bab ii

6
BAB II ISI A. KONSEP DASAR 1. DEFINISI Hal usi nas i adal ah sala h sat u gej ala gan ggu an sensori per sepsi yan g dia lami ole h  pasien gangguan jiwa. Pasien merasakan sensasi berupa suara, penglihatan, pengecapan,  perabaan, atau penghiduan tanpa stimulus nyata. Sebagai contoh klien mengatakan mendengar suara padahal tidak ada orang yang berbicara. 2. MACAM-MACAM HALUSINASI 1. Pendengaran Menden gar suara atau keb isin gan, pal ing seri ng suara ora ng. Sua ra ber ben tuk kebisingan yang kurang jelas sampai kata-kata yang jelas berbicara tentang klien,  bahkan sampai pada percakapan lengkap antara dua orang yang mengalami halusinasi. Pikiran yang terdengar dimana klien mendengar perkataan bahwa klien disuruh untuk melakukan sesuatu kadang dapat membahayakan. 2. Penglihatan St imul us i sual da la m be nt uk ki la tan cahaya, ga mb ar ge omet ri s, gambar  kar tun ,bay angan yan g rumit atau komple ks. !ay angan bia s meny ena ngk an ata u menakutkan seperti melihat monster. ". Penghidu Memba ui bau-b auan tertentu seperti bau darah, urin, dan #eses umumn ya bau-bauan yang tidak menyenangkan. Halusinasi penghidu sering akibat stroke, tumor, kejang, atau dimensia. $. Pengecapan Merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau #eses. %. Perabaan Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas. &asa tersetrum listrik yang datang dari tanah, benda mati atau orang lain. '. (enesthetic Merasakan #ungsi tubuh seperti aliran darah di ena atau arteri, pencernaan makan atau pembentukan urine ). *inisthetic Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.

Upload: vanda-love-djavaneis

Post on 07-Jan-2016

218 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

uyiuoi

TRANSCRIPT

7/17/2019 BAB II

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-568e93c7dd119 1/6

BAB II

ISI

A. KONSEP DASAR 

1. DEFINISI

Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan sensori persepsi yang dialami oleh

 pasien gangguan jiwa. Pasien merasakan sensasi berupa suara, penglihatan, pengecapan,

 perabaan, atau penghiduan tanpa stimulus nyata. Sebagai contoh klien mengatakan

mendengar suara padahal tidak ada orang yang berbicara.

2. MACAM-MACAM HALUSINASI

1.  Pendengaran

Mendengar suara atau kebisingan, paling sering suara orang. Suara berbentuk kebisingan yang kurang jelas sampai kata-kata yang jelas berbicara tentang klien,

 bahkan sampai pada percakapan lengkap antara dua orang yang mengalami

halusinasi. Pikiran yang terdengar dimana klien mendengar perkataan bahwa klien

disuruh untuk melakukan sesuatu kadang dapat membahayakan.

2.  Penglihatan

Stimulus isual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar geometris,gambar 

kartun,bayangan yang rumit atau kompleks. !ayangan bias menyenangkan atau

menakutkan seperti melihat monster.

".  Penghidu

Membaui bau-bauan tertentu seperti bau darah, urin, dan #eses umumnya bau-bauan

yang tidak menyenangkan. Halusinasi penghidu sering akibat stroke, tumor, kejang,

atau dimensia.

$.  Pengecapan

Merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau #eses.

%.  Perabaan

Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas. &asa tersetrum

listrik yang datang dari tanah, benda mati atau orang lain.

'.  (enesthetic

Merasakan #ungsi tubuh seperti aliran darah di ena atau arteri, pencernaan makan

atau pembentukan urine

).  *inisthetic

Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.

7/17/2019 BAB II

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-568e93c7dd119 2/6

3. FAKTOR PREDIPOSISI

1.  !iologis

+bnormalitas perkembangan sistem sara# yang berhubungan dengan respon

neurobiologis yang maladapti# baru mulai dipahami. ni ditunjukkan oleh penelitian-

 penelitian yang berikut

a.  Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak yang lebih luas

dalam perkembangan skio#renia. /esi pada daerah #rontal, temporal dan limbik 

 berhubungan dengan perilaku psikotik.

 b.  !eberapa at kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang berlebihan dan

masalah-masalah pada system reseptor dopamin dikaitkan dengan terjadinya

skio#renia.

c.  Pembesaran entrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan terjadinya atropi

yang signi#ikan pada otak manusia. Pada anatomi otak klien dengan skio#renia

kronis, ditemukan pelebaran lateral entrikel, atropi korteks bagian depan dan atropi

otak kecil 0cerebellum. emuan kelainan anatomi otak tersebut didukung oleh otopsi

0post-mortem.

