bab ii

29
BAB II KAJIAN TEORI A. Penelitian Pengembangan Metrode penelitian dan pengembangan dalam bahasa inggris disebut “Research and Development” adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut. Menurut Sugiyono (2014: 297), untuk dapat menghasilkan produk pembelajaran tertentu digunakan penelitian yang bersifat analisis kebutuhan dan untuk menguji keefektifan produk tersebut supaya dapat berfungsi di masyarakat luas. Menurut Sujadi (2003:164) didefinisikan penelitian dan pengembangan (R&D) adalah suatu proses atau langkah- langkah untuk mengembangkan suatu produk baru, atau menyempurnakan produk yang telah ada yang dapat dipertanggungjawabkan. Produk tersebut tidak selalu 10

Upload: rifqiyah

Post on 12-Dec-2015

224 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

BAB II

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Penelitian Pengembangan

Metrode penelitian dan pengembangan dalam bahasa inggris disebut

“Research and Development” adalah metode penelitian yang digunakan untuk

menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut. Menurut

Sugiyono (2014: 297), untuk dapat menghasilkan produk pembelajaran tertentu

digunakan penelitian yang bersifat analisis kebutuhan dan untuk menguji keefektifan

produk tersebut supaya dapat berfungsi di masyarakat luas.

Menurut Sujadi (2003:164) didefinisikan penelitian dan pengembangan

(R&D) adalah suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu

produk baru, atau menyempurnakan produk yang telah ada yang dapat

dipertanggungjawabkan. Produk tersebut tidak selalu berbentuk benda atau perangkat

keras (hardware), seperti buku, modul, alat bantu pembelajaran di kelas atau di

laboratorium, tetapi bisa juga perangkat lunak (software), seperti program komputer

untuk pengolahan data, pembelajaran di kelas, perpustakaan atau laboratorium,

ataupun model-model pendidikan, pembelajaran, pelatihan, bimbingan, evaluasi,

manajemen, dll.

Borg and Gall (dalam Sugiyono, 2014:298) mengemukakan “unfortunately,

R&D still plays a minor in aducation” sebenarnya, R&D masih sedikit dimainkan

pada lingkungan pendidikan”. Pernyataan dari ahli tersebut menerangkan bahwa

10

Page 2: BAB II

11

metode R&D masih sangat rendah digunakan dalam lingkungan pendidikan. Banyak

produk tertentu dalam bidang pendidikan yang perlu dikembangkan melalui metode

penelitian dan pengembangan atau “Research and Development” (R&D).

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

penelitian pengembangan adalah suatu proses yang digunakan untuk

mengembangkan dan memvalidasi produk-produk yang digunakan dalam pendidikan.

B. Bahan Ajar

1. Definisi Bahan Ajar

Dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, bahan diartikan sebagai segala

sesuatu yang dipakai untuk tujuan tertentu, sedangkan ajar berarti petunjuk yang

diberikan agar seseorang mau menuruti (mengetahui sesuatu), jadi bahan ajar

adalah segala sesuatu yang dipakai dengan tujuan memberi petunjuk agar seseorang

mau menuruti (mengetahui sesuatu).

Menurut Daryanto dan Aris Dwicahyono (2014:171), bahan ajar merupakan

informasi, alat dan teks yang diperlukan guru/instruktur untuk perencanaan dan

penelaahan implementasi pembelajaran di kelas. Bahan yang dimaksud bisa berupa

bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis. Guru harus memiliki atau menggunakan

bahan ajar yang sesuai dengan kurikulum, karakteristik sasaran, tuntutan pemecahan

masalah belajar.

Udin Saefudin Sa’ud (2008: 214), bahan ajar adalah bahan pembelajaran yang

secara langsung digunakan untuk pembelajaran. Bahan ajar juga diartikan sebagai

Page 3: BAB II

12

segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/instruktur dalam

melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas (Abdul Majid, 2012: 173).

Sedangkan menurut Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan (2008),

bahan ajar adalah segala bentuk yang digunakan untuk membantu guru dalam

melaksanakan kegiatan pembelajaran.

Berdasarkan definisi-definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa bahan ajar

merupakan komponen pembelajaran yang digunakan guru sebagai bahan belajar bagi

siswa dan membantu guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas.

