuran produktifitas terus menerus akan memberikan

informasiyang bermanfaat untuk menentukan dan mengevaluasi

kecenderungan perkembangan produktifitas perusahaan dari waktu

ke waktu.

g. Pengukuran produktifitas akan memberikan motivasi kepada orang-

orang untuk secara teru menerus melakukan perbaikan dan juga

akanmeningkatkan kepuasan kerja. Orang-orang akan lebih

memberikan perhatian kepada pengukuran produktifitas apabila

dampak dari perbaikan produktifitas itu terlihat jelas dan dirasakan

langsung oleh mereka.

5. Evaluasi Produktivitas

Setelah melakukan pengukuran terhadap sumber-sumber yang

berpengaruh pada produktifitas, maka selanjutnya dilakukan evaluasi.

Tahap evaluasi ini sangat penting dilakukan karena dengan evaluasi

dapat diketahui penyebab rendahnya produktifitas sehingga dapat segera

dilakukan tindakan perbaikan (Sumanth, 1985).

25

Tahap evaluasi ini dapat dilakukan dengan metode produktifitas

yang ada. Kemudian menganalisa hasil yang diperoleh dari pengolahan

data dengan menggunakan metode produktifitas tersebut. Hasil analisa

tersebut dapat digunakan untuk membuat suatu perencanaan peningkatan

produktifitas, baik untuk perencanaan jangka pendek maupun jangka

panjang (Sumanth, 1985). Produktifitas dikatakan meningkat jika :

a. Jumlah hasil produksi tetap atau meningkat dengan pengurangan

penggunaan sumber daya.

b. Pertambahan jumlah hasil produksi yang jauh lebih besar

dibandingkan dengan pertambahan penggunaan sumber daya.

c. Jumlah hasil yang diproduksi meningkat dengan penggunaan sumber

daya yang sama.

Ada dua cara evaluasi produktifitas, yaitu :

a. Evaluasi terhadap dua periode pengukuran, yaitu dengan

membandingkan produktifitas total antara periode t dengan

produktifitas pada periode t-1 (periode sebelumnya).

b. Evaluasi terhadap suatu periode pengukuran tertentu, yaitu dengan

membandingkan nilai produktifitas pada saat pengukuran dengan

produktifitas hasil ramalan.

6. Peningkatan Produktivitas

Peningkatan produktivitas merupakan motor penggerak kemajuan

ekonomi dan keuntungan perusahaan. Suatu perusahaan yang tidak dapat

meningkatkan produktivitasnya akan mengalami penurunan standart.

26

Produktivitas didefinisikan sebagai hubungan antara masukan dan

keluaran suatu sistem produksi (Schroeder, 1989). Jika perusahaan lebih

banyak keluaran yang dihasilkan dengan masukan yang sama, maka

terjadi peningkatan produktivitas. Begitu juga kalau masukan yang lebih

rendah dapat menghasilkan keluaran yang tetap, maka produktivitas

meningkat.

Secara garis besar peningkatan produktifitas dapat terjadi jika

(Sumanth,):

a) Jumlah hasil produksi meningkat dengan menggunakan sumber

daya yang sama.

b) Jumlah hasil produksi yang sama atau meningkat dengan

penggunaan sumber daya berkurang.

c) Jumlah hasil produksi yang jauh lebih besar di peroleh dengan

pertambahan sumber daya yang relatif lebih kecil.

a. Faktor Pengaruh Tingkat Produktivitas

Faktor yang mempengaruhi usaha peningkatan produktifitas adalah

(Sumanth,) :

1. Faktor teknis : Yaitu faktor yang berhubungan degan pemakaian

dan penerapan metode kerja yang lebih efektif dan efisien.

2. Faktor manusia : Yaitu faktor yang mempunyai pengaruh

terhadap usaha-usaha yang dilakukan manusia dalam

menyelesaikan pekerjaannya.

27

7. Metode FTA (Fault Tree Analysis)

Teknik untuk mengidentifikasikan kegagalan (failure) dari suatu

sistem dengan memakai FT (fault tree) diperkenalkan pertama kali pada

tahun 1962 oleh Bell Telephone Laboratories dalam kaitannya dengan

studi tentang evaluasi keselamatan sistem peluncuran minuteman misile

antar benua. Boeing company memperbaiki teknik yang dipakai oleh

Bell Telephone Laboratories dan memperkenalkan progam komputer

untuk melakukan analisa dengan memanfaatkan FT baik secara kualitatif

maupun secara kuantitatif.

Metode FTA (Fault Tree Analysis) merupakan metode untuk

menganalisis, menampilkan dan mengevaluasi kegagalan didalam

sebuah system, sehingga menyediakan suatu mekanisme untuk system

yang efektif pada sebuah tingkat evaluasi resiko (Stamatelatos, 2002).

Teknik ini berguna untuk menggambarkan dan menaksir kejadian dalam

suatu system. FTA menunjukkan kemungkinan-kemungkinan penyebab

kegagalan system dari beberapa kejadian dan bermacam-macam

masalah.