2.  Psikologis

*eluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon dan kondisi

 psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan

orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup

klien.

".  Sosial !udaya

*ondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti kemiskinan,

kon#lik sosial budaya 0perang, kerusuhan, bencana alam dan kehidupan yang

terisolasi disertai stress.

4. FAKTOR PRESIPITASI

Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah adanya

hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna, putus asa dan

tidak berdaya. Penilaian indiidu terhadap stressor dan masalah koping dapat

mengindikasikan kemungkinan kekambuhan.

1.  !iologis

3angguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses in#ormasi

serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan

7/17/2019 BAB II

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-568e93c7dd119 3/6

ketidakmampuan untuk secara selekti# menanggapi stimulus yang diterima oleh otak 

untuk diinterpretasikan.

2.  Stress lingkungan

+mbang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor lingkungan

untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.

".  Sumber koping

Sumber koping mempengaruhi respon indiidu dalam menanggapi stressor.

5. ETIOLOGI

1.  4ase Pertama 5 com#orting 5 menyenangkan

Pada #ase ini klien mengalami kecemasan, stress, perasaan gelisah, kesepian.

*lien mungkin melamun atau mem#okukan pikiran pada hal yang menyenangkan

untuk menghilangkan kecemasan dan stress. (ara ini menolong untuk 

sementara. *lien masih mampu mengotrol kesadarnnya dan mengenal pikirannya,

namun intensitas persepsi meningkat.

Perilaku klien tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan bibir tanpa

 bersuara, pergerakan mata cepat, respon erbal yang lambat jika sedang asyik dengan

halusinasinya dan suka menyendiri.

2.  4ase *edua 5 comdemming

*ecemasan meningkat dan berhubungan dengan pengalaman internal dan

eksternal, klien berada pada tingkat 6listening7 pada halusinasi. Pemikiran internal

menjadi menonjol, gambaran suara dan sensasi halusinasi dapat berupa bisikan yang

tidak jelas klien takut apabila orang lain mendengar dan klien merasa tak mampu

mengontrolnya. *lien membuat jarak antara dirinya dan halusinasi dengan

memproyeksikan seolah-olah halusinasi datang dari orang lain.

Perilaku klien meningkatnya tanda-tanda sistem sara# otonom seperti peningkatan

denyut jantung dan tekanan darah. *lien asyik dengan halusinasinya dan tidak bisa

membedakan dengan realitas

".  4ase *etiga 5 controlling

Halusinasi lebih menonjol, menguasai dan mengontrol klien menjadi terbiasa

dan tak berdaya pada halusinasinya. ermasuk dalam gangguan psikotik.

*arakteristik bisikan, suara, isi halusinasi semakin menonjol, menguasai dan

mengontrol klien. *lien menjadi terbiasa dan tidak berdaya terhadap halusinasinya.

7/17/2019 BAB II

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-568e93c7dd119 4/6

Perilaku klien kemauan dikendalikan halusinasi, rentang perhatian hanya beberapa

menit atau detik. anda-tanda #isik berupa klien berkeringat, tremor dan tidak mampu

mematuhi perintah.

$.  4ase *eempat 5 con8uering5 panik 

*lien merasa terpaku dan tak berdaya melepaskan diri dari kontrol

halusinasinya. Halusinasi yang sebelumnya menyenangkan berubah menjadi

mengancam, memerintah dan memarahi klien tidak dapat berhubungan dengan orang

lain karena terlalu sibuk dengan halusinasinya klien berada dalam dunia yang

menakutkan dalam waktu singkat, beberapa jam atau selamanya. Proses ini menjadi

kronik jika tidak dilakukan interensi.

Perilaku klien perilaku teror akibat panik, potensi bunuh diri, perilaku kekerasan,

agitasi, menarik diri atau katatonik, tidak mampu merespon terhadap perintah

kompleks dan tidak mampu berespon lebih dari satu orang.

*lien dengan halusinasi cenderung menarik diri, sering didapatkan duduk terpaku

dengan pandangan mata pada satu arah tertentu, tersenyum atau berbicara sendiri,

secara tiba-tiba marah atau menyerang oranglain, gelisah, melakukan gerakan seperti

sedang menikmati sesuatu. 9uga keterangan dari klien sendiri tentang halusinasi yang

dialaminya 0 apa yangdilihat, didengar atau dirasakan.