2. Tujuan Bahan Ajar

Daryanto dan Dwicah0yono (2014:171-172), tujuan bahan ajar sebagai

berikut: (a) menyediakan bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum dengan

mempertimbangkan kebutuhan peserta didik, yaitu bahan ajar yang sesuai dengan

karakteristik dan lingkungan social peserta didik, (b) membantu peserta didik dalam

memperoleh alternatif bahan ajar disamping buku-buku teks yang terkadang sulit

diperoleh, (c) memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran.

Berdasarkan tujuan bahan ajar di atas dapat dinyatakan bahwa, bahan ajar

yang berbentuk buku ajar bertujuan pada pembelajaran yang menghasilkan karya

siswa, dengan menyediakan bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum,

membantu peserta didik dalam memperoleh alternatif bahan ajar, serta memudahkan

guru dalam menyampaikan materi dalam pembelajaran.

Page 4: BAB II

13

3. Manfaat Bahan Ajar

Daryanto dan Dwicahyono (2014:172), manfaat bahan ajar dipandang dari sisi

guru, yaitu: (a) diperoleh bahan ajar yang sesuai tuntutan kurikulum dan sesuai

dengan kebutuhan belajar peserta didik, (b) tidak lagi tergantung kepada buku teks

yang terkadang sulit diperoleh, (c) memperkarya karena dikembangkan dengan

menggunakan berbagai referensi, (d) menambah khasanah pengetahuan dan

pengalaman guru dalam menulis bahan ajar, (e) menambahn komunikasi

pembelajaran efektif antara guru dengan peserta didik, karena peserta didik akan

merasa lebih percaya kepada gurunya.

Sedangkan, manfaat bahan ajar dipandang dari sisi peserta didik, yaitu: (a)

kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik, (b) kesempatan untuk belajar secara

mandiri dan mengurangi ketergantungan terhadap kehadiran guru, (c) mendapatkan

kemudahan dalam mempelajari setiap kompetensi yang harus dikuasainya.

Berdasarkan manfaat bahan ajar di atas dapat dinyatakan bahwa, manfaat

yang diperoleh guru yaitu bahan ajar sesuai dengan tuntutan kurikulum, tidak

tergantung dengan buku teks dan buku paket bantuan pemerintah, sedangkan manfaat

yang diperoleh oleh peserta didik yaitu, menciptakan pembelajaran menarik,

menumbuhkan motivasi, mengurangi ketergantungan dan mendapatkan kemudahan

dalam mempelajari setiap indikator yang terdapat pada perangkat pembelajaran yang

disusun oleh guru serta terciptanya pembelajaran tuntas dan pembelajaran elektronika

dasar bisa menghasilkan karya siswa.

Page 5: BAB II

14

4. Prinsip Pengembangan Bahan Ajar

Daryanto dan Dwicahyono (2014:172-173), prinsip pengembangan bahan

ajar, sebagai berikut: (a) mulai dari yang mudah untuk memahami yang sulit, dari

yang konkrit untuk memahami yang abstrak, artinya siswa akan lebih mudah

memahami suatu konsep tertentu apabila penjelasan dimulai dari yang mudah atau

sesuatu yang konkrit, sesuatu yang nyata ada di lingkungan mereka, (b) pengulangan

akan memperkuat pemahaman, artinya pengulangan sangat diperlukan dalam

pembelajaran agar siswa lebih memahami suatu konsep. Pengulangan dalam

penulisan bahan ajar harus disajikan secara tepat dan bervariasi sehingga tidak

membosankan, (c) umpan balik positif akan memberikan penguatan terhadap

pemahaman peserta didik, artinya respon positif yang diberikan oleh guru terhadap

siswa akan menjadi penguatan pada diri siswa, (d) motivasi belajar yang tinggi

merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan belajar, arinya seorang siswa yang

memiliki motivasi belajar tinggi akan lebih berhasil dalam belajar. Untuk itu, salah

satu tugas guru dalam melaksanakan pembelajaran adalah memberikan dorongan

(motivasi) agar siswa mau belajar, (c) mencapai tujuan ibarat naik tangga, setahap

demi setahap, akhirnya akan mencapai ketinggian tertentu, artinya pembelajaran

adalah suatu proses bertahap dan berkelanjutan. Untuk mencapai suatu standar

kompetensi yang tinggi, perlu disusun tujuan-tujuan tertentu, (d) mengetahui hasil

yang telah dicapai akan mendorong peserta didik untuk terus mencapai tujuan, artinya

dalam proses pembelajaran guru ibarat pemandu perjalanan. Dalam pembelajaran,

setiap anak akan mencapai tujuan tersebut dengan kecepatannya yang berbeda-beda.

