bab ii
TRANSCRIPT
5
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Potensi Udang di Indonesia
2.1.1.Bidang penangkapan
Udang windu laut (Penaeus semisulcatus)
Udang windu ini jarang dipelihara ditambak, umumnya hasil tangkapan
nelayan dilaut sukar dibedakan dengan Paneus monodon. Termasuk udang niaga
penting yang diekspor ke Jepang dan Amerika Serikat. Dalam pasar dunia
dijuluki juga “Tiger Prawn” atau “Flower Shrimp”.
Udang werus (Metapenaeus monooeros)
Dalam bahasa daerah disebut juga udang impes, udang kador, udang angin,
udang api-api atau udang dahana. Kurang diminati pasar dunia, meskipun populer
dengan jilukan “Pink Shrimp” atau “ Endeavor Prawn”.
Udang jari (Penaeus indicus longirustris)
Udang ini hampir sama dengan panaeus merguiensis, dinamakan pula
udang putih, udang jerbung, udang kelong, udang penganten, atau udang
wangkang. Dipasar dunia dikenal dengna nama “Banana Shrimp”.
Udang terotol (Metapenaeus brevicornis)
Disebut juga udang belirik, udang werus kuning, pesayan kecil dan udang
cendana. Di pasar dunia populer dengan nama “Siny Lobster” atau “Lobster”
saja.
2.1.2. Bidang Budidaya
Udang windu tambak (Penaeus monodon)
Udang jenis ini merupakan udang laut yang populer dipelihara ditambak-
tambak, mudah didapat dan umumnya jenis inilah yang merajai pasaran ekspor
kita.
6
Dalam bahasa-bahasa daerah, disebut sebagai udang pencet, udang bago,
udang lotong, udang liling, udang baratan, udang palaspas, udang tepus atau
udang user wedi. Dalam dunia perdagangan dikenal dengan nama “Tiger Prawn”
, karena dapat mencapai ukuran besar disebut juga “Black Tiger Prawn”.
Udang putih (Penaeus monodon)
Dinamakan juga sebagai udang jerbung, udang kolong, udang manis, udang
cuck atau udang wangkang. Meski cukup potensial namun pasaran udang ini
tidak sebaik udang windu. Di pasar dunia dijuluki “Banana Prawn” atau juga “
White Shrimp”.
Udang galah (Macrobrachium rosenbergii)
Udang galah merupakan jenis asli indonesia. Dibudidayakan sejak tahun
tujuh puluhan. Hasil tangkapan dari perairan alam di seluruh Indonesia pada
tahun 1997 telah mencapai 5208 ton. Dari beberapa daerah dilaporkan hasil
tangkapan menurun setiap tahunnya (Cholik, 2005).
2.1.3.Udang impor
Udang rostris (Lipenaeus stylirostris)
Udang rostris merupakan udang yang berasal dari negara Amerika Latin,
yang masuk pada tahun 2011. Memperhatikan perkembangan hatchery dan
tambak udang rostris, semakin banyak hatchery yang menggunakan induk lokal
yang diperoleh tanpa menggunakan kaidah pembudidayaan yang benar. Selain
itu, semakin menurunnya harga pangsa pasar terhadap udang rotris sehingga
berkurangnya minat petani melakukan budidaya (http://www.perikanan-
budidaya.go.id/article.php-id=acl007iwk001&page=1.htm).
Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei)
Udang ini dibudidayakan mulai dari pantai barat Meksiko ke arah selatan
hingga daerah Peru. Petambak di Indonesia pada tahun 1999 mulai mencoba
membudidayakan udang vaname. Kehadiran udang vaneme diakui sebagai
penyelamat dunia pertambakan udang Indonesia (Haliman dan Adijaya, 2005).
7
2.1.4.Klasifikasi dan morfologi udang vannamei (Litopnaeus vannamei)
Udang Vannamei (Litopenaeus Vannamei) merupakan salah satu jenis
udang yang memiliki pertumbuhan cepat dan napsu makan tinggi, namun ukuran
yang dicapai pada saat dewasa lebih kecil dibanding dengan udang WINDU
( Panaeus Monodon )Habitat aslinya adalah di perairan Amerika.
Adapun tata nama udang vannamei menurut ilmu taksonomi menurut
Rubiyanto Widodo Haliman dan Dian Adijaya S (2005) adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Subkingdom : Metazoa
Philum : Arthropoda
Sub phylum : Crustacea
Kelas : Malacostraca
Sub Class : Eumalacostracea
Ordo : Decapoda
Sub ordo : Dendrobrachiata
Famili : Penaeidae
Genus : Litopenaeus
Spesies : Litopenaeus vannamei
Udang vannamei dapat dilihat pada Gambar 1.
Sumber : http//www.google.com
Gambar 1. Udang vannamei (Litopanaeus vannamei)
Kepala udang vannamei terdiri dari antenula, antena, mandibulata, dan dua
pasang maxillae. Kepala udang vannamei juga dilengkapi dengan 3 pasang
8
maxxilliped dan 5 pasang kaki berjalan (peripoda) atau kaki sepuluh (decapoda).
Maxilliped sudah mengalami modifikasi dan berfungsi sebagai organ untuk
makan. Endopodite kaki berjalan menempel pada cephalotorax yang dihubungkan
oleh coxa. Bentuk peripoda beruas-ruas yang berujung dibagian dactylus.
Dactylus ada yang berbentuk capit (kaki ke1,2 dan3) dan tanpa capit (kaki ke 4
dan 5). Diantara coxa dan dactylus, terdapat ruang yang berturut-turut disebut
basis, ischium, merus, carpus, dan cropus. Pada bagian ischium terdapat duri yang
bisa digunakan untuk mengidentifikasi beberapa spesies Penaid dalam taksonomi
(Haliman dan Adijaya, 2005).
Abdomen tersiri dari 6 ruas. Pada bagian abdomen terdapat 5 pasang kaki
renang dan sepasang uropods (mirip ekor) yang membentuk kipas bersama-sama
telson.
2.1.5.Kandungan gizi
Udang merupakan hasil produksi perikanan yang istimewa, karena memiliki
aroma yang spesifik dan gizi yang sangat tinggi. Bagian kepala beratnya kurang
lebih 36-49% dari total keseluruhan berat badan, daging 24-41% dan
kulit 17-23% (Anonim 2007). Komposisi kimia udang bisa dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Komposisi kimia udang
Sumber: USDA (2003)
Selain itu daging udang juga mempunyai asam amino esensial yang penting
bagi manusia, dimana asam amino tirosin, triptofan dan sistein lebih tinggi
dibandingkan hewan darat. Hal ini disebabkan tingginya protein pada udang
dengan 18 jenis asam amino yang terkandung didalamnya. Komposisi protein dan
asam amino esensial yang terdapat pada udang dapat dilihat pada Tabel 3.
No Komposisi kimia Jumlah1 Kadar air % 782 Kadar abu % 3.13 Lemak % 1.34 Karbohidrat % 0.45 Protein % 16.726 Kalsium (Mg) 1617 Fosdor (Mg) 2928 Besi (Mg) 2.29 Natrium (Mg) 418
9
Tabel 3. Komposisi protein dan asam amino esensial pada udang.
Komposisi Satuan KonsentrasiProtein :- Mioplasma- Miofibril- MiostromaAsam amino esensial :- Isoleusin- Leusin- Lisin- Metionin- Sistein- Fenilalanin- Tirosin- Treonin- Triptofan- Valin
%%%
g/100 gg/100 gg/100 gg/100 gg/100 gg/100 gg/100 gg/100 gg/100 gg/100 g
32595
0,9851,6121,7680,5720,2280,8580,6760,8220,2830,956
Sumber : USDA (2003)
2.1.6.Proses kemunduran mutu udang
Kemunduran mutu udang dimulai setelah udang mati dan terus berlangsung
tanpa kontrol hingga udang terdekomposisi sempurna. Apabila dilakukan
penanganan suhu rendah misalnya dengan disimpan dalam es, maka mutu
kesegaran dapat bertahan hingga beberapa hari. Salah satu yang menyebabkan
mutu udang rendah adalah timbulnya bercak hitam atau melanosis pada kulit
yang biasa disebut dengan black spot.
Tahapan kemunduran mutu udang terjadi secara enzimatis, kimiawi dan
juga mikrobiologi. Adapun proses kemunduran mutunya dapat dijelaskan sebagai
berikut :
2.1.6.1.Kemunduran mutu secara enzimatis
Perubahan yang paling mendasar setelah udang mati yaitu laju metabolisme
yang tidak terkontrol dan bersifat merusak yang terjadi secara terus menerus.
Pada mulanya, setelah udang mati terjadi reaksi metabolisme dalam daging
sehingga terkumpul asam laktat dalam jaringan yang mengkondisikan turunnya
pH daging. Penurunan ini dapat mencapai 0,8 sampai 1,2 dari pH normal daging
udang tergantung dari kandungan awal glikogen. Pada umumnya pH daging
udang pada saat masih hidup adalah ± 7,0. Penurunan pH mengaktifkan enzim
ATPase dan keratin fosfokinase untuk memecah ATP dan kretin fosfat. Setelah
itu, terjadi penggabungan protein aktin dan miosin sehingga daging mengalami
10
kekakuan (rigor). Ketika tahap post rigor selesai akan diikuti tahap autolysis yang
menguraikan senyawa kompleks menjadi senyawa-senyawa sederhana, kemudian
terjadi penetrasi bakteri akibat dari susunan jaringan yang sudah tidak kompak
lagi. Degradasi senyawa kompleks pada akhirnya akan menghasilkan hasil
metabolit berupa senyawa-senyawa yang berbau busuk.
