bab ii
DESCRIPTION
tinjauan pustaka askepgaTRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Keluarga
Menurut Duval (1972) dalam Ali Z.H (2010) menyatakan bahwa keluarga
adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan darah, perkawinan,
adopsi, dan kelahiran dalam satu atap rumah yang bertujuan menciptakan
dan mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan
fisik, mental, dan emosional serta sosial individu yang ada didalamnya,
dilihat dari interaksi yang regular dan ditandai dengan adanya
ketergantungan dan hubungan untuk mencapai tujuan umum dan dipimpin
oleh seorang kepala keluarga. Keluarga itu terbentuk jika ada ikatan atau
persekutuan (perkawinan/kesepakatan), hubungan
(darah/adopsi/kesepakatan), tinggal bersama dalam satu atap (serumah), dan
ada peran masing-masing anggota keluarga (Harnilawati, 2013).
Keluarga sebagai suatu sistem, dimana sistem keluarga merupakan bagian
dari suprasistem yang lebih besar dan disusun dari beberapa subsistem,
perubahan pada salah satu anggota keluarga akan mempengaruhi semua
anggota keluarga. Keluarga merupakan sentral pelayanan keperawatan
karena keluarga merupakan sumber kritikal untuk pemberian pelayanan
keperawatan, intervensi yang dilakukan pada keluarga merupakan hal
penting untuk pemenuhan kebutuhan individu. Karakteristik keluarga yang
sehat bila anggota keluarganya berinteraksi satu dengan yang lainnya,
anggota keluarga terlibat dalam peran masing-masing secara fleksibel,
anggota keluarga selalu termotivasi untuk berkomunikasi dengan keluarga
lainnya dan juga dengan masyarakat sekitar serta setiap anggota keluarga
menguasai salah satu tugas keluarga seperti pengambilan keputusan atau
upaya pencarian informasi (Achjar, 2010).
5
2.2 Tipe Keluarga
Tipe keluarga dibedakan atas keluarga tradisional dan keluarga non-
tradisional serta berdasarkan pendapat ahli, tipe keluarga dibedakan menjadi:
1. Menurut Allender & Spreadly (2001) dalam Achjar (2009), membagi tipe
keluarga berdasarkan:
a. Keluarga tradisional
1) Keluarga inti (nuclear family) yaitu keluarga yang terdiri dari suami,
istri dan anak kandung atau anak angkat
2) Keluarga besar (extended family) yaitu keluarga inti ditambah dengan
keluarga lain yang mempunyai hubungan darah, misalnya kakek,
nenek, paman, dan bibi.
3) Keluarga Dyad yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami istri tanpa
anak
4) Single parent yaitu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua
dengan anak kandung atau anak angkat, yang disebabkan oleh
perceraian atau kematian
5) Single adult yaitu rumah tangga yang hanya terdiri dari seorang
dewasa saja
6) Keluarga usia lanjut yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami istri
yang berusia lanjut
b. Keluarga Non-Tradisonal
1) Commune family yaitu lebih dari satu keluarga tanpa pertalian darah
hidup serumah
2) Orang tua (ayah/ibu) yang tidak ada ikatan perkawinan dan anak hidup
bersama dalam satu rumah tangga
3) Homoseksual yaitu dua individu yang sejenis kelamin hidup bersama
dalam satu rumah tangga
6
2. Sedangkan menurut Carter & Mc Goldrick (1988) dalam Achjar (2009), tipe
keluarga dibagi menjadi:
a. Keluarga berantai (several family) yaitu keluarga yang terdiri dari wanita
dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga
inti
b. Keluarga berkomposisi yaitu keluarga yang perkawinannya berpoligami
dan hidup secara bersama-sama
c. Keluarga kabitas yaitu keluarga terbentuk tanpa pernikahan
2.3 Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga merupakan hasil atau konsekuensi dan struktur keluarga
atau sesuatu tentang apa yag dilakukan oleh keluarga. Terdapat beberapa fungsi
keluarga menurut Friedman (1998) dalam Achjar (2009) yaitu:
1. Fungsi afektif
Merupakan fungsi keluarga dalam memenuhi kebutuhan pemeliharaan
kepribadian dari anggota keluarga. Merupakan respon dari keluarga terhadap
kondisi dan situasi yang dialami tiap anggota keluarga baik senang maupun
sedih dengan melihat bagaimana cara keluarga mengeksplorasikan kasih
saying.
2. Fungsi sosialisasi
Fungsi sosialisasi merupakan fungsi pembentukan nilai serta norma yang
diyakini anak, memberikan batasan perilaku yang boleh atau tidak boleh pada
anak, meneruskan nilai-nilai budaya keluarga.