Page 6: BAB II

15

Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan (2008:8-9), prinsip

pengembangan bahan ajar, sebagai berikut: (a) ketersediaan bahan ajar sesuai

kurikulum, artinya bahan ajar yang dikembangkan harus sesuai dengan kurikulum,

(b) karakteristik sasaran, artinya bahan ajar yang dikembangkan dapat disesuaikan

dengan karakteristik siswa sebagai sasaran, karakteristik tersebut meliputi lingkungan

sosial, budaya, geografis maupun tahapan perkembangan siswa, (c) pengembangan

bahan ajar harus dapat menjawab atau memecahkan masalah atau kesulitan dalam

belajar.

Berdasarkan prinsip pengembangan bahan ajar di atas dapat disimpulkan

bahwa, pengembangan bahan ajar di sekolah perlu memperhatikan karakteristik siswa

dan kebutuhan siswa sesuai kurikulum, yaitu menuntut adanya partisipasi dan

aktifitas siswa lebih banyak dalam proses pembelajaran. Pengembangan bahan ajar

berupa buku ajar elektronika dasar menjadi salah satu alternatif bahan ajar yang akan

bermanfaat bagi siswa menguasai kompetensi tertentu, karena bahan ajar sesuai

dengan KD yang dikembangkan K13 sehingga dapat membantu siswa menambah

informasi tentang materi yang dipelajari melalui kegiatan belajar secara sistematis.

5. Karakteristik Bahan Ajar

Chomsin S. Widodo dan Jasmadi (2008: 50), ada beragam bentuk buku, baik

yang digunakan untuk sekolah maupun perguruan tinggi, contohnya buku referensi,

modul ajar, buku pratikum, bahan ajar, dan buku diklat. Sesuai dengan pedoman

penulisan modul yang dikeluarkan oleh Derektorat Menengah Kejuruan Jendral

Pendidikan Dasar dan Menengah Depertemen Pendidikan Nasional Tahun 2003,

Page 7: BAB II

16

bahan ajar memiliki karakteristik, yaitu self intruksional, self contained, stand

alone, adaptive, dan user friendly. Self intruksional yaitu bahan ajar dapat membuat

siswa mampu membelajarkan sendiri dengan bahan ajar yang dikembangkan. Selain

itu, dengan bahan ajar akan memudahkan siswa belajar secara tuntas dengan

memberikan materi pembelajaran yang dikemas ke dalam unit-unit atau kegiatan

yang lebih spesifik; pertama, Self contained yaitu seluruh materi pelajaran dari satu

unit kompetensi atau subkompetensi yang dipelajari terdapat didalam satu bahan ajar

secara utuh; kedua, Stand alone (berdiri sendiri) yaitu bahan ajar yang

dikembangkan tidak tergantung pada bahan ajar lain atau tidak harus digunakan

bersama-sama dengan bahan ajar lain; ketiga, Adaptive yaitu bahan ajar hendaknya

memiliki daya adaptif yang tinggi terhadap perkembangan ilmu dan teknologi;

keempat, User friendly yaitu setiap intruksional dan paparan informasi yang

tampil bersifat membantu dan bersahabat dengan pemakainya, termasuk kemudahan

pemakai dalam merespon dan mengakses sesuai dengan keinginan.

Berdasarkan pendapat di atas dapat dinyatakan bahwa, penyusunan dalam

bahan ajar harus mempunyai karakteristik antara lain yaitu, materi pembelajaran dari

satu unit kompetensi terdapat dalam satu bahan ajar secara utuh, bahan ajar yang

dikembangkan tidak tergantung pada bahan ajar lain, bahan ajar memiliki daya

adaptif yang tinggi terhadap perkembangan ilmu dan tegnologi, serta setiap indikator

dan paparan informasi yang tampil bersifat membantu dan bersahabat.

