bab ii
DESCRIPTION
limbahTRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. LANDASAN TEORI
1. Pengertian limbah secara umum
Secara umum yang disebut limbah adalah bahan sisa yang dihasilkan dari suatu kegiatan dan
proses produksi, baik pada skala rumah tangga, industri, pertambangan, dan sebagainya.
Bentuk limbah tersebut dapat berupa gas dan debu,cair atau padat. Di antara berbagai jenis
limbah ini ada yang bersifat beracun atau berbahaya dan dikenal sebagai limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun (Limbah B3).
Definisi dari limbah B3 berdasarkan BAPEDAL (1995) ialah setiap bahan sisa (limbah) suatu
kegiatan proses produksi yang mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3) karena sifat
(toxicity,flammabi lity,reactivity, dan corrosivity) serta konsentrasi atau jumlahnya yang baik
secara langsung maupun tidak langsung dapat merusak, mencemarkan lingkungan, atau
membahayakan kesehatan manusia.
2. Pengertian limbah Rumah Sakit
Limbah rumah sakit adalah semua sampah dan limbah yang dihasilkan oleh kegiatan rumah
sakit dan kegiatan penunjang lainnya. Secara umum sampah dan limbah rumah sakit dibagi
dalam dua kelompok besar, yaitu sampah atau limbah klinis dan non klinis baik padat
maupun cair.
3. Jenis-Jenis limbah Rumah Sakit
Jenis-jenis limbah rumah sakit meliputi bagian sebagai berikut ini :
a. Limbah klinik
Limbah klinik yaitu Limbah yang dihasilkan selama pelayanan pasien secara rutin
pembedahan dan di unit-unit resiko tinggi. Limbah ini mungkin berbahaya dan
mengakibatkan resiko tinggi infeksi kuman dan populasi umum dan staf Rumah Sakit. Oleh
karena itu perlu diberi label yang jelas sebagai resiko tinggi. Contoh limbah jenis tersebut
ialah perban atau pembungkusyang kotor, cairan badan, anggota badan yang diamputasi,
jarum-jarum dan semprit bekas, kantung urine dan produk darah.
b. Limbah Patologi
Limbah ini juga dianggap beresiko tinggi dan sebaiknya diautoclaf sebelum keluar dari unit
patologi. Limbah tersebut harus diberi label biohazard.
c. Limbah bukan klinik
Limbah ini meliputi kertas-kertas pembungkus atau kantong dan plastik yang tidak berkontak
dengan cairan badan. Meskipun tidak menimbulkan resiko sakit, limbah tersebut cukup
merepotkan karena memerlukan tempat yang besar untuk mengangkut dan menbuangnya.
d. Limbah dapur
Mencakup sisa-sisa makanan dan air kotor. Berbagai serangga seperti kecoa, kutu dan hewan
pengerat seperti tikus merupakan gangguan bagi staf maupun pasien di Rumah Sakit.
e. Limbah radioaktif
Limbah radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan radio isotop yang berasal dari
penggunaan medis atau riset radio nukleida.
f. Limbah Farmasi
Limbah farmasi merupakan salah satu jenis sampah medis atau merupakan sampah berbahaya
yang pengelolaannya harus diperhatikan. Beberapa contoh sampah farmasi adalah obat –
obatan,vaksin,serum,yang tidak digunakan lagi,botol obat yang beresidu, dll.Limbah farmasi
dapat berupa senyawa kimia toksik maupun non toksik, baik dalam bentuk padat, cair,
maupun uap.
BAB III
METODE PENGOLAHAN
A. Jenis Metode Pengolahan Limbah Farmasi
1. Pengolahan Limbah Farmasi Berjumlah Kecil
a. Pembuangan Landfill
b. Encapsulation
c. Pemendaman yang aman di wilayah rumah sakit
d. Pembuangan ke saluran pembuangan atau selokan
f. Insenerasi
2. Pengolahan Limbah Farmasi Berjumlah Besar
a. Encapsulation
b. Insenerasi
B. Metode Pengolahan Limbah Farmasi yang Dipilih
Limbah medis termasuk dalam kategori limbah berbahaya dan beracun (LB3) sesuai
dengan PP 18 thn 1999 jo PP 85 thn 1999 lampiran I daftar limbah spesifik dengan kode
limbah D 227. Dalam kode limbah D227 tersebut disebutkan bahwa limbah rumah sakit dan
limbah klinis yang termasuk limbah B3 adalah limbah klinis, produk farmasi kadaluarsa,
peralatan laboratorium terkontaminasi, kemasan produk farmasi, limbah laboratorium, dan
residu dari proses insinerasi.
Metode insenerasi merupakan metode terbaik untuk pengolahan limbah medis seperti
produk farmasi. Insenerator dapat menghancurkan limbah B3 harus memiliki efisiensi
pembakaran dan efisiensi penghancuran / penghilangan (Destruction Reduction Efisience)
yang tinggi.
C. Objek Pengolahan
Objek dari pengolahan limbah medis disuatu rumah sakit dengan metode insenerasi adalah
produk – produk farmasi kadarluarsa serta kemasan produk farmasi yang berasal dari salah
satu jenis limbah rumah sakit.
