bab ii

46
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori Manusia merupakan makhluk hidup, berkembang dan beraktivitas. Manusia berbuat dan bertindak karena ada pengaruh dari dalam dan dari luar dirinya. Karena itu manusia selain terikat oleh hukum alam, faktor dari dalam dirinya sendiri juga menentukan tindakannya, dan faktor yang terakhir inilah yang paling dominan mempengaruhi tindakannya. Manusia berbuat oleh karena didorong oleh suatu kekuatan yang berasal dari dalam dirinya dan mendorong untuk berbuat. Dorongan yang timbul dari dalam dirinya itulah yang dinamakan motif atau motivasi. Dorongan ini selalu terarah kepada tujuan tertentu. Setiap motivasi bertalian erat dengan suatu tujuan, yang kemudian membangkitkan aktivitas-aktivitas individu. Aktivitas-aktivitas itu mempunyai tiga fungsi yaitu (1)

Upload: kartika-rizky-ananda

Post on 28-Dec-2015

3 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

bab II

TRANSCRIPT

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

Manusia merupakan makhluk hidup, berkembang dan beraktivitas. Manusia berbuat dan

bertindak karena ada pengaruh dari dalam dan dari luar dirinya. Karena itu manusia selain

terikat oleh hukum alam, faktor dari dalam dirinya sendiri juga menentukan tindakannya, dan

faktor yang terakhir inilah yang paling dominan mempengaruhi tindakannya.

Manusia berbuat oleh karena didorong oleh suatu kekuatan yang berasal dari dalam dirinya

dan mendorong untuk berbuat. Dorongan yang timbul dari dalam dirinya itulah yang

dinamakan motif atau motivasi. Dorongan ini selalu terarah kepada tujuan tertentu.

Setiap motivasi bertalian erat dengan suatu tujuan, yang kemudian membangkitkan aktivitas-

aktivitas individu. Aktivitas-aktivitas itu mempunyai tiga fungsi yaitu (1) mendorong

manusia untuk berbuat, (2) memberikan arah terhadap perbuatan itu, dan (3) menyeleksi dan

menentukan perbuatan yang harus dilakukan untuk mencapai tujuannya.

Dalam bahasa sehari-hari motivasi dinyatakan dengan maksud, tekad, hasrat, kemauan,

kehendak, cita-cita dan sebagainya.

1. Pengertian Motivasi

Umumnya orang menyebut dengan “motif” untuk menunjukkan mengapa seseorang itu

berbuat sesuatu. Kata motif diartikan sebagai daya

upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan

sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-

aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu

kondisi intern (kesiap siagaan).

Berawal dari kata “motif” inilah, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak

yang telah menjadi aktif, motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu terutama bila

kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan/mendesak. “Mc Donald, Frederick

(2005) mengatakan bahwa motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang

ditandai dengan munculnya Feeling dan didahului tanggapan terhadap adanya tujuan.

Pengertian ini mengandung tiga elemen penting sebagai berikut :

a. Bahwa motivasi ini mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu

manusia. Perkembangan motivasi akan membawa beberapa energi di dalam system

Neurophysiological yang ada pada organisme manusia, karena menyangkut

perubahan energi manusia (walaupun motivasi itu sendiri muncul dari dalam diri

manusia). Penampakannya akan menyangkut kegiatan fisik manusia.

b. Motivasi ditandai dengan munculnya, rasa/Feeling afeksi seseorang. Motivasi relevan

dengan persoalan-persoalan kejiwaan afeksi dan emosi yang dapat menentukan

tingkah laku manusia.

c. Motivasi akan dirangsang karena ada tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini sebenarnya

merupakan respon dari suatu aksi yaitu tujuan. Motivasi dapat juga dikatakan

serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang

mau dan ingin melakukan sesuatu, jadi motivasi ini dapat dirangsang oleh faktor dari

luar, walau motivasi itu sendiri tumbuhnya dari dalam diri seseorang.

Ada tiga komponen utama dalam motivasi yaitu: kebutuhan, dorongan dan tujuan.

Kebutuhan terjadi bila individu merasa ada ketidak seimbangan antara apa yang ia miliki

dan apa yang ia harapkan; dorongan merupakan kekuatan mental untuk melakukan

kegiatan dalam rangka memenuhi harapan, sedangkan tujuan adalah hal yang ingin

dicapai oleh seseorang individu, artinya tujuanlah yang mengarahkan perilaku seseorang

itu.

Dalam kaitannya dengan kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan

daya penggerak didalam diri individu (peserta didik) yang menimbulkan kegiatan belajar,

yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberi arah pada kegiatan

belajar sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subyek belajar itu dapat tercapai.

2. Asal dan Perkembangan Motivasi

Seorang anak sejak lahir telah membawa motif-motif atau dorongan-dorongan tertentu.

Makin dewasa anak itu makin mengalami perkembangan motif melalui proses belajar,

yang disebut motif-motif yang dipelajari (learnerd motive).

Dorongan yang timbul dari dalam diri pribadi seseorang sifatnya lebih lestari

dibandingkan dengan motivasi karena pengaruh dari luar. Perilaku karena dorongan dari

dalam dirinya akan lebih terarah dan konsisten dalam mencapai tujuannya. Sebaliknya

perilaku yang terjadi karena pengaruh dari luar, perilaku itu akan kurang terarah, tidak

konsisten dan sering mengalami pasang surut. Demikian juga aktivitas belajar setiap

mahasiswa tidak sama, tergantung pada motivasi mereka masing-masing (Pusdiknakes,

2005,5).

3. Kekuatan Motif dan Motivasi

Motif adalah suatu istilah-istilah psikologis yang berasal dari bahasa Latin movere.

Menurut Branca (Mahli Syarkawi, 2008, 15) movere berarti bergerak. Selanjutnya

pengertian motif lebih banyak dihubungkan dengan faktor penyebab timbulnya aktifitas

dalam suatu proses terjadinya aktifitas itu sendiri.

