bab ii

64
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Konsep Lansia (Lanjut Usia) a. Pengertian Lansia Pengertian Lansia menurut Undang-Undang nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lansia pasal 1, Lansia adalah seorang yang telah mencapai usia 60 tahun keatas yang dibagi dalam kategori lansia potensial yaitu lanjut usia yang mampu melakukan pekerjaan dan atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang dan atau jasa serta kategori lansia tidak potensial yaitu lanjut usia yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain. Menurut Suhartini (2010), lansia adalah tahap akhir dari proses penuaan. Pada tahap ini biasanya individu tersebut mengalami kemunduran fungsi fisiologis organ tubuhnya. 11

Upload: azizah-icha-rahmi

Post on 22-Dec-2015

2 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

tinjauan teori

TRANSCRIPT

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka

1. Konsep Lansia (Lanjut Usia)

a. Pengertian Lansia

Pengertian Lansia menurut Undang-Undang nomor 13

tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lansia pasal 1, Lansia

adalah seorang yang telah mencapai usia 60 tahun keatas

yang dibagi dalam kategori lansia potensial yaitu lanjut usia

yang mampu melakukan pekerjaan dan atau kegiatan yang

dapat menghasilkan barang dan atau jasa serta kategori lansia

tidak potensial yaitu lanjut usia yang tidak berdaya mencari

nafkah sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang

lain.

Menurut Suhartini (2010), lansia adalah tahap akhir dari

proses penuaan. Pada tahap ini biasanya individu tersebut

mengalami kemunduran fungsi fisiologis organ tubuhnya.

b. Batasan – Batasan Lanjut Usia.

Batasan lanjut usia Menurut Organisasi Kesehatan Dunia

(WHO) (Nugroho, 2000).

1) Usia pertengahan (middle age) antara kelompok usia 45

sampai 59 tahun.

2) Usia lanjut (elderly) antara 60 sampai 74 tahun

3) Usia lanjut (Old) antara 75 sampai 90 tahun

11

12

4) Usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun

c. Karakteristik Lansia

Nugroho (2000) menjabarkan beberapa karakteristik lansia

yang perlu diketahui seperti:

1) Jenis kelamin: Lansia lebih banyak pada wanita. Terdapat

perbedaan kebutuhan dan masalah kesehatan yang

berbeda misalnya lansia laki-laki sibuk dengan hipertropi

prostat, maka perempuan mungkin menghadapi

osteoporosis.

2) Status perkawinan: status masih pasangan lengkap atau

sudah hidup janda atau duda akan mempengaruhi keadaan

kesehatan lansia baik fisik maupun psikologis.

3) Living arrangement: misalnya keadaan pasangan, tinggal

sendiri atau bersama istri, anak atau keluarga lainnya.

a) Tanggungan keluarga: masih menanggung anak atau

anggota keluarga

b) Tempat tinggal: rumah sendiri, tinggal bersama anak.

Dengan ini kebanyakan lansia masih hidup bagian

keluarganya, baik lansia sebagai kepala keluarga atau

bagian dari keluarga anaknya. Namun akan cenderung

bahwa lansia akan ditinggalkan oleh keturunannya

dalam rumah yang berbeda.

13

4) Kondisi kesehatan

a) Kondisi umum: Kemampuan umum untuk tidak

tergantung kepada orang lain dalam kegiatan sehari-

hari seperti mandi, buang air besar dan kecil

b) Frekuensi sakit: Frekuensi sakit yang tinggi

menyebabkan menjadi tidak produktif lagi bahkan mulai

tergantung kepada orang lain.

5) Keadaan ekonomi

a) Sumber pendapatan resmi: Pensiunan ditambah

sumber pendapatan lain kalau masih bisa aktif.

b) Sumber pendapatan keluarga: ada bahkan tidak ada

bantuan keuangan dari anak atau keluarga dan bahkan

masih ada anggota keluarga yang tergantung padanya.

c) Kemampuan pendapatan: Lansia memerlukan biaya

yang lebih tinggi, sementara pendapatan semakin

menurun. Status ekonomi sangat terancam, sehingga

cukup beralasan untuk melakukan berbagai perubahan

besar dalam kehidupan, menentukan kondisi hidup yang

dengan perubahan status ekonomi dan kondisi fisik.

14

d. Perubahan-perubahan Pada Lansia

Menurut Nugroho (2000), perubahan-perubahan yang

terjadi pada lansia meliputi:

1) Perubahan atau kemunduran biologis

a) Kulit yaitu kulit menjadi tipis, kering, keriput dan tidak

elastis lagi. Fungsi kulit sebagai penyekat suhu tubuh

lingkungan dan perisai terhadap masuknya kuman

terganggu

b) Rambut yaitu rontok berwarna putih kering, tidak

mengkilat yang berkaitan dengan perubahan

degenerative kulit

c) Gigi mulai habis

d) Penglihatan dan pendengaran berkurang

e) Mudah lelah, gerakan menjadi gambaran lamban dan

kurang lincah

f) Kerampingan tubuh menghilang disana- sini terjadi

timbunan lemak terutama dibagian perut dan pangul

g) Otot yaitu jumlah sel otot berkurang mengalami atropi

sementara jumlah jaringan ikat bertambah, volume otot

secara keseluruhan menyusut, fungsinya menurut dan

kekuatannya berkurang

h) Jantung dan pembuluh darah yaitu berbagai pembuluh

darah penting mengalami kekakuan. Lapisan intim

15

menjadi kasar akibat merokok, hipertensi, diabetes

melitus, kolesterol tinggi dan lain-lain yang

memudahkan timbulnya pengumpalan darah dan

trombosis.

i) Tulang pada proses menua kadar kapur (kalsium)

menurun akibat tulang menjadi keropos dan mudah

patah.

j) Seks yaitu produksi hormone testoteren pada pria dan

hormone progesterone dan estrogen wanita menurun

dengan bertambahnya umur.

2) Perubahan atau kemunduran kemampuan kognitif

a) Mudah lupa karena ingatan tidak berfungsi dengan baik

b) Ingatan kepada hal-hal dimasa mudah lebih baik dari

pada yang terjadi pada masa tuanya yang pertema

dilupakan adalah nama-nama

c) Orientasi umum dan presepsi terhadap waktu dan ruang

atau tempat juga mundur, erat hubungannya dengan

daya ingat yang sudah mundur dan juga karena

pandangan yang sudah menyempit

d) Meskipun telah mempunyai banyak pengalaman skor

yang dicapai dalam test-test intelegensi menjadi lebih

rendah sehinggah lansia tidak mudah untuk menerima

hal yang baru.

