bab ii

33
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Pola Asuh Orangtua 2.1.1. Pengertian Pola Asuh Orangtua Pola asuh orang tua dapat didefinisikan sebagai pola yang berarti susunan, model, bentuk, tata cara, gaya dalam melakukan sesuatu. Sedangkan mengasuh berarti, membina interaksi dan komunikasi secara penuh perhatian sehingga anak tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang dewasa serta mampu menciptakan suatu kondisi yang harmonis dalam lingkungan keluarga dan masyarakat (Ebin, 2005). Yang dimaksud dengan mengasuh dalam hal ini yaitu mengasuh anak. Mengasuh anak adalah mendidik dan memelihara anak itu, mengurus makan, minumnya, pakaiannya dan keberhasilannya dalam periode yang pertama sampai dewasa. Pengasuhan juga memberikan kontribusi bagi kesejahteraan dan kebahagiaan serta kualitas hidup yang baik bagi anak secara keseluruhan. Sebaliknya jika pengasuhan anak kurang memadai, 6

Upload: ehrria-winastyo

Post on 03-Jan-2016

35 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

pola asuh orangtua dan konsumsi sayuran pada anak

TRANSCRIPT

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Pola Asuh Orangtua

2.1.1. Pengertian Pola Asuh Orangtua

Pola asuh orang tua dapat didefinisikan sebagai pola yang berarti

susunan, model, bentuk, tata cara, gaya dalam melakukan sesuatu.

Sedangkan mengasuh berarti, membina interaksi dan komunikasi secara

penuh perhatian sehingga anak tumbuh dan berkembang menjadi pribadi

yang dewasa serta mampu menciptakan suatu kondisi yang harmonis

dalam lingkungan keluarga dan masyarakat (Ebin, 2005).

Yang dimaksud dengan mengasuh dalam hal ini yaitu mengasuh

anak. Mengasuh anak adalah mendidik dan memelihara anak itu,

mengurus makan, minumnya, pakaiannya dan keberhasilannya dalam

periode yang pertama sampai dewasa. Pengasuhan juga memberikan

kontribusi bagi kesejahteraan dan kebahagiaan serta kualitas hidup yang

baik bagi anak secara keseluruhan. Sebaliknya jika pengasuhan anak

kurang memadai, terutama jaminan makanan dan kesehatan anak, bisa

menjadi salah satu faktor yang menghantarkan anak menderita kurang gizi

(Tita, 2005).

Pola asuh orangtua adalah suatu cara yang digunakan orangtua

dalam mencoba berbagai strategi untuk mendorong anak-anaknya

mencapai tujuan yang diinginkan. Dimana tujuan tersebut antara

pengetahuan, nilai moral, dan standar perilaku yang harus dimiliki anak bila

dewasa nanti. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam hal ini

6

7

menyangkut berbagai macam cara orangtua dalam mendidik anak menuju

suatu tujuan tertentu (Mussen, 1994).

2.1.2 Pola Asuh Orangtua Terhadap Pembentukan Kebiasaan Hidup Sehat

Dalam pembentukan kebiasaan anak-anak untuk hidup sehat,

orangtua memegang peranan penting di dalam lingkungan rumah. Oleh

karena itu perilaku kebiasaan anak sangat bergantung pada tindakan dan

sikap orangtua mengenai makan makanan yang sehat. Sehingga pada

anak akan terpenuhi kebutuhan gizi serta terbentuk kebiasaan konsumsi

makanan yang sehat hingga dewasa.

Menurut Soetjiningsih (1995), kebutuhan dasar anak untuk tumbuh

kembang, secara umum digolongkan menjadi 3 kebutuhan dasar, antara

lain:

a. Kebutuhan fisik-biomedis (“ASUH”)

Pola asuh orang tua terhadap anak meliputi :

1) Pangan/ gizi merupakan kebutuhan terpenting.

2) Perawatan kesehatan dasar, antara lain imunisasi, pemberian ASI,

penimbangan bayi/ anak yang teratur, pengobatan jika sakit, dll.

3) Papan/ pemukiman yang layak.

4) Higiene perorangan, sanitasi lingkungan.

5) Sandang.