Menurut Gerungan (2005, 16) motif adalah suatu pengertian yang mencakup semua

penyebab, alasan, dorongan di dalam diri manusia yang membuat manusia bergerak.

Segala perilaku manusia dimulai dari adanya kebutuhan dalam diri. Kebutuhan inilah

yang kemudian yang mendorong manusia untuk bergerak, berarti bahwa sumber dari

motif adalah kebutuhan (need) dan dorongan (drive). Motif, disamping sebagai dorongan

dari dalam diri manusia juga mengandung pengertian adanya suatu tujuan yang ingin

dicapai. Hal tersebut sesuai seperti yang dinyatakan oleh Withaker (Mahli Syarkawi,

2008, 17) bahwa motif adalah kondisi internal yang membuat orang aktif dan

mengarahkannya untuk mencapai tujuan tertentu. Sebagian ahli berpendapat bahwa

istilah motif dan motivasi mengandung pengertian yang sama. Namun sebagian lagi

berpendapat berbeda. Mc. Clelland (Sri Mulyani Martaniah, 2007, 18) menganggap

kedua istilah tersebut lebih kurang sama sehingga ia menggunakan istilah itu secara

bergantian. Kemudian Atkinson (Mahli Syarkawi, 2008, 15) mengartikan motivasi

sebagai perwujudan motif yang berbentuk tingkah laku yang nyata. Pendapat yang sedikit

berbeda ialah pendapat Muharli (Mahli Syarkawi, 2008, 15) yang mengatakan motif

adalah alasan atau dorongan yang menggerakkan orang untuk melakukan sesuatu,

sedangkan motivasi adalah proses pembangkitan gerak agar seseorang bergerak untuk

melakukan sesuatu.

Setelah kita membahas pengertian motif dan motivasi, selanjutnya kita ingin mengetahui

kekuatan dari motivasi itu. Sebagai aspek psikologis, motivasi tidak dapat diukur secara

langsung, melainkan hanya diukur gejala dari motivasi itu yang dinamakan tingkah laku.

Dengan demikian untuk mengetahui kekuatan motivasi seseorang mahasiswa, juga

dengan mengamati perilaku mereka yang berkaitan dengan aktifitas-aktifitas belajar.

Telah banyak para ahli mengadakan penyelidikan untuk menemukan cara mengukur

intensitas atau kekuatan motif dan motivasi, di antaranya Skinner dengan menggunakan

metode penghalang atau obstruction methode.

Dari hasil eksperimen itu Skinner (Mahli Syarkawi, 2008, 16) mengambil kesimpulan

bahwa kekuatan motivasi dapat diukur dengan mengamati atau menilai tingkat

kemampuan organisme dalam mengatasi hambatan dan rintangan yang dihadapi, artinya

semakin besar rintangan yang dapat diatasi berarti memiliki motivasi yang kuat pula.

Demikian pula halnya dengan motivasi belajar seseorang mahasiswa, semakin besar

rintangan yang diatasi, berarti semakin kuat juga motivasi belajar yang ia miliki, atau

dengan kata lain semakin besar dan kuat motivasi belajar yang dimiliki, akan semakin

mampu mengatasi hambatan dan masalah yang dihadapi selama mengikuti pendidikan.

4. Teori Motivasi

Ada cukup banyak teori-teori tentang motivasi yang telah dikemukakan oleh para ahli

antara lain :

a. Teori motivasi kebutuhan Maslow

Maslow menyusun suatu teori tentang kebutuhan manusia yang bersifat hirarkis dan

dikelompokkan menjadi dua yaitu :

1) Kebutuhan Defisiensi

Adalah kebutuhan-kebutuhan fisiologis keamanan, dicintai serta diakui dalam

kelompoknya dan harga diri/prestasi. Kebutuhan ini tergantung pada orang lain.

2) Kebutuhan Pengembangan

Adalah kebutuhan anktualisasi diri, keinginan untuk mengetahui dan memahami

dan yang terakhir kebutuhan estetis. Kebutuhan ini tidak memerlukan orang lain,

ia menjadi lebih tergantung pada diri sendiri.

b. Teori Dorongan (Drive Theories)

Teori ini mengatakan bahwa tingkah laku seseorang didorong kearah suatu tujuan

tertentu karena adanya suatu kebutuhan. Dorongan tersebut adalah sesuatu yang

dibawa sejak lahir atau bersifat intrinsik. Dorongan dapat dipelajari dan berasal dari

pengalaman-pengalaman dimasa lalu, sehingga berbeda untuk tiap orang (Morgan

at.al, 2006,8).

c. Teori Motivasi Kompetensi (Competence Motivation)

Teori ini berasal dari Robert White, yang menyatakan bahwa setiap manusia

mempunyai keinginan untuk menunjukkan kompetensi dengan menaklukkan

lingkungannya.

d. Teori Fisiologi

Teori ini juga disebut Behaviour Theories, menurut teori ini semua tindakan manusia

itu berakar pada usaha memenuhi kepuasan dan kebutuhan organik atau kebutuhan

untuk kepentingan fisik atau disebut sebagai kebutuhan primer, seperti kebutuhan

tentang makanan, minuman udara dan lain-lain yang diperlukan untuk kepentingan

tubuh seseorang.

e. Teori Psikoanalitik

Teori ini mirip dengan teori Intrinsik, tetapi lebih ditekankan pada unsur-unsur

kejiwaan yang ada pada diri manusia. Bahwa setiap tindakan manusia karena adanya

unsur pribadi manusia yakni Id dan Ego. Tokoh dari teori ini adalah Freud.

5. Bentuk-bentuk Motivasi

Berbicara tentang bentuk motivasi, maka dapat dilihat dari berbagai sudut pandang yang

sangat bervariasi yakni :

a. Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya

1) Motivasi bawaan

Adalah motivasi yang dibawa sejak lahir, motivasi itu ada tanpa dipelajari.

Motivasi ini seringkali disebut motivasi yang disyaratkan secara biologis

(Physiological Driver), misalnya dorongan untuk makan, dorongan untuk bekerja

dan lain-lain.

