bab ii

37
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Teori Lansia 1. Batasan Lansia Menurut oraganisasi kesehatan dunia (WHO), lanjut usia meliputi: a. Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun. b. Lanjut usia (elderly) antara 60 – 74 tahun c. Lanjut usia tua (old) antara 75 – 90 tahun d. Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun 2. Proses Menua Pada hakekatnya menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya yaitu masa anak, masa dewasa dan masa tua (Nugroho, 1992). Tiga tahap ini berbeda baik secara biologis maupun psikologis.Memasuki masa tua berarti mengalami kemuduran secara fisik maupun psikis.Kemunduran fisik ditandai dengan kulit yang mengendor, rambut memutih, penurunan pendengaran, penglihatan memburuk, gerakan lambat, kelainan berbagai fungsi organ vital, sensitivitas emosional meningkat dan kurang gairah. 3

Upload: budi-cahyono

Post on 09-Dec-2015

213 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

kesehatan

TRANSCRIPT

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Teori Lansia

1. Batasan Lansia

Menurut oraganisasi kesehatan dunia (WHO), lanjut usia meliputi:

a. Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun.

b. Lanjut usia (elderly) antara 60 – 74 tahun

c. Lanjut usia tua (old) antara 75 – 90 tahun

d. Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun

2. Proses Menua

Pada hakekatnya menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti

seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya yaitu masa anak, masa

dewasa dan masa tua (Nugroho, 1992). Tiga tahap ini berbeda baik secara

biologis maupun psikologis.Memasuki masa tua berarti mengalami

kemuduran secara fisik maupun psikis.Kemunduran fisik ditandai dengan

kulit yang mengendor, rambut memutih, penurunan pendengaran,

penglihatan memburuk, gerakan lambat, kelainan berbagai fungsi organ

vital, sensitivitas emosional meningkat dan kurang gairah.

Meskipun secara alamiah terjadi penurunan fungsi berbagai organ,

tetapi tidak harus menimbulkan penyakit oleh karenanya usia lanjut harus

sehat. Sehat dalam hal ini diartikan:

a. Bebas dari penyakit fisik, mental dan sosial,

b. Mampu melakukan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari,

c. Mendapat dukungan secara sosial dari keluarga dan masyarakat

(Rahardjo, 1996)

Akibat perkembangan usia, lanjut usia mengalami perubahan –

perubahan yang menuntut dirinya untuk menyesuakan diri secara terus –

menerus. Apabila proses penyesuaian diri dengan lingkungannya kurang

berhasil maka timbullah berbagai masalah. Hurlock (1979) seperti dikutip

3

4

oleh Munandar Ashar Sunyoto (1994) menyebutkan masalah – masalah

yang menyertai lansia yaitu:

a. Ketidakberdayaan fisik yang menyebabkan ketergantungan pada orang

lain,

b. Ketidakpastian ekonomi sehingga memerlukan perubahan total dalam

pola hidupnya,

c. Membuat teman baru untuk mendapatkan ganti mereka yang telah

meninggal atau pindah,

d. Mengembangkan aktifitas baru untuk mengisi waktu luang yang

bertambah banyak dan

e. Belajar memperlakukan anak – anak yang telah tumbuh dewasa.

Berkaitan dengan perubahan fisk, Hurlock mengemukakan bahwa

perubahan fisik yang mendasar adalah perubahan gerak.

Lanjut usia juga mengalami perubahan dalam minat. Pertama minat

terhadap diri makin bertambah.Kedua minat terhadap penampilan semakin

berkurang.Ketiga minat terhadap uang semakin meningkat, terakhir minta

terhadap kegiatan – kegiatan rekreasi tak berubah hanya cenderung

menyempit. Untuk itu diperlukan motivasi yang tinggi pada diri usia lanjut

untuk selalu menjaga kebugaran fisiknya agar tetap sehat secara fisik.

Motivasi tersebut diperlukan untuk melakukan latihan fisik secara benar dan

teratur untuk meningkatkan kebugaran fisiknya.

