bab ii
DESCRIPTION
Gagal JantungTRANSCRIPT
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.2. ANATOMI JANTUNG
Jantung adalah organ yang berongga dan berotot dengan ukuran kurang
lebih sebesar kepalan tangan manusia. Jantung terletak di rongga toraks (dada), di
sekitar garis tengah antara sternum atau tulang dada di sebelah anterior dan
vertebra (tulang punggung) di sebelah posterior.
antung terbungkus di dalam kantung pericardium membranosa berdinding
ganda. Lapisan luar kantung adalah membran fibrosa yang kuat melekat ke partisi
jaringan ikat yang memisahkan paru. Perlekatan ini menambatkan jantung,
sehingga jantung tetap berada pada posisinya di dalam dada. Jantung memiliki
pangkal yang lebar di sebelah atas dan meruncing membentuk ujung yang disebut
apeks di dasar.
Dinding jantung terdiri dari tiga lapisan yang berbeda, yaitu:
1. Endokardium
Merupakan lapisan ti[is endothelium, suatu jaringan epitel unik yang
melapisi bagian dalam seluruh sistem sirkulasi di sebelah dalam.
2. Miokardium
Merupakan lapisan tengah yang terdiri dari otot jantung, membentuk
sebagian dinding jantung.
3. Epikardium
Suatu membrane tipis di bagian luar yang membungkus jantung.
2.2. FISIOLOGI JANTUNG
1. Aktifitas Kelistrikan Jantung
Kontraksi sel otot jantung untuk mendorong darah dicetuskan oleh
potensial aksi yang menyebar melalui membran sel-sel otot. Jantung
berkontraksi atau berdenyut secara berirama akibat potensial aksi yang
ditimbulkannya sendiri, suatu sifat yang dikenal sebaga otoritmisitas.
Ada 2 jenis otot jantung:
a. 90% sel otot jantung adalah sel kontraktil, yang melakukan kerja mekanis,
yaitu memompa. Sel-sel pekerja ini dalam keadaan normal tidak
menghasilkan sendiri potensial aksi.
b. Sebaliknya, sebagian kecil sel sisanya sel otoritmik, tidak berkontraksi
tetapi mengkhususkan diri mencetuskan dan menghantarkan potensial aksi
yang bertanggung jawab untuk berkontraksi sel-sel pekerja.
Sel-sel jantung yang mampu mengalami otoritmitas ditemukan di
lokasi-lokasi berikut ini:
a. Nodus Sinoatrium (SA), daerah kecil khusus di dinding atrium kanan dekat
lubang (muara) vena kava superior.
b. Nodus Antrioventrikular (AV), sebuah berkas kecil sel-sel otot jantung di
dasar atrium kanan dekat septum, tepat di atas pertautan atrium dan
ventrikel.
c. Berkas HIS (berkas atrioventrikel), suatu jaras sel-sek khusus yang berasal
dari nodus AV dan masuk ke septum antar ventrikel, tempat berkas tersebut
bercabang membentuk berkas kanan dan kiri yang berjalan ke bawah
melalui septum, melingkari ujung bilik ventrikel, dan kembali ke atrium di
sepanjang dinding luar.
d. Serat Purkinje, serat-serat terminal halus yang berjalan dari berkas HIS dan
menyebar ke seluruh miokardium ventrikel seperti ranting-ranting pohon.
4
Sel-sel jantung yang memiliki pembentukan potensial aksi tertinggi
terletak di nodus SA. Sekali potensial aksi timbul di sel otot jantung, potensial
aksi tersebut akan menyebar ke seluruh miokardium melalui gap junction dan
sistem penghatar khusus. Oleh karena itu, nodus SA, yang dalam keadaan
normal memperlihatkan kecepatan otoritmisitas tertinggi, yaitu 70-80
potensial aksi /menit, menjalankan bagian jantung sisanya dengan kecepatan
ini dan dikenal sebagai pemacu (pacemaker, penentu irama) jantung. Jaringan
otoritmik lain tidak mampu menjalankan kecepatan mereka yang rendah,
karena mereka sudah diaktifkan oleh potensial aksi yang berasal dari nodus
SA sebelum mereka mencapai ambang dengan irama mereka yang lebih
lambat.
