dea guiding

22

Click here to load reader

Upload: kokomu07

Post on 15-Jun-2015

132 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Dea Guiding

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI

NOMOR 25 TAHUN 2006 TENTANG

PRAMUWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR BALI, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan Peraturan Pemerintah Daerah Provinsi Daerah Tingkat I Bali

Nomor 10 Tahun 1989 tentang Pramuwisata perlu menetapkan Peraturan Gubernur tentang Pramuwisata;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 64 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah-daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1649);

2. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3427);

1

Page 2: Dea Guiding

3. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perunang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);

4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Menjadi8 Undnag-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1979 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Dalam Bidang Kepariwisataan Kepada Daerah Tingkat I (Lembaran Ngara Republik Indonesia Tahun 1979 Nomor 34, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3144);

6. Peraturan Daerah Provinsi Daerah Tingkat I Bali Nomor 10 Tahun 1989 tentang Pramuwisata (Lembaran Daerah Provinsi Daerah Tingkat I Bali Tahun 1990 Nomor 147, Seri C Nomor 1 ).

2

Page 3: Dea Guiding

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG PRAMUWISATA

BAB I KETENTUAN UMUM

Pasal 1 Dalam Peraturan Gubernur ini yang dimaksud dengan : 1. Gubernur adalah Gubernur Bali. 2. Kabupaten atau Kota adalah Kabupaten atau Kota se-Bali 3. Dinas Pariwisata adalah Dinas Pariwisata Provinsi Bali. 4. Pramuwisata adalah seseorang yang bertugas memberikan

bimbingan, penerangan danpetunjuk tentang obyek wisata serta membantu segala sesuatu yang diperlukan wisatawan.

5. Obyek dan Daya Tarik Wisata adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata.

6. Biro Perjalanan Wisata adalah usaha yang merencanakan perjalanan wisata dan/atau jasa pelayanan penyelenggaraan wisata.

3

Page 4: Dea Guiding

7. Sertifikat Kursus Pramuwisata yang selanjutnya disebut SKP adalah sertifikat sebagai bukti menamatkan kursus pramuwisata.

8. Sertifikat Pramuwisata adalah sertifikat sebagai bukti telah mengikuti dan lulus ujian pramuwisata.

9. Kartu tanda Pengenal Pramuwisata yang selanjutnya disebut KTPP adalah izin operasional pramuwisata.

10. Lembaga Pendidikan Tinggi adalah lembaga pendidikan tinggi yang mempunyai kompetensi di bidang kepariwisataan, kebudayaan Bali, dan /atau agama Hindu.

BAB II PERSYARATAN

Pasal 2 (1) Pramuwisata digolongkan menjadi :

a. pramuwisata muda; b. pramuwisata madya; dan c. pramuwisata khusus.

(2) Pramuwisata muda bertugas dalam 1 (satu) wilayah Kabupaten atau Kota.

(3) Pramuwisata madaya bertugas dalam wilayah Provinsi Bali.

4

Page 5: Dea Guiding

(4) Pramuwisata khusus bertugas pada obyek dan daya tarik wisata tempat pramuwisata khusus bertempat tinggal.

Pasal 3 (1) Pramuwisata harus memiliki Sertifikat Pramuwisata dan

KTPP. (2) Sertifikat Pramuwisata dan KTPP sebagaimana dimaksud

pada ayat 91) dikeluarkan oleh Kepala Dina Pariwisata atas nama Gubernur.

(3) Bentuk, warna, dan ukuran Sertifikat Pramuwisata dan KTPP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum pada huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, huruf e dan huruf f Lampiran yang tidak terpisahkan dari Peraturan Gubernur ini.

Pasal 4 (1) Untuk memperoleh KTPP sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 3 ayat (2) permohonan diajukan kepada Gubernur melalui Kepala Dinas Pariwisata dengan mengisi formulir.

(2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dilampiri :

a. foto copy kartu tanda penduduk; b. fotocopy sertifikat pramuwisata;

5

Page 6: Dea Guiding

c. surat keterangan berkelakuan baik dari Kepolisian Republik Indonesia; dan

d. surat keterangan sehat jasmani dan rohani dari dokter.

(3) Formulir sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum pada huruf g Lampiran yang tidak terpisahkan dari Peraturan Gubernur ini.