Berkaitan dengan perubahan, kemudian Hurlock (1990) mengatakan

bahwa perubahan yang dialami oleh setiap orang akan mempengaruhi

minatnya terhadap perubahan tersebut dan akhirnya mempengaruhi pola

hidupnya. Bagaimana sikap yang ditunjukkan apakah memuaskan atau tidak

memuaskan, hal ini tergantung dari pengaruh perubahan terhadap peran dan

pengalaman pribadinya. Perubahan ynag diminati oleh para lanjut usia

adalah perubahan yang berkaitan dengan masalah peningkatan kesehatan,

ekonomi/pendapatan dan peran sosial (Goldstein, 1992

5

Dalam menghadapi perubahan tersebut diperlukan penyesuaian. Ciri –

ciri penyesuaian yang tidak baik dari lansia (Hurlock, 1979, Munandar,

1994) adalah:

a. Minat sempit terhadap kejadian di lingkungannya.

b. Penarikan diri ke dalam dunia fantasi

c. Selalu mengingat kembali masa lalu

d. Selalu khawatir karena pengangguran,

e. Kurang ada motivasi,

f. Rasa kesendirian karena hubungan dengan keluarga kurang baik, dan

g. Tempat tinggal yang tidak diinginkan.

 Di lain pihak ciri penyesuaian diri lanjut usia yang baik antara lain

adalah: minat yang kuat, ketidaktergantungan secara ekonomi, kontak sosial

luas, menikmati kerja dan hasil kerja, menikmati kegiatan yang dilkukan

saat ini dan memiliki kekhawatiran minimla trehadap diri dan orang lain.

3. Teori Proses Menua

a. Teori – teori biologi

1) Teori genetik dan mutasi (somatic mutatie theory)

Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spesies

– spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan

biokimia yang diprogram oleh molekul – molekul / DNA dan setiap

sel pada saatnya akan mengalami mutasi. Sebagai contoh yang khas

adalah mutasi dari sel – sel kelamin (terjadi penurunan kemampuan

fungsional sel)

2) Pemakaian dan rusak

Kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel – sel tubuh lelah (rusak)

3) Reaksi dari kekebalan sendiri (auto immune theory)

Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat

khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidaktahan terhadap zat

tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit.

6

4) Teori “immunology slow virus” (immunology slow virus theory)

Sistem imune menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan

masuknya virus kedalam tubuh dapat menyebabkab kerusakan organ

tubuh.

5) Teori stres

Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan

tubuh.Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan

lingkungan internal, kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel

tubuh lelah terpakai.

6) Teori radikal bebas

Radikal bebas dapat terbentuk dialam bebas, tidak stabilnya radikal

bebas (kelompok atom) mengakibatkan osksidasi oksigen bahan-

bahan organik seperti karbohidrat dan protein.Radikal bebas ini dapat

menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi.

7) Teori rantai silang

Sel-sel yang tua atau usang , reaksi kimianya menyebabkan ikatan

yang kuat, khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan

kurangnya elastis, kekacauan dan hilangnya fungsi.

8) Teori program

Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel yang membelah

setelah sel-sel tersebut mati.

b. Teori kejiwaan sosial

1) Aktivitas atau kegiatan (activity theory)

a) Ketentuan akan meningkatnya pada penurunan jumlah kegiatan

secara langsung. Teori ini menyatakan bahwa usia lanjut yang

sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan

sosial.

b) Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup dari

lanjut usia.

c) Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan individu agar

tetap stabil dari usia pertengahan ke lanjut usia

7

2) Kepribadian berlanjut (continuity theory)

Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia.

Teori ini merupakan gabungan dari teori diatas. Pada teori ini

menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada seseorang yang lanjut

usia sangat dipengaruhi oleh tipe personality yang dimiliki.

3) Teori pembebasan (disengagement theory)

Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang

secara berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan

sosialnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia

menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga sering

terjaadi kehilangan ganda (triple loss), yakni :

a) kehilangan peran

b) hambatan kontak sosial

c) berkurangnya kontak komitmen

4. Permasalahan Yang Terjadi Pada Lansia

Berbagai permasalahan yang berkaitan dengan pencapaian kesejahteraan

lanjut usia, antara lain: (Setiabudhi, T. 1999 : 40-42)

a. Permasalahan umum

1) Makin besar jumlah lansia yang berada dibawah garis kemiskinan.

2) Makin melemahnya nilai kekerabatan sehingga anggota keluarga yang

berusia lanjut kurang diperhatikan , dihargai dan dihormati.

3) Lahirnya kelompok masyarakat industri.

4) Masih rendahnya kuantitas dan kulaitas tenaga profesional pelayanan

lanjut usia.

5) Belum membudaya dan melembaganya kegiatan pembinaan

kesejahteraan lansia.

b. Permasalahan khusus :

1) Berlangsungnya proses menua yang berakibat timbulnya masalah baik

fisik, mental maupun sosial.

2) Berkurangnya integrasi sosial lanjut usia.

3) Rendahnya produktifitas kerja lansia.

8

4) Banyaknya lansia yang miskin, terlantar dan cacat.

5) Berubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah pada tatanan

masyarakat individualistik.