Setelah dimulai di nodus SA, potensial aksi menyebar ke seluruh
jantung. Agar jantung berfungsi secara efisien, penyebaran eksitasi (kegiatan
menstimulasi suatu organ) harus memenuhi tiga kriteria:
a. Eksitasi dan kontraksi atrium harus selesai sebelum kontraksi ventrikel
dimulai.
Pengisian ventrikel sempurna memerlukan kondisi atrium yang
mendahului kontraksi ventrikel.
b. Eksitasi serat-serat otot jantung harus dikoordinasi untuk memastikan
bahwa setiap bilik jantung berkontraksi sebagai suatu kesehatan untuk
menghasilkan daya pompa yang efisien. Apabila serat-serat otot di bilik
jantung tereksitasi dan berkontraksi secara acak, tidak secara simultan dan
terkoordinasi, darah tidak dapat terpompa. Eksitasi dan kontraksi sel-sel
jantung yang secara acak dan tidak terkoordinasi seperti itu dikenal
dengan fibrilasi.
c. Pasangan atrium dan pasangan ventrikel harus secara fungsional
terkoordinasi, sehingga kedua anggota pasangan tersebut kontraksi secara
simultan. Hal ini memungkinkan darah terpompa ke sirkulasi paru dan
5
sistemik.
2. Proses Mekanis Siklus Jantung
Proses jantung terdiri dari tiga kejadian penting:
a. Pembentukan aktivitas listrik sewaktu jantung secara otoritmis mengalami
depolarisasi dan repolarisasi. (dalam aktivitas kalistrikan jantung)
b. Aktivitas mekanis yang terdiri dari periode sistol (kontraksi dan
pengosongan ventrikel) dan diastole (relaksasi dan pengisian ventrikel)
berganti-ganti yang dicetuskan oleh siklus listrik yang berirama.
c. Arah aliran darah melintasi bilik-bilik jantung, yang ditentukan oleh
pembukaan dan penutupan katup-katup akibat perubahan tekanan yang
dihasilkan oleh aktivitas mekanis.
2. Curah Jantung
Curah jantung bergantung pada kecepatan denyut jantung dan volume
sekuncup. Curah jantung adalah volume darah yang disemprotkan oleh setiap
ventrikel setiap menit, ditentukan oleh kecepatan denyut jantung dan volume
sekuncup. Dua penentu curah jantung adalah kecepatan denyut jantung
(denyut per menit) dan volume sekuncup (volume darah yang dipompa per
denyut).
Kecepatan denyut jantung berubah-ubah oleh perubahan keseimbangan
pengaruh simpatis dan parasimpatis pada nodus SA. Stimulasi parasimpatis
memperlambat kecepatan denyut jantung dan stimulasi simpatis
mempercepatnya. Kecepatan denyut jantung rata-rata adalah 70x/menit yang
ditentukan oleh irama nodus SA, sedangkan volume sekuncup rata-rata adalah
70 ml/denyut, sehingga curah jantung rata-rata adalah 4900 ml/menit atau
mendekati 5 liter/menit.
Pada saat beraktifitas curah jantung dapat meningkat menjadi 20-25
liter/menit. Perbedaan antara curah jantung saat istirahat dan volume
6
maksimum darah yang dapat dipompa oleh jantung per menit dikenal sebagai
Cadangan Jantung (Cardiac Reserve). Kemampuan jantung untuk
meningkatkan cadangan jantung yang diperlukan oleh tubuh tergantung dari 4
faktor antara lain preload (pengisian ventrikel), afterload (melawan darah dari
jantung), kontraktilitas jantung dan laju jantung.
Volume sekuncup bergantung pada:
a. Tingkat pengisian ventrikel, dengan peningkatan volume diastolic akhir
menyebabkan volume sekuncup yang lebih besar melalui hubungan
panjang tegangan (kontrol intrinsik).
b. Tingkat stimulasi simpatis menyebabkan peningkatan kontraktilitas
jantung, yaitu peningkatan kekuatan kontraksi dan peningkatan volume
sekuncup pada volume diastolic akhir tertentu (kontrol ekstrinsik).