6) Kesegaran jasmani, rekreasi.

b. Kebutuhan emosi/kasih sayang (“ASIH”)

Pada tahun-tahun pertama kehidupan, hubungan yang erat,

mesra dan selaras antara ibu dengan anak merupakan syarat mutlak

untuk menjamin tumbuh kembang yang selaras baik fisik, mental

8

maupun psikososial. Kasih sayang orang tua baik dari ayah maupun

ibu menciptakan ikatan yang erat dan kepercayaan dasar ( basic

trust).

c. Kebutuhan akan stimulasi (“ASAH”)

Stimulasi mental merupakan cikal bakal dalam proses belajar

(pendidikan dan pelatihan) pada anak. Stimulasi mental (ASAH) ini

mengembangkan perkembangan mental psikososial : kecerdasan,

keterampilan, kemandirian, kreativitas, agama, kepribadian, moral,

produktivitas, dan sebagainya. Dapat membahagiakan dan

membanggakan orang tua yang telah susah payah membesarkannya

dengan cina dan kasih sayang.

2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pola Asuh Orangtua

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pola asuh (Edward,

2006) adalah :

a. Tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan dan pengetahuan orang tua serta pengalamannya

sangat berpengaruh dalam mengasuh anak.

b. Lingkungan

Lingkungan banyak mempengaruhi perkembangan anak, maka tidak

mustahil jika lingkungan juga ikut mewarnai pola-pola pengasuhan

yang diberikan orang tua terhadap anak.

c. Budaya

Sering kali orangtua mengikuti cara-cara yang dilakukan oleh

masyarakat dalam mengasuh anak, kebiasaan-kebiasaan masyarakat

disekitarnya dalam mengasuh anak. Karena pola-pola tersebut

9

dianggapnya berhasil dalam mendidik anak kearah kematangan.

Orangtua mengharapkan kelak anaknya dapat diterima di masyarakat

dengan baik, oleh karena itu kebudayaan atau kebiasaan masyarakat

dalam mengasuh anak juga mempengaruhi setiap orang tua dalam

memberikan pola asuh terhadap anaknya.

2.1.4. Jenis-jenis Pola Asuh Orangtua

Menurut Baumrind (1974) dalam Junaidi (2010) ada empat bentuk

pola asuh yaitu:

A. Pola Asuh Demokrasi

Pola Asuh Demokrasi di tandai dengan ciri-ciri suka berdiskusi

dengan anak, mau mendengar keluhan anak, tidak kaku atau luwes, selalu

memperhatikan perkembangan anak, memberi kesempatan untuk mandiri

dan perkembangan anak, memberi kesempatan untuk mandiri dan

mengembangkan kontrol internalnya (Sochib, 2000).

Dalam ranah pemberian makanan pola asuh demokrasi merupakan

gaya pengasuhan yang paling seimbang karena orangtua memberikan

pilihan menu makanan pada anak. Namun orangtua tetap mendorong dan

mengarahkan anak untuk memakan makanan yang bergizi khusus nya

sayuran. Menu ditentukan oleh orangtua akan tetapi orangtua tetap

memberikan kesempatan untuk anak memilih makanan yang telah

ditentukan oleh orangtua (Bliset, 2011).

B. Pola Asuh Otoriter

Orangtua yang menerapkan pola asuh otoriter biasanya memiliki

ciri-ciri kaku, tegas suka menghukum, kurang ada kasih sayang dan

simpatik tingkah laku anak di control dengan ketat. Dalam hal konsumsi

10

sayuran pada anak, pola asuh ini memiliki emosional yang terkontrol,

memiliki harapan yang tinggi untuk memenuhi kebutuhan makanan dan

memberikan contoh perilaku disertai dengan praktek memakan sayuran,

selalu menyediakan buah dan sayuran di rumah, mengubah bentuk

sayuran sehingga menarik untuk dimakan oleh anak dan membatasi

makanan ringan yang tidak sehat untuk di konsumsi oleh anak serta

mendorong anak-anak untuk mencoba berbagai jenis sayuran.

Pola asuh orangtua tipe ini dalam hal pemberian makanan pada

anak memegang peranan penting dalam penentuan menu yang akan

disajikan dan waktu makan yang menentukan yaitu orangtua. Orangtua

dengan pola asuh orangtua tipe otoriter cenderung memiliki anak sangat

baik dalam mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan. Sehingga gizi

sayuran pada anak usia prasekolah yang di asuh dengan pola asuh otoriter

akan terpenuhi (Bliset, 2011).

Pola asuh ini dalam ranah kebiasaan makan pada anak selalu

membatasi makanan makanan tertentu. Selain itu orangtua tipe otoriter

selalu menekankan makanan pilihan dari diri orangtua otoriter Sehingga

pola asuh otoriter memiliki ciri yaitu selalu memperdulikan pilihan makanan

yang dipilih anak.

Pola asuh ini memiliki kehangatan rendah dan kontrol tinggi

dimana orangtua mencoba untuk megontrol perilaku dan sikap anak serta

memberikan peraturan yang kaku yang selalu berlaku sesuai standart

mereka. Anak tidak boleh bertanya kepada peraturan dan hukuman yang

diberikan orangtua. Mereka bersifat menjauhi, mengontrol dan hilang

11

kehangatan kepada anak, akibat yang dirasakan anak adalah rasa tidak

puas.