Page 8: BAB II

17

6. Jenis-jenis Bahan Ajar

Menurut Daryanto dan Dwicahyono (2014:172-173), jenis-jenis bahan ajar,

sebagai berikut: (a) bahan ajar pandang (visual) terdiri atas bahan cetak (printed)

seperti antara lain handout, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, leaflet,

wallchart, foto/gambar, non cetak (non printed) seperti model/market, (b) bahan ajar

dengar (audio) seperti kaset, radio, piringan hitam, dan compact disk audio, (c) bahan

ajar pandang dengar (audio visual) seperti video compact disk, film, (d) bahan ajar

multimedia interaktif (interactive teaching material) seperti CAI (computer assisted

instruction), CD (compact disk) multimedia pembelajaran interaktif, dan bahan ajar

berbasis web (web based learning materials).

Menurut Lestari (2013:7), secara umum, buku dibedakan menjadi empat jenis,

sebagai berikut: (a) buku sumber, yaitu buku yang dapat dijadikan rujukan, referensi,

dan sumber untuk kajian ilmu tertentu, biasanya berisi suatu kajian ilmu yang

lengkap, (b) buku bacaan, yaitu buku yang hanya berfungsi untuk bahan bacaan saja,

misalnya cerita, legenda, novel, dan lain sebagainya, (c) buku pegangan, yaitu buku

yang bisa dijadikan pegangan guru atau pengajar dalam melaksanakan proses

pembelajaran, (d) buku bahan ajar, yaitu buku yang disusun untuk proses

pembelajaran dan berisi bahan-bahan atau materi pembelajaran yang akan dijabarkan.

Bahan ajar yang dimaksud disini adalah bahan ajar cetak berupa modul yang dapat

digunakan siswa untuk belajar mandiri tanpa proses pembelajaran dapat terus

berlangsung meskipun tidak dilakukan di kelas.

Page 9: BAB II

18

Berdasarkan beberapa jenis bahan ajar dapat dinyatakan bahwa, bahan ajar

yang sesuai dalam pembelajaran elektronika dasar di SMK yaitu bahan ajar berupa

buku, yaitu buku yang disusun untuk proses pembelajaran dan berisi bahan-bahan

atau materi pembelajaran yang akan dijabarkan, dengan karakteristik sebagai berikut:

(a) bahan ajar cetak harus mempunyai kemampuan menjelaskan yang sejelas-jelasnya

untuk membantu siswa dalam proses pembelajaran, baik dalam bimbingan guru

maupun secara mandiri, (b) bersifat lengkap (self-contained) artinya memuat hal-hal

yang sangat diperlukan dalam proses pembelajaran didalamnya terdapat tujuan

pembelajaran/kompetensi, materi, latihan/tugas-tugas, soal-soal evaluasi, (c) mampu

membelajarkan peserta didik (self-instructional material), artinya dalam bahan

pembelajaran cetak harus mampu memicu siswa untuk aktif dalam proses belajarnya

bahkan membelajarkan siswa untuk dapat menilai kemampuan belajarnya sendiri.

C. Problem Based Learning (PBL)

Problem Based Learning (PBL) adalah suatu model pembelajaran

menggunakan permasalahan dalam dunia nyata sebagai konteks bagi siswa untuk

belajar cara berpikir kritis dan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh

pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pembelajaran, melatih berpikir

tingkat tinggi termasuk didalamnya belajar bagaimana belajar dan melatih siswa

menjadi pebelajar mandiri dan self-regulated (Nurhadi, dkk, 2009).

Menurut Arends (2012: 43), pembelajaran berdasarkan masalah merupakan

suatu pendekatan pembelajaran, yang mana siswa mengerjakan permasalahan yang

Page 10: BAB II

19

auentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri,

mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir tingkat lebih tinggi,

mengembangkan kemandirian dan percaya diri.

Ibrahim dan Nur (dalam Rusman, 2010) mengemukakan bahwa Problem

Based Learning (PBL) merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang

digunakan untuk merangsang berpikir tingkat tinggi siswa dalam situasi yang

berorientasi pada masalah dunia nyata, termasuk di dalamnya bagaimana belajar.