FTA menggunakan 2 simbol utama yang disebut events dan gates. Ada

tiga tipe event yaitu (Stamatelatos, 2002):

a) Primary event : Sebuah tahap dalam proses penggunaan produk

yag mungkin saat gagal. Sebagai contoh saat memasukkan kunci

kedalam gembok, kunci tersebut mungkin gagal untuk pas/sesuai

dengan gembok. Primary event lebih lanjut dibagi menjadi tiga

28

kategori antara lain Basic event, Undeveloped events, External

events.

a. Intermediate event : Hasil dari kombinasi kesalahan-kesalahan,

beberapa diantaranya mungkin primary event. Intermediate event ini

ditempatkan di tengah-tengah sebuah fault tree.

b. Expanded Event : Membutuhkan sebuah fault tree yang terpisah

dikarenakan kompleksitasnya. Untuk fault tree yang baru ini,

expanded event adalah undesired event dan diletakkan pada bagian

atas fault tree.

A. Istilah-istilah Metode FTA (Fault Tree Analysis)

Menurut Akagamis ,ada beberapa istilah dalam metode FTA yaitu : Tabel 2.1 Istilah-istilah FTA

Istilah Keterangan Event Penyimpangan yang tidak diinginkan/diharapkan

dari suatu keadaan normal pada suatu komponen dari system.

Top event Kejadian yang tidak dikehendaki pada “puncak” yang akan diteliti lebih lanjut kearah kejadian dasar lainnya dengan menggunakan gerbang-gerbang logika untuk menentukan penyebab dan kekerapannya.

Logic gate Hubungan secara logika antara input (kejadian yang dibawah). Hubungan logika ini dinyatakan dengan gerbang DAN atau gerbang ATAU.

Transferred

event

Segitiga yang digunaka symbol transfer. Simbol ini menunjukkan bahwa uraian kejadian berada di halaman lain.

Underveloped

event

Kejadian dasar (basic event) yang tidak akan dikembangkan lebih jauh karena sudah tersedianya informasi.

Basic event

Kejadian yang tidak diharapkan yang dianggap sebagai penyebab dasar sehingga perlu dilakukan analisa lebih lanjut.

Sumber: Akagamis (1999).

29

Gambar 2.4 Diagram FTA (Faulth Tree Analysis)

Sumber: Akagamis (1999).

B. Tahapan Analisa FTA (Fault Tree Analysis)

Terdapat 5 tahapan untuk melakukan analisa dengan Fault Tree

Analysis (FTA), yaitu sebagai berikut (Priyanti, 2000) :

1. Mendefinisikan masalah dan kondisi batas dari suatu system yang

ditinjau.

2. Penggambaran model grafis Fault Tree

3. Mencari minimal cut set dari analisa Fault Tree

4. Melakukan analisa kualitatif dari Fault Tree

5. Melakukan analisa kuantitatif dari Fault Tree

C. Manfaat Metode FTA (Fault Tree Analysis)

Ada beberapa manfaat menggunakan metode FTA, yaitu sebagai

berikut (Priyanti, 2000) :

a) Dapat menetukan faktor penyebab yang kemungkinan besar

menimbulkan kegagalan.

30

b) Menetukan tahapan kejadian yang kemungkinan besar sebagai

penyebab kegagalan.

c) Menganalisa kemungkinan sumber-sumber risiko sebelum

kegagalan timbul.

d) Menginvestigasi suatu kegagalan.

D. Kelebihan Metode FTA (Fault Tree Analysis)

a) Mudah menjelaskan semua perbedaan interaksi penyebab untuk

menghasilkan kerugian.

b) Penyebab dasar dan logis dalam penyebab kerugian bisa

dimengerti.

c) Dapat membuat tindakan pencegahan yang tepat untuk

mengeliminir penyebab dasar sehingga kerugian yang sama tidak

akan muncul lagi.

d) Dapat menghitung evaluasi kualitatif dan kuantitatif dari kerugian.

E. Kerangka Pikir

Berikut ini adalah gambaran kerangka pemikiran untuk mengetahui

“Peningkatan Produktivitas Perusahaan Produksi Beras”.

Gambar 2.5 Kerangka Pikir Peningkatan Produktvitas Produksi Beras

Sumber : (Heizer & Render, 2005)

Sumber Daya yang

Digunakan

Produktivitas : 1.Utilitas Jam Kerja 2.Konsumsi Energi 3.Utilitas TK 4.Rasio Produk Cacat 5.Rasio Produk Baik 6.Rasio Kerusakan

Mesin

Fault Tree Analysis Usulan peningkatan produktivitas pada perusahaan produksi beras

31

Keterangan kerangka pikir peningkatan produktivitas produksi

beras:

Kerangka pikir diatas menjelaskan bahwa pengukuran

produktivitas yang dilakukan pada perusahaan produksi beras terutama

pada perusahaan UD.Umeka dan UD.Terang Jaya dilakukan dengan

Metode Omax dan Fault Tree Analysis (FTA), yaitu Objectives Matrix

(OMAX) adalah suatu sistem pengukuran produktivitas parsial yang di

kembangkan untuk memantau produktivitas di suatu perusahaan atau di

tiap bagian saja, dengan rasio produktivitas yang sesuai dengan

keberadaan bagian tersebut, kemudian dilanjutkan dengan metode FTA

yang merupakan metode untuk menganalisis, menampilkan dan

mengevaluasi kegagalan didalam sebuah sistem. Teknik ini berguna untuk

menggambarkan dan menaksir kejadian dalam suatu sistem yakni dalam

penggunaan mesin Dynamo dan mesin diesel, dengan menggunakan Omax

dan FTA maka akan terlihat bagaimana tingkat produktivitas dan usulan

peningkatan produktivitas pada perusahaan UD.Umeka dan UD.Terang

Jaya.