bab ii
DESCRIPTION
pola asuh orangtua dan konsumsi sayuran pada anakTRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Pola Asuh Orangtua
2.1.1. Pengertian Pola Asuh Orangtua
Pola asuh orang tua dapat didefinisikan sebagai pola yang berarti
susunan, model, bentuk, tata cara, gaya dalam melakukan sesuatu.
Sedangkan mengasuh berarti, membina interaksi dan komunikasi secara
penuh perhatian sehingga anak tumbuh dan berkembang menjadi pribadi
yang dewasa serta mampu menciptakan suatu kondisi yang harmonis
dalam lingkungan keluarga dan masyarakat (Ebin, 2005).
Yang dimaksud dengan mengasuh dalam hal ini yaitu mengasuh
anak. Mengasuh anak adalah mendidik dan memelihara anak itu,
mengurus makan, minumnya, pakaiannya dan keberhasilannya dalam
periode yang pertama sampai dewasa. Pengasuhan juga memberikan
kontribusi bagi kesejahteraan dan kebahagiaan serta kualitas hidup yang
baik bagi anak secara keseluruhan. Sebaliknya jika pengasuhan anak
kurang memadai, terutama jaminan makanan dan kesehatan anak, bisa
menjadi salah satu faktor yang menghantarkan anak menderita kurang gizi
(Tita, 2005).
Pola asuh orangtua adalah suatu cara yang digunakan orangtua
dalam mencoba berbagai strategi untuk mendorong anak-anaknya
mencapai tujuan yang diinginkan. Dimana tujuan tersebut antara
pengetahuan, nilai moral, dan standar perilaku yang harus dimiliki anak bila
dewasa nanti. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam hal ini
6
7
menyangkut berbagai macam cara orangtua dalam mendidik anak menuju
suatu tujuan tertentu (Mussen, 1994).
2.1.2 Pola Asuh Orangtua Terhadap Pembentukan Kebiasaan Hidup Sehat
Dalam pembentukan kebiasaan anak-anak untuk hidup sehat,
orangtua memegang peranan penting di dalam lingkungan rumah. Oleh
karena itu perilaku kebiasaan anak sangat bergantung pada tindakan dan
sikap orangtua mengenai makan makanan yang sehat. Sehingga pada
anak akan terpenuhi kebutuhan gizi serta terbentuk kebiasaan konsumsi
makanan yang sehat hingga dewasa.
Menurut Soetjiningsih (1995), kebutuhan dasar anak untuk tumbuh
kembang, secara umum digolongkan menjadi 3 kebutuhan dasar, antara
lain:
a. Kebutuhan fisik-biomedis (“ASUH”)
Pola asuh orang tua terhadap anak meliputi :
1) Pangan/ gizi merupakan kebutuhan terpenting.
2) Perawatan kesehatan dasar, antara lain imunisasi, pemberian ASI,
penimbangan bayi/ anak yang teratur, pengobatan jika sakit, dll.
3) Papan/ pemukiman yang layak.
4) Higiene perorangan, sanitasi lingkungan.
5) Sandang.
6) Kesegaran jasmani, rekreasi.
b. Kebutuhan emosi/kasih sayang (“ASIH”)
Pada tahun-tahun pertama kehidupan, hubungan yang erat,
mesra dan selaras antara ibu dengan anak merupakan syarat mutlak
untuk menjamin tumbuh kembang yang selaras baik fisik, mental
8
maupun psikososial. Kasih sayang orang tua baik dari ayah maupun
ibu menciptakan ikatan yang erat dan kepercayaan dasar ( basic
trust).
c. Kebutuhan akan stimulasi (“ASAH”)
Stimulasi mental merupakan cikal bakal dalam proses belajar
(pendidikan dan pelatihan) pada anak. Stimulasi mental (ASAH) ini
mengembangkan perkembangan mental psikososial : kecerdasan,
keterampilan, kemandirian, kreativitas, agama, kepribadian, moral,
produktivitas, dan sebagainya. Dapat membahagiakan dan
membanggakan orang tua yang telah susah payah membesarkannya
dengan cina dan kasih sayang.
2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pola Asuh Orangtua
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pola asuh (Edward,
2006) adalah :
a. Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan dan pengetahuan orang tua serta pengalamannya
sangat berpengaruh dalam mengasuh anak.
b. Lingkungan
Lingkungan banyak mempengaruhi perkembangan anak, maka tidak
mustahil jika lingkungan juga ikut mewarnai pola-pola pengasuhan
yang diberikan orang tua terhadap anak.
c. Budaya
Sering kali orangtua mengikuti cara-cara yang dilakukan oleh
masyarakat dalam mengasuh anak, kebiasaan-kebiasaan masyarakat
disekitarnya dalam mengasuh anak. Karena pola-pola tersebut
9
dianggapnya berhasil dalam mendidik anak kearah kematangan.