Pasal 5 (1) KTPP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1)

berlaku selama 3 (tiga) tahun sejak saat tanggal dikeluarkan.

(2) KTPP yang akan berakhir masa berlakunya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diperpanjang.

(3) Permohonan perpanjangan KTPP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus sudah diajukan kepada Gubernur melalui Kepala Dinas Pariwisata selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sebelum masa berlaku ktpp berakhir, dengan mengisi formulir.

(4) Formulir sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tercantum pada huruf h lampiran yang tidak terpisahkan dari Peraturan Gubernur ini.

6

Page 7: Dea Guiding

Pasal 6 (1) Pramuwisata dapat diberikan KTPP seumur hidup apabila :

a. telah melaksanakan tugas pramuwisata selama 25 (dua puluh lima) tahun secara berturut-turut; dan

b. telah berumur sekurang-kurangnya 60 (enam puluh) tahun.

(2) Untuk mendapatkan KTPP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mengajukan permohonan kepada Gubernur melalui Kepala Dinas pariwisata dengan mengisi formulir.

(3) Formulir sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tercantum pada Lampiran 1 yang tidak terpisahkan dari Peraturan Gubernur ini.

BAB III UJIAN PRAMUWISATA

Pasal 7 (1) Untuk mendapatkan Sertifikat Pramuwisata sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) harus lulus ujian pramuwisata.

(2) Ujian pramuwisata sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan oleh tim yang dibentuk oleh Kepala Dinas pariwisata.

7

Page 8: Dea Guiding

Pasal 8 (1) Untuk dapat mengikuti ujian pramuwisata muda harus

memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. warga Negara Republik Indonesia; b. bertempat tinggal di Kabupaten atau Kota sekurang-

kurangnya 2 (dua) tahun yang dibuktikan dengan kepemilikan Kartu Tanda Penduduk;

c. berusia sekurang-kurangnya 18 (delapan belas) tahun; d. melampirkan surat keterangan berkelakuan baik dari

Kepolisian Republik Indonesia; e. menguasai bahasa Indonesia dan salah satu bahasa

asing dengan baik dan benar; f. menguasai ilmu bumi pariwisata, kependudukan,

sejarah, kebudayaan daerah Kabupaten atau Kota tempat calon pramuwisata muda bertempat tinggal, dan kebudayaan daerah Bali;

g. memiliki SKP; h. berpendidikan sekurang-kurangnya sekolah lanjutan

tingkat atas atau yang sederajat; dan i. sehat jasmani dan rohani.

(2) Untuk dapat mengikuti ujian pramuwisata madya harus : a. warga Negara Republik Indonesia; b. bertempat tinggal di Kabupaten atau kota sekurang-

kurangnya 2 (dua) tahun yang dibuktikan dengan kepemilikian Kartu Tanda Penduduk;

8

Page 9: Dea Guiding

c. berusia sekurang-kurangnya 22 (dua pukuh dua ) tahun;

d. melampirkan surat keterangan berkelakuan baik dari Kepolisian Republik Indonesia;

e. menguasai bahasa Indonesia dan salah satu bahawa asing denganbaikd an benar;

f. memiliki keterampilan dalam memimpin dan mengatur perjalanan wisata;

g. memiliki sertifikat pramuwisata muda atau telah berpengalaman di bidang pramuwisata selama 3 (tiga) tahun;

h. menguasai ilmu bumi pariwisata, kependudukan, sejarah, kebudayaan daerah Bali dan Indonesia;

i. memiliki SKP; j. berpendidikan sekurang-kurangnya sekolah lanjutan

tingkat atas atau yang sederajat; dan k. sehat jasmani dan rohani

BAB IV KURSUS PRAMUWISATA

Pasal 9 Untuk memiliki SKP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) huruf g, ayat (2) huruf I, ayat (3) huruf g harus menamatkan kursus pramuwisata yang diselenggarakan oleh Lembaga Pendidikan Tinggi.

9

Page 10: Dea Guiding

BAB V PELAKSANAAN TUGAS PRAMUWISATA

Pasal 10 Pramuwisata dalam melaksanakan tugasnya harus : a. menaati kode etik profesi pramuwisata; b. Mengenakan KTP sesuai penggolongannya sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1); dan c. Menaati acara perjalanan yang telah ditetapkan.