2) Motivasi yang dipelajari

Adalah motivasi yang timbul karena dipelajari. Motivasi ini seringkali disebut

motivasi yang disyaratkan secara sosial karena manusia hidup dalam lingkungan

social dengan sesama manusia yang lain (Affialiative Needs), misalnya : dorongan

untuk belajar suatu cabang ilmu pengetahuan dan lain-lain.

b. Motivasi menurut Woodworth dan Marquis

1) Motivasi Kebutuhan Organis

Motivasi ini sama dengan motivasi physiological drives, misalnya : kebutuhan

minum, makan dan lain-lain.

2) Motivasi Darurat

Motivasi ini timbul karena rangsangan dari luar, misalnya : dorongan untuk

menyelamatkan diri, dorongan untuk membalas dan lain-lain.

3) Motivasi Objektif

Motivasi ini menyangkut kebutuhan untuk melakukan eksplorasi, manipulasi

untuk menaruh minat. Motivasi ini muncul karena dorongan untuk dapat

menghadapi dunia luar secara efektif.

c. Motivasi Jasmaniah dan Rohaniah

1) Motivasi Jasmaniah, misalnya : refleks, intrinsik otomatis dan nafsu.

2) Motivasi Rohaniah adalah kemauan. Kemauan seseorang timbul melalui empat

momen yaitu sebagai berikut :

a) Momen Timbulnya Alasan

Timbulnya alasan-alasan baru sehingga seseorang itu melakukan sesuatu

kegiatan baru.

b) Momen Pilih

Sesuatu keadaan dimana alternatif-alternatif atau alasan-alasan yang ada

mengakibatkan persaingan, sehingga seseorang akan menimbang-nimbang

dari berbagai alternatif atau alasan itu untuk kemudian menentukan pilihan

alternatif atau alasan yang akan dijalankan.

c) Momen Putusan

Persaingan antara berbagai alternatif atau alasan sudah barang tentu akan

berakhir dengan pilihannya satu alternatif atau alasan. Alternatif atau alasan

yang telah dipilih inilah yang menjadi putusan untuk dikerjakan.

d) Momen Terbentuknya Kemauan

Kalau seseorang sudah menetapkan suatu putusan untuk dikerjakan maka

timbul dorongan pada diri seseorang itu untuk bertindak melaksanakan

putusan itu.

d. Motivasi berdasarkan sifat

Dalam hubungannya dengan motivasi berdasarkan sifat, ada dua bentuk motivasi,

yaitu : motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik (W.S. Winkel, 2007, 8).

1) Motivasi Intrinsik

Ialah bentuk motivasi yang di dalamnya aktifitas belajar yang dimulai dan

diteruskan berdasarkan suatu dorongan yang secara mutlak berhubungan dengan

aktifitas belajar. Motivasi intrinsik merupakan dorongan belajar yang timbul dan

berasal dari dalam individu sendiri tanpa adanya pengaruh dari luar. Motivasi ini

memberikan dampak yang baik terhadap aktifitas belajar mahasiswa. Dengan

motivasi intrinsik ini mahasiswa akan selalu melakukan aktifitas belajar yang

terarah dalam mempelajari dan memahami suatu pelajaran, karena motivasi

belajar yang tertanam dalam dirinya memang bertujuan untuk semata-mata

mempalajari dan memahami yang dipelajari dengan sebaik-baiknya.

2) Motivasi Ekstrinsik

Adalah motivasi yang menimbulkan aktifitas belajar yang dimulai dan diteruskan

berdasarkan suatu dorongan yang tidak mutlak berkaitan dengan aktifitas belajar.

Motivasi ekstrinsik timbul bukan berasal dari dirinya, akan tetapi terjadi karena

adanya pengaruh dari luar. Motivasi ini memberikan dampak yang kurang baik

terhadap aktifitas belajar mahasiswa. Ia belajar bukan semata ingin memahami

suatu pelajaran secara hakiki, akan tetapi ia belajar karena adanya pengaruh dan

rangsangan dari luar dirinya yang sebenarnya tidak ada kaitannya dengan aktifitas

belajar. Rangsangan dari luar itu dapat berupa penghargaan, pujian, imbalan dan

lain sebagainya.

e. Motivasi berdasarkan tingkatan-tingkatan dari bawah sampai ke atas (Hirarkhi)

1) Motivasi Primer, terdiri dari :

a) Kebutuhan fisiologis, seperti lapar, haus dan lain-lain.

b) Kebutuhan akan keamanan, seperti terlindung, bebas dari ketakutan dan lain-

lain.

2) Motivasi Sekunder, terdiri dari :

a) Kebutuhan akan cinta dan kasih, rasa diterima dan dihargai dalam suatu

kelompok.

b) Kebutuhan untuk mewujudkan diri sendiri misalnya mengembangkan bakat

dengan usaha mencapai hasil dalam bidang pengetahuan, social, pembentukan

pribadi.

6. Ciri-ciri Motivasi

Menurut Freud motivasi pada diri setiap orang itu memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

a. Tekun menghadapi tugas.

b. Ulet menghadapi kesulitan. Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi

sebaik mungkin.

c. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah.

d. Lebih senang bekerja sendiri.

e. Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin.

f. Dapat mempertahankan pendapatnya.

g. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini dan kokoh pendiriannya.

h. Senang mencari tahu akan hal-hal yang belum diketahui dan belum dimengerti.

7. Pengertian Belajar

Secara umum proses belajar diartikan sebagai suatu proses tingkah laku secara

keseluruhan, yaitu terjadinya perubahan aspek-aspek tingkah laku kognitif, konatif,

afektif dan motoris secara integrasi. Menurut Usman Effendi (2005, 7) belajar merupakan

salah satu bentuk kegiatan individu. Setiap kegiatan itu akan terjadi apabila ada faktor

yang mendorong, yaitu motif dan faktor tujuan yang ingin dicapai. Belajar terjadi karena

ada kebutuhan dalam diri individu dan tertuju kepada pemenuhan kebutuhan sebagai

tujuan. Jadi peroses belajar akan mencapai hasil yang sebaik-baiknya apabila ada

dorongan yang besar dan tujuan yang jelas. Hal ini memberikan ketegasan bahwa

peranan motivasi dalam proses belajar sangat besar, karena motivasi inilah yang

menggerakkan mahasiswa untuk melakukan aktivitas-aktivitas belajar dalam mencapai

tujuannya.