2.3. Definisi
Suatu kegagalan jantung dalam memompa darah untuk memenuhi
kebutuhan tubuh (Purnawan Junadi, 1982).
Kegagalan jantung kongestif adalah suatu kegagalan pemompaan (di mana
cardiac output tidak mencukupi kebutuhan metabolik tubuh), hal ini mungkin
terjadi sebagai akibat akhir dari gangguan jantung, pembuluh darah atau kapasitas
oksigen yang terbawa dalam darah yang mengakibatkan jantung tidak dapat
mencukupi kebutuhan oksigen pada erbagai organ (Ni Luh Gede Yasmin, 1993).
Gagal jantung (heart failure) merupakan sindrom pada keadaan patologi yang
ditandai karena metabolisme jaringan tubuh. Sindrom tersebut berupa sesak dan
fatique baik saat aktivitas atau istirahat. Saat ini istilah CHF ( Congestive Heart
Failure) tidak digunakan lagi melainkan HF ( Heart Failure) karena sering kali
tanda tanda kongestif tak tampak atau tersembunyi
7
2.4. Gejala
Gejala pada penderita gagal jantung yang tidak terkompensasi akan
merasakan lelah dan lemah baik saat istirahat atau jika melakukan aktivitas fisik
karena otot-ototnya tidak mendapat distribusi darah yang cukup.
Gagal jantung kanan cenderung mengakibatkan pengumpulan darah yang
mengalir ke bagian kanan jantung. Hal ini menyebabkan pembengkakan di kaki,
pergelangan (udem) kaki, tungkai, hati dan perut. Gagal jantung kiri
menyebabkan pengumpulan cairan di dalam paru-paru (edema pulmoner), yang
menyebabkan sesak nafas yang hebat. Pada awalnya sesak nafas hanya terjadi
pada saat melakukan aktivitas; tetapi sejalan dengan memburuknya penyakit,
sesak nafas juga akan timbul pada saat penderita tidak melakukan aktivitas.
Kadang sesak nafas terjadi pada malam hari ketika penderita sedang
berbaring, karena cairan bergerak ke dalam paru-paru. Penderita sering terbangun
dan bangkit untuk menarik nafas atau mengeluarkan bunyi mengi. Duduk
menyebabkan cairan mengalir dari paru-paru sehingga penderita lebih mudah
bernafas. Kebanyakan dari penderita gagal jantung tidur dengan posisi setengah
duduk untuk menghindari dari sesak
2.5. Pemeriksaan Diagnosis
Selain dari gejala-gejala yang timbul dapat juga kita tegakkan dengan
pemeriksaat fisik yang antara lain kita bisa dapatkan
a. hipotensi
b. denyut nadi yang lemah dan cepat
c. JVP meningkat
d. udem paru
e. kardiomegali
f. bunyi jantung abnormal
8
g. hepatomegali
h. asites atau udem tungkai
i. berat badan berlebih (IMT >30)
Untuk pemeriksaan penunjang dapat menggunakan
a. Elektrokardiografi (EKG)
Electrocardiography tidak dapat digunakan untuk mengukur anatomi
LVH tetapi hanya merefleksikan perubahan elektrik (atrial dan ventrikular
aritmia) sebagai faktor sekunder dalam mengamati perubahan anatomi. Hasil
pemeriksaan ECG tidak spesifik menunjukkan adanya gagal jantung
b. Radiologi (foto thorax)
Foto thorax dapat membantu dalam mendiagnosis gagal jantung.
Kardiomegali biasanya ditunjukkan dengan adanya peningkatan
cardiothoracic ratio / CTR (lebih besar dari 0,5) pada tampilan postanterior.
Pada pemeriksaan ini tidak dapat menentukan gagal jantung pada disfungsi
siltolik karena ukuran bias terlihat normal
c. Echocardiography
Pemeriksaan ini direkomendasikan untuk semua pasien gagal jantung.
Tes ini membantu menetapkan ukuran ventrikel kiri, massa, dan fungsi.