2.1.6.2.Kemunduran mutu secara mikrobiologis
Proses mikrobiologi sangat erat hubungannya dengan proses kimiawi,
keduanya berjalan hampir bersamaan dan saling mempengaruhi proses
pembusukan daging udang. Aktivitas mikrobiologi ini mengakibatkan terjadinya
penguraian beberapa senyawa dalam daging, diantaranya:
- Pembentukan basa nitrogen seperti TMA (trimetilamin) dan amoniak yang
berasal dari trimetilamin oksidae (TMAO)
- Senyawa lemak oleh bakteri, walaupun dalam tempo lambat. Hidrolisa dari
triserida dan oksidasi lemak menghasilkan peroksida, aldehid, keton, dan
asam lemak yang lebih rendah menghasilkan ketengikan.
- Penguraian senyawa protein oleh bakteri akan menghasilkan senyawa-
senyawa volatil yang menghasilkan bau busuk seperti belerang (H2S),
Amoniak (NH3), putresin dan kadaverin. Dari penguraian oleh bakteri ini
yang paling berarti untuk menentukan tingkat kesegaran udang adalah
amoniak (NH3) dan monoamino paling sederhana dan dikenal sebagai basa
yang mudah menguap yakni metilamin, dimetilamin dan trimetilamin
(senyawa belerang yang mudah menguap, yaitu H2S) dan senyawa siklik
seperti alkohol, amino dan senyawa heterosiklik yang menghasilkan bau yang
busuk.
2.1.6.3.Kemunduran mutu secara kimiawi
Perubahan yang terpenting setelah ikan mati adalah terjadinya metabolisme
dalam daging ikan sehingga terkumpul asam laktat dalam jaringan serta
penurunan pH. Proses perubahan pada ikan dapat juga terjadi karena proses
oksidasi lemak sehingga timbul aroma tengik yang tidak diinginkan dan
11
perubahan rupa serta warna daging kearah kecoklatan (Junianto, 2003). Secara
kimiawi, kerusakan ikan dapat diketahui dengan adanya perubahan pH daging
ikan, timbulnya asam dan timbulnya zat bau yang tidak sedap (Hadiwiyoto, 1993).
2.1.6.4.Dehidrasi
Produk udang beku akan mengalami proses dehidrasi (kekeringan) karena
adanya perpindahan panas yang membawa uap air dari produk kearah evaporator,
sehingga produk menjadi kering dan berwarna coklat. Cara mengatasinya adalah
dengan proses glazing dan pengemasan yang benar.
2.2. Persyaratan Mutu Udang Segar
Bahan baku udang kupas mentah beku adalah sebagai berikut :
- Semua jenis udang segar yang berasal dari perairan yang tidak tercemar.
- Memenuhi syarat kesegaran dan kesehatan sesuai dengan SNI 01-2705.2-
2006 yang secara organoleptik sekurang-kurangnya :
Kenampakan : Bening, cemerlang, antar ruas kokoh
Bau : Segar
Tekstur : Elastis, padat, dan kompak
- Harus segar dan bersih, bebas dari setiap bau yang menandakan
pembusukan.
- Bebas dari sifat-sifat alamiah lainnya yang dapat menurunkan mutu serta
tidak membahayakan kesehatan.
Adapun persyaratan mutu udang segar menurut SNI 01- 2728.1-2006 dapat
dilihat pada Tabel 1.
12
Tabel 1. Persyaratan mutu udang segar
Jenis uji Satuan Persyaratan mutu
a Organoleptik :
b. Cemaran mikroba :
- ALT / gram, maks
- Escherrcia coli
- Salmonella *)
- Vibrio cholerae *)
c. Cemaran kimia
- Kloramfenikol
- Nitrofuran
- Tetrasiklin
d. Filth
Angka (1-9)
Koloni/gr
APM/gr
APM/25 gr
APM/ 25 gr
µg/kg
µg/kg
µg/kg
-
Min 7
Max 5 x 10 5
Max < 2
negative
negative
Max 0
Max 0
Max 100
Mak 0
Keterangan : ALT = Angka Lempeng Total
APM = Angka Paling Memungkinkan2.3. Penanganan
2.3.1.Pendinginan / penyimpanan
Udang yang telah bersih harus segera didinginkan dengan cepat
menggunakan es, air laut dingin atau dengan menggunakan mesin refrigerasi dan
disimpan dalam wadah yang bersih. Proses rantai dingin ini mestilah dilakukan
dengan baik sampai pada udang tersebut sampai pada unit pengolahan.
2.3.2.Penanganan selama pengangkutan
Udang dari tambak dengan menggunakan wadah yang sama dapat langsung
diangkut ke unit pengolahan. Sedangkan udang dari hasil tangkapan dilaut setelah
didaratkan perlu dibongkar dengan hati-hati, cepat, higienis, dan ditempatkan
pada wadah yang bersih dan suhu dingin harus tetap dipertahankan. Setelah
dimasukkan kedalam wadah baru, kemudian diberi es maka udang dapat diangkut
ketempat pengolahan. Pada saat pengangkutan udang ke pabrik hal yang perlu
diperhatikan adalah jarak pengangkutan, cuaca dan kondisi (sian atau malam),
serta sarana pengangkutan yang ada (Purwaningsih, 1995). Untuk pengangkutan
jarak jauh udang tidak boleh ditempatkan dalam wadah yang terlalu besar,
menggunakan alat angkut yang tertutup rapat, dan suhu harus dipertahankan pada
suhu dingin (maksimal 5oC).
13
2.4. Pembekuan
2.4.1.Proses pembekuan udang
Penurunan mutu udang disebabkan oleh adanya proses enzimatik, kimiawi,
dan bakterial, yang sangat dipengaruhi oleh keadaan fisik udang, faktor waktu dan
suhu. Salah satu cara untuk memperlambat terjadinya proses tersebut adalah
dengan pembekuan udang.
Karena suhu tinggi mempercepat timbulnya bercak hitam, usahakan agar
suhu udang serendah mungkin. Pada penanganan segar sebelum udang dibekukan
suhu udang sebaiknya berada sekitar 00 C sampai -10 C. Jangan lebih rendah dari
pada -10 C karena dikhawatirkan udang akan mengalami pembekuan sebahagian
yang dapat mengakibatkan rusaknya tekstur (Ilyas, 1993).
Proses pembekuan udang dimulai dari bagian dalam. Cairan tubuh yang
pertama kali membeku adalah air bebas, kemudian disusul dengan air tak bebas.
Air tidak bebas sukar sekali membeku karena titik bekunya sangat rendah. Waktu
yang diperlukan untuk menyelesaikan proses pembekuan sangat tergantung pada
kecepatan suhu pembekuan yang ingin dicapai (Hariadi, 1994).
Selama proses pembekuan berlangsung, terjadi pemindahan panas dari
tubuh udang bersuhu lebih tinggi ke refrigant bersuhu rendah. Dengan demikian
kandungan air di dalam tubuh udang akan berubah bentuk menjadi kristal es
kandungan air ini terdapat di dalam sel jaringan dan ruang antar sel (Hariadi,
1994).
Proses pembekuan cepat tidak boleh dianggap selesai kecuali produk sudah
mencapai suhu -180C atau lebih rendah pada pusat termalnya. Sistem pemberian
etiket atau kode-kode warna harus dilakukan pada waktu memuat bahan baku
untuk membantu identifikasi produk akhir (Ilyas, 1993).
2.4.2.Metode pembekuan
Pembekuan dengan Pelat ( plate freezing) (Pembekuan tajam/ sharp
freezing)
Ruangan pembeku berpelat memiliki ruang yang terinsulasi dengan rak-rak
yang terbuat dari kumparan-kumparan pipa yang menyalurkan pendingin. Rak –
14
rak tersebut terdiri dari pipa – pipa pendingin, dengan menggunakan refrigerant
Amonia atau Freon 12. Shrap freezer juga digunakan terbatas untuk produk
perikanan yang sudah dikemas. Kecepatan pembekuan berjalan lambat dan
ditentukan oleh suhu pipa – pipa pendingin. Suhu yang dianjurkan -30o C sampai
-40o C (Hariadi, 1994).
Pembekuan dengan Sistem Udara Dingin (Air-blast freezing)
Freezer ini memanfaatkan udara dingin sebagai refrigerant. Prinsipnya
adalah sebuah lorong dengan udara dingin yang disirkulasikan ke sekitar produk
yang akan dibekukan dengan bantuan dari kipas angin. Mula-mula udara
didinginkan dengan sebuah unit pendingin hingga mencapai suhu –30oC sampai –
40oC. Selanjutnya udara dingin ini dialirkan ke tempat penyimpanan udang yang
dibekukan dengan kecepatan 15-60 m/ menit. Kecepatan pembekuan tergantung
pada kecepatan sirkulasi udara dingin (Murniyati dan Sunarman, 2000).