C. Pola Asuh Permisif

Orangtua yang mempunyai pola asuh permisif cenderung selalu

memberikan kebebasan pada anak tanpa memberikan control sama sekali

kurang control, kurang membimbing, kurang tegas, kurang komunikasi dan

tidak perduli dengan kelakuan anak.

Dalam pemberian makanan pada anak, pola asuh permisif

cenderung banyak digunakan oleh orangtua saat ini. Karena makanan

yang sehat ataupun tidak dipilih sesuai dengan keinginan anak, sehingga

kontrol terhadap gizi anak di kendalikan oleh anak tersebut. Para orangtua

dapat memilih makanan cepat saji karena tuntutan anak tersebut. Pada

akhirnya anak dengan gaya pengasuhan permisif dua kali lebih beresiko

terkena obesitas (Christin, 2011).

Orangtua dengan gaya pengasuhan permisif sering ditandai dengan

pengabaian gizi, sehingga anak diperbolehkan untuk makan apa pun yang

dia inginkan dalam jumlah berapapun kepada anak perempuan ataupun

laki-laki. Orangtua ini cenderung tidak menentukan menu untuk anak nya

dan pilihan makanan hanya dibatasi dengan apa yang tersedia.

Pola asuh ini memiliki kehangatan tinggi dan control rendah,

orangtua membuat sedikit permintaan, mengijinkan anak untuk mengatur

aktivitasnya sendiri sebanyak mungkin. Mereka menerangkan pada anak

alasan dari pembuatan peraturan, berkonsultasi dengan mereka tentang

keputusan kebijakan dan hukuman. Mereka tidak mengontrol, tidak banyak

meminta dan relative hangat.

12

D. Pola Asuh Pengabaian

Orangtua tipe ini pada umumnya memberikan waktu dan biaya yang

sangat minim pada anaknya. Waktu mereka banyak digunakan untuk

keperluan pribadi mereka, seperti bekerja dan juga kadangkala biayapun

dihemat-hemat untuk anak mereka. Dalam pola asuh ini orangtua sangat

tidak ikut campur dalam kehidupan anak. Anak dengan orangtua

penelantar mendapatkan kesan bahwa aspek lain dari kehidupan orangtua

lebih penting daripada kehidupan anak. Anak seperti ini seringkali

menunjukkan pengendalian diri yang buruk dan tidak bisa menangani

kebebasan dengan baik.

Pola asuh ini memiliki kehangatan rendah dan kontrol rendah,

orangtua memberikan kebebasan dan individualitas yang tinggi antara

anak dengan orangtua. Orangtua tidak memperdulikan keadaan anak dan

tidak memberikan tuntutan-tuntutan kepada anak, selain itu kesejahteraan

fisik dan emosi anak tidak diberikan. Sehingga pola asuh ini orangtua sama

sekali tidak menentukan menu makanan pada anak dan membiarkan anak

memilih menu makanannya sendiri tanpa ada batasan. Pada pola asuh ini

kontrol orangtua terhadap anak rendah sekali (Markum, 1996).

2.1.5. Fungsi Pola Asuh Orangtua

Fungsi Pola Asuh Orangtua terhadap konsumsi sayuran pada anak yaitu:

a) Orangtua bertanggung jawab untuk membuat dan

menyediakan makanan sehat yang dapat dikonsumsi oleh

anak di rumah. Sehingga orangtua turut serta mendorong

dan mendukung anak dalam mebuat pilihan makanan yang

sehat (Hesti, 2012)

13

b) Orangtua sebagai teladan yang patut dicontoh anak, oleh

karena itu perilaku yang dilakukan harus didasarkan pada

kesadaran bahwa perilaku yang dilakukan harus didasarkan

pada kesadaran bahwa perilakunya, akan dijadikan lahan

peniruan dan identifikasi bagi anak-anak. Dalam ha in pola

asuh orangtua berperan dalam pembentukan kebiasaan

makan makanan yang sehat (Amaliya, 2000).

c) Orangtua sebagai penyedia buah dan sayuran di rumah

sehingga makanan tersebut mudah dijangkau dan

dikonsumsi oleh anak (Rebecca dkk, 2011)

d) Pada saat makan bersama orangtua selalu menyediakan

menu sayuran dan turut serta memakan sayuran tersebut

agar anak mencontoh orangtua (Rebecca dkk, 2011).