Kelemahan echocardiography adalah relative mahal, hanya ada di rumah
sakit dan tidak tersedia untuk pemeriksaan skrining yang rutin untuk
hipertensi pada praktek umum
Pada saat ini terdapat metoda baru yang mempu menentukan gagal
jantung yaitu pemeriksaan laboratorium BNP ( Brain Natriuretic Peptide) dan
NT-pro BNP (N Terminal protein BNP. Kegunaan pemeriksaan BNP adalah
untuk skrining penyakit jantung, stratifikasi pasien dengan gagal jantung,
deteksi left ventricular systolic dan atau diastolic dysfunction serta untuk
9
membedakan dengan dispnea. Berbagai studi menunjukkan kosentrasi BPN
lebih akurat mendignosis gagal jantung
2.6. Etiologi
Gagal jantung disebabkan dari beberapa penyakit jantung yang
menyebabkan terganggunga kemampuan fungsi jantung untuk memompa darah,
secara umum disebabkan oleh penyakit jantung pada :
1. Otot jantung
2. Pembuluh darah jantung
3. Pericardial
4. Kongenital
5. Aritmia
Keadaan tersebut menyebabkan kegagalan otot atau kehilangan fungsi
jantung setelah mengalami kerusakan jantung atau keadaan hemodinamis kronis
yang menetap yang disebabkan karena tekanan atau volume overload yang
menyebabkan hipertrofi dan dilatasi dari ruang jantung.
Mekanisme Kompensasi
Mekanisme adaptive atau kompensasi jantung dalam merespon keadaan
yang menyebabkan kegagalan jantung tersebut antara lain
1. Mekanisme Frank-Starling
Mekanisme Frank-Starling meningkatkan stroke volume berarti terjadi
peningkatan volume ventricular end-diastolic. Bila terjadi peningkatan
pengisian diastolik, berarti ada peningkatan peregangan dari serat otot jantung,
lebih optimal pada filamen aktin dan miosin, dan resultannya meningkatkan
tekanan pada kontraksi berikutnya. Pada keadaan normal, mekanisme Frank-
Starling mencocokan output dari dua ventrikel.
10
Pada gagal jantung, mekanisme Frank-Starling membantu mendukung
cardiac output. Cardiac output mungkin akan normal pada penderita gagal
jantung yang sedang beristirahat, dikarenakan terjadinya peningkatan volume
ventricular end-diastolic dan mekanisme Frank-Starling. Mekanisme ini
menjadi tidak efektif ketika jantung mengalami pengisian yang berlebihan dan
serat otot mengalami peregangan yang berlebihan.
Hal penting yang menentukan konsumsi energi otot jantung adalah
ketegangan dari dinding ventrikular. Pengisian ventrikel yang berlebihan
menurunkan ketebalan dinding pembuluh darah dan meningkatkan ketegangan
dinding pembuluh darah. Peningkatan ketegangan dinding pembuluh darah
akan meningkatkan kebutuhan oksigen otot jantung yang menyebabkan
iskemia dan lebih lanjut lagi adanya gangguan fungsi jantung
2. Aktivasi neurohormonal yang mempengaruhi beberapa sistem antara lain
sistem saraf simpatetik
Stimulasi sistem saraf simpatetik berperan penting dalam respon
kompensasi menurunkan cardiac output dan patogenesis gagal jantung. Baik
cardiac symphatetic tone dan katekolamin (epinefrin dan norepinefrin)
meningkat selama tahap akhir dari hampir semua bentuk gagal jantung.
Stimulasi langsung irama jantung dan kontraktilitas otot jantung oleh
pengaturan vascular tone, sistem saraf simpatetik membantu memelihara
perfusi berbagai organ, terutama otak dan jantung.
Aspek negatif dari peningkatan aktivitas system saraf simpatetik
melibatkan peningkatan tahanan sistem vaskular dan kelebihan kemampuan
jantung dalam memompa. Stimulasi simpatetik yang berlebihan juga
menghasilkan penurunan aliran darah ke kulit, otot, ginjal, dan organ
abdominal. Hal ini tidak hanya menurunkan perfusi jaringan tetapi juga
berkontribusi meningkatkan sistem tahanan vaskular dan stres berlebihan dari
jantung
11
3. Mekanisme Renin-Angiotensin-Aldosteron
Salah satu efek yang paling penting dalam menurunkan cardiac output
dalam gagal jantung adalah reduksi aliran darah pada ginjal dan kecepatan
filtrasi glomerulus, yang menyebabkan retensi garam dan air. Penurunan aliran
darah ke ginjal, meningkatkan sekresi renin oleh ginjal yang secara paralel
akan meningkatkan pula angiotensin II. Peningkatan konsentrasi angiotensin II
berkontribusi pada keadaan vasokonstriksi dan menstimulasi produksi
aldosteron dari adrenal korteks. Aldosteron akan meningkatkan reabsorpsi
natrium dengan meningkatkan retensi air.
