bab ii
DESCRIPTION
tinjauan teoriTRANSCRIPT
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
1. Konsep Lansia (Lanjut Usia)
a. Pengertian Lansia
Pengertian Lansia menurut Undang-Undang nomor 13
tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lansia pasal 1, Lansia
adalah seorang yang telah mencapai usia 60 tahun keatas
yang dibagi dalam kategori lansia potensial yaitu lanjut usia
yang mampu melakukan pekerjaan dan atau kegiatan yang
dapat menghasilkan barang dan atau jasa serta kategori lansia
tidak potensial yaitu lanjut usia yang tidak berdaya mencari
nafkah sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang
lain.
Menurut Suhartini (2010), lansia adalah tahap akhir dari
proses penuaan. Pada tahap ini biasanya individu tersebut
mengalami kemunduran fungsi fisiologis organ tubuhnya.
b. Batasan – Batasan Lanjut Usia.
Batasan lanjut usia Menurut Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO) (Nugroho, 2000).
1) Usia pertengahan (middle age) antara kelompok usia 45
sampai 59 tahun.
2) Usia lanjut (elderly) antara 60 sampai 74 tahun
3) Usia lanjut (Old) antara 75 sampai 90 tahun
11
12
4) Usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun
c. Karakteristik Lansia
Nugroho (2000) menjabarkan beberapa karakteristik lansia
yang perlu diketahui seperti:
1) Jenis kelamin: Lansia lebih banyak pada wanita. Terdapat
perbedaan kebutuhan dan masalah kesehatan yang
berbeda misalnya lansia laki-laki sibuk dengan hipertropi
prostat, maka perempuan mungkin menghadapi
osteoporosis.
2) Status perkawinan: status masih pasangan lengkap atau
sudah hidup janda atau duda akan mempengaruhi keadaan
kesehatan lansia baik fisik maupun psikologis.
3) Living arrangement: misalnya keadaan pasangan, tinggal
sendiri atau bersama istri, anak atau keluarga lainnya.
a) Tanggungan keluarga: masih menanggung anak atau
anggota keluarga
b) Tempat tinggal: rumah sendiri, tinggal bersama anak.
Dengan ini kebanyakan lansia masih hidup bagian
keluarganya, baik lansia sebagai kepala keluarga atau
bagian dari keluarga anaknya. Namun akan cenderung
bahwa lansia akan ditinggalkan oleh keturunannya
dalam rumah yang berbeda.
13
4) Kondisi kesehatan
a) Kondisi umum: Kemampuan umum untuk tidak
tergantung kepada orang lain dalam kegiatan sehari-
hari seperti mandi, buang air besar dan kecil
b) Frekuensi sakit: Frekuensi sakit yang tinggi
menyebabkan menjadi tidak produktif lagi bahkan mulai
tergantung kepada orang lain.
5) Keadaan ekonomi
a) Sumber pendapatan resmi: Pensiunan ditambah
sumber pendapatan lain kalau masih bisa aktif.
b) Sumber pendapatan keluarga: ada bahkan tidak ada
bantuan keuangan dari anak atau keluarga dan bahkan
masih ada anggota keluarga yang tergantung padanya.
c) Kemampuan pendapatan: Lansia memerlukan biaya
yang lebih tinggi, sementara pendapatan semakin
menurun. Status ekonomi sangat terancam, sehingga
cukup beralasan untuk melakukan berbagai perubahan
besar dalam kehidupan, menentukan kondisi hidup yang
dengan perubahan status ekonomi dan kondisi fisik.
14
d. Perubahan-perubahan Pada Lansia
Menurut Nugroho (2000), perubahan-perubahan yang
terjadi pada lansia meliputi:
1) Perubahan atau kemunduran biologis
a) Kulit yaitu kulit menjadi tipis, kering, keriput dan tidak
elastis lagi. Fungsi kulit sebagai penyekat suhu tubuh
lingkungan dan perisai terhadap masuknya kuman
terganggu
b) Rambut yaitu rontok berwarna putih kering, tidak
mengkilat yang berkaitan dengan perubahan
degenerative kulit
c) Gigi mulai habis
d) Penglihatan dan pendengaran berkurang
e) Mudah lelah, gerakan menjadi gambaran lamban dan
kurang lincah
f) Kerampingan tubuh menghilang disana- sini terjadi
timbunan lemak terutama dibagian perut dan pangul
g) Otot yaitu jumlah sel otot berkurang mengalami atropi
sementara jumlah jaringan ikat bertambah, volume otot
secara keseluruhan menyusut, fungsinya menurut dan
kekuatannya berkurang
h) Jantung dan pembuluh darah yaitu berbagai pembuluh
darah penting mengalami kekakuan. Lapisan intim
15
menjadi kasar akibat merokok, hipertensi, diabetes
melitus, kolesterol tinggi dan lain-lain yang
memudahkan timbulnya pengumpalan darah dan
trombosis.
i) Tulang pada proses menua kadar kapur (kalsium)
menurun akibat tulang menjadi keropos dan mudah
patah.
j) Seks yaitu produksi hormone testoteren pada pria dan
hormone progesterone dan estrogen wanita menurun
dengan bertambahnya umur.
2) Perubahan atau kemunduran kemampuan kognitif
a) Mudah lupa karena ingatan tidak berfungsi dengan baik
b) Ingatan kepada hal-hal dimasa mudah lebih baik dari
pada yang terjadi pada masa tuanya yang pertema
dilupakan adalah nama-nama
c) Orientasi umum dan presepsi terhadap waktu dan ruang
atau tempat juga mundur, erat hubungannya dengan
daya ingat yang sudah mundur dan juga karena
pandangan yang sudah menyempit
d) Meskipun telah mempunyai banyak pengalaman skor
yang dicapai dalam test-test intelegensi menjadi lebih
rendah sehinggah lansia tidak mudah untuk menerima
hal yang baru.
