bab ii

23
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Rimpang kunyit ( Curcuma domestica Val.) 2.1.1 Morfologi dan Klasifikasi Kunyit dikenal dengan nama ilmiah Curcuma domestica. Di berbagai daerah, kunyit mempunyai nama yang berbeda- beda, seperti runyit untuk daerah Aceh, kunyir di daerah Palembang, koneng temcu di daerah Jawa Barat, kunyit atau kunir di daerah Jawa Timur, konyek di Madura, janar di Kalimantan Selatan, lawahu di Gorontalo, uni di daerah Toraja, nikwai di daerah Irian Jaya, kunidi di Sulawesi Utara, kumino di daerah Ambon, dan rame di daerah Riau (Hayati, 2003) Klasifikasi rimpang kunyit (Curcuma domestica L.) menurut Cronquist (1981) adalah sebagai berikut : Kerajaan : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Liliopsida Subkelas : Zingiberidae 6

Upload: andhika-ferdinando-situmorang

Post on 21-Jan-2016

53 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 

2.1. Rimpang kunyit ( Curcuma domestica Val.)

2.1.1 Morfologi  dan Klasifikasi

Kunyit dikenal dengan nama ilmiah Curcuma domestica. Di berbagai

daerah, kunyit mempunyai nama yang berbeda-beda, seperti runyit untuk daerah

Aceh, kunyir di daerah Palembang, koneng temcu di daerah Jawa Barat, kunyit

atau kunir di daerah Jawa Timur, konyek di Madura, janar di Kalimantan Selatan,

lawahu di Gorontalo, uni di daerah Toraja, nikwai di daerah Irian Jaya, kunidi di

Sulawesi Utara, kumino di daerah Ambon, dan rame di daerah Riau  (Hayati,

2003)

Klasifikasi rimpang kunyit (Curcuma domestica L.) menurut Cronquist

(1981) adalah sebagai berikut :

Kerajaan          : Plantae

Divisi                : Magnoliophyta

Kelas                : Liliopsida

Subkelas          : Zingiberidae

Ordo                : Zingiberales

Familia            : Zingiberaceae

Genus              : Curcuma

Spesies            : Curcuma domestica val. 

6

Page 2: BAB II

7

Gambar 1. Rimpang Kunyit

2.1.2 Khasiat dan Kegunaan Kunyit

Produk farmasi berbahan baku kunyit, mampu bersaing dengan berbagai

obat paten, misalnya untuk peradangan sendi ( arthritis- rheumatoid ) atau osteo-

arthritis berbahan aktif natrium deklofenak, piroksikam, dan fenil butason dengan

harga yang relatif mahal atau suplemen makanan (Vitamin-plus) dalam bentuk

kapsul. Kunyit (Curcuma domestica) merupakan salah satu jenis tanaman obat

yang banyak memiliki manfaat, di antaranya sebagai bumbu masak (terutama

kare), pewarna makanan, minuman, tekstil dan kosmetik. Tanaman ini telah di-

kenal sejak lama di Indonesia dan penggunaannya cukup banyak dalam kehidupan

sehari-hari. Penggunaan tanaman ini biasanya berupa bubuk atau tepung kunyit

yang diracik ke dalam bumbu masak. Rimpang kunyit sangat bermanfaat sebagai

antikoagulan, menurunkan tekanan darah, obat cacing, abat asma, penambah

darah,obat sakit perut, diare, usus buntu dan rematik (Sudarsono dkk, 1996).

Page 3: BAB II

8

2.1.3. Kandungan Kimia Rimpang Kunyit

Setiap 100 g bagian rimpang kunyit mengandung : 11-13 g air, 6-8 g

protein, 5-10 g lemak, 60-70 g karbohidrat (unsur utamanya ialah tepung), 2-7 g

serat, 3-6 g abu (25 g K, 180 mg Ca, 40 mg Fe, 190 mg Mg, 270 mg P) dan 25 mg

asam askorbik. Kandungan energinya rata-rata 1500 KJ per 100 g.

Dalam penyulingan uap rimpang kunyit mengandung minyak atsiri kira-

kira 2-7% yang berwarna merah-orange dan sedikit mengkilat serta berbau khas.

Unsur pokok di dalam minyak atsiri kunyit ialah 35% tumerone, 25% zingiberen

dan 12% artumeron,keton sesquiterpen, turmeron, felandrena, sabinen, borneol

dan sineol. Oleoresin kunyit mengandung zat warna kurkumin, minyak atsiri,

minyak lemak, resin dan senyawa ekstraktif lainnya. Kurkumin memberikan

warna kunyit orange kekuning-kuningan. Minyak atsiri kunyit sebagian besar

adalah monoterpena (Sutarno, 2001). Struktur zat kurkumin yang terkandung

dalam rimpang kunyit dapat dilihat pada gambar 2.

