bab ii aster

64
6 BAB II PERSPEKTIF MANAJEMEN KEPERAWATAN DI RUANG PERAWATAN UTAMA ANAK (ASTER) RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. SLAMET GARUT A. Perspektif Keperawatan Anak 1. Pengertian Perspektif keperawatan anak adalah landasan berfikir bagi perawat dalam melakukan asuhan keperawatan pada anak. 2. Tujuan a. Pencapaian derajat kesehatan yang tinggi bagi anak sebagai satu bagian dari sistem pelayanan kesehatan di keluarga b. Mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan serta tingkat kesehatan anak setinggi mungkin yang bisa dicapai oleh setap anak dalam sistem keluarga. c. Optimal: pencapaian yang tertinggi yang bisa dicapai setiap anak pada setiap aspek tumbuh kembangnya (kemandirian dan bergaul, motorik 4

Upload: ema-arum-rukmasari

Post on 24-Dec-2015

39 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

r

TRANSCRIPT

Page 1: Bab II Aster

6

BAB II

PERSPEKTIF MANAJEMEN KEPERAWATAN DI RUANG PERAWATAN UTAMA ANAK (ASTER)

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. SLAMET GARUT

A. Perspektif Keperawatan Anak

1. Pengertian

Perspektif keperawatan anak adalah landasan berfikir bagi perawat dalam

melakukan asuhan keperawatan pada anak.

2. Tujuan

a. Pencapaian derajat kesehatan yang tinggi bagi anak sebagai satu

bagian dari sistem pelayanan kesehatan di keluarga

b. Mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan serta tingkat

kesehatan anak setinggi mungkin yang bisa dicapai oleh setap anak

dalam sistem keluarga.

c. Optimal: pencapaian yang tertinggi yang bisa dicapai setiap anak pada

setiap aspek tumbuh kembangnya (kemandirian dan bergaul, motorik

halus, berbahasa dan bernalar serta motorik kasar).

d. Meningkatkan kepuasaan anak dan keluarga 

e. Mengurangi fragmentasi pemberian asuhan

3. Filosopi Keperawatn Anak

Kunci filosopi keperawatan anak adalah :

a. Family Centered Care

Keluarga merupakan unsur penting dalam perawatan anak. Pola

kehidupan anak ditentukan oleh lingkungan keluarga, sehingga dalam

4

Page 2: Bab II Aster

memberikan asuhan keperawatan pada anak hendaknya berfokus pada

keluarga (dengan memperhatikan kemampuan keluarga).

Tujuan Perawatan Berfokus Pada Keluarga adalah :

1) Memberdayakan (Enable) setiap anggota keluarga berhak untuk

menampilkan kemampuan dan mengembangkan kemampuannya

dalam keluarga untuk memenuhi kebutuhan anak dan keluarga.

2) Memperkokoh (Empowerment) interaksi perawat–keluarga untuk

mempertahankan atau mendapatkan kontrol positif pada keluarga

dalam pengambilan keputusan.

Elemen Pokok Perawatan Berfokus Pada Keluarga :

1) Hubungan anak dan orangtua adalah unik, berbeda antara yang

satu dengan yang lainnya. Setiap anak mempunyai karakteristik

yang berbeda dan berespon terhadap sakit dan perawatan di

rumah sakit.

2) Orang tua dapat memberikan asuhan yang efektif yang efektif

selama hospitalisasi anaknya, sehingga tujuan perawatan anak

akan tercapai bila ada kerjasama yang baik antara perawat dengan

orangtua.

3) kerjasama dalam model asuhan adalah fleksibel dan

menggunakan konsep dasar asuhan keperawatan anak.

4) adanya kesepakatan dari tim kesehatan untuk kerjasama dengan

orangtua. Kesepakatan untuk menggunakan pendekatan family

7

Page 3: Bab II Aster

centered care tidak cukup hanya dari perawat, tetapi juga seluruh

petugas kesehatan yang ada.

b. Atraumatic Care

Atraumatic care merupakan asuhan perawatan yang tidak

menimbulkan trauma pada anak dan keluarganya. Perawatan

difokuskan dalam pencegahan terhadap trauma yang merupakan

bagian dalam keperawatan anak. Atraumatic care sebagai bentuk

tindakan perawatan terapeutik untuk meminimalkan distress fisik dan

psikologik yang dialami anak dan keluarga dan keluarga dalam sistem

pelayanan kesehatan.

• Distress fisik: kurang tidur, immobilisasi, gangguan rangsang

sensori (nyeri).

• Distress psikologis: ansietas, takut, marah, kecewa, malu, sedih.

Contoh: menyiapkan anak sebelum dilakukan prosedur tindakan

Prinsip-prinsip Atraumatic Care

1) Menurunkan atau mencegah dampak perpisahan dengan keluarga

dampak perpisahan dengan keluarga, anak mengalami

gangguan psikologis seperti kecemasan, ketakutan, kurangnya

kasih saying lakukan pendekatan Family centered care.

2) Mencegah atau mengurangi cedera, baik fisik maupun psikologis.

Rasa nyeri karena suatu tindakan keperawatan tidak bias

dihilangkan, tetapi dapat dikurangi dengan tehnik distraksi,

relaksasi, atau imaginary.

8

Page 4: Bab II Aster

3) Meningkatkan kemampuan orangtua dalam mengontrol

kemampuan merawat anaknya.

4) Tidak melakukan kekerasan pada anak. Kekerasan dapat

menimbulkan gangguan psikologis bagi anak dan akan

memperberat kondisi anak.

5) Modifikasi lingkungan fisik rumah sakit. Lingkungan fisk yang

bernuansa anak dapat meningkatkan keceriaan, perasaan aman

dan nyaman bagi anak.

c. Primary Nursing

1) Keterlibatan orang tua dalam pengelolaan kasus sangat dibutuhkan,

karena proses keperawatan di rumah adalah bagian tanggung

jawabnya dengan meneruskan program di rumah sakit.

2) Kemampuan perawat dalam mengelola kasus secara baik tentu

berdampak dalam proses penyembuhan pada anak, mengingat anak

memiliki kebutuhan yang spesifik dan berbeda satu dengan yang

lain.

3) Pengelolaan kasus secara komprehensif adalah bagian utama dalam

pemberian askep secara utuh, melalui upaya pengkajian, penentuan

diagnosis, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dari berbagai

kasus baik akut maupun kronik.

d. Case Management

1) Koordinasi perawatan mengontrol biaya

9

Page 5: Bab II Aster

2) Manajer kasus bertanggungjawab dan bertanggunggugat pada

sekelompok klien tertentu dan membangun sistem patologis kritis

yang disusun berdaarkan standar

3) Model ini mencakup ketetapan waktu (lama) perawatan sebagai

komponen dari proses

4) Ketepatan waktu: rencana multidisiplin yang melibatkan semua

komponen pelayanan untuk 1 episode atau beberapa episode

penyakit dan juga hasil yang diharapkan dari pelayanan yang

diberikan

5) Waktu ini bisa terbtas pada rawat inap saja atau bisa termasuk

seluruh rentang pelayanan

B. Sifat Kekaryaan

2.2.1 Fokus Telaahan

Dalam bidang pelayanan, fokus telaah Ruang perawatan utama anak

(ASTER) adalah individu (seorang laki – laki maupun perempuan yang berusia 0

– 14 tahun) yang mempunyai masalah kesehatan atau sakit.