Orangtua mengharapkan kelak anaknya dapat diterima di masyarakat
dengan baik, oleh karena itu kebudayaan atau kebiasaan masyarakat
dalam mengasuh anak juga mempengaruhi setiap orang tua dalam
memberikan pola asuh terhadap anaknya.
2.1.4. Jenis-jenis Pola Asuh Orangtua
Menurut Baumrind (1974) dalam Junaidi (2010) ada empat bentuk
pola asuh yaitu:
A. Pola Asuh Demokrasi
Pola Asuh Demokrasi di tandai dengan ciri-ciri suka berdiskusi
dengan anak, mau mendengar keluhan anak, tidak kaku atau luwes, selalu
memperhatikan perkembangan anak, memberi kesempatan untuk mandiri
dan perkembangan anak, memberi kesempatan untuk mandiri dan
mengembangkan kontrol internalnya (Sochib, 2000).
Dalam ranah pemberian makanan pola asuh demokrasi merupakan
gaya pengasuhan yang paling seimbang karena orangtua memberikan
pilihan menu makanan pada anak. Namun orangtua tetap mendorong dan
mengarahkan anak untuk memakan makanan yang bergizi khusus nya
sayuran. Menu ditentukan oleh orangtua akan tetapi orangtua tetap
memberikan kesempatan untuk anak memilih makanan yang telah
ditentukan oleh orangtua (Bliset, 2011).
B. Pola Asuh Otoriter
Orangtua yang menerapkan pola asuh otoriter biasanya memiliki
ciri-ciri kaku, tegas suka menghukum, kurang ada kasih sayang dan
simpatik tingkah laku anak di control dengan ketat. Dalam hal konsumsi
10
sayuran pada anak, pola asuh ini memiliki emosional yang terkontrol,
memiliki harapan yang tinggi untuk memenuhi kebutuhan makanan dan
memberikan contoh perilaku disertai dengan praktek memakan sayuran,
selalu menyediakan buah dan sayuran di rumah, mengubah bentuk
sayuran sehingga menarik untuk dimakan oleh anak dan membatasi
makanan ringan yang tidak sehat untuk di konsumsi oleh anak serta
mendorong anak-anak untuk mencoba berbagai jenis sayuran.
Pola asuh orangtua tipe ini dalam hal pemberian makanan pada
anak memegang peranan penting dalam penentuan menu yang akan
disajikan dan waktu makan yang menentukan yaitu orangtua. Orangtua
dengan pola asuh orangtua tipe otoriter cenderung memiliki anak sangat
baik dalam mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan. Sehingga gizi
sayuran pada anak usia prasekolah yang di asuh dengan pola asuh otoriter
akan terpenuhi (Bliset, 2011).
Pola asuh ini dalam ranah kebiasaan makan pada anak selalu
membatasi makanan makanan tertentu. Selain itu orangtua tipe otoriter
selalu menekankan makanan pilihan dari diri orangtua otoriter Sehingga
pola asuh otoriter memiliki ciri yaitu selalu memperdulikan pilihan makanan
yang dipilih anak.
Pola asuh ini memiliki kehangatan rendah dan kontrol tinggi
dimana orangtua mencoba untuk megontrol perilaku dan sikap anak serta
memberikan peraturan yang kaku yang selalu berlaku sesuai standart
mereka. Anak tidak boleh bertanya kepada peraturan dan hukuman yang
diberikan orangtua. Mereka bersifat menjauhi, mengontrol dan hilang
11
kehangatan kepada anak, akibat yang dirasakan anak adalah rasa tidak
puas.
C. Pola Asuh Permisif
Orangtua yang mempunyai pola asuh permisif cenderung selalu
memberikan kebebasan pada anak tanpa memberikan control sama sekali
kurang control, kurang membimbing, kurang tegas, kurang komunikasi dan
tidak perduli dengan kelakuan anak.
Dalam pemberian makanan pada anak, pola asuh permisif
cenderung banyak digunakan oleh orangtua saat ini. Karena makanan
yang sehat ataupun tidak dipilih sesuai dengan keinginan anak, sehingga
kontrol terhadap gizi anak di kendalikan oleh anak tersebut. Para orangtua
dapat memilih makanan cepat saji karena tuntutan anak tersebut. Pada
akhirnya anak dengan gaya pengasuhan permisif dua kali lebih beresiko
terkena obesitas (Christin, 2011).
