bab ii

11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. LANDASAN TEORI 1. Pengertian limbah secara umum Secara umum yang disebut limbah adalah bahan sisa yang dihasilkan dari suatu kegiatan dan proses produksi, baik pada skala rumah tangga, industri, pertambangan, dan sebagainya. Bentuk limbah tersebut dapat berupa gas dan debu,cair atau padat. Di antara berbagai jenis limbah ini ada yang bersifat beracun atau berbahaya dan dikenal sebagai limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (Limbah B3). Definisi dari limbah B3 berdasarkan BAPEDAL (1995) ialah setiap bahan sisa (limbah) suatu kegiatan proses produksi yang mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3) karena sifat (toxicity,flammabi lity,reactivity, dan corrosivity) serta konsentrasi atau jumlahnya yang baik secara langsung maupun tidak langsung dapat merusak, mencemarkan lingkungan, atau membahayakan kesehatan manusia. 2. Pengertian limbah Rumah Sakit Limbah rumah sakit adalah semua sampah dan limbah yang dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit dan kegiatan penunjang lainnya. Secara umum sampah dan limbah rumah sakit dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu sampah atau limbah klinis dan non klinis baik padat maupun cair. 3. Jenis-Jenis limbah Rumah Sakit Jenis-jenis limbah rumah sakit meliputi bagian sebagai berikut ini : a. Limbah klinik

Upload: pratita-ayu-pinasthika

Post on 11-Apr-2016

216 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

limbah

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

 A.    LANDASAN TEORI

1. Pengertian limbah secara umum

Secara umum yang disebut limbah adalah bahan sisa yang dihasilkan  dari suatu kegiatan dan

proses produksi, baik pada skala rumah tangga, industri, pertambangan, dan sebagainya.

Bentuk limbah tersebut dapat  berupa gas dan debu,cair atau padat. Di antara berbagai jenis

limbah ini ada yang bersifat beracun atau berbahaya dan dikenal sebagai limbah Bahan

Berbahaya dan Beracun (Limbah B3).

Definisi dari limbah B3 berdasarkan BAPEDAL (1995) ialah setiap bahan sisa (limbah) suatu

kegiatan proses produksi yang mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3) karena sifat

(toxicity,flammabi lity,reactivity, dan corrosivity) serta konsentrasi atau jumlahnya yang baik

secara langsung maupun tidak langsung dapat merusak, mencemarkan lingkungan, atau

membahayakan kesehatan manusia.

2. Pengertian limbah Rumah Sakit

Limbah rumah sakit adalah semua sampah dan limbah yang dihasilkan oleh kegiatan rumah

sakit dan kegiatan penunjang lainnya. Secara umum sampah dan limbah rumah sakit dibagi

dalam dua kelompok besar, yaitu sampah atau limbah klinis dan non klinis baik padat

maupun cair.

3. Jenis-Jenis limbah Rumah Sakit

Jenis-jenis limbah rumah sakit meliputi bagian sebagai berikut ini :

 a. Limbah klinik

Limbah klinik yaitu Limbah yang dihasilkan selama pelayanan pasien secara rutin

pembedahan dan di unit-unit resiko tinggi. Limbah ini mungkin berbahaya dan

mengakibatkan resiko tinggi infeksi kuman dan populasi umum dan staf Rumah Sakit. Oleh

karena itu perlu diberi label yang jelas sebagai resiko tinggi. Contoh limbah jenis tersebut

ialah perban atau pembungkusyang kotor, cairan badan, anggota badan yang diamputasi,

jarum-jarum dan semprit bekas, kantung urine dan produk darah.

b. Limbah Patologi

Limbah ini juga dianggap beresiko tinggi dan sebaiknya diautoclaf sebelum keluar dari unit

patologi. Limbah tersebut harus diberi label biohazard.

c. Limbah bukan klinik

Page 2: BAB II

Limbah ini meliputi kertas-kertas pembungkus atau kantong dan plastik yang tidak berkontak

dengan cairan badan. Meskipun tidak menimbulkan resiko sakit, limbah tersebut cukup

merepotkan karena memerlukan tempat yang besar untuk mengangkut dan menbuangnya.

d. Limbah dapur

Mencakup sisa-sisa makanan dan air kotor. Berbagai serangga seperti kecoa, kutu dan hewan

pengerat seperti tikus merupakan gangguan bagi staf maupun pasien di Rumah Sakit.