16
3) Perubahan-perubahan psikososial
a) Pensiunan, nilai seseorang sering diukur oleh
produktifitasnya selain itu pensiunan dikaitkan dengan
peranan pekerjaan.
b) Merasakan atau sadar akan kematian
c) Perubahan dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah
perawatan bergerak lebih sempit
d) Ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan
e) Peyakit kronis dan ketidakmampuan
f) Kesepaian akibat pengasihan dari lingkungan social
g) Gangguan saraf panca indera
h) Gangguan gizi akibat kehilangan jabatan
i) Rangkaian dari kehilangan yaitu kehilangan hubungan
dengan teman dan family
j) Hilangnya kemampuan dan ketegapan fisik
e. Penyakit-penyakit yang sering dijumpai pada lansia di
Indonesia antara lain:
1) Rhemautik
2) Osteoporosis
3) Hipertensi
4) Angina
5) Stroke
6) Trigliserida tinggi
17
7) Anemia
8) Gasteritis
9) Konstipasi
10)Infeksi saluran kemih
11)Gagal ginjal akut
12)Diabetes militus
13)Obesitas
14)TB paru
15)Carsinoma
2. Konsep Hipertensi
a. Pengertian hipertensi
Hipertensi adalah keadaan tekanan darah sistolik lebih dari
140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg
(Yogiantoro, 2007). Secara teori hipertensi diartikan sebagai
suatu tingkatan tekanan tertentu yaitu diatas tingkat tekanan
tersebut dengan memberikan pengobatan akan menghasilkan
lebih banyak manfaat dibandingkan tidak memberikan
pengobatan. Menurut The sevent report of the joint National
Committee on detection, education, and treatment of hight
blood pressure (JNC 7) hipertensi didefenisikan sebagai suatu
keadaan dimana tekanan darah sistolik lebih atau sama
dengan 140 mmHg dan tekanan dara diastolic lebih dari atau
sama dengan 90 mmHg.
18
Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis
dimana terjadi peningkatan tekanan darah secara kronis
(dalam jangkah waktu lama). Penderita yang mempunyai
sekuran-kurangnya tiga bacaan tekanan darah yang melebihi
140/90 mmHg saat istirahat diperkirakan mempunyai keadaan
darah tinggi. Tekanan darah yang selalu tinggi adalah salah
satu faktor resiko untuk stroke, serangan jantung, gagal
jantung dan aneurisme arterial, dan merupakan penyebab
utama gagal jantung kronis.(http://www.today.co.id.defenisi
Hipertensi diakses tanggal 05 Juli 2014).
b. Etiologi dan Klasifikasi
1) Hipertensi Primer (Essensial)
Menurut Yogiantoro (2007) hipertensi essensial adalah
hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya. Beberapa
penulis lebih senang menggunakan istilah hipertensi primer
untuk membedakan dengan hipertensi sekunder yang
memang diketahui penyebabnya. Menurut JNC 7,
klasifikasi hipertensi pada orang dewasa terbagi menjadi
kelompok normal, prahipertensi, hipertensi derajat 1 dan
hipertensi derajat 2. Hipertensi primer sendiri merupakan
95% dari seluruh kasus hipertensi.
Kaplan menggambarkan beberapa faktor yang berperan
dalam pengendalian tekanan darah yang mempengaruhi
19
rumus dasar Tekanan Darah = Curah jantung x Tahanan
periper. Faktor-faktor resiko yang mendorong timbulnya
kenaikan tekanan darah antara lain:
a) Faktor resiko seperti diet, asupan garam yang berlebihan,
stress, ras, obesitas, merokok, genetik.
b) Sistim saraf simpatis: Tonus simpatis, variasi diumal
c) Keseimbangan antara mudular vasodilatasi dan
vasokontriksi: endotel pembulu darah berperan utama,
tetapi remodeling dan endotel, otot polos, dan
interstinum juga memberikan konstribusi akhir
d) Pengaruh sistim otokrin setempat yang berperan pada
sistim rennin, angiotensin dan aldosteron.
2) Hipertensi sekunder
Menurut Yugiantoro (2007) hipertensi sekunder adalah
merupakan persisten akibat kelainan dasar kedua, selain
hipertensi primer atau hipertensi esensial. Hipertensi ini
diketahui penyebabnya dan ada sekitar 5% dari semua
kasus hipertensi. Hipertensi sekunder memiliki
pathogenesis yang spesifik. Dapat terjadi pada individu
dengan usia sangat muda tanpa disertai riwayat hipertensi
dalam keluarga
Perhimpunan Nefrologi Indonesia (Pernefi) memilih
klasifikasi sesuai WHO karena sederhana dan memenuhi
20
kebutuhan, tidak bertentangan dengan strategi terapi, tidak
meragukan karena memiliki sebaran luas dan tidak rumit,
serta dapat pula unsur sistolik yang juga penting dalam
penentuan.
Tabel 2. 1Klasifikasi hipertensi menurut WHO tahun 2007
KategoriTekanan Sistolik(mmHg)
Tekanan Diastolik(mmHg)
Tensi optimal < 120 < 80Tensi normal < 130 < 85Tensi normal tinggi 130 - 139 85 - 89Tingkat 1 : hipertensi ringan 140 - 159 90 - 99Sub group : perbatasan 140 - 149 90 - 94Tingkat 2 : hipertensi sedang 160 - 179 100 – 109Tingkat 3 : hipertensi berat 180 - 209 110 – 119Hipertensi sistolik isolasi ≥ 140 < 90Sub grou : perbatasan 140 - 149 < 90Tingkat 4 : hipertensi maligna ≥ 210 ≥ 120
Sumber :http: digilib.unimus.ac.id (Junaidi 2010).
c. Patofisiologi Hipertensi pada Lanjut Usia
Mekanisme dasar peningkatan tekanan sistolik sejalan
dengan peningkatan usia terjadinya penurunan elastisitas dan
kemampuan merenggang pada arteri besar. Tekanan aorta
meningkat sangat tinggi dengan penambahan volume
intravaskuler yang sedikit menunjukan kekakuan pembuluh
darah pada lanjut usia. Secara hemodinamik hipertensi sistolik
ditandai penurunan kelenturan pembuluh arteri besar
resistensi perifer yang tinggi pengisian diastolik abnormal dan
21
bertambah masa ventrikel kiri. Penurunan volume darah dan
autput jantung disertai kekakuan arteri besar menyebabkan
penurunan tekanan diastolik. Lanjut usia dengan hipertensi
sistolik dan diastolik output jantung, volume intravaskuler,
aliran darah ke ginjal aktivitas plasma renin yang lebih rendah
dan resistensi perifer. Perubahan aktivitas sistim saraf
simpatik dengan bertambahnya norepinephrin menyebabkan
penurunan tingkat kepekaan sistim reseptor beta adrenergik
sehinggah berakibat penurunan fungsi relaksasi otot
pembuluh darah (Geriatri, 2008).