Jadi, Problem Based Learning (PBL) adalah suatu model pembelajaran, yang mana

sejak awal dihadapkan pada suatu masalah, kemudian diikuti oleh proses pencarian

informasi yang bersifat student centered. Pembelajaran berdasarkan masalah

memberikan kesempatan kepada siswa mempelajari materi akademis dan

keterampilan mengatasi masalah dengan terlibat di berbagai situasi kehidupan nyata

sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berfikir kritis dan

keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep

yang esensial dari materi pelajaran. Penerapan PBL terdiri dari lima langkah mulai

dari guru melakukan orientasi masalah actual dan diakhiri dengan proses analisa dan

evaluasi hasil kerja siswa. Langkah-langkah tersebut tertera dalam Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Sintaks Model PBL

NoLangkah-langkah

Problem Based LearningKegiatan yang dilakukan guru

1 Orientasi siswa pada masalah Guru menjelaskan tujuan pembelajaran (atau indikator hasil belajar), memotivasi siswa agar terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya

2 Mengorganisasi siswa dalam belajar Guru membantu siswa dalam mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang

Page 11: BAB II

20

berhubungan dengan masalah tersebut3 Membimbing penyelidikan individu

maupun kelompokGuru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen dan penyelidikan untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah

4 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model dan membantu mereka membagi tugas dengan temannya

5 Menganalisa dan mengevalusi proses pemecahan masalah

Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka digunakan.

(Sumber: Arends, 2012: 411)

Berdasarkan tujuan yang dituntut dalam panduan pengembangan BSNP, maka

peneliti memilih model pembelajaran yang memenuhi tujuan kurikulum. Salah satu

pembelajaran kontruktivisme yang sesuai dengan tuntutan kurikulum K13 yaitu

model pembelajaran PBL. PBL mendorong peserta didik untuk berperan aktif dalam

menyelesaikan masalah, berfikir kritis, kreatif, dan menumbuhkan inisiatif serta

motivasi belajar. Dengan model pembelajaran PBL ini diharapkan bisa mewujudkan

tuntutan K13. Penggunaan bahan ajar ini sesuai dengan karakteristik dari model

pembelajaran PBL. Bahan ajar yang sesuai dengan prinsip PBL, tercermin dari

masalah-masalah yang digunakan untuk memulai pembelajaran. Masalah yang

digunakan dalam pembelajaran ini adalah masalah yang diambil dari lingkungan dan

disusun membangkitkan motivasi dari rasa ingin tahu siswa. Dalam penjbaran materi

selanjutnya memaparkan hasil analisis masalah berdasarkan bidang Elektronika

Dasar.

Page 12: BAB II

21

D. Elektronika Dasar

Elektronika Dasar merupakan mata pelajaran yang termasuk kompetensi

kejuruan berisi pengetahuan, pengenalan, penggunaan tentang dasar macam-macam

komponen-komponen elektronika dasar serta sistem pembilangan dan gerbang dasar

maupun kombinasional.

Mata pelajaran ini menekankan pada penguasaan ilmu elektonika dasar yang

mencakup tentang pengetahuan dasar teori atom bahan penghantar, isolator dan

semkonduktor, serta sistem pembilangan dan gerbang dasar maupun kombinasional,

Kegiatan pembelajaran mata pelajaran elektronika dasar, meliputi:

a. Kegiatan belajar 1 berisi pengetahuan dasar teori atom

b. Kegiatan belajar 2 berisi pengetahuan sifat dan macam bahan penghantar, isolator

dan semikonduktor

c. Kegiatan belajar 3 berisi pengetahuan dasar penyearah

d. Kegiatan belajar 4 berisi tentang sistem bilangan

e. Kegiatan belajar 5 berisi tentang gerbang dasar dan kombinasi

Dengan menguasai materi ini siswa mampu menguasai konsep dasar teori

atom sebagai dasar pembuatan komponen-komponen elektronika dan aplikasi

komponen elektronika seperti dioda, transistor berdasar karakteristik masing-masing

komponen. Selain itu juga siswa memahami tentang sistem bilangan dan gerbang

logika dasar dan kombinasi.

Page 13: BAB II

22

E. Pengembangan Bahan Ajar Elektronika Dasar Berbasis PBL (Problem Based

Learning)

Pengembangan bahan ajar ini dimulai dari tahap menganalisis SK-KD, pada

tahap ini peneliti menyusun perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan

rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat tujuan pembelajaran, materi ajar,

metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar. Pada pengembangan

ini materi ajar yang digunakan yaitu elektronika dasar untuk semester 1, dengan

metode pengajaran PBL (Problem Based Learning).