16

3) Perubahan-perubahan psikososial

a) Pensiunan, nilai seseorang sering diukur oleh

produktifitasnya selain itu pensiunan dikaitkan dengan

peranan pekerjaan.

b) Merasakan atau sadar akan kematian

c) Perubahan dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah

perawatan bergerak lebih sempit

d) Ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan

e) Peyakit kronis dan ketidakmampuan

f) Kesepaian akibat pengasihan dari lingkungan social

g) Gangguan saraf panca indera

h) Gangguan gizi akibat kehilangan jabatan

i) Rangkaian dari kehilangan yaitu kehilangan hubungan

dengan teman dan family

j) Hilangnya kemampuan dan ketegapan fisik

e. Penyakit-penyakit yang sering dijumpai pada lansia di

Indonesia antara lain:

1) Rhemautik

2) Osteoporosis

3) Hipertensi

4) Angina

5) Stroke

6) Trigliserida tinggi

17

7) Anemia

8) Gasteritis

9) Konstipasi

10)Infeksi saluran kemih

11)Gagal ginjal akut

12)Diabetes militus

13)Obesitas

14)TB paru

15)Carsinoma

2. Konsep Hipertensi

a. Pengertian hipertensi

Hipertensi adalah keadaan tekanan darah sistolik lebih dari

140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg

(Yogiantoro, 2007). Secara teori hipertensi diartikan sebagai

suatu tingkatan tekanan tertentu yaitu diatas tingkat tekanan

tersebut dengan memberikan pengobatan akan menghasilkan

lebih banyak manfaat dibandingkan tidak memberikan

pengobatan. Menurut The sevent report of the joint National

Committee on detection, education, and treatment of hight

blood pressure (JNC 7) hipertensi didefenisikan sebagai suatu

keadaan dimana tekanan darah sistolik lebih atau sama

dengan 140 mmHg dan tekanan dara diastolic lebih dari atau

sama dengan 90 mmHg.

18

Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis

dimana terjadi peningkatan tekanan darah secara kronis

(dalam jangkah waktu lama). Penderita yang mempunyai

sekuran-kurangnya tiga bacaan tekanan darah yang melebihi

140/90 mmHg saat istirahat diperkirakan mempunyai keadaan

darah tinggi. Tekanan darah yang selalu tinggi adalah salah

satu faktor resiko untuk stroke, serangan jantung, gagal

jantung dan aneurisme arterial, dan merupakan penyebab

utama gagal jantung kronis.(http://www.today.co.id.defenisi

Hipertensi diakses tanggal 05 Juli 2014).

b. Etiologi dan Klasifikasi

1) Hipertensi Primer (Essensial)

Menurut Yogiantoro (2007) hipertensi essensial adalah

hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya. Beberapa

penulis lebih senang menggunakan istilah hipertensi primer

untuk membedakan dengan hipertensi sekunder yang

memang diketahui penyebabnya. Menurut JNC 7,

klasifikasi hipertensi pada orang dewasa terbagi menjadi

kelompok normal, prahipertensi, hipertensi derajat 1 dan

hipertensi derajat 2. Hipertensi primer sendiri merupakan

95% dari seluruh kasus hipertensi.

Kaplan menggambarkan beberapa faktor yang berperan

dalam pengendalian tekanan darah yang mempengaruhi

19

rumus dasar Tekanan Darah = Curah jantung x Tahanan

periper. Faktor-faktor resiko yang mendorong timbulnya

kenaikan tekanan darah antara lain:

a) Faktor resiko seperti diet, asupan garam yang berlebihan,

stress, ras, obesitas, merokok, genetik.

b) Sistim saraf simpatis: Tonus simpatis, variasi diumal

c) Keseimbangan antara mudular vasodilatasi dan

vasokontriksi: endotel pembulu darah berperan utama,

tetapi remodeling dan endotel, otot polos, dan

interstinum juga memberikan konstribusi akhir

d) Pengaruh sistim otokrin setempat yang berperan pada

sistim rennin, angiotensin dan aldosteron.

2) Hipertensi sekunder

Menurut Yugiantoro (2007) hipertensi sekunder adalah

merupakan persisten akibat kelainan dasar kedua, selain

hipertensi primer atau hipertensi esensial. Hipertensi ini

diketahui penyebabnya dan ada sekitar 5% dari semua

kasus hipertensi. Hipertensi sekunder memiliki

pathogenesis yang spesifik. Dapat terjadi pada individu

dengan usia sangat muda tanpa disertai riwayat hipertensi

dalam keluarga

Perhimpunan Nefrologi Indonesia (Pernefi) memilih

klasifikasi sesuai WHO karena sederhana dan memenuhi

20

kebutuhan, tidak bertentangan dengan strategi terapi, tidak

meragukan karena memiliki sebaran luas dan tidak rumit,

serta dapat pula unsur sistolik yang juga penting dalam

penentuan.

Tabel 2. 1Klasifikasi hipertensi menurut WHO tahun 2007

KategoriTekanan Sistolik(mmHg)

Tekanan Diastolik(mmHg)

Tensi optimal < 120 < 80Tensi normal < 130 < 85Tensi normal tinggi 130 - 139 85 - 89Tingkat 1 : hipertensi ringan 140 - 159 90 - 99Sub group : perbatasan 140 - 149 90 - 94Tingkat 2 : hipertensi sedang 160 - 179 100 – 109Tingkat 3 : hipertensi berat 180 - 209 110 – 119Hipertensi sistolik isolasi ≥ 140 < 90Sub grou : perbatasan 140 - 149 < 90Tingkat 4 : hipertensi maligna ≥ 210 ≥ 120

Sumber :http: digilib.unimus.ac.id (Junaidi 2010).

c. Patofisiologi Hipertensi pada Lanjut Usia

Mekanisme dasar peningkatan tekanan sistolik sejalan

dengan peningkatan usia terjadinya penurunan elastisitas dan

kemampuan merenggang pada arteri besar. Tekanan aorta

meningkat sangat tinggi dengan penambahan volume

intravaskuler yang sedikit menunjukan kekakuan pembuluh

darah pada lanjut usia. Secara hemodinamik hipertensi sistolik

ditandai penurunan kelenturan pembuluh arteri besar

resistensi perifer yang tinggi pengisian diastolik abnormal dan

21

bertambah masa ventrikel kiri. Penurunan volume darah dan

autput jantung disertai kekakuan arteri besar menyebabkan

penurunan tekanan diastolik. Lanjut usia dengan hipertensi

sistolik dan diastolik output jantung, volume intravaskuler,

aliran darah ke ginjal aktivitas plasma renin yang lebih rendah

dan resistensi perifer. Perubahan aktivitas sistim saraf

simpatik dengan bertambahnya norepinephrin menyebabkan

penurunan tingkat kepekaan sistim reseptor beta adrenergik

sehinggah berakibat penurunan fungsi relaksasi otot

pembuluh darah (Geriatri, 2008).