 

Gambar 2. Struktur kandungan kurkumin rimpang kunyit

Page 4: BAB II

9

2.2. Lengkuas (Alpinia galanga L.)

2.2.1 Morfologi dan Klasifikasi Tumbuhan

Morfologi tanaman lengkuas adalah habitus semak, menahun, tinggi ± 2

m. batang semu, terdiri dari pelepah yang menyatu, membentuk rimpang, hijau

keputih-putihan. Daun tunggal, lonjong, memanjang, tepi rata, pangkal tumpul,

ujung lancip, pertulangan menyirip, tangkai pendek, pelepah 15-30 cm, beralur,

hijau, benang sari 1, tegak, panjang kepala sari 2-2,5 cm, putik kuning, kehijauan,

mahkota bentuk tabung, putih. Akar serabut, coklat muda (Backer and Van Den

Brink, 1968).

Dikenal ada dua jenis tumbuhan lengkuas, yaitu varietas dengan rimpang

umbi (akar) berwarna putih dan varietas berimpang umbi merah yang ukurannya

lebih besar. Lengkuas berimpang umbi putih umumnya digunakan sebagai

penyedap masakan, sedangkan lengkuas berimpang umbi merah banyak

digunakan sebagai obat. Rimpang umbi lengkuas selain berserat kasar juga

mempunyai aroma yang khas. Nama daerah rimpang lengkuas (Alpinia galanga

L.) yaitu : lengkueueh (Aceh); lengkueus (Gayo); kelawas, halawas (Batak);

lakuwe (Nias); lengkuas (Melayu); laos (Jawa); laja (Sunda); laos (Madura); isen

(Bali); ringkuwas (Minahasa).

Menurut Syamsuhidayat dan Hutapea (1991), sistematika tanaman

lengkuas (Alpinia galanga L.) adalah sebagai berikut :

Divisi               : Spermathophyta

Sub Divisi       : Angiospermae

Kelas               : Monocotyledoneae

Page 5: BAB II

10

Ordo                : Zingiberales

Famili              : Zingiberaceae

Genus              : Alpinia

Spesies            : Alpinia galanga L.

Gambar 3. Rimpang Lengkuas 

2.2.2 Khasiat dan Kegunaan Lengkuas

Rimpang  lengkuas di masyarakat digunakan untuk penyembuhan penyakit

eksem, koreng, masuk angin, kurang nafsu makan, gangguan pernafasan pada

anak, dan sebagai anti jamur (Soedarsono dkk, 1996).

Di samping itu, lengkuas  bila dimasak dengan cuka encer, dapat dijadikan

minuman untuk wanita yang baru melahirkan karena dapat mempercepat

pembersihan rahim. Bila dicampur dengan bawang putih yang telah dilumatkan

dengan perbandingan 4 – 5 : 1 dan dimasak dengan sedikit cuka, lengkuas bisa

menjadi obat kurap dengan cara dioleskan pada kulit yang terserang kurap,

Page 6: BAB II

11

bahkan bila diremas-remas dengan cuka dan dioleskan seperti lulur, lengkuas

mampu menyingkirkan bercak-bercak kulit dan tahi lalat.

2.2.3 Kandungan Kimia Rimpang Lengkuas

Rimpang lengkuas mengandung lebih kurang 1 % minyak atsiri berwarna

kuning kehijauan yang terutama terdiri dari metil-sinamat 48 %, sineol 20 % -

30%, eugenol, kamfor 1 %, seskuiterpen, α -pinen, galangin, dan lain-lain. Selain

itu rimpang juga mengandung resin yang disebut galangol, kristal berwarna

kuning yang disebut kaemferida dan galangin, kadinen, heksabidrokadalen hidrat,

kuersetin, amilum, beberapa senyawa flavonoid, dan lain-lain. Penelitian yang

lebih intensif menemukan bahwa rimpang lengkuas mengandung zat-zat yang

dapat menghambat enzim xanthin oksidase sehingga bersifat sebagai antitumor,

yaitu trans-p-kumari diasetat, transkoniferil diasetat, asetoksi chavikol asetat,

asetoksi eugenol setat, dan 4-hidroksi benzaidehida (Sudarsono dkk, 1988).

Beberapa struktur dari minyak atsiri rimpang lengkuas dapat dilihat pada gambar

4.