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengertian Libah Farmasi pada Rumah Sakit
Limbah farmasi merupakan salah satu jenis sampah medis atau merupakan sampah berbahaya
yang pengelolaannya harus diperhatikan. Beberapa contoh sampah farmasi adalah obat –
obatan,vaksin,serum,yang tidak digunakan lagi,botol obat yang beresidu, dll.Limbah farmasi
dapat berupa senyawa kimia toksik maupun non toksik, baik dalam bentuk padat, cair,
maupun uap.
B. Penanganan Limbah Medis pada Rumah Sakit
Ada beberapa cara yang dilakukan dalam penanganan limbah medis diantaranya adalah :
1. Chemical decontamination
2. Steam autoclaving
3. Inceneration
4. Landfill
C. Teknik Pengolahan limbah farmasi
Pengolahan Limbah Farmasi Berjumlah Kecil
a. Pembuangan Landfill
b. Encapsulation
c. Pemendaman yang aman di wilayah rumah sakit
d. Pembuangan ke saluran pembuangan atau selokan
f. Insenerasi
2. Pengolahan Limbah Farmasi Berjumlah Besar
a. Encapsulation
b. Insenerasi
D. Penanganan dan Metode Pengolahan Limbah Rumah Sakit pada Farmasi yang
Paling Efektif dan Aman
Dalam pengelolaan limbah padat baik medis maupun non medis, rumah sakit diwajibkan
melakukan pemilahan limbah dan menyimpannya dalam kantong plastik yang berbeda beda
berdasarkan karakteristik limbahnya. Limbah domestik di masukkan kedalam plastik
berwarna hitam, limbah infeksius kedalam kantong plastik berwarna kuning, limbah
sitotoksic kedalam warna kuning, limbah kimia/farmasi kedalam kantong plastik berwarna
coklat dan limbah radio aktif kedalam kantong warna merah. Disamping itu rumah sakit
diwajibkan memiliki tempat penyimpanan sementara limbahnya sesuai persyaratan yang
ditetapkan dalam Kepdal 01 tahun 1995.
Dalam hal ini banyak fakta yang dapat kita temukan bahwa penanganan limbah medis lebih
dominan menggunakan system inceneration, karena dari segi biaya lebih murah selain itu
dapat mengurangi massa dan volume sehingga untuk penanganan berikutnya menjadi lebih
mudah. Limbah dapat ditangani dalam waktu yang relatif lebih singkat daripada pengolahan
secara biologi maupun sistem landfill dan area yang dibutuhkan relatif lebih kecil.
Pengelolaan limbah dengan menggunakan incinerator harus memenuhi beberapa persyaratan
seperti yang tercantum dalam Keputusan Bapedal No 03 tahun 1995. Peraturan tersebut
mengatur tentang kualitas incinerator dan emisi yang dikeluarkannya. Incinerator yang
diperbolehkan untuk digunakan sebagai penghancur limbah B3 harus memiliki efisiensi
pembakaran dan efisiensi penghancuran / penghilangan (Destruction Reduction Efisience)
yang tinggi.
PRINSIP KERJA INCENERATOR
Proses insenerasi akan berlangsung melalui 3 tahapan, yaitu:
1. Tahapan pertama adalah limbah atau sampah dalam sampah menjadi uap air, hasilnya
limbah menjadi kering dan siap terbakar.
2. Selanjutnya terjadi proses pirolisis, yaitu pembakaran tidak sempurna, dimana
temperature belum terlalu tinggi.
3. Fase berikutnya adalah pembakaran sempurna. Ruang bakar pertama digunakan sebagai
pembakar limbah, suhu dikendalikan antara 400 C ~ 600 C. Ruang bakar kedua digunakan
sebagai pembakar asap dan bau dengan suhu antara antara 600 C ~ 1200 C.
Suplay oksigen dari udara luar ditambahkan agar terjadi oksidasi sehingga materi-materi
limbah akan teroksidasi dan menjadi mudah terbakar, dengan terjadi proses pembakaran yg
sempurna, asap yg keluar dari cerobong menjadi transparan.
Proses Insinerator :
Insinerator dilengkapi mesin pembakar dengan suhu tinggi yang dalam waktu relative singkat
mampu membakar habis semua sampah tersebut hingga menjadi abu. Pembakaran sampah ini
digunakan dengan sistem pembakaran bertingkat (double chamber), sehingga emisi yang
melalui cerobong tidak berasap dan tidak berbau, dan menggunakan sitem cyclon yang pada
akhirnya hasil pembakaran tidak memberikan pengaruh polusi pada lingkungan.
Keseluruhan kinerja incinerator yang saat ini diterapkan di beberapa negara maju dapat
dibagi pada beberapa tahapan proses yaitu :
1. Proses penyimpanan sampah dan pengumpanan sampah
2. Proses pembakaran;
3. Proses penanganan sisa pembakaran;
4. Proses pembersihan asap;
Skema Pengolahan Limbah Farmasi Rumah Sakit Dengan Insenerasi
Dalam ruang bakar utama proses karbonisasi dilakukan dengan “ defisiensi udara “ dimana
udara yang dimasukkan didistribusikan dengan merata kedasar ruang bakar untuk membakar
karbon sisa. Gas buang yang panas dari pembakaran, keluar dari sampah dan naik
memanasinya sehingga mengasilkan pengeringan dan kemudian membentuk gas-gas
karbonisasi. Sisa padat dari pembentukan gas ini yang sebagian besar terdiri atas karbon,
dibakar selama pembakaran normal dalam waktu pembakaran. Pada ruang bakar ini secara
terkontrol dengan suhu 800 – 1.0000C dengan sistem close loop sehingga pembakaran
optimal. Distribusi udara terdiri dari sebuah blower radial digerakan langsung
denganimpeller, dengan casing almunium dan motor listrik, lubang masuk udara dari pipa
udara utama didistribusikan ke koil.
Ruang Bakar Tingkat Kedua :
Ruang bakar tingkat kedua dipasang diatas ruang bakar utama dan terdiri dari ruang
penyalaan dan pembakaran, berfungsi membakar gas-gas karbonisasi yang dihasilkan dari
dalam ruang bakar utama. Gas karbonisasi yang mudah terbakar dari ruang bakar utama
dinyalakan oleh Burner Ruang Bakar Dua, kemudian dimasukan udara pembakar, maka gas-
gas karbonisasi akan terbakar habis. Ruang Bakar Dua bekerja seperti sebuah after burner,
yaitu mencari, gas-gas yang belum terbakar kemudian membawanya kedalam temperatur
lebih tinggi sehingga terbakar sampai habis, dimana suhunya mencapai 1.100 0C dengan
sistem close loop sehingga optimal. Pemasukan sampah ke ruang pembakaran dilakukan
secara manual atau menggunakan lift conveyor.
Panel Kontrol Digital :
Diperlukan suatu panel kontrol digital dalam operasionalnya untuk setting suhu minimum
dan maksimum didalam ruang pembakaran dan dapat dikontrol secara “ automatic “ dengan
sistem close loop. Pada panel digital dilengkapi dengan petunjuk suhu, pengatur waktu
(digunakan sesuai kebutuhan), dan dilengkapi dengan tombol pengendali “burner dan
“blower” dengan terdapatnya lampu isyarat yang memadai dan memudahkan operasi.
Cerobong Cyclon :
Cerobong cyclon dipasang setelah ruang bakar dua, yang bagian dalamnya dilengkapi water
sprayberguna untuk menahan debu halus yang ikut terbang bersama gas buang, dengan cara
gas buang yang keluar dari Ruang Bakar Dua dimasukan melalui sisi dinding atas sehingga
terjadi aliran siklon di dalam cerobong. Gas buang yang berputar didalam cerobong siklon
akan menghasilkan gaya sentripetal, sehingga abu yang berat jenisnya lebih berat dari gas
buang akan terlempar kedinding cerobong siklon. Dengan cara menyemburkan butiran air
yang halus kedinding, maka butiran-butiran abu halus tersebut akan turun kebawah bersama
air yang disemburkan dan ditampung dalam bak penampung. Bak penampung dapat
dirancang tiga sekat, dimana pada sekat pertama berfungsi mengendapkan abu halus, pada
bak selanjutnya air abu akan disaring, dan air ditampung dan didinginkan pada sekat ketiga,
siap untuk dipompakan ke cerobong siklon kembali.
Dengan pembakaran sampah secara sempurna temperatur operasi relatif lebih tinggi, relatif
lebih kecil hidrokarbon yang lolos ke luar cerobong, dan asap berwana bening, sehingga
emisi dari gas buang tersebut ramah terhadap lingkungan.
Limbah adalah zat atau bahan buangan yang dihasilkan dari proses kegiatan manusia (Ign
Suharto, 2011 :226). Limbah dapat berupa tumpukan barang bekas, sisa kotoran hewan,
tanaman, atau sayuran. Keseimbangan lingkungan menjadi terganggu jika jumlah hasil
buangan tersebut melebihi ambang batas toleransi lingkungan. Apabila konsentrasi dan
kuantitas melibihi ambang batas, keberadaan limbah dapat berdampak negatif terhadap
lingkungan terutama bagi kesehatan manusia sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap
limbah. Tingkat bahaya keracunan yang ditimbulkan oleh limbah bergantung pada jenis dan
karakteristik limbah.
Adapun karakteristik limbah secara umum menurut Nusa Idaman Said,2011 adalah sebagai
berikut:
1. Berukuran mikro, maksudnya ukurannya terdiri atas partikel-partikel kecil yang dapat
kita lihat.
2. Penyebarannya berdampak banyak, maksudnya bukan hanya berdampak pada
lingkungan yang terkena limbah saja melainkan berdampak pada sector-sektor
kehidupan lainnya, seperti sektor ekonomi, sektor kesehatan dll.
3. Berdampak jangka panjang (antargenerasi), maksudnya masalah limbah tidak dapat
diselesaikan dalam waktu singkat. Sehingga dampaknya akan ada pada generasi yang
akan datang.