Pembekuan Kontak-Pelat (Contact-Plate freezing)
Prinsip kerja dari alat pembeku ini adalah menurunkan suhu produk dengan
cara kontak langsung produk dengan pelat logam yang direfrigerasi yang dapat
digerakkan. Proses pembekuan berlangsung dengan memuaikan refrigeran dalam
pelat yang direfrigerasi itu yang membentuk rak horizontal tempat memuat
produk yang dibekukan (pada Pembeku Pelat Kontak Horizontal, PPKH) atau
yang membentuk kotak-kotak vertikal tempat memuat produk (pada Pembeku
Pelat Kontak Vertikal, PPKV).
2.5. Pemanfaatan Udang
Adapun udang yang dapat digunakan dalam berbagai produk olahan terutama yang terdapat di pasar Internasional adalah sebagai berikut :
Whole Shrimp ( udang utuh )
Whole Shrimp ( udang utuh ) adalah udang dalam keadaan utuh apa adanya
baik dalam keadaan hidup maupun mati dalam keadaan segar atau beku.
15
Green Headless Shrimp
Green Headless Shrimp atau sering juga disebut dengan Headless-shell on atau Headless saja yang disingkat dengan H/L, umumnya diminta oleh pasat dalam keadaan segar atau beku untuk selanjutnya digunakan sebagai bahan baku dari berbagai jenis olahan udang lainnya.
Bentuk olahan Headless ( H/L ) ini ; adalah udang yang diproses tanpa
kepala ( kepalanya dipotong ) dan pada bagian badannya harus utuh terdiri dari 6
segmen, ekor dan intestine ( veine ).
Shrimp Pieces
Shrimp Pieces adalah jenis olahan udang yang memiliki 5 segmen atau kurang
( beberapa segmen ), namun istilah ini sebagaimana yang dibuatolah Codex
Alimentarius ( komisi standard Internasional/FAO ) tergantung dari ukuran yaitu
kurang atau lebih dari 70 ekor per pounds dan kondisi badan tidak pecah-pecah
( broken ) yaitu segmen yang tinggal 5 atau beberapa segmen. Sedangkan kalau
menurut standar AS yang dimaksud denga Shrimp Pieces ini adalah udang yang
ukurannya dibwah 70 dan segmen yang tinggal adalah atau kurang ( beberapa ).
Peeled Shrimp
Peeled Shrimp adalah jenis olahan udang tanpa kepala dan tanpa kulit atau
kulitnya dikupas ( dihilangkan ) dan jenis olahan ini terdiri dari dua macam yaitu ;
1). Peeled Undevine ( udang dikupas kulitnya tetapi intestinenya tidak
dikeluarkan atau dihilangkan atau sering disingkat dengan “PUD”, dan 2). Peeled
and Devine ( yaitu intestinenya dihilangkan ) dan disingkat dengan “P&D”
Olahan Peeled Undevine ( PUD )
Olahan Peeled undevine ( PUD ) adalah selain sebagaimana diutarakan di
atas ada juga yang disebut dengan Peeled Tail On ( PTO ), yaitu cara pengupasan
kulit udang tidak secara keseluruhan dan disisakan satu segmen yaitu segmen
pada bagian terakhir yang dekat dengan ekor, dan termasuk ekornya dibiarkan
tetap utuh.
16
Olahan Peeled and Devine ( P&D )
Olahan Peeled and Devine ( P&D ) adalah olahan P&D ini biasanya
menggunakan ukuran udang yang agak besar yaitu ukuran 70 keatas ( 70 ekor per
pounds ) dan pasar AS umumnya tidak suka dengan penampakan udang yang
masih terlihat mengandung intestine ( veinanya ) oleh karena itu memaksa para
pengolahan udang melakukan pembuangan terhadap intestinenya. Adapun cara
untuk melakukan pembuangan intestine tersebut adalah dengan cara melakukan
mengiris bagian punggung udang dan mengeluarkan intestinenya, dengan cara ini
hasil akhir atau yieldnya realtif lebih rendah jikalau dengan cara menyedot dengan
perltan vacuum hanya saja biaya produksinya realtif lebih tinggi (Sumardika,
2011).
2.6. Tinjauan Umum Udang Kupas Mentah Beku PND (Peeled and
Deveined) Block Frozen
2.6.1.Pengertian udang kupas mentah beku
Menurut SNI 01-2705.1-2006, udang beku adalah produk yang diolah dari
udang segar yang mengalami perlakuan sebagai berikut : pencucian, pemotongan
kepala, pengupasan kulit, pembuangan atau tanpa pembuangan ekor, pembelahan
atau tanpa pembelahan, pembekuan cepat sehingga suhu pusat maksimal -18ºC.
2.6.2.Persyaratan mutu
Mutu udang ditentukan oleh keadaan fisik dan organoleptik (rupa, warna,
bau, rasa dan tekstur) dari udang tersebut. Kemudian, ukuran dan keseragaman
udang juga dapat menentukan tingkat mutunya. Oleh karena itu, tidak boleh ada
cacat, rusak atau defect yang akan mengurangi nilai dari mutu udang (Hadiwiyoto
1993). Standar syarat mutu dan keamanan pangan udang beku dapat dilihat pada
Tabel 4.
17
Tabel 4. Standar syarat mutu dan keamanan pangan udang beku
Jenis Uji Satuan Persyaratana. Organoleptik
angka (1-9) minimal 7
b. Cemaran mikroba:ALT koloni/g
maksimal 5,0 x 105
Escherichia coli APM/g maksimal < 2
Salmonella APM/25g Negative
Vibrio cholera APM/25g Negative
Vibrioparahaemolyticus(kanagawa positif)*
APM/g maksimal < 3
c. Cemaran kimia*:Kloramfenikol Ppb
maksimal 0Nitrofuran Ppb maksimal 0
Tetrasiklin Ppb maksimal 100
d. Fisika:Suhu pusat, maks. °C maksimal -18
e. Filth Jenis/jumlah maksimal 0
*: Bila diperlukanSumber : Badan Standarisasi Nasional (2007)
Udang yang digunakan dalam industri pengolahan hanyalah udang yang
memiliki mutu segar. Penilaian mutu udang dapat dilihat secara organoleptik
(visual). Udang yang memiliki kesegaran yang baik akan menghasilkan produk
akhir yang baik pula atau sebaliknya.
2.6.3.Alur proses pengolahan udang kupas mentah beku (Peeled Deveined)
Teknik penanganan dan pengolahan udang mentah beku merupakan
rangkaian kegiatan untuk menghasilkan produk akhir . Alur proses penanganan
dan pengolahan udang kupas belah beku (Peeled Deveined).
Penerimaan bahan baku
Sampai di unit pengolahan udang harus diperiksa suhu internal dan nilai
sensorinya. Udang yang mengandung bahan berbahaya, busuk dan mengandung
bahan benda asing yang tidak dapat dihilangkan melalui prosedur normal
penyortiran harus ditolak dan suhu selama pengolahan harus dipertahankan
maksimal 5ºC.
Sortasi awal
Tujuan sortasi adalah mendapatkan nilai hasil yang seragam, baik dalam hal
kesegarannya, ukurannya, jenisnya, maupun mutunya (Hadiwiyoto, 1993). Udang
18
yang telah bersih selanjutnya dipisahkan berdasarkan ukuran , mutu, dan jenisnya.
Suhu udang harus selalu dalam keadaan dingin maksimal 5ºC.
Pemotongan kepala
Untuk udang berukuran besar yang diterima diunit pengolahan masih
dengan kepala, sebaiknya segera dilakukan pemotongan dengan tujuan untuk
membuang bagian yang merupakan tempat berkumpulnya kotoran udang sebagai
sumber bakteri (Purwaningsih, 1995). Setelah dipotong, udang harus segera
dicuci menggunakan air dingin.
Pencucian awal
Udang yang telah dilakukan pemotongan kepala, selanjutnya dilakukan
pencucian menggunakan air bersih dengan cara mencelupkan berulang-ulang atau
dengan sistem air mengalir. Pencucian bertujuan untuk menghilangkan kotoran,
benda-benda asing, lendir dan mengurangi jumlah bakteri.
Menurut Hadiwiyoto (1993), air pencucian harus dalam keadaan dingin
bersuhu 0-60C, setiap kali pencucian air dalam bak diganti atau didalam bak
dialirkan air bersih dan dingin secara terus menerus.
Pengupasan
Pengupasan dapat dilakukan dengan tangan atau dengan cara lain. Apabila
dilakukan dengan tangan harus memakai sarung tangan. Pengupasan dilakukan
dengan hati-hati untuk menjaga mutu dan berat dari udang tersebut.
Pembelahan atau tanpa pembelahan
Pembelahan dilakukan dibagian punggung untuk membersihkan saluran
pencernaan dan itu hanya dilakukan pada produk peeled dan butterfly sedangkan
untuk produk tanpa pembelahan langsung dilakukan proses pencucian akhir.