Page 7: BAB II

12

Gambar 4. Struktur kandungan kimia rimpang lengkuas

2.3 Minyak Atsiri

Minyak atsiri atau minyak eteris adalah minyak yang mudah menguap,

yang terdiri dari campuran zat yang mudah menguap dengan komposisi dan titik

didih yang berbeda-beda. Minyak atsiri secara umum banyak digunakan untuk

wangi-wangian, pemberi aroma pada makanan dan minuman,juga dipakai dalam

dunia pengobatan seperti antiseptic, antimikroba, dan antifungi (Guenther, 1987).

Page 8: BAB II

13

2.4 Cara Memperoleh Minyak Atsiri

Komponen minyak atsiri dalam tumbuhan terdapat dalam jumlah yang

sangat kecil, sehingga diperlukan bahan awal yang besar jumlahnya untuk

memperoleh minyak atsiri yang memadai jumlahnya untuk diteliti. Isolasi minyak

atsiri dapat dilakukan dengan beberapa metode yaitu: 1) penyulingan

(distillation), 2) pengepresan (pressing), 3) ekstraksi dengan pelarut menguap

(solvent extraction).

2.4.1 Metode Penyulingan

Pada umumnya cara isolasi minyak atsiri adalah sebagai berikut: uap

menembus jaringan tanaman dan menguapkan dan menguapkan semua senyawa

yang mudah menguap. Penyulingan dengan air terhadap tanaman meliputi

beberapa proses. Penyulingan minyak atsiri dibedakan menjadi tiga tipe

hidrodestilasi, yaitu : penyulingan dengan air, penyulingan dengan uap dan

air,dan  penyulingan dengan uap langsung. Pada dasarnya  ketiga tipe penyulingan

tersebut memiliki kesamaan yaitu suatu pengertian penyulingan dari system dua-

fasa. Perbedaannya terutama terletak pada cara penanganan bahan tanaman yang

akan diproses.

a. Penyulingan dengan air

Pada metode ini, bahan tanaman yang akan disuling mengalami kontak

langsung dengan air mendidih. Bahan yang akan disuling kemungkinan

mengambang atau mengapung di atas air atau terendam seluruhnya, tergantung

pada berat jenis dan kuantitas bahan yang akan diproses. Air dapat dididihkan

dengan api secara langsung. Sejumlah bahan tanaman adakalanya harus diproses

Page 9: BAB II

14

dengan penyulingan air seperti : bunga mawar dan bunga jeruk sewaktu terendam

dan dan bergerak bebas dalam air mendidih. Sedangkan bila bahan tersebut

diproses dengan penyulingan uap maka akan menyebabkan terjadinya

pengumpulan hingga uap tidak dapat menembusnya. Penyulingan air ini tidak

ubahnya bahan tanaman direbus secara langsung. 

b. Penyulingan dengan uap  dan air

Penyulingan dengan uap dan air disebut juga penyulingan tak langsung.

Bahan tanaman yang akan diproses secara penyulingan uap dan air ditempatkan

dalam suatu tempat yang bagian bawah dan tengah berlubang-lubang yang

ditopang di atas dasar alat penyulingan. Bagian bawah alat penyulingan diisi air

sedikit di bawah dimana  bahan ditempatkan. Air dipanaskan dengan api seperti

pada penyulingan air diatas. Bahan tanaman yang akan disuling hanya terkena uap

dan tidak terkena air yang mendidih.

c. Penyulingan dengan  uap

            Penyulingan uap atau penyulingan uap langsung dan alat-alatnya mirip

dengan kedua alat penyuling sebelumnya hanya saja tidak ada air dibagian bawah

alat. Uap yang digunakan lacim memiliki tekanan yang lebih besar daripada

tekanan atmosfer dan dihasilkan dari hasil penguapan air yang berasal dari suatu

pembangkit uap air. Uap air yang dihasilkan kemudian dimasukkan kedalam alat

penyulingan (Sastrohamidjojo, 2004).

2.4.2 Metode Pengepresan

Sistem pengepresan (cold pressing) biasanya dilakukan untuk bahan baku

minyak atsiri berupa biji dan buah. Teknik pengepresan menggunakan alat pres

Page 10: BAB II

15

atau mesin pengepres yang disebut expeller pressing. Alat ini akan menekan

bahan baku senhingga sel-sel  di dalam bahan akan pecah dan mengeluarkan

minyak atsiri. Minyak atsiri dari buah jeruk melupakan salah satu jenis minyak

atsiri yang dihasilkan menggunakan metode ini (Rusli, 2010)

2.4.3 Ekstraksi dengan Pelarut Menguap

Ekstraksi ini merupakan sistem pembuatan minyak atsiri yang bahan

bakunya memiliki rendemen yang kecil, rusak pada suhu tinggi, dan rata-rata larut

dalam air. Cara ekstraksi biasanya digunakan untuk bahan baku minyak atsiri

berupa bunga.