Pasal 11 (1) Pramuwisata dalam melaksanakan tugasnya harus

memakai pakaian adat Bali. (2) Pakaian adapt Bali sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

terdiri dari : a. untuk pria mengenakan :

1. destar, 2. baju kemeja; 3. saput atau selempot,d an 4. kain lelancingan

b. untuk wanita mengenakan: 1. tata rambut diikat rapi; 2. baju kebaya; 3. anteng, dan 4. kain panjang atau kamben.

10

Page 11: Dea Guiding

Pasal 12 Pramuwisata dapat memakai pakaian sesuai dengankebutuhan kegiatan dengan memperhatikan kesopanan, keserasian, dan keindahan apabila menjalankan tugas kegiatan : a. wisata tirta; b. mendaki gunung dan bukit; c. tracking; d. perkemahan.

BAB VI PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pasal 13 (1) Pembinaan dan pengawasan terhadap pramuwisata

dilakukan oleh Kepala Dinas pariwisata atas nama Gubernur.

(2) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi : a. hukum dan administrasi; b. pengetahuan teknis; c. prilaku.

11

Page 12: Dea Guiding

BAB VII KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 14 Pramuwisata yang memiliki KTPP Sementara sebelum ditetapkannya Peraturan Gubernur ini harus memiliki Sertifikat Pramuwisata dalam tenggang waktu selambat-lambatnya 5 (lima) tahun sejak tanggal ditetapkannya Peraturan Gubernur ini.

BAB VIII KETENTUAN PENUTUP

Pasal 15 Pada saat Peraturan Gubernur ini mulai berlaku, Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Bali Nomor 599 Tahun 1991 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 10 Tahun 1990 tentang Pramuwisata (Lembaran Daerah Provinsi Daerah Tingkat I Bali Tahun 1991 Nomor 349 Seri D Nomor 347) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 16 Peraturan Gubernur ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

12

Page 13: Dea Guiding

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Gubernur ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Provinsi Bali.

Ditetapkan di Denpasar Pada tanggal 5 September 2006 GUBERNUR BALI, DEWA BERATHA

Diundangkan di Denpasar Pada tanggal 5 September 2006 SEKRETARIS DAERAH PROVINSI BALI, I NYOMAN YASA BERITA DAERAH PROVINSI BALI TAHUN 2006 NOMOR 25.

13

Page 14: Dea Guiding

LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR BALI

TANGGAL 5 SEPTEMBER NOMOR 25 TAHUN 2006 TENTANG

PRAMUWISATA a. Sertifikat Pramuwisata Muda

LAMBANG DAERAH

PEMERINTAH PROVINSI BALI SERTIFIKAT

NOMOR : …………………………………….. Nama : …………………………………….. Tempat dan Tanggal Lahir : …………………………………….. Telah mengikuti dan lulus ujian Pramuwisata Muda yang diselenggarakan oleh Panitia Penyelenggara Ujian Pramuwisata Provinsi Bali, dari tanggal ………………………………………… Sampai …………………………………. Dengan spesifikasi bahasa ………………..………………… Pemegang Sertifikat ini berhak melakukan tugas sebagai Pramuwisata Muda di Daerah Kabupaten / Kota sesuai dengan ketentuan yang berlaku. ……………………………………. (…………………………………….) Yang mengeluarkan sertifkat