Pencucian akhir
Pencucian akhir atau pencucian ulang dilakukan untuk menghilangkan sisa
kotoran setelah dilakukan pengupasan atau pembelahan dan sekaligus
pembuangan benda-benda asing seperti potongan-potongan serangga, rambut dan
lain-lain.
19
Sortasi akhir
Sortasi ini dilakukan untuk memeriksa kembali hasil dari sortasi awal.
Menurut Purwaningsih (1995) sortasi final dilakukan untuk mengoreksi hasil
sortasi yang belum seragam, baik mutu, ukuran maupun warna.
Penimbangan
Penimbangan harus dilakukan secara higienis menggunakan timbangan
yang tidak berkarat. Timbangan harus selalu dikalibrasi untuk menjaga ketetapan
penimbangan (Purwaningsih, 1995).
Penyusunan dalam pan
Udang ditimbang, diberi kode sesuai dengan jenis dan ukurannya kemudian
disusun didalam pan-pan pembekuan atau langsung didalam kemasannya.
Pengaturan udang dalam pan-pan pembeku, disusun berlapis-lapis (2-4 lapis
sesuai dengan ukuran). Antara lapisan yang satu dengan lapisan atasnya dapat
disusun bersilangan. Dalam pan yang telah berisi udang, ditambahkan air
secukupnya (semua bagian terendam). Air yang digunakan harus sesuai dengan
persyaratan air minum.
Pengaturan Pan dalam Rak Pembekuan (Untuk Udang Blok)
Pan yang berisi udang, disusun dalam pan yang lebih besar (long pan)
secara teratur dan berurutan kemudian dimasukkan dalam rak-rak pembekuan.
Penggunaan pan berukuran lebih besar ini dimaksudkan agar air yang tumpah
mengalir ke rak-rak pembekuan dan mempermudah dalam penanganannya.
Pembekuan
Pembekuan udang dilakukan dengan menggunakan metode pembekuan
cepat untuk menghasilkan produk yang mencapai suhu pusat maksimal -180C
dalam waktu maksimal dapat mencapai ± 4 jam. Menurut Hariadi (1994)
pembekuan bertujuan untuk mengawetkan sifat-sifat alami udang dengan cara
menghambat aktifitas bakteri atau aktifitas enzim.
Penggelasan (Glazing)
Udang beku secepatnya dikeluarkan dari pan pembeku dengan cara
dicelupkan dalam air dingin (0ºC sampai dengan 50C) dengan tujuan mencegah
pelekatan antar bahan baku, mencegah produk dari ketengikan akibat oksidasi,
20
melindungi produk dari kekeringan selama penyimpanan dan memperbaiki
penampakan (Purwaningsih, 1995).
Pengemasan
Bahan-bahan pengemas untuk produk udang kupas mentah beku harus
cukup bersih, kuat dan tahan perlakuan phisis, mempunyai permeabilitas yang
rendah terhadap uap air, gas dan bau, kedap minyak atau lemak dan dilapisi lilin.
Penyimpanan
Penyimpanan produk harus didalam gudang beku (cold storage) dengan
suhu maksimal - 25ºC. Penataan produk didalam gudang diatur sedemikian rupa
sehingga memungkinkan sirkulasi udara dingin dapat merata keseluruh
permukaan produk.
2.7. Persyaratan Unit Pengolahan Ikan (UPI)
Sejalan dengan dikembangkannya arah baru dalam sistem pembinaan dan
pengawasan mutu hasil perudangan berdasarkan konsepsi HACCP. Standar nilai
kelayakan pengolahan dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Standar Nilai Kelayakan Pengolahan
TINGKAT (RATING) JUMLAH PENYIMPANGANMn My Sr Kr
A (Baik Sekali) 0 – 6 0 – 5 0 0B (Baik )*) ³ 7 6 – 10 1 - 2 0C (Cukup) NA ³ 11 3 – 4 0D (Tidak Memenuhi Persyaratan) NA NA ³ 5 ³ 1Catatan : *) Jumlah penyimpangan Mayor + Serius tidak lebih dari 10
NA = Not Applicable
Didalam kuisioner, faktor-faktor yang mempengaruhi mutu dikelompokkan
menjadi Minor (Mn), Mayor (My), Serius (Sr), dan Kritis (Kr). Kategori ini
didasarkan pada pengaruh atau keterkaitannya dengan tingkatan keamanan pangan
(food safety) dari produk yang dihasilkan dengan perincian sebagai berikut :
Kritis (Kr) : adalah suatu faktor, baik yang terkait dengan standar prosedur operasi
sanitasi (SSOP) maupun yang terkait dengan standar prosedur operasi pengolahan
(GMP) yang apabila tidak dilaksanakan,tidak dimonitor dan atau tidak
dikendalikan dengan baik, dapat secara langsung mengakibatkan produk yang
dihasilkan tidak aman dikonsumsi.
21
Serius (Sr) adalah suatu faktor atau aspek (SSOP atau GMP) yang apabila tidak
dilaksanakan, tidak dimonitor dan atau tidak dikendalikan dengan baik, dapat
secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi produk yang dihasilkan
sehingga tidak aman untuk dikonsumsi atau diolah oleh konsumen.
Mayor (My) : adalah suatu faktor atau aspek (SSOP atau GMP) yang meskipun
tidak secara langsung menentukan produk yang dihasilkan, namun apabila tidak
diperhatikan dengan baik dapat mengakibatkan produk yang dihasilkan tidak
aman atau merugikan konsumen.
Minor (Mn) : adalah suatu faktor atau aspek (SSOP atau GMP) yang tidak
berhubungan langsung dengan mutu produk, tetapi apabila tidak dilaksanakan
dengan baik dapat berpengaruh terhadap produk.
2.7.1.Persyaratan operasional
2.7.1.1.Cara berproduksi yang benar (GMP)
Good Manufacturing Practice (GMP) atau Cara Produksi Makanan Yang
Baik (CPMB) adalah merupakan suatu pedoman cara memproduksi makanan
dengan tujuan agar produsen memenuhi persyaratan-persyaratan yang telah
ditentukan untuk menghasilkan produk makanan bemutu sesuai dengan tuntutan
konsumen. Jadi, GMP merupakan program penunjang keberhasilan dalam
implementasi sisitem HACCP, sehingga produk pangan yang dihasilkan benar –
benar bermutu dan sesuai dengan tuntutan konsumen, tidak hanya didalam akan
tetapi juga diluar negeri (Thaheer, 2005).
Persyaratan bahan baku
Menurut SK Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor : Kep. 01/Men/2002
persyaratan bahan baku produk perikanan adalah :
a) Udang yang diolah tidak boleh berasal dari atau ditangkap di lahan atau
perairan yang tercemar.
b) Udang yang diolah, baik untuk keperluan konsumsi dalam negeri maupun
ekspor harus memenuhi standar mutu yang ditetapkan untuk setiap jenis
komoditas sesuai dengan peraturan yang berlaku.
22
Sesuai SK menteri diatas maka persyaratan bahan baku disesuaikan dengan
aturan yang berlaku saat ini tentang persyaratan bahan baku udang PND yaitu SNI
01-2705.2-2006, bahan baku udang PND adalah udang segar dengan mutu yang
baik dan memenuhi persyaratan mutu sebagai berikut :
Jenis bahan Baku
Jenis Bahan Baku adalah Udang (Penaeus spp) atau jenis lain yang sesuai.
Bentuk bahan Baku
Bentuk bahan baku adalah udang mentah segar atau beku yang masih
memiliki ekor (tail on).
Asal bahan Baku
Bahan baku berasal dari perairan yang tidak tercemar, baik dari kemungkinan
pencemaran oleh faktor fisika, biologi ataupun kimia.
Mutu bahan Baku
Secara organoleptik, menurut SNI 01-2705.2-2006, bahan baku udang beku
mempunyai karakteristik kesegaran minimal sebagai berikut:
-Kenampakan : bening, cemerlang, antar ruas kokoh
-Bau : segar
-Tekstur : elastis, padat, dan kompak
Persyaratan Bahan Tambahan
Bahan tambahan yang digunakan harus sesuai dengan persyaratan yang
ditetapkan oleh pemerintah dan negara tujuan ekspor terhadap bahan tambahan
tersebut harus selalu dilakukan pengujian baik oleh laboratorium perusahaan
maupun laboratorium pemerintah secara berkala.
Penanganan dan Pengolahan
Penanganan, penyimpanan dan pembongkaran ikan diatas kapal dan atau
ditempat produksi harus dilaksanakan cepat, cermat, higienis dan penerapan suhu
serendah mungkin minimal 00C dengan secepatnya, serta dihindarkan dari
kerusakan fisik dan mutu udang yang disebabkan dari peralatan yang dapat
melukai atau menyobek daging.
23
Proses pembekuan harus cepat dan penurunan suhu harus cukup untuk
menghindari kemunduran mutu, proses pembekuan harus ditentukan sampai
waktu yang ditetapkan untuk menjamin kesempurnaan pembekuan(Ditjenkan,
1997).
Sistem pemberian etiket atau kode-kode warna harus dilakukan pada waktu
memuat bahan baku untuk membantu identifikasi produk akhir.