2.2. Konsep Anak Usia Prasekolah

2.2.1. Definisi Anak Usia Prasekolah

Anak prasekolah adalah anak yang berusia 4 sampai 6 tahun. Pada masa

ini, terjadi berbagai macam pertumbuhan yakni pertumbuhan biologis,

psikososial, kognitif, dan spiritual yang begitu signifikan. Kemampuan mereka

dalam mengontrol diri, berinteraksi dengan orang lain, dan penggunaan bahasa

dalam berinteraksi sangat mempengaruhi tahap perkembangan berikutnya

(Whaley dan Wong, 2007).

Masa prasekolah (usia 3-5 tahun) merupakan fase ketika anak mulai

terlepas dari orangtua nya, dan mulai berinteraksi dengan lingkungannya

(Sayogo, 2007). Tugas perkembangan pada anak prasekolah adalah mencapai

otonomi yang cukup, memenuhi dan menangani diri sendiri tanpa campur tangan

14

orangtua secara penuh. Secara umum anak usia prasekolah membutuhkan

nutrisi lebih kurang 6800 kkal per hari.

2.2.2 Ciri-ciri Anak Usia Prasekolah

Ciri fisik anak prasekolah (Hurlock, 1997) yaitu otot-otot lebih kuat dan

pertumbuhan tulang menjadi besar dan keras. Anak prasekolah mempergunakan

gerak dasar seperti berlari, berjalan, memanjat dan melompat sebagai bagian

dari permainan mereka. Selain itu anak juga memiliki rasa ingin tahu, rasa emosi,

iri dan cemburu.

Ciri khas perkembangan psikososial anak prasekolah (Dewi, 2005) adalah:

a. Sudah dapat mengontrol perilakunya sendiri

b. Sudah dapat merasakan humoris (misalnya, ikut tertawa ketika

orang dewasa tertawa atau ada hal-hal yang lucu)

c. Rasa takut dan cemas mulai berkembang, dan hal ini akan

berlangsung sampai usia 5 tahun

d. Keinginan untuk berbohong mulai muncul, akan tetapi anak takut

untuk melakukannya

e. Perasaan humor berkembang lebih lanjut

f. Sudah dapat mempelajari mana yang benar dan yang salah

g. Sudah dapat menenangkan diri

h. Pada usia 6 tahun anak akan menjadi sangat asertif, sering

berperilaku seperti atasan, mendominasi situasi, akan tetapi dapat

menerima nasehat

i. Sering bertengkar tetapi cepat berbaikan kembali

j. Anak sudah dapat menunjukkan sikap marah

15

k.Sudah dapat membedakan yang benar dan yang tidak benar, dan

sudah dapat menerima peraturan dan disiplin

2.2.3. Tahap Tumbuh Kembang Anak Usia Prasekolah 4-6 Tahun

2.2.3.1. Definisi Tumbuh Kembang pada Anak

a. Pertumbuhan (Growth)

Perkembangan dengan perubahan dalam besar, jumlah, ukuran

atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu yang bisa diukur

dengan ukuran berat (kg/gr) atau ukuran panjang

(meter/centimeter) (Soetjiningsih : 1998).

Menurut Whaley dan Wong, pertumbuhan sebagai suatu

peningkatan jumlah atau ukuran sel tubuh yang ditunjukkan

dengan adanya peningkatan ukuran dan berat seluruh bagian

tubuh (Supartini, Yupi : 2004).

b. Perkembangan (Development)

Menurut Whaley dan Wong, perkembangan minitik beratkan pada

perubahan yang terjadi secara bertahap dari tingkat yang paling

rendah ke tingkat yang paling tinggi dan kompleks melalui proses

maturasi dan pembelajaran ( Supartini, 2004).

Perkembangan adalah pertambahan kemampuan struktur dan

fungsi tubuh yang lebih komleks dalam pola yang teratur dan

dapat diramalkan sebagai hasil dari proses pematangan

( Soetjiningsih : 1998).

Perkembangan anak usia prasekolah apabila anak diperkenalkan

tentang sayuran dalam bentuk video maka minat anak untuk

mengkonsumsi sayuran meningkat (Meghan,dkk 2012).