3. Fungsi perawatan kesehatan
Fungsi perawatan kesehatan keluarga merupakan fungsi keluarga dalam
melindungi keamanan dan kesehatan seluruh anggota keluarga serta menjamin
pemenuhan kebutuhan perkembangan fisik, mental dan spiritual, dengan cara
memelihara dan merawat anggota keluarga serta mengenali kondisi sakit tiap
anggota keluarga.
4. Fungsi ekonomi
7
Keluarga memiliki fungsi dalam memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga
seperti sandang, pangan, papan dan kebutuhan lainnya melalui keefektifan
sumber dana keluarga. Mencari sumber penghasilan guna memenuhi
kebutuhan keluarga, pengaturan penghasilan keluarga, menabung untuk
memenuh kebutuhan keluarga.
5. Fungsi biologis
Fungsi bilogis tidak hanya ditujukan untuk meneruskan keturunan tetapi untuk
memelihara dan membesarkan anak untuk kelanjutan generasi selanjutnya.
6. Fungsi psikologis
Fungsi psikologis terlihat dari bagaimana keluarga memberikan kasih saying
dan rasa aman, memberikan perhatian diantara anggota keluarga, membina
pendewasaan kepribadian anggota keluarga dan memberikan identitas
keluarga.
7. Fungsi pendidikan
Fungsi pendidikan diberikan keluarga dalam rangka memberikan
pengetahuan, keterampilan, membentuk perilaku anak, mempersiapkan anak
untuk kehidupan dewasa, mendidik anak sesuai dengan tingkat
perkembangannya.
2.4 Tahapan dan Tugas Perkembangan Keluarga
Perawat keluarga perlu mengetahui tentang tahap dan tugas perkembangan
keluarga untuk memberikan pedoman dalam menganalisis pertumbuhan dan
kebutuhan promosi kesehatan keluarga serta untuk memberikan dukungan pada
keluarga untuk kemajuan dari satu tahap ke tahap berikutnya. Tahap
perkembangan keluarga menurut Achjar (2010) mempunyai tugas perkembangan
yang berbeda seperti:
1. Tahap I, keluarga pemula atau pasangan baru
Tugas perkembangan keluarga pemula antara lan membina hubungan yang
harmonis dan kepuasan bersama dengan membangun perkawinan yang saling
memuaskan, membina hubungan dengan orang lain dengan menghubungkan
8
jaringan persaudaraan secara harmonis, merencanakan kehamilan dan
mempersiapkan dan menjadi orang tua, memahami prenatal care (pengertian
kehamilan, persalinan dan menjadi orang tua) (Harnilawati, 2013).
2. Tahap II keluarga sedang mengasuh anak (anak tertua bayi sampai umur 30
bulan)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap II yaitu membentuk keluarga muda
sebagai unit, mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan,
memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan menambahkan peran
orang tua dan nenek dan mensosialisasikan dengan lingkungan keluarga besar
masing-masing pasangan (Achjar, 2010). Konseling KB post partum 6
minggu, menata ruangan untuk anak, bimbingan orang tua tentang
pertumbuhan dan perkembangan anak, dan adaptasi perubahan anggota
keluarga (peran, interaksi, seksual dan kegiatan) (Harnilawati, 2013).
3. Tahap III, keluarga dengan anak usia pra sekolah (anak tertua berumur 2-6
tahun)
Tugas keluarga pada tahap III yaitu memenuhi kebutuhan anggota keluarga,
mensosialisasikan anak, mengintegrasikan anak yang baru sementara tetap
memenuhi kebutuhan anak yang lainnya, mempertahankan hubungan yang
sehat dalam keluarga dan luar keluarga, menanamkan nilai dan norma
kehidupan, mulai mengenalkan kultur keluarga, menanamkan keyakinan
beragama, memenuhi kebutuhan bermain anak (Achjar, 2010). Pembagian
waktu individu, pasangan dan anak, pembagian tanggung jawab dan
merencanakan kegiatan dan waktu stimulasi tumbuh kembang anak
(Harnilawati, 2013).
4. Tahap IV, keluarga dengan anak usia sekolah (anak tertua usia 6-13 tahun)
Tugas perkembangan keluarga tahap IV yaitu mensosialisasikan anak
termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan mengembangkan hubungan
dengan teman sebaya, mempertahankan hubungan perkawinan yang
memuaskan, memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga,
membiasakan belajar teratur, memperhatikan anak saat menyelesaikan tugas
9
sekolah (Achjar, 2010). Memenuhi kebutuhan yang meningkat termasuk biaya
kehidupan dan kesehatan anggota keluarga (Harnilawati, 2013).
