bab ii

22
BAB II PEMBAHASAN 2.1 Dinamika Pelaksanaan UUD 1945 2.1.1 Masa Awal Kemerdekaan Pada awal masa Indonesia setelah memproklamasikan kemerdekaannaya mengalami berbagai macam gangguan terutama dalam upaya untuk mempertahankan kemerdekaannya. Pada masa ini, kolonialisme Belanda berupaya untuk mengembalikan kekuasaannya di Indonesia dengan membonceng tentara sekutu. Selain itu juga telah terjadi berbagaimacam pemberontakan yang bersumber pada pertentangan ideologi yang ingin merubah negara kesatuan Republik Indonesia dengan ideologi lainnya. Antara lain pemberontakan PKI di Madiun tahun 1948. PRRI Permesta, DI/TII dan lain sebagainya. Sistem pemerinyahan berdasarkan UUD 1945 belum dapat dilaksanakan. Pada tahun ini di bentuklah DPA sementara, sedangkan DPR dan MPR belum dapat dibentuk karena harus melalui pemilu. Waktu itu masih di berlakukan pasal aturan peralihan pasal IV yang menyatakan “Sebelum Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, dan Dewan Pertimbangan Agung dibentuk menurut Undang-Undang Dasar, segala kekuasaannya dijalankan oleh presiden dengan bantuan sebuah komite nasional”. Pada saat itu terjadilah suatu perkembangan ketatanegaraan Indonesia yaitu (1) berubahnya 3

Upload: amarosid

Post on 28-Dec-2015

7 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Dinamika Pelaksanaan UUD 1945

2.1.1 Masa Awal Kemerdekaan

Pada awal masa Indonesia setelah memproklamasikan kemerdekaannaya mengalami berbagai macam gangguan terutama dalam upaya untuk mempertahankan kemerdekaannya. Pada masa ini, kolonialisme Belanda berupaya untuk mengembalikan kekuasaannya di Indonesia dengan membonceng tentara sekutu. Selain itu juga telah terjadi berbagaimacam pemberontakan yang bersumber pada pertentangan ideologi yang ingin merubah negara kesatuan Republik Indonesia dengan ideologi lainnya. Antara lain pemberontakan PKI di Madiun tahun 1948. PRRI Permesta, DI/TII dan lain sebagainya.

Sistem pemerinyahan berdasarkan UUD 1945 belum dapat dilaksanakan. Pada tahun ini di bentuklah DPA sementara, sedangkan DPR dan MPR belum dapat dibentuk karena harus melalui pemilu. Waktu itu masih di berlakukan pasal aturan peralihan pasal IV yang menyatakan “Sebelum Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, dan Dewan Pertimbangan Agung dibentuk menurut Undang-Undang Dasar, segala kekuasaannya dijalankan oleh presiden dengan bantuan sebuah komite nasional”.

Pada saat itu terjadilah suatu perkembangan ketatanegaraan Indonesia yaitu (1) berubahnya fungsi komite nasional indonesia pusat daripembantu presiden menjadi badan yang diserahi kekuasaan legislatif dan ikut menetapkan garis-garis besar haluan negara. Hal ini berdasarkan maklumat wakil presiden No. X (iks) tanggal 16 oktober 1945. Selain itu dikeluarkan juga maklumat pemerintah tanggal 14 nopember 1945. Yang isinya perubahan sistem pemerintahan negara dari sistem kabinet presidensial menjadi sistem kabinet parlementer, berdasarkan usul badaan pekerja komite nasional Indonesia pusat (BP-KNIP). Akibat perubahan tersebut pemerintah menjadi tidak stabil, perdana menteri hanya bertahan beberapa bulan serta berulang kali terjadi pergantian.

Tanggal 3 November 1945 di keluarkan juga suatu maklumat yang di tandatangani oleh wakil presiden yang isinya tentang pembentukan partai politik. Hal ini bertujuan agar berbagai aliran yang ada didalam

3

Page 2: BAB II

masyarakat dapat di arahkan kepada perjuangan untuk memperkuat mempertahankan dengan persatuan dan kesatuan.

Sejak tanggal 14 Nopember 1945 kekuasaan pemerintah (eksekutif) di pegang oleh perdana menteri sebagi pimpinan kabinet. Secara bersama-sama atau sendiri-sendiri, perdana menteri atu para menteri itu bertanggung jawap kepada KNPI, yang berfungsi sebagai DPR, dan tidak bertanggung jawap kepada presiden sebagaimana yang dikehendaki oleh UUD 1945. Hal ini berakibat semakin tidak setabilnya negara republik Indonesia baik di bidang politik, ekonomi, pemerintahan maupun keamanan.