Prinsip metode ekstraksi dengan pelarut menguap adalah melarutkan

minyak atsiri di dalam bahan pelarut organik yang mudah menguap. Pelarut yang

dapat digunakan diantaranya adalah alkohol , heksana, benzen, dan toluen (Rusli,

2010). 

2.5 Penyimpanan Minyak Atsiri

Pada proses penyimpanan minyak atsiri dapat mengalami kerusakan yang

diakibatkan oleh berbagai proses, baik secara kimia maupun secara fisika.

Biasanya kerusakan disebabkan oleh reaksi-reaksi yang umum seperti oksidasi,

resinifikasi, polimerisasi, hidrolisis ester dan interaksi gugus fungsional. Proses

tersebut dipercepat (diaktivasi) oleh panas, adanya udara (oksigen, kelembaban,

serta dikatalis oleh cahaya dan pada beberapa kasus kemungkinan dikatalis oleh

logam (Guenther, 1987).

Page 11: BAB II

16

Minyak atsiri yang mengandung kadar terpen tinggi mudah mengalami

kerusakan oleh proses oksidasi terutama oleh proses esterifikasi. Terpen dan

turunannya biasanya mengandung atom karbon tidak jenuh, karena itu dengan

adanya oksigen bisa menyebabkan pemecahan atau rearrangemen dari terpen.

2.6 Analisa Komponen Minyak Atsiri dengan GC-MS

Analisa komponen minyak atsiri merupakan masalah yang cukup rumit

karena minyak atsiri mengandung campuran senyawa dan sifatnya yang mudah

menguap pada suhu kamar. Setelah ditemukannya kromatografi gas (GC), kendala

dalam analisis komponen minyak atsiri mulai dapat diatasi. Pada penggunaan GC,

efek penguapan dapat dihindari bahkan dihilangkan sama sekali. Perkembangan

teknologi instrumentasi yang pesat akhirnya dapat menghasilkan suatu alat yang

merupakan gabungan dua sistem dengan prinsip dasar yang berbeda satu sama

lain tetapi saling melengkapi, yaitu gabungan antara kromatografi gas dan

spektrometer massa. Kromatografi gas berfungsi sebagai alat pemisah berbagai

campuran komponen dalam sampel sedangkan spektrometer massa berfungsi

untuk mendeteksi masing-masing komponen yang telah dipisahkan pada

kromatografi gas (Agusta, 2000).

2.7 Nyamuk  Aedes aegypti

2.7.1 Morfologi dan  Klasifikasi Nyamuk A. aegypti

Nyamuk A. aegypti  memiliki metamorfosis sempurna. Stadium telur larva

dan pupa hidup di dalam air sedangkan stadium dewasa hidup berterbangan.

Nyamuk dewasa betina biasanya menghisap darah manusia dan binatang. Pada

Page 12: BAB II

17

antena nyamuk jantan terdapat rambut yang  lebat (plumose) sedangkan nyamuk

betina lebih jarang (pilose). Pada sayap nyamuk panjang dan langsing,

mempunyai vena dipermukannya ditumbuhi sisik-sisik sayap (wing scales) yang

letaknya mengikuti vena. Pada pinggir sayap terdapat sederetan rambut yang

disebut fringe. Nyamuk mempunyai tiga pasang kaki (hexapoda) yang melekat

pada toraks dan tiap kaki terdiri dari satu ruas femur, satu ruas tibia dan lima ruas

tarsus. Ukuran warna nyamuk jenis ini kerap berbeda antar populasi, tergantung

dari kondisi lingkungan dan nutrisi yang diperoleh nyamuk selama

perkembangan. Ciri-ciri ini dapat diamati dengan mata telanjang (Gandahusada

dkk, 2000).

Nyamuk jantan hidup dari menghisap madu dan cairan dan tumbuh-

tumbuhan, sedangkan nyamuk betina menghisap darah agar memperoleh zat

makanan konsentrat yang diperlukan dalam pembentukan telur. Nyamuk dewasa

mampu hidup beberapa minggu. Nyamuk memiliki tubuh yang kecil dan langsing,

biasanya panjangnya 3-6 mm. Nyamuk Aedes aegypti L. merupakan nyamuk

demam kuning. Selain itu nyamuk ini juga membawa virus dengue. Nyamuk

Aedes aegypti L hidup pada kondisi tropis dan subtropis dan berkembangbiak

dalam genangan air kecil. Siklus hidup nyamuk Aedes aegypti secara sempurna

yaitu melalui 4 stadium, yaitu telur, larva, pupa, dan dewasa (Sudarto, 1972).