Page 15: Dea Guiding

1PELATIHAN BUDAYA LOKAL DAN WISATAWANPADA PRAMUWISATA DI OBJEK WISATA SANGEH, KABUPATEN BADUNGSUDANA, I P., M.SUKANA, I N.ARIANA,I M.ADIKAMPANA, I G.B. SASRAWAN MANANDA, I M.SENDRAProgram Studi Pariwisata Universitas UdayanaABSTRACTThe holy monkey forest Sangeh is well-known of Macaca Fascicularisin in the 10 ha of pala(Dipterocarpus Trinervis) forest. Beside the forest which is hundred years old, these attractionalso have Bukit Sari temple since 17th century when the Mengwi kingdom exist. Othersattraction are Melanting, Tirta, Anyar temple, and lanang wadon (male-female) tree. Thesetourist attraction is managed by local traditional village (desa adat) Sangeh.The guide has a big role in tourism development. In order to do their duty, they have to makethe tourist understand and pay attention to them, so it can give good image for the touristattraction. The cross cultural understanding is the key success to improve the interactionquality between host and guest in the service context. The guide needs to pay attention of thedifferent culture in communication as they interact with the tourist intensively.The local guides understand well the background of Sangeh tourist attraction, history,tradition, local genius, international politic, geography, and gastronomy. However, the skill ofthe local guide in speaking English language are varieted, some people can speak fluently butsome of them not. Most of the local guide was not joining the foreign language course;however, some of them had worked in the big hotel. They also have some difficulties tocommunicate foreign languages and that make little conversation with the tourist that visitSangeh. From the tourist culture aspect shows that the local guides have lack understanding ofhistory, site background, and customs of the tourist. The local guides also have somedifficulties after escorting the tourist guides as they don’t want the tourist think that theyexpect the tipping aggresively.Keywords: Local Culture, Tourist Culture, Local Guide, TrainingPENDAHULUANPramuwisata merupakan kebutuhan mutlak yang harus ada dalam pengembangankepariwisataan. Yoeti (2000) mengatakan bahwa pramuwisata adalah duta bangsa, yaituseseorang yang diharapkan dapat memberikan informasi dan penjelasan tentang apa danbagaimana Indonesia sebagai suatu negara, terutama mengenai filsafat yang dianutnya, politikdalam dan luar negerinya, penduduknya, adat istiadatnya serta potensi ekonomi yangdimilikinya, disamping obyek dan atraksi wisata yang dimilikinya.Dengan demikian dapat diketahui bahwa pramuwisata memiliki peranan yang cukupbesar dalam memajukan pariwisata. Dalam menjalankan tugasnya seorang pramuwisata harusselalu berusaha agar wisatawan dapat mengerti dan selalu memperhatikan apa yang2disampaikannya, sehingga dapat memberi kesan (image) yang baik tentang daerah wisatayang dijelaskannya. Seorang pramuwisata juga dituntut harus memiliki kemampuan danpengetahuan yang cukup terutama daerah wisata, pengetahuan budaya lokal dan wisatawan,serta kemampuan bahasa yang dapat dimengerti oleh wisatawan.Pemahaman lintas budaya merupakan kunci sukses dalam meningkatkan kualitasinteraksi dengan memperhatikan kepuasan antara kedua aktor (Burn and Holden, 1995:117).

Page 16: Dea Guiding

Pramuwisata yang berinteraksi secara intensif dengan wisatawan perlu memperhatikanperbedaan budaya dalam komunikasi tersebut. Salah satu rekomendasi yang diberikan olehReisinger (1997:129) dalam mengembangkan “cross cultural” yang baik antara masyarakattuan rumah dengan wisatawan adalah memberikan pendidikan masyarakat di daerah tujuanwisata mengenai politik internasional, geografi, sejarah, gastronomi dan bahasa asing.Hasil penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa angkatan III Program MagisterKajian Pariwisata Universitas Udayana tahun 2004 melaporkan bahwa pemahamanmasyarakat Bali terhadap budaya lokal dan wisatawan masih sangat kurang. Masyarakatkurang begitu memahami latar belakang budaya sendiri maupun wisatawan yang berkunjungke daerahnya.Kondisi ini sangat mengkhawatirkan terutama bagi mereka yang melakukan kontaklangsung dengan wisatawan termasuk pramuwisata lokal yang terdapat di objek-objek wisataseperti objek wisata Sangeh. Oleh karena itu diperlukan suatu kegiatan penyuluhan mengenaibudaya lokal dan wisatawan bagi pramuwisata, sehingga dapat terjadi keharmonisanhubungan antara pramuwisata dengan wisatawan. Pramuwisata mendapatkan manfaatekonomi dan wisatawan memperoleh kepuasan estetis dari jasa yang mereka dapatkan. Olehkarena itu diperlukan suatu kegiatan pelatihan budaya lokal dan wisatawan pada pramuwisatadi objek wisata Sangeh, Kabupaten Badung.METODE PEMECAHAN MASALAHKegiatan ini dilakukan dengan cara ceramah, diskusi, sehingga pramuwisata di objekwisata Sangeh, Kabupaten Badung mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenaibudaya lokal dan wisatawan. Sebelum diberikan pemahaman lebih mendalam mengenaibudaya, dilakukan diskusi untuk mengidentifikasi berbagai kendala teknis dalam melakukankegiatan memandu wisatawan. Diskusi tersebut sekaligus merupakan cross check hasilwawancara sebelumnya dengan pramuwisata dan informan lainnya yang berkompeten.3HASIL DAN PEMBAHASANDalam hasil kegiatan akan diuraikan mengenai gambaran umum objek wisata alamSangeh dan pemahaman budaya lokal dan wisatawan.Gambaran Umum Objek Wisata SangehBerdasarkan mitologi yang diyakini oleh masyarakat Sangeh dan sekitarnya, namaSangeh erat kaitannya dengan keberadaan hutan pala (Dipterocarpus Trinervis). NamaSangeh berasal dari dua suku kata, yaitu sang yang berarti orang dan ngeh yang berartimelihat, sehingga Sangeh berarti orang yang melihat. Konon, kayu-kayu (pala) dalamperjalanan dari Gunung Agung (Bali Timur) menuju Bali Barat terhenti di suatu tempatkarena ada orang yang melihat, yang sampai sekarang disebut Sangeh.Objek wisata Sangeh mulai dirintis pada 1 Januari 1969 dan mulai mengalamikemapanan pada tahun 1971 dengan sumber pembiayaan pembangunan dari sumbangan(dana punia) yang dikenakan kepada setiap pengunjung yang masuk. Sejak 1 Januari 1996retribusi yang dikenakan berdasarkan Perda Tk. II Badung No. 20 tahun 1995.Objek wisata Sangeh terkenal karena keberadaan kera dalam hutan pala dalam arealseluas 10 ha. Selain hutan pala yang sudah berumur ratusan tahun, di objek ini juga terdapatPura Bukit Sari yang merupakan pura peninggalan abad XVII yaitu pada masa kejayaankerajaan Mengwi. Daya tarik lainnya berupa Pura Melanting, Tirta, Anyar dan pohon lanangwadon (laki-perempuan). Objek ini pengelolaannya sepenuhnya dilakukan oleh desa adatSangeh.Hutan pala Sangeh dihuni oleh kera abu ekor panjang (Macaca Fascicularis) yangberjumlah kurang lebih 600 ekor. Kera ini oleh masyarakat sekitar diyakini sebagai jelmaan