Lanjut usia mengalami kerusakan struktural dan fungsional

pada arteri besar yang membawa darah dari jantung

menyebabkan semakin parahnya pengerasan pembuluh

darah dan tingginya tekanan darah.

d. Tanda dan gejala

Tekanan darah tinggi jarang menimbulkan gejala nyata.

Cara yang paling tepat untuk mengetahui apakah seseorang

menderita hipertensi atau tidak adalah dengan cara mengukur

tekanan darahnya. Tanda dan gejalah yang dirasakan oleh

pasien hipertensi adalah (Iskandar, 2010):

22

1) Pusing

2) Pandangan mata kabur

3) Sakit kepala

4) Kelelahan

5) Mual dan muntah

6) Sesak napas

7) Dan gelisah

Namun demikian tanda dan gejala di atas hanya timbul pada

1% dari populasi orang dengan hipertensi. Jika seseorang

tidak merasakan gejala hipertensi bukan berarti hipertensi

tidak merusak sistem sirkulasi kita. Hipertensi tetap dapat

menyebabkan penyekit jantung, stroke, dan komplikasi lainnya

sehinggah dijuluki “silent killer”.

e. Faktor-faktor resiko

1) Faktor resiko yang tidak dapat dikontrol (Sani, 2008)

a) Jenis kelamin

Pria memiliki resiko lebih tinggi untuk menderita

hipertensi lebih awal dibandingkan wanita.karena wanita

yang belum mengalami menopause dilindungi oleh

hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan

kadar High Density Lipoprotein (HDL). Pria juga

beresiko lebih besar terhadap mordibitas dan mortalitas

kardiovaskuler. sedangkan diatas usia 50 tahun,

23

hipertensi lebih sering pada wanita. Pada

premenopause wanita mulai kehilangan sedikit demi

sedikit hormone estrogen yang selama ini melindungi

pembuluh darah dari kerusakan. Hormon estrogen

berubah kwantitasnya sesuai dengan umur secara

alami, yang umumnya mulai terjadi pada wanita umur

45-55 tahun. Dari hasil penelitian didapatkan lebih dari

setengah penderita hipertensi berjenis kelamin wanita

sekitar 56,5%. (Anggraini, 2009).

b) Umur

Semakin tinggi umur seseorang semakin tinggi pula

tekanan darahnya, hal ini disebabkan pada usia

tersebut ginjal dan hati mulai menurun, seseorang

dengan usia 60 tahun, 50-60% diantaranya mempunyai

tekanan darah tinggi atau sama dengan 140/90 mmHg.

Ini merupakan degenerasi yang terjadi sejalan dengn

bertambahnya usia.

c) Keturunan (Genetik)

Seseorang yang memiliki orang tua penderita hipertensi

mempunyai resiko dua kali lipat untuk menderita

hipertensi dibandingkan orang yang tidak memiliki

keluarga dengan riwayat hiperensi. Perubahan genetik

dapat menyebabkan perubahan pada membrane sel

24

otot polos pembuluh darah sehinggah terjadi kontriksi

fungsional dan hipertropi struktural sehinggah

mengakibatkan terjadinya peningkatan tekanan darah.

d) Ras/Etnik

Ras merupakan salah satu faktor resiko hipertensi.

Hipertensi lebih sering terjadi pada orang dengan kulit

hitam dibandingkan pada orang yang kulit putih. Belum

diketahui penyebabnya secara pasti, tetapi kadar rennin

ditemukan lebih rendah pada orang kulit hitam dan

sensitifitas terhadap vasopressin lebih besar.

2) Faktor resiko yang dapat dikontrol

a) Penyakit kardiovaskuler

Hipertensi merupakan gangguan regulasi tekanan darah

yang disebabkan oleh meningkatnya curah jantung dan

tekanan perifer.

b) Penyakit Ginjal

Gangguan ginjal paling banyak menyebabkan hipertensi

adalah penyempitan arteri Ginjal, yang merupakan

pembuluh darah utama menyuplai darah ke kedua

organ ginjal. Bila pasokan darah menurun, ginjal akan

memproduksi berbagai zat yang akan meningkatkan

tekanan darah seperti rennin angiotensin. Caranya

dengan merubah angiotensinogen menjadi angiotensin

25

1 yang kemudian di paru-paru dibantu dengan ACE

(Angiotensin Converting Enzim), dirubah menjadi

Angiotensin II yangbias menaikkan tekanan darah.

c) Obesitas

Terdapat penelitian yang menunjukan bahwa obesitas

memegang peranan penting dalam patofisiologi

hipertensi. Hipertensi terkait dengan obesitas disertai

gangguan tekanan natriuresis. Hal ini disebabkan

adanya peningkatan reasorbsi natrium akibat kecepatan

filtrasi glomerulardan aliran plasma ginjal yag

meningkat. Pada obesitas yang berkepanjangan

terdapat kerusakan glomerular dan gangguan tekanan

natriuresis ginjal akibat peningkatan tekanan arteri,

hiperfiltrasi glomerural dan aktivasi neurohumoral.

Kesemua itu akan mengakibatkan pengurangan fungsi

ginjal dan hipertensi yang lebih berat.

d) Kurangnya olahraga

Olahraga lebih banyak dihubungkan dengan

pengelolaan hipertensi karena olahraga isotonik dan

teratur dapat menurunkan tahanan perifer yang akan

dihubungkan dengan obesitas dalam hipertensi karena

kurang olahraga dapat menimbulkan obesitas.

26

e) Merokok

Merokok merupakan salah satu faktor resiko kuat untuk

terjadinya kematian akibat penyakit kardiovaskuler.