Setelah menganalisis SK-KD hingga memilih metode pengajaran yang

digunakan, tahap selanjutnya yaitu analisis sumber belajar. Pada tahap analisis

sumber belajar ini peneliti mengumpulkan referensi-referensi yang mungkin dipakai

untuk memenuhi kebutuhan belajar dengan model PBL (Problem Based Learning),

sumber belajar bisa berupa handout, buku, modul, pada tahap ini disusun bahan ajar

yang menunjang pelaksanaan pembelajaran Elektronika Dasar dengan menggunakan

sintaks model PBL (Problem Based Learning). Penetapan bahan ajar berarti peneliti

menyusun referensi-referensi yang sudah dikumpulkan secara sistematis untuk

memenuhi metode pengajaran yang digunakan. Pada tahap penetapan bahan ajar

peneliti harus memperhatikan susunan tampilan, bahasa yang mudah, menguji

pemahaman, stimulant, kemudahan dibaca, serta materi yang bersifat instruksional.

F. Tinjauan Model-model Pengembangan

Terdapat banyak model pengembangan sumber belajar yang dicetuskan oleh

para ahli dalam bidang teknologi pendidikan. Dari sekian banyak model

Page 14: BAB II

23

pengembangan sumber belajar yang popular dan bisa dijadikan rujukan oleh para

pengembang sumber belajar di antaranya yaitu:

1. Model Sugiyono

Sugiyono berpendapat bahwa dalam proses pengembangan media

pembelajaran, pengembangan harus melalui sepuluh tahapan, yaitu: (1) identifikasi

potensi dan masalah yang melatar belakangi pengembangan; (2) pengumpulan data

informasi yang dibutuhkan sebagai bahan untuk perencanaan produk yang akan

dikembangkan; (3) merancang desain produk yang diharapkan; (4) validasi desain

untuk menilai apakah rancangan produk yang akan dikembangkan akan lebih efektif

dan efisien; (5) perbaikan desain sebagaimana hasil validasi; (6) ujicoba produk

dalam bentuk prototype; (7) revisi produk; (8) uji coba pemakaian; (9) revisi produk;

kemudian dilanjutkan dengan (10) produksi massal produk tersebut. Model

pengembangan Sugiyono sebagaimana seperti Gambar 2.1 berikut ini:

Gambar 2.1 Model Pengembangan Sugiyono(Sumber : Sugiyono, 2012)

2. Model Borg and Gall

Pengembangan Borg and Gall harus melalui sepuluh tahapan, yaitu: (1)

analisis kebutuhan; (2) perencanaan media; (3) pengembangan produk; (4) uji coba

Potensi dan Masalah

Pengumpulan data

Desain Produk

Validasi desain

Revisi desainUji coba produk

Revisi desainUji coba pemakaian

Revisi produk Produksi Masal

Page 15: BAB II

24

perseorangan; (5) revisi; (6) uji coba kelompok kecil; (7) revisi; (8) uji coba

kelompok besar; (9) revisi; dan (10) penyebaran dan pelaporan. Model

pengembangan Borg and Gall sebagaimana seperti Gambar 2.2 berikut ini:

Gambar 2.1 Model Pengembangan Borg and Gall(Sumber : Borg and Gall, 2001)

3. Model KempMenurut kemp pengembangan perangkat merupakan suatu lingkaran yang

kontinum. Tiap-tiap langkah pengembangan berhubungan langsung dengan aktivitas

revisi. Pengembangan perangkat ini dimulai dari titik manapun sesuai siklusnya.

Terdapat 10 unsur rencana perangkat pembelajaran, yaitu: (1) indentifikasi masalah

pembelajaran, (2) analisis siwa, (3) analisis tugas, (4) merumuskan indikator, (5)

menyusun instrumen evaluasi, (6) strategi pembelajaran, (7) pemilihan media dan

sumber belajar, (8) pelayanan pendukung, (9) evaluasi formatif dan sumatif, dan (10)

revisi perangkat pembelajaran (Wina, 2008: 71-72).

4. Model Dick and Carey

Dick and Carey memandang desain pembelajaran sebagai sebuah sistem dan

menganggap pembelajaran adalah proses yang sistematis. Model ini menyarankan

agar penerapan prinsip desain disesuaikan dengan langkah-langkah yang harus

ditempuh secara berurutan.