2.1.1.1 Masa Konstitusi RIS

Hasil dari KMB pada 27 Desember 1945 mengharuskan pada Indonesia untuk menerima berdirinya negara RIS. Secara otomatis UUD yang digunakan pun berganti, dan yang digunakan adalah Konstitusi RIS.

Pada masa ini seluruh wilayah Indonesia tunduk pada Konstitusi RIS. Sedangkan UUD 1945 hanya berlaku un tuk negara bagian Indonesia yang meliputi sebagian jawa dan sumatra dengan ibukota Yogyakarta. Sistem pemerintahannya adalah Parlementer yang berdasarkan Demokrasi Liberal.

Negara Federasi RIS tidak berlangsung lama.berkat kesadaran para pemimpin kita maka pada tanggal 17 Agustus 1950 RIS kembali lagi menjadi NKRI dengan Undang-Undang yang lain yang disebut Undang-Undang Dasar Sementara 1950.

Semangat ideologi liberal itu kemudian memuncak dengan dibentuknya negara federal yaiutu negara kesatuan republik Indonesia serikat dengan berdasar pada konstitusi RIS, pada tanggal 27 Desember 1949. Konstitusi RIS tersebut sebagai hasil kesepakatan konperensi meja bundar (KMB) di Den Haag negeri Belanda. Syukurlah konstitusi itu tidak berlangsung lama dan Indonesia kembali bersatu pada tahun 1950.

Dalam negara RIS tersebut masih terdapat negara bagian republik Indonesia yang beribukota di Yogyakarta. Kemudian terjadilah suatu persetujuan antara negara RI Yogyakarta dengan negara RIS yang akhirnya membuahkan kesepakatan untuk kembali untuk membentuk negara kesatuan republik Indonesia yang berdasarkan pada Undang-Undang Dasar sementara sejak 17 agustus 1950 isi UUDS ini berbeda dengan UUD 1945 terutama dalam sistem pemerintahan negara yaitu

4

Page 3: BAB II

menganut sistem parlementer, sedangkan UUD 1945 menganut sistem presidensial.

Pada bulan september 1955 dan desember 1955 diadakan pemilihan umum, yang masing-masing untuk memilih anggota dewan perwakilan rakyat dan anggota konstituante. Tugas konstituante adalah untuk membentuk , menyusun Undang-Undang Dasar yang tetap sebagai pengganti UUDS 1950. Untuk mengambil putusan mengenai Udang-Undang dasar yang baru ditentukan pada pasal 137 UUDS 1950 sebagai berikut,

1. Untuk mengambil putusan tentang rancangan Undang-Undang Dasar baru sekurang-kurangnya 2/3 jumlah anggota konstituante harus hadir.

2. Rancangan tersebut diterima jika disetujui oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota yang hadir.

3. Rancangan yan telah diterima oleh konstituante dikirimkan kepada presiden untuk disahkan oleh pemerintah.

4. Pemerintah harus mengesahkan rancangan itu dengan segera serta mengumumkan Undang-Undang Dasar itu dengan keluhuran.

2.1.1.2 Masa Undang-Undang Dasar Sementara

Mulai tanggal 17 Agustus 1950 Indonesia kembali lagi menjadi NKRI dengan Undang-Undang Dasar Sementara atau disebut juga UUD 1950. Sistem pemerintahan yang digunakan adalah parlementer dan presiden tidak bisa diganggu gugat dan menteri bertanggung jawab. Berlaku demokrasi liberal dan telah berhasil melaksanakan pemilu dan membentuk badan konstituante.

Karena kabinet yang dgunakan adalah parlementer maka presiden dan wakil presiden adalah presiden konstitusional yang tidak bisa diganggu gugat. Yang bertanggung jawab adalah menteri kepada parlemen. Akibat dari sistem pemeritah ini maka pemerintahan tidak stabil, sebab sering terjadi pergantian kabinet, ekonomi dan keamanan sangat kacau, badan konstitusituante macet tidak dapat melaksanakan tugasnya untuk membuat Undang-Undang Dasar yang tetap sebagai ganti UUDS 1950. Pada waktu itu beruntung rakyat indonesia mempunyai rasa persatuan dan kesatuan yang tinggi, terbukti dengan banyaknya negara bagian RIS yang melebur kembali pada negara Republik Indonesia.