Penelitian menunjukan bahwa penghentian merokok

dapat mencegah penyakit kardiovaskuler seperti stroke

dan infark miokard. Telah terbukti bahwa dengan

mengisap sebatang rokok dapat terjadi peningkatan

denyut jantung dan tekanan darah selama 15 menit. Hal

ini disebabkan karena peningkatan katekolamin dalam

plasma yang biasa menstimulasi sistim saraf simpatik.

f) Intake garam yang berlebihan

Ion Na yang ada dalam garam memiliki efek

meningkatkan kontraksi otot jantung selain ion ca.

Akibtnya intake garam yang berlebihan akan

meningkatkan tekanan darah. Selain itu intake garam

yang berlebihan akan menyebabkan peningkatan

volume cairan yang berakibat peningkatan preloat yang

juga berakibat peningkatan tekanan darah.

g) Alkohol

Hubungan antara komsumsi alkohol yang tinggi dengan

hipertensi telaha dibuktikan dalam berbagai penelitian.

Peningkatan komsumsi alkohol dapat menyebabkan

resistensi terhadap terapi anti hipertensi. Asupan

27

alkohol sebaiknya kurang dari20-30 g/hr etanol pada

pria dan 10-20g/hr pada wanita.

h) Stress

Stress akan berakibat pada penurunan permukaan

filtrasi, aktivitas saraf simpatis yang berlebih serta

produksi rennin angiotensin. Hiperaktifitas sistim saraf

simpatis (akibat peningkatan aktivitas neurotransmitter

adrenalin), menyebabkan peningkatan tekanan darah,

tahikardi, dan peningkatan curah jantung. Produksi

rennin angiotensin yang berlebih mengakibatkan

kontriksi fungsionil dan hipertropi structural sehinggah

tekanan darah dapat meningkat.

f. Komplikasi hipertensi

Komplikasi yang dapat timbul akibat hipertensi menurut

Corwin (2000), adalah:

1) Stroke

Stroke dapat timbul akibat pendarahan tekanan tinggi di

otak, atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh

non-otak yang terpajan tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi

pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang

memperdarahi otak mengalami hipertopi dan menebal,

sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang diperdarahi

berkurang. Arteri-arteri otak yang mengalami

28

arterosklerosis dapat melemah sehinggah meningkatkan

kemungkinan terbentuknya anurisme.

2) Infark Miokardium

Dapat terjadi infark miokardium apabilah arteri koroner

yang arterosklerotik tidak dapat menyuplai cukup oksigen

ke miokardium atau apabilah terbentuk thrombus yang

menyumbat aliran darah melalui pembuluh tersebut.

Karena hipertensi kronik dan hipertensi ventrikel, maka

kebutuhan oksigen miokardium tidak dapat dipenuhi dan

dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan .infark.

Demikian juga, hipertropi ventrikel dapat menimbulkan

perubahan-perubahan waktu hantaran listrik melintasi

ventrikel sehinggah terjadi disritmia, hipoksia jantung, dan

peningkatan resiko pembentukan bekuan.

3) Gagal Ginjal

Dapat terjadi gagal ginjal karena kerusakan progresif akibat

tekanan tinggi pada kapiler-kapiler ginjal, glomerolus.

Dengan rusaknya glomerolus, darah akan mengalir ke unit-

unit fungsional ginjal, nefron akan terganggu dan dapat

berlanjut menjadi hipoksik dan kematian. Dengan rusaknya

membrane glomerolus, protein akan keluar melalui urin

sehingga tekanan osmotik koloid plasma berkurang,

29

menyebabkan edema yang sering dijumpai pada hipertensi

kronik.

4) Ensefalopati (Kerusakan otak)

Ensefalopati dapat terjadi, terutama pada hipertensi

maligna (hipertensi yang meningkat cepat). Tekanan yang

sangat tinggi pada kelainan ini menyebabkan peningkatan

tekanan kapiler dan mendorong kedalam ruang interstisium

diseluruh susunan saraf pusat. Neuron-neuron di sekitarnya

kolaps dan terjadi koma serta kematian.

g. Terapi hipertensi (Sani,2008).

1) Therapy farmakologi

a) Diuretik : tiazid

b) β Blocker: propanolol, bisoprolol farmalat

c) Calsium channel blocker: amlodipin, nifedipin

d) β Blocker ACE/ inhibitor ACE: captopril

e) Angiotensin II reseptor blocker: valsartan, losartan

2) Therapy Non Farmakologi

a) Penurunan berat badan

Dari beberapa studi epidemiologi menunjukan

kelebihan berat badan merupkan factor resiko pada

tekanan darah tinggi. Beberapa uji klinis menunjukan

jika penurunan berat badan dikombinasikan dengan

30

pembatasan asupan garam maka dapat menurunkan

tekanan darah

b) Pembatasan komsumsi alkohol

Penurunan komsumsi alkohol dapat menurunkan

tekanan darah pada pasien hipertensi. Peningkatan

komsumsi alkohol dapat menyebabkan resistensi

therapy hipertensi

c) Pembatasan asupan garam

Penurunan asupan garam 5 mg/1 hari dapat mencegah

hipertensi dan mengendalikan tekanan darah pada

pasien yang sedang mengalami pengobatan.

Pengurangan asupan garam baik tunggal atau

dikombinasikan dengan penurunan berat badan dapat

menurunkan angka kejadian hipertensi sampai dengan

20%.

d) Diet Vegetarian

Orang yang biasa vegetarian biasanya memiliki

tekanan darah lebih rendah. Dalam metode diet DASH

(Dietary Approach to Stop Hipertension), menyarankan

peningkatan komsumsi buah, sayur dan sisa rendah

lemak. Komsumsi kacang-kacangan, produk unggas

dan telur masih bias dikomsumsi tapi harus mengurangi

daging merah dan makanan yang manis-manis.

31

Prinsipnya diet DASH kaya akan kalium, magnesium,

kalsium dan serat.

e) Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik seperti jalan, jalan cepat dan berenang

dapat menurunkan tekanan darah. Hal itu bias

dilakukan ±30-60 menit tiap harinya.

f) Stop Merokok

Menghentikan kebiasaan merokok dapat mencegah

terjadinya penyakit kardiovaskuler seperti stroke dan

myocard infark.

Perubahan gaya hidup memegang peranan penting

untuk pasien hipertensi dan direkomendasikan sebagai

terapi awal hipertensi pada tahap I, sebelum diberikan

terapi obat. Hal itu juga dijadikan terapi tambahan pada

pasien yang menjalani pengobatan. Perubahan gaya

hidup dapat menurunkan dosis obat bahkan

menghentikan terapi obat.