Orangtua dengan gaya pengasuhan permisif sering ditandai dengan
pengabaian gizi, sehingga anak diperbolehkan untuk makan apa pun yang
dia inginkan dalam jumlah berapapun kepada anak perempuan ataupun
laki-laki. Orangtua ini cenderung tidak menentukan menu untuk anak nya
dan pilihan makanan hanya dibatasi dengan apa yang tersedia.
Pola asuh ini memiliki kehangatan tinggi dan control rendah,
orangtua membuat sedikit permintaan, mengijinkan anak untuk mengatur
aktivitasnya sendiri sebanyak mungkin. Mereka menerangkan pada anak
alasan dari pembuatan peraturan, berkonsultasi dengan mereka tentang
keputusan kebijakan dan hukuman. Mereka tidak mengontrol, tidak banyak
meminta dan relative hangat.
12
D. Pola Asuh Pengabaian
Orangtua tipe ini pada umumnya memberikan waktu dan biaya yang
sangat minim pada anaknya. Waktu mereka banyak digunakan untuk
keperluan pribadi mereka, seperti bekerja dan juga kadangkala biayapun
dihemat-hemat untuk anak mereka. Dalam pola asuh ini orangtua sangat
tidak ikut campur dalam kehidupan anak. Anak dengan orangtua
penelantar mendapatkan kesan bahwa aspek lain dari kehidupan orangtua
lebih penting daripada kehidupan anak. Anak seperti ini seringkali
menunjukkan pengendalian diri yang buruk dan tidak bisa menangani
kebebasan dengan baik.
Pola asuh ini memiliki kehangatan rendah dan kontrol rendah,
orangtua memberikan kebebasan dan individualitas yang tinggi antara
anak dengan orangtua. Orangtua tidak memperdulikan keadaan anak dan
tidak memberikan tuntutan-tuntutan kepada anak, selain itu kesejahteraan
fisik dan emosi anak tidak diberikan. Sehingga pola asuh ini orangtua sama
sekali tidak menentukan menu makanan pada anak dan membiarkan anak
memilih menu makanannya sendiri tanpa ada batasan. Pada pola asuh ini
kontrol orangtua terhadap anak rendah sekali (Markum, 1996).
2.1.5. Fungsi Pola Asuh Orangtua
Fungsi Pola Asuh Orangtua terhadap konsumsi sayuran pada anak yaitu:
a) Orangtua bertanggung jawab untuk membuat dan
menyediakan makanan sehat yang dapat dikonsumsi oleh
anak di rumah. Sehingga orangtua turut serta mendorong
dan mendukung anak dalam mebuat pilihan makanan yang
sehat (Hesti, 2012)
13
b) Orangtua sebagai teladan yang patut dicontoh anak, oleh
karena itu perilaku yang dilakukan harus didasarkan pada
kesadaran bahwa perilaku yang dilakukan harus didasarkan
pada kesadaran bahwa perilakunya, akan dijadikan lahan
peniruan dan identifikasi bagi anak-anak. Dalam ha in pola
asuh orangtua berperan dalam pembentukan kebiasaan
makan makanan yang sehat (Amaliya, 2000).
c) Orangtua sebagai penyedia buah dan sayuran di rumah
sehingga makanan tersebut mudah dijangkau dan
dikonsumsi oleh anak (Rebecca dkk, 2011)
d) Pada saat makan bersama orangtua selalu menyediakan
menu sayuran dan turut serta memakan sayuran tersebut
agar anak mencontoh orangtua (Rebecca dkk, 2011).
2.2. Konsep Anak Usia Prasekolah
2.2.1. Definisi Anak Usia Prasekolah
Anak prasekolah adalah anak yang berusia 4 sampai 6 tahun. Pada masa
ini, terjadi berbagai macam pertumbuhan yakni pertumbuhan biologis,
psikososial, kognitif, dan spiritual yang begitu signifikan. Kemampuan mereka
dalam mengontrol diri, berinteraksi dengan orang lain, dan penggunaan bahasa
dalam berinteraksi sangat mempengaruhi tahap perkembangan berikutnya
(Whaley dan Wong, 2007).