16

2.2.3.2. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Prasekolah

a. Pertumbuhan

Beberapa aspek pertumbuhan fisik terus menjadi stabil dalam

tahun prasekolah. Waktu rata-rata denyut jantung dan

pernapasan menurun hanya sedikit mendekati 90x/menit dan

pernapasan 22-24x/menit. TD meningkat sedikit ke nilai rata-

rata 95/58mmHg. Berat badan anak meningkat kira-kira 2,5 kg

per tahun, berat rata-rata pada usia 5 tahun adalah kira-kira 21

kg, hampir 6 kali berat badan lahir. Prasekolah bertumbuh 2-3

inci per tahun, panjang menjadi dua kali lipat panjang lahir

pada usia 4 tahun,dan berada pada tinggi rata-rata 43 inci

pada ulang tahun kelima mereka. Perpanjangan tungkai kaki

menghasilkan penampilan yang lebih kurus. Kepala sudah

mencapai 90% dari ukuran orang dewasa pada ulang tahun ke

enam. Perbedaan kecil terjadi antara jenis kelamin, walaupun

anak laki-laki sedikit lebih besar dengan lebih banyak otot dan

kurang jaringan lemak. Kekurangan nutrisi umunya terjadi

pada anak-anak berusia dibawah 6 tahun adalah kekurangan

vitamin A dan C serta zat besi.

b. Perkembangan

Menurut Piaget perkembangan kognitif anak usai prasekolah

berada pada periode praoperasional. Kemampuan mengingat,

mengenal dan meningkat kembali mengalami kemajuan pesat.

Di sekolah anak diajarkan untuk mewarnai macam-macam

17

sayuran dan buah supaya anak tertarik untuk memakan

sayuran serta mengenali nama sayuran tersebut.

Usia prasekolah sudah dapat mengenali jenis-jenis sayuran

misalnya wortel, bayam dan tomat.

2.2.4 Kebutuhan Nutrisi pada anak Usia Prasekolah

Menurut Dinas Kesehatan Yogjakarta untuk mencukupi asupan

makan sayuran dalam sehari setiap umur memiliki kebutuhan yang

berbeda. Sehingga antara satu anggota keluarga yang lain memerlukan

asupan yan berbeda.

Tabel 2.1 Anjurkan Makan Sayur dalam Satu Hari sesuai Golongan Umur berdasarkan Dinas Kesehatan Yogyakarta

Golongan

Umur

Berat

Badan

Nasi 200 g

atau

padanannya

Lauk 50 g

ikan, 25 g

tempe atau

padanannya

Sayur

100 g

Buah 100

g pepaya

atau

padanan

nya

Susu

200

cc

1-3

Tahun

12kg 1,5 p x 200

gram

0,5 p x 50 g

hewani 2 p

x 25 g

Nabati

1 px 100

g

1 p x 100

g

1 p x

200

cc

4-6 tahun 17kg 2 p x 200

gram

1 p x 50 g

Hewani

3p x 25 g

Nabati

1,5 p x

100 g

2 p x 100

g

1 p x

200

cc

7-9 tahun 25kg 3 p x 200 g 1 p x 50g

Hewani

1,5 p x

100 g

2 p x 100

g

1 p x

200

18

3 p x 25g

Nabati

cc

Keterangan:

1. p= porsi

2. 1 porsi Nasi 200 g, berasal dari 100g beras/ 1,5 gelas belimbing

3. 1 porsi lauk hewani 50 g/ 2 potong

4. 1 porsi Lauk Nabati 75 g/ 2 potong sedang

5. 1 porsi sayur 100 g/ 25 batang bayam/ 15 buah buncis

6. 1 porsi buah 100 g/ 8 biji rambutan / 1 buah sedang pisang ambon

2.3. Konsep Konsumsi Sayuran

2.3.1. Definisi Konsumsi Sayuran

Konsumsi sayuran merupakan banyaknya atau jumlah pangan, secara

tunggal maupun beragam, yang dikonsumsi sayuran seseorang atau sekelompok

orang yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan fisiologis, psikologis dan

sosiologis. Tujuan fisiologis adalah upaya untuk memenuhi keinginan makan

(rasa lapar) atau untuk memperoleh zat-zat gizi yang diperlukan tubuh

(Sedioetama, 1996).

19

Tabel 2.2 Konsumsi Sayuran Per Gram dalam Satu Hari sesuai berdasarkan Riskesdas 2007

2.3.2. Jenis-jenis Sayur-mayur

Sayur-mayur dibagi dalam 5 kelompok. Berikut adalah beberapa

contoh sayur-mayur yang sering dimakan mengikut kelompoknya :

a. Sayuran berdaun hijau gelap :

Brokoli, bayam, bok choy, daun salada yang berwarna hijau gelap,

dan lain-lain.

b. Sayuran sitrus :

Wortel, ubi kentang manis, labu dan lain-lain.

c. Kacang-kacangan kering :

Kacang kedelai, tofu dan lain-lain.

d. Sayuran berkanji :

Jagung, kacang ijo, ubi kentang dan lain-lain.

e. Sayuran lainnya :