6) Adanya dampak negatif dari proses pembangunan yang dapat

mengganggu kesehatan fisik lansia

5. Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Ketuaan

a. Hereditas atau ketuaan genetik

b. Nutrisi atau makanan

c. Status kesehatan

d. Pengalaman hidup

e. Lingkungan

f. Stres

6. Perubahan – perubahan Yang Terjadi Pada Lansia

a. Perubahan fisik

Meliputi perubahan dari tingkat sel sampai kesemua sistim organ tubuh,

diantaranya sistim pernafasan, pendengaran, penglihatan, kardiovaskuler,

sistem pengaturan tubuh, muskuloskeletal, gastro intestinal, genito

urinaria, endokrin dan integumen.

b. Perubahan mental.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental :

1) Pertama-tama perubahan fisik, khsusnya organ perasa.

2) Kesehatan umum

3) Tingkat pendidikan

4) Keturunan (hereditas)

5) Lingkungan

6) Gangguan syaraf panca indera, timbul kebutaan dan ketulian.

7) Gangguan konsep diri akibat kehilangan kehilangan jabatan.

8) Rangkaian dari kehilangan , yaitu kehilangan hubungan dengan teman

dan famili.

9) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap

gambaran diri, perubahan konsep dir.

9

c. Perubahan spiritual

Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya

(Maslow, 1970)

Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaanya , hal ini terlihat

dalam berfikir dan bertindak dalam sehari-hari (Murray dan Zentner,

1970)

B. Konsep Katarak

1. Definisi

Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat

terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa

atau akibat keduanya (Ilyas, 2008).

Katarak adalah kekeruhan lensa mata atau kapsul lensa yang

mengubah gambaran yang di proyeksikan pada retina. Katarak merupakan

penyebab umum kehilangan pandangan secara bertahap (Istiqomah, 2003).

Katarak merupakan keadaan dimana terjadi kekeruhan pada serabut

atau bahan lensa didalam kapsul lensa. Umumnya terjadi akibat proses

penuaan yang terjadi pada semua orang yang berusia lebih dari 65 tahun.

(Muttaqin, 2008).

2. Klasifikasi Katarak

Berdasarkan pada usia, katarak dapat diklasifikasikan menjadi :

a. Katarak congenital, katarak yang sudah terlihatpada usia kurang dari 1

tahun.

b. Katarak juvenile, katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun.

c. Katarak senile, katarak setelah usia 50 tahun

Berdasarkan penyebabnya, katarak dapat dibedakan menjadi :

a. Katarak traumatik

Katarak terjadi akibat rudapaksa atau trauma baik karena trauma tumpul

maupun tajam. Rudapaksa ini dapat mengakibatkan katarak pada satu

mata (katarak monokular). Penyebab katarak ini antara lain karena

radiasi sinar - X, Radioaktif, dan benda asing.

10

b. Katarak toksika

Merupakan katarak yang terjadi akibat adanya pajanan dengan bahan

kimia tertentu. Selain itu, katarak ini juga dapat terjadi karena

penggunaan obat seperti kortikosteroid dan chlorpromazine.

c. Katarak komplikata

Katarak terjadi akibat adanya pajanan dengan bahan kimia tertentu. Selai

itu, katarak ini juga dapat terjadi karena penggunaan obat seperti diabetes

mellitus, hipoparatiroidisme, atau akibat kelainan local seperti uveitis,

glaucoma, dan miopia atau proses degenerasi pada satu mata lainnya.

Berdarakan stadium, katarak senile dapat dibedakan menjadi :

a. Katarak insipient

Merupakan stadium awal katarak yaitu kekeruhan lensa masih berbentuk

bercak – bercak kekeruhan yang tidak teratur.

b. Katarak imatur

Lensa mulai menyerap cairan sehingga lensa agak cembung,

menyebabkan terjadinya myopia, dan iris terdorong kedepan serta bilik

mata depan menjadi dangkal.

c. Katarak matur

Merupakan proses degenerasi lanjut lensa. Pada stadium ini, terjadi

kekeruhan lensa.

d. Katarak hipermatur

Pada stadium ini, terjadi proses degenerasi lanjut lensa dan korteks lensa

dapat mencair sehingga nucleus lensa tenggelam di dalam korteks lensa

(Tamsuri, 2008).