e. Limbah radioaktif

Limbah radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan radio isotop yang berasal dari

penggunaan medis atau riset radio nukleida.

f. Limbah Farmasi

Limbah farmasi merupakan salah satu jenis sampah medis atau merupakan sampah berbahaya

yang pengelolaannya harus diperhatikan. Beberapa contoh sampah farmasi adalah obat –

obatan,vaksin,serum,yang tidak digunakan lagi,botol obat yang beresidu, dll.Limbah farmasi

dapat berupa senyawa kimia toksik maupun non toksik, baik dalam bentuk padat, cair,

maupun uap.

 

BAB III

METODE PENGOLAHAN

 A.    Jenis Metode Pengolahan Limbah Farmasi

1. Pengolahan Limbah Farmasi Berjumlah Kecil

a. Pembuangan Landfill

b. Encapsulation

c. Pemendaman yang aman di wilayah rumah sakit

d. Pembuangan ke saluran pembuangan atau selokan

f. Insenerasi

2.  Pengolahan Limbah Farmasi Berjumlah Besar

a. Encapsulation

b. Insenerasi

B.     Metode Pengolahan Limbah Farmasi yang Dipilih

            Limbah medis termasuk dalam kategori limbah berbahaya dan beracun (LB3) sesuai

dengan PP 18 thn 1999 jo PP 85 thn 1999 lampiran I daftar limbah spesifik dengan kode

limbah D 227.  Dalam kode limbah D227 tersebut disebutkan bahwa limbah rumah sakit dan

limbah klinis yang termasuk limbah B3 adalah limbah klinis, produk farmasi kadaluarsa,

Page 3: BAB II

peralatan laboratorium terkontaminasi, kemasan produk farmasi, limbah laboratorium, dan

residu dari proses insinerasi.

            Metode insenerasi merupakan metode terbaik untuk pengolahan limbah medis seperti

produk farmasi. Insenerator dapat menghancurkan limbah B3 harus memiliki efisiensi

pembakaran dan  efisiensi penghancuran / penghilangan (Destruction Reduction Efisience)

yang tinggi.

C.    Objek Pengolahan

Objek dari pengolahan limbah medis disuatu rumah sakit dengan metode insenerasi adalah

produk – produk farmasi kadarluarsa serta kemasan produk farmasi yang berasal dari salah

satu jenis limbah rumah sakit.

BAB IV

PEMBAHASAN

 A.    Pengertian Libah Farmasi pada Rumah Sakit

Limbah farmasi merupakan salah satu jenis sampah medis atau merupakan sampah berbahaya

yang pengelolaannya harus diperhatikan. Beberapa contoh sampah farmasi adalah obat –

obatan,vaksin,serum,yang tidak digunakan lagi,botol obat yang beresidu, dll.Limbah farmasi

dapat berupa senyawa kimia toksik maupun non toksik, baik dalam bentuk padat, cair,

maupun uap.

B.     Penanganan Limbah Medis pada Rumah Sakit

Ada beberapa cara yang dilakukan dalam penanganan  limbah medis diantaranya adalah :

1.       Chemical decontamination

2.       Steam autoclaving

3.       Inceneration

4.       Landfill

C.    Teknik Pengolahan limbah farmasi

Pengolahan Limbah Farmasi Berjumlah Kecil

a. Pembuangan Landfill

b. Encapsulation

c. Pemendaman yang aman di wilayah rumah sakit

d. Pembuangan ke saluran pembuangan atau selokan

f. Insenerasi

2.  Pengolahan Limbah Farmasi Berjumlah Besar

a. Encapsulation

b. Insenerasi

Page 4: BAB II

D.    Penanganan dan Metode Pengolahan Limbah Rumah Sakit pada Farmasi yang

Paling Efektif dan Aman

Dalam pengelolaan limbah padat baik medis maupun non medis, rumah sakit diwajibkan

melakukan pemilahan limbah dan menyimpannya dalam kantong plastik yang berbeda beda

berdasarkan karakteristik limbahnya. Limbah domestik di masukkan kedalam plastik

berwarna hitam, limbah infeksius kedalam kantong plastik berwarna kuning, limbah

sitotoksic kedalam warna kuning, limbah kimia/farmasi kedalam kantong plastik berwarna

coklat dan limbah radio aktif kedalam kantong warna merah. Disamping itu rumah sakit

diwajibkan memiliki tempat penyimpanan sementara limbahnya sesuai persyaratan yang

ditetapkan dalam Kepdal 01 tahun 1995.