3. Posyandu Lansia

a. Pengertian Posyandu Lansia

Pengertian Posyandu Lansia menurut Komnas Lansia

(2010) adalah suatu wadah pelayanan kepada lanjut usia di

masyarakat, yang proses pembentukan dan pelaksanaannya

dilakukan oleh masyarakat bersama Lembaga Swadaya

32

Masyarakat (LSM), lintas sektoral pemerintah dan non-

pemerintah, swasta, organisasi social dan lain-lain, dengan

menitiberatkan pelayanan kesehatan pada upaya promotif dan

preventif. Posyandu lansia merupakan salah satu bentuk

Upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM), yang

dibentuk dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk

masyarakat (Depkes RI, 2003). Selain pelayanan kesehatan, di

posyandu lansia juga dapat diberikan pelayanan social, agama,

pendidikan,ketrampilan, olahraga dan seni budaya serte

pelayanan lain yang dibutuhkan para lanjut usia dalam rangka

meningkatkan kwalitaas hidup melalui peningkatan kesehatan

dan kesejahteraan mereka. Selain itu mereka dapat

beraktivitas dan mengembangkan potensi diri.

b. Sasaran

1) Sasaran langsung

a) Kelompok pra lansia lanjut (45-59 tahun).

b) Kelompok usia lanjut (60 tahun keatas).

c) Kelompok usia lanjut dengan resiko tinggi (70 tahun

keatas)

2) Sasaran tidak langsung

a) Keluarga dimana usia lanjut berada.

b) Organisasi social yang bergerak dalam pembinaan

Lansia

33

c) Masyarakat sekitar (Depkes RI, 2003).

c. Tujuan

1) Tujuan Umum

a) Meningkatkan derajat kesehatan dan mutu pelayanan

kesehatan usia lanjut di masyarakat, untuk mencapai

masa tua yang bahagia dan berdya guna bagi keluarga

b) Mendekatkan pelayanan dan meningkatkan peran serta

masyarakat dan swasta dalam pelayanan kesehatan

disamping meningkatkan komunikasi antara

masyarakat lansia.

2) Tujuan khusus

a) Meningkatkan kesadaran para lansia

b) Membiana kesehatan dirinya sendiri

c) Meningkatkan mutu kesehatan lansia

d) Meningakatkan pelayanan kesehatan lansia (Depkes

RI, 2003).

3) Tujuan penyelenggaraan posyandu lansia

Mengacu pada pedoman pembinaan kesehatan lansia bagi

petugas kesehatan, tujuan penyelenggaraan posyandu

lansia adalah:

a) Pelaksanaan kegiatan: anggota masyarakat yang telah

dilatih menjadi kader kesehatan dibawa bimbingan

Puskesmas

34

b) Pengelola: Pengurus yang berasal dari kader PKK, toko

masyarakat, formal maupun non formal.

c) Meningkatakan kemampuan masyarakat untuk

mengembangkan kegiatan kesehatan.

d) Pengadaan posyandu ini diselenggarakan untuk

kepentingan masyarakat, maka diharapkan masyarakat

sendiri aktif membantu, menyelenggarakan dan

memanfaatkan posyandu tersebut sebaik-baiknya

e) Agar masyarakat mau membentuk, menyelenggarakan

dan memanfaatkan maka mereka perlu menyadari

pentingnya posyandu.

d. Pelaksanaan Posyandu Lansia

1) Ketua Posyandu

Bertanggung jawab terhadap semua kegiatan yang

dilakukan posyandu dan bertanggung jawab terhadap kerja

sama dengan semua pihak untuk meningkatkan mutu

pelayanan posyandu

2) Sekretaris

Mencatat semua aktifitas perencanaan, pelaksanaan dan

pemantauan serta pengendalian posyandu

3) Bendahara

Pencatatan pemasukan dan pengeluaran serta pelaporan

keuangan posyandu

35

4) Kader sekitar 5 orang

a) Meja 1 tempat pendaftaran

b) Meja 2 tempat penimbangan dan pencatatan berat

badan, pengukuran dan pencatatan tinggi badan serta

penghitungan index massa tubuh (IMT).

c) Meja 3 tempat melakukan kegiatan pemeriksaan dan

pegobatan sederhana (tekanan darah, gula darah, Hb

dan pemberian vitamin, dan lain-lain).

d) Meja 4 tempat melakukan kegiatan konseling

(kesehatan, gizi dan kesejahteraan).

e) Meja 5 tempat memberikan informasi dan melakukan

kegiatan social (pemberian makan tambahan, bantuan

modal, pendampingan, dan lain-lain sesuia kebutuhan.

e. Kegiatan Posyandu Lansia

Jenis kegiatan posyandu lansia menurut Depkes (2003),

sebagai berikut:

1) Pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari (activity of

dailyliving), meliputi kegiatan dasar dalam kehidupan,

seperti makan/minum, berjalan, mandi, berpakaian, naik

turun tempat tidur, buang air besar/kecil dan sebagainya

2) Pemeriksaan status mental, pemeriksaan ini berhubungan

dengan mental emosional dengan menggunakan pedoman

metode 2 menit

36

3) Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan

dan pengukuran tinggi badan

4) Pengukuran tekanan darah denga menggunakan tensi

meter, stetoskop serta perhitungan denyut nadi selama 1

menit

5) Pemeriksaan kadar Hemoglobin darah, kolesterol, gula

darah dan lain-lain

6) Pemeriksaan laboratorium urine

7) Pemberian pengobatan bila ada keluhan sakit

8) Pelaksanan rujukan kepuskesmas bila diperlukan

9) Penyuluhan tentang kesehatan oleh petugas kesehatan dan

kader termasuk konseling kesehatan dan gizi lansia sesuai

dengan masalah kesehatan yang dihadapi para lansia

10) Kunjungan rumah oleh kader disertai petugas bagi anggota

posyandu lansia yang tidak dapat dating dalam rangka

kegiatan perawatan kesehatan masyarakat (Public Health

Nursing/PHN)

11) Kegiatan lain yang dapat dilakukan sesuai kebutuhan dan

kondisi setempat seperti pemberian makanan tambahan

(PMT), penyuluhan tentang menu makanan yang sehat

bergizi untuk usia lanjut, kegiatan olahraga seperti senam

lansia, gerak jalan santai yang bertujuan untuk meingkatkan

kebugaran.