Page 17: Dea Guiding

Prajurit Putri yang suci dan sakral, sehingga masyarakat sekitar tidak berani mengganggukeberadaannya. Kera ini hidup layaknya masyarakat Bali yang membagi dirinya menjadikelompok (banjar). Kelompok kera dibagi dalam 3 (tiga) banjar yaitu banjar Timur, Tengahdan Barat dengan pemimpinnya masing-masing.Kera dalam kehidupannya melakukan persaingan-persaingan di antara pejantanpejantandalam memperebutkan raja atau ketua, dan dengan kelompok lain untukmemperebutkan daerah kekuasaan. Kelompok yang paling kuat akan menguasai banjarTengah yang memilki sumber makanan paling banyak.Setiap pengunjung akan ditemani oleh seorang pramuwisata lokal guna memberikaninformasi sekaligus menjaga keamanan dan kenyamanan. Setiap pengunjung yang menstruasi4atau cuntaka diharapkan tidak memasuki kawasan suci (pura), mengingat objek wisataSangeh disakralkan oleh masyarakat setempat.Pemahaman Budaya Lokal dan WisatawanBudaya dapat diartikan sebagai daya dari budi yang berupa cipta, rasa, dan karsa.Manusia membentuk dan dibentuk oleh budaya itu sendiri. Dalam konteks pariwisata, budayadapat menjadi daya tarik wisatawan untuk melakukan kunjungan dan menjadi hal yang sangatpenting untuk diperhatikan dalam proses pemberian pelayanan. Pemahaman budaya yang baikakan meningkatkan pemahaman seseorang terhadap orang lain terlebih bagi seorangpramuwisata.Pramuwisata lokal dalam memberikan pelayanan kepada wisatawan yang berkunjungke objek wisata Sangeh menjelaskan berbagai potensi budaya dan fisik yang menarik bagiwisatawan. Mereka juga mencoba mengenal lebih jauh kebudayaan wisatawan yang dipanduberkeliling ke dalam objek tersebut. Pramuwisata juga menggunakan bahasa asing terutamabahasa Inggris sebagai salah satu bagian dari budaya.Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pramuwisata memahami dengan baik asal-usulobjek wisata Sangeh, sejarah, tradisi, kearifan lokal, politik internasional, geografi, sejarah,astronomi. Namun, keterampilan pramuwisata dalam berbahasa Inggris sangat bervariasi, adayang mampu berbahasa asing dengan baik dan ada yang masih sangat kurang. Hampir semuapramuwisata tidak pernah mengikuti kursus bahasa asing, hanya beberapa dari mereka yangsempat bekerja di sebuah hotel besar.Pramuwisata objek wisata Sangeh umumnya mengalami kesulitan dalamberkomunikasi bahasa Inggris. Kesulitan itu membuat minimnya komunikasi mereka denganwisatawan yang berkunjung ke objek wisata Sangeh. Pramuwisata kurang memahami budayawisatawan baik dari sejarah, asal-usul, dan kebiasaan-kebiasaan mereka. Pramuwisataterkadang mengalami kesulitan dalam bersikap pada saat selesai memandu wisatawan asingagar tidak dianggap terlalu mengharapkan imbalan (tipping).Kegiatan pengabdian kepada masyarakat berupa “Pemahaman Pramuwisata di ObjekWisata Sangeh, Kabupaten Badung terhadap Budaya Lokal dan Wisatawan” telah berhasilmembekali pengetahuan dan keterampilan budaya maupun bahasa Inggris. Setelah kegiatan,seluruh peserta memperlihatkan rasa percaya diri mereka saat menjelaskan kepada wisatawan.Peserta sangat antusias mengikuti diskusi tentang potensi sumber daya budaya obejek wisataSangeh dan kebiasaan wisatawan yang sering dijumpai.5Dalam diskusi tentang bahasa Inggris, peserta diperkenalkan cara-cara pengucapan

