dea edit- plasmodium
TRANSCRIPT
Tanggal Praktikum : Kamis, 3 Juli 2014
Materi Praktikum : PEMERIKSAAN MALARIA
1. Pembuatan dan pewarnaan sediaan darah tebal dan sediaan darah tipis.
2. Pemeriksaan malaria melalui identifikasi Plasmodium sp pada sediaan darah tebal
dan sediaan darah tipis.
Tujuan Praktikum :
1. Untuk mengetahui teknik pengecatan giemsa yang baik pada sediaan darah tebal dan
sediaan darah tipis.
2. Untuk mengidentifikasi dan mengamati parasit malaria pada darah dengan metode
sediaan darah tebal dan sediaan darah tipis.
Prinsip Pemeriksaan:
1. Prinsip sediaan hapusan : dibuat hapusan darah tebal dan hapusan darah tipis pada objek
glass.
2. Prinsip pewarnaan : didasarkan pada sifat kimiawi dalam sel yaitu zat warna yang
bersifat asam akan bereaksi dengan komponen sel yang bersifat alkalis dan sebaliknya
sehingga menghasilkan warna pada sel.
Dasar Teori :
Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit yang merupakan
golongan Plasmodium, dimana proses penularannya melalui gigitan nyamuk Anopheles betina.
Protozoa parasit jenis ini, banyak sekali tersebar di wilayah tropik, misalnya di Amerika, Asia,
dan Afrika. Ada empat tipe plasmodium parasit yang dapat menginfeksi manusia, namun yang
paling sering ditemui pada penyakit malaria adalah Plasmodium ovale dan Plasmodium
malariae.
Siklus seksual Plasmodium falciparum dalam nyamuk sama seperti pada Plasmodium
yang lain. Siklus berlangsung 22 hari pada suhu 20°C, 15 – 17 hari pada suhu 23°C dan 10 – 11
hari pada suhu 25 – 28°C. Pigmen pada ookista berwarna agak hitam dan butir butinya relative
besar, membentuk pola pada kista sebagai lingkaran ganda sekitar tepinya, tetapi dapat tersusun
sebagai lingkaran kecil dipusat atau sebagai garis lurus ganda. Pada hari ke- 8 pigmen tidak
tampak kecuali beberapa butir masih dapat dilihat.
Plasmodium vivax hanya menyerang erytrocyt muda (reticulocyt), dan tidak dapat
menyerang/tidak mampu menyerang erytrocyt yang masak. Segera setelah invasi kedalam
erytrocyt langsung membentuk cincin., cytoplasma menjadi aktif seperti ameba membentuk
pseudopodia bergerak ke segala arah sehingga disebut “vivax”. Infeksi terhadap erytrocyt lebih
dari satu trophozoit dapat terjadi tetapi jarang. Pada saat trophozoit berkembang erytrocyt
membesar, pigmennya berkurang dan berkembang menjadi peculiar stipling disebut “Schuffners
dot”. Dot (titik) tersebut akan terlihat bila diwarnai dan akan terlihat parasit di dalamnya. Cincin
menempati 1/3-1/2 dari erytrocyt dan trophozoit menempati 2/3 dari sel darah merah tersebut
selama 24 jam. Granula hemozoin mulai terakumulasi sesuai dengan pembelahan nucleus dan
terulang lagi sampai 4 kali, terdapat 16 nuclei pada schizont yang masak. Bila terjadi imunitas
atau diobati chemotherapi hanya terjadi sedikit nyclei yang dapat diproduksi. Proses schizogony
dimulai dan granula pigmen terakumulasi dalam parasit. Merozoit yang bulat dengan diameter
1,5 um langsung menyerang erytrocyt lainnya. Schizogony dalam erytrocyt memakan waktu 48
jam.
Beberpa merozoit berkembang menjadi gametocyt, dan gametocyt yang masak mengisi
sebagian besar erytrocyt yang membesar (10um). Sedangkan mikrogametocyt terlihat lebih kecil
dan biasanya hanya terlihat sedikit dalam erytrocyt. Gametocyt memerlukan 4 hari untuk masak.