37

12) Dalam posyandu lansia juga dapat dilakukan kegiatan non

kesehatan seperti kegiatan kerohanian, arisan, ekonomi

produktif, forum diskusi, penyaluran hobi dan lain-lain.

4. Konsep Pengetahuan

a. Pengertian pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil “tahu” dan ini terjadi setelah

orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.

Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia yaitu indra

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.

Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata

dan telinga( Notoatmodjo, 2003).

b. Tingkat Pengetahuan

Ada 6 (Enam) tingkat pengetahuan yang dicakup dalam

domain kognitif,(Notoatmodjo,2003) yaitu:

1) Tahu (know), diartikan sebagai mengingat suatu materi

yang telah dipelajari sebelumnya, mengingat kembali

termasuk (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh

bahan atau rangsangan yang telah diterimah.

2) Memahami (Conprehension) diartikan sebagai suatu

kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang

diketahui, dan dapat menginterprestasikan materi tersebut

secara luas.

38

3) Aplikasi (Aplication), diartikan sebagai kemampuan untuk

menggunakan materi yang talah dipelajari pada situasi atau

kondisi nyata.

4) Analisa (Analysis), adalah suatu kemampuan untuk

menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-

komponen, tetapi masih didalam suatu struktur organisasi

tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5) Sintesis (Syntesis), menunjukkan pada suatu kemampuan

untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian

didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

6) Evaluasi (Evaluation), ini berkaitan dengan kemampuan

untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu

materi atau objek. Penilaian ini didasarkan pada suatu

criteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan criteria-

kriteria yang telah ada.

Menurut Rogers (1974), yang dikutip oleh Notoatmodjo

(2007), mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi

perilaku baru terjadi proses yang berurutan yaitu:

a) Kesadaran (Awarenes), yakni orang tersebut menyadari

dalam arti mengetahui lebih dahulu terhadap stimulus

(objek).

b) Merasa tertarik (Interest), terhadap stimulus atau objek

tersebut.

39

c) Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan

tidaknya stimulus tersebut terhadap dirinya.

d) Trial yaitu objek sudah mulai mencoba melakukan

sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh

stimulus.

e) Adaption yakni subjek telah berprilaku baru sesuai

dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap

stimulus.

c. Cara memperoleh pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003), Pengetahuan sepanjang

sejarah dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok untuk

memperoleh kebenaran yaitu:

1) Cara kuno

a) Cara coba salah (trial and error)

Cara ini sudah dipakai orang sebelum kebudayaan,

bahkan mungkin sebelum peradaban. Cara coba salah

ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam

memecahkan masalah dan apabila kemungkinan itu

tidak berhasil maka dicoba kemungkinan yang lain

sampai masalah tersebut dapat dipecahkan.

b) Cara kekuasaan atau otoritas

Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa pimpinan

baik formal maupun informal, ahli agama, pemegang

40

pemerintah dan berbagai prinsip orang lain yang

menerima yang dikemukakan orang lain yang

mempunyai otoritas, tanpa menguji terlebih dahulu atau

membuktikan kebenarannya baik berdasarkan fakta

empiris maupun penalaran sendiri.

c) Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai

upaya memperoleh pengetahuan dengan cara

mengulang kembali pengalaman yang perna diperoleh

dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi masa

lalu.

2) Cara modern

Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih popular

disebut metodologi penelitian. Cara ini mula-mula

dikembangkan oleh Prancis Bacon, kemudian

dikembangkan oleh Deobold Van Daven akhirnya lahir

suatu cara untuk melakukan penelitian yang dewasa ini kita

kenal dengan penelitian ilmiah.

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

1) Faktor Internal

a) Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang

terhadap perkembangan orang lain menuju kearah cita-

41

cita tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat

dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan

dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk

mendapat informasi misalnya hal-hal yang menunjang

kesehatan sehinggah dapat meningkatkan kualitas

hidup. Menurut YB Mantra yang dikutip Notoadmodjo

(2003), pendidikan dapat mempengaruhi seseorang

termasuk perilaku seseorang akan pola hidup terutama

dalam memotivasi untuk sikap berperan serta dalam

pembangunan (Nursalam,2003) pada umumnya makin

tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima

informasi.

b) Pekerjaan

Menurut Thomas yang dikutip oleh Nursalam (2003),

pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan

terutama untuk menunjang kehidupannya dan

kehidupan keluarga. Pekerjaan bukanlah sumber

kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara

mencari nafkah yang membosankan, berulang dan

banyak tantangan. Sedangkan bekerja umumnya

merupakan kegiatan yang menyita waktu.

42

c) Umur

Menurut Elisabet yang dikutip Nursalam (2003), usia

adalah umur individu yang terhitung mulai saat

dilahirkan sampai berulang tahun. Sedangkan menurut

Huclok (1998) semakin cukup umur, tingkat kematangan

dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam

berfikir dan bekerja.

2) Faktor Eksternal

a) Faktor Lingkungan

Menurut Ann. Mariner yang dikutif dari Nursalam

lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada

disekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat

mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau

kelompok

b) Sosial Budaya

Sistem social budaya yang ada pada masyarakat dapat

mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi

e. Pengetahuan Lansia tentang hipertensi

Pengetahuan adalah kemampuan individu mengingat dan

menerima suatu materi pembelajaran, salah satu faktor yang

mempengaruhi pengetahuan adalah pendidikan, semakin tinggi

tingkat pendidikan seseorang semakin mudah menerima

informasi. Menurut Nurhayati (2013), meneliti tentang

43

Hubungan antara Tingkat Pengetahuan Lansia tentang

Hipertensi dengan Kepatuhan Pengobatan Hipertensi.

Pengetahuan Lansia tentang hipertensi adalah: penyebab,

tanda dan gejala, pencegahan dan komplikasi. Dalam

penelitian ini tingkat Pendidikan responden tidak

mempengaruhi tingkat pengetahuan Lansia dikarenakan

mereka sering mendapatkan informasih dari penyuluhan-

penyuluhan yang dilaksanakan di Puskesmas setiap bulan

dan adanya leflet dan media informasi yang mudah mereka

dapatkan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 71 responden

yang mempunyai pengetahuan tinggi sebesar 91,5% (65)

responden dan yang mempunyai pengetahuan rendah sebesar

8,5% (6) responden. Hal ini disebabkan karena tingkat

pengetahuan tidak dipengaruhi dengan tingkat pendidikan.