Masa prasekolah (usia 3-5 tahun) merupakan fase ketika anak mulai
terlepas dari orangtua nya, dan mulai berinteraksi dengan lingkungannya
(Sayogo, 2007). Tugas perkembangan pada anak prasekolah adalah mencapai
otonomi yang cukup, memenuhi dan menangani diri sendiri tanpa campur tangan
14
orangtua secara penuh. Secara umum anak usia prasekolah membutuhkan
nutrisi lebih kurang 6800 kkal per hari.
2.2.2 Ciri-ciri Anak Usia Prasekolah
Ciri fisik anak prasekolah (Hurlock, 1997) yaitu otot-otot lebih kuat dan
pertumbuhan tulang menjadi besar dan keras. Anak prasekolah mempergunakan
gerak dasar seperti berlari, berjalan, memanjat dan melompat sebagai bagian
dari permainan mereka. Selain itu anak juga memiliki rasa ingin tahu, rasa emosi,
iri dan cemburu.
Ciri khas perkembangan psikososial anak prasekolah (Dewi, 2005) adalah:
a. Sudah dapat mengontrol perilakunya sendiri
b. Sudah dapat merasakan humoris (misalnya, ikut tertawa ketika
orang dewasa tertawa atau ada hal-hal yang lucu)
c. Rasa takut dan cemas mulai berkembang, dan hal ini akan
berlangsung sampai usia 5 tahun
d. Keinginan untuk berbohong mulai muncul, akan tetapi anak takut
untuk melakukannya
e. Perasaan humor berkembang lebih lanjut
f. Sudah dapat mempelajari mana yang benar dan yang salah
g. Sudah dapat menenangkan diri
h. Pada usia 6 tahun anak akan menjadi sangat asertif, sering
berperilaku seperti atasan, mendominasi situasi, akan tetapi dapat
menerima nasehat
i. Sering bertengkar tetapi cepat berbaikan kembali
j. Anak sudah dapat menunjukkan sikap marah
15
k.Sudah dapat membedakan yang benar dan yang tidak benar, dan
sudah dapat menerima peraturan dan disiplin
2.2.3. Tahap Tumbuh Kembang Anak Usia Prasekolah 4-6 Tahun
2.2.3.1. Definisi Tumbuh Kembang pada Anak
a. Pertumbuhan (Growth)
Perkembangan dengan perubahan dalam besar, jumlah, ukuran
atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu yang bisa diukur
dengan ukuran berat (kg/gr) atau ukuran panjang
(meter/centimeter) (Soetjiningsih : 1998).
Menurut Whaley dan Wong, pertumbuhan sebagai suatu
peningkatan jumlah atau ukuran sel tubuh yang ditunjukkan
dengan adanya peningkatan ukuran dan berat seluruh bagian
tubuh (Supartini, Yupi : 2004).
b. Perkembangan (Development)
Menurut Whaley dan Wong, perkembangan minitik beratkan pada
perubahan yang terjadi secara bertahap dari tingkat yang paling
rendah ke tingkat yang paling tinggi dan kompleks melalui proses
maturasi dan pembelajaran ( Supartini, 2004).
Perkembangan adalah pertambahan kemampuan struktur dan
fungsi tubuh yang lebih komleks dalam pola yang teratur dan
dapat diramalkan sebagai hasil dari proses pematangan
( Soetjiningsih : 1998).
Perkembangan anak usia prasekolah apabila anak diperkenalkan
tentang sayuran dalam bentuk video maka minat anak untuk
mengkonsumsi sayuran meningkat (Meghan,dkk 2012).
16
2.2.3.2. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Prasekolah
a. Pertumbuhan
Beberapa aspek pertumbuhan fisik terus menjadi stabil dalam
tahun prasekolah. Waktu rata-rata denyut jantung dan
pernapasan menurun hanya sedikit mendekati 90x/menit dan
pernapasan 22-24x/menit. TD meningkat sedikit ke nilai rata-
rata 95/58mmHg. Berat badan anak meningkat kira-kira 2,5 kg
per tahun, berat rata-rata pada usia 5 tahun adalah kira-kira 21
kg, hampir 6 kali berat badan lahir. Prasekolah bertumbuh 2-3
inci per tahun, panjang menjadi dua kali lipat panjang lahir
pada usia 4 tahun,dan berada pada tinggi rata-rata 43 inci
pada ulang tahun kelima mereka. Perpanjangan tungkai kaki
menghasilkan penampilan yang lebih kurus. Kepala sudah
mencapai 90% dari ukuran orang dewasa pada ulang tahun ke
enam. Perbedaan kecil terjadi antara jenis kelamin, walaupun
anak laki-laki sedikit lebih besar dengan lebih banyak otot dan
kurang jaringan lemak. Kekurangan nutrisi umunya terjadi
pada anak-anak berusia dibawah 6 tahun adalah kekurangan
vitamin A dan C serta zat besi.
b. Perkembangan
Menurut Piaget perkembangan kognitif anak usai prasekolah
berada pada periode praoperasional. Kemampuan mengingat,
mengenal dan meningkat kembali mengalami kemajuan pesat.