Dalam bidang pendidikan, fokus telaah Ruang perawatan utama Anak

(ASTER) adalah individu atau kelompok (praktikan, perawat, staf, pasien dan

keluarganya) yang membutuhkan pengetahuan dan pengalaman klinik dalam

memenuhi kebutuhan pasien terkait dengan masalah kesehatan yang dialami dan

dampak yang ditimbulkan oleh masalah kesehatan tersebut.

10

Page 6: Bab II Aster

Dalam bidang penelitian, fokus telaah Ruang perawatan utama anak

(ASTER) adalah individu atau institusi yang akan atau sedang meneliti

permasalahan yang timbul pada berbagai unsur yang ada di Ruang perawatan

utama anak (ASTER).

2.2.2 Basis Intervensi

Basis intervensi Ruang perawatan utama anak (ASTER) dalam bidang

pelayanan berupa ketidaktahuan, ketidakmauan, dan ketidakmampuan dalam

memenuhi kebutuhan dasar manusia. Dalam bidang pendidikan, basis

intervensinya berupa ketidaktahuan, ketidakmampuan, dan ketidakmauan peserta

didik dalam mencapai tingkat pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi tertentu

yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Dalam bidang

penelitian, basis intervensinya berupa permasalahan pada berbagai unsur di Ruang

perawatan utama anak (ASTER).

2.2.3 Lingkup Garapan

a. kesehatan selama masa kank-kanak

WHO mengidentifikasikan kesehatan adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental

dan sosial yang komplit bukan semata-mata terbebas dari penyakit. Selain definisi

luas ini, kesehatan secara tradisional dinilai dengan memperhatikan mortalitas dan

morbiditas selama periode tertentu.

Informasi mengenai mortalitas dan morbiditas penting bagi perawat. Data tersebut

memberikan informasi signifikan tentang :

1. Penyebab kesakitan dan kematian

11

Page 7: Bab II Aster

2. Kelompok usia beresiko tinggi terhadap gangguan atau bahaya tertentu

3. Kemajuan pengobatan dan pencegahan

4. Area tertentu dalam konseling kesehatan

b. masyarakat sehat 2010

masyarakat sehat 2010 ditetapkan berdasarkan inisiatif melanjutkan masyarakat

sehat 2000. Tujuan dan sasaran untuk masyarakat sehat 2010 ini dikembangkan

melalui suatu proses konsultasi luas yang dicirikan oleh kolaborasi dan partisipasi

masyarakat.

Dua tujuan yang saling tumpang tindih telah diajukan untuk masyarakat sehat

2010 yaitu (1) meningkatkan usia hidup sehat, (2) menghilangkan kesenjangan

kesehatan. Dua tujuan ini akan didukung oleh empat tujuan yang berkaitan dengan

meningkatkan perilaku sehat, perlindungan kesehatan, menjamin askes ke

pelayanan kesehatan berkualitas dan menekan pencegahan di komunitas.

c. mortalitas dan morbiditas pada bayi dan anak-anak

MORTALITAS

gambaran tingkat kejadian untuk peristiwa seperti kematian pada anak sering

disebut sebagai statistik vital. Statistik mortalitas menggambarkan insiden atau

jumlah individu yang meninggal selama periode waktu tertentu. Ini biasanya

disajikan sebagai angka per 100.000 karena frekuensi kejadiannya yang rendah.

Mortalitas Bayi

Angka mortalitas bayi adalah jumlah kematian per 1000 kelahiran hidup selama

tahun pertama kehidupan. Angka ini kemudian dibagi menjadi mortalitas neonatal

(usia <28 hari) dan mortalitas pascanatal (usia 28 hari s/d 11 bulan).

12

Page 8: Bab II Aster

Berat badan lahir dianggap sebagai penentu utama kematian neonatus di negara

tekhnologi maju dan sangat berkaitan dengan usia gestasi (Ventura, dkk. 1998).

Hubungan antara berat badan lahir (dan usia gestasi) dan mortalitas menunjukan

bahwa makin rendah berat badan lahir makin tinggi mortalitasnya.

Akses dan penggunaan asuhan pra natal kualitas tinggi adalah strategi pencegahan

satu-satunya yang paling menjanjikan untuk menurunkan kelahiran dini dan

mortalitas bayi. Faktor lain yang meningkatkan mortalitas bayi meliputi ras kulit

hitam, gender laki-laki, gestasi pendek atau panjang, urutan kelahiran (semua

urutan kecuali anak ke dua), usia maternal (sangat muda atau tua), dan tingkat

pendidikan ibu rendah (Avery dan First, 1994).

Jumlah kematian yang terjadi dalam tahun pertama kehidupan secara proporsional

masih tinggi jika dibandingkan dengan angka kematian usia lain. Empat penyebab

utama kematian bayi berusia kurang dari 1 tahun yaitu : anomali kongenital,

gangguan yang berhubungan dengan gestasi pendek dan berat badan lahir rendah

yang tidak khas, sindrom kematian bayi mendadak dan sindrom distress

pernafasan.

Mortalitas masa kanak-kanak

Untuk ank berusia lebih dari satu tahun, angka kematiannya lebih kecil dari angka

kematian bayi. Anak usia 5 sampai 14 tahun mempunyai angka kematian yang

lebih rendah. Namun, peningkatan tajam terjadi selama masa remaja akhir,

terutama karena cedera, pembunuhan dan bunuh diri.

13

Page 9: Bab II Aster

Setelah usia 1 tahun terdapat perubahan dramatik dalam penyebab kematian,

yaitu, cedera yang tidak disengaja. Selain itu, kematian akibat kekerasan telah

menigkat secara tetap diantara individu usia muda 10 sampai 25 tahun.

Penurunan utama kematian dalam masa kanak-kanak adalah kematian yang

disebabkan oleh penyakit gastrointestinal, penyakit infeki, kondisi perinatal,

neoplasma dan cedera. Tidak adanya penyakit infeksi sebagai penyebab utama

membuktikan bahwa agens antibiotik dan imunisasi telah berperan dalam

penurunan angka mortalitas.

Cedera penyebab utama kematian pada anak berusia >1 tahun, bertanggung jawab

untuk lebih banyak kematian dan kecacatan pada anak dari pada kombinasi semua

penyebab penyakit. Terdapat tuntutan untuk mengenal cedera dan pencegahannya

dalam istilah host (orang yang dikenai), lingkungan (waktu dan tempat), dan

agens (objek yang menjadi penyebab langsung).

Tenggelam adalah penyebab utama kedua kematian akibat cedera pada anak laki-

laki dan ketiga pada ank perempuan usia 1 s/d 24 tahun. Luka bakar adalah

penyebab utama kematian kedua akibat cedera pada anak perempuan dan ketiga

pada anak laki-laki usia 1 s/d 14 tahun. Penggunaan senjata api yang tidak tepat

adalah penyebab utama keempat kematian akibat cedera pada anak laki-laki dan

perempuan usia 5 s/d 24 tahun. Asfiksia mekanis sering kali menjadi penyebab

utama kematian akibat cedera pada bayi. Keracunan menyebabkan sejumlah besar

cedera pada anak dibawah usia 4 tahun, tetapi keracunan adalah penyebab utama

ketiga kematian akibat cedera pada laki-laki dan kedua pada perempuan (biasanya

karena bunuh diri) pada kelompok usia 15 sampai 24 tahun.

14

Page 10: Bab II Aster

Tanggung jawab keperawatan yang utama adalah mengantisipasi dan mengenali

kapan tindakan keselamatan dilakukan. Aspek preventif dalam asuhan anak

adalah bagian dari promosi kesehatan yang terus menerus selama masa kanak-

kanak.