5. Tahap V, keluarga dengan anak remaja (anak tertua usia 13-20 tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap V yaitu menyeimbangkan
kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja menjadi dewasa dan mandiri,
memfokuskan kembali hubungan perkawinan, berkomunikasi secara terbuka
antara orang tua dan anak-anak, memberikan perhatian, memberikan
kebebasan dalam batasan tanggung jawab, mempertahankan komunikasi
terbuka dua arah (Achjar, 2010). Mempersiapkan perubahan system peran dan
peraturan anggota keluarga untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang
anggota keluarga (Harnilawati, 2013).
6. Tahap VI, keluarga yang melepas anak usia dewasa muda (anak pertama
sampai anak terakhir yang meninggalkan rumah)
Tugas perkembangan keluarga tahap VI yaitu memperluas siklus keluarga
dengan memasukkan anggota keluarga baru yang didapat melalui perkawinan
anak-anak, melanjutkan untuk memperbaharui hubungan perkainan,
membantu orang tua lanjut usia dan sakit-sakitan dari suami maupun instri,
membantu anak mandiri, mempertahankan komunikasi, memperluas
hubungan keluarga antara orang tua dengan menantu, menata kembali peran
dan fungsi keluarga setelah ditinggalkan anak (Achjar, 2010). Berperan
suami-istri kakek dan nenek, menciptakan lingkungan rumah yang dapat
menjadi contoh bagi anak-anaknya (Harnilawati, 2013).
7. Tahap VII, orang tua usia pertengahan (tanpa jabatan, pensiun)
Tugas perkembangan keluarga tahap VII yaitu menyediakan lingkungan yang
meningkatkan kesehatan, mempertahankan hubungan yang memuaskan dan
penuh arti para orang tua dan lansia, memperkokoh hubungan perkawinan,
menjaga keintiman, merencanakan kegiatan yang akan datang, memperhatikan
kesehatan masing-masing pasangan, tetap menjaga komunikasi dengan anak-
anak (Achjar, 2010). Mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam
mengolah minat social dan waktu santai, memulihkan hubungan antara
generasi muda tua, persiapan masa tua/pensiun (Harnilawati, 2013).
10
8. Tahap VIII, keluarga dalam masa pension dan lansia
Tugas perkembangan keluarga tahap VIII yaitu mempertahankan pengaturan
hidup yang memuaskan, menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun,
mempertahankan hubungan perkawinan, menyesuaikan diri terhadap
kehilangan pasangan, mempertahankan ikatan keluarga antara generasi,
meneruskan untuk memahami eksistensi mereka, saling memberi perhatian
yang menyenangkan antar pasangan, merencanakan kegiatan untuk mengisi
waktu tua seperti berolahraga, berkebun, mengasuh cucu (Achjar, 2010).
Menerima kematian pasangan, kawan dan mempersiapkan kematian,
melakukan live review masa lalu, penyesuaian tahap masa pensiun dengan
merubah cara hidup (Harnilawati, 2013).
2.5 Level Pencegahan Perawatan Keluarga
Menurut Harnilawati (2013) terdapat beberapa level pencegahan dalam
keperawatan keluarga, yaitu:
1. Pencegahan primer
Pencegahan primer pada penyakit diabetes melitus adalah upaya yang
ditujukan kepada orang-orang sehat dan yang termasuk ke dalam kategori
beresiko tinggi, yaitu orang-orang yang belum terkena penyakit diabetes
melitus tapi berpotensi terkena diabetes melitus. Sasaran pada penyakit
diabetes melitus adalah orang-orang yang belum terkena penyakit diabetes
melitus dan orang-orang yang beresiko terkena penyakit diabetes melitus yang
pada kasus ini pencegahan primer diberikan kepada anggota keluarga Bpk G.
Tujuannya yaitu untuk mengurangi insiden penyakit diabetes melitus dengan
cara mengendalikan penyebab penyakit dan faktor risikonya. Pencegahan
primer salah satunya meliputi penyuluhan kesehatan berupa:
a. Mempertahankan pola makan sehari-hari yang sehat dan seimbang yaitu
meningkatkan konsumsi buah dan sayur serta membatasi mengkonsumsi
makanan tinggi lemak dan karbohidrat
b. Mempertahankan berat badan normal.
11
c. Melakukan kegiatan jasmani atau olahraga yang cukup sesuai umur dan
kemampuan.
2. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder adalah pencegahan yang dilakukan saat proses penyakit
diabetes melitus sudah berlangsung namun belum timbul tanda atau gejala
sakit dengan tujuan proses penyakit diabetes melitus tidak berlanjut dan
mencegah komplikasi dari diabetes melitus. Sasaran pencegahan sekunder
pada diabetes melitus adalah masyarakat yang sudah terdiagnosis terkena
penyakit diabetes melitus, pada kasus ini pencegahan sekunder diberikan
kepada Bpk G. Tujuan pencegahan sekunder pada diabetes melitus yakni
menghentikan proses penyakit diabetes melitus lebih lanjut dan mencegah
komplikasi. Bentuk kegiatan yang dilakukan meliputi:
a. Skrining dan chek up kesehatan untuk menemukan penderita diabetes
melitus sedini mungkin yakni dengan pemeriksaan glukosa darah.
b. Pengobatan
c. Diet dengan meningkatkan konsumsi sayuran dan buah serta membatasi
makanan tinggi lemak dan karbohidrat sederhana
d. Pengendalian berat badan yanni dengan mempertahankan berat badan
normal.
e. Olahraga yang cukup sesuai umur dan kemampuan.
f. Terapi insulin untuk diabetes mellitus
3. Pencegahan tersier
Pencegahan tersier pada penyakit diabetes adalah pencegahan yang dilakukan
saat proses penyakit diabetes mellitus sudah lanjut dengan tujuan untuk
mencegah cacat dan mengembalikan penderita diabetes mellitus ke status
sehat. Sasaran pencegahan tersier pada penyakit diabetes mellitus adalah
penderita penyakit diabetes mellitus, yang pada kasus di berikan kepada Bpk
A. Tujuan pencegahan tersier adalah menurunkan kelemahan dan kecacatan,
memperkecil penderitaan dan membantu penderita diabetes mellitus untuk
melakukan penyesuaian terhadap kondisi yang tidak dapat diobati lagi. Bentuk
kegiatan yang dilakukan adalah rehabilitasi.
12
2.6 Tugas Keluarga
Menurut Achjar (2010), tugas keluarga merupakan pengumpulan data yang
berkaitan dengan ketidakmampuan keluarga dalam menghadapi masalah
kesehatan. Asuhan keperawatan keluarga, mencantumkan lima tugas keluarga
sebagai paparan etiologi atau penyebab masalah dan biasanya dikaji pada saat
perpanjangan tahap II bila ditemui data maladaptif pada keluarga. Lima tugas
keluarga yang dimaksud adalah:
1. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan, termasuk bagaimana
persepsi keluarga terhadap tingkat keparahan penyakit, pengertian tanda dan
gejala, factor penyebab dan persepsi keluarga terhadap masalah yang dialami
keluarga.
2. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan, termasuk sejauh mana
keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah, bagaimana masalah
dirasakan oleh keluarga, keluarga menyerah atau tidak terhadap masalahnya,
adakah rasa taku terhadap akibat atau adakah sikap negatif dari keluarga
terhadap masalah kesehatan, bagaimana system pengambilan keputusan yang
dilakukan keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit.
3. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit, seperti
bagaimana keluarga mengetahui keadaan sakitnya, sifat dan perkembangan
perawatan yang diperlukan, sumber-sumber yang ada dalam keluarga serta
sikap keluarga terhadap yang sakit.
4. Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan, seperti pentingnya
hygiene sanitasi bagi keluarga, upaya pencegahan penyakit yang dilakukan
keluarga, upaya pemeliharaan lingkungan yang dilakukan keluarga,
kekompakan anggota keluarga dalam menata lingkungan dalam dan luar
rumah yang berdampak terhadap kesehatan keluarga.
5. Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan,
seperti kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan dan fasilitas
pelayanan kesehatan, keberadaan fasilitas kesehatan yang ada, keuntungan
keluarga terhadap penggunaan fasilitas kesehatan, apakah pelayanan
13
kesehatan terjangkau oleh keluarga, adakah pengalaman yang kurang baik
yang dipersepsikan keluarga.
2.7 Tingkat Kemandirian Keluarga
Menurut Depkes (2006), tingkat kemandirian keluarga dibagi menjadi 4, diantaranya:1. Tingkat Kemandirian I
Menerima petugas Perawatan Kesehatan Masyarakat Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana
keperawatan2. Tingkat Kemandirian II
Menerima petugas Perawatan Kesehatan Masyarakat Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana
keperawatan Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya secara benar Melakukan tindakan keperawatan sederhana sesuai yang dianjurkan Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif.
3. Tingkat Kemandirian III Menerima petugas Perawatan Kesehatan Masyarakat Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana
keperawatan Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya secara benar Melakukan tindakan keperawatan sederhana sesuai yang dianjurkan Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif Melaksanakan tindakan pencegahan sesuai anjuran
4. Tingkat Kemandirian IV Menerima petugas Perawatan Kesehatan Masyarakat Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana
keperawatan Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya secara benar Melakukan tindakan keperawatan sederhana sesuai yang dianjurkan Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif Melaksanakan tindakan pencegahan sesuai anjuran Melakukan tindakan promotif secara aktif
14