3. Etiologi Katarak

Penyebab utama katarak adalah proses penuaan. Anak bisa

mengalami katarak yang biasanya merupakan penyakit yang diturunkan,

peradangan di dalam kehamilan, keadaan ini disebut sebagai katarak

kongenital. Lensa mata mempunyai bagian yang disebut pembungkus lensa

atau kapsul lensa, korteks lensa yang terletak antara nukleus lensa atau inti

11

lensa dengan kapsul lensa. Pada anak dan remaja nukleus bersifat lembek

sedang pada orang tua nukleus ini menjadi keras. Katarak dapat mulai dari

nukleus, korteks, dan subkapsularis lensa.Dengan menjadi tuanya seseorang

maka lensa mata akan kekurangan air dan menjadi lebih padat. Lensa akan

menjadi keras pada bagian tengahnya, sehingga kemampuannya

memfokuskan benda dekat berkurang. Hal ini mulai terlihat pada usia 45

tahun dimana mulai timbul kesukaran melihat dekat (presbiopia). Pada usia

60 tahun hampir 60% mulai mengalami katarak atau lensa keruh. Katarak

biasanya berkembang pada kedua mata akan tetapi progresivitasnya

berbeda. Kadang-kadang penglihatan pada satu mata nyata berbeda dengan

mata yang sebelahnya. Perkembangan katarak untuk menjadi berat

memakan waktu dalam bulan hingga tahun. Berbagai faktor dapat

mengakibatkan tumbuhnya katarak lebih cepat. Faktor lain dapat

mempengaruhi kecepatan berkembangnya kekeruhan lensa seperti diabetes

melitus, obat tertentu, sinar ultra violet B dari cahaya matahari, efek racun

dari merokok, dan alkohol, gizi kurang vitamin E, dan radang menahun di

dalam bola mata. Obat tertentu dapat mempercepat timbulnya katarak

seperti betametason, klorokuin, klorpromazin, kortison, ergotamin,

indometasin, medrison, neostigmin, pilokarpin dan beberapa obat lainnya.

Penyakit infeksi tertentu dan penyakit seperti diabetes melitus dapat

mengakibatkan timbulnya kekeruhan lensa yang akan menimbulkan katarak

komplikata (Ilyas, 2006) .

Katarak biasanya terjadi bilateral, namun memiliki kecepatan yang

berbeda. Dapat disebabkan oleh kejadian trauma maupun sistemik, seperti

diabetes. Namun kebanyakan merupakan konsekuensi dari proses penuaan

yang normal. Kebanyakan katarak berkembang secara kronik ketika

seseorang memasuki dekade ketujuh. Katarak dapat bersifat kongenital dan

harus diidentifikasi awal, karena bila tidak terdiagnosa dapat menyebabkan

ambliopia dan kehilangan penglihatan permanen. Faktor yang paling sering

berperan dalam terjadinya katarak meliputi radiasi sinar ultraviolet B, obat-

12

obatan, alkohol, merokok, diabetes, dan asupan vitamin antioksidan

yangkurang dalam jangka waktu lama (Smeltzer, 2001).

4. Patofisisologi

Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih,

transparan, berbentuk seperti kancing baju dan mempunyai kekuatan

refraksi yang besar. Lensa mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona

sentral terdapat nukleus, di perifer ada korteks, dan yang mengelilingi

keduanya adalah kapsul anterior dan posterior. Dengan bertambahnya usia,

nucleus mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan. Disekitar

opasitas terdapat densitas seperti duri di anterior dan posterior nukleus.

Opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk katarak yang paling

bermakna, Nampak seperti kristal salju pada jendela. Perubahan fisik dan

kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi. Perubahan pada

serabut halus multipel (zunula) yang memanjang dari badan silier ke sekitar

daerah diluar lensa, misalnya dapat menyebabkan penglihatan mengalamui

distorsi. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan

koagulasi, sehingga mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya

cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa

normal terjadi disertai influks air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan

serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain

mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa

dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya usia

dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita katarak

5. Manifestasi Klinis Katarak

Katarak didiagnosis terutama dengan gejala subjektif. Biasanya

pasien mengalami penurunan ketajaman penglihatan dan silau serta

gangguan fungsional sampai derajat tertentu yang diakibatkan karena

kehilangan penglihatan. Temuan objektif biasanya meliputi pengembunan

seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak akan tampak dengan

oftalmoskop.

13

Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan

bukannya ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada

retina. Hasilnya adalah pandangan kabur atau redup, menyilaukan yang

menjengkelkan dengan distorsi bayangan dan susah melihat di malam hari.

Pupil yang normalnya hitam, akan tampak kekuningan, abu - abu atau putih.

Katarak biasanya terjadi bertahap selama bertahun - tahun, dan ketika

katarak sudah sangat memburuk, lensa koreksi yang lebih kuat pun tak akan

mampu memperbaiki penglihatan (Suddarth, 2001).