Perbandingan antara macro:microgametocyt adalah 2:1, dan salah satu sel darah kadang diisi
keduanya (macro+micro) dan schizont.
Pemeriksaan laboratorium untuk meningkatkan diagnosa penyakit malaria dapat
dilakukan dengan banyak metode. Salah satu yang diyakini dapat menemukan jenis serta stadium
dari parasit plasmodium adalah pembacaan sediaan darah malaria.
Salah satu metode pembuatan sediaan adalah metode oles. Metode oles adalah suatu
pembuataan sediaan dengan jalan mengoles/membuat selaput (film) dari substansi yang berupa
cairan atau bukan cairan di atas kaca objek yang bersih dan bebas lemak, untuk kemudian
difiksasi, diwarnai, dan diperiksa di bawah mikroskop. Bahan yang sering dibuat sediaan oles
adalah darah, nanah, atau jaringan tertentu. Pembuatan sediaan oles antara lain pembuatan
sediaan darah tipis , pembuatan sediaan darah tebal, pembuatan sediaan oles dari jaringan, dan
pembuatan sediaan nanah yang tebal.
Pemeriksaan tetes darah untuk malaria dengan pemeriksaan mikroskopis darah tepi untuk
menemukan adanya parasit malaria sangat penting untuk menegakkan diagnosa. Pemeriksaan
satu kali dengan hasil negatif tidak mengeyampingkan diagnosa malaria. Pemeriksaan darah tepi
tiga kali dengan hasil negatif malaria, dignosa malaria dapat dikesampingkan. Pemeriksaan darah
tepi dapat dilakukan dengan sediaan darah tipis dan sediaan darah tebal.
Sediaan darah tipis dibuat dari setetes darah yang dihapus secara merata ke ujung sampai
diangkat. Ujung yang tipis diharapkan terjadi karena darah terhapus bukan karena terangkat.
Sediaan darah tipis hanya digunakan untuk melihat morfologi sel parasit. Sedangkan sediaan
darah tebal dibuat dari dua tetes darah kira-kira 20 ml dan dibuat bulat melingkar diameter 1 cm,
diharapkan tebalnya sediaan darah dapat menyebabkan berkumpulnya parasit sehingga
memudahkan dalam menemukan parasit. Tetapi sediaan darah yang terlalu tebal dapat
menyebabkan hemolisis serta zat warna giemsa sulit menjangkau pada saat pewarnaan dan
berakibat sel parasit justru bersembunyi
Alat dan Bahan
a. Alat
1. Mikroskop
2. Pipet tetes
3. Kapas steril
4. Kaca Objek dan deck glass
5. Tissue
b. Bahan
1. Alkohol 70%
2. Larutan buffer ph 7 – 7,2
3. Pewarna giemsa
4. Larutan metanol absolut
5. Sampel darah vena
\
Prosedur Kerja
A. Pembuatan sediaan darah tebal
1. Tetesan darah diteteskan pada bagian tengah objek glass, kemudian dengan ujung
objek glass yang lain, tetesan tersebut dibuat bulatan dengan cara menggerakkan
ujung objek glass secara berputar sampai terbentuk bulatan dengan garis tengah ±1cm
2. Sediaan darah dikeringkan dan kemudian diamati dibawah mikroskop.
B. Pembuatan sediaan darah tipis/hapusan darah
1. Tetsan darah diteteskan pada bagian pinggir kanan objek glass, kemudian dengan
bagian lebar objek glass yang lain, tetesan tersebut dibuat hapusan dengan cara
menggeser bagian lebar objek glass yang lain ke kanan sampai darah merata pada
bagian lebar objek glass, kemudian didorong dengan cepat ke arah kiri.
2. Sediaan darah dikeringkan dan kemudian diamati dibawah mikroskop.
C. Cara pewarnaan dan pemeriksaan sediaan darah tebal dan sediaan darah tipis
Untuk memperoleh hasil pewarnaan yang baik dapat menggunakan pedoman sebagai
berikut:
a. Kepekatan giemsa : 1 tetes giemsa dengan 20 tetes (1ml) buffer pH 7,2 (1:1).