20

Asparagus, kembang kol, kobis, sederi, lada hitam, lada merah,

bawang dan lain-lain

2.3.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Sayuran pada Anak

Menurut Cooke (2003) terdapat beberapa faktor yang

mempengaruhi asupan sayur-mayur pada anak-anak dan dibagi kepada

3 kategori yaitu karakteristik demografik, keadaan sekitar ketika waktu

makan termasuk perilaku orangtua dan karakteristik anak itu sendiri.

a. Karakteristik demografik

Orangtua dengan derajat edukasi yang lebih tinggi mempunyai

anak-anak yang mengkonsumsi lebih banyak sayur-mayur

berbanding orangtua dengan tahapan edukasi yang lebih rendah.

b. Perilaku dan cara orangtua memberi anak makan

Jumlah sayur-mayur yang dikonsumsi oleh orangtua memberikan

kontribusi yang sangat besar pada asupan sayur-mayur oleh

anak-anak mereka. Dapat diprediksi jumlah sayur-mayur yang

dikonsumsi oleh anak-anak apabila diketahui jumlah asupan

sayur-mayur oleh orangtua mereka. Keadaan sewaktu makan juga

berpengaruh di mana makan bersama keluarga dapat

meningkatkan jumlah asupan sayur-mayur. Semakin awal anak-

anak dikenalkan dengan asupan sayur-mayur, semakin tinggi

asupan sayur-mayur ketika dewasa. Hal ini menunjukkan bahwa

anak-anak perlu diberi pengenalan awal dengan diet yang

seimbang dan asupan sayur mayur sejak dini.

c. Karakteristik anak

21

Anak-anak yang lebih tua mengkonsumsi sayur-mayur lebih sering

berbanding anak-anak yang umurnya lebih muda. Anak-anak yang

neofobia mengkonsumsi sayur-mayur dengan jumlah yang sedikit

berbanding anak-anak lain yang normal. Anak-anak yang suka

makan mengkonsumsi sayur-mayur lebih banyak dan lebih sering

dibanding anak-anak lain.

2.3.4 Peranan Sayur-mayur dalam Nutrisi pada Anak

Menurut Santoso dan Ranti (2004) tumbuhan atau nabati sebagai

asal bahan makanan sayur-mayur terdapat dalam berbagai jenis dan

jumlah yang banyak di Indonesia. Sayur-mayur dapat berupa bagian dari

tumbuhan seperti batang (batang pisang), daun (bayam), bunga (jantung

pisang), umbi (kentang) maupun buah muda (labu). Sayur-mayur

merupakan sumber vitamin dan mineral. Namun, zat-zat gizi ini dapat

rusak atau berkurang jika mengalami pemanasan. Menurut Kamus Besar

Bahasa Indonesia (2008) sayur berarti daun-daunan (seperti sawi),

tumbuh-tumbuhan (taoge), polong atau bijian (kapri, buncis) dan

sebagainya yang dapat dimasak. Sayur mayur berarti berbagai-bagai

sayur (seperti kubis, kangkung dan bayam).

2.3.5 Manfaat Sayuran untuk Mengurangi Resiko Beberapa Penyakit

a. Mengurangi Penyakit Kardiovaskuler

Terdapat bukti-bukti tentang diet yang kaya sayur-mayur

bisa mengurangkan resiko mendapat penyakit kardiovaskuler dan

stroke. Penelitian yang paling lama dan paling ramai

partisipasinya sehingga kini, telah dilakukan oleh Harvard-based

Nurses’ Health Study and Health Professionals Follow-up Study,

22

di mana terdapat 110,000 lelaki dan wanita yang diikuti kegiatan

olahraga dan asupan makanan selama 14 tahun. Semakin banyak

asupan sayur-mayur dan buah-buahan per hari, semakin rendah

resiko untuk mendapat penyakit kardiovaskuler.

Dibandingkan dengan kelompok yang kurang asupan

sayur-mayur dan buah-buahan (kurang daripada 1,5 hidangan per

hari), kelompok dengan asupan sayur-mayur dan buah-buahan

sebanyak 8 hidangan per hari adalah 30% lebih sulit untuk terkena

penyakit jantung dan stroke. Walaupun semua sayur-mayur dan

buah-buahan mendorong kepada kebaikan ini, tetapi terdapat

beberapa jenis sayur-mayur yang berkontribusi lebih banyak

seperti sayur-mayur berdaun hijau yaitu bayam, kangkung, dan

lain-lain. Ada juga sayur-mayur seperti brokoli, bok choy, kobis

dan bunga kobis.