Selain itu angiotensin II dan aldosteron juga terlibat dalam inflamasi
proses perbaikan karena adanya kerusakan jaringan. Keduanya menstimulasi
produksi sitokin, adhesi sel inflamasi (contoh neutrofil dan makrofag) dan
kemotaksis; mengaktivasi makrofag pada sisi kerusakan dan perbaikan; dan
menstimulasi pertumbuhan fibroblas dan sintesis jaringan kolagen.
4. Peptida natriuretik dan substansi vasoaktif yang diproduksi secara local
Ada tiga jenis natriuretic peptide yaitu atrial natriuretic peptide
(ANP), brain natriuretic peptide (BNP), dan C-type natriuretic peptide (CNP).
ANP dihasilkan dari sel atrial sebagai respon meningkatkan ketegangan
tekanan atrial, memproduksi natriuresis cepat dan sementara, diuretik dan
kehilangan kalium dalam jumlah sedang dalam urine. BNP dikeluarkan
sebagai respon tekanan pengisian ventrikel sedangkan fungsi CNP masih
belum jelas.
5. Hipertrofi otot jantung dan remodeling
Perkembangan hipertrofi otot jantung dan remodeling merupakan
salah satu mekanisme akibat meningkatnya kerja yang berlebih. Meskipun
hipertrofi ventrikel memperbaiki kerja jantung, ini juga merupakan faktor
risiko yang penting bagi morbiditas dan mortalitas. Keadaan hipertrofi dan
remodeling dapat menyebabkan perubahan dalam struktur (massa otot,
12
dilatasi chamber) dan fungsi (gangguan fungsi sistolik dan diastolik). Ada 2
tipe hipertrofi, yaitu pertama Concentric hypertrophy, terjadi penebalan
dinding pembuluh darah, disebabkan oleh hipertensi.dan kedua Eccentric
hypertrophy, terjadi peningkatan panjang otot jantung disebabkan oleh dilated
cardiomyopathy.
6. Klasifikasi
Gagal jantung secara umum dibagi menjadi gagal jantung akut dan
gagal jantung kronis.
a. Gagal jantung Akut
Gagal jantung akut didefinisikan sebagai serangan cepat dari
gejala atau tanda akibat fungsi jantung yang abnormal. Dapat terjadi
dengan atau tanpa adanya sakit jantung sebelumnya. Disfungsi jantung
bisa berupa disfungsi sistolik atau disfungsi diastolik, keadaan irama
jantung yang abnormal atau ketidakseimbangan dari pre-load atau after-
load, seringkali memerlukan pengobatan segera. Gagal jantung akut dapat
berupa serangan baru tanpa ada kelainan jantung sebelumnya atau
dekompensasi akut dari gagal jantung kronis.
Pada gagal jantung akut ini dapat pula diklasifikasikan lagi baik
dari gejala klinis dan foto thorax (Killip), klinis dan karakteristik
hemodinamik (Forrester) atau berdasarkan sirkulasi perifer dan auskultasi
paru. Dapat pula dibagi berdasarkan dominasi gagal jantung kanan atau
kiri yaitu Forward (kiri dan kanan (AHF), Left heart backward failure
(yang dominan gagal jantung kiri), dan Right heart backward failure
(berhubungan dengan disfungsi paru dan jantung sebelah kanan).
b. Gagal jantung kronik
13
Gagal jantung kronik didefinisikan sebagai sindrom klinik yang
komplek yang disertai keluhan gagal jantung berupa sesak, fatik, baik
dalam keadaan istirahat atau latihan, edema dan tanda objektif adanya
disfungsi jantung dalam keadaan istirahat.