Kenyataan ini yang membuat RIS dan Republik Indonesia untuk mengadakan perundingan dan menghasilkan kesepakatan untuk membuat negara kesatuan.

5

Page 4: BAB II

2.1.1.3 Masa setelah Dekrit presiden 5 juli 1959

Dalam kenyataannya konstituante selama dua tahun dalam bersidang belum mampu menghasilkan suatu keputusan tentang Undang-Undang Dasar yang baru. Hal ini dikarenakan dalam sidang konstituante ,muncullah suatu usul untuk menngembalikan piagam jakarta dalam pembukaan UUD baru. Oleh karena itu presiden pada tanggal 22 april 1959 memberikan pidatonya didepan sidang konstituante untuk kembali kepada UUD 1945. Hal ini diperkuat dengan suatu alasan bahwa sidang konstituante telah mengalami jalan buntu. Terutama setelah lebih dari separo anggota konstituante menyatakan untuk tidak akan menghadiri sidang lagi.

Atas dasar kenyataan tersebut maka presiden mengeluarkan suatu dekrit yang didasarkan pada suatu hukum darurat negara (Staatsnoodrecht). Hal ini menginggat keadaan ketata negaraan yang membahayakan kesatuan, persatuan, keselamatan serta keutuhan bangsa dan negara repubik indonesia.

1. Menetapkan pembubaran konstituante2. Menetapkan Undang-Undang _dasar 1945 berlaku lagi bagi

segenap bangsa Indonesia serta tumoah darah Indonesia,terhitung mulai hari tanggal penetapan dekrit ini, dan tidak berlakunya lagi Undang-Undang Dasar 1950.

3. Pembentukan majelis permusyawaratan rakyat sementara yang tersiri atas anggota-anggota dewan perwakilan rakyat ditambah dengan utusan-utusan dari daerah-daerah dan golongan-golongan serta dewan agung sementara, akan diselenggarakan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.

Dekrit itudi umumkan oleh presiden dari istana merdeka di hadapan rakyat pada tanggal 5 juli 1959, pada hari minggu pukul 17.00 Dekrit tersebut di muat dalam keputusan presiden No.150 tahun 1959 dan di umumkan dalam lembaran negara republik Indonesia no.75 tahun 1959.

Undang-Undang Dasar 1945 (yang berlaku berdasarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959)

Untuk mewujudkan pemerintahan Negara berdasarkan UUD 1945 dan Pancasila dibentuklah alat-alat perlengkapan Negara:

6

Page 5: BAB II

• Presiden dan Menteri-Menteri

• .DewAn Perwakilan Rakyat Gotong Royong (DPR-GR)

• Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS)

• Dewan Pertimbangan Agung Sementara

Walaupun sudah ada dekrit tersebut tetapi pada kenyataannya UUD 1945 masih belum dilaksanakan secara murni dan konsekuen. Pelaksanaan UUD 1945 periode ini semenjak Dekrit 5 Juli 1959 dinyatakan kembali kepada UUD 1945, tetapi dalam praktek ketatanegaraan hingga tahun 1966 ternyata belum pernah melaksanakan jiwa dan ketentuan UUD 1945, terjadi beberapa penyimpangan, antara lain:

• Pelaksanaan Demokrasi Terpempin, diman Presiden membentuk MPRS dan DPAS dengan Penpres Nomor 2 tahun 955 yang bertentangan dengan system pemerintahan Presidentil sebagaimana dalam UUD 1945;

• Penentuan masa jabatan presiden seumur hidup, hal ini bertentangan dengan pasal UUD yang menyebutkan bahwa masa jabatan Presiden adalah 5 tahun dan setelahnya dapat dipilih kembali.

• Berdirinya Partai Komunis Indonesia yang berhaluan atheisme, dan adanya kudeta PKI dengan gerakan 30 September yang secra nyata akan membentuk Negara Komunis Indonesia

• Bidang Idiologi

Dibolehkannya komunis yang sangat jelas bertentangan dengan sila pertama. Paham ini berawal dari pemahaman pancasila sebagai ajaran Bung Karno, pancasila dipersempit menjadi Tri sula dan akhirnya menjadi Eka sila (gotong Royong).

• Bidang Hukum

Hukum yang digunakan sebenarnya hukum Revolusi, UUD hanya digunakan alat revolusi diatas segala galanya sehingga menjadikan pemerintahan yang otoriter, dan diktator

• Bidang Moral

Terjadinya krisis dan dekadensi moral.