Di sekolah anak diajarkan untuk mewarnai macam-macam
17
sayuran dan buah supaya anak tertarik untuk memakan
sayuran serta mengenali nama sayuran tersebut.
Usia prasekolah sudah dapat mengenali jenis-jenis sayuran
misalnya wortel, bayam dan tomat.
2.2.4 Kebutuhan Nutrisi pada anak Usia Prasekolah
Menurut Dinas Kesehatan Yogjakarta untuk mencukupi asupan
makan sayuran dalam sehari setiap umur memiliki kebutuhan yang
berbeda. Sehingga antara satu anggota keluarga yang lain memerlukan
asupan yan berbeda.
Tabel 2.1 Anjurkan Makan Sayur dalam Satu Hari sesuai Golongan Umur berdasarkan Dinas Kesehatan Yogyakarta
Golongan
Umur
Berat
Badan
Nasi 200 g
atau
padanannya
Lauk 50 g
ikan, 25 g
tempe atau
padanannya
Sayur
100 g
Buah 100
g pepaya
atau
padanan
nya
Susu
200
cc
1-3
Tahun
12kg 1,5 p x 200
gram
0,5 p x 50 g
hewani 2 p
x 25 g
Nabati
1 px 100
g
1 p x 100
g
1 p x
200
cc
4-6 tahun 17kg 2 p x 200
gram
1 p x 50 g
Hewani
3p x 25 g
Nabati
1,5 p x
100 g
2 p x 100
g
1 p x
200
cc
7-9 tahun 25kg 3 p x 200 g 1 p x 50g
Hewani
1,5 p x
100 g
2 p x 100
g
1 p x
200
18
3 p x 25g
Nabati
cc
Keterangan:
1. p= porsi
2. 1 porsi Nasi 200 g, berasal dari 100g beras/ 1,5 gelas belimbing
3. 1 porsi lauk hewani 50 g/ 2 potong
4. 1 porsi Lauk Nabati 75 g/ 2 potong sedang
5. 1 porsi sayur 100 g/ 25 batang bayam/ 15 buah buncis
6. 1 porsi buah 100 g/ 8 biji rambutan / 1 buah sedang pisang ambon
2.3. Konsep Konsumsi Sayuran
2.3.1. Definisi Konsumsi Sayuran
Konsumsi sayuran merupakan banyaknya atau jumlah pangan, secara
tunggal maupun beragam, yang dikonsumsi sayuran seseorang atau sekelompok
orang yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan fisiologis, psikologis dan
sosiologis. Tujuan fisiologis adalah upaya untuk memenuhi keinginan makan
(rasa lapar) atau untuk memperoleh zat-zat gizi yang diperlukan tubuh
(Sedioetama, 1996).
19
Tabel 2.2 Konsumsi Sayuran Per Gram dalam Satu Hari sesuai berdasarkan Riskesdas 2007
2.3.2. Jenis-jenis Sayur-mayur
Sayur-mayur dibagi dalam 5 kelompok. Berikut adalah beberapa
contoh sayur-mayur yang sering dimakan mengikut kelompoknya :
a. Sayuran berdaun hijau gelap :
Brokoli, bayam, bok choy, daun salada yang berwarna hijau gelap,
dan lain-lain.
b. Sayuran sitrus :
Wortel, ubi kentang manis, labu dan lain-lain.
c. Kacang-kacangan kering :
Kacang kedelai, tofu dan lain-lain.
d. Sayuran berkanji :
Jagung, kacang ijo, ubi kentang dan lain-lain.
e. Sayuran lainnya :
20
Asparagus, kembang kol, kobis, sederi, lada hitam, lada merah,
bawang dan lain-lain
2.3.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Sayuran pada Anak
Menurut Cooke (2003) terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi asupan sayur-mayur pada anak-anak dan dibagi kepada
3 kategori yaitu karakteristik demografik, keadaan sekitar ketika waktu
makan termasuk perilaku orangtua dan karakteristik anak itu sendiri.