Analisis Kebutuhan

Perencanaan Pengembangan Produk

Uji coba perseorangan

Revisi

Uji coba kelompok kecil

RevisiUji coba lapangan

RevisiPenyebaran dan

Laporan

Page 16: BAB II

25

Terdapat sepuluh tahapan yang akan dilewati dalam proses perencanaan dan

pengembangan pembelajaran, yaitu: (1) mengidentifikasi tujuan pembelajaran

(Identify instructional gols), (2) melakukan analisis pembelajaran (Conduct

instructional analysis), (3) mengidentifikasi karakteristik siswa (Identify entery

behavior), (4) merumuskan tujuan kerja (Write performonce objektives),

(5)mengembangkan butir tes (Develop creterion reference tests), (6) mengembangkan

strategi pembelajaran (Develop instructional strategy), (7) mengembangkan isi

program pembelajaran (Develop and select instructional materials), (8) merancang

dan melaksanakan evaluasi (Devolop and conduct formative evaluation), (9)

merevisi paket pembelajaran (Revise instructional), (10) mengembangkan evaluasi

sumatif (Develop conduct summative evaluation) Dick and Carey (2001: 2).

5. Model ADDIE

Model desain pembelajaran ADDIE (Analysis Design Develop Implement

Evaluate, dikembangkan oleh Reiser dan Mollenda pada tahun 1990-an. Salah satu

fungsinya sebagai pedoman dalam membangun perangkat dan infrastruktur program

pelatihan yang efektif, dinamis dan mendukung pelatihan. Model ini menggunakan 5

tahap, yaitu (1) development (pengembangan), (2) design (perencanaan), (3)

development (pengembangan), (4) implementation (implementasi), (5) evaluation

(umpan balik).

Dari beberapa model pengembangan diatas, maka untuk pengembangan

bahan ajar ini menggunakan model pengembangan Borg dan Gall yang telah di

modifikasi. Tahap-tahap pengembangan mulai dari analisis kebutuhan hingga

Page 17: BAB II

26

penyebaran disusun secara terperinci sehingga memudahkan dalam

pengembangan. Dalam proses pengembangan bahan ajar, pengembang memilih

model Borg and Gall karena model tersebut memuat panduan sistematika

langkah-langkah yang dilakukan agar produk yang di rancang mempunyai

standar kelayakan., dengan pertimbangan khusus, antara lain: (1) setiap langkah

jelas, sehingga dapat diikuti, (2) teratur, efektif dan efisien dalam

pelaksanaannya, (3) terperinci, sehingga mudah diikuti, (4) adanya revisi hal

tersebut sangat baik karena apabila terjadi kesalahan dapat segera dilakukan

perubahan, sebelum kesalahan tersebut mempengaruhi komponennya, hampir

mencakup semua yang dibutuhkan dalam semua perencanaan pembelajaran.

G. Kerangka Berfikir

Elektronika dasar merupakan matapelajaran wajib yang mesti ditempuh oleh

siswa kelas X program keahlian Teknik Elektronika Industri. Matapelajaran ini

merupakan matapelajaran dasar yang nantinya untuk siswa TEI akan ada

matapelajaran yang harus ditempuh di kelas XI dan XII. Pada saat kegiatan belajar

mengajar di dalam kelas suasana yang menyenangkan adalah kalanya tidak terlalu

hening karena hanya ada suara guru yang sedang menjelaskan materi tanpa ada

interaksi pembicaraan materi antara guru dan siswa.

Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan proses pembalajaran, faktor

yang paling berpengaruh adalah peran guru, kondisi siswa, sumber belajar, media

pembelajaran, sarana prasarana, lingkungan belajar, dan sistem yang memadai. Bahan

Page 18: BAB II

27

ajar yang dirancang dengan baik konstektual, autentik, sesuai dengan kebutuhan, dan

karakteristik siswa, mengarah pada kompetendi yang harus dikuasai siswa, akan

menjadikan proses pembelajaran lebih menarik dan menyenangkan. Berdasarkan

kajian teori dan permasalahan yang telah diuraikan, maka kerangka berfikir akan

diuraikan sebagai berikut:

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berfikir

Teori-teori belajar dan kurikulum

2013

Uji coba produk

Peserta didik

Bahan ajar Elektronika

Dasar

KI, KD, Indikator

Rancangan bahan ajar

Elektronika Dasar

Kebutuhan bahan ajar Elektronika

Dasar

Karakteristik siswa dan materi

pembelajaran