2.7. Klasifikasi stadium
Berdasarkan American College of Cardiology and the American Heart
Association, gagal jantung telah diklasifikasikan menjadi beberapa tahap dan juga
terapi yang diberikan yaitu antara lain (Gambar 01)
1. Tahap A
Mempunyai risiko tinggi terhadap perkembangan gagal jantung tetapi
tidak menunjukkan struktur abnormal dari jantung .
2. Tahap B
Adanya stuktur yang abnormal pada jantung pasien tetapi tidak
bergejala.
3. Tahap C
Adanya struktural yang abnormal dari pasien dengan gejala awal gagal
jantung.
4. Tahap D
Pasien dengan gejala tahap akhir gagal jantung sulit diterapi dengan
pengobatan standar.
Sedangkan berdasarkan New York Heart Association (NYHA)
diklasifikasikan emnjadi 4 kelas fungsional
1. Kelas I
Pasien dengan penyakit jantung tetapi tidak mempunyai batasan
14
aktivitas fisik.
2. Kelas II
Pasien dengan penyakit jantung tetapi mempunyai sedikit batasan
aktivitas fisik.
3. Kelas III
Pasien dengan penyakit jantung yang mempunyai batasan yang harus
diperhatikan dalam aktivitas fisik.
4. Kelas IV
Pasien dengan penyakit jantung yang tidak dapat melakukan berbagai
aktivitas fisik yang disebabkan dyspneaa
2.8. Patofisiologi
Jantung yang normal dapat berespons terhadap peningkatan kebutuhan
metabolisme yang menggunakan mekanisme kompensasi yang bervariasi untuk
mempertahankan kardiak output. Ini mungkin meliputi: respons sistem syaraf
simpatetik terhadap baro reseptor atau kemoreseptor, pengencangan dan
pelebaran otot jantung untuk menyesuikan terhadap peningkatan volume,
vasokonstyrinksi arteri renal dan aktivasi sistem renin angiotensin serta respon
terhadap serum-serum sodium dan regulasi ADH dari reabsorbsi cairan.
Kegagalan mekanisme kompensasi di percepat oleh adanya volume darah
sirkulasi yang di pompakan untuk menentang peningkatan resisitensi vaskuler
oleh pengencangan jantung. Kecepatan jantung memperpendeka waktu pengisian
ventrikel dan arteri koronaria, menurunnya kardiak ouput menyebabkan
berkurangnya oksigenasi pada miokard.
Peningkatan tekanan dinding pembuluh darah akibat dilatasi menyebabkan
peningkatan tunutan oksigen dan pembesaran jantung (hipertropi) terutama pada
jantung iskemik atau kerusakan, yang menyebabkan kegagalan mekanisme
pemompaan.
15
Secara skematis dapat digambarkan sebagai berikut:
Kegaglan jantung dapat di nyatakan sebagai kegagalan sisi kiri atau sisi
kanan jantung. Kegagalan pada salah satu sisi jantung dapat berlanjut dengan
kegagalan pada sisi yang lain dan manifestasi klinis yang sering menampakan
kegagalan pemompaan total. Manifestasi klinis dari gagal jantung kanan adalah:
edema, distensi vena, asites, penambahan berat badan, nokturia, anoreksia,
peningkatan tekanan atrium kanan, peningkatan tekanan vena perifer.
Manifestasi klinis dari gagal jantung sisi kiri adalah: dispnea on effort,
orthopnea, sianosis, batuuk, dahak berdarah, lemah, peningkatan tekanan
pulmonari kapiler, peningkatan tekanan atrium kiri.
16
Peningkatan metabolisme tubuh
Jantung menggunakan mekanisme kompensasi untuk mempertahankan
kardiak output
Mekanisme kompensasi yang digunakan antara lain:1. Peningkatan HR.2. Hipertropi miokard.3. Pengaktifan sistem renin
angiotensin.4. Regulasi ADH dan reab-
sorbsi cairan.Peningkatan beban kerja
jantung oleh karena peningkatan SVR
Jantung bekerja lebih keras dengan meningkatkan HR
Memperpendek waktu pengisian ventrikel dan
arteri koronaria
Menimbulkan injury dan iskemi pada miokard
Menimbulkan injury dan iskemi pada miokard
Menimbulkan kegagalan mekanisme pemompaan