7

Page 6: BAB II

• Bidang Ekonomi

Keadaan ekonomi merosot, terjadi inflasi, banyak korupsi

• Bidang sosial dan politik

Masyarakat dibagi bagi menjadi dalam kotak-kotak parpol dan ormas dengan porosnya nasakom.

Pada puncaknya antara tanggal 30 September 1965-11 Maret 1966, dengan dipelopori para pemuda dan mahasiswa menya mpaikan tiga tuntutan rakyat(TRITURA) yang berisi”bubarkan PKI, Bersihkan kabinet dari unsur-unsur PKI, Turunkan harga. Gerakan tritura ini semakin meningkatt sehingga pemerintah tak lagi mampu menanganinya. Dalam situasi yang demikian maka pada tanggal 11 Maret 1966. presiden soekarno melayangkan surat perintah kepada soeharto yang sering kita kenal dengan sebutan SUPERSEMAR.

2.1.2 Masa Orde Lama

Sejak dikeluarkannya Dekrit presiden 5 juli 1959 itu maka UUD 1945 berlaku kembali di negara republik Indonesia. Sekalipun UUD 1945 secara yuridis formal sebagai hukum dasar tertulis yang berlaku di Indonesia namun realisasi ketatanegaraan Indonesia tidak melaksanakan makna dari UUD 1945 itu sendiri. Sejak itu mulai berkuasa kekuasaan Orde Lama yang secara ideologis banyak dipengaruhi oleh paham komunisme. Hal ini nampak adanya berbagai macam penyimpangan ideologis yang dituangkan dalam berbagai bidang kebijaksanaan dalam negara. Dikukuhkannya ideologi Nasakom, di paksakannya doktrin negara dalam keadaan revolusi. Oleh karena revolusi adalah permanen maka presiden sebagai kepala negara yang sekaligus juga sebagai pemimpin besar revolusi diangkat menjadi pemimpin besar revolusi, sehingga presiden masa jabatannya seumur hidup. Penyimpangan ideologis maupun konstitusional ini berakibat pada penyimpangan-penyimpangan konstitusional lainnya sebagai berikut,

1. Demokrasi di Indonesia diarahkan menjadi demokrasi terpimpin, yang di pimpin oleh prsiden, sehingga praktis bersifat otoriter.pada sebenarnya di negara Indonesia yang berdasarkan pancasila berasas-kan kerakyatan, sehingga seharusnya rakyatlah sebagai pemegang serta asal mula kekuasaan negara, demikian juga sebagaimana yang tercantum dalam UUD 1945.

8

Page 7: BAB II

2. Oleh karena presiden sebagai pemimpin besar revolusi maka memiliki wewenang yang melebihi sebagaimana yang sudah di tentukan oleh Undang-Undang Dasar 1945, yaitu mengeluarkan produk hukum yang setingkat dengan Undang-Undang tanpa melalui persetujuan DPR dalam bentuk penetapan presiden.

3. Dalam tahun 1960, karena DPR tidak dapat menyetujui rancangan pendapatan dan belanja negara yang di ajukan oleh pemerintah. Kemudian presiden waktu itu membubarkan DPR hasil pemilu 1955 dan kemudian membentuk DPR gotong royong. Hal ini jelas-jelas sebagai pelanggaran konstitusional yaitu kekuasaan eksekutif di atas kekuasaan legislatif.

4. Pimpinan lembaga tertinggi dan tinggi negara dijadikan menteri negara, yang berarti sebagai pembantu presiden.

Selain penyimpangan-penyimpangan tersebut masih banyak penyimpangan-penyimpangan dalam pelaksanaan ketatanegaraan yang seharusnya berdasarkan pada UUD 1945. Karena pelaksanaan yang inskonstitusional itulah maka berakibat pada ketidak stabilan dalam bidang politik, ekonomi terutama dalam bidang keamanan. Puncak dari kekuasaan Orde Lama tersebut ditandai dengan pemberontakan G30S.PKI. syukur alhamdulillah pemberontakan tersebut dapat digagalkan oleh rakyat Indonesia terutama oleh generasi muda.

Dengan dipelopori oleh pemuda, pelajar, dan mahasiswa rakyat Indonesia menyampaikan Tritula (Tri Tuntutan Rakyat) yang meliputi,

a. Bubarkan PKI.b. Bersihkan kabinet dari unsur-unsur KPI.c. Turunkan harga/perbaikan ekonomi.

Gelombang gerakan rakyat semakin besar, sehingga presiden tidak mampu lagi mengembalikannya, maka keluarlah surat perintah 11 maret 1966 yang memberikan kepada Letnan Jenderal Soeharto untuk mengambil langkah-langkah dalam mengembalikan keamanan negara. Sejak peristiwa inilah sejarah ketatanegaraan Indonesia dikuasai oleh kekuasaan Orde Baru (Darmodihardjo, 1979).