MORBIDITAS

Prevalensi penyakit khusus dalam populasi pada waktu tertentu dikenal sebagai

statistik morbiditas.

Morbiditas masa kank-kanak

Penyakit akut dapat di definisikan sebagai gejala cukup berat sehingga membatasi

aktifitas atau memerlukan pertolongan medis. Morbiditas masa kanak-kanak

disebabkan antara lain oleh penyakit pernafasan, infeksi dan parasit, cedera dan

pilek sebagai penyakit utama masa kanak-kanak.

Kelompok anak khusus yang mengalami peningkatan morbiditas anak tunawisma,

anak yang hidup miskin, anak berat badan lahir rendah, anak dengan penyakit

kronik, anak yang di adopsi berasal dari negara lain dan anak dipusat day care.

Aspek paling penting dari morbiditas adalah derajat ketidakmampuan yang

diakibatkannya (disabilitas).

Pendidikan orang tua mengenai tipe penyakit dimasa kanak-kanak dan pengenalan

gejala yang memerlukan pengobatan adalah bagian penting dalam asuhan

keperawatan.

Morbiditas baru

15

Page 11: Bab II Aster

Anak menghadapi masalah perilaku, sosial (keluarga), dan pendidikan yang dapat

mengganggu kesehatan mereka secara bermakna. Masalah ini disebut sebagai

morbiditas baru atau penyakit sosial pediatrik.

2.2.3.1 Analisa Kebutuhan Tenaga Keperawatan

Perencanaan tenaga keperawatan merupakan proses memperkirakan

secara kuantitatif dan kualitatif tenaga keperawatan yang diperlukan. Hal ini

bertujuan untuk mempertahankan dan meningkatkan kemampuan organisasi

dalam mencapai sasarannya melalui strategi pengembangan kontribusi karyawan

di masa mendatang.

Langkah-langkah perencanaan tenaga menurut Drucker (1989) dan

Gillies (1999) antara lain:

a) Mengidentifikasi bentuk dan tujuan jumlah perawatan yang akan diberikan

b) Menentukan kategori perawat yang akan dipekerjakan untuk memberikan

pelayanan keperawatan yang dibutuhkan

c) Menentukan jumlah masing - masing kategori perawat diperlukan untuk

memberikan pelayanan keperawatan yang diperlukan

d) Menerima (menyaring) tenaga untuk mengisi posisi yang ada

e) Menyeleksi calon yang bermint untuk bekerja

f) Menentukan tenaga perawat dalam konfigurasi sesuai unit kerja dan jadwal

yang tertuang dalam shift

g) Memberikan tanggungjawab untuk pelayanan asuhan keperawatan dalam

berbagai model pemberian asuhan keperawatan

16

Page 12: Bab II Aster

Penghitungan Tenaga:

a.Rumus Gillies

∑ jam kprwtn u/ psn/hari x rata-rata sensus psn/hari x ∑ hari/thn

∑ hari/thn – hari libur prwt x ∑ jam kerja/hari

= ∑ jam kprwtn u/ psn/thn = jumlah perawat di suatu unit

∑ jam kerja prwt /thn

Catatan:

Waktu perawatan menurut Gillies, 1989

1. Perawatan langsung

Self care = 2 jam

Partial Care = 3 jam

Total care = 4 – 6 jam

Intensive care = 8 jam

Rata-rata keperawatan langsung = 4 – 5 jam

1. Waktu perawatan tidak langsung = 38 menit / pasien / hari

2. Waktu penyuluhan = 15 menit / pasien / hari

Rasio perawat ahli : terampil = 55 % : 17 %

Proporsi dinas pagi : sore : malam = 47 % : 36 % : 17 %

b.Rumus Menurut Depkes RI

A x B x 365 Hari

255 x Jam Kerja / Hari

A : Jam Perawatan / 24 Jam (Waktu perawatan yang dibutuhkan pasien )

17

Page 13: Bab II Aster

B : Sensus harian BOR x Jumlah tempat tidur

C : Jam kerja /hari (6 jam)

A. Manajemen Asuhan Di Ruang Rawat Inap Penyakit Dalam

2.3.1 Pelayanan

2.3.1.1 Penerimaan di Ruangan

a. Administrasi

1. Penerimaan dan pemberian informasi dari atau kepada klien baru yang

akan masuk oleh petugas administrasi ruangan, meliputi kelas yang

dipilih, tarif, fasilitas, asal (UGD atau poli) dll.

2. Pengecekan status klien.

3. Seleksi klien berdasarkan sub unit dalam ruangan, tingkat kegawatan atau

virulensi penyakitnya.

b. Perawat

1. Menyiapkan tempat tidur.

2. Menerima klien baru dan mengantarnya ke tempat tidur.

3. Mengatur posisi yang nyaman bagi klien.

4. Mengorientasikan klien dan keluarga terhadap ruangan, petugas kesehatan

yang bertanggung jawab dan fasilitas yang ada di ruangan.

5. Melakukan pengkajian dan mendokumentasikan hasilnya

6. Melakukan tindakan keperawatan dan melakukan fungsi kolaboratif dgn

tim kesehatan lain.

18

Page 14: Bab II Aster

7. Mencatat dan mengevaluasi semua tindakan keperawatan yang telah

dilaksanakan.

8. Menginformasikan kepada perawat yang bertugas pada shift berikutnya

tentang adanya klien baru.

2.3.2 Pengelolaan di Ruangan

2.3.2.1 Model Keperawatan Tim

Model ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda - beda

dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap kelompok klien. Perawat

ruangan dibagi menjadi 2 - 3 grup yang jumlah 6 - 7 orang bekerja sebagai suatu

tim dan terdiri dari tenaga profesional, teknikal dan pembantu dalam satu grup

kecil yang saling membantu. Ketua tim sebagai penanggung jawab melaksanakan

fungsi perencanaan, koordinasi, supervisi dan evaluasi perawatan. Pengembangan

dan revisi rencana perawatan dilakukan melalui konferensi secara rutin 15 - 20

menit setiap hari.

a. Kelebihan

Kelebihan metoda tim adalah memungkinkan pelayanan keperawatan yang

menyeluruh, mendukung pelaksanaan proses keperawatan, memungkinkan

komunikasi antar tim sehingga konflik mudah diatasi dan memberikan

kepuasan kepada anggota tim

b. Kelemahan

19

Page 15: Bab II Aster

Kelemahan metoda tim adalah komunikasi antar anggota tim terbentuk

terutama dalam konferensi tim, yang bisa membutuhkan waktu dimana sulit

untuk melaksanakan diwaktu - waktu sibuk.

c. Konsep Metode Tim

1) Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan

berbagai teknik kepemimpinan.

2) Pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas rencana terjamin.

3) Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim.

4) Peran kepala ruangan penting dalam model tim. Model tim akan berhasil

baik bila didukung oleh kepala ruangan.

d. Tanggung Jawab Ketua Tim

1) Membuat perencanaan

2) Membuat penugasan, supervisi dan evaluasi.

3) Mengenal atau mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai tingkat

kebutuhan pasien.

e. Tanggung Jawab Anggota Tim

1) Memberikan asuhan keperawatan pada pasien di bawah tanggung

jawabnya.

2) Kerjasama dengan anggota tim dan antar tim.

3) Memberikan laporan.

4) Mengembangkan kemampuan anggota.

5) Menyelenggarakan konferensi.

20

Page 16: Bab II Aster

2.3.2.1.1 Model Keperawatan Primer

1) Berdasarkan pada tindakan yang komprehensif dari filosofi keperawatan.