Lamanya pewarnaan 45-60 menit (pewarnaan lambat).
b. Kepekatan giemsa : 3 tetes giemsa dengan 20 tetes (1ml) buffer pH 7,2 (3:1).
Lamanya pewarnaan 10-15 menit (pewarnaan cepat).
1. Sediaan darah tebal yang sudah dikeringkan dilisiskan terlebih dahulu dengan air
sampai hemoglobin hilang.
2. Sediaan darah tipis difiksasi dengan methanol, kemudiaan cuci dengan air bersih lalu
keringkan. Bila dalam satu objek glass terdapat sediaan darah tebal dan sediaan darah
tipis, cegahlah jangan sampai methanol mengenai sediaan darah tebal sehingga
nantinya akan mencegah proses dehemoglobinisasi pada sediaan darah tebal.
3. Susun sediaan darah tebal dan sediaan darah tipis di atas rak pewarnaan.
4. Larutan giemsa yang sudah diencerkan dengan larutan buffer pH 7,2 dituang di atas
sediaan sampai semua sediaan tertutup dengan larutan giemsa.
5. Sediaan didiamkan (waktu sesuai dengan kepekatan larutan giemsa yang digunakan).
6. Cuci dengan air mengalir sampai semua larutan giemsa hanyut/terbuang. (Larutan
giemsa tidak boleh dibuang langsung karena endapan larutan giemsa bisa melekat
pada sediaan sehingga menyulitkan pada saat pemeriksaan.
7. Sediaan dikeringkan pada suhu ruangan.
8. Periksa di bawah mikroskop dengan pembesaran lensa objektif 100x dengan oil
imersi.
Hasil Pengamatan
Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa pasien yang
terinfeksi penyakit malaria dapat dilakukan diagnose dengan cara mengambil sampel darah
orang tersebut dan melihatnya dibawa mikroskop apakah terdapat plasmodium atau tidak.
Melalui pembuatan dan pengamatan sampel darah menggunakan sediaan tetes tebal dan sediaan
tetes tipis pada praktikum dapat ditemukan adanya plasmodium pada sampel darah. Sediaan
darah tebal dilakukan pengamatan dengan tujuan untuk melihat dan menemukan adanya
plasmodium. Sedangkan sediaan tetes tipis dapat digunakan untuk mengidentifikasi jenis
plasmodiumnya dari ciri-ciri bentuk serta stadiumnya.
Plasmodium pada pengamatan sediaan darah tetes tebal
Plasmodium pada pengamatan sediaan darah tetes tipis
Diagnosis malaria falcifarum dapat dibuat dengan menemukan parasit trofozoit muda
(bentuk cincin) tanpa atau dengan stadium gametosit dalam sediaan darah tepi. Pada autopsy
dapat ditemukan pigmen dan parasit dalam kapiler otak dan alat-alat dalam.
Kesimpulan
Jadi, dari praktikum dapat disimpulkan bahwa dapat ditemukan Plasmodium vivax pada sediaan
darah tebal mengidentifikasi bahwa plasmodium lebih mudah menggunakan tetes tebal daripada
menggunakan tetes tipis karena pada tetes tebal hanya terlihat leukosit sedangkan eritrosit lisis
karena tidak difiksasi dengan methanol sehingga lebih mudah untuk menemukan plasmodium.
Tetapi kekurangannya yaitu tidak bisa atau sulit mengidentifikasi jenis plasmodiumnya dari ciri-
ciri bentuk dan stadiumnya seperti pengamatan menggunakan sediaan tetes tipis.
DAFTAR PUSTAKA
Adam, Sry Amsunir. 1992. Mikrobiologi dan Parasitologi Untuk Perawat. Jakarta : EGC.
Brown, Harold W. 1983. Dasar-Dasar Parasitologi Klinik. Jakarta : PT. Gramedia.
Indan Entjan, 2001, mikrobiologi dan parasit untuk perawat, Bandung; Citra Aditya Bakri.
J.M.Gibson, MD. 1996. Mikrobiologi dan Patologi Modern Untuk Perawat. Jakarta : EGC.
Margono, Sri. 1998. Parasitologi Kedokteran. Jakarta : FKUI.