Peranan motivasi dalam belajar selanjutnya dijelaskan oleh Thorndike (Wasty Soemanto,

2007, 7) yang terkenal pandangannya tentang belajar sebagai proses Trial-Error.

Dikatakan proses belajar dengan teori trial and error itu dimulai dengan adanya beberapa

motif yang mendorong aktivitas. Dengan demikian untuk mengaktifkan mahasiswa dalam

belajar diperlukan motivasi, khususnya belajar.

8. Pengertian Motivasi Belajar

Sebagaimana dikemukakan di atas, manusia berbuat dan bertindak karena adanya

dorongan dari dalam dirinya, yang dinamakan motivasi. Demikian juga mahasiswa, ia

melakukan aktivitas belajar karena adanya dorongan dari dalam dirinya ia melakukan

aktivitas belajar. Dalam hubungan ini W. S. Winkel (2007 : 8), menjelaskan : Motivasi

belajar adalah keseluruhan daya penggerak dalam diri mahasiswa yang menimbulkan

kegiatan belajar sehingga tujuan tercapai. Dikatakan keseluruhan karena biasanya ada

beberapa motivasi yang menggerakkan mahasiswa untuk belajar. Motivasi merupakan

faktor psikis yang bersifat non intelektual. Peranannya yang khas adalah dalam gairah

belajar. Mahasiswa yang memiliki motivasi kuat akan mempunyaai banyak energi untuk

melakukan kegiatan belajar.

Dengan demikian titik awal dari aktivitas belajar adalah adanya hasrat dan keinginan

untuk belajar. Keinginan itu timbul karena adanya dorongan dari dalam dirinya. Dengan

kata lain motivasi merupakan kondisi dalam diri mahasiswa yang mendorong dia belajar

untuk mencapai tujuannya.

Senada dengan pendapat di atas, Diffort T. Morgan (dalam Suli, 2009, 8), menjelaskan :

Motivasi bertalian erat dengan tiga hal yang sekaligus merupakan apek-aspek dari

motivasi. Ketiga aspek itu ialah : Keadaan yang mendorong (motivating state), tingkah

laku yang didorong oleh keadaan tersebut (motivated behavior) dan tujuan dari tingkah

laku tersebut (goals or end of such behavior). Secara sederhana dapat dikatakan bahwa

motivasi belajar mencakup tiga aspek yang saling menunjang, yaitu dorongan yang

menyebabkan individu belajar, aktivitas belajar akibat adanya dorongan tersebut serta

tujuan dari aktivitas belajar itu. Motivasi berasal dari bahasa Latin movere yang berarti “

menggerakkan”. Seorang mahasiswa akan berkeinginan untuk mencapai tujuannya

karena dirangsang oleh keuntungan yang akan diperolehnya. Dalam proses belajar

motivasi mahasiswa akan tercermin dari ketekunan yang tidak mudah goyah demi

tercapainya tujuan yang diinginkan. Motivasi ditunjukkan dari intensitasnya dalam

melakukan suatu tugas. Beberapa ahli mengatakan bahwa motivasi mempunyai andil

sekitar 20 % terhadap proses belajar, selain latar belakang keluarga dan kondisi kampus.

Dalam upaya meningkatkan motivasi, mahasiswa tidak harus berjuang sendiri tetapi

dapat dibantu oleh dosen. Peran dosen digambarkan dalam model ARCS, terdiri dari :

ttension : Perhatian

elevance : Relevansi

onfidense : Kepercayaan Diri

atisfaction : Kepuasan

a. Perhatian

Perhatian timbul dari rasa ingin tahu. Oleh karena itu merupakan tugas dosen untuk

merangsang rasa ingin tahu mahasiswa, dapat dilakukan dengan cara memberikan suatu

yang baru, aneh, lain dengan yang sudah ada, kontradiktif atau kompleks.

Strategi yang dapat digunakan adalah :

1) Menggunakan metode kuliah yang bervariasi,

2) Menggunakan metode pembelajaran yang menarik,

3) Kadang-kadang perlu diselingi humor,

4) Gunakan contoh-contoh nyata dan

5) Gunakan teknik bertanya untuk meningkatkan interaksi.

A

R

C

S

C

b. Relevansi

Relevansi menunjukkan hubungan antara materi dengan kebutuhan dan kondisi

mahasiswa. Motivasi mahasiswa akan terpelihara bila apa yang dipelajari dapat

memenuhi kebutuhan pribadi atau bermanfaat.

Upaya yang dapat dilakukan dosen adalah :

1) Menjelaskan tujuan instruksional pembelajaran,

2) Uraian manfaat dari materi yang akan diajarkan dan

3) Berikan contoh aktual dan nyata sesuai dengan kondisi mahasiswa.

c. Kepercayaan diri

Merasa dirinya kompeten dan mampu merupakan potensi untuk dapat berinteraksi secara

positif dengan lingkungan. Ini merupakan salah satu kunci untuk menuju kesuksesan

seseorang dalam melakukan sesuatu. Selain itu juga mempunyai hubungan positif dalam

menumbuhkan motivasi seseorang. Makin tinggi kepercayaan dirinya makin besar

motivasinya untuk sukses dalam mengerjakan atau mempelajari sesuatu.