2) Rasio perawat : pasien adalah 1 : 4 atau 1 : 5 penugasan metode kasus.

3) Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh

selama 24 jam terhadap semua asuhan keperawatan pasien, dari mulai

pasien masuk sampai keluar rumah sakit.

4) Mendorong praktek kemandirian perawat, ada kejelasan antara pembuat

rencana asuhan dengan pelaksana.

5) Adanya keterkaitan kuat dan terus-menerus antara klien dan perawat yang

ditugaskan untuk merencanakan, melakukan dan mengkoordinasikan

asuhan keperawatan selama klien dirawat.

a. Kelebihan

Kelebihan metoda tim adalah bersifat kontinu dan komprehensif, perawat

primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil dan

memungkinkan pengembangan diri, keuntungan antara lain terhadap klien,

perawat, dokter dan rumah sakit (Gillies, 1998). Keuntungan yang

dirasakan adalah klien merasa dimanusiawikan karena terpenuhinya

kebutuhan secara individu. Selain itu asuhan yang diberikan bermutu

tinggi dan tercapai pelayanan yang efektif terhadap pengobatan, dukungan,

proteksi, informasi dan advokasi. Dokter juga merasakan kepuasan dengan

model primer karena senantiasa mendapatkan informasi tentang kondisi

klien yang selalu diperbaharui dan komprehensif.

b. Kelemahan

21

Page 17: Bab II Aster

Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman dan

pengetahuan yang memadai dengan kriteria asertif, self direction,

kemampuan mengambil keputusan yang tepat, menguasai keperawatan

klinik, accountable, serta mampu berkolaborasi dengan berbagai disiplin.

c. Konsep Dasar Metode Primer

1) Ada tanggung jawab dan tanggung gugat.

2) Ada otonomi.

3) Ketertiban klien dan keluarga.

d. Tugas Perawat Primer

1) Menerima klien dan mengkaji kebutuhan pasien secara komprehensif.

2) Membuat tujuan dan rencana keperawatan.

3) Melaksanakan semua rencana yang telah dibuat selama dinas.

4) Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan yang

diberikan oleh disiplin ilmu lain maupun perawat lain.

5) Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai.

6) Menerima dan menyesuaikan rencana.

7) Menyiapkan penyuluhan pulang.

8) Melakukan rujukan kepada pekerja sosial, kontak dengan lembaga

sosial masyarakat.

9) Membuat jadwal perjanjian klinik.

10) Mengadakan kunjungan rumah.

e. Ketenagaan Metode Primer

22

Page 18: Bab II Aster

1) Setiap perawat primer adalah perawat “bed side”.

2) Beban kasus pasien 4-6 orang untuk satu perawat.

3) Penugasan ditentuakan oleh kepala bangsal.

Berikut ini dijabarkan beberapa peran dan fungsi setiap disiplin ilmu dalam

model layanan terpadu, diantaranya adalah :

1. Kepala Ruangan

Peran kepala ruangan dititik beratkan pada pengelolaan unit yang meliputi

perencanaan – pengaturan – pengarahan – kontroling. Kepala ruangan

bertanggung jawab dalam koordinasi asuhan pada satu shift dinas tertentu.

Kegiatan – kegiatan yang dilaksanakan adalah :

a. Bertanggung jawab terhadap pasien masuk dan keluar pada saat shift dinas

b. Memonitor perkembangan kondisi-kondisi penting pada kasus - kasus

tertentu (penting)

c. Mengatur pembagian tugas perawat berdasarkan kasus yang ada

disesuaikan antara kompetensi perawat yang bertugas dengan tingkat

kesulitan klien

d. Mengkoordinir kepentingan pelayanan untuk kesinambungan asuhan.

2. Case Manager (Koordinator Asuhan)

a. Melakukan kajian terhadap masalah pengelolaan pasien

b. Mengembangkan perencanaan asuhan dengan koordinasi dan masukan

dari berbagai profesi (melalui visite bersama)

23

Page 19: Bab II Aster

c. Mengidentifikasi dan memonitor perkembangan kondisi pasien dengan

masalah kompleks

d. Berkoordinasi dengan penanggung jawab wing / ruangan tentang

pengelolaan kasus - kasus kompleks

e. Berkomunikasi dengan dokter penanggung jawab pasien tertentu

(bermasalah, beresiko), farmasi dan staf gizi tentang perkembangan

penting kasus dan penangannanya sesuai kebutuhan sampai kepada

discharge planning.

f. Mengevaluasi aktifitas (proses) dan hasil asuhan, dan memberikan umpan

balik kepada yang berkepentingan

g. Menyusun dan mengembangkan clinical pathway secara multi disiplin

h. Melakukan timbang terima tugas kepada kepala jaga.

i. Melakukan pemilahan kasus / pasien sesuai dengan kompetensi praktikan.

3. Penanggung Jawab Bagian

a. Melakukan pengelolaan asuhan pasien di wing/ruangan yang dikelolanya

b. Mengidentifikasi masalah kolaboratif, merencanakan tindakan dan

implementasi secara kolaboratif

c. Berkoordinasi dengan perawat pelaksana di wing/ruangan setempat

d. Menginformasikan keberadaan kasus - kasus dengan masalah kompleks

kepada case manager untuk ditindak lanjuti.

e. Melaksanakan dokumentasi asuhan dan melakukan kontrol terhadap

kelengkapan dokumen.

24

Page 20: Bab II Aster

2.3.2.2 Peraturan dan Tata Tertib Dalam Pelaksanaan Asuhan Keperawatan

dengan Metode Tim di Ruang Penyakit Dalam

1. Kepala shift datang lebih awal untuk menetukan tingkat ketergantungan

setiap klien dan mengatur pendelegasian ruangan tiap tim

2. Kepala tim dan anggota tim kemudian melakukan timbang terima dengan

shift sebelumnya

3. Setiap tim wajib melakukan pendokumentasian askep klien secara

komprehensif pada setiap shift dinasnya, yang harus diselesaikan sebelum

pergantian jadwal shift berikutnya.

4. Kepala shift/ kepala ruangan dapat memberikan delegasi pada anggota tim

untuk memberikan bantuan perawatan pada tim yang lain sesuai dengan

kebutuhan

5. Buku dokumentasi pasien diisi oleh ketua shift pada setiap shift

6. Setiap anggota tim mencatatkan tindakan yang dilakukan dalam catatan

perkembangan klien

7. Sebelum melakukan dinas semua tim melakukan do’a bersama yang

dipimpin oleh ketua shift

8. Setiap anggota tim harus mengisi lembar observasi dan status pasien setiap

shift pada pasien dibawah tanggung jawabnya

9. Operan dilakukan oleh setiap tim dalam pergantian shift.

10. Setiap anggota tim mengisi lembar evaluasi pelaksanaan asuhan

keperawatan dengan metode tim setiap 3 hari sekali/ akhir periode.

25

Page 21: Bab II Aster

2.3.2.3 Farmasi

Pelayanan farmasi klinik secara umum adalah :

1. Pemantauan terapi obat di ruang perawatan

2. Konseling obat kepada pasien, yang dilakukan di depo farmasi. Materi

konseling yang diberikan diantaranya adalah mengenai cara pakai obat,

cara penyimpanan obat, efek obat yang diharapkan, dan motivasi

kepatuhan minum obat dengan baik dan benar. Pendidikan pada pasien

dilaksanakan setiap hari rabu atau kamis tiap minggunya, dengan jumlah

peserta penyuluhan + 20 orang setiap penyuluhan.