6. Komplikasi

Adapun komplikasi yang umumnya terjadi pada pasien yang mengalami

penyakit katarak adalah sebagai berikut :

a. Uveitis, terjadi karena masa lensa merupakan benda asing untuk jaringan

uvea, sehingga menimbulkan reaksi radang / alergi.

b. Glaukoma, terjadi karena masa lensa menyumbat sudut bilik mata

sehingga mengganggu aliran cairan bilik mata depan (Istiqomah, 2003).

7. Pemeriksaan Diagnostik

a. Uji mata

b. Keratometri

c. Pemeriksaan lampu slit dan oftalmoskopis

d. A-scan ultrasound (echography)

e. Dan hitung sel endotel yang sangat berguna sebagai alat diagnostik,

khususnya bila dipertimbangkan akan dilakukan pembedahan (Suddarth,

2001).Darah putih: dibawah 10.000 normal

8. Penatalaksanaan

Tak ada terapi obat untuk katarak, dan tak dapat diambil dengan

pembedahan laser. Namun, masih terus dilakukan penelitian mengenai

kemajuan prosedur laser baru yang dapat digunakan untuk mencairkan lensa

sebelum dilakukan pengisapan keluar melalui kanula.

Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilator pupil dan refraksi

kuat sampai ketitik dimana pasien melakukan aktivitas hidup sehari - hari,

maka penanganan biasanya konservatif. Penting dikaji efek katarak terhadap

14

kehidupan sehari - hari pasien. Mengkaji derajat gangguan fungsi sehari -

hari, aktivitas, kemampuan bekerja, ambulasi, dan lain - lain, sangat penting

untuk menentukan terapi mana yang paling cocok bagi masing - masing

penderita.

Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan

penglihatan akut untuk bekerja ataupun keamanan. Biasanya diindikasikan

bila koreksi tajam penglihatan yang terbaik yang dapat dicapai adalah 20/50

atau lebih buruk lagi. Pembedahan katarak adalah pembedahan yang paling

sering dilakukan pada orang berusia lebih dari 65 tahun keatas. Kebanyakan

operasi dilakukan dengan anastesia local (retrobulbar atau peribulbar, yang

dapat mengimobilisasi mata). Obat penghilang cemas dapat diberikan untuk

mengatasi perasaan klaustrofobia sehubungan dengan draping bedah.

 Ada dua macam teknik pembedahan tersedia untuk pengangkatan

katarak : ekstraksi intrakapsuler dan ekstrakapsuler. Indikasi intervensi

bedah adalah hilangnya penglihatan yang mempengaruhi aktivitas normal

pasien atau katarak yang menyebabkan glaukoma atau mempengaruhi

diagnosis dan terapi gangguan okuler lain, seperti retinopati diabetika

(Suddarth, 2001).

C. Asuhan Keperawatan Lansia dengan Katarak

1. Pengkajian

Dalam melakukan asuhan keperawatan, pengkajian merupakan dasarutama

dan hal yang penting di lakukan baik saat pasien pertama kali masukrumah

sakit maupun selama pasien dirawat di rumah sakit.

a. Biodata

Identitas klien : nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan,

agama,suku/ bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat dan nomor register.

b. Riwayat kesehatan

1) Keluhan utama : Penurunan ketajaman penglihatan dan silau.

2) Riwayat kesehatan dahulu

15

Riwayat kesehatan pendahuluan pasien diambil untuk

menemukanmasalah primer pasien, seperti: kesulitan membaca,

pandangan kabur,pandangan ganda, atau hilangnya daerah penglihatan

soliter. Perawatharus menemukan apakah masalahnya hanya

mengenai satu mata ataudua mata dan berapa lama pasien sudah

menderita kelainan ini.Riwayat mata yang jelas sangat penting.

Apakah pasien pernahmengalami cedera mata atau infeksi mata,

penyakit apa yang terakhirdiderita pasien.

3) Riwayat kesehatan sekarang

Eksplorasi keadaan atau status okuler umum pasien. Apakah

iamengenakan kacamata atau lensa kontak?, apakah pasien

mengalamikesulitan melihat (fokus) pada jarak dekat atau jauh?,

apakah adakeluhan dalam membaca atau menonton televisi?,

bagaimana denganmasalah membedakan warna atau masalah dengan

penglihatan lateralatau perifer?

4) Riwayat kesehatan keluarga

Adakah riwayat kelainan mata pada keluarga derajat pertama

ataukakek-nenek.

c. Pemeriksaan fisik

Pada inspeksi mata akan tampak pengembunan seperti mutiara

keabuanpada pupil sehingga retina tak akan tampak dengan

oftalmoskop(Smeltzer, 2002). Katarak terlihat tampak hitam terhadap

refleks fundusketika mata diperiksa dengan oftalmoskop direk.