Responden memiliki pengetahuan tinggi tentang penyakit

hipertensi dikarenakan mereka sering mendapatkan informasi

melalui penyuluhan-penyuluhan di Puskesmas sehinggah

dapat menambah wawasa responden.

44

5. Konsep Sikap

a. Pengertian sikap

Sikap adalah merupakan reaksi atau respons seseorang yang

masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek.

(Soekidjo,1997). Sikap adalah evaluasi umum yang dibuat

manusia terhadap dirinya sendiri, orang lain, objek atau isu.

(Petty,1986 dalam Aswar,2000:6).

b. Komponen Sikap

Struktur sikap terdiri atas tiga komponen yang saling

menunjang yaitu Aswar (2000:23):

1) Komponen kognitif

Merupakan repsesentasi apa yang dipercayai oleh individu

pemilik sikap. Komponen kognitif berisi kepercayaan

stereotype yang dimiliki individu mengenai sesuatu dapat

disamakan penanganan (opini) terutama apabilah

menyangkut masalah isu atau problem yang controversial.

Misalnya sikap seseorang terhadap hipertensi berarti

bagaimana pendapat atau keyakinan orang terebut

terhadap penyakit hipertensi

2) Komponen Afektif

Merupakan perasaan yang menyangkut sapek emosional.

Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling

dalam sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang

45

paling bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin

adalah mengubah sikap seseorang, komponen afektif

disamakan dengan perasaan yang dimiliki seseorang

terhadap sesuatu. Misalnya bagaimana orang menilai

terhadap penyakit hipertensi, apakah penyakit tersebut

biasa saja atau penyakit membahayakan.

3) Komponen konatif

Merupakan asfek kecendrungan berperilaku tertentu sesuai

dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang. Dan berisi

tendensi atau kecendrungan untuk bertindak/berekaksi

terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu. Dan berkaitan

dengan objek yang dihadapinya adalah logis untuk

mengharapkan bahwa sikap seseorang adalah dicerminkan

dalam bentuk tendensi perilaku.

Sikap ada yang bersifat positif ada pulah yag bersifat

negatif. Wawan (2010), yaitu:

a) Sikap positif kecendrungan adalah mendekati,

menyenangi, mengharapkan objek tertentu

b) Sikap negatif terhadap kecendrungan untuk

mengetahui, menghindari, membenci, tidak menyukai

objek tertentu

46

c. Tingkatan Sikap

Sikap terdiri dari beberapa tingkatan (Notoatmodjo,1996), yaitu:

1) Menerima ( reveiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan

memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

2) Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan

menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi

dari sikap. Oleh karena dengan suatu usaha untuk

menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang

diberikan, lepas pekerjaan itu benar atau salah, berarti

orang menerimah ide tersebut.

3) Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk megerjakan atau mendiskusikan

dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu

indikasi sikap tingkat tiga.

4) Bertanggung Jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segalah sesuatu yang telah

dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang

paling tinggi.

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi Pembentukan sikap

Menurut Aswar (2005, dalam Wawan , 2010), sikap manusia

dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut:

47

1) Pengalaman pribadi

Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap,

pengalaman pribadi haruslah mennggalkan kesan yang

kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk

apabilah pengalaman ppribadi tersebut terjadi dalam situasi

yang melibatkan faktor emosional.

2) Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap

yang konformis atau searah dengan sikap orang yang

dianggap penting. Kecendrungan ini antara lain dimotivasi

oleh keinginan untuk menghindari konflik dengan orang

yang dianggap penting tersebut

3) Pengaruh Kebudayaan

Kebudayaan dimana individu hidup dan dibesarkan

mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap.

Apabilah hidup dalam masyarakat yang mempunyai norma

sangat mungkin individu tersebut akan mempunyai sikap

yang mendukung. Apabilah kita hidup dalam budaya social

yang sangat mengutamakan kelompok, maka sangat

mungkin kita akan mempunyai sikap negative tarhadap

kehidupan individualism yang mengutamakan kepentingan

perorangan.

48

4) Media Massa

Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media

komunikasi lainnya, berita yang seharusnya factual

disampaikan secara obyekstif cenderung dipengaruhi oleh

sikap penulisnya, akibatnya berpengaruh terhadap sikap

konsumennya.

5) Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama

Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu

system yang mempunyai pengaruh dalam pembentukan

sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian

dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman akan

baik dan buruk, garis pemisa antara sesuatu yang boleh

dan tidak boleh dilakukan diperoleh dari pendidikan dan dari

pusat keagamaan serta ajaran-ajarannya. Dikarenakan

konsep moral dan ajaran agama menentukan sistim

kepercayaan maka tidaklah mengherankan kalu pada

gilirannya konsep tersebut ikut berperan dalam menentukan

sikap individu terhadap sesuatu.

6) Faktor Emosional

Kadang kala, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan

yang didasari emosi yang berfungsi sebagai semacam

penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme

ego. (Aswar,2005).

49

e. Sikap Lansia tentang Hipertensi

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang

masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Neocomb

seorang ahli psikologi social menyatakan bahwa sikap itu

merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan

bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu.

Menurut Priwanci (2009), dalam penelitiannya yang

berjudul Hubungan Pengetahuan dan sikap Lansia terhadap

hipertensi dengan pencegahan hipertensi. Dari analisa data

didapatkan 62 responden, 39 responden bersikap positif

terhadap Hipertensi dan sebanyak 22 responden yang bersikap

negative terhadap hipertensi. Dapat disimpulkan bahwa

mayoritas Lansia mempunyai sikap positif terhadap penyakit

hipertensi.

6. Upaya Pengendalian Hipertensi

a. Pengertian

Upaya adalah usaha, akal, iktiar untuk mencapai suatu

maksud memecahkan persoalan, mencari jalan keluar.