3. Bekerjasama dengan PKMRS untuk memberikan layanan informasi obat

(baik kepada pasien, dokter, perawat), visite ke ruang pasien (dengan

dokter ataupun tanpa dokter).

4. Pembuatan P3 (Profil Pengobatan Penderita)

5. Mengadakan diskusi ilmiah dengan apoteker, dokter, perawat, dan asisten

apoteker.

6. Pendidikan perawat mengenai evaluasi penggunaan obat, pengelolaan dan

pelayanan obat di ruang gawat darurat, penerbitan buletin farmasi tiap

bulan

7. Partisipasi dalam program Rumah Sakit dalam pendidikan bagi calon

praktisi farmasi dan pelatihan.

8. Berkoordinasi dengan disiplin ilmu terkait mengenai evaluasi pengobatan

klien.

2.3.2.4 Gizi

26

Page 22: Bab II Aster

Bagian gizi bertanggungjawab dalam pengelolaan nutrisi klien, mulai dari

screening diet sampai dengan evaluasi perkembangan status nutrisi klien. Adapun

Job Description bagian gizi diantaranya adalah :

1. Screening diet pada klien yang baru masuk.

2. Menyiapkan makanan klien sesuai dietnya.

3. Mengecek jumlah pasien dan dietnya setiap hari.

4. Membuat etiket makanan dan buku makanan.

5. Menyiapkan peralatan makan dan peralatan untuk mengambil makanan.

6. Mengecek makanan yang sudah dibagikan dicocokkan dengan buku

makanan.

7. Meracik hidangan dalam peralatan makan.

8. Mengevaluasi porsi makan klien.

9. Membuat laporan jumlah pasien yang puasa, baru, pulang, pindah, dan yang

belum makan serta serah terima dengan petugas shift berikutnya.

10. Melaporkan perubahan gizi ke ahli gizi ruangan untuk di komunikasikan

(dikoordinasikan) bersama disiplin ilmu terkait.

2.3.2.2 Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu fungsi rumah sakit, dimana aktivitas yang

mengarah pada hal tersebut meliputi :

1. Pendidikan pada klien dan keluarga

Penyuluhan kesehatan yang berkaitan dengan kebutuhan klien. Jenis

pendidikan ini merupakan salah satu bentuk pelayanan keperawatan yang

27

Page 23: Bab II Aster

bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan klien dan atau keluarga tentang

hal-hal yang terkait dengan masalah kesehatan yang dihadapinya dan

pengetahuan tentang kesehatan secara umum. Dengan kata lain pendidikan

pada klien dan keluarga bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan

kemampuan mereka untuk hidup sehat, melakukan perawatan mandiri di

rumah, pencegahan penularan/pencegahan kejadian ulang dan kontrol ulang.

2. Pendidikan pada calon praktisi kesehatan

Secara umum pendidikan pada calon praktisi kesehatan bertujuan untuk

meningkatkan kemampuan peserta didik dalam memenuhi kebutuhan pasien

terkait dengan masalah kesehatan yang dialami dan dan dampak yang

ditimbulkannya melalui pengaplikasian teori-teori dan konsep - konsep yang

telah didapatkannya melalui pendidikan akademik di lingkungan institusi

pendidikannya.

Berikut ini adalah sasaran dari pendidikan untuk calon praktisi kesehatan :

a. Pendidikan pada praktisi keperawatan

Pendidikan pada praktisi keperawatan meliputi dua jenis yaitu ;

pendidikan profesi untuk S1 Keperawatan, dan vokasi keperawatan untuk

D3 Keperawatan.

Dalam melaksanakan pendidikan ini dibutuhkan pembimbing lapangan

atau sering disebut dengan CI. CI (Clinical Instructure) adalah pengajar

dari institusi pendidikan keperawatan/instansi yang diberi tugas di lahan

praktik keperawatan. CI bertanggung jawab untuk memberikan pengajaran

klinik, yang meliputi pelaksanaan perencanaan/pengorganisasian,

28

Page 24: Bab II Aster

bimbingan serta penilaian terhadap perkembangan belajar

mahasiswa/siswa di lahan praktik lapangan.

CI dapat berasal dari :

1). Dosen/ guru yang mengajar di kelas (berasal daari institusi pendidikan

keperawatan) dan melakukan pembelajaran kepada siswa melalui teori

(kuliah), praktik di laboratorium, melakukan pre conference,

membimbing prakktik klinik dan melaksanakan post conference.

2). Pada beberapa institusi lain seorang CI adalah yang melakukan

pembelajaran kepada siswa hanya pada praktik klinik keperawatan di

lahan praktik saja.

Syarat-syarat CI :

a. Persyaratan administrasi

Pembimbing utama (PU): diangkat sebagai staf pengajar tetap

dengan surat keputusan dari yang berwenang ; kepangkatan

minimal dalam kepegawaian adalah golongan III A.

Pembimbing di lahan prakktik (LP) : disetujui/ditugaskan oleh

pimpinan instansi di mana CI bertugas ; diangkat sebagai staf

pengajar tidak tetap dengan suatu SK dari yang berwenang;

kepangkatan dalam kepegawaian minimal II C.

b. Persyaratan pendidikan dan pengalaman kerja

Pembimbing utama (PU) : lulusan S1 keperawatan dan AKTA 4

atau lulusan AKPER dan AKTA III ; pengalaman kerja minimal 2

tahun di bidang/ mata kuliah yang menjadi tanggung jawabnya.

29

Page 25: Bab II Aster

Pembimbing lahan praktik (LP) : S1 Keperawatan + AKTA IV;

lulusan AKPER; telah mengikuti pendidikan dan latihan tentang

pengajaran klinik keperwatan untuk mahasiswa; pengalaman kerja

minimal 2 tahun pada bidangnya.

b. Pendidikan pada praktisi kedokteran

Pendidikan profesi kedokteran (umum dan spesialis penyakit dalam).

c. Pendidikan pada praktisi bidang gizi

Pendidikan vokasi untuk D3 bidang gizi

d. Pendidikan pada praktisi bidang farmasi

Pendidikan profesi untuk S1 bidang Farmasi

3. Pendidikan bagi para staf dan pegawai

Rumah sakit juga menjadi tempat pendidikan bagi para staf pegawai, terutama

mereka yang baru direkrut, atau ”magang kerja”. Dalam fungsi ini rumah

sakit berperan untuk memantapkan kemampuan dan keterampilan para peserta

didik dalam mengatasi masalah kesehatan dan atau keperawatan yang

dihadapi klien dan dampak yang ditimbulkannya.

2.3.2.3 Penelitian

Riset atau penelitian yaitu pencaritahuan secara sistematis dengan

menggunakan mertode ilmiah untuk mengabsahkan pengetahuan yang ada serta

menghasilkan pengetahuan yang baru, menjawab pertanyaan atau menghasilkan

masalah.

30

Page 26: Bab II Aster

Karakteristik riset keperawatan adalah berfokus pada variabel yang dapat

meningkatkan asuhan keperawatan, berpotensi dalam memberikan kontribusi

untuk pengembangan teori, akses dan kendali terhadap fenomena, keingiintahuan

dan pertanyaan yang perlu dijawab secara ilmiah.

Prioritas riset keperawatan adalah untuk kesejahteraan dan kemampuan

merawat diri sendiri, perilaku yang menimbulkan masalah, dampak teknologi

baru, dan memastikan asuhan keperawatan untuk memenuhi kebutuhan.