2.1.3 Masa Orde Baru

Orde Baru di bawah pimpinan Soeharto pada awalnya untuk mengembalikan keadaan setelah pemberontakan PKI bertekat untuk mempelopori pembangunan nasional Indonesia sehingga orde baru juga

9

Page 8: BAB II

sering di istilahkan sebagai orde pembangunan. Untuk itu MPRS mengeluarkan berbagaimacam keputusan penting antara lain sebagai berikut,

1. Tep MPRS No. XVIII/MPRS/1966 tentang kabinet Ampera yang isinya menyatakan agar presiden menugasi pengemban Super Semar, Jenderal Soeharto untuk segera membentuk kabinet Ampera.

2. Tap MPRS No. XVII/MPRS/1966 yang dengan permintaan maaf, menarik kembali pengangkatan pemimpin Besar Revolusi menjadi presiden seumur hidup.

3. Tap MPRS No. XX/MPRS/1966 tentang memorandum DPRGR mengenai sumber tertib hukum republik Indonesia dan tata urutan perundang-undangan.

4. Tap MPRS No. XXII/MPRS/1966 mengenai penyederhanaan kepartaian, keormasan dan kekaryaan.

5. Tap MPRS No. XXV/MPRS/1966 tentang pembubaran partai komunis Indonesia dan pernyataan tentang partai tersebut sebagai partai terlarang di seluruh wilayah Indonesia, dan larangan pada setiap kegiatan untuk menyebar luaskan atau mengembangkan faham ajaran komunisme/Marxisme, Leninisme.

Pada saat itu bangsa Indonesia dalam keadaan yang tidak menentu baik yang menyangkut bidang politik, ekonomi maupun keamanan. Dalam keadaan yang demikian inilah pada bulan februari 1967 DPRGR mengeluarkan suatu resolusi yaitu meminta MPR (S) agar mengadakan sidang istimewa pada bulan maret 1967. Sidang istimewa tersebut mengambil suatu keputusan sebagai berikut.

1. Presiden Soekarno telah tidak dapat memenuhi tanggung jawaban konstitusional dan tidak dapat menjalankan haluan dan putusan MPR (S), sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945.

2. Sidang menetapkan berlakunya Tap No. XV/MPRS/1966 tentang pemilihan/penunjukan wakil presiden dan tata cara pengangkatan pejabat presiden dan mengangkat Jenderal Soeharto. Pengembangan Tap. No. IX/MPRS/1966, sebagai pejabat presiden berdasarkan pasal 8 Undang-Undang Dasar 1945 hingga dipilihnya presiden oleh MPR hasil pemilihan umum.

10

Page 9: BAB II

Pada masa awal kekuasaan Orde Baru berupaya untuk memperbaiki nasib bangsa dalam berbagai bidang antara lain dalam bidang politik, ekonomi, soaial, budaya maupun keamanan. Dalam kaitan dengan itu di bidang politik dilaksanakanlah pemilu yang dituangkan dalam Undang-Undang No.15 tahun 1969 tentangpemilu umum, Undang-Undang No.16 tentang susunan dan kedudukan majelis permusyawaratan rakyat. Dewan perwakilan rakyat dan dewan perwakilan rakyat daerah.

Atas dasar ketentuan undang-undangtersebut kemudian pemerintah Orde Baru berhasil mengadakan pemilu pertama. Dengan hasil pemilu pertama tersebut pemerintah bertekat untuk memperbaiki nasip bangsa Indonesia. Pada awalnya bangsa Indonesia memang merasakan atas perubahan peningkatan nasib bangsa dalam berbagai bidang melalui suatu program negara yang dituangkan dalam GBHN yang disebut pelita (pembangunan lima tahun). Hal ini wajar dirasakan oleh bangsa Indonesia karena sejak tahun 1945 setelah kemerdekaan nasib bangsa Indonesia senantiasa dalam kesulitan dan kemiskinan.