Untuk menumbuhkan kepercayaan diri mahasiswa, dosen dapat:

1) Meningkatkan harapan mahasiswa untuk berhasil,

2) Memberitahukan persyaratan untuk dapat berhasil dan

3) Memberikan cara agar mahasiswa dapat mengukur kemampuan diri, sekaligus

mendapatkan umpan balik tentang kekurangannya.

d. Kepuasan

Keberhasilan seorang mahasiswa dalam mencapai tujuannya akan memberi rasa

kepuasan pada dirinya. Rasa puas tersebut selanjutnya dapat lebih merangsang

mahasiswa untuk mencapai tujuan lebih lanjut. Kepuasan dapat datang dari dalam diri

mahasiswa sendiri, tetapi dapat juga dipengaruhi oleh faktor luar. Misalnya seorang

mahasiswa diminta tampil untuk menguraikan tentang sesuatu dimuka kelas. Tugas

tersebut dilaksanakan dengan lancar dan membuat rasa puas pada dirinya bahwa ternyata

dia mampu membawakan sesuatu dihadapan teman-temannya. Tetapi ternyata dosennya

memberikan kritikan negatif terhadap penampilannya. Hal ini akan menimbulkan rasa

bersalah, malu pada diri mahasiswa. Sebaiknya dosen mengemukakan kata-kata yang

dapat lebih meningkatkan rasa percaya diri mahasiswa.

Caranya adalah dengan :

1) Memberikan kata-kata pujian secara verbal,

2) Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk dapat menampilkan

kemampuannya,

3) Meminta mahasiswa yang mempunyai kemampuan pengetahuan lebih, bersedia

membantu temannya yang masih kurang dan

4) Membandingkan prestasinya yang sudah pernah dicapai dengan prestasi saat ini.

Jangan membandingkan dengan prestasi mahasiswa lain.

9. Peranan Motivasi dalam Proses Belajar

Proses belajar ada beberapa unsur yang mempengaruhi keberhasilan (efisiensi) belajar

mahasiswa. Hubungan ini perlu dikaji keberadaan motivasi sebagai salah satu unsur

tersebut. Secara garis besar ada dua unsur yang mempengaruhi efisiensi belajar (Wasty

Soemanto, 2007, 10), yaitu :

a. Unsur-unsur utama

Adalah semua aspek yang harus ada atau terjadi dalam proses belajar, karena apabila

unsur utama itu tidak ada, proses belajar tidak akan berhasil dengan baik. Unsur-

unsur utama itu meliputi :

1) Motivasi Belajar

Telah dikemukakan di atas, bahwa titik awal dari aktifitas belajar adalah adanya

motivasi. Motivasi diartikan sebagai kondisi dalam diri mahasiswa yang

memberikan dorongan untuk melakukan aktifitas-aktifitas tertentu untuk

mencapai suatu tujuan. Motivasi berperan dalam kegairahan dan semangat

belajar. Mahasiswa yang bermotivasi baik akan mempunyai banyak energi dalam

melakukan aktifitas-aktifitas belajar.

2) Tujuan yang Hendak Dicapai

Tujuan belajar erat kaitannya dengan motivasi belajar. Individu mempunyai

motivasi yang baik dan tujuan yang jelas, mempunyai peluang yang lebih besar

untuk meraih kesuksesan dalam belajar.

Setiap individu mempunyai tujuan belajar yang berbeda sesuai dengan tingkat

kebutuhan individu itu sendiri. Ada individu yang mempunyai tujuan belajar

hanya sebatas “untuk memenuhi kebutuhan ekonomi”, karena memang kebutuhan

yang menjadi masalah utama, sehingga pemenuhan kebutuhan itu pula yang

menjadi tujuan utama mereka belajar. Sebaliknya bagi mahasiswa dimana sudah

tidak mempunyai masalah ekonomi, belajar mereka semata-mata “untuk mancari

ilmu pengetahuan” yang berarti tujuan belajar mereka “untuk

mengaktualisasaikan diri”, dan tujuan yang demikian yang merupakan tujuan

belajar yang tinggi. Pendapat terebut sesuai dengan teori kebutuhan dasar manusia

yang dikemukakan oleh Abraham Moslow (dalam Pusdiknakes, 2005, 11)

dijelaskan secara hirarkhis kebutuhan manusia terdiri dari yang terendah sampai

yang tertinggi, yaitu kebutuhan biologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan

akan rasa memiliki, kebutuhan akan harga diri dan kebutuhan akan perwujudan

diri (aktualisasi diri). Tiap tingkat kebutuhan itu akan menimbulkan dampak yang

berbeda terhadap perilaku seseorang. Dengan kata lain kualitas motivasi dan

tujuan perilaku seseorang tergantung pada tingkat kebutuhan yang bersangkutan.

Demikian pula dalam proses belajar, jika aktifitas belajar mahasiswa hanya

didasari oleh kebutuhan ekonomi (biologis) berarti tujuan belajar mereka baru

pada taraf terendah. Sebaliknya dimana seorang mahasiswa belajar karena

didorong oleh keinginan untuk mencari dan mendalami suatu ilmu atau untuk

menggeluti suatu profesi dengan sungguh-sungguh berarti tujuan belajarnya

tergolong pada taraf yang tinggi.

3) Situasi yang Mempengaruhi

Situasi maksudnya berbagai kemungkinan yang dapat mempengaruhi proses

belajar. Proses belajar yang berlangsung dalam situasi yang mendukung dalam

arti suasana tenang, lingkungan dan pasilitas yang memadai, kegiatan belajar akan

berlangsung dengan baik.

b. Unsur-Unsur Penunjang

1) Kesiapan (readness) Mahasiswa untuk Belajar

Kesiapan dalam proses belajar merupakan suatu hal yang esensial. Kesiapan

merupakan sejumlah pola-pola respon dan kecakapan yang dimiliki individu pada

suatu waktu. Kesiapan tergantung pada tingkat kematangan individu baik fisik

maupun mental. Kehidupan mahasiswa sehari-hari kesiapan itu dapat dilihat dari

kesiapan dalam menyusun program dan jadwal belajar, persiapan bahan

perkuliahan dan lain sebagainya.

2) Minat dan Konsentrasi Mahasiswa dalam Belajar

Minat berarti perhatian khusus seseorang terhadap suatu objek. Sedangkan

konsentrasi adalah pemusatan fikiran dengan segala kekuatan dan perhatian pada

suatu situasi belajar, dan mengesampingkan segala hal yang tidak ada

hubungannya dengan situasi objek belajar. Minat dan konsentrasi mempunyai

kaitan yang erat. Konsentrasi biasanya timbul jika ada minat terhadap pelajaran

yang dihadapi.