Aktifitas kegiatan penelitian diarahkan pada peningkatan kualitas pelayanan

rumah sakit. Aktifitas kegiatan penelitian tersebut meliputi:

a. Penelitian yang dilakukan oleh calon praktisi kesehatan ; keperawatan,

kedokteran, gizi, farmasi, dan mahasiswa kesehatan lainnya.

b. Penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa non kesehatan.

c. Penelitian yang dilakukan oleh staf/ pegawai rumah sakit terkait.

d. Dalam bidang keperawatan, penelitian berfokus pada area yang berkaitan

dengan asuhan keperawatan pada klien, pendidikan keperawatan, dan

pengelolaan pelayanan.

2.4 Manajemen Unit

2.4.1 Pelayanan

2.4.1.1 Kriteria Minimal Ruang Rawat Inap Anak

Ruang rawat inap anak harus mempunyai kriteria minimal seperti : ruangan

harus bersih, penerangan baik dan sirkulasi udara cukup, lantai tidak licin,

ruangan luas, tidak menyimpan barang-barang berbahaya di ruang perawatan,

31

Page 27: Bab II Aster

warna dan desain ruangan harus menarik dan nyaman dan berbeda dengan ruang

perawatan orang dewasa.

2.4.1.2 Organisasi dan Administrasi

A. Struktur Organisasi

1. Mempunyai visi dan misi ruangan sebagi bentuk penjabaran dari visi dan

misi rumah sakit.

2. Harus mempunyai struktur organisasi serta job description yang jelas,

dipimpin oleh seorang manajer pelayanan kesehatan (kepala ruangan)

dengan latar belakang pendidikan S1 atau D3 keperawatan yang

mempunyai pengalaman minimal 3 tahun sebagai perawat pelaksana.

3. Mempunyai seorang manajer pelayanan keperawatan (koordinator askep)

dengan latar belakang pendidikan S1 atau D3 keperawatan dan telah

mengikuti pelatihan asuhan keperawatan serta didukung oleh staf

profesional dan non profesional sesuai kebutuhan yang dapat dihitung

berdasarkan jumlah tempat tidur, BOR dan tingkat ketergantungan pasien.

B. Administrasi

1. Memiliki protap, SOP, dan SAK yang dapat digunakan sebagai acuan

dalam memberikan pelayanan keperawatan kepada pasien dan standar atau

alat ukur kepuasan pasien serta kepuasan kinerja perawat.

2. Mempunyai formulir asuhan keperawatan dan formulir pencatatan lainnya

yang terkait dengan askep buku - buku sebagai administrasi penunjang.

32

Page 28: Bab II Aster

3. Mempunyai alur pelayanan yang jelas.

4. Mempunyai ruang administrasi dan ketenagaan serta peralatan

administrasi (ATK) yang cukup.

5. Perencanaan pengembangan staf dan sistem pembagian insentif

keperawatan yang transparan.

6. Aturan pelaksanaan supervisi keperawatan, ronde keperawatan, timbang

terima atau operan.

7. Evaluasi pelayanan keperawatan harus dilakukan secara komprehensif dan

berkala dapat dilaksanakan pada tiap bulan, per triwulan, dan semester

atau tahun. Evaluasi meliputi : jenis dan jumlah kasus yang ada,

kesesuaian antara SOP, SAK dan protap, sistem pendokumentasian askep,

disiplin kerja perawat (absensi), survei kepuasan pasien dan kepuasan

kerja perawat.

2.4.1.3 Lingkungan Kerja

A. Fisik

a. Ruangan

Lingkungan kerja untuk pencapaian proses manajerial keperawatan di ruang

rawat inap anak secara keseluruhan mempunyai : ruang perawatan lengkap

dengan tempat tidur dan kamar mandi pasien, ruang perasat, ruang perawat

atau nurse station berada di tengah ruang perawatan, ruang kepala ruangan,

ruang tamu, kamar mandi, ruang peralatan, ruang ganti perawat, ruang

33

Page 29: Bab II Aster

conference, mushola, ruang administrasi, ruang spoolhoke, dapur, gudang, dan

depo farmasi.

b. Peralatan dan Bahan Kesehatan

1) Peralatan

Tensimeter, stetoskop, termometer, meteran, timbangan badan, set vena

seksi, resusitasi dewasa, suction, tabung oksigen dan manometer, standar

infus, bak instrumen, bak injeksi, bengkok besar dan kecil, baskom mandi,

gunting verband, korentang, tromol besar dan kecil, kursi roda dan

brankar, alat ganti balutan.

2) Bahan Kesehatan

Plester, kassa, betadine, alkohol, formalin, savlon, kapas, cairan infus,

obat-obatan emergensi, dan cairan kimia lainnya.

B. Non Fisik

a. Hubungan Perawat - Klien

Komunikasi antara perawat dengan klien berjalan dengan baik, setiap pasien

diorientasikan dengan ruangan yang akan ditempatinya.

b. Hubungan Perawat - Perawat

1) Komunikasi antara perawat berjalan baik

2) Pengambilan keputusan dilakukan secara tepat menggunakan metode yang

tepat sesuai situasi yang ada

34

Page 30: Bab II Aster

3) Kegiatan serah terima tugas dan pasien dilakukan pada setiap pergantian

dinas dan berorientasi pada asuhan keperawatan yang telah direncanakan

4) Mengadakan ronde keperawatan dan supervisi khusus

5) Mengadakan rapat bulanan secara rutin

6) Media komunikasi antara perawat menggunakan buku laporan, catatan

asuhan keperawatan (rekam medis), buku ronde, white board, dan lain-

lain.

c. Hubungan Perawat dengan Profesi Lain

1) Bekerjasama sebagai sebuah tim kesehatan untuk menangani masalah

pasien.

2) Komunikasi antar profesi berjalan baik

3) Proses pendelegasian tugas dilakukan secara jelas dan tertulis

4) Mengadakan diskusi tentang rencana asuhan yang harus diberikan pada

klien untuk mengatasi masalah kesehatannya.

5) Masing-masing pihak mengisi rekam medis secara lengkap dan jelas.

6) Saling menghormati dan menghargai antar profesi.

2.4.1.4 Kekuatan Kerja

A. Man

Hal - hal yang harus diperhatikan untuk mendukung tercapainya pelayanan

yang berkualitas antara lain : jumlah tenaga perawat keseluruhan

35

Page 31: Bab II Aster

(profesional lanjut, profesional pemula, vokasional, dan lain lain), jenis

ketenagaan, kualifikasi ketenagaan atau pendidikan, keterampilan khusus

yang dimiliki oleh perawat yang di dapat melalui kursus atau pendidikan

dan pelatihan serta lama kerja.

Jumlah tenaga kesehatan lainnya yang terkait meliputi ; dokter, ahli gizi,

laboratorium, dan farmasi. Sedangkan untuk tenaga pendukung antara lain :

tenaga administrasi, tenaga pendukung keperawatan dan petugas kebersihan.