Apabila para peneliti menggabungkan hasil penelitian dari

Harvard dan penelitian lainnya, pada penyakit jantung koroner dan

stroke secara berpisah, mereka menjumpai satu efek protektif :

individu yang mengkonsumsi lebih daripada 5 hidangan sayur-

mayur dan buah-buahan per hari mempunyai 20% lebih rendah

resiko untuk terkena penyakit jantung koroner dan stroke,

ketimbang individu yang mengkonsumsi kurang 3 hidangan per

hari.

Menurut Henkel (2000) pada bulan Oktober 1999, FDA

memberi kebenaran kepada pembuat produk makanan untuk

meletakkan label pada produk mereka yang mengatakan protein

23

kedelai dalam produk tersebut dapat mengurangi resiko terkena

penyakit kardiovaskuler. Menurut Kris-Etherton (2001) kacang

mempunyai banyak kebaikan nutrisi seperti kaya dengan, serat,

vitamin antioksidan, mineral, dan pelbagai zat-zat bioaktif

(contohnya flavonoid dan sterol tumbuh-tumbuhan). Terdapat bukti

bahwa kacang dapat mengurangkan resiko terkena penyakit

kardiovaskuler.

b. Mengurangi Resiko Penyakit Tekanan Darah Tinggi

Tekanan darah tinggi merupakan faktor resiko yang primer

untuk mendapat penyakit jantung dan strok. Oleh karena itu, ia

merupakan salah satu kondisi yang penting untuk dikontrol. Diet

merupakan salah satu cara yang efektif untuk mengurangkan

tekanan darah. Pada Dietary Approaches to Stop Hypertension

(DASH) study, didapati adanya hubungan yang bermakna antara

diet dengan tekanan darah.

Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui efek pada

tekanan darah oleh diet yang kaya dengan sayur-mayur, buah-

buahan, makanan rendah lemak dan diet yang direstriksi jumlah

lemak tepu dan lemak total. Para peneliti mendapati individu

dengan tekanan darah tinggi yang mengikuti diet ini dapat

mengurangi tekanan darah sistolik mereka sebanyak kurang lebih

11 mmHg dan tekanan darah diastolik sebanyak kurang lebih 6

mmHg – merupakan sebanyak yang dapat dicapai oleh obat-

obatan.

c. Mengurangi Resiko Terkena Kanker

24

Penelitian kohort, dimana satu kelompok individu yang

sehat diikuti perkembangannya selama bertahun-tahun, secara

umumnya memberi hasil yang lebih dipercayai ketimbang

penelitian case-control karena ia tidak bergantung pada informasi

dari masa lalu. Dan data dari penelitian kohort tidak secara

konsisten menunjukkan bahwa diet kaya dengan sayur-mayur dan

buah-buahan dapat mencegah kanker secara umum.

Sebagai contoh, pada Nurses’ Health Study dan the Health

Professionals Follow-up Study, periode selama lebih dari 14

tahun, lelaki dan wanita dengan diet paling tinggi sayur-mayur dan

buah-buahan (lebih daripada 8 hidangan per hari) mempunyai

resiko yang sama untuk mendapat kanker seperti mereka yang

mengkonsumsi paling sedikit sayur-mayur dan buah-buahan

(kurang daripada 1,5 hidangan per hari).

Faktor yang lebih mungkin adalah setengah jenis sayur-

mayur dan buah-buahan saja yang dapat memproteksi daripada

serangan kanker. Terdapat satu laporan daripada World Cancer

Research Fund and the American Institute for Cancer Research

yang mengatakan sayur-mayur seperti daun salada dan

sayurmayur berdaun hijau lainnya, brokoli, bok choy, kobis, begitu

juga dengan bawang putih, bawang Bombay dan buah-buahan

“berkemungkinan” dapat memproteksi dari serangan beberapa

tipe kanker seperti kanker mulut, tenggorokan, esofagus, dan

lambung.

25

Komponen spesifik daripada sayur-mayur dapat menjadi

faktor protektif daripada serangan kanker. Sebagai contoh,

adanya penelitian oleh Health Professionals Follow-up Study yang

mengatakan tomat dapat memproteksi lelaki daripada kanker

prostat, terutama dengan jumlah yang banyak. Salah satu pigmen

yang memberi tomat warna merah lycopene dikatakan memberi

efek protektif pada kanker prostat. Walaupun penelitian dari

Health Professionals ini menunjukkan adanya hubungan terkait

antara tomat dengan efek protektif terhadap kanker prostat,

penelitian-penelitian lain tidak menunjukkan atau menunjukkan

hanya sedikit hubungan antara tomat dengan kanker prostat.

Menurut Rao dan Agarwal (2000) dalam Wardlaw (2004)

tomat dan bahan makanan yang mengandung tomat mempunyai

kadar lycopene yang tinggi. Ia merupakan karetonoid mayor yang

dijumpai dalam aliran darah dan di berbagai jaringan tubuh.