a. Karakteristik demografik
Orangtua dengan derajat edukasi yang lebih tinggi mempunyai
anak-anak yang mengkonsumsi lebih banyak sayur-mayur
berbanding orangtua dengan tahapan edukasi yang lebih rendah.
b. Perilaku dan cara orangtua memberi anak makan
Jumlah sayur-mayur yang dikonsumsi oleh orangtua memberikan
kontribusi yang sangat besar pada asupan sayur-mayur oleh
anak-anak mereka. Dapat diprediksi jumlah sayur-mayur yang
dikonsumsi oleh anak-anak apabila diketahui jumlah asupan
sayur-mayur oleh orangtua mereka. Keadaan sewaktu makan juga
berpengaruh di mana makan bersama keluarga dapat
meningkatkan jumlah asupan sayur-mayur. Semakin awal anak-
anak dikenalkan dengan asupan sayur-mayur, semakin tinggi
asupan sayur-mayur ketika dewasa. Hal ini menunjukkan bahwa
anak-anak perlu diberi pengenalan awal dengan diet yang
seimbang dan asupan sayur mayur sejak dini.
c. Karakteristik anak
21
Anak-anak yang lebih tua mengkonsumsi sayur-mayur lebih sering
berbanding anak-anak yang umurnya lebih muda. Anak-anak yang
neofobia mengkonsumsi sayur-mayur dengan jumlah yang sedikit
berbanding anak-anak lain yang normal. Anak-anak yang suka
makan mengkonsumsi sayur-mayur lebih banyak dan lebih sering
dibanding anak-anak lain.
2.3.4 Peranan Sayur-mayur dalam Nutrisi pada Anak
Menurut Santoso dan Ranti (2004) tumbuhan atau nabati sebagai
asal bahan makanan sayur-mayur terdapat dalam berbagai jenis dan
jumlah yang banyak di Indonesia. Sayur-mayur dapat berupa bagian dari
tumbuhan seperti batang (batang pisang), daun (bayam), bunga (jantung
pisang), umbi (kentang) maupun buah muda (labu). Sayur-mayur
merupakan sumber vitamin dan mineral. Namun, zat-zat gizi ini dapat
rusak atau berkurang jika mengalami pemanasan. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (2008) sayur berarti daun-daunan (seperti sawi),
tumbuh-tumbuhan (taoge), polong atau bijian (kapri, buncis) dan
sebagainya yang dapat dimasak. Sayur mayur berarti berbagai-bagai
sayur (seperti kubis, kangkung dan bayam).
2.3.5 Manfaat Sayuran untuk Mengurangi Resiko Beberapa Penyakit
a. Mengurangi Penyakit Kardiovaskuler
Terdapat bukti-bukti tentang diet yang kaya sayur-mayur
bisa mengurangkan resiko mendapat penyakit kardiovaskuler dan
stroke. Penelitian yang paling lama dan paling ramai
partisipasinya sehingga kini, telah dilakukan oleh Harvard-based
Nurses’ Health Study and Health Professionals Follow-up Study,
22
di mana terdapat 110,000 lelaki dan wanita yang diikuti kegiatan
olahraga dan asupan makanan selama 14 tahun. Semakin banyak
asupan sayur-mayur dan buah-buahan per hari, semakin rendah
resiko untuk mendapat penyakit kardiovaskuler.
Dibandingkan dengan kelompok yang kurang asupan
sayur-mayur dan buah-buahan (kurang daripada 1,5 hidangan per
hari), kelompok dengan asupan sayur-mayur dan buah-buahan
sebanyak 8 hidangan per hari adalah 30% lebih sulit untuk terkena
penyakit jantung dan stroke. Walaupun semua sayur-mayur dan
buah-buahan mendorong kepada kebaikan ini, tetapi terdapat
beberapa jenis sayur-mayur yang berkontribusi lebih banyak
seperti sayur-mayur berdaun hijau yaitu bayam, kangkung, dan
lain-lain. Ada juga sayur-mayur seperti brokoli, bok choy, kobis
dan bunga kobis.
Apabila para peneliti menggabungkan hasil penelitian dari
Harvard dan penelitian lainnya, pada penyakit jantung koroner dan
stroke secara berpisah, mereka menjumpai satu efek protektif :
individu yang mengkonsumsi lebih daripada 5 hidangan sayur-
mayur dan buah-buahan per hari mempunyai 20% lebih rendah
resiko untuk terkena penyakit jantung koroner dan stroke,
ketimbang individu yang mengkonsumsi kurang 3 hidangan per
hari.