Pemeriksaanslit lampmemungkinkan pemeriksaan katarak secara rinci

dan identifikasi lokasiopasitas dengan tepat. Katarak terkait usia biasanya

terletak didaerahnukleus, korteks, atau subkapsular. Katarak terinduksi

steroid umumnyaterletak di subkapsular posterior. Tampilan lain yang

menandakanpenyebab okular katarak dapat ditemukan, antara lain

deposisi pigmenn pada lensa menunjukkan inflamasi sebelumnya atau

kerusakan irismenandakan trauma mata sebelumnya (James, 2005).

d. Perubahan pola fungsi

16

Data yang diperoleh dalam kasus katarak, menurut (gordon)

adalahsebagai berikut :

1) Persepsi tehadap kesehatan

Bagaimana manajemen pasien dalam memelihara kesehatan,adakah

kebiasaan merokok, mengkonsumsi alkohol,dan apakahpasien

mempunyai riwayat alergi terhadap obat, makanan atau yanglainnya.

2) Pola aktifitas dan latihan

Bagaimana kemampuan pasien dalam melakukan aktifitas

atauperawatan diri, dengan skor : 0 = mandiri, 1= dibantu sebagian,

2=perlu bantuan orang lain, 3= perlu bantuan orang lain dan alat,

4=tergantung/ tidak mampu. Skor dapat dinilai melalui :

Aktifitas ,Mandi, Berpakaian/ berdandan, Eliminasi, Mobilisasi

ditempat tidur, Pindah, Ambulasi, Naik tangga, Belanja, Memasak,

Merapikan rumah

3) Pola istirahat tidur

Berapa lama waktu tidur pasien, apakah ada kesulitan tidur seperti

insomnia atau masalah lain. Apakah saat tertidur seringterbangun.

4) Pola nutrisi metabolik

Adakah diet khusus yang dijalani pasien, jika ada anjuran dietapa yang

telah diberikan. Kaji nafsu makan pasien sebelum dansetelah sakit

mengalami perubahan atau tidak, adakah keluhan mualdan muntah,

adakah penurunan berat badan yang drastis dalam 3bulan terakhir.

5) Pola eliminasi

Kaji kebiasaan BAK dan BAB pasien, apakah ada gangguanatau

kesulitan. Untuk BAK kaji warna, bau dan frekuensi sedangkanuntuk

BAB kaji bentuk, warna, bau dan frekuensi.

6) Pola kognitif perseptual

Status mental pasien atau tingkat kesadaran, kemampuan

bicara,mendengar, melihat, membaca serta kemampuan pasien

berinteraksi.Adakah keluhan nyeri karena suatu hal, jika ada kaji

kualitas nyeri.

17

7) Pola konsep diri

Bagaimana pasien mampu mengenal diri dan menerimanyaseperti

harga diri, ideal diri pasien dalam hidupnya, identitas diri

dangambaran akan dirinya.

8) Pola koping

Masalah utama pasien masuk rumah sakit, cara pasien menerimadan

menghadapi perubahan yang terjadi pada dirinya dari sebelumsakit

hingga setelah sakit.

9) Pola seksual reproduksi

Pola seksual pasien selama di rumah sakit, menstruasi terakhirdan

adakah masalh saat menstruasi.

10) Pola peran hubungan

Status perkawinan pasien, pekerjaan, kualitas bekerja, system

pendukung dalam menghadapi masalah, dan bagaiman

dukungankeluarga selama pasien dirawat di rumah sakit.

11) Pola nilai dan kepercayaan

Apa agama pasien, sebagai pendukung untuk lebih mendekatkandiri

kepada Tuhan atas sakit yang diderita.

2. Diagnosa Keperawatan

a. Pre Operatif

1) Gangguan persepsi sensori visual / penglihatan berhubungan dengan

penurunan ketajaman penglihatan, penglihatan ganda

2) Cemas berhubungan dengan pembedahan yang akan dijalani dan

kemungkinan kegagalan untuk memperoleh penglihatan kembali.

b. Post Operatif

1) Gangguan rasa nyaman (nyeri akut) berhubungan dengan prosedur

invasive.

2) Resiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan prosedur invasif

(bedah pengangkatan).

18

3) Gangguan sensori – perceptual : penglihatan berhubungan dengan

gangguan penerimaan sensori/ status organ indera, lingkugan secara

terapeutik dibatasi

4) Kurang pengetahuan tentang kondisi prognosis pengobatan

berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi, ditandai

dengan klien kurang mengikuti instruksi, sering bertanya terjadi

komplikasi yang dapat dicegah.