Jenis Bahan, Pewadahan dan Pembungkusan
Bahan-bahan pembungkus untuk produk beku harus cukup kuat, tahan
perlakuan phisik, mempunyai permeabilitas yang rendah terhadap uap air, gas dan
bau, tidak mudah ditembus lemak atau minyak, tidak boleh meningkatkan waktu
pembekuan, tidak boleh melekat pada produk dan tidak boleh menulari produk.
Pembungkus harus terbuat dari jenis bahan yang baik yang memenuhi syarat-
syarat bagi produk. Metode pengolahan dan pemasarannya. Pembungkus harus
disimpan dengan cara yang lebih bersih dan saniter. Pembungkus tersebut harus
tidak menularkan senyawa-senyawa yang menimbulkan keberatan yang
melampaui batas yang diperkenankan kepada produk yang dibungkus (Ditjenkan,
1997).
Pelabelan dan Pemberian kode
Setiap produk akhir yang akan diperdagangkan harus diberi label dengan
betul dan mudah dibaca yang memberikan keterangan tentang.
a. Jenis produk akhir
b. Ukuran
c. Tipe
d. Grade (tingkatan mutu)
e. Berat bersih produk akhir
f. Bila ada beberapa bahan tambahan makanan yang ditambahkan, harus diberikan
keterangan mengenai bahan tambahan makanan tersebut
24
g. Nama dan alamat unit pengolahan atau dealer, serta negara mana produk dibuat.
h. Nomor lisensi unit pengolahan
i. Tanggal, bulan dan tahun saat produk tersebut dihasilkan (kode produksi)
Penyimpanan
Master karton yang berisi produk kemudian disimpan dalam cold storage
dengan suhu –25oC. Penyusunan didalam cold storage diatur pada pallet yang
memungkinkan terjadinya sirkulasi udara dingin.
Produk harus disusun dengan baik dalam gudang beku, sehingga selalu ada
ruangan untuk udara dingin beredar sepanjang dinding dan lantai serta diantara
sela-sela bungkusan produk beku. Pintu gudang beku jangan sering dibuka tutup,
udara yang mengalir melalui pintu harus dicegah dengan penggunaan ruangan
pengurung udara (air lock chamber), tabir penutup sendiri (self closing shutter)
atau peralatan yang sejenis.
Distribusi
Menggunakan kendaraan pengangkut hasil perundangan dengan kontruksi
dan dilengkapi peralatan sedemikian rupa, sehingga suhu dapat dijaga selama
pengangkutan. Jika es digunakan untuk pendinginan maka harus ada saluran
pembuangan untuk menjamin lelehan es tidak menggenangi produk. Permukaan
bagian dalam dari alat transportasi harus didesain sedemikian rupa sehingga tidak
merusak produk, di mana permukaannya harus rata, mudah dibersihkan, dan
disanitasi. Menggunakan alat pengangkut yang tidak dapat mengkontaminasi
produk hasil perudangan. Tidak boleh diangkut dengan menggunakan kendaraan
atau wadah yang tidak bersih kecuali disanitasi terlebih dahulu. Persyaratan
pengangkutan hasil perudangan yang dipasarkan dalam keadaan hidup harus tidak
berpengaruh buruk terhadap hasil perudangan tersebut (KEP. 01/MEN/2007: 10).
Kondisi alat angkut dan distribusi udang dengan jenis produk dan alat
angkut serta distribusi harus dijaga kebersihan dan sanitasinya.
25
2.7.1.2. Standar prosedur operasi sanitasi (SSOP)
Sanitasi adalah serangkaian proses yang dilakukan untuk menjaga
kebersihan. Sanitasi dilakukan sebagai usaha mencegah penyakit/kecelakaan dari
konsumsi pangan yang diproduksi dengan cara menghilangkan atau
mengendalikan faktor-faktor didalam pengolahan pangan yang berperan dalam
pemindahan bahaya sejak penerimaan bahan baku, pengolahan, pengemasan dan
penggudangan produk sampai produk akhir didistribusikan (Thaheer 2005).
Menurut winarno dan surono 2002, prinsip-prinsip sanitasi untuk
diterapkan dalam SSOP menjadi 8 kunci persyaratan yaitu:
Air
Syarat air yang digunakan dalam pengolahan makanan minimal harus
memenuhi syarat-syarat air yang dapat diminum adalah sebagai berikut:
1) Bebas dari bakteri berbahaya serta bebas dari ketidak murnian kimiawi
2) Bersih dan jernih
3) Tidak berwarna dan tidak bau
4) Tidak mengandung bahan tersuspensi (penyebab keruh)
5) Menarik dan menyenangkan untuk diminum
Air yang digunakan sebagai bahan penolong harus memenuhi persyaratan kualitas
air minum.
Es
Es yang digunakan sebagai media dingin sebaiknya dibuat dari air bersih
sebagaimana persyaratan untuk air minum. Selain itu digunakan es yang tua
(matang), yaitu yang mempunyai suhu lebih rendah daripada es biasa yang baru
saja diangkat dari tempat pembuatannya. Es yang matang mempunyai suhu antara
-120 C sampai -180C.
Es yang matang dapat diperoleh dengan cara es yang baru diangkat dari
tempat pembuatannya disimpan terlebih dahulu dengan kamar dingin besuhu
26
rendah untuk beberapa waktu lamanya dan jangan langsung digunakan. Es yang
matang mempunyai sifat-sifat sebagai berikut (Junianto, 2003).
1) Butiran-butiran es lebih kecil dan bersih bila dihancurkan
2) Waktu peleburan lebih lama
3) Tidak mudah membentuk massa padat seperti es biasa
Peralatan dan Pakaian Kerja
Permukaan peralatan yang kontak langsung dengan produk terbuat dari
bahan yang tahan korosi, terbuat dari bahan yang aman, tidak beracun, tidak
menyerap air, tidak bereaksi dengan produk, permukaan halus dan mudah
dibersihkan. Beberapa hal yang perlu diawasi terhadap kondisi kebersihan
meliputi kondisi permukaan peralatan yang kontak dengan pangan, tipe dan
konsentrasi bahan sanitasi, serta kebersihan sarung tangan dan pakaian pekerja.
Pencegahan kontaminasi silang
Kontaminasi silang adalah bagian yang sering terjadi pada industri makanan
akibat kurang dipahaminya masalah ini. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk
mencegah terjadinya kontaminasi silang antara lain: tindakan karyawan untuk
mencegah kontaminasi silang, pemisahan bahan baku dengan produk siap
konsumsi. Desain sarana prasarana mencegah kontaminasi silang serta
penyimpanan dan perawatan bahan pengemas.
Toliet dan Tempat Cuci Tangan
Toilet harus dilengkapi dengan ventilasi dan harus selalu diperhatikan
dalam kondisi higienis. Toilet dan cuci tangan harus dilengkapi dengan penyentor
air dengan penggunaan pedal kaki untuk menghindari kontaminasi yang berasal
dari pegangan kran. Formula berikut ini dapat dipakai dalam menyediakan toilet
dihubungkan dengan pegawai/pekerja :
1 – 9 pekerja = 1 toilet
10 – 24 pekerja = 2 toilet
25 – 49 pekerja = 3 toilet
27
50 – 100 pekerja = 5 toilet
Tempat buang air kecil bisa menggantikan toilet, namun jumlahnya tidak
boleh dari sepertiga dari toilet total. Diatas 100 pekerja, setiap penambahan 30
pekerja membutuhkan 1 (satu) toilet (Ditjenkan, 1997).
Ruang pengolahan harus mempunyai sejumlah tempat cuci tangan yang
cukup sekurang-kurangnya satu tempat cuci tangan untuk setiap 10 karyawan;
penyediaan air panas, dan dingin yang cukup; dilengkapi dengan sabun, lap sekali
pakai (tissue paper) dan tempat sampah yang tertutup. Tempat cuci tangan harus
diletakkan pada tempat-tempat diruang pengolahan yang dapat dilihat oleh
pengawas, dan didekat pintu masuk ruang pengolahan (Ditjenkan, 1997).
Bahan kimia pembersih dan sanitizer
Sanitasi merupakan langkah pemberian sanitizer dalam kimia atau perlakuan
fisik yang dapat mereduksi populasi mikroba pada fasilitas dan peralatan pabrik.
Sanitizer adalah kondisi bersih dari kuman atau mikroba yang digunakan dalam
industri pangan.
Bahan pembersih dan sanitizer yang digunakan dalam unit pengolahan harus
sesuai dengan persyaratan dan harus diberi label untuk lebih mudah dalam
mengidentifikasinya.
Pelabelan, penyimpanan, dan penggunaan bahan toksin yang benar
Tujuan adalah untuk menjamin bahwa pelabelan, penyimpanan dan
penggunaan bahan toksin adalah benar untuk proteksi produk dari kontaminasi.
Beberapa aspek yang perlu diperhatikan adalah kegiatan dan sistem pelabelan,
penyimpanan dan penggunaan bahan toksin. Beberapa yang perlu diperhatikan
dalam pelabelan adalah bahwa pelabelan wadah asal harus menunjukkan nama
bahan/larutan dalam wadah, nama dan alamat produsen/distributor, petunjuk
penggunaan. Bahan pengemas tidak bereaksi dengan produk dan mampu
melindungi produk.