Lanjut usia mengalami kerusakan struktural dan fungsional
pada arteri besar yang membawa darah dari jantung
menyebabkan semakin parahnya pengerasan pembuluh
darah dan tingginya tekanan darah.
d. Tanda dan gejala
Tekanan darah tinggi jarang menimbulkan gejala nyata.
Cara yang paling tepat untuk mengetahui apakah seseorang
menderita hipertensi atau tidak adalah dengan cara mengukur
tekanan darahnya. Tanda dan gejalah yang dirasakan oleh
pasien hipertensi adalah (Iskandar, 2010):
22
1) Pusing
2) Pandangan mata kabur
3) Sakit kepala
4) Kelelahan
5) Mual dan muntah
6) Sesak napas
7) Dan gelisah
Namun demikian tanda dan gejala di atas hanya timbul pada
1% dari populasi orang dengan hipertensi. Jika seseorang
tidak merasakan gejala hipertensi bukan berarti hipertensi
tidak merusak sistem sirkulasi kita. Hipertensi tetap dapat
menyebabkan penyekit jantung, stroke, dan komplikasi lainnya
sehinggah dijuluki “silent killer”.
e. Faktor-faktor resiko
1) Faktor resiko yang tidak dapat dikontrol (Sani, 2008)
a) Jenis kelamin
Pria memiliki resiko lebih tinggi untuk menderita
hipertensi lebih awal dibandingkan wanita.karena wanita
yang belum mengalami menopause dilindungi oleh
hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan
kadar High Density Lipoprotein (HDL). Pria juga
beresiko lebih besar terhadap mordibitas dan mortalitas
kardiovaskuler. sedangkan diatas usia 50 tahun,
23
hipertensi lebih sering pada wanita. Pada
premenopause wanita mulai kehilangan sedikit demi
sedikit hormone estrogen yang selama ini melindungi
pembuluh darah dari kerusakan. Hormon estrogen
berubah kwantitasnya sesuai dengan umur secara
alami, yang umumnya mulai terjadi pada wanita umur
45-55 tahun. Dari hasil penelitian didapatkan lebih dari
setengah penderita hipertensi berjenis kelamin wanita
sekitar 56,5%. (Anggraini, 2009).
b) Umur
Semakin tinggi umur seseorang semakin tinggi pula
tekanan darahnya, hal ini disebabkan pada usia
tersebut ginjal dan hati mulai menurun, seseorang
dengan usia 60 tahun, 50-60% diantaranya mempunyai
tekanan darah tinggi atau sama dengan 140/90 mmHg.
Ini merupakan degenerasi yang terjadi sejalan dengn
bertambahnya usia.
c) Keturunan (Genetik)
Seseorang yang memiliki orang tua penderita hipertensi
mempunyai resiko dua kali lipat untuk menderita
hipertensi dibandingkan orang yang tidak memiliki
keluarga dengan riwayat hiperensi. Perubahan genetik
dapat menyebabkan perubahan pada membrane sel
24
otot polos pembuluh darah sehinggah terjadi kontriksi
fungsional dan hipertropi struktural sehinggah
mengakibatkan terjadinya peningkatan tekanan darah.
d) Ras/Etnik
Ras merupakan salah satu faktor resiko hipertensi.
Hipertensi lebih sering terjadi pada orang dengan kulit
hitam dibandingkan pada orang yang kulit putih. Belum
diketahui penyebabnya secara pasti, tetapi kadar rennin
ditemukan lebih rendah pada orang kulit hitam dan
sensitifitas terhadap vasopressin lebih besar.
2) Faktor resiko yang dapat dikontrol
a) Penyakit kardiovaskuler
Hipertensi merupakan gangguan regulasi tekanan darah
yang disebabkan oleh meningkatnya curah jantung dan
tekanan perifer.
b) Penyakit Ginjal
Gangguan ginjal paling banyak menyebabkan hipertensi
adalah penyempitan arteri Ginjal, yang merupakan
pembuluh darah utama menyuplai darah ke kedua
organ ginjal. Bila pasokan darah menurun, ginjal akan
memproduksi berbagai zat yang akan meningkatkan
tekanan darah seperti rennin angiotensin. Caranya
dengan merubah angiotensinogen menjadi angiotensin
25
1 yang kemudian di paru-paru dibantu dengan ACE
(Angiotensin Converting Enzim), dirubah menjadi
Angiotensin II yangbias menaikkan tekanan darah.
c) Obesitas
Terdapat penelitian yang menunjukan bahwa obesitas
memegang peranan penting dalam patofisiologi
hipertensi. Hipertensi terkait dengan obesitas disertai
gangguan tekanan natriuresis. Hal ini disebabkan
adanya peningkatan reasorbsi natrium akibat kecepatan
filtrasi glomerulardan aliran plasma ginjal yag
meningkat. Pada obesitas yang berkepanjangan
terdapat kerusakan glomerular dan gangguan tekanan
natriuresis ginjal akibat peningkatan tekanan arteri,
hiperfiltrasi glomerural dan aktivasi neurohumoral.
Kesemua itu akan mengakibatkan pengurangan fungsi
ginjal dan hipertensi yang lebih berat.
d) Kurangnya olahraga
Olahraga lebih banyak dihubungkan dengan
pengelolaan hipertensi karena olahraga isotonik dan
teratur dapat menurunkan tahanan perifer yang akan
dihubungkan dengan obesitas dalam hipertensi karena
kurang olahraga dapat menimbulkan obesitas.
26
e) Merokok
Merokok merupakan salah satu faktor resiko kuat untuk
terjadinya kematian akibat penyakit kardiovaskuler.
Penelitian menunjukan bahwa penghentian merokok
dapat mencegah penyakit kardiovaskuler seperti stroke
dan infark miokard. Telah terbukti bahwa dengan
mengisap sebatang rokok dapat terjadi peningkatan
denyut jantung dan tekanan darah selama 15 menit. Hal
ini disebabkan karena peningkatan katekolamin dalam
plasma yang biasa menstimulasi sistim saraf simpatik.
f) Intake garam yang berlebihan
Ion Na yang ada dalam garam memiliki efek
meningkatkan kontraksi otot jantung selain ion ca.