3) Keteraturan Waktu dan Kesiapan dalam Belajar

Keteraturan waktu diartikan sebagai pola aktifitas yang kontinyu dalam waktu

tertentu. Kedisiplinan merupakan kemampuan seseorang dalam memenuhi dan

melaksanakan kegiatan sesuai dengan norma dan aturan yang telah ditetapkan.

Antara keteraturan dan kedisiplinan ada hubungan yang erat. Individu yang

memiliki kedisiplinan yang tinggi biasanya juga mempunyai keteraturan dalam

setiap tindakannya. Jadi keteraturan dan kedisiplinan dalam belajar berarti

kemampuan mahasiswa dalam mematuhi dan melaksanakan semua aktifitas

belajar dengan teratur sesuai dengan aturan yang berlaku di mana ia belajar.

Dilihat dari unsur-unsur yang ada dalam proses belajar, jelas terlihat bahwa

motivasi merupakan unsur yang paling penting dalam menentukan efesiensi

belajar dibandingkan dengan unsur-unsur yang lain. Hal ini dapat dipahami

karena apabila motivasi belajar sudah baik, unsur yang lain akan terbentuk dan

terbina dengan sendirinya. Individu yang memiliki motivasi belajar yang baik

hampir dipastikan ia juga akan mempunyai tujuan belajar yang jelas, selalu siap

dalam menghadapi pelajaran, mempunyai minat dan konsentrasi yang baik serta

memiliki keteraturan dan kedisiplinan dalam setiap kegiatan belajar.

Dengan kata lain motivasi akan membentuk pola-pola aktifitas belajar yang

kontinyu, lestari dan konsisten. Dengan motivasi yang baik diharapkan

mahasiswa tidak banyak menghadapi masalah dalam belajar, misalnya malas dan

tidak semangat belajar ataupun tidak mempunyai tujuan belajar yang jelas.

10. Faktor-faktor yang Berpengaruh pada Motivasi Belajar

a) Cita-cita atau aspirasi peserta didik.

Cita-cita atau aspirasi peserta didik akan memperkuat semangat belajar dan

mengarahkan perilaku belajar. Cita-cita atau aspirasi peserta didik akan berlangsung

dalam waktu yang sangat lama bahkan berlangsung sepanjang hayat, timbulnya

dibarengi oleh perkembangan akal, moral, kemauan bahasa dan nilai-nilai kehidupan,

juga perkembangan kepribadian. Cita-cita atau aspirasi peserta didik akan

memperkuat motivasi belajar intrinsic maupun ekstrinsik, sebab tercapainya suatu

cita-cita akan mewujudkan aktualisasi diri (A. Haris, 2006, 16).

b) Kemampuan peserta didik.

Keinginan peserta didik perlu dibarengi dengan kemampuan atau kecakapan

mencapainya. Kemampuan akan memperkuat motivasi peserta didik melaksanakan

tugas-tugas perkembangan.

c) Kondisi peserta didik.

Kondisi peserta didik yang meliputi kondisi jasmani dan rohani yang mempengaruhi

motivasi belajar. Kondisi jasmani dan rohani peserta didik yang terganggu akan

berpengaruh pada peserta didik dalam hal memusatkan perhatian belajar.

d) Kondisi lingkungan peserta didik.

Lingkungan peserta didik dapat berupa keadaan alam tempat tinggal, pergaulan

sebaya dan kehidupan kemasyarakatan. Sebagai anggota masyarakat peserta didik

dapat terpengaruh oleh lingkungan sekitar. Kondisi lingkungan yang baik akan

memperkuat motivasi belajar.

e) Unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran.

Peserta didik memiliki perasaan, perhatian, kemauan ingatan pengalaman hidup.

Lingkungan peserta didik berupa keadaan alam lingkungan tempat tinggal dan

pergaulan juga mengalami perubahan. Lingkungan budaya peserta didik yang berupa

surat kabar, majalah, radio, televisi dan lain-lain semakin menjangkau peserta didik.

Kesemua lingkungan tersebut mendinamiskan motivasi belajar. Pengajar professional

diharapkan mampu memanfaatkan kondisi dinamis tersebut dalam pembelajaran

untuk memotivasi belajar.

f) Upaya pengajar dalam membelajarkan peserta didik.

Pengajar dalam tugas profesionalnya mengharuskan dia belajar sepanjang hayat

selain dengan masyarakat dan lingkungan sekitarnya yang juga dibangun.

Lingkungan sosial pengajar, lingkungan budaya pengajar, dan kehidupan pengajar

perlu diperhatikan oleh pengajar. Partisipasi dan teladan memilih perilaku yang baik

sudah merupakan upaya pembelajaran peserta didik. Upaya pengajar membelajarkan

peserta didik meliputi pemahaman tentang diri peserta didik dalam rangka kewajiban

tertib belajar, pemanfaatan pengetahuan berupa hadiah, kritik, hukuman secara tepat

guna dan mendidik cinta belajar.

11. Usaha Membangkitakan Motivasi Belajar

Dengan uraian terdahulu telah dibahas, bahwa setiap individu memiliki kekuatan motif

dan motivasi yang berbeda. Individu yang memiliki motivasi kuat, ia akan menunjukkan

perilaku dan usaha yang kuat pula dalam mencapai suatu tujuan. Sebaliknya individu

yang tidak memiliki motivasi yang kuat, dalam segala hal aktifitas dan usahanya tampak

kurang bersemangat, dan kemauan untuk mencapai tujuannya cenderung lemah.

Dalam proses belajar juga menunjukkan bahwa motivasi belajar setiap mahasiswa tidak

sama. Mahasiswa yang miliki motivasi baik akan dapat melakukan aktifitas-aktifitas

belajar dengan penuh gairah dan semangat yang tinggi, sehingga memberikan hasil yang

memuaskan. Akan tetapi bagi mahasiswa yang mengalami kelesuan motivasi akan sulit

untuk mencapai keadaan yang demikian.

Sebenarnya cukup banyak usaha dan cara yang dapat dilakukan terhadap seseorang yang

mengalami kelesuan motivasi. Akan tetapi pada umumnya ada empat prinsip yang dapat

dilakukan, yaitu : Persaingan (competetion), Pendekatan tujuan (pace making), tujuan

yang jelas dan minat, (Bimo Walgito, 2007, 17).

a. Persaingan (competetion)

Adalah suatu upaya untuk membangkitan motivasi dengan jalan memacu seseorang

untuk berprestasi lebih baik, karena prestasi yang dicapai tersaingi oleh prestasi yang

lain.

Persaingan mencakup dua hal, yaitu: Persaingan dengan prestasi sendiri dan

persaingan dengan prestasi orang lain. Persaingan dengan prestasi sendiri

membandingkan prestasi yang diperoleh dengan prestasi yang telah dicapai

sebelumnya. Sedangkan persaingan dengan orang lain, adalah membandingkan

prestasi yang dicapai dengan prestasi orang lain.

Dengan persaingan dalam arti yang sehat, individu akan merasa tersaingi dan akan

lebih memacu dirinya untuk berprestasi yang sebaik-baiknya. Dengan demikian

motivasi dan usaha untuk mencapai tujuannya akan semakin kuat.

b. Pendekatan Tujuan (pace making)

Tujuan dari suatu kegiatan sering kali teramat jauh, dan pada keadaan yang demikian

pada umumnya orang menjadi malas untuk mencapainya. Agar tujuan itu tidak

tampak terlalu jauh, maka untuk membangkitan motivasi perlu dibuat tujuan

sementara yang lebih dekat yang dinamakan pendekatan tujuan (pace maker).

Sebagai contoh, biasanya dalam sistem pendidikan dibagi dalam tahap-tahap seperti

triwulan atau persemester, dan prestasi tiap semester itulah yang menjadi tujuan

belajar mahasiswa pada umumnya. Sehingga mereka memiliki usaha dan motivasi

yang kuat untuk meraih prestasi yang terbaik pada tiap semester.

c. Tujuan yang Jelas dan Diakui

Motif dan motivasi merupakan dorongan individu untuk mencapai suatu tujuan.

Apabila tujuan itu jelas, motivasi dan usaha untuk mencapai tujuan itu semakin kuat

pula. Sebaliknya jika tujuan itu masih kabur, motivasi dan usaha untuk mencapainya

cenderung kurang kuat dan kurang terarah atau semakin jelas tujuan yang ingin

dicapai, semakin kuat pula motivasi dan usaha untuk mencapainya.

Tujuan belajar yang jelas juga perlu ditekankan kepada mahasiswa untuk lebih

meningkatkan aktifitas belajar mereka. Usaha yang dapat dilakukan dengan jelas

memberikan penjelasan dan pengertian kepada mereka tujuan belajar dan tujuan

pendidikan yang sedang mereka geluti. Juga perlu dijelaskan pula akan peranan dan

arti pentingnya ilmu yang mereka pelajari bagi masyarakat luas, dengan kata lain

diberikan pengakuan.

d. Minat

Suatu kegiatan yang akan berjalan lancar jika ada minat atau motif itu, akan timbul

bila ada minat yang besar. Dalam proses belajar juga menunjukan bahwa aktifitas

belajar mahasiswa ditentukan oleh minat mereka terhadap pelajaran yang mereka

hadapi. Semakin besar minat mahasiswa terhadap sesuatu objek belajar semakin baik

aktifitas belajar mereka, dan juga sebaliknya.

Adapun cara untuk membangkitkan minat seseorang dapat dilakukan usaha-usaha

sebagai berikut :

1) Membangkitkan suatu kebutuhan, misalnya kebutuhan untuk mendapatkan

penghargaan, pengakuan dan lain sebagainya,

2) Menghubungkan dengan pengalaman-pengalaman masa lampau,

3) Membangkitkan kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik nothing success

like success, atau mengetahui sukses yang diperoleh individu, karena akan

menimbulkan rasa puas dan rasa akan menimbulkan minat yang lebih besar.

12. Evaluasi Hasil Belajar

a. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar adalah istilah yang menunjukkan suatu derajat keberhasilan seseorang

dalam proses belajar untuk mencapai tujuan belajar. Dalam penyelenggaraan

pendidikan mahasiswa mempelajari bahan yang telah ditentukan oleh lembaga dan

diberikan oleh pengajar agar perilaku mahasiswa berubah sesuai dengan tujuan yang

ditentukan. Perubahan yang dimaksud adalah dalam hal keterampilan dan kebiasaan,

kompetensi penyesuaian sosial dan berfikir abstrak sesuai dengan bidang ilmu yang

dipelajari. Dalam waktu tertentu diadakan evaluasi untuk mengetahui derajat

keberhasilan dari apa yang telah dipelajari.

b. Fungsi dan Tujuan Evaluasi

Dari pengertian evaluasi hasil belajar di atas maka tujuan utama evaluasi hasil belajar

adalah mengetahui tingkat keberhasilan yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti

suatu kegiatan pembelajaran dimana tingkat keberhasilan tersebut ditandai dengan

skala nilai berupa huruf, angka atau simbul. Apabila tujuan utama kegiatan evaluasi

hasil belajar ini sudah terealisasi maka hasilnya dapat difungsikan dan ditujukan

untuk keperluan:

1) Diagnostik dan Pengembangan

Adalah penggunaan hasil dari kegiatan evaluasi hasil belajar sebagai

pendiagnosisan kelemahan dan keunggulan mahasiswa beserta sebab-sebabnya.

2) Untuk Seleksi

Dari hasil kegiatan evaluasi hasil belajar sering kali digunakan sebagai dasar

untuk menentukan mahasiswa yang paling cocok untuk jenis pendidikan tertentu.

3) Untuk Kelulusan

Menentukan apakah seorang mahasiswa dapat diluluskan atau tidak, hal ini

memerlukan informasi yang mendukung keputusan yang dibuat oleh dosen.

4) Untuk Penempatan

Agar mahasiswa dapat berkembang sesuai dengan tingkat kemampuan dan

potensi yang mereka miliki, maka perlu difikirkan ketepatan penempatan

mahasiswa pada kelompok yang sesuai.

c. Sasaran Evaluasi Hasil Belajar

Sasaran Evaluasi Hasil Belajar mencakup kawasan (domain), pengetahuan,

ketrampilan dan sikap.

1) Evaluasi Pengetahuan

Evaluasi Pengetahuan dimaksud untuk mengetahui sejauh mana peserta didik

telah memahami teori-teori yang sudah diberikan pada setiap Mata Kuliah sesuai

dengan kurikulum :

a) Pengetahuan/ingatan

b) Pemahaman/pengertian

c) Penerapan/aplikasi

d) Analisis

e) Sintesis

f) Evaluasi

2) Evaluasi Keterampilan

Evaluasi Keterampilan adalah suatu usaha untuk mengetahui sejauh mana peserta

didik telah mampu melakukan kompetensi sesuai dengan standar praktek.

Evaluasi ini lebih menekankan pada keterampilan mengerjakan atau melakukan

suatu perbuatan yang harus dilakukan sesuai dengan prosedur yang sudah

ditentukan. Evaluasi keterampilan ini dilaksanakan dengan menggunakan teknik

test maupun non test.

3) Evaluasi Sikap

Penilaian sikap lebih diarahkan kepada sikap yang ditampilkan pada waktu

melaksanakan tugas atau kompetensi yang dipersyaratkan. Penilaian sikap yang

berkaitan dengan kepribadian dilakukan secara kontinyu, baik di kelas maupun di

tempat praktek yang dilakukan dalam rangka membimbing peserta didik ke arah

pembentukan sikap.

d. Standar Evaluasi Hasil Belajar

1) Pendekatan Penilaian

a) Mempergunakan Penilaian Acuan Patokan (PAP)

Penilaian Acuan Patokan adalah penilaian yang membandingkan hasil belajar

yang dicapai oleh peserta didik terhadap suatu patokan batas lulus yang telah

ditentukan sebelumnya. Batas lulus tersebut merupakan tingkatan penguasaan

minimal dari kompetensi yang dipersyaratkan . Bagi peserta didik yang

mampu mencapai batas lulus atau melebihi, maka ia dinyatakan lulus dan

dapat mengikuti program lebih lanjut, apabila tidak mencapai batas lulus,

maka ia diwajibkan untuk mengikuti program remidiasi.

b) Pendekatan Penilaian Acuan Normal (PAN)

2) Dapat dilakukan dalam keadaan tertentu pada Mata Kuliah Dasar Umum/mata

kuliah tertentu. Standar/patokan kelulusan sebagai berikut :

a) Pengetahuan/teori : (C)

b) Keterampilan : Harus lulus, dinyatakan dengan mampu

melaksanakan kompetensi kritis denganbenar

berdasarkan prosedur kerja yang

dipersyaratkan sesuai dengan standar.

c) Sikap : Baik

3) Standar pemberian nilai mempergunakan nilai mutu berskala 0 – 4 dengan

lambing A, AB, B, BC, C, CD, D dan E

4) Konversi nilai dengan Penilaian Acuan Patokan (PAP) adalah sebagai berikut :

Cara Pemberian Nilai

Perolehan Nilai

Nilai Mata Kuliah diperoleh dari nilai :

a. Nilai Ujian Tengah SIPK 4,00 - 4,00 : Sangat baik

b. IPK 3,00 – 3,95 : Baik

c. IPK 2,00- 2.95: Cukup

d. IPK 1,00 – 1,99 : Kurang

e. IPK 0,99 : Sangat kurang

Tabel 2.1 Konversi nilai dengan Penilaian Acuan Patokan (PAP).

Nilai Angka Nilai Huruf Nilai Mutu

4.00-4.00 A 4.0

3.00- 3.95 B 3,50

2.00 – 2.95 C 3,00

1.00 – 1.99 K 2,50

0.99 E 2,10

Sumber : Bagian Akademik Stikes Wiyata Husada Samarinda 2013

a) Semester (UTS)

b) Nilai Tugas Individu (TI)

c) Nilai Tugas Kelompok(TK)

d) Nilai Ujian Akhir Semester (UAS)

5) Perhitungan Nilai

Perhitungan Nilai dilakukan dengan pemberian bobot dari perolehan nilai : UTS, TI, TK, UAS, dengan rumus perhitungan :

Nilai:( UTS x 1)+(TI+1 )+( TK x 1)+(UAS x 2)Jumlah Bobot

6) Menentukan Indek Prestasi (IP) dan Indek Prestasi Kumulatif (IPK)

IP adalah menggambarkan mutu prestasi yang diperoleh peserta didik dari

pelaksanaan program semester.

IPK adalah menggambarkan mutu prestasi kumulatif yang diperoleh peserta didik

pada akhir program pendidikan setelah menyelesaikan seluruh Program

Akademik dengan beban studi 74 SKS sesuai dengan kurikulum Program B.

Perhitungan IP :

IP:(M x B)

B

Keterangan :

M = adalah nilai mutu yang diperoleh untuk tiap mata kuliah.

B = adalah bobot kredit masing-masing mata kuliah.

B. Kerangka Teori

Dari berbagai uraian di atas maka secara singkat dapat dilihat dan digambarkan dalam

kerangka teori sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Teori Penelitian.

Prestasi Belajar MahasiswaFaktor-faktor Tingkat Prestasi :1. Evaluasi Pengetahuan2. Evaluasi Keterampilan

3. Evaluasi Sikap

Faktor-faktor Motivasi Belajar :1. Cita-cita atau aspirasi peserta didik2. Kemampuan peserta didik

3. Kondisi peserta didik

4. Kondisi lingkungan peserta didik

5. Unsur-unsur dinamis dalam belajar

Motivasi Belajar Mahasiswa