Dalam hal ini banyak fakta yang dapat kita temukan bahwa penanganan limbah medis lebih

dominan menggunakan system inceneration, karena dari segi biaya lebih murah selain itu

dapat mengurangi massa dan volume sehingga untuk penanganan berikutnya menjadi lebih

mudah. Limbah dapat ditangani dalam waktu yang relatif lebih singkat daripada pengolahan

secara biologi maupun sistem landfill dan area yang dibutuhkan relatif lebih kecil.

Pengelolaan limbah dengan menggunakan incinerator harus memenuhi beberapa persyaratan

seperti yang tercantum dalam Keputusan Bapedal No 03 tahun 1995. Peraturan tersebut

mengatur tentang kualitas incinerator dan emisi yang dikeluarkannya. Incinerator yang

diperbolehkan untuk digunakan sebagai penghancur limbah B3 harus memiliki efisiensi

pembakaran dan  efisiensi penghancuran / penghilangan (Destruction Reduction Efisience)

yang tinggi.

PRINSIP KERJA INCENERATOR

Proses insenerasi akan berlangsung melalui 3 tahapan, yaitu:

1.      Tahapan pertama adalah  limbah atau sampah dalam sampah menjadi uap air, hasilnya

limbah menjadi kering dan siap terbakar.

2.      Selanjutnya terjadi proses pirolisis, yaitu pembakaran tidak sempurna, dimana

temperature belum terlalu tinggi.

3.      Fase berikutnya adalah pembakaran sempurna. Ruang bakar pertama digunakan sebagai

pembakar limbah, suhu dikendalikan antara 400 C ~ 600 C. Ruang bakar kedua digunakan

sebagai pembakar asap dan bau dengan suhu antara antara 600 C ~ 1200 C.

Suplay oksigen dari udara luar ditambahkan agar terjadi oksidasi sehingga materi-materi

limbah akan teroksidasi dan menjadi mudah terbakar, dengan terjadi proses pembakaran yg

sempurna, asap yg keluar dari cerobong menjadi transparan.

Proses Insinerator :

Page 5: BAB II

Insinerator dilengkapi mesin pembakar dengan suhu tinggi yang dalam waktu relative singkat

mampu membakar habis semua sampah tersebut hingga menjadi abu. Pembakaran sampah ini

digunakan dengan sistem pembakaran bertingkat (double chamber), sehingga emisi yang

melalui cerobong tidak berasap dan tidak berbau, dan menggunakan sitem cyclon yang pada

akhirnya hasil pembakaran tidak memberikan pengaruh polusi pada lingkungan.

Keseluruhan kinerja incinerator yang saat ini diterapkan di beberapa negara maju dapat

dibagi pada beberapa tahapan proses yaitu :

1. Proses penyimpanan sampah dan pengumpanan sampah

2. Proses pembakaran;

3. Proses penanganan sisa pembakaran;

4. Proses pembersihan asap;

Skema Pengolahan Limbah Farmasi Rumah Sakit Dengan Insenerasi

Dalam ruang bakar utama proses karbonisasi dilakukan dengan “ defisiensi udara “ dimana

udara yang dimasukkan didistribusikan dengan merata kedasar ruang bakar untuk membakar

karbon sisa. Gas buang yang panas dari pembakaran, keluar dari sampah dan naik

memanasinya sehingga mengasilkan pengeringan dan kemudian membentuk gas-gas

Page 6: BAB II

karbonisasi. Sisa padat dari pembentukan gas ini yang sebagian besar terdiri atas karbon,

dibakar selama pembakaran normal dalam waktu pembakaran. Pada ruang bakar ini secara

terkontrol dengan suhu 800 – 1.0000C dengan sistem close loop sehingga pembakaran

optimal. Distribusi udara terdiri dari sebuah blower radial digerakan langsung

denganimpeller, dengan casing almunium  dan motor listrik, lubang masuk udara dari pipa

udara utama didistribusikan ke koil.