Menurut Henkel (2000) pada bulan Oktober 1999, FDA
memberi kebenaran kepada pembuat produk makanan untuk
meletakkan label pada produk mereka yang mengatakan protein
23
kedelai dalam produk tersebut dapat mengurangi resiko terkena
penyakit kardiovaskuler. Menurut Kris-Etherton (2001) kacang
mempunyai banyak kebaikan nutrisi seperti kaya dengan, serat,
vitamin antioksidan, mineral, dan pelbagai zat-zat bioaktif
(contohnya flavonoid dan sterol tumbuh-tumbuhan). Terdapat bukti
bahwa kacang dapat mengurangkan resiko terkena penyakit
kardiovaskuler.
b. Mengurangi Resiko Penyakit Tekanan Darah Tinggi
Tekanan darah tinggi merupakan faktor resiko yang primer
untuk mendapat penyakit jantung dan strok. Oleh karena itu, ia
merupakan salah satu kondisi yang penting untuk dikontrol. Diet
merupakan salah satu cara yang efektif untuk mengurangkan
tekanan darah. Pada Dietary Approaches to Stop Hypertension
(DASH) study, didapati adanya hubungan yang bermakna antara
diet dengan tekanan darah.
Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui efek pada
tekanan darah oleh diet yang kaya dengan sayur-mayur, buah-
buahan, makanan rendah lemak dan diet yang direstriksi jumlah
lemak tepu dan lemak total. Para peneliti mendapati individu
dengan tekanan darah tinggi yang mengikuti diet ini dapat
mengurangi tekanan darah sistolik mereka sebanyak kurang lebih
11 mmHg dan tekanan darah diastolik sebanyak kurang lebih 6
mmHg – merupakan sebanyak yang dapat dicapai oleh obat-
obatan.
c. Mengurangi Resiko Terkena Kanker
24
Penelitian kohort, dimana satu kelompok individu yang
sehat diikuti perkembangannya selama bertahun-tahun, secara
umumnya memberi hasil yang lebih dipercayai ketimbang
penelitian case-control karena ia tidak bergantung pada informasi
dari masa lalu. Dan data dari penelitian kohort tidak secara
konsisten menunjukkan bahwa diet kaya dengan sayur-mayur dan
buah-buahan dapat mencegah kanker secara umum.
Sebagai contoh, pada Nurses’ Health Study dan the Health
Professionals Follow-up Study, periode selama lebih dari 14
tahun, lelaki dan wanita dengan diet paling tinggi sayur-mayur dan
buah-buahan (lebih daripada 8 hidangan per hari) mempunyai
resiko yang sama untuk mendapat kanker seperti mereka yang
mengkonsumsi paling sedikit sayur-mayur dan buah-buahan
(kurang daripada 1,5 hidangan per hari).
Faktor yang lebih mungkin adalah setengah jenis sayur-
mayur dan buah-buahan saja yang dapat memproteksi daripada
serangan kanker. Terdapat satu laporan daripada World Cancer
Research Fund and the American Institute for Cancer Research
yang mengatakan sayur-mayur seperti daun salada dan
sayurmayur berdaun hijau lainnya, brokoli, bok choy, kobis, begitu
juga dengan bawang putih, bawang Bombay dan buah-buahan
“berkemungkinan” dapat memproteksi dari serangan beberapa
tipe kanker seperti kanker mulut, tenggorokan, esofagus, dan
lambung.
25
Komponen spesifik daripada sayur-mayur dapat menjadi
faktor protektif daripada serangan kanker. Sebagai contoh,
adanya penelitian oleh Health Professionals Follow-up Study yang
mengatakan tomat dapat memproteksi lelaki daripada kanker
prostat, terutama dengan jumlah yang banyak. Salah satu pigmen
yang memberi tomat warna merah lycopene dikatakan memberi
efek protektif pada kanker prostat. Walaupun penelitian dari
Health Professionals ini menunjukkan adanya hubungan terkait
antara tomat dengan efek protektif terhadap kanker prostat,
penelitian-penelitian lain tidak menunjukkan atau menunjukkan
hanya sedikit hubungan antara tomat dengan kanker prostat.
Menurut Rao dan Agarwal (2000) dalam Wardlaw (2004)
tomat dan bahan makanan yang mengandung tomat mempunyai
kadar lycopene yang tinggi. Ia merupakan karetonoid mayor yang
dijumpai dalam aliran darah dan di berbagai jaringan tubuh.