Untuk angka kecukupan ketenagaan diperhitungkan berdasarkan :

1. Rata-rata klien membutuhkan perawatan sehari:

Perawatan langsung

Minimal care : 2 jam

Intermediate : 3 jam

Totally care : 6 jam

Usia lanjut : tambahan 0,5 jam

Perawatan tak langsung : 1 jam

Pendidikan kesehatan : 0,25 jam

2. Jumlah tempat tidur (BOR)

3. Formula pembagian shift, pagi, sore, malam = 46% : 36% : 18%

4. Perbandingan proporsi tenaga untuk asuhan langsung profesional dengan non

profesional adalah 55 % : 45 %

5. Jumlah hari libur dalam setahun pada tahun 2014 adalah 73 hari, dengan

perincian sebagai berikut :

Rata-rata hari Minggu/ tahun : 52 hari

36

Page 32: Bab II Aster

Libur nasional : 9 hari

Cuti tahunan : 12 hari

Jumlah hari pertahun : 365 hari

Jam kerja produktif per hari : 7 jam

B. Money

Hal-hal yang harus diperhatikan tentang keuangan antara lain, sistem

pengelolaan keuangan rumah sakit : sentralisasi atau desentralisasi, sumber

keuangan : BPJS dan Umum. Untuk pengeluarannya ada perencanaan

pengeluarannya seperti untuk pengembangan program, untuk insentif perawat,

untuk lain-lainnya dan pengelolaan keuangan harus jelas/ transparan.

C. Metode

Keberhasilan suatu asuhan keperawatan pada klien, sangat ditentukan oleh

pemilihan metode pemberian asuhan keperawatan profesional. Dengan semakin

meningkatnya kebutuhan masyarakat akan pelayanan keperawatan dan tuntutan

perkembangan IPTEK, maka metode sistem pemberian asuhan keperawatan harus

efektif dan efisien. Mac Laughin, Thomas dan Barterm (1995) mengidentifikasi 8

model pemberian asuhan keperawatan tetapi model yang umum digunakan di

rumah sakit adalah asuhan keperawatan total, keperawatan tim dan keperawatan

primer. Tetapi setiap unit keperawatan mempunyai riwayat dalam menyeleksi

model dalam pengelolaan asuhan keperawatan berdasarkan kesesuaian antara

ketenagaan, sarana dan prasarana serta kebijakan RS. Karena setiap perubahan

37

Page 33: Bab II Aster

akan berdampak terhadap suatu stress, maka perlu mempertimbangkan 6 unsur

utama dalam penentuan pemilihan metode pemberian asuhan keperawatan

(Marqius & Huston, 1998 : 148) :

1. Sesuai dengan visi dan misi institusi

Dasar utama penentuan model pemberian asuhan keperawatan harus

didasarkan pada visi dan misi Rumah sakit.

Dapat diterapkannya proses keperawatan dalam asuhan keperawatan

Proses keperawatan merupakan unsur penting terhadap kesinambungan

asuhan keperawatan kepada pasien. Keberhasilan dalam asuhan keperawatan

sangat ditentukan oleh pendekatan proses keperawatan.

2. Efisien dan efektif dalam menggunakan biaya

Setiap suatu perubahan harus selalu mempertimbangkan biaya dan efektivitas

dalam kelancaraan pelaksanaannya. Bagaimanapun baiknya suatu model tanpa

ditunjang oleh biaya memadai maka tidak akan didapatkan hasil yang

sempurna.

3. Terpenuhinya kepuasan klien, keluarga dan masyarakat

Tujuan akhir asuhan keperawatan adalah kepuasan pelanggan atau pasien

terhadap asuhan yang diberikan oleh perawat. Oleh karena itu, model yang

baik adalah model asuhan keperawatan yang menunjang terhadap kepuasan

pelanggan.

4. Kepuasan kinerja perawat

Kelancaran pelaksanaan suatu model sangat ditentukan oleh motivasi dan

kinerja perawat. Oleh karena itu model yang dipilih harus dapat meningkatkan

38

Page 34: Bab II Aster

kepuasan perawat bukan justru menambah beban kerja dan frustasi dalam

pelaksanaannya.

5. Terlaksananya komunikasi yang kuat antara perawat dan tim kesehatan

lainnya.

Komunikasi secara profesional sesuai dengan lingkup tanggung jawab

merupakan dasar pertimbangan penentuan model. Model asuhan keperawatan

diharapkan akan dapat menigkatkan hubungan interpersonal yang baik antara

perawat dan tenaga kesehatan lainnya.

Pemberian asuhan keperawatan akan dipengaruhi oleh jabatan yang

dimiliki oleh perawat. Berikut ini adalah tingkatan menurut jabatan

fungsionalnya:

1. Perawat Ahli

a. Perawat Madya : Golongan IVA – IV C

b. Perawat Muda : Golongan IIIC – III D

c. Perawat Pertama : Golongan IIIA – IIIB

2. Perawat Terampil

a. Perawat penyelia : Golongan IIIc, IIId

b. Perawat Pelaksana Lanjutan : Golongan IIIa, IIIb

c. Perawat Pelaksana : Golongan IIc, IId

d. Perawat Pemula : Golongan IIa, IIb

Berikut ini adalah uraian tugas perawat berdasarkan kepada jabatan

fungsionalnya :

39

Page 35: Bab II Aster

1. Perawat Pelaksana di Ruang Rawat

a. Nama jabatan

Perawat pelaksana ruangan

b. Pengertian

Seorang tenaga keperawatan yang diberi wewenang untuk melaksanakan

pelayanan asuhan keperawatan di ruang rawat.

c. Persyaratan

1) Pendidikan :

Berijasah pendidikan formal keperawatan/ kebidanan dari semua

jenjang pendidikan yang disahkan oleh pemerintah/ yang berwenang.

2) Kursus/ pelatihan : -

3) Pengalaman kerja : -

4) Kondisi fisik : sehat jasmani dan rohani.

d. Tanggung jawab

Dalam melaksanakan tugasnya, perawat pelaksana di ruang rawat

bertanggung jawab kepada kepala ruangan/kepala instalasi terhadap hal-

hal sebagai berikut :

1) Kebenaran dan ketepatan dalam memberikan asuhan keperawatan

sesuai standar.

2) Kebenaran dan ketepatan dalam mendokumentasikan pelaksanaan

asuhan keperawatan/ kegiatan lain yang dilakukan.

e. Wewenang

1) Meminta informasi dan petunjuk pada atasan

40

Page 36: Bab II Aster

2) Memberikan asuhan keperawatan kepada pasien atau keluarga pasien

sesuai kemampuan dan batas kewenangannya.

f. Uraian tugas

1) Memelihara kebersihan ruang dan lingkungannya.

2) Menerima pasien baru sesuai prosedur dan ketentuan yang berlaku.

3) Memelihara peralatan keperawatan dan medis agar selalu dalam

keadaan siap pakai.

4) Melakukan pengkajian keperawatan dan menentukan diagnosa

keperawatan sesuai batas kewenangannya.

5) Menyusun rencana keperawatan sesuai dengan kemampuannya.

6) Melakukan tindakan keperawatan kepada pasien sesuai dengan batas

kemampuan antara lain :

- Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai program pengobatan

- Memberi penyuluhan kesehatan kepada pasien dan keluarga

mengenai penyakitnya.

7) Melatih atau membantu pasien untuk melakukan latihan gerak.

8) Melakukan tindakan darurat kepada pasien (antara lain : panas tinggi,

kolaps, perdarahan, keracunan, henti nafas, dan henti jantung) sesuai

protap yang berlaku. Selanjutnya segera melaporkan tindakan yang

telah dilakukan pada dokter ruang rawat atau dokter jaga.

9) Melaksanakan evaluasi tindakan keperawatan sesuai batas

kemampuannya.

41

Page 37: Bab II Aster

10) Mengobservasi kondisi pasien, selanjunya melakukan tindakan yang

tepat berdasarkan hasil observasi tersebut sesuai batas kemampuan

perawat.

11) Berperan serta dalam anggota tim kesehatan dalam membahas kasus,

dan upaya peningkatan mutu asuhan keperawatan.