Sedangkan Pengendalian adalah usaha untuk mencapai

tujuan tertentu melalui prilaku yang diharapkan. Mulyadi,

(2007). Pengendalian hipertensi bertujuan untuk mencegah

terjadinya morbiditas dan mortalitas akibat komplikasi yang

50

berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan

darah dibawa 140/90mmHg.

b. Upaya pengendalian hipertensi

Menurut Iman (2001), Hipertensi tidak dapat disembuhkan

tetapi dapat dikendalikan. Upaya pengendalian hipertensi

meliputi:

1) Mengatur diit

2) Menjaga berat badan normal

3) Mengendalikan stress

4) Melakukan olahraga teratur

5) Pemakaian obat-obatan

c. Upaya-upaya yang dilakukan di Posyandu untuk

pengendalian hipertensi

1) Minum obat hipertensi dengan teratur

2) Olahraga sebulan satu kali (Senam)

3) Mengurangi asupan garam

4) Pengontrolan tekanan darah secarah rutin

5) Penyuluhan

6) Rujukan

Secara umum indikator keberhasilan pengendalian tekanan

darah pada penderita hipertensi dapat digambarkan sebagai

berikut:

1) Tekanan darah terkendali atau terkontrol

51

2) Tidak terjadi komplikasi pada penderita

3) Kualitas kesehatan hidup menjadi lebih baik dan tetap

produktif

B. Penelitian Terkait

1. Penelitian yang dilakukan oleh Santi ( 2012) tentang Faktor-faktor

yang berhubungan dengan kekambuhan hipertensi pada pasien

lanjut usia di Puskesmas Pembantu Kelurahan Simpang Pasir

kecamatan Palaran tahun 2012. Dari hasil yang dilakukan peneliti

menunjukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara

aktivitas fisik dengan kekambuhan hipertensi pada pasien lanjut

usia di puskesmas pembantu Kelurahan Simpang Pasir

Kecamatan Palaran tahun 2012 (p=0,031), sedangkan obesitas

(p=1,000) dan merokok (p= 0,731) tidak memiliki hubungan

dengan kekambuhan hipertensi pada pasien lanjut usia di

Puskesmas tersebut.

2. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Parwati (2012) tentang

hubungan antara obesitas dengan kejadian hipertensi di poliklinik

penyakit dalam RSUD Abdul Wahab Syahranie Samarinda tahun

2012. Dari hasil yang dilakukan dengan uji analisa univariat

didapatkan dari responden berdasarkan umur diperoleh gambaran

bahwa dari 58 responden terbanyak pada umur 45-54 tahun

sebanyak 38 responden (48,3%) usia termuda adalah 28 tahun,

usia paling tua 74 tahun, rara-rata usia responden 34, 49 tahun.

52

Dari analisis distribusi responden berdasarkan jenis kelamin dari

58 responden sebagian besar adalah jenis kelamin perempuan

yaitu 36 responden (62,1%) dan yang berjenis kelamin laki-laki 22

responden (37,9%). Sedangkan variable penelitian berdasarkan

IMT dapat digambarkan responden yang termasuk obesitas

kategori I sebanyak 41 responden, dan yang termasuk obesitas

kategori 2 sebanyak 17 responden. diperoleh gambaran bahwa

sebagian responden menderita hipertensi sebanyak 33 responden

(56,9%) dan yang tidak hipertensi sebanyak 25 responden

(43,1%). Sehingga dari hasil uji statistic Chi-Square didapatkan

nilai p=0,284, yang artinya Ho diterima atau gagal ditolak berarti

tidak ada hubungan yang signifikan antara obesitas dengan

kejadian hipertensi di Poliklinik penyakit Dalam RSUD Abdul

Wahab Syahranie Samarinda.

53

C. Kerangka Teori Penelitian

Kerangka Teori adalah kerangka berfikir yang bersifat teoritis

mengenai masalah, memberikan petunjuk-petunjuk terhadap

kekurangan-kekurangan pada pengetahuan peneliti Silalahi, (2003).

Gambar 2.1 Kerangka Teori Penelitian

Lansia(Batasan umur lansia menurut Nugroho (2000) : Middle age 45-59

thn Elderly age 60-74

thn Old 75-90 thn Very old >90 thn

Hipertensi

Posyandu Lansia

Pengertian Sasaran Tujuan Kegiatan

Tingkat Pengetahuan

Tingkat pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat menurut Notoatmodjo (2003) :a. Tahu (know)b. Memahami

(comprehension)c. Aplikasi (aplication)d. Analisa (analysis)e. Sintesis (syntesis)f. Evaluasi(evaluation)

SikapSikap adalah merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Soekidjo,(1997).Tingkatan sikap:a. Menerimab. Meresponc. Menghargaid. Bertanggung jawab

1. Hipertensi menurut Kaplan (2006) adalah keadaan tekanan darah sistolik lebih dari 140mmhg dan tekanan diastolik lebih dari 90mmHg

2. Klasifikasi hipertensi menurut Yugiantoro (2007) :a. Hipertensi

primer b. Hipertensi

sekunder

Upaya Pengendalian

HipertensiMenurut Imam (2001) : Pengaturan diit Pengendalian

BB Pengendalian

stres Olahraga Pemakaian

obat-obatan Kontrol TD

secara rutin

54

D. Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep penelitian pada hakekatnya adalah suatu uraian dan

visualisasi konsep-konsep serta variabel-variabel yang akan diukur/

diteliti (Notoatmodjo, 2010).

Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian

Keterangan:

= aspek yang diteliti

= arah hubungan

E. Hipotesis Penelitian

Hipotesa adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap

permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul

(Arikunto,2010)

Berdasar bentuk rumusnya hipotesis digolongkan menjadi 2 yaitu

hipotesis kerja (hipotesis alternatif) yang nantinya menyatakan ada

Lansia

Variabel IndependenPengetahuan tentang hipertensi- Tinggi - Rendah

Variabel IndependenSikap tentang Hipertensi- Positif- Negatif

Variabel DependenUpaya Pengendalian Hipertensi- Optimal- Kurang Optimal

55

hubungan antara variable x dan y, dan hipotesa nol (hipotesa statistik)

yang menyatakan tidak ada hubungan antara variable x dan y.

Berdasarkan kerangka konsep diatas maka hipotesis/ pertanyaan

penelitian adalah sebagai berikut:

1. Hipotesis Nol (Ho)

a. Tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan lansia tentang

hipertensi dengan upaya pengendalian hipertensi di Posyandu

Lansia Puskesmas Bontang Selatan I

b. Tidak ada hubungan antara sikap lansia tentang hipertensi

dengan upaya pengendalian hipertensi di Posyandu Lansia

Puskesmas Bontang Selatan I

2. Hipotesis Alternatif (Ha)

a. Ada hubungan antara tingkat pengetahuan lansia tentang

hipertensi dengan upaya pengendalian hipertensi di Posyandu

Lansia Puskesmas Bontang Selatan I

b. Ada hubungan antara sikap lansia tentang hipertensi dengan

upaya pengendalian hipertensi di Posyandu Lansia Puskesmas

Bontang Selatan I