Klasifikasi nyamuk Aedes aegypti adalah sebagai berikut (Gandahusada, S

dkk, 2000) :

Divisi               : Arthropoda

Kelas               : Insecta

Page 13: BAB II

18

Ordo                : Diptera

Sub-Ordo         : Nematocera

Superfamili      : Culicoidea

Famili              : Culicidae

Sub-Famili       : Culicinae

Genus              : Aedes

Species            : Aedes Aegypti

 

Gambar 5. Nyamuk Aedes aegypti dewasa

2.7.2 Larva Aedes aegypti

Setelah menetas, telur akan berkembang menjadi larva (jentik-jentik).

Pada stadium ini, kelangsungan hidup larva dipengaruhi suhu, pH air perindukan,

ketersediaan makanan, cahaya, kepadatan larva, lingkungan hidup, serta adanya

predator.

Page 14: BAB II

19

 

Gambar 6. Larva Aedes Aegypti

Berikut ini adalah ciri-ciri dari larva Aedes aegypti (Iskandar, 1985) :

1. Adanya corong udara (siphon) pada segmen terakhir. Pada corong udara

tersebut memiliki gigi pecten serta sepasang rambut dan jumbai.

2. Pada segmen-segmen abdomen tidak dijumpai adanya rambut-rambut

berbentuk kipas (palmate hairs).

3. Pada setiap sisi abdomen segmen kedelapan ada comb scale sebanyak 8-21

atau berjejer 1-3.

4. Bentuk individu dari comb scale seperti duri. Pada sisi thorax terdapat duri

yang panjang dengan bentuk kurva dan adanya sepasang rambut di kepala.

Larva Aedes aegypti biasa bergerak-gerak lincah dan aktif, dengan

memperlihatkan gerakan-gerakan naik ke permukaan air dan turun ke dasar wadah

secara berulang. Larva mengambil makanan di dasar wadah, oleh karena itu larva

Page 15: BAB II

20

Aedes aegypti disebut pemakan makanan di dasar (bottom feeder). Makanannya

terdiri dari mikroorganisme, detritus, alga, protista, daun, dan invertebrata hidup

dan mati.

Pada saat larva mengambil oksigen dari udara, larva menempatkan corong

udara (siphon) pada permukaan air seolah-olah badan larva berada pada posisi

membentuk sudut dengan permukaan air sekitar 30o-45o (Soegijanto, 2006). Larva

Aedes aegypti mempunyai tubuh memanjang tanpa kaki dengan bulu-bulu

sederhana yang tersusun bilateral simetris. Larva ini dalam pertumbuhan dan

perkembangannya mengalami 4 kali pergantian kulit (ecdysis), dan larva yang

terbentuk berturut-turut disebut instar I, II, III, dan IV. Larva instar I , tubuhnya

sangat kecil, warna transparan, panjang 1-2 mm, duri-duri (spinae) pada dada

(thorax) belum begitu jelas, dan corong pernapasan (siphon) belum menghitam.

Larva instar II bertambah besar, ukuran 2,5-3,9 mm, duri dada belum jelas, dan

corong pernapasan sudah berwarna hitam. Pada saat larva instar II mengambil

oksigen dari udara, larva instar II menempatkan corong udara (siphon) pada

permukaan air seolah-olah badan larva berada pada posisi membentuk sudut

dengan permukaan air sekitar 30o, larva instar II dalam bergerak tidak terlalu aktif.

Larva instar IV telah lengkap struktur anatominya dan jelas tubuh dapat dibagi

menjadi bagian kepala (chepal), dada (thorax), dan perut (abdomen). Larva ini

tubuhnya langsing dan bergerak sangat lincah, bersifat fototaksis negatif, dan

waktu istirahat membentuk sudut hampir tegak lurus sekitar 45o dengan bidang

permukan air (Soegijanto, 2006).

Page 16: BAB II

21

 Temperatur optimal untuk perkembangan larva ini adalah  25oC – 30oC.

larva berubah menjadi pupa memerlukan waktu 4-5 hari. Perkembangan dari

instar I ke instar II berlangsung dalam 2-3 hari, kemudian dari instar II ke instar

III dalam waktu 2 hari, dan perubahan dari instar III ke instar IV dalam waktu 2-3

hari.