Page 18: Dea Guiding

salam (greeting) yang sopan (polite). Penggunaan bahasa praktis yang paling seringdigunakan juga dejelaskan untuk menciptakan suasana keakraban kepada wisatawan. Selamakegiatan, disampaikan cara menjelaskan pura, pohon lanang wadon, hutan pala danbagaimana mengucapkan terima kasih atas kunjungan wisatawan. Seluruh peserta juga diajakberdiskusi beberapa kendala yang mereka hadapi saat melakukan komunikasi denganwisatawan asing.SIMPULAN DAN SARANSimpulanDari pembahasan di atas, beberapa simpulan dapat disampaikan sebagai berikut.Secara umum, kegiatan pelatihan budaya lokal dan wisatawan berjalan dengan lancar,motivasi peserta dalam pemahaman budaya lokal dan wisatawan dapat ditingkatkan, pesertamendapat pengetahuan dan keterampilan budaya lokal dan wisatawan yang sangat bermanfaatsaat memandu wisatawan dan mereka sadar bahwa pemahaman budaya lokal dan wisatawansangat penting dan diharapkan pengetahuan mereka dapat tertular kepada masyarakat lainnya.SaranPramuwisata objek wisata Sangeh hendaknya secara intensif memperbaiki pemahamanbudaya lokal dan wisatawan dengan melakukan tukar-menukar pengetahuan sesamapramuwisata, serta perlu disiapkan keterampilan lainnya seperti physical contact, gesture,posture, dan eye contact.UCAPAN TERIMAKASIHAtas bantuan dan kerjasama yang baik, diucapkan terima kasih kepada :Rektor UniversitasUdayana melalui Ketua Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat yang telah meberidukungan dana sehingga kegiatan ini dapat berjalan, Ketua Program Studi PariwisataUniversitas Udayana, Ketua Pramuwisata Objek Wisata Sangeh, Pramuwisata Objek WisataSangeh serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu atas segala bantuannya.6DAFTAR PUSTAKABurns, P M and Holden,A.1995. Tourism: a New Perspective, Prestice Hall International(UK) Limited, Hemel Hempstead.Karya Siswa Angkatan III. 2004. Pemahaman Masyarakat Daerah Tujuan Wisata (DTW) diBali Terhadap Budaya Lokal dan Budaya Wisatawan, Program Magister (S2) KajianPariwisata, Pascasarjana Universitas Udayana, Denpasar.Reisinger, Y. 1997. Social Contact Between Tourist and Host of Different CulturalBackgrounds, dalam The Earthscan Reader in Sustainable Tourism, Lesley France(ed), Earthscan Publication Ltd., United Kingdom (UK).Yoeti, Oka A. 2000. Guiding System: Suatu Pengantar, Jakarta; PT. Pradnya Paramita.