Ruang Bakar Tingkat Kedua   :

Ruang bakar tingkat kedua dipasang diatas ruang bakar utama dan terdiri dari ruang

penyalaan dan pembakaran, berfungsi membakar gas-gas karbonisasi yang dihasilkan dari

dalam ruang bakar utama. Gas karbonisasi yang mudah terbakar dari ruang bakar utama

dinyalakan oleh Burner Ruang Bakar Dua, kemudian dimasukan udara pembakar, maka gas-

gas karbonisasi akan terbakar habis. Ruang Bakar Dua bekerja seperti sebuah after burner,

yaitu mencari, gas-gas yang belum terbakar kemudian membawanya kedalam temperatur

lebih tinggi sehingga terbakar sampai habis, dimana suhunya mencapai 1.100 0C dengan

sistem close loop sehingga optimal. Pemasukan sampah ke ruang pembakaran dilakukan

secara manual atau menggunakan lift conveyor.

Panel Kontrol Digital   :

Diperlukan suatu panel kontrol digital dalam operasionalnya untuk setting suhu minimum

dan maksimum didalam ruang pembakaran dan dapat dikontrol secara “ automatic “ dengan

sistem close loop. Pada panel digital dilengkapi dengan petunjuk suhu, pengatur waktu

(digunakan sesuai kebutuhan), dan dilengkapi dengan tombol pengendali “burner dan

“blower” dengan terdapatnya lampu isyarat yang memadai dan memudahkan operasi.

Cerobong Cyclon   :

Cerobong cyclon dipasang setelah ruang bakar dua, yang bagian dalamnya dilengkapi water

sprayberguna untuk menahan debu halus yang ikut terbang bersama gas buang, dengan cara

gas buang yang keluar dari Ruang Bakar Dua dimasukan melalui sisi dinding atas sehingga

terjadi aliran siklon di dalam cerobong. Gas buang yang berputar didalam cerobong siklon

akan menghasilkan gaya sentripetal, sehingga abu yang berat jenisnya lebih berat dari gas

buang akan terlempar kedinding cerobong siklon. Dengan cara menyemburkan butiran air

yang halus kedinding, maka butiran-butiran abu halus tersebut akan turun kebawah bersama

air yang disemburkan dan ditampung dalam bak penampung. Bak penampung dapat

dirancang tiga sekat, dimana pada sekat pertama berfungsi mengendapkan abu halus, pada

bak selanjutnya air abu akan disaring, dan air ditampung dan didinginkan pada sekat ketiga,

siap untuk dipompakan ke cerobong siklon kembali.

Page 7: BAB II

Dengan pembakaran sampah secara sempurna temperatur operasi relatif lebih tinggi, relatif

lebih kecil hidrokarbon yang lolos ke luar cerobong, dan asap berwana bening, sehingga

emisi dari gas buang tersebut ramah terhadap lingkungan.

Limbah adalah zat atau bahan buangan yang dihasilkan dari proses kegiatan manusia (Ign

Suharto, 2011 :226).  Limbah dapat berupa tumpukan barang bekas, sisa kotoran hewan,

tanaman, atau sayuran. Keseimbangan lingkungan menjadi terganggu jika jumlah hasil

buangan tersebut melebihi ambang batas toleransi lingkungan. Apabila konsentrasi dan

kuantitas melibihi ambang batas, keberadaan limbah dapat berdampak negatif terhadap

lingkungan terutama bagi kesehatan manusia sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap

limbah. Tingkat bahaya keracunan yang ditimbulkan oleh limbah bergantung pada jenis dan

karakteristik limbah.

Adapun karakteristik limbah secara umum menurut Nusa Idaman Said,2011  adalah sebagai

berikut:

1. Berukuran mikro, maksudnya ukurannya terdiri atas partikel-partikel kecil yang dapat

kita lihat.

2. Penyebarannya berdampak banyak, maksudnya bukan hanya berdampak pada

lingkungan yang terkena limbah saja melainkan berdampak pada sector-sektor

kehidupan lainnya, seperti sektor ekonomi, sektor kesehatan dll.

3. Berdampak jangka panjang (antargenerasi), maksudnya masalah limbah tidak dapat

diselesaikan dalam waktu singkat. Sehingga dampaknya akan ada pada generasi yang

akan datang.