Namun demikian lambat laun program-program negara buakannya diperuntukan kepada rakyat melainkan demi kekuasaan. Mulailah ambisi kekuasaan orde baru menjalar keseluruh sandi-sandi kehidupan ketatanegaraan Indonesia. Kekuasaan orde baru menjadi otoriter namun seakan-akan dilaksanakan secara demokratis. Penafsiran dan penuangan pasal-pasal Undang-Undang Dasar 1945 tidak dilaksanakan sesuai dengan amanat sebagaimana tertuang dan terkandung dalam Undang-Undang Dasar tersebut melainkan dimanipulasikan demi kekuasaan. Bahkan pancasila pun diperalat demi legitimasi kekuasaan dan tindakan presiden. Hal ini terbukti dengan adanya ketetapan MPR No. II/MPR/1978. Tentang P-4 yang dalam kenyataannya sebagai media untuk propaganda kekuasaan orde baru.

Realisasi UUD 1945 praktisi lebih banyak memberikan porsi atas kekuasaan presiden. Walupun sebenarnya UUD 1945 tidak mengamanatkan demikian. Bahkan secara tidak langsung kekuasaan legislatif di bawah kekuasaan presiden. Hal ini secara politis dituangkan dalam mekanisme peraturan perundang-undangan terutama yang menyangkut pemilihan, pengangkatan serta susunan keanggotaan MPR, DPR, DPRD sera pelaksanaan pemilu. Praktek ini telah dilaksanakan oleh penguasa orde baru yang di tuangkan kedalam peraturan perundang-undangan sebagai berikut, UU. Tentang susunan dan kedudukan MPR, DPR, dan DPRD (UU. No.16/1969 jis UU No.5/1975 dan UU.

11

Page 10: BAB II

No.2/1985). UU tentang partai politik dan golongan karya (UU No.3/1975.jo. UU. No.3/1985). UU. Tentang pemilihan umum (UU No.15/1969 jis UU.No.4/1975. UU. No.2/1980, dan UU. No.1/1985).

Dengan UU. Politik sebagaimana tersebut di atas maka praktisi secara politis kekuasaan legislatif di bawah presiden. Terlebih lagi oleh karena sistem politik yang demikian maka hak asasi rakyat dibatasi bahkan di tekan demi kekuasaan, sehingga amanat sebagaimana tertuang dalam pasal28 UUD 1945, tidak di realisasikan secara konsekuen. Oleh karena kekuasaan politik orde baru di bawah Soeharto semakin sulit untuk dikontrol. Kemudian tatkala terjadi krisis ekonomi khususnya di Asia Tenggara, maka di Indonesia krisis ekonomi tersebut berkembang menjadi krisis kepercayaan berikutnya menjalar kepada krisis politik. Atas dasar kenyataan penyimpanganketatanegara secara politis tersebut maka generasi muda di bawah pelopor garda depan mahasiswa mengadakan gerakan reformasi untuk mengembalikan dan menata negara ke arah tetenan negara yang demokratis.

2.1.4 Masa Reformasi

Kekuasaan Orde Baru di bawah Soeharto sampai tahun 1998 membawa ketatanegaraan Indonesia tidak mengamanatkan nilai-nilai demokrasi sebagaimana yang tergantung dalam Pancasila yang mendasarkan pada kerakyatan didimana rakyat memiliki kekuasaan tertinggi dalam negara, bahkan juga sebenarnya juga tidak mencerminkan pelaksanaan demokrasi atas dasarnorma-norma pasal-pasal UUD 1945. Praktek kenegaraan dijangkiti penyakit korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN). Keadaan yang demikian ini membawa rakyat Indonesia semakin menderita. Terutama karena adanya badai krisis ekonomi dunia yang juga melanda Indonesia maka praktisi GBHN 1998 pada PJP II pelita ketujuh tidak dapat dilaksanakan. Ekonomi Indonesia hancur. Sektor riil ekonomi macet, PHK, pengangguran meningkat tajam sehingga terjadilah krisi kepercayaan dan krisis politik.

Antiklimaks dari keadaan tersebut, timbullah berbagai gerakan masyarakat yang dipelopori oleh generasi muda terutama mahasiswa sebagai sesuatu gerakan moral yang memiliki kekuatan yang luar biasa yang menuntut adanya ‘reformasi’ di segala bidang kehidupan negara terutama bidang politik, ekonomi dan hukum.

12

Page 11: BAB II

Awal keberhasilan gerakan reformasi tersebut adalah ditandai dengan mundurnya presiden Soeharto dari singgasana kepresidenan dan diganti oleh wakil presiden Prof. Dr. Bj. Habibie pada tanggal 21 mei 1998. Pemerintahan Habibie inilah yang merupakan pemerintahan transisi yang akan membawa bangsa Indonesia untuk melakukan reformasi secara menyeluruh, terutama menata ketatanegaraan Indonesia sesuai dengan UUD 1945.

Bangsa indonesia menilai bahwa penyimpangan atas makna UUD 1945 yang telah dilakukan oleh pemerintahan Orde Baru selain karena moral penguasa negara, juga terdapat berbagai kelemahan yang tergantung dalam beberapa pasal UUD 1945. Oleh karena itu selain melakukan reformasidalam bidang politik yang harus melalui suatu mekanisme peraturan perundang-undangan juga dikarenakan terdapat bebrapa pasl UUD 1945 yang mudah di interpretsi secara ganda (multi interpretable), sehingga bangsa Indonesia merasa perlu untuk mengadakan amandemen terhadap beberapa pasal dalam UUD 1945.

Salah satu tuntutan Reformasi 1998 adalah dilakukannya perubahan (amandemen) terhadap UUD 1945. Latar belakang tuntutan perubahan UUD 1945 antara lain karena pada masa Orde Baru, kekuasaan tertinggi di tangan MPR (dan pada kenyataannya bukan di tangan rakyat), kekuasaan yang sangat besar pada Presiden, adanya pasal-pasal yang terlalu "luwes" (sehingga dapat menimbulkan multitafsir), serta kenyataan rumusan UUD 1945 tentang semangat penyelenggara negara yang belum cukup didukung ketentuan konstitusi.

Tujuan perubahan UUD 1945 waktu itu adalah menyempurnakan aturan dasar seperti tatanan negara, kedaulatan rakyat, HAM, pembagian kekuasaan, eksistensi negara demokrasi dan negara hukum, serta hal-hal lain yang sesuai dengan perkembangan aspirasi dan kebutuhan bangsa. Perubahan UUD 1945 dengan kesepakatan diantaranya tidak mengubah Pembukaan UUD 1945, tetap mempertahankan susunan kenegaraan (staat structuur) kesatuan atau selanjutnya lebih dikenal sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), serta mempertegas sistem pemerintahan presidensiil.

13

Page 12: BAB II

Dalam kurun waktu 1999-2002, UUD 1945 mengalami 4 kali perubahan (amandemen) yang ditetapkan dalam Sidang Umum dan Sidang Tahunan MPR:

• Sidang Umum MPR 1999, tanggal 14-21 Oktober 1999 → Perubahan Pertama UUD 1945

• Sidang Tahunan MPR 2000, tanggal 7-18 Agustus 2000 → Perubahan Kedua UUD 1945

• Sidang Tahunan MPR 2001, tanggal 1-9 November 2001 → Perubahan Ketiga UUD 1945

• Sidang Tahunan MPR 2002, tanggal 1-11 Agustus 2002 → Perubahan Keempat UUD 1945

Mewujudkan amanat reformasi perlu adanya pembenahan dan penataan kembali terhadap sistem ketatanegaraan dan pemerintahan Negara. Masalah utama Negara hukum Indonesia adalah UUD 1945 yang bersifat otorian, maka agenda utam pemerintahan pasca Soeharto adalah reformasi konstitusi. Akhirnya, lahirlah beberapa amandemen terhadap UUD 1945. Hasil amandemen konstitusi mempertegas deklarasi Negara hokum, dari semula hanya ada di dalam penjelasan, menjadi bagian batang tubuh UUD 1945. Konsep pemisahan kekuasaan Negara ditegaskan. MPR tidak lagi mempunyai kekuasaan yang tak terbatas. Presiden tidak lagi membentuk undang-undang, tetapi hanya berhak mengajukan dan membahas RUU. Kekuasaan diserahkan kembali kepada yang berhak, yakni DPR.

Akuntabilitas politik melalui proses rekrutmen anggota parlemen dan Presiden secara langsung, diperkuat lagi dengan system pemberhentian mereka jika melakukan tindakan-tindakan yang melanggar hokum dan konstitusi.

Kekuasaan kehakiman yang mandiri diangkat dari penjelasan menjadi materi Batang Tubuh UUD 1945. Lebih jauh, mahkamah konstitusi dibentuk untuk mengawal kemurnian fungsi dan manfaat konstitusi, karena salah satu kewenangan MK adalah melakukan constitutional review, menguji keabsahan aturan undang-undang bila dihadapkan kepada aturan konstitusi.

Satu hal yang perlu dicatat, bahwa amandemen UUD 1945 ini hanya dilakukan terhadap batabg tubuh UUD 1945 [pasal-pasal] tetapi

14

Page 13: BAB II

tidak dilakukan terhadap pembukaan UUD 1945. Terdapat asumsi bahwa melakukan perubahan terhadap pembuukaan UUD 1945 pada dasarnya akan mengubah Negara Indonesia yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1946. Karena pembukaan UUD 1945 hakikatnya adalah jiwa dan ruh Negara proklamasi, sementara dasar Negara Republik Indonesia, yakni Pancasila juga terdapat dalam Pembukaan UUD 1945. Maka sistematika dan rumusan Pancasila tidak mengalami perubahan

2.2 Penyimpangan – penyimpangan yang terjadi

2.2.1 Penyimpangan yang dilakukan oleh pemerintah orde lama :

Orde lama merupakan konsep yang biasa dipergunakan untuk menyebut suatu periode pemerintahan yang ditandai dengan berbagai penyimpangan terhadap Pancasila dan UUD 1945. Kegagalan konstituante dalam merumuskan undang – undang dasar baru dan ketidakmampuan menembus jalan buntu untuk kembali ke UUD 1945, telah mendoronng Presiden soekarno pada tanggal 5 juli mengeluarkan “Dekrit Presiden”. Tindak lanjut dari dekrit presiden tanggal 5 juli 1959 adalah pembentukn cabinet baru yang diberi nama Kabinet Karya. Dalam prakteknya (atau masa Orde Lama), lembaga – lembaga Negara yang ada belum dibentuk berdasarkan UUD 1945sehingga sifatnya masih sementara. Dalam masa ini, Presiden selaku pemegang kekuasaan eksekutif dan pemegang kekuasaan legislative (bersama – sama dengan DPRGR) telah menggunakan kekuasaannya dengan tidak semestinya. Penyimpangan terhadap Pancasila dan UUD 1945 terus berlangsung. Ketetapan MPRS No. III/MPRS/1963 tentang pengangkatan presiden seumur hidup jelas bertentangan dengan UUD 1945. pendek kata, periode pemerintahan antara tahun 1959-1965 ditandai oleh berbagai penyelewengan wewenang dan penyimpangan tarhadap pancasila dan UUD 1945 sehingga disebut sebagai masa orde lama. Hampir semua kebijaksanaan yang dikeluarkan pemerintah sangat menguntungkan PKI.

Adapun penyimpangan lainnya :

1.kekuasaan tunggal

2.terlalu banyak pembangunan fisik tanpa pembangunan mentalmasyarakat

3.terlalu dekat dengan komunisme

15

Page 14: BAB II

4.terlalu berambisi menyatukan nasionalisme agama dan komunis yang notabene amat bertentangan antara agama dan komunis

5.banyak hak rakyat yang terabaikan

6.inflasi yang terlalu besar..

7. MPRS mengangkat ir.soekarno sebagai presiden seumur hidup

8. Penyimpangan ideologis, konsepsi pancasila berubah mjd nasakom (nasionalis, agama, komunis)

9. Kaburnya politik luar negeri yang bebas aktif mjd “politik poros-porosan” (mengakibatkan indo keluar dr pbb)

10. DPR hasil pemilu 1955 dibubarkan presiden

11. Hak budget DPR tidak berjalan lagi setelah th 1960

2.2.2 Penyimpangan yang dilakukan oleh pemerintah orde baru :

yaitu

a.pemilihan umum yang tidak jujur

b.monoloyalitas,pengekangan kebebasan berpolitik bagi pegawai negri sipil untuk mendukung partai politik ttt

c.interpensi pemerintahan terhadap lembaga peradilan

d.pengekangan kebebasan mengemukakan pendapat (penculikan aktivis)

e.format politik yang tidak demokratis

f.maraknya praktik kkn

g.pembatasan partai politik

h. ‘’ kebebasan pers

2.2.3 Norma-Norma Demokrasi,

antara lain :

a. Adanya kebebasan yang harus disertai dengan tanggung jawab baik terhadap masyarakat, bangsa maupun terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

b. Menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia.

16

Page 15: BAB II

c. Menjamin dan memperkokoh persatuan dan kesatuan dalam kehidupan bersama.

d. Mengakui perbedaan individu, kelompok, ras suku, agama, karena merupakan suatu bawaan kodrat manusia.

e. Mengakui adanya persamaan hak yang melekat pada setiap individu, kelompok, ras, suku, dan agama.

f. Mengarahkan perbedaan dalam suatu kerjasama kemanusiaan yang beradab.

g. Menjunjung tinggi atas masyarakat sebagai moral kemanusiaan yang beradb.

h. Mewujudkan dan mendasarkan suatu keadilan dalam kehidupan social agar tercapai tujuan bersama.

17