Konsumsi lycopene yang regular dilaporkan dapat mengurangkan
resiko terkena kanker dan penyakit-penyakit kardiovaskuler.
Lycopene merupakan salah satu daripada karotenoid (bahan yang
tubuh kita dapat tukarkan menjadi vitamin A dapat ditemui pada
sayur-mayur dan buah-buahan yang berwarna terang, dan
penelitian mengatakan makanan yang mengandung karotenoid
dapat memberi proteksi kepada kanker paru, mulut dan
tenggorokan.
d. Mengurangi Resiko Penyakit Gastrointestinal
26
Salah satu komponen yang sangat menarik dalam sayur-
mayur dan buah-buahan adalah adanya serat yang bisa dicerna.
Apabila serat melewati saluran gastrointestinal, ia menyerap air
seperti spon dan mengembang. Hal ini dapat menenangkan usus
dan melegakan atau mengelakkan daripada terkena konstipasi.
Serat ini dapat mengurangi tekanan dalam saluran cerna dan
membantu mencegah terkena penyakit divertikulitis.
Frekuensi normal untuk pergerakan usus besar atau
defekasi, berkisar antara 3 kali per hari hingga ke 3 kali per
minggu. Konstipasi merupakan problem yang semakin meningkat
seiring dengan peningkatan usia dan bisa diatasi dengan aktifitas
fisik yang reguler, mengurangi konsumsi obat-obatan yang dapat
menginduksi konstipasi, meningkatkan jumlah serat dalam diet,
minum air dengan banyak, serta tidak menggunakan laxative
kecuali dalam situasi yang mendesak .
e. Mengurangi Resiko Penyakit Berkaitan Mata
Mengkonsumsi banyak sayur-mayur dapat mempertahankan mata
dalam kondisi yang baik. Seperti yang diketahui, vitamin A dalam
wortel dapat membantu penglihatan di malam hari. Sayur-mayur
dan buah-buahan lainnya dapat membantu mengurangi dua
daripada penyakit mata akibat pertambahan umur yaitu katarak
dan degenerasi macular yang menyerang berjuta-juta penduduk
Amerika di atas 65 tahun. Katarak adalah kekeruhan pada lensa
mata yang menyebabkan gangguan penglihatan. Degenerasi
makular pula disebabkan oleh kerusakan kumulatif pada makula,
27
pusat retina. Ia bermula dengan bintik kabur pada pusat objek
yang kita lihat.
Apabila degenerasi menyebar, penglihatan makin
berkurang. Sayur-mayur berdaun hijau gelap -seperti bayam
mempunyai dua pigmen, lutein dan zeaxanthin, yang
berakumulasi di mata. Pigmen-pigmen ini dapat menghalang
radikal-radikal bebas daripada merusakkan jaringan sensitif pada
mata.
Menurut Judarwanto karena besarnya variasi kebutuhan
makanan pada masing-masing anak, maka dalam memberikan
nasehat makanan pada anak tidak boleh terlalu kaku. Pemberian
makanan pada anak tidak boleh dengan kekerasan tetapi dengan
persuasif dan monitoring terhadap tumbuh kembang anak. Anak-
anak tidak boleh dipaksa untuk makan. Mereka perlu diberi
kebebasan dan identitas yang berasingan daripada orangtua
mereka. Dengan kata lain, anak-anak perlu diberi kebebasan
untuk memilih tanpa paksaan orangtua. Tidak ada satu bahan
makanan yang benar-benar esensial dalam diet.
Anak-anak patut diberi makan ketika lapar dan jangan
berlebihan. Memberi anak-anak makanan yang terdiri daripada
sayur-mayur ketika memulaikan hidangan yaitu saat paling lapar,
mungkin memberi kesan yang efektif (Wardlaw, 2003). Berikan
makanan yang mengandung sayur-mayur dalam berbagai warna.
Sebagai contoh, gabungan brokoli dan wortel. Sayur-sayur yang
berwarna terang ini dapat menarik minat anak untuk mencoba.
28
Hiasan dalam sediaan makanan juga penting. Ibu yang
menyediakan makanan untuk anak perlu mencari ide-ide kreatif
supaya hidangan tersebut dapat mencuri perhatian anak.
Orangtua perlu memberikan contoh terbaik pada anak
dengan mengkonsumsi sayur-mayur dalam hidangan dan sebagai
makanan ringan. Biarkan anak-anak memilih sayur untuk makan
malam dan memilih sayur-mayur di pasar bagi anak-anak yang
sudah bisa mengambil keputusan (USDA, 2011).