3. Perencanaan

a. Pre Operatif

1) Gangguan persepsi sensori visual / penglihatan berhubungan dengan

penurunan ketajaman penglihatan, penglihatan ganda.

Tujuan : gangguan persepsi sensori teratasi.

Kriteria hasil :

Dengan penglihatan yang terbatas klien mampu melihat

lingkungan semaksimal mungkin.

Mengenal perubahan stimulus yang positif dan negatif

Mengidentifikasi kebiasaan lingkungan.

Intervensi Rasional

1.Orientasikan pasien

terhadap lingkungan aktifitas.

2.Bedakan kemampuan

lapang pandang diantara

kedua mata

3.Observasi tanda disorientasi

dengan tetap berada di sisi

pasien.

4.Dorong klien untuk

melakukan aktivitas

sederhana seperti menonton

TV, radio, dll

1. Memperkenalkan pada pasien tentang

lingkungan dam aktifitas sehingga

dapat meninggalkan stimulus

penglihatan.

2. Menentukan kemampuan lapang

pandang tiap mata

3. Mengurangi ketakutan pasien dan

meningkatkan stimulus

4. Meningkatkan input sensori, dan

mempertahankan perasaan normal,

tanpa meningkatkan stress

5. Menurunkan penglihatan perifer dan

19

5.Anjurkan pasien

menggunakan kacamata

katarak, cegah lapang

pandang perifer dan catat

terjadinya bintik buta.

6.Posisi pintu harus tertutup

terbuka, jauhkan rintanga

gerakan

6. Menurunkan penglihatan perifer dan

gerakan.

2) Cemas berhubungan dengan pembedahan yang akan dijalani dan

kemungkinan kegagalan untuk memperoleh penglihatan kembali.

Tujuan : kecemasan teratasi

Kriteria hasil :

Mengungkapkan kekhawatirannya dan ketakutan mengenai

pembedahan yang akan dijalani.

Mengungkapkan pemahaman tindakan rutin perioperasi dan

perawatan.

Intervensi Rasional

1. Ciptakan lingkungan yang

tenang dan relaks, berikan

dorongan untuk verbalisasi

dan mendengarkan dengan

penuh perhatian.

2. Yakinkan klien bahwa ansietas

mempunyai respon normal

dan diperkirakan terjadi pada

pembedahan katarak yang

akan dijalani.

3. Tunjukkan kesalahpahaman

yang diekspresikan klien,

berikan informasi yang

akurat.

1. Membantu mengidentifikasi

sumber ansietas.

2. Meningkatkan keyakinan klien

3. Meningkatkan keyakinan klien

4. Meningkatkan proses belajar

dan informasi tertulis

mempunyai sumber rujukan

setelah pulang.

5. Pengetahuan yang meningkat

akan menambah kooperatif

klien dan menurunkan

kecemasan.

6. Pengetahuan yang meningkat

akan menambah kooperatif

20

4. Sajikan informasi

menggunakan metode dan

media instruksional.

5. Jelaskan kepada klien aktivitas

premedikasi yang diperlukan.

6. Diskusikan tindakan

keperawatan pra operatif

yang diharapkan.

7. Berikan informasi tentang

aktivitas penglihatan dan

suara yang berkaitan dengan

periode intra operatif

klien dan menurunkan

kecemasan.

7. Menjelaskan pilihan

memungkinkan klien membuat

keputusan secara benar.

b. Post Operatif

1) Gangguan rasa nyaman (nyeri akut) berhubungan dengan prosedur

invasive.

Tujuan  : nyeri teratasi

Kriteria  hasil  :  klien melaporkan penurunan nyeri secara progresif

dan nyeri terkontrol setelah intervensi.

Intervensi Rasional

1. Bantu klien dalam

mengidentifikasi tindakan

penghilangan nyeri yang

efektif.

2. Jelaskan bahwa nyeri dapat

terjadi sampai beberapa

jam setelah pembedahan.

3. Lakukan tindakan

1. Latihan nyeri dengan

menggunakan tindakan yang

non farmakologi

memungkinkan klien untuk

memperoleh rasa kontrol

terhadap nyeri.

2. Analgesik dapat menghambat

21

mengurangi nyeri dengan

cara:

-          Posisi : tinggikan

bagian kepala tempat

tidur, ganti posisi dan

tidur, ganti posisi dan tidur

pada sisi yang tidak

dioperasi

-          Distraksi

-          Latihan relaksasi

4. Berikan obat analgetik

sesuai program

5. Lapor dokter jika nyeri

tidak hilang setelah ½ jam

pemberian obat, jika nyeri

disertai mual.