Akibtnya intake garam yang berlebihan akan
meningkatkan tekanan darah. Selain itu intake garam
yang berlebihan akan menyebabkan peningkatan
volume cairan yang berakibat peningkatan preloat yang
juga berakibat peningkatan tekanan darah.
g) Alkohol
Hubungan antara komsumsi alkohol yang tinggi dengan
hipertensi telaha dibuktikan dalam berbagai penelitian.
Peningkatan komsumsi alkohol dapat menyebabkan
resistensi terhadap terapi anti hipertensi. Asupan
27
alkohol sebaiknya kurang dari20-30 g/hr etanol pada
pria dan 10-20g/hr pada wanita.
h) Stress
Stress akan berakibat pada penurunan permukaan
filtrasi, aktivitas saraf simpatis yang berlebih serta
produksi rennin angiotensin. Hiperaktifitas sistim saraf
simpatis (akibat peningkatan aktivitas neurotransmitter
adrenalin), menyebabkan peningkatan tekanan darah,
tahikardi, dan peningkatan curah jantung. Produksi
rennin angiotensin yang berlebih mengakibatkan
kontriksi fungsionil dan hipertropi structural sehinggah
tekanan darah dapat meningkat.
f. Komplikasi hipertensi
Komplikasi yang dapat timbul akibat hipertensi menurut
Corwin (2000), adalah:
1) Stroke
Stroke dapat timbul akibat pendarahan tekanan tinggi di
otak, atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh
non-otak yang terpajan tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi
pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang
memperdarahi otak mengalami hipertopi dan menebal,
sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang diperdarahi
berkurang. Arteri-arteri otak yang mengalami
28
arterosklerosis dapat melemah sehinggah meningkatkan
kemungkinan terbentuknya anurisme.
2) Infark Miokardium
Dapat terjadi infark miokardium apabilah arteri koroner
yang arterosklerotik tidak dapat menyuplai cukup oksigen
ke miokardium atau apabilah terbentuk thrombus yang
menyumbat aliran darah melalui pembuluh tersebut.
Karena hipertensi kronik dan hipertensi ventrikel, maka
kebutuhan oksigen miokardium tidak dapat dipenuhi dan
dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan .infark.
Demikian juga, hipertropi ventrikel dapat menimbulkan
perubahan-perubahan waktu hantaran listrik melintasi
ventrikel sehinggah terjadi disritmia, hipoksia jantung, dan
peningkatan resiko pembentukan bekuan.
3) Gagal Ginjal
Dapat terjadi gagal ginjal karena kerusakan progresif akibat
tekanan tinggi pada kapiler-kapiler ginjal, glomerolus.
Dengan rusaknya glomerolus, darah akan mengalir ke unit-
unit fungsional ginjal, nefron akan terganggu dan dapat
berlanjut menjadi hipoksik dan kematian. Dengan rusaknya
membrane glomerolus, protein akan keluar melalui urin
sehingga tekanan osmotik koloid plasma berkurang,
29
menyebabkan edema yang sering dijumpai pada hipertensi
kronik.
4) Ensefalopati (Kerusakan otak)
Ensefalopati dapat terjadi, terutama pada hipertensi
maligna (hipertensi yang meningkat cepat). Tekanan yang
sangat tinggi pada kelainan ini menyebabkan peningkatan
tekanan kapiler dan mendorong kedalam ruang interstisium
diseluruh susunan saraf pusat. Neuron-neuron di sekitarnya
kolaps dan terjadi koma serta kematian.
g. Terapi hipertensi (Sani,2008).
1) Therapy farmakologi
a) Diuretik : tiazid
b) β Blocker: propanolol, bisoprolol farmalat
c) Calsium channel blocker: amlodipin, nifedipin
d) β Blocker ACE/ inhibitor ACE: captopril
e) Angiotensin II reseptor blocker: valsartan, losartan
2) Therapy Non Farmakologi
a) Penurunan berat badan
Dari beberapa studi epidemiologi menunjukan
kelebihan berat badan merupkan factor resiko pada
tekanan darah tinggi. Beberapa uji klinis menunjukan
jika penurunan berat badan dikombinasikan dengan
30
pembatasan asupan garam maka dapat menurunkan
tekanan darah
b) Pembatasan komsumsi alkohol
Penurunan komsumsi alkohol dapat menurunkan
tekanan darah pada pasien hipertensi. Peningkatan
komsumsi alkohol dapat menyebabkan resistensi
therapy hipertensi
c) Pembatasan asupan garam
Penurunan asupan garam 5 mg/1 hari dapat mencegah
hipertensi dan mengendalikan tekanan darah pada
pasien yang sedang mengalami pengobatan.
Pengurangan asupan garam baik tunggal atau
dikombinasikan dengan penurunan berat badan dapat
menurunkan angka kejadian hipertensi sampai dengan
20%.
d) Diet Vegetarian
Orang yang biasa vegetarian biasanya memiliki
tekanan darah lebih rendah. Dalam metode diet DASH
(Dietary Approach to Stop Hipertension), menyarankan
peningkatan komsumsi buah, sayur dan sisa rendah
lemak. Komsumsi kacang-kacangan, produk unggas
dan telur masih bias dikomsumsi tapi harus mengurangi
daging merah dan makanan yang manis-manis.
31
Prinsipnya diet DASH kaya akan kalium, magnesium,
kalsium dan serat.
e) Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik seperti jalan, jalan cepat dan berenang
dapat menurunkan tekanan darah. Hal itu bias
dilakukan ±30-60 menit tiap harinya.
f) Stop Merokok
Menghentikan kebiasaan merokok dapat mencegah
terjadinya penyakit kardiovaskuler seperti stroke dan
myocard infark.
Perubahan gaya hidup memegang peranan penting
untuk pasien hipertensi dan direkomendasikan sebagai
terapi awal hipertensi pada tahap I, sebelum diberikan
terapi obat. Hal itu juga dijadikan terapi tambahan pada
pasien yang menjalani pengobatan. Perubahan gaya
hidup dapat menurunkan dosis obat bahkan
menghentikan terapi obat.
3. Posyandu Lansia
a. Pengertian Posyandu Lansia
Pengertian Posyandu Lansia menurut Komnas Lansia
(2010) adalah suatu wadah pelayanan kepada lanjut usia di
masyarakat, yang proses pembentukan dan pelaksanaannya
dilakukan oleh masyarakat bersama Lembaga Swadaya
32
Masyarakat (LSM), lintas sektoral pemerintah dan non-
pemerintah, swasta, organisasi social dan lain-lain, dengan
menitiberatkan pelayanan kesehatan pada upaya promotif dan
preventif. Posyandu lansia merupakan salah satu bentuk
Upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM), yang
dibentuk dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk
masyarakat (Depkes RI, 2003). Selain pelayanan kesehatan, di
posyandu lansia juga dapat diberikan pelayanan social, agama,
pendidikan,ketrampilan, olahraga dan seni budaya serte
pelayanan lain yang dibutuhkan para lanjut usia dalam rangka
meningkatkan kwalitaas hidup melalui peningkatan kesehatan
dan kesejahteraan mereka. Selain itu mereka dapat
beraktivitas dan mengembangkan potensi diri.
b. Sasaran
1) Sasaran langsung
a) Kelompok pra lansia lanjut (45-59 tahun).
b) Kelompok usia lanjut (60 tahun keatas).
c) Kelompok usia lanjut dengan resiko tinggi (70 tahun
keatas)
2) Sasaran tidak langsung
a) Keluarga dimana usia lanjut berada.
b) Organisasi social yang bergerak dalam pembinaan
Lansia
33
c) Masyarakat sekitar (Depkes RI, 2003).
c. Tujuan
1) Tujuan Umum
a) Meningkatkan derajat kesehatan dan mutu pelayanan
kesehatan usia lanjut di masyarakat, untuk mencapai
masa tua yang bahagia dan berdya guna bagi keluarga
b) Mendekatkan pelayanan dan meningkatkan peran serta
masyarakat dan swasta dalam pelayanan kesehatan
disamping meningkatkan komunikasi antara
masyarakat lansia.
2) Tujuan khusus
a) Meningkatkan kesadaran para lansia
b) Membiana kesehatan dirinya sendiri
c) Meningkatkan mutu kesehatan lansia
d) Meningakatkan pelayanan kesehatan lansia (Depkes
RI, 2003).
3) Tujuan penyelenggaraan posyandu lansia
Mengacu pada pedoman pembinaan kesehatan lansia bagi
petugas kesehatan, tujuan penyelenggaraan posyandu
lansia adalah:
a) Pelaksanaan kegiatan: anggota masyarakat yang telah
dilatih menjadi kader kesehatan dibawa bimbingan
Puskesmas
34
b) Pengelola: Pengurus yang berasal dari kader PKK, toko
masyarakat, formal maupun non formal.
c) Meningkatakan kemampuan masyarakat untuk
mengembangkan kegiatan kesehatan.
d) Pengadaan posyandu ini diselenggarakan untuk
kepentingan masyarakat, maka diharapkan masyarakat
sendiri aktif membantu, menyelenggarakan dan
memanfaatkan posyandu tersebut sebaik-baiknya
e) Agar masyarakat mau membentuk, menyelenggarakan
dan memanfaatkan maka mereka perlu menyadari
pentingnya posyandu.
d. Pelaksanaan Posyandu Lansia
1) Ketua Posyandu
Bertanggung jawab terhadap semua kegiatan yang
dilakukan posyandu dan bertanggung jawab terhadap kerja
sama dengan semua pihak untuk meningkatkan mutu
pelayanan posyandu
2) Sekretaris
Mencatat semua aktifitas perencanaan, pelaksanaan dan
pemantauan serta pengendalian posyandu
3) Bendahara
Pencatatan pemasukan dan pengeluaran serta pelaporan
keuangan posyandu
35
4) Kader sekitar 5 orang
a) Meja 1 tempat pendaftaran
b) Meja 2 tempat penimbangan dan pencatatan berat
badan, pengukuran dan pencatatan tinggi badan serta
penghitungan index massa tubuh (IMT).
c) Meja 3 tempat melakukan kegiatan pemeriksaan dan
pegobatan sederhana (tekanan darah, gula darah, Hb
dan pemberian vitamin, dan lain-lain).
d) Meja 4 tempat melakukan kegiatan konseling
(kesehatan, gizi dan kesejahteraan).
e) Meja 5 tempat memberikan informasi dan melakukan
kegiatan social (pemberian makan tambahan, bantuan
modal, pendampingan, dan lain-lain sesuia kebutuhan.
e. Kegiatan Posyandu Lansia
Jenis kegiatan posyandu lansia menurut Depkes (2003),
sebagai berikut:
1) Pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari (activity of
dailyliving), meliputi kegiatan dasar dalam kehidupan,
seperti makan/minum, berjalan, mandi, berpakaian, naik
turun tempat tidur, buang air besar/kecil dan sebagainya
2) Pemeriksaan status mental, pemeriksaan ini berhubungan
dengan mental emosional dengan menggunakan pedoman
metode 2 menit
36
3) Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan
dan pengukuran tinggi badan
4) Pengukuran tekanan darah denga menggunakan tensi
meter, stetoskop serta perhitungan denyut nadi selama 1
menit
5) Pemeriksaan kadar Hemoglobin darah, kolesterol, gula
darah dan lain-lain
6) Pemeriksaan laboratorium urine
7) Pemberian pengobatan bila ada keluhan sakit
8) Pelaksanan rujukan kepuskesmas bila diperlukan
9) Penyuluhan tentang kesehatan oleh petugas kesehatan dan
kader termasuk konseling kesehatan dan gizi lansia sesuai
dengan masalah kesehatan yang dihadapi para lansia
10) Kunjungan rumah oleh kader disertai petugas bagi anggota
posyandu lansia yang tidak dapat dating dalam rangka
kegiatan perawatan kesehatan masyarakat (Public Health
Nursing/PHN)
11) Kegiatan lain yang dapat dilakukan sesuai kebutuhan dan
kondisi setempat seperti pemberian makanan tambahan
(PMT), penyuluhan tentang menu makanan yang sehat
bergizi untuk usia lanjut, kegiatan olahraga seperti senam
lansia, gerak jalan santai yang bertujuan untuk meingkatkan
kebugaran.
37
12) Dalam posyandu lansia juga dapat dilakukan kegiatan non
kesehatan seperti kegiatan kerohanian, arisan, ekonomi
produktif, forum diskusi, penyaluran hobi dan lain-lain.
4. Konsep Pengetahuan
a. Pengertian pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil “tahu” dan ini terjadi setelah
orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.
Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia yaitu indra
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata
dan telinga( Notoatmodjo, 2003).
b. Tingkat Pengetahuan
Ada 6 (Enam) tingkat pengetahuan yang dicakup dalam
domain kognitif,(Notoatmodjo,2003) yaitu:
1) Tahu (know), diartikan sebagai mengingat suatu materi
yang telah dipelajari sebelumnya, mengingat kembali
termasuk (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh
bahan atau rangsangan yang telah diterimah.
2) Memahami (Conprehension) diartikan sebagai suatu
kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang
diketahui, dan dapat menginterprestasikan materi tersebut
secara luas.
38
3) Aplikasi (Aplication), diartikan sebagai kemampuan untuk
menggunakan materi yang talah dipelajari pada situasi atau
kondisi nyata.
4) Analisa (Analysis), adalah suatu kemampuan untuk
menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-
komponen, tetapi masih didalam suatu struktur organisasi
tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5) Sintesis (Syntesis), menunjukkan pada suatu kemampuan
untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian
didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
6) Evaluasi (Evaluation), ini berkaitan dengan kemampuan
untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu
materi atau objek. Penilaian ini didasarkan pada suatu
criteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan criteria-
kriteria yang telah ada.
Menurut Rogers (1974), yang dikutip oleh Notoatmodjo
(2007), mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi
perilaku baru terjadi proses yang berurutan yaitu:
a) Kesadaran (Awarenes), yakni orang tersebut menyadari
dalam arti mengetahui lebih dahulu terhadap stimulus
(objek).
b) Merasa tertarik (Interest), terhadap stimulus atau objek
tersebut.
39
c) Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan
tidaknya stimulus tersebut terhadap dirinya.
d) Trial yaitu objek sudah mulai mencoba melakukan
sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh
stimulus.
e) Adaption yakni subjek telah berprilaku baru sesuai
dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap
stimulus.
c. Cara memperoleh pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2003), Pengetahuan sepanjang
sejarah dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok untuk
memperoleh kebenaran yaitu:
1) Cara kuno
a) Cara coba salah (trial and error)
Cara ini sudah dipakai orang sebelum kebudayaan,
bahkan mungkin sebelum peradaban. Cara coba salah
ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam
memecahkan masalah dan apabila kemungkinan itu
tidak berhasil maka dicoba kemungkinan yang lain
sampai masalah tersebut dapat dipecahkan.
b) Cara kekuasaan atau otoritas
Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa pimpinan
baik formal maupun informal, ahli agama, pemegang
40
pemerintah dan berbagai prinsip orang lain yang
menerima yang dikemukakan orang lain yang
mempunyai otoritas, tanpa menguji terlebih dahulu atau
membuktikan kebenarannya baik berdasarkan fakta
empiris maupun penalaran sendiri.
c) Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai
upaya memperoleh pengetahuan dengan cara
mengulang kembali pengalaman yang perna diperoleh
dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi masa
lalu.
2) Cara modern
Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih popular
disebut metodologi penelitian. Cara ini mula-mula
dikembangkan oleh Prancis Bacon, kemudian
dikembangkan oleh Deobold Van Daven akhirnya lahir
suatu cara untuk melakukan penelitian yang dewasa ini kita
kenal dengan penelitian ilmiah.
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
1) Faktor Internal
a) Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang
terhadap perkembangan orang lain menuju kearah cita-
41
cita tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat
dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan
dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk
mendapat informasi misalnya hal-hal yang menunjang
kesehatan sehinggah dapat meningkatkan kualitas
hidup. Menurut YB Mantra yang dikutip Notoadmodjo
(2003), pendidikan dapat mempengaruhi seseorang
termasuk perilaku seseorang akan pola hidup terutama
dalam memotivasi untuk sikap berperan serta dalam
pembangunan (Nursalam,2003) pada umumnya makin
tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima
informasi.
b) Pekerjaan
Menurut Thomas yang dikutip oleh Nursalam (2003),
pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan
terutama untuk menunjang kehidupannya dan
kehidupan keluarga. Pekerjaan bukanlah sumber
kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara
mencari nafkah yang membosankan, berulang dan
banyak tantangan. Sedangkan bekerja umumnya
merupakan kegiatan yang menyita waktu.
42
c) Umur
Menurut Elisabet yang dikutip Nursalam (2003), usia
adalah umur individu yang terhitung mulai saat
dilahirkan sampai berulang tahun. Sedangkan menurut
Huclok (1998) semakin cukup umur, tingkat kematangan
dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam
berfikir dan bekerja.
2) Faktor Eksternal
a) Faktor Lingkungan
Menurut Ann. Mariner yang dikutif dari Nursalam
lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada
disekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat
mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau
kelompok
b) Sosial Budaya
Sistem social budaya yang ada pada masyarakat dapat
mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi
e. Pengetahuan Lansia tentang hipertensi
Pengetahuan adalah kemampuan individu mengingat dan
menerima suatu materi pembelajaran, salah satu faktor yang
mempengaruhi pengetahuan adalah pendidikan, semakin tinggi
tingkat pendidikan seseorang semakin mudah menerima
informasi. Menurut Nurhayati (2013), meneliti tentang
43
Hubungan antara Tingkat Pengetahuan Lansia tentang
Hipertensi dengan Kepatuhan Pengobatan Hipertensi.
Pengetahuan Lansia tentang hipertensi adalah: penyebab,
tanda dan gejala, pencegahan dan komplikasi. Dalam
penelitian ini tingkat Pendidikan responden tidak
mempengaruhi tingkat pengetahuan Lansia dikarenakan
mereka sering mendapatkan informasih dari penyuluhan-
penyuluhan yang dilaksanakan di Puskesmas setiap bulan
dan adanya leflet dan media informasi yang mudah mereka
dapatkan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 71 responden
yang mempunyai pengetahuan tinggi sebesar 91,5% (65)
responden dan yang mempunyai pengetahuan rendah sebesar
8,5% (6) responden. Hal ini disebabkan karena tingkat
pengetahuan tidak dipengaruhi dengan tingkat pendidikan.
Responden memiliki pengetahuan tinggi tentang penyakit
hipertensi dikarenakan mereka sering mendapatkan informasi
melalui penyuluhan-penyuluhan di Puskesmas sehinggah
dapat menambah wawasa responden.
44
5. Konsep Sikap
a. Pengertian sikap
Sikap adalah merupakan reaksi atau respons seseorang yang
masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek.
(Soekidjo,1997). Sikap adalah evaluasi umum yang dibuat
manusia terhadap dirinya sendiri, orang lain, objek atau isu.
(Petty,1986 dalam Aswar,2000:6).
b. Komponen Sikap
Struktur sikap terdiri atas tiga komponen yang saling
menunjang yaitu Aswar (2000:23):
1) Komponen kognitif
Merupakan repsesentasi apa yang dipercayai oleh individu
pemilik sikap. Komponen kognitif berisi kepercayaan
stereotype yang dimiliki individu mengenai sesuatu dapat
disamakan penanganan (opini) terutama apabilah
menyangkut masalah isu atau problem yang controversial.
Misalnya sikap seseorang terhadap hipertensi berarti
bagaimana pendapat atau keyakinan orang terebut
terhadap penyakit hipertensi
2) Komponen Afektif
Merupakan perasaan yang menyangkut sapek emosional.
Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling
dalam sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang
45
paling bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin
adalah mengubah sikap seseorang, komponen afektif
disamakan dengan perasaan yang dimiliki seseorang
terhadap sesuatu. Misalnya bagaimana orang menilai
terhadap penyakit hipertensi, apakah penyakit tersebut
biasa saja atau penyakit membahayakan.
3) Komponen konatif
Merupakan asfek kecendrungan berperilaku tertentu sesuai
dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang. Dan berisi
tendensi atau kecendrungan untuk bertindak/berekaksi
terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu. Dan berkaitan
dengan objek yang dihadapinya adalah logis untuk
mengharapkan bahwa sikap seseorang adalah dicerminkan
dalam bentuk tendensi perilaku.
Sikap ada yang bersifat positif ada pulah yag bersifat
negatif. Wawan (2010), yaitu:
a) Sikap positif kecendrungan adalah mendekati,
menyenangi, mengharapkan objek tertentu
b) Sikap negatif terhadap kecendrungan untuk
mengetahui, menghindari, membenci, tidak menyukai
objek tertentu
46
c. Tingkatan Sikap
Sikap terdiri dari beberapa tingkatan (Notoatmodjo,1996), yaitu:
1) Menerima ( reveiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan
memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).
2) Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi
dari sikap. Oleh karena dengan suatu usaha untuk
menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang
diberikan, lepas pekerjaan itu benar atau salah, berarti
orang menerimah ide tersebut.
3) Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk megerjakan atau mendiskusikan
dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu
indikasi sikap tingkat tiga.
4) Bertanggung Jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segalah sesuatu yang telah
dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang
paling tinggi.
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi Pembentukan sikap
Menurut Aswar (2005, dalam Wawan , 2010), sikap manusia
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut:
47
1) Pengalaman pribadi
Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap,
pengalaman pribadi haruslah mennggalkan kesan yang
kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk
apabilah pengalaman ppribadi tersebut terjadi dalam situasi
yang melibatkan faktor emosional.
2) Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap
yang konformis atau searah dengan sikap orang yang
dianggap penting. Kecendrungan ini antara lain dimotivasi
oleh keinginan untuk menghindari konflik dengan orang
yang dianggap penting tersebut
3) Pengaruh Kebudayaan
Kebudayaan dimana individu hidup dan dibesarkan
mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap.
Apabilah hidup dalam masyarakat yang mempunyai norma
sangat mungkin individu tersebut akan mempunyai sikap
yang mendukung. Apabilah kita hidup dalam budaya social
yang sangat mengutamakan kelompok, maka sangat
mungkin kita akan mempunyai sikap negative tarhadap
kehidupan individualism yang mengutamakan kepentingan
perorangan.
48
4) Media Massa
Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media
komunikasi lainnya, berita yang seharusnya factual
disampaikan secara obyekstif cenderung dipengaruhi oleh
sikap penulisnya, akibatnya berpengaruh terhadap sikap
konsumennya.
5) Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama
Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu
system yang mempunyai pengaruh dalam pembentukan
sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian
dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman akan
baik dan buruk, garis pemisa antara sesuatu yang boleh
dan tidak boleh dilakukan diperoleh dari pendidikan dan dari
pusat keagamaan serta ajaran-ajarannya. Dikarenakan
konsep moral dan ajaran agama menentukan sistim
kepercayaan maka tidaklah mengherankan kalu pada
gilirannya konsep tersebut ikut berperan dalam menentukan
sikap individu terhadap sesuatu.
6) Faktor Emosional
Kadang kala, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan
yang didasari emosi yang berfungsi sebagai semacam
penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme
ego. (Aswar,2005).
49
e. Sikap Lansia tentang Hipertensi
Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang
masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Neocomb
seorang ahli psikologi social menyatakan bahwa sikap itu
merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan
bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu.
Menurut Priwanci (2009), dalam penelitiannya yang
berjudul Hubungan Pengetahuan dan sikap Lansia terhadap
hipertensi dengan pencegahan hipertensi. Dari analisa data
didapatkan 62 responden, 39 responden bersikap positif
terhadap Hipertensi dan sebanyak 22 responden yang bersikap
negative terhadap hipertensi. Dapat disimpulkan bahwa
mayoritas Lansia mempunyai sikap positif terhadap penyakit
hipertensi.
6. Upaya Pengendalian Hipertensi
a. Pengertian
Upaya adalah usaha, akal, iktiar untuk mencapai suatu
maksud memecahkan persoalan, mencari jalan keluar.
Sedangkan Pengendalian adalah usaha untuk mencapai
tujuan tertentu melalui prilaku yang diharapkan. Mulyadi,
(2007). Pengendalian hipertensi bertujuan untuk mencegah
terjadinya morbiditas dan mortalitas akibat komplikasi yang
50
berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan
darah dibawa 140/90mmHg.
b. Upaya pengendalian hipertensi
Menurut Iman (2001), Hipertensi tidak dapat disembuhkan
tetapi dapat dikendalikan. Upaya pengendalian hipertensi
meliputi:
1) Mengatur diit
2) Menjaga berat badan normal
3) Mengendalikan stress
4) Melakukan olahraga teratur
5) Pemakaian obat-obatan
c. Upaya-upaya yang dilakukan di Posyandu untuk
pengendalian hipertensi
1) Minum obat hipertensi dengan teratur
2) Olahraga sebulan satu kali (Senam)
3) Mengurangi asupan garam
4) Pengontrolan tekanan darah secarah rutin
5) Penyuluhan
6) Rujukan
Secara umum indikator keberhasilan pengendalian tekanan
darah pada penderita hipertensi dapat digambarkan sebagai
berikut:
1) Tekanan darah terkendali atau terkontrol
51
2) Tidak terjadi komplikasi pada penderita
3) Kualitas kesehatan hidup menjadi lebih baik dan tetap
produktif
B. Penelitian Terkait
1. Penelitian yang dilakukan oleh Santi ( 2012) tentang Faktor-faktor
yang berhubungan dengan kekambuhan hipertensi pada pasien
lanjut usia di Puskesmas Pembantu Kelurahan Simpang Pasir
kecamatan Palaran tahun 2012. Dari hasil yang dilakukan peneliti
menunjukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
aktivitas fisik dengan kekambuhan hipertensi pada pasien lanjut
usia di puskesmas pembantu Kelurahan Simpang Pasir
Kecamatan Palaran tahun 2012 (p=0,031), sedangkan obesitas
(p=1,000) dan merokok (p= 0,731) tidak memiliki hubungan
dengan kekambuhan hipertensi pada pasien lanjut usia di
Puskesmas tersebut.
2. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Parwati (2012) tentang
hubungan antara obesitas dengan kejadian hipertensi di poliklinik
penyakit dalam RSUD Abdul Wahab Syahranie Samarinda tahun
2012. Dari hasil yang dilakukan dengan uji analisa univariat
didapatkan dari responden berdasarkan umur diperoleh gambaran
bahwa dari 58 responden terbanyak pada umur 45-54 tahun
sebanyak 38 responden (48,3%) usia termuda adalah 28 tahun,
usia paling tua 74 tahun, rara-rata usia responden 34, 49 tahun.
52
Dari analisis distribusi responden berdasarkan jenis kelamin dari
58 responden sebagian besar adalah jenis kelamin perempuan
yaitu 36 responden (62,1%) dan yang berjenis kelamin laki-laki 22
responden (37,9%). Sedangkan variable penelitian berdasarkan
IMT dapat digambarkan responden yang termasuk obesitas
kategori I sebanyak 41 responden, dan yang termasuk obesitas
kategori 2 sebanyak 17 responden. diperoleh gambaran bahwa
sebagian responden menderita hipertensi sebanyak 33 responden
(56,9%) dan yang tidak hipertensi sebanyak 25 responden
(43,1%). Sehingga dari hasil uji statistic Chi-Square didapatkan
nilai p=0,284, yang artinya Ho diterima atau gagal ditolak berarti
tidak ada hubungan yang signifikan antara obesitas dengan
kejadian hipertensi di Poliklinik penyakit Dalam RSUD Abdul
Wahab Syahranie Samarinda.
53
C. Kerangka Teori Penelitian
Kerangka Teori adalah kerangka berfikir yang bersifat teoritis
mengenai masalah, memberikan petunjuk-petunjuk terhadap
kekurangan-kekurangan pada pengetahuan peneliti Silalahi, (2003).
Gambar 2.1 Kerangka Teori Penelitian
Lansia(Batasan umur lansia menurut Nugroho (2000) : Middle age 45-59
thn Elderly age 60-74
thn Old 75-90 thn Very old >90 thn
Hipertensi
Posyandu Lansia
Pengertian Sasaran Tujuan Kegiatan
Tingkat Pengetahuan
Tingkat pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat menurut Notoatmodjo (2003) :a. Tahu (know)b. Memahami
(comprehension)c. Aplikasi (aplication)d. Analisa (analysis)e. Sintesis (syntesis)f. Evaluasi(evaluation)
SikapSikap adalah merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Soekidjo,(1997).Tingkatan sikap:a. Menerimab. Meresponc. Menghargaid. Bertanggung jawab
1. Hipertensi menurut Kaplan (2006) adalah keadaan tekanan darah sistolik lebih dari 140mmhg dan tekanan diastolik lebih dari 90mmHg
2. Klasifikasi hipertensi menurut Yugiantoro (2007) :a. Hipertensi
primer b. Hipertensi
sekunder
Upaya Pengendalian
HipertensiMenurut Imam (2001) : Pengaturan diit Pengendalian
BB Pengendalian
stres Olahraga Pemakaian
obat-obatan Kontrol TD
secara rutin
54
D. Kerangka Konsep Penelitian
Kerangka konsep penelitian pada hakekatnya adalah suatu uraian dan
visualisasi konsep-konsep serta variabel-variabel yang akan diukur/
diteliti (Notoatmodjo, 2010).
Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian
Keterangan:
= aspek yang diteliti
= arah hubungan
E. Hipotesis Penelitian
Hipotesa adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap
permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul
(Arikunto,2010)
Berdasar bentuk rumusnya hipotesis digolongkan menjadi 2 yaitu
hipotesis kerja (hipotesis alternatif) yang nantinya menyatakan ada
Lansia
Variabel IndependenPengetahuan tentang hipertensi- Tinggi - Rendah
Variabel IndependenSikap tentang Hipertensi- Positif- Negatif
Variabel DependenUpaya Pengendalian Hipertensi- Optimal- Kurang Optimal
55
hubungan antara variable x dan y, dan hipotesa nol (hipotesa statistik)
yang menyatakan tidak ada hubungan antara variable x dan y.
Berdasarkan kerangka konsep diatas maka hipotesis/ pertanyaan
penelitian adalah sebagai berikut:
1. Hipotesis Nol (Ho)
a. Tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan lansia tentang
hipertensi dengan upaya pengendalian hipertensi di Posyandu
Lansia Puskesmas Bontang Selatan I
b. Tidak ada hubungan antara sikap lansia tentang hipertensi
dengan upaya pengendalian hipertensi di Posyandu Lansia
Puskesmas Bontang Selatan I
2. Hipotesis Alternatif (Ha)
a. Ada hubungan antara tingkat pengetahuan lansia tentang
hipertensi dengan upaya pengendalian hipertensi di Posyandu
Lansia Puskesmas Bontang Selatan I
b. Ada hubungan antara sikap lansia tentang hipertensi dengan
upaya pengendalian hipertensi di Posyandu Lansia Puskesmas
Bontang Selatan I