12) Melaksanakan tugas pagi, sore, malam, dan hari libur secara bergilir

sesuai jadwal dinas.

13) Mengikuti pertemuan berkala yang diadakan oleh kepala ruang rawat.

14) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dibidang keperawatan

antara lain melalui pertemuan ilmiah dan penataran atas

izin/persetujuan atasan.

15) Melaksanakan sistem pencatatan dan pelaporan hasil asuhan

keperawatan yang tepat dan benar sesuai standar asuhan keperawatan.

16) Melaksanakan serah terima tugas kepada petugas pengganti secara

lisan maupun tertulis pada saat penggantian dinas.

17) Memberi penyuluhan kesehatan kepada pasien dan keluarganya sesuai

keadaan dan kebutuhan pasien mengenai :

- Program diet

- Pengobatan yang perlu dilakukan dan cara penggunaannya.

- Pentingnya pemeriksaan ulang di RS, Puskesmas atau instansi

kesehatan.

42

Page 38: Bab II Aster

- Cara hidup sehat, seperti : pengaturan istirahat, makanan yang

bergizi atau bahan pengganti sesuai dengan keadaan sosial

ekonomi.

18) Melatih pasien menggunakan alat bantu yang dibutuhkan, seperti :

rollstoel, tongkat penyangga, protesa dll.

19) Melatih pasien melaksanakan tindakan keperawatan di rumahnya,

misalnya : merawat luka, melatih anggota gerak dll.

20) Menyiapkan pasien yang akan pulang, meliputi : menyediakan

formulir untuk penyelesaian administrasi, seperti : surat izin pulang,

surat keterangan istirahat sakit, petunjuk diet, resep obat untuk

dirumah jika diperlukan, surat rujukan atau pemeriksaan ulang dan

lain-lain.

2. Kepala Ruangan

a. Nama Jabatan

Kepala Ruangan

b. Pengertian

Seorang tenaga keperawatan yang diberi tanggung jawab dan wewenang

dalam mengatur dan mengendalikan kegiatan pelayanan keperawatan

ruang rawat.

c. Persyaratan

1) Ahli Madya Keperawatan/Pendidikan Profesi Keperawatan

2) Kursus/pelatihan manajemen pelayanan keperawatan ruang bangsal.

3) Pengalaman kerja sebagai perawat pelaksana 3-5 tahun.

43

Page 39: Bab II Aster

4) Kondisi fisik sehat jasmani dan rohani.

d. Tanggung Jawab

1) Kebenaran dan ketepatan rencana kebutuhan tenaga keperawatan

2) Kebenaran dan ketepatan program pengembangan pelayanan

keperawatan.

3) Keobjektifan dan kebenaran penilaian kinerja keperawatan.

4) Kelancaran kegiatan orientasi perawat baru.

5) Kebenaran dan ketepatan protap/SOP pelayanan keperawatan.

6) Kebenaran dan ketepatan laporan berkala pelaksanaan pelayanan

keperawatan.

7) Kebenaran dan ketepatan penggunaan alat.

8) Kebenaran dan ketepatan penerimaan.

9) Kebenaran dan ketepatan program bimbingan siswa/mahasiswa

institusi pendidikan keperawatan.

e. Wewenang

1) Meminta informasi dan pengarahan kepada atasan.

2) Memberi petunjuk dan bimbingan pelaksanaan tugas staf

keperawatan.

3) Mengawasi, mengendalikan, dan menilai pendayagunaan tenaga

keperawatan, peralatan dan mutu asuhan keperawatan di ruang rawat.

4) Menandatangani surat dan yang ditetapkan menjadi wewenang kepala

ruangan.

44

Page 40: Bab II Aster

5) Menghadiri rapat berkala dengan kepala instansi atau kepala rumah

sakit untuk kelancaran pelaksanaan keperawatan.

f. Uraian Tugas

1) Melaksanakan fungsi perencanaan (P1) meliputi :

- Menyusun rencana kerja kepala ruangan.

- Berperan serta menyusun falsafah dan tujuan pelayanan

keperawatan di ruang rawat yang bersangkutan.

- Menyusun rencana kebutuhan tenaga keperawatan dari segi jumlah

maupun kualifikasi di ruang rawat. Koordinasi dengan kepala

perawat instalasi.

2) Melaksanakan fungsi penggerakan dan pelaksanaan (P2), meliputi :

- Mengatur dan mengkoordinasi seluruh kegiatan pelayanan di ruang

rawat melalui kerjasama dengan petugas lain yang bertugas di

ruang rawatnya.

- Menyusun jadwal atau daftar dinas tenaga keperawatan dan tenaga

lain sesuai kebutuhan pelayanan dan peraturan yang berlaku di RS.

- Melaksanakan orientasi kepada tenaga keperawatan baru/tenaga

lain yang akan kerja di ruang rawat.

- Memberikan orientasi kepada siswa/mahasiswa keperawatan yang

menggunakan ruang rawatnya sebagai bahan praktik.

- Membimbing tenaga keperawatan untuk melaksanakan pelayanan

atau asuhan keperawatan sesuai standar.

45

Page 41: Bab II Aster

- Mengadakan pertemuan berkala/ dengan staf keperawatan dan

petugas lain yang bertugas di ruang rawatnya.

- memberikan kesempatan atau izin kepada staf keperawatan untuk

mengikuti kegiatan ilmiah/ penataran dengan koordinasi kepala

instansi/ Ka.Bid Keperawatan.

- Mengupayakan pengadaan peralatan dan obat-obatan sesuai

kebutuhan berdasarkan ketentuan/kebijakan RS.

- Mengatur dan mengkoordinasikan pemeliharaan alat agar selalu

dalam keadaan siap pakai.

- Mengelompokkan pasien dan mengatur penempatannya di ruang

rawat menurut tingkat kegawatan, infeksi/noninfeksi untuk

kelancaran asuhan keperawatan.

- Mengendalikan kualitas sistem pencatatan dan pelaporan askep

serta kegiatan lain dengan tepat dan benar.

- Memberi motivasi kepada petugas dalam memlihara kebersihan

lingkungan di ruang rawat.

- Meneliti pengisian formulir, sensus harian pasien di ruang rawat.

3) Melaksanakan fungsi pengawasan dan pengendalian dan penilaian

(P3), meliputi :

- Mengendalikan dan menilai pelaksanaan askep yang telah

ditentukan.

- Melakukan penilaian kinerja tenaga keperawatan yang berada di

bawah tanggung jawabnya.

46

Page 42: Bab II Aster

- Mengawasi, mengendalikan dan menilai pendayagunaan tenaga

perawat, peralatan dan obat-obatan.

- Mengawasi dan menilai mutu asuhan keperawatan sesuai standar

yang berlaku secara mandiri atas koordinasi dengan tim

pengendalian mutu asuhan keperawatan.

D. Material

Peralatan dan perlengkapan medis dan non medis (terlampir).

E. Marketing

Dilakukan dalam bentuk pemberian pendidikan kesehatan tentang

perawatan mandiri di rumah, penyediaan sarana pendidikan klinik bagi para calon

praktisi kesehatan dan/non kesehatan dan sarana penelitian.

Sasaran market Ruang Rawat Inap Penyakit Dalam ruang Mirah RSUD dr

Slamet adalah masyarakat umum (menerima pasien dengan KS, Askes, Umum,

Kontraktor, dan Tidak mampu). Sedangkan sasaran market dalam pendidikan dan

penelitian adalah peserta didik/calon praktisi kesehatan.

47