6. Membantu pasien

menemukan tindakan yang

dapat menghilangkan atau

mengurangi nyeri yang

efektif.

7. Nyeri dapat terjadi sampai

anestesi local habis,

memahami hal ini dapat

membantu mengurangi

kecemasan yang

berhubungan dengan yang

tidak diperkirakan.

reseptor nyeri.

3. Tanda ini menunjukkan

peningkatan tekanan intra

ocular atau komplikasi lain.

2) Resiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan prosedur invasif

(bedah pengangkatan).

Tujuan  :  infeksi tidak terjadiKriteria hasil :

22

Tanda-tanda infeksi tidak terjadi

Penyembuhan luka tepat waktu

Bebas drainase purulen , eritema, dan demam

Intervensi Rasional

1. Tingkatkan penyembuhan

luka dengan :

-          Beri dorongan untuk

mengikuti diet seimbang dan

asupan cairan yang adekuat

-          Instruksikan klien

untuk tetap menutup mata

sampai hari pertama setelah

operasi atau sampai

diberitahukan.

2. Gunakan tehnik aseptic untuk

meneteskan tetes mata :

-          Cuci tangan sebelum

memulai

-          Pegang alat penetes

agak jauh dari mata.

-          Ketika meneteskan

hindari kontk antara mata

dengan tetesan dan alat

penetes.

3. Gunakan tehnik aseptic untuk

membersihkan mata dari

dalam ke luar dengan tisu

basah / bola kapas untuk tiap

usapan, ganti balutan dan

memasukkan lensa bila

menggunakan.

1. Nutrisi dan hidrasi yang

optimal meningkatkan

kesehatan secara

keseluruhan, meningkatkan

penyembuhan luka

pembedahan.

2. Memakai pelindung mata

meingkatkan penyembuhan

dan menurunkan kekuatan

iritasi kelopak mata

terhadap jahitan luka.

3. Tehnik aseptic menimalkan

masuknya mikroorganisme

dan mengurangi infeksi.

4. Tehnik aseptic

menurunkan resiko

penyebaran infeksi/.bakteri

dan kontaminasi silang.

5. Mencegah kontaminasi dan

kerusakan sisi operasi.

6. Deteksi dini infeksi

memungkinkan

penanganan yang cepat

untuk meminimalkan

keseriusan infeksi.

7. Ketegangan pada jahitan

dapat menimbulkan

23

4. Tekankan pentingnya tidak

menyentuh / menggaruk mata

yang dioperasi.

5. Observasi tanda dan gejala

infeksi seperti : kemerahan,

kelopak mata bengkak,

drainase purulen, injeksi

konjunctiva (pembuluh darah

menonjol), peningkatan suhu.

6. Anjurkan untuk mencegah

ketegangan pada jahitan

dengan cara : menggunakan

kacamata protektif dan

pelindung mata pada malam

hari.

7. Kolaborasi obat sesuai

indikasi :

-          Antibiotika (topical,

parental atau sub

conjunctiva)

-          Steroid

interupsi, menciptakan jala

masuk untuk

mirkoorganisme

8. Sediaan topical digunakan

secara profilaksis, dimana

terapi lebih agresif

diperlukan bila terjadi

infeksi

9. Menurunkan inflamasi

3) Gangguan sensori – perceptual : penglihatan berhubungan dengan

gangguan penerimaan sensori/ status organ indera, lingkugan secara

terapeutik dibatasi

Kriteria hasil :

Menurunnya ketajaman, gangguan penglihatan.

Perubahan respo biasanya terhadap rangsang.

24

Hasilnya yang diharapkan  : Meningkatkan ketajaman penglihatn

dalam batas situasi individu dan Mengenal gangguan sensori dan

berkompensasi terhadap perubahan

 

Intervensi Rasional

1. tentukan ketajaman

penglihatan, catat

apakah satu atau kedua

mata terlibat

2. orientasi pasien

terhadap lingkungan,

staf/ orang lain di area

3. observasi tanda-tanda

dan gejala-gejala

disorientasi,

pertahankan

pengamanan tempat

tidur sampai benar-

benar sembuh dari

anesthesia.

4. ingatkan klien

menggunakan kacamata

katarak yang tujuannya

memperbesar ± 25%,

penglihatan perifer

hilang.

1. Kebutuhan individu dan

pilihan intervensi dan pilihan

intervensi bervariasi sebab

kehilangan penglihatan

terjadi lambat dan progresif.

2. Memberikan peningkatan

kenyamanan dan

kekeluargaaan, menurunkan

cemas dan disorientasi pasca

operasi.

3. Terbangