bab ii

27
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anatomi dan Fisiologi Lensa 2.1.1. Anatomi Lensa Lensa merupakan struktur kristalin berbentuk cakram bikonveks dan transparan yang dapat menebal dan menipis pada saat terjadi akomodasi. Lensa tidak memiliki suplai darah (avaskular) atau inervasi setelah perkembangan janin dan kebutuhan metaboliknya serta pembuangan sisa metabolismenya bergantung pada aquous humor. Lensa terletak di posterior dari iris dan anterior dari korpus vitreous. Posisi lensa dipertahankan oleh zonula Zinnii (ligamentum suspensorium) yang terdiri dari serat-serat yang kuat yang menyokong dan melekatkannya pada korpus siliar, seperti pada gambar 1. 4,5 Gambar 1. Anatomi Lensa 2

Upload: laode-m-hidayatullah

Post on 14-Feb-2016

216 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

tinjauan pustaka katarak juvenille. katarak dapat diklasifikasikan menurut usia terjadinya dan salah satunya adalah katarak juvenille yang terjadi pada usia lebih dari 2 tahun.

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi dan Fisiologi Lensa

2.1.1. Anatomi Lensa

Lensa merupakan struktur kristalin berbentuk cakram bikonveks dan

transparan yang dapat menebal dan menipis pada saat terjadi akomodasi. Lensa

tidak memiliki suplai darah (avaskular) atau inervasi setelah perkembangan janin

dan kebutuhan metaboliknya serta pembuangan sisa metabolismenya bergantung

pada aquous humor. Lensa terletak di posterior dari iris dan anterior dari korpus

vitreous. Posisi lensa dipertahankan oleh zonula Zinnii (ligamentum

suspensorium) yang terdiri dari serat-serat yang kuat yang menyokong dan

melekatkannya pada korpus siliar, seperti pada gambar 1.4,5

Gambar 1. Anatomi Lensa

Lensa terdiri dari kapsula, epitelium lensa, korteks dan nukleus seperti

pada gambar 2. Lensa terus bertumbuh seiring dengan bertambahnya usia. Saat

lahir, ukurannya sekitar 6,4 mm pada bidang ekuator, dan 3,5 mm pada bidang

anteroposterior serta memiliki berat 90 mg. Sementara lensa dewasa berukuran 9

mm pada bidang ekuator dan 5 mm pada bidang anteroposterior serta memiliki

berat sekitar 255 mg. Ketebalan relatif dari korteks meningkat seiring usia. Pada

saat yang sama, kelengkungan lensa juga ikut bertambah, sehingga semakin tua

usia, lensa memiliki kekuatan refraksi yang semakin bertambah. Namun, indeks

2

Page 2: BAB II

3

refraksi semakin menurun juga seiring usia, hal ini mungkin dikarenakan adanya

partikel-partikel protein yang tidak larut. Maka, lensa yang menua dapat menjadi

lebih hiperopik atau miopik tergantung pada keseimbangan faktor-faktor yang

berperan.4,5

Gambar 2. Struktur Lensa(a: tampilan anterior, b: tampilan lateral)

Struktur lensa terdiri dari4,5:

a. Kapsul

Kapsul lensa memiliki sifat yang elastis, membran basalisnya yang

transparan terbentuk dari kolagen tipe IV yang ditaruh di bawah oleh sel-sel

epitelial. Kapsul terdiri dari substansi lensa yang dapat mengkerut selama

perubahan akomodatif.

Lapis terluar dari kapsul lensa adalah lamela zonularis yang berperan

dalam melekatnya serat-serat zonula. Kapsul lensa tertebal pada bagian

anterior dan posterior preekuatorial dan tertipis pada daerah kutub posterior

sentral di mana memiliki ketipisan sekitar 2-4 m. Kapsul lensa anterior lebih

tebal dari kapsul posterior dan terus meningkat ketebalannya selama

kehidupan. Pinggir lateral lensa disebut ekuator, yaitu bagian yang dibentuk

Page 3: BAB II

4

oleh gabungan kapsula anterior dan posterior yang merupakan insersi dari

zonula.

b. Serat zonula

Lensa disokong oleh serat-serat zonular yang berasal dari lamina basalis

dari epitelium non-pigmentosa pars plana dan pars plikata korpus siliar. Serat-

serat zonula ini memasuki kapsul lensa pada regio ekuatorial secara kontinu.

Seiring usia, serat-serat zonula ekuatorial ini beregresi, meninggalkan lapis

anterior dan posterior yang tampak sebagai bentuk segitiga pada potongan

melintang dari cincin zonula

c. Epitel Lensa

Epitel lensa terletak tepat di belakang kapsul anterior lensa. Terdiri dari

sel-sel epitel yang mengandung banyak organel sehingga Sel-sel ini secara

metabolik aktif dan dapat melakukan semua aktivitas sel normal termasuk

biosintesis DNA, RNA, protein dan lipid sehingga dapat menghasilkan ATP

untuk memenuhi kebutuhan energi dari lensa.

Sel epitel akan menggalami perubahan morfologis ketika sel-sel ini

memanjang membentuk sel serat lensa. yang sering disertai dengan

peningkatan masa protein dan pada waktu yang sama, sel-sel kehilangan

organel-organelnya, termasuk inti sel, mitokondria, dan ribosom. Hilangnya

organel-organel ini sangat menguntungkan, karena cahaya dapat melalui lensa

tanpa tersebar atau terserap oleh organel-organel ini. Tetapi dengan hilangnya

organel maka fungsi metabolikpun akan hilang sehingga serat lensa

bergantung pada energi yang dihasilkan oleh proses glikolisis.

d. Korteks dan Nukleus

Tidak ada sel yang hilang dari lensa sebagaimana serat-serat yang baru

diletakkan. Sel-sel ini akan memadat dan merapat kepada serat yang baru saja

dibentuk dengan lapisan tertua menjadi bagian yang paling tengah. Bagian

tertua dari ini adalah nukleus fetal dan embrional yang dihasilkan selama

kehidupan embrional dan terdapat pada bagian tengah lensa. Bagian terluar

dari serat adalah yang pertama kali terbentuk dan membentuk korteks dari

lensa.

Page 4: BAB II

5

2.1.2. Fisiologi Lensa

a. Lensa sebagai Media Refraksi

Lensa dapat merefraksikan cahaya karena indeks refraksinya, secara

normal sekitar 1,4 pada bagian tengah dan 1,36 pada bagian perifer yang

berbeda dari aqueous humor dan vitreous yang mengelilinginya. Pada keadaan

tidak berakomodasi, lensa memberikan kontribusi 15-20 dioptri (D) dari

sekitar 60 D seluruh kekuatan refraksi bola mata manusia. Sisanya, sekitar 40

D kekuatan refraksinya diberikan oleh udara dan kornea.4,5

b. Akomodasi Lensa

Kemampuan mata untuk melihat jauh dan dekat dipengaruhi oleh

kelenturan lensa, kontraksi otot-otot siliaris dan ketegangan zonula zinni.

Akomodasi merupakan suatu mekanisme perubahan fokus mata dari

penglihatan jauh ke dekat. Pengaturan akomodasi ini diatur oleh saraf

parasimpatis. Otot siliaris hampir seluruhnya diatur oleh saraf parasimpatis

yang dijalarkan ke mata melalui saraf kranial III (Okulomotor). Saat objek

berada dekat dengan mata, bayangan benda akan jatuh di belakang retina.

Agar bayangan benda dapat difokuskan dan jatuh tepat di retina, jumlah

impuls parasimpatis ke otot siliaris akan ditingkatkan secara progresif.

Perangsangan saraf parasimpatis ini akan menimbulkan kontraksi kedua set

serabut otot siliaris, yang akan mengendurkan zonula zinni, sehingga

menyebabkan lensa menjadi semakin tebal dan meningkatkan daya biasnya.

Dengan meningkatkan daya bias, benda yang berada dekat dengan mata akan

difokuskan tepat di retina, seperti pada gambar 3.4,5

Page 5: BAB II

6

Gambar 3. Akomodasi lensa

c. Metabolisme Lensa Normal

1) Transparansi lensa

Transparansi lensa dipertahankan oleh keseimbangan air dan kation

(Na, K). Kedua kation ini berasal dari humor aquous dan vitreus. Kadar

kalium di bagian anterior lebih tinggi dibandingkan posterior sedangkan

Kadar natrium lebih tinggi di posterior. Ion K+ bergerak ke bagian

posterior dan keluar ke humour aqueus, dan ion Na+ bergerak ke antreior

untuk menggantikan ion K+ dan keluar melalui pompa aktif Na+, K+-

ATPase.5

Transport aktif asam-asam amino mengambil tempat pada epitel lensa

dengan mekanisme tergantung pada gradien natrium yang dibawa oleh

pompa natrium. Aspek fisiologi terpenting dari lensa adalah mekanisme

yang mengatur keseimbangan air dan elektrolit lensa yang sangat penting

untuk menjaga kejernihan lensa. Karena kejernihan lensa sangat

tergantung pada komponen struktural dan makromolekular, gangguan dari

hidrasi lensa dapat menyebabkan kekeruhan lensa. Telah ditentukan

bahwa gangguan keseimbangan air dan elektrolit sering terjadi pada

katarak kortikal, dimana kadar air meningkat secara bermakna.5

Page 6: BAB II

7

Lensa manusia normal mengandung sekitar 66% air dan 33% protein

dan perubahan ini terjadi sedikit demi sedikit dengan bertambahnya usia.

Korteks lensa menjadi lebih terhidrasi daripada nukleus lensa. Sekitar 5%

volume lensa adalah air yang ditemukan diantara serat-serat lensa di ruang

ekstraselular. Konsentrasi natrium dalam lensa dipertahankan pada 20mM

dan konsentrasi kalium sekitar 120 mM.5

2) Epitelium Lensa sebagai Tempat Transport Aktif

Lensa bersifat dehidrasi dan memiliki kadar ion kalium (K+) dan asam

amino yang lebih tinggi dari aqueous dan vitreus di sekelilingnya.

Sebaliknya, lensa mengandung kadar ion natrium (Na+) ion klorida (Cl-)

dan air yang lebih sedikit dari lingkungan sekitarnya. 5

Keseimbangan kation antara di dalam dan di luar lensa adalah hasil

dari kemampuan permeabilitas membran sel-sel lensa dan aktifitas dari

pompa (Na+, K+-ATPase) yang terdapat pada membran sel dari epitelium

lensa dan setiap serat lensa. Fungsi pompa natrium bekerja dengan cara

memompa ion natrium keluar dari dan menarik ion kalium ke dalam.

Mekanisme ini tergantung dari pemecahan ATP dan diatur oleh enzim

Na+, K+-ATPase. Keseimbangan ini mudah sekali terganggu oleh inhibitor

spesifik ATPase. Inhibisi dari Na+, K+-ATPase akan menyebabkan

hilangnya keseimbangan kation dan meningkatnya kadar air dalam lensa.5

Pada perkembangan katarak kortikal beberapa studi telah

menunjukkan bahwa terjadi penurunan aktifitas Na+, K+-ATPase,

sedangkan yang lainnya tidak menunjukkan perubahan apa pun. Dan

studi-studi lain telah memperkirakan bahwa permeabilitas membran

meningkat seiring dengan perkembangan katarak.5

3) Peranan Kalsium

Membran sel lensa juga secara relatif tidak permeabel terhadap

kalsium. Hilangnya homeostasis kalsium akan sangat mengganggu

metabolisme lensa. Peningkatan kadar kalsium dapat berakibat pada

beberapa perubahan meliputi; tertekannya metabolisme glukosa,

pembentukan agregat protein dengan berat molekul tinggi dan aktivasi

Page 7: BAB II

8

protease yang destruktif, glukosa memasuki lensa melalui sebuah proses

difusi terfasilitasi yang tidak secara langsung terhubung oleh sistem

transport aktif. Hasil buangan metabolisme meninggalkan lensa melalui

difusi sederhana. Berbagai macam substansi seperti asam askorbat, myo-

inositol dan kolin memiliki mekanisme transport yang khusus pada lensa.5

2.2. Katarak Juvenille

2.2.1. Definisi

Katarak adalah keadaan dimana terjadi kekeruhan pada serabut atau bahan

lensa di dalam kapsul lensa atau juga suatu keadaan patologik lensa di mana lensa

menjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa atau denaturasi protein lensa.1

Katarak berasal dari terminologi Bangsa Yunani, yaitu katarrhakies, yang

berarti air yang mengalir cepat. Saat air turbulen, maka air akan menjadi berbuih.

Orang Yunani pada jaman dulu juga melihat hal yang sama terjadi pada katarak

yaitu penurunan tajam penglihatan akibat akumulasi cairan turbulen. Dalam

bahasa Indonesia disebut bular dimana penglihatan seperti tertutup air terjun

akibat lensa yang keruh.1

Katarak juvenil merupakan katarak yang terjadi pada orang muda, yang

mulai terbentuknya pada usia antara 1 sampai 13 tahun. Kekeruhan lensa pada

katarak juvenil pada saat masih terjadi perkembangan serat-serat lensa sehingga

biasanya konsistensinya lembek seperti bubur dan disebut sebagai soft cataract.

Katarak juvenil biasanya juga merupakan kelanjutan katarak kongenital.1

2.2.2. Epidemiologi

Katarak adalah penyebab kebutaan yang paling besar (0,78%) di antara

penyebab kebutaan lainnya. Buta katarak merupakan suatu penyakit degeneratif

yang umumnya terjadi pada usia lanjut, namun 16% dari buta katarak di indonesia

terdapat pada usia produktif (40-54 tahun). Perkiraan mulai terjadinya katarak

adalah 15-20 tahun sebelum menjadi buta.

Prevalensi katarak di Amerika Serikat mencapai 5,8% atau 15,8 juta orang,

sedangkan prevalensi katarak yang dilaporkan sendiri di Australia menurut

National Health Survey 2001 sebesar 2%. Prevalensi katarak di Indonesia

Page 8: BAB II

9

menurut SKRT-SURKESNAS 2001 sebesar 4,99%. Prevalensi katarak di

pedesaan sebesar 6,29%, lebih tinggi dibandingkan daerah perkotaan sebesar

4,5%. Jumlah katarak di Indonesia saat ini adalah berbanding lurus dengan jumlah

penduduk usia lanjut. Jumlah usia lanjut pada tahun 2000 diperkirakan mencapai

15,3 juta orang (7,4% dari total penduduk) dan cenderung akan bertambah dengan

meningkatnya jumlah penduduk Indonesia.

2.2.3. Etiologi

Etiologi katarak juvenil dibagi berdasarkan mata yang terkena katarak, yaitu

katarak bilateral dan unilateral.8

a. Katarak Bilateral

Etiologi katarak juvenille bilateral antara lain:

1) Idiopatik

Mayoritas kasus katarak juvenille bilateral (sekitar 60%) tidak diketahui

penyebabnya.

2) Herediter

Katarak juvenille bilateral yang disebabkan oleh faktor herediter biasanya

bersifat autosomal dominan, termasuk X-linked

3) Abnormalitas kromososm

Katarak juvenille bilateral yang disebabkan oleh faktor abnormalitas

kromosom seperti pada kasus trisomy 21 (sindrom Down), 13, 18.

4) Sindrom craniofacial

Katarak juvenille bilateral yang disebabkan oleh sindrom craniofacial

seperti Hallermann-Streiff syndrome, Rubinstein-Taybi syndrome, Smith-

Lemli-Opitz syndrome.

5) Gangguan muskuloskeletal

Katarak juvenille bilateral yang disebabkan oleh gangguan

muskuloskeletal seperti Conradi-Hunermann syndrome, Albright

syndrome, myotonic dystrophy.

6) Sindrom renal

Katarak juvenille bilateral yang disebabkan oleh sindrom renal seperti

Lowe syndrome, Alport syndrome.

Page 9: BAB II

10

7) Penyakit metabolik

Katarak juvenille bilateral yang disebabkan oleh penyakit metabolik

seperti Galactosemia, Fabry disease, Wilson disease, Mannosidosis,

Diabetes Mellitus.

8) Infeksi intra-uterin

Beberapa infeksi intra-uterin yang dapat menyebabkan katarak juvenille

bilateral seperti infeksi Toxoplasmosis, Rubella, Cytomegalovirus,

Varicella, Syphilis.

9) Anomali pada mata

Beberapa anomali pada mata yang dapat menyebabkan katarak juvenille

bilateral seperti Aniridia, Anterior Segment Dysgenesis Syndrome.

10) Iatrogenik

Penyebab iatrogenik pada katarak juvenille bilateral seperti pada

penggunaan kortikosteroid, paparan radiasi.

b. Katarak Unilateral

Etiologi katarak juvenille unilateral antara lain:

1) Idiopatik

2) Anomali pada mata

Beberapa anomali pada mata yang dapat menyebabkan katarak juvenille

unilateral seperti Persistent Fetal Vasculature (PFV), Retinal Detachment.

3) Trauma

2.2.4. Klasifikasi Morfologi

Beberapa klasifikasi morfologi katarak juvenille adalah sebagai berikut9:

a. Katarak Polaris Anterior

Kekeruhan pada katarak ini berukuran kecil, sekitar 1-2 mm dan berada di

depan kapsul lensa anterior (posisi sentral). Katarak dengan morfologi ini

menyerang kedua mata dan ukurannya tidak bertambah seiring waktu.

Page 10: BAB II

11

Penyebab morfologi katarak ini sebagian besar herediter dan dapat langsung

ditemukan sejak bayi lahir.

b. Katarak Subcapsularis Anterior

Kekeruhan pada katarak ini hanya menutupi sebagian lensa, berbentuk

ireguler, dan membelokkan arah cahaya. Kekeruhan pada morfologi ini berada

di kapsul lensa anterior (posisi sentral) dan dapat disebabkan oleh radiasi,

uveitis, trauma atau penyakit atopi.

c. Katarak Lamelaris

Kekeruhan pada katarak ini berada di korteks lensa, baik sebagian maupun

semua lapisan korteks. Katarak dengan morfologi ini menyerang kedua mata,

berbentuk asimetris dan ukurannya bertambah seiring waktu.

d. Katarak Nuklearis

Kekeruhan pada katarak ini berada di nukleus lensa dan biasanya

ditemukan paling banyak pada katarak kongenital. Katarak ini biasanya

menyertai kasus mikroftalmia dan mikrokornea (ukuran bola mata mengecil).

Katarak ini akan memberikan dampak yang cukup serius jika terlambat

dikoreksi. Pada katarak nuklearis unilateral, usia ideal dikoreksi adalah

sebelum usia 6 minggu sementara pada katarak nuklearis bilateral, usia ideal

dikoreksi adalah sebelum usia 8 minggu. Keterlambatan koreksi katarak ini

akan menyebabkan ambliopia dan nistagmus yang irreversibel.

e. Katarak Subcapsularis Posterior

Kekeruhan pada katarak ini hanya menutupi sebagian lensa, berbentuk

ireguler, dan membelokkan arah cahaya. Kekeruhan pada morfologi ini berada

di kapsul lensa posterior (posisi sentral). Rata-rata penyebab katarak ini

adalah idiopatik, namun beberapa kasus disebabkan oleh radiasi, trauma atau

penggunaan steroid yang kronis.

f. Lentiglobus Posterior

Lentiglobus posterior terjadi karena penonjolan (bulging) kapsul lensa

posterior yang progresif dan menghasilkan kekeruhan. Penonjolan ini terjadi

karena perlemahan dari kapsul lensa posterior. Katarak ini biasanya bersifat

unilateral.

Page 11: BAB II

12

g. Katarak Total atau Difus

Kekeruhan pada katarak ini menyerang seluruh lapisan lensa, baik nukleus

maupun korteks. Katarak ini biasanya merupakan fase akhir (end-stages) dari

katarak parsial, seperti katarak lamelar, nuklear atau lentiglobus posterior.

Katarak ini juga bisa akibat dari trauma.

h. Persistent Fetal Vasculature (PFV)

Katarak ini merupakan hasil pemadatan dari membran vaskular yang

terletak di kapsul posterior dan vitrous anterior, biasanya hasil pemadatan

tersebut terhubung dengan prosesus siliaris.

Gambar 4. Klasifikasi morfologi katarak juvenil(a: katarak polaris anterior; b: katarak subcapsularis anterior; c: katarak lamelaris;

d: katarak nuklearis; e: katarak subcapsularis posterior; f: lentiglobus posteriorg: katarak difus; h: Persistent Fetal Vasculature)

Page 12: BAB II

13

2.2.5. Penegakan Diagnosis

Katarak dapat didiagnosis berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan

pemeriksaan penunjang yang lengkap5,10,11.

1. Anamnesis

Anamnesis yang tepat sangat penting untuk menegakkan diagnosis katarak

juvenille. Pasien mungkin akan mengeluhkan seperti pada keluhan katarak senilis,

namun pada kasus anak-anak yang belum lancar berbicara dan berkomunikasi

maka faktor orang tualah yang dapat membantu dalam proses anamnesis.

Penyebab sebenarnya dari katarak juvenil belum diketahui secara pasti dan

pada kasus-kasus yang ditemukan biasanya bersifat familial, sehingga sangat

penting untuk mengetahui riwayat keluarga pasien secara detil.

Katarak memberikan pengaruh yang berbeda pada anak yang berbeda.

Katarak biasanya menyebabkan buramnya penglihatan. Semakin keruh lensa,

semakin buramlah penglihatan. Banyak anak dengan katarak pada satu mata

mempunyai penglihatan yang baik pada mata lainnya. Anak ini tidak begitu

mengeluhkan masalah penglihatannya. Sementara anak dengan katarak bilateral

merasa bahwa penglihatan mereka normal. Awalnya mereka berpikir bahwa orang

lain memiliki penglihatan yang sama dengan mereka.

Jika katarak telah timbul pada usia yang lebih kecil, anak kemungkinan akan

mengalami ambliopia. Ambliopia mempengaruhi bagian penglihatan khusus pada

otak. Otak hanya dapat melihat gambaran yang tajam yang diberikan ke mata.

Jika otak tidak diberikan gambaran yang tajam karena katarak pada mata, otak

tidak dapat belajar untuk melihat dengan jelas. Walaupun katarak telah diangkat

dengan operasi, penglihatannya akan tetap kabur karena otak tidak

mengembangkan kemampuannya untuk melihat dengan jelas.

Pada pasien dewasa atau anak-anak yang sudah dapat berbicara, keluhan yang

membawa pasien datang antara lain:

a. Pandangan kabur

Kekeruhan lensa mengakibatkan penurunan penglihatan yang progresif

atau berangsur-angsur dan tanpa nyeri, serta tidak mengalami kemajuan

dengan pin-hole.

Page 13: BAB II

14

Gambar 5. Lensa normal (kiri) dan lensa yang keruh pada katarak juvenille

bilateral (kanan)

b. Penglihatan silau

Penderita katarak sering kali mengeluhkan penglihatan yang silau dengan

tingkat kesilauannya berbeda-beda, mulai dari sensitivitas kontras yang

menurun dengan latar belakang yang terang hingga merasa silau di siang hari

atau merasa silau terhadap lampu mobil yang berlawanan arah atau sumber

cahaya lain yang mirip pada malam hari. Keluhan ini sering kali muncul pada

penderita katarak kortikal.

c. Sensitifitas terhadap kontras

Sensitifitas terhadap kontras menentukan kemampuan pasien dalam

mengetahui perbedaan-perbedaan tipis dari gambar-gambar yang berbeda

warna, penerangan dan tempat. Cara ini akan lebih menjelaskan fungsi mata

sebagai optik dan uji ini diketahui lebih bagus daripada menggunakan papan

Snellen untuk mengetahui fungsi tajam penglihatan, namun uji ini bukanlah

indikator spesifik hilangnya penglihatan yang disebabkan oleh adanya

katarak.

d. Miopisasi

Perkembangan katarak pada awalnya dapat meningkatkan kekuatan dioptri

lensa, biasanya menyebabkan derajat miopia yang ringan hingga sedang.

Page 14: BAB II

15

Namun setelah sekian waktu bersamaan dengan memburuknya kualitas lensa,

rasa nyaman ini berangsur menghilang dan diikuti dengan terjadinya katarak

sklerotik nuklear. Perkembangan miopisasi yang asimetris pada kedua mata

bisa menyebabkan anisometropia yang tidak dapat dikoreksi lagi, dan

cenderung untuk diatasi dengan ekstraksi katarak.

e. Variasi Diurnal Penglihatan

Pada katarak nuklearis, kadang-kadang penderita mengeluhkan

penglihatan menurun pada siang hari atau keadaan terang dan membaik pada

senja hari, sebaliknya paenderita katarak kortikal perifer kadang-kadang

mengeluhkan pengelihatan lebih baik pada sinar terang dibanding pada sinar

redup.

f. Distorsi

Katarak dapat menimbulkan keluhan benda bersudut tajam menjadi

tampak tumpul atau bergelombang.

g. Halo

Penderita dapat mengeluh adanya lingkaran berwarna pelangi yang terlihat

di sekeliling sumber cahaya terang, yang harus dibedakan dengan halo pada

penderita glaukoma.

h. Diplopia monokuler

Gambaran ganda dapat terbentuk pada retina akibat refraksi ireguler dari

lensa yang keruh, menimbulkan diplopia monokular, yang dibedakan dengan

diplopia binokular dengan cover test dan pin hole.

i. Perubahan persepsi warna

Perubahan warna inti nukleus lensa menjadi kekuningan menyebabkan

perubahan persepsi warna, yang akan digambarkan menjadi lebih kekuningan

atau kecoklatan dibanding warna sebenarnya.

j. Bintik hitam

Penderita dapat mengeluhkan timbulnya bintik hitam yang tidak bergerak-

gerak pada lapang pandangnya. Ini dapat dibedakan dengan keluhan pada

retina atau badan vitreous yang sering bergerak-gerak.

Page 15: BAB II

16

2. Pemeriksaan Fisik

Beberapa pemeriksaan yang diperlukan untuk melihat tanda dari katarak:

a. Pemeriksaan ketajaman penglihatan

Ketajaman penglihatan dapat bervariasi mulai dari 6/9 sampai hanya

persepsi cahaya, tergantung pada lokasi dan maturitas katarak.

b. Iluminasi oblik

Pemeriksaan iluminasi oblik dapat memperlihatkan warna lensa di daerah

pupil yang bervariasi dari setiap jenis katarak.

c. Shadow test

Pemeriksaan shadow test dilakukan dengan cara menyinari mata dengan

sudut 45o. Ketika cahaya disinarkan ke pupil, akan terbentuk bayangan

berbentuk bulan sabit (crescenteric shadow) di tepi pupil pada lensa yang

keruh keabuan, selama masih ada korteks yang jernih di antara kekeruhan dan

tepi pupil. Iris shadow tersebut merupakan tanda dari katarak imatur.

Sedangkan jika lensa yang jernih atau keruh secara keseluruhan, maka tidak

akan terbentuk iris shadow, yang menjadi tanda dari lensa normal atau katarak

matur, seperti pada gambar 6.

Gambar 6. Gambaran Shadow Test

(A: iris shadow pada katarak imatur; B: tidak terbentuk iris shadow pada katarak matur)

Page 16: BAB II

17

d. Pemeriksaan oftalmoskop direct

Pada lensa yang tidak ada kekeruhan akan tampak refleks fundus yang

berwarna kuning kemerahan, sedangkan pada lensa dengan kekeruhan parsial

akan tampak bayangan hitam yang berlawanan dengan cahaya kemerahan

tersebut pada area yang keruh.

e. Pemeriksaan slit-lamp

Pemeriksaan dengan slit-lamp dilakukan dengan dilatasi pupil.

Pemeriksaan ini memberikan gambaran mengenai morfologi kekeruhan

(lokasi, ukuran, bentuk, pola warna, dan kepadatan dari nukleus).

Pengelompokan berdasarkan konsistensi nukleus penting dalam parameter

ekstraksi lensa teknik fakoemulsifikasi. Berdasarkan hasil pemeriksaan slit-

lamp, konsistensi nukleus dapat dikelompokkan seperti tabel berikut ini:

Tabel 1. Pengelompokan konsistensi/kepadatan nuleus berdasarkan pemeriksaan slit-lamp

Tingkat konsistensi/ kepadatan

Deskripsi konsistensi Warna nukleus

Tingkat 1 Lunak Putih atau kuning kehijauan

Tingkat 2 Lunak-agak padat Kekuningan

Tingkat 3 Agak padat Kuning

Tingkat 4 Padat Kecokelatan

Tingkat 5 Sangat padat Kehitaman

2.2.6. Tatalaksana

Sejauh ini belum ada obat yang dapat menurunkan ataupun

menghilangkan kekeruhan pada penyakit katarak. Operasi ekstraksi katarak

menjadi pilihan utama dalam tatalaksana katarak. Namun katarak pada anak-anak

tidak harus diberikan tatalaksana langsung dengan tindakan operasi. Katarak yang

berukuran kecil, parsial atau parasentral dapat dilakukan observasi terlebih

dahulu, selama tidak menutupi visual axis. Katarak seperti ini tidak harus segera

dioperasi karena perkembangan penglihatan anak masih dapat berkembang secara

normal. Obat-obatan dilatasi pupil dapat diberikan agar pasien dapat melihat “di

Page 17: BAB II

18

sekitar” katarak. Jika dalam observasi katarak mulai mengganggu penglihatan

anak, maka harus diekstraksi sesegera mungkin. Keterlambatan ekstraksi katarak

dapat mengganggu perkembangan penglihatan anak12,13,14.

Pilihan metode operasi yang digunakan untuk ekstraksi katarak pada anak-

anak adalah ECCE (Extracapsular Cataract Extraction) dengan kapsulotomi

posterior primer dan vitrektomi anterior. Ekstraksi katarak pada anak dengan

metode ICCE (Intracapsular Cataract Extraction) merupakan kontraindikasi

karena dapat menyebabkan traksi korpus vitreum dan hilangnya ligamen Wieger

kapsul hyaloid, oleh karena itu metode ini tidak digunakan. Kekeruhan lensa pada

katarak juvenil terjadi pada masa perkembangan serat-serat lensa sehingga

biasanya konsistensinya lembek seperti bubur dan disebut sebagai soft cataract.

Oleh karena itu, pengembangan metode ECCE seperti Phaco

(Phacoemulsification) tidak digunakan pada kasus katarak juvenil. Korteks dan

nukleus lensa pada soft cataract ini dapat langsung diirigasi-aspirasi, tanpa harus

dihancurkan terlebih dahulu12,14.

Koreksi optis sangat penting dan dapat dilakukan dengan beberapa cara,

antara lain dengan implantasi lensa buatan (IOL) setelah dilakukan ekstraksi

lensa, pemberian kacamata atau lensa kontak12,14.

2.2.7. Komplikasi

Komplikasi katarak yang tersering adalah glaukoma yang dapat terjadi

karena proses fakolitik, fakotopik, fakotoksik14.

a. Fakolitik

Pada lensa yang keruh terdapat lerusakan maka substansi lensa akan

keluar yang akan menumpuk di sudut kamera okuli anterior terutama bagian

kapsul lensa. Dengan keluarnya substansi lensa maka pada kamera okuli

anterior akan bertumpuk pula serbukan fagosit atau makrofag yang berfungsi

merabsorbsi substansi lensa tersebut. Tumpukan akan menutup sudut kamera

okuli anterior sehingga timbul glaukoma.

Page 18: BAB II

19

b. Fakotopik

Proses ini terjadi berdasarkan posisi lensa akibat proses intumesensi. Iris

terdorong ke depan sehingga sudut kamera okuli anterior menjadi sempit.

Aliran humor aqueaous menjadi tidak lancar sedangkan produksi berjalan

terus, akibatnya tekanan intraokuler akan meningkat dan timbul glaukoma

c. Fakotoksik

Substansi lensa di kamera okuli anterior merupakan zat toksik bagi mata

sendiri (auto toksik). Terjadi reaksi antigen-antibodi sehingga timbul uveitis,

yang kemudian akan menjadi glaukoma.

2.2.8. Prognosis

Prognosis penglihatan untuk pasien anak-anak yang memerlukan

pembedahan tidak sebaik prognosis untuk pasien katarak senilis. Adanya

ambliopia dan kadang-kadang anomali saraf optikus atau retina membatasi tingkat

pencapaian pengelihatan pada kelompok pasien ini.