Konsumsi lycopene yang regular dilaporkan dapat mengurangkan

resiko terkena kanker dan penyakit-penyakit kardiovaskuler.

Lycopene merupakan salah satu daripada karotenoid (bahan yang

tubuh kita dapat tukarkan menjadi vitamin A dapat ditemui pada

sayur-mayur dan buah-buahan yang berwarna terang, dan

penelitian mengatakan makanan yang mengandung karotenoid

dapat memberi proteksi kepada kanker paru, mulut dan

tenggorokan.

d. Mengurangi Resiko Penyakit Gastrointestinal

26

Salah satu komponen yang sangat menarik dalam sayur-

mayur dan buah-buahan adalah adanya serat yang bisa dicerna.

Apabila serat melewati saluran gastrointestinal, ia menyerap air

seperti spon dan mengembang. Hal ini dapat menenangkan usus

dan melegakan atau mengelakkan daripada terkena konstipasi.

Serat ini dapat mengurangi tekanan dalam saluran cerna dan

membantu mencegah terkena penyakit divertikulitis.

Frekuensi normal untuk pergerakan usus besar atau

defekasi, berkisar antara 3 kali per hari hingga ke 3 kali per

minggu. Konstipasi merupakan problem yang semakin meningkat

seiring dengan peningkatan usia dan bisa diatasi dengan aktifitas

fisik yang reguler, mengurangi konsumsi obat-obatan yang dapat

menginduksi konstipasi, meningkatkan jumlah serat dalam diet,

minum air dengan banyak, serta tidak menggunakan laxative

kecuali dalam situasi yang mendesak .

e. Mengurangi Resiko Penyakit Berkaitan Mata

Mengkonsumsi banyak sayur-mayur dapat mempertahankan mata

dalam kondisi yang baik. Seperti yang diketahui, vitamin A dalam

wortel dapat membantu penglihatan di malam hari. Sayur-mayur

dan buah-buahan lainnya dapat membantu mengurangi dua

daripada penyakit mata akibat pertambahan umur yaitu katarak

dan degenerasi macular yang menyerang berjuta-juta penduduk

Amerika di atas 65 tahun. Katarak adalah kekeruhan pada lensa

mata yang menyebabkan gangguan penglihatan. Degenerasi

makular pula disebabkan oleh kerusakan kumulatif pada makula,

27

pusat retina. Ia bermula dengan bintik kabur pada pusat objek

yang kita lihat.

Apabila degenerasi menyebar, penglihatan makin

berkurang. Sayur-mayur berdaun hijau gelap -seperti bayam

mempunyai dua pigmen, lutein dan zeaxanthin, yang

berakumulasi di mata. Pigmen-pigmen ini dapat menghalang

radikal-radikal bebas daripada merusakkan jaringan sensitif pada

mata.

Menurut Judarwanto karena besarnya variasi kebutuhan

makanan pada masing-masing anak, maka dalam memberikan

nasehat makanan pada anak tidak boleh terlalu kaku. Pemberian

makanan pada anak tidak boleh dengan kekerasan tetapi dengan

persuasif dan monitoring terhadap tumbuh kembang anak. Anak-

anak tidak boleh dipaksa untuk makan. Mereka perlu diberi

kebebasan dan identitas yang berasingan daripada orangtua

mereka. Dengan kata lain, anak-anak perlu diberi kebebasan

untuk memilih tanpa paksaan orangtua. Tidak ada satu bahan

makanan yang benar-benar esensial dalam diet.

Anak-anak patut diberi makan ketika lapar dan jangan

berlebihan. Memberi anak-anak makanan yang terdiri daripada

sayur-mayur ketika memulaikan hidangan yaitu saat paling lapar,

mungkin memberi kesan yang efektif (Wardlaw, 2003). Berikan

makanan yang mengandung sayur-mayur dalam berbagai warna.

Sebagai contoh, gabungan brokoli dan wortel. Sayur-sayur yang

berwarna terang ini dapat menarik minat anak untuk mencoba.

28

Hiasan dalam sediaan makanan juga penting. Ibu yang

menyediakan makanan untuk anak perlu mencari ide-ide kreatif

supaya hidangan tersebut dapat mencuri perhatian anak.

Orangtua perlu memberikan contoh terbaik pada anak

dengan mengkonsumsi sayur-mayur dalam hidangan dan sebagai

makanan ringan. Biarkan anak-anak memilih sayur untuk makan

malam dan memilih sayur-mayur di pasar bagi anak-anak yang

sudah bisa mengambil keputusan (USDA, 2011).