6. MANIFESTASI KLINIK 

+. ahap halusinasi bersi#at menyenangkan

3ejala klinis

a.  Menyeringai5 tertawa tidak sesuai

 b.  Menggerakkan bibir tanpa bicara

c.  3erakan mata cepat

d.  !icara lambat

e.  :iam dan pikiran dipenuhi sesuatu yang mengasikkan

!. ahap 2 halusinasi bersi#at menjijikkan

3ejala klinis

a.  (emas

 b.  *onsentrasi menurun

c.  *etidakmampuan membedakan nyata dan tidak nyata

(. ahap " halusinasi yang bersi#at mengendalikan

3ejala klinis

a.  (enderung mengikuti halusinasi

7/17/2019 BAB II

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-568e93c7dd119 5/6

 b.  *esulitan berhubungan dengan orang lain

c.  Perhatian atau konsentrasi menurun dan cepat berubah

d.  *ecemasan berat 0berkeringat, gemetar, tidak mampu mengikuti petunjuk

:. ahap $ halusinasi bersi#at menaklukkan

3ejala klinis

a.  Pasien mengikuti halusinasi

 b.  idak mampu mengendalikan diri

c.  idak mampu mengikuti perintah nyata

d.  !eresiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan

7. AKIBAT YANG DITIMBULKAN

Pasien yang mengalami perubahan persepsi sensori halusinasi dapat beresiko

mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungannya. &esiko mencederai merupakan

suatu tindakan yang kemungkinan dapat melukai5 membahayakan diri, orang lain dan

lingkungan.

*lien yang mengalami halusinasi dapat kehilangan control dirinya sehingga

 bisa membahayakan diri sendiri, orang lain maupun merusak lingkungan 0resiko

mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Hal ini terjadi jika halusinasi

sudah sampai #ase ke ;, dimana klien mengalami panic dan perilakunya dikendalikan

oleh isi halusinasinya. *lien benar-benar kehilangan kemampuan penilaian realitas

terhadap lingkungan. :alam situasi ini klien dapat melakukan bunuh diri, membunuh

orang lain bahkan merusak lingkungan. anda dan gejalanya adalah muka merah,

 pandangan tajam, otot tegang, nada suara tinggi, berdebat dan sering pula tampak 

klien memaksakan kehendak merampas makanan, memukul jika tidak senang

8. PENATALAKSANAAN

7/17/2019 BAB II

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-568e93c7dd119 6/6

Penatalaksanaan pada pasien halusinasi dengan cara

1 Menciptakan lingkungan yang terapeutik untuk mengurangi tingkat

kecemasan,kepanikan dan ketakutan pasien akibat halusinasi, sebaiknya pada

 permulaan pendekatan di lakukan secara indiidual dan usahakan agar terjadi

kontak mata, kalau bisa pasien di sentuh atau di pegang. Pasien jangan di isolasi

 baik secara #isik atau emosional. Setiap perawat masuk ke kamar atau mendekati

 pasien, bicaralah dengan pasien. !egitu juga bila akan meninggalkannya

hendaknya pasien di beritahu. Pasien di beritahu tindakan yang akan di lakukan.

2 :i ruangan itu hendaknya di sediakan sarana yang dapat merangsang perhatian

dan mendorong pasien untuk berhubungan dengan realitas, misalnya jam

dinding, gambar atau hiasan dinding, majalah dan permainan.

" Melaksanakan program terapi dokter sering kali pasien menolak obat yang di berikan sehubungan dengan rangsangan halusinasi yang di terimanya.

Pendekatan sebaiknya secara persuati# tapi instrukti#. Perawat harus mengamati

agar obat yang di berikan betul di telannya, serta reaksi obat yang di berikan.

$ Menggali permasalahan pasien dan membantu mengatasi masalah yang ada

setelah pasien lebih kooperati# dan komunikati#, perawat dapat menggali

masalah pasien yang merupakan penyebab timbulnya halusinasi serta membantu

mengatasi masalah yang ada. Pengumpulan data ini juga dapat melalui

keterangan keluarga pasien atau orang lain yang dekat dengan pasien.

% Memberi aktiitas pada pasien misalnya pasien di ajak mengakti#kan diri

untuk melakukan gerakan #isik, misalnya berolah raga, bermain atau melakukan

kegiatan. *egiatan ini dapat membantu mengarahkan pasien ke kehidupan nyata

dan memupuk hubungan dengan orang lain. Pasien di ajak menyusun jadwal

kegiatan dan memilih kegiatan yang sesuai.

' Melibatkan keluarga dan petugas lain dalam proses perawatan. *eluarga

 pasien dan petugas lain sebaiknya di beritahu tentang data pasien agar ada

kesatuan pendapat dan kesinambungan dalam proses keperawatan, misalnya dari

 percakapan dengan pasien di ketahui bila sedang sendirian ia sering mendengar 

laki-laki yang mengejek. api bila ada orang lain di dekatnya suara-suara itu

tidak terdengar jelas.