28
Penyimpanan bahan yang bersifat toksin seharusnya dilakukan dengan
tempat dengan akses terbatas, memisahkan bahan food grade dengan non food
grade dan jauhkan dari peralatan dan barang-barang kontak dengan produk.
Kesehatan Karyawan
SSOP ini mencakup pengendalian kesehatan bagi karyawan agar tidak
menjadi sumber kontaminasi bagi produk, bahan kemasan atau permukaan yang
kontak dengan makanan. Kebersihan personal harus senantiasa diperhatikan
fasilitas cuci pakaian (laundry) sebaiknya disediakan oleh perusahaaan, terutama
karyawan yang kontak langsung dengan produk akhir, perilaku yang bersih dan
sehat dari karyawan sangat menunjang kebersihan produk yang dihasilkan
(Thaheer, 2005).
Pengendalian pest
Pest harus dicegah agar tidak masuk ke unit pengolahan. Usaha untuk
mencegah hal tersebut, maka harus dilakukan pengawasan pada tempat-
tempat keluar masuknya serangga, tidak ada bekas-bekas kotak kayu dan
tumpukan sampah yang tertinggal, konstruksi harus anti tikus dan serangga
dan menerapkan cara-cara pengawasan terhadap binatang pengerat (pest)
dengan berbagai metode yang ada dengan memperkerjakan orang yang ahli
(exterminator).
2.8. Sistem Pengawas Mutu
PMMT
terbitnya SK Menteri Kelautan dan Perikanan No. 01/Men/2002 tentang
Program Manajemen Mutu Terpadu( PMMT ) ini sejalan dengan adanya
perkembangan teknologi dimana sistem pembinaan dan pengawasan mutu hasil
perikanan menggunakan pendekatan “Hazard Analysis Critical Controll Point”
( HACCP ). Dalam penerapan PMMT yang berdasarkan program HACCP, SSOP
masih tetap menjadi bagian yang sangat penting karena merupakan persyaratan
pendahuluan ( pre quiste ) yang harus dimilki oleh unit pengolahan sebelum
29
program HACCP tersebut dilaksanakan. Uraian yang lebih mendalam tentang
program HACCP akan dibahas pada bab berikutnya.
HACCP
Hazard Analysis Critical Control Point ( HACCP ) merupakan suatu sistem
yang akhir-akhir ini banyak digunakan dalam dalam rangka memberikan jaminan
mutu terutama dalam industry pengolahan bahan makanan termasuk hasil
perikanan. HACCP ini merupakan suatu sistem yang memberikan jaminan
mutu berdasarkan kesadaran atau perhatian bahwa bahaya ( hazard ) akan timbul
pada berbagai tahapan ( titik ) produksi, dan pengendaliannya dapat dilakukan
dengan cara melakukan pengawasan atau control terhadap bahaya-bahaya yang
kemungkianannya dapat terjadi.
Implementasi HACCP di unit Pengolahan Ikan
Dalam penerapannya sistem HACCP di unit pengolahan ikan di Indonesia
salah satu persyaratan awal yang harus dimiliki ( pre-quisite ) adalah unit
pengolahan tersebut telah memilki dan menerapkan Standard Sanitasion
Operational Prosedure ( SSOP ) dan harus telah diverifikasi / mendapatkan
sSrtifikat Kelayakan Pengolahan ( SKP ) dari competent authority.
2.9. Persyaratan Kelayakan Dasar (Pre-Requisite)
Salah satu rangkaian kegiatan dalam pengawasan kelayakan dasar adalah
inspeksi di unit pengolahan ikan (UPI). Pelaksanaan inspeksi unit pengolahan
ikan ini dilakukan oleh petugas pengawas mutu, baik yang dipusat maupun di
daerah.
2.9.1.Persyaratan fisik
2.9.1.1. Lokasi
Bangunan Unit Pengolahan harus dibangun didaerah yang bebas dari
kotoran yang bersifat bakteriologis, biologis, fisis dan kimia seperti didaerah
daerah rawa, pembuangan sampah, perkampungan kumuh, dekat tempat – tempat
yang mengalami pencemaran udara dan air, dan sumber – sumber pengotoran
lainnya, sehingga tidak menimbulkan penularan dan kontaminasi terhadap produk
30
sehingga membahayakan konsumen. Oleh karena itu unit pengolahan ikan
mestilah di bangun dengan memperhatikan hal – hal berikut :
1. Perkiraan sumber-sumber kontaminasi yang potensial
2. Kecukupan dan mutu pasokan air
3. Pembuangan air limbah
4. Kecukupan listrik
5. Ketersediaan transportasi
Dalam merancang bangunan mestilah dilihat lingkungan sekeliling lokasi
unit pengolahan tersebut, dimana lokasi unit pengolahan mestilah bebas dari
kemungkinan banjir.
2.9.1.2. Bangunan
Denah
Bangunan unit pengolahan dan sekitarnya harus dirancang dan ditata,
ruangan dipisahkan dengan batas yang jelas, luas tiap ruangan dan peralatan harus
cukup, sehingga aliran proses pengolahan dapat berjalan lancar, cepat dan tidak
terjadi kontaminasi silang tanpa mengakibatkan berdesaknya pekerja.
Lantai
Lantai untuk pekerjaan basah tampat ikan diterima, diolah, atau dikemas
dijaga kemiringan, terbuat dari bahan kedap air, tahan lama dan mudah
dibersihkan. Pertemuan antara lantai dan dinding melengkungan dan kedap air.
Dinding
Permukaan dinding pada bagian dalam dari ruangan yang sifatnya untuk
pekerjaan basah harus kedap air, permukaannya halus dan rata, serta berwarna
terang, Bagian dinding sampai dengan ketinggian 2 m terbuat dari lantai dan harus
dapat dicuci dan tahan terhadap bahan kimia pada bagian tersebut tidak boleh
ditempatkan sesuatu yang mengganggu operasi pembersihan. Sudut antara
dinding dan lantai, serta antara dinding dengan langit – langit harus tertutup rapat
dan mudah dibersihkan.
31
Langit – langit
Ruang pengolahan dan pengemasan harus mempunyai langit-langit yang
tidak boleh retak, tidak bercelah, tidak terdapat tonjolan dan sambungan yang
terbuka, kedap air dan berwarna terang. Harus dirancang untuk mencegah
akumulasi kotoran dan meminimalkan kondensasi serta mudah dibersihkan untuk
menghindari tumbuhnya jamur. Tidak terdapat pipa – pipa yang terlihat diatas
tempat ikan diolah ataupun dikemas.
Ventilasi
Dalam ruangan kerja harus ada ventilasi yang cukup untuk menjamin
sirkulasi udara, menghilangkan bau yang tidak diinginkan, mencegah
pengembunan dan pertumbuhan jamur, mencegah panas yang berlebih,
kondensasi uap dan debu, serta untuk membuang udara terkontaminasi. Ventilasi
harus dilengkapi dengan tabir atau alat pelindung lain yang tidak korosif dan tabir
harus mudah diangkat dan dibersihkan.
Penerangan
Lampu harus dilindungi dengan pengaman untuk menghindari kontaminasi
terhadap produk bila pecah. Jendela harus dilengkapi dengan kasa yang bisa
dilepas untuk dicuci/dibersihkan. Kasa tersebut terbuat dari bahan yang tidak
karatan. Pengukuran intensitas ini dilakukan dengan alat pengukur cahaya standar
(standart light meter).
Pintu dan Jendela
Permukaan pintu harus tahan karat, halus dan rata serta tahan air dan mudah
dibersihkan. Pintu tersebut harus dirancang sehingga dapat menutup dengan
sendirinya dan cukup lebar. Bibir jendela, jika ada harus tahan air, halus dan rata,
mudah dibersihkan dan harus dirancang sehingga bila dibuka dapat menahan
debu, kotoran dan serangga serta mempunyai kemiringan 45o. Tingginya bibir
jendela minimal satu meter.
32
2.9.1.3. Fasilitas
1) Perlengkapan Anti Serangga
Ruangan penanganan dan pengolahan harus dilengkapi dengan peralatan
pencegah masuknya serangga, tikus, burung, dan hama binatang lain serta
binatang peliharaan.
2) Selokan /Saluran Pembuangan
Menurut (Winarno, 2004), Kontruksi selokan air harus baik agar air dan
kotoran mengalir dengan lancar, dilengkapi dengan alat pencegah masuknya
tikus/binatang lain keruang pengolahan dengan bak control untuk menghilangkan
limbah padat.
3) Ruang Istirahat
Harus tersedia ruang istirahat pegawai yang dilengkapi dengan tempat cuci
tangan dan tempat ganti pakaian. Ruangan istirahat harus terpisah dari ruangan
pengolahan, cukup luas untuk jumlah karyawan pabrik minimal 2m2 untuk 1
orang pekerja. Ruangan – ruangan ini harus cukup air dan selalu dibersihkan.
4) Ruang Makan
Perlu ada ruang makan yang bersih dan cukup luas minimal 2 m2 untuk
setiap pekerja. Ruangan ini letaknya terpisah dari ruangan pengolahan dan
ruangan istirahat.
5) Jamban
Kamar jamban harus berventilasi cukup ke arah gedung, dinding dan
langit – langit terbuat dari bahan halus dan rata, mudah dicuci dan berwarna
terang, mempunyai satu saluran pembuangan kotoran dan dilengkapi dengan
penerangan yang cukup. Konstruksi jamban harus tipe leher angsa. Jamban harus
dilengkapi dengan tempat cuci tangan yang terpisah, air bersih yang cukup dan
disediakan sabun serta lap tangan. Jamban tidak boleh berhubungan langsung
dengan ruangan pengolahan.
33
6) Tempat Cuci Tangan
Dalam unit pengolahan harus tersedia minimal satu tempat cuci tangan
untuk setiap 10 karyawan. Tempat cuci tangan dilengkapi air panas dan dingin
yang cukup, sabun, kertas tissue dan tempat sampah bertutup, serta keran air
dengan pedal kaki atau keran dorong menggunakan sikut.
7) Kamar Mandi
Unit ruang pengolahan harus dilengkapi dengan kamar mandi sistem
pancuran (douche) dengan air bersih yang cukup, jumlah douche minimal yang
dibutuhkan adalah sekurang-kurangnya 1 douche untuk 5 karyawan dan kamar
mandi pria harus terpisah dari kamar mandi wanita (Ditjenkan, 1997)
8) Tempat Sampah
Unit pengolahan wajib dilengkapi dengan tempat sampah yang tertutup
dengan jumlah dan kapasitas yang cukup untuk menampung sampah dan kotoran
(Ditjenkan, 1997).
9) Peralatan dan Perlengkapan
Permukaan peralatan dan perlengkapan yang berhubungan langsung dengan
proses pengolahan bahan harus halus, bebas dari lubang-lubang dan celah, tidak
menyerap air dan tidak berkarat, dan tidak menimbulkan racun. Tidak dibuat dari
kayu, logam besi (mudah berkarat), kuningan dan logam galvanisir.
10) Laboratorium
Laboratorium dalam unit pengolahan harus aktif melaksanakan monitoring
terhadap bahan baku dari awal sampai akhir, bahan pembantu dan bahan
tambahan, kebersihan peralatan dan mutu produk akhir dengan tenaga analis yang
professional dan mencukupi jumlahnya.
2.10. Rendemen
Rendemen dinyatakan dalam % berat, yang angkanya didapat berdasarkan
perhitungan berat hasil dibagi berat bahan mentah yang dihasilkan, dikalikan 100.
34
Tujuan dari perhitungan ini adalah untuk mengetahui berat bersih dari ikan/udang
yang digunakan dalam optimalisasi produksi dibandingkan berat kotor yang tidak
terpakai.
Rendemen merupakan perbandingan antara berat akhir produk yang
diinginkan (BHx) dengan berat semula (BM) dikalikan 100 (Heruwati, 1989)
dengan rumus sebagai berikut :
Keterangan :
BHx : Berat hasil yang diinginkan
BM : Berat awal
Penanganan dan pengolahan selain dilakukan dengan secara tepat, juga
dilakukan dengan hati-hati, bila tidak cermat maka rendemen yang dihasilkan
akan semakin kecil. Faktor keahlian pekerja juga mempengaruhi besar kecilnya
persentase rendemen loin yang dihasilkan karena masing-masing pekerja memiliki
tingkat keahlian yang berbeda-beda pada setiap tahapnya(Ilyas, 1993).
2.11. Produktivitas tenaga kerja
Produktivitas adalah suatu konsep yang bersifat universal yang bertujuan
untuk menyediakan lebih banyak barang dan jasa untuk lebih banyak manusia,
dengan menggunakan sumber – sumber ril yang makin dekat dan juga
Produktivitas pada dasarnya adalah suatu sikap mental yang selalu mempunyai
pandangan bahwa mutu kehidupan hari ini lebih baik dari pada kemarin, dan hari
esok lebih baik dari hari ini (Sinungan, 2008).
Produktivitas diartikan sebagai tingkatan efisiensi dalam memproduksi
barang-barang atau jasa – jasa : ” Produktivitas mengutarakan cara pemanfaatan
secara baik terhadap sumber – sumber dalam memproduksi barang – barang”,
ukuran produktivitas yang paling dikenal berkaitan dengan tenaga kerja yang
dapat dihitung dengan membagi pengeluaran oleh jumlah yang digunakan atau
BHxRendemen = x 100
BM
35
jam – jam kerja orang (Sinungan, 2008). Secara teknis produktivitas
tenaga kerja dinyatakan dalam rumus:
Produktivitas (kg/orang/satuan waktu) = Jumlah hasil produksi
Satuan Waktu
1) Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja
Motivasi kerja yaitu suatu dorongan kehendak yang mempengaruhi perilaku
tenaga kerja untuk berusaha meningkatkan produktivitas kerja karena adanya
keyakinan bahwa peningkatan produktivitas mempunyai manfaat bagi dirinya.
Disiplin kerja yaitu sikap atau tingkah laku berupa kepatuhan atau ketaatan secara
sadar terhadap aturan yang berlaku dilingkungan kerja karena adanya keyakinan
bahwa dorongan aturan ini tujuannya dapat dicapai. Etika kerja yaitu seperangkat
nilai-nilai atau norma-norma yang diterima sebagai pedoman, pola tingkah laku
tenaga kerja.
a. Pendidikan, pada umumnya orang yang mempunyai pendidikan lebih tinggi
biasanya akan memiliki wawasan yang lebih luas. Tingginya kesadaran akan
pentingnya produktivitas mendorong tenaga kerja yang bersangkutan
melakukan tindakan yang produktif.
b. Keterampilan, apabila karyawan semakin terapil, maka akan lebih mampu
bekerja serta menggunakan fasilitas kerja dengan baik. Karyawan akan
menjadi lebih terampil apabila memiliki kecakapan (ability) dan pengalaman
(experience) yang cukup.
c. Manajemen disini berkaitan dengan sistem yang diterapkan oleh pimpinan
untuk mengelola atau memimpin serta mengendalikan karyawan bawahannya.
d. Hubungan industrial pancasila akan dapat menciptakan ketenangan kerja dan
menumbuhkan motivasi kerja secara produktif, meningkatkan hubungan kerja
yang serasi dan dinamis dan akan meningkatkan harkat martabat karyawan
sehingga mendorong jiwa divosi dan dedikasi.
e. Tingkat penghasilan yang memadai dapat menimbulkan konsentrasi kerja dan
kemampuan yang dimiliki dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan produksi.
36
f. Gizi dan kesehatan akan meningkatkan produktivitas tenaga kerja dan
ditunjang pula dengan semangat yang tinggi.
g. Jaminan sosial diberikan untuk data menimbulkan kesenangan bekerja
sehingga mendorong pemanfaatan kemampuan yang dimiliki untuk
meningkatkan produktivitas.
h. Lingkungan dan iklim kerja yang baik akan mendorong karyawan untuk betah
bekerja dan meningkatkan tanggung jawab dalam melaksanakan pekerjaan
dengan baik kearah peningkatan produktivitas tenaga kerja.
i. Sarana produksi yang bermutu akan berpengaruh pada peningkatan
produktivitas. Sarana produksi yang baik apalagi digunakan oleh tenaga kerj
yang terampil akan meningkatkan efisiensi atau produktivitas.
j. Teknologi yang tepat dan sudah lebih maju tingkatannya akan memungkinkan
antara lain tepatnya waktu dalam pelaksanaan produksi, jumlah produksi yang
dihasilkan lebih banyak dan terhitung, memperkecil terjadinya pemborosan
bahan sisa.
k. Kesempatan berprestasi yang luas maka akan menimbulkan dorongan
psikologis untuk meningkatkan jasa divosi, dedikasi serta pemanfaatan
efisiensi yang dimiliki untuk meningkatkan produktivitas.
2.12. Badan Usaha
Menurut Sumardika (2011), ada beberapa jenis badan usaha yang dapat
dipilih oleh calon wirausaha yang akan memasuki dunia usaha.
Usaha mikro
Usaha mikro merupakan usaha yang tidak berbadan hukum, umumnya
usaha miliki perorangan seperti usaha penangkapan ikan secara tradisional yang
dilakukan oleh para nelayan kecil.
Usaha dagang
Usaha dagang adalah jenis badan usaha atau perusahaan miliki perorangan
dan termasuk dalam golongan usaha kecil dan menengah. Manajemennya
ditangani sendiri oleh pihak pemilik.
Perseroan komanditer (CV)
37
CV digolongkan sebagai usaha persekutuan yang dimiliki lebih dari satu
orang, hanya saja dalam manajemen ada sekutu yang aktif menjalankan usaha dan
ada sekutu yang tidak aktif hanya sebatas sebagai pengawas.
Usaha perkongsian (Firma)
Firma adalah jenis usaha pemiliknya terdiri dari beberpa orang yang
kedudukannya sama termasuk dalam hal pertanggung jawabannya termasuk juga
dalam jaminan terhadap harta kekayaanya.
Perseroan terbatas (PT)
PT adalah jenis perusahaan yang pemiliknya terdiri dari beberapa orang atau
bisa banyak orang apabila perusahaan tersebut tealah dinyatakan terbuka untuk
dimiliki oleh umum atau publik.
Koperasi
Koperasi adalah badan usaha yang dianggap merupakan gerakan ekonomi
rakyat yang berazazkan kekeluargaan sehingga yang anggotanya terdiri banyak
orang, permodalan koperasi bersumber dari iuran anggota.
Yayasan
Yayasan adalah jenis badan usaha yang tujuannya adalah tidak mencari
keuntungan , sehingga aktifitasnya biasanya dalam bentuk pendidikan atau
menyantuni beasiswa dan lain-lain.
2.13. Peraturan dan Perundang-undangan
Dalam mendirikan perusahaan pengolahan, perusahaan tersebut haruslah
mempunyai beberapa dokumen. Adapun dokumen tersebut adalah:
2.13.1. SIUP (Surat Izin Usaha Perikanan)
Berdasarkan PP no. 54 th 2002, Surat Izin Usaha Perikanan (IUP) adalah
surat izin tertulis yang harus dimiliki perusahaan perikanan untuk melakukan
usaha perikanan dengan menggunakan sarana produksi yang tercantum dalam izin
tersebut.
Adapun persyaratan untuk mendapatkan SIUP adalah sebagai berikut:
- Surat Permohonan.
- Rencana Usaha
- Photo Copy NPWP
38
- Photo Copy akte pendirian perusahaan berbadan hukum yang
menyebutkan bidang usaha di bidang pembudidayaan ikan yang telah
disyahkan oleh intansi yang berwenang.( Budi Daya Ikan ).
- Surat keterangan Domisili perusahaan.
- Photo Copy KTP penanggung jawab perusahaan.
- Pas Photo 3 x 4 sebanyak 3 lembar
- Analisa mengenai Dampak Lingkungan ( AMDAL ) sesuai dengan
ketentuan perundang -undangan yang berlaku ( Budi Daya Ikan )..
- Advis Tim Teknis / Dinas Teknis
2.13.2. NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak)
Nomor Pokok Wajib Pajak biasa disingkat dengan NPWP adalah nomor
yang diberikan kepada wajib pajak (WP) sebagai sarana dalam administrasi
perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas wajib
pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya
(http://id.wikipedia.org)
2.13.3. Akta pendirian perusahaan
Akta pendirian perusahaan adalah akta otentik, yaitu salah satu bentuk
legalitas perusahaan yang di buat di muka notaries, pejabat umum yang di beri
wewenang untuk itu oleh Undang-undang (http://miftachr.blog.uns.ac.id).
2.13.4. Sertifikat BPOM
Badan Pengawas Obat dan Makanan atau disingkat Badan POM adalah sebuah
lembaga di Indonesia yang bertugas mengawasi peredaran obat-obatan dan
makanan di Indonesia. Sistem Pengawasan Obat dan Makanan (SisPOM) yang
efektif dan efisien yang mampu mendeteksi, mencegah dan mengawasi produk-
produk dengan tujuan melindungi keamanan, keselamatan dan kesehatan
konsumennya baik di dalam maupun di luar negeri.
2.14. Pengertian dan Fungsi Pemasaran
2.14.1. Pengertian pemasaran
Seperti yang dijelaskan dalam buku Pengantar Ekonomi Pertanian
pengertian dari tata niaga yang berasal dari kata “tata” yang artinya aturan main
39
sedangkan “niaga” yang berarti dagang, karena itu tata niaga berarti melakukan
perdagangan barang.
Adapun tujuan dari pemasaran terhadap hasil-hasil perikanan adalah
mendistribusikan atau menyampaikan hasil-hasil perikanan dari produsen sampai
ke tangan konsumen, entah itu konsumen industry maupun konsumen akhir untuk
memenuhi dan memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen.
2.14.2. Pemasaran internasional
Perekonomian Indonesia yang sifatnya terbuka berarti bahwa
memungkinkan adanya interaksi dengan negara-negara lain, diantaranya adalah
dalam hal perdagangan. Sehingga dengan demikian yang dimaksudkan dengan
pemasaran internasional adalah kegiatan pemasaran yang melampaui batas-batas
sebuah negara, dan kegiatan pemasaran intarnasional ini meliputi penjualan ke
luar negeri ( ekspor ) atau melakukan pembelian dari luar negeri ( impor )
(Sumardika, 2011).
2.14.3. Pemasaran ekspor
Terdapat beberapa cara untuk melakukan pemasaran internasional, tetapi
umumnya yang banyak dilakukan oleh negara-negara sedang berkembang adalah
dengan cara “ekspor “, karena dengan ekspor ini dianggap yang paling mudah dan
tidak bersiko tinggi, sehingga sering digunakan sebagai langkah awal atau pintu
masuk pertama dalam melakukan pemasaran internasional.
Pemasaran ekspor ini dapat dilakukan melalui tiga cara yaitu ; ekspor
langsung, Ekspor tidak langsung, dan ekspor bersama.
Ekspor langsung ; yaitu dimana perusahaan secara langsung menjual
barangnya kepada pembeli apakah ke pedagang/ penyalur besar, menengah atau
langsung ke pengecer ada di luar negeri, misalnya yang dilakukan langsung
ke pengecer seperti super market .
Ekspor tidak langsung ; dimana dalam melakukan penjualan melalui
peruhaan yang khusus melakukan perdagangan atau “brooker” yang ada di
dalam negeri, selanjutnya brooker tersebut yang melakukan ekspornya.
Ekspor bersama ; ekspor secara bersama atau dengan melakukan
konsersium, umumnya dilakukan oleh perusahaan dalam skala usaha
UKMK terutama untuk memenuhi permintaan dalam jumlah besar.
40
Yang sering menimbulkan masalah dalam melakukan ekspor dalam
melakukan ekspor adalah dalam hal jaminan pembayaran terhadap barang yang
telah di ekspor, untuk dapat memberikan jaminan dalam pembayaran maka
sistem yang digunakan sebaiknya dengan sistem “ Letter of Credit “ ( L/C ).
L/C, merupakan jaminan pembayaran oleh importir kepada ekportir, begitu
juga bagi importir merupakan jaminan untuk pengapalan barang oleh eksportir.
2.15. Cara Pembayaran Ekspor
Yang sering menjadi masalah dalam melakukan kegiatan ekspor adalah
yang berkaitan dengan cara melakukan pembayaran, mengingat bahwa domisili si
eskportir maupun importer berbeda negara sudah tentu memerlukan tingkat
kepercayaan yang cukup tinggi agar terjaminnya pembeyaran etrsebut. Secara
umum cara-cara pembayaran bisa dilakukan dengan cara sebagai berikut :
• Advance payment; adalah cara pembayaran yang dilakukan di depan sebelum
barang dikirim oleh eksportir, bisa dilakukan melalui ; pembayaran secara
tunai, transfer - bank ( mail transfer, telegrafic transfer, telex ) dan melalui red
clause L/C, cara ini penuh resiko.
• Sight payment; adalah cara pembayaran yang dilakukan bersamaan dengan
atau pada saat penyerahan dokumen pengapalan , yaitu dengan sight L/C dan
cara seperti ini sering juga disebut dengan istilah Document Against Payment (
D/P ), dan cara seperti ini yang dianggap paling aman.
• Deffered payment ; adalah cara pembayaran setelah barang diterima oleh
importir, yaitu dengan membuka rekenig di bank atau cara open account untuk
masing-masing pihak, yaitu dengan menggunakan usance L/C yang
pembayarannya bisa ditangguhkan atau disebut dengan Document Against
Acceptance of the bill exchange ( D/A ) atau pembayaran bersyarat.
• Sistem Barter ; adalah cara pembayaran yang paling orthodok namun dalam
dunia modern masih sering juga digunakan, yaitu saling tukar menukar barang
yang dimiliki oleh masing-masing pihak.
• Counter trade ( imbal beli ) ; adalah cara pembayaran sama dengan cara
barter, hanya saja yang pertukarannya ditentukan oleh pemerintah yaitu jenis
barang apa yang akan dipertukarkan teresebut
41
Cash on delevery ; adalah cara pembayaran yang dilakukan secara tunia pada saat
barang tersebut diterima oleh sipembeli, jadi istilahnya ada barang ada uang
sebagaimana kita berbelanja di sebuah toko
2.16. Analisis Usaha
Analisis usaha adalah suatu analisis yang sistematis tentang layak atau
tidaknya suatu bisnis dilakukan, yang menguntungkan terus menerus dan dapat
memberikan manfaat ekonomis maupun sosial. Oleh karena itu pertimbangan-
pertimbangan teknis dan ekonomis sangat diperlukan sebagai dasar dalam meng-
implementasikan kegiatan usaha (Sumardika, 2011)
Analisis usaha bertujuan untuk mengetahui perkiraan pendanaan dan aliran
kas proyek bisnis, sehingga dapat diketahui layak atau tidaknya rencana bisnis
yang dimaksud (Umar, 2003).
Harga pokok produksi digunakan untuk menentukan
besarnya keuntungan yang diperoleh suatu perusahaan. Suatu
harga pokok dapat diketahui jumlahnya dari jumlah biaya
produksi yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk memproduksi
suatu produk tersebut.
Pengertian Harga Pokok Produksi adalah penjumlahan
pengorbanan sumber ekonomi yang digunakan dalam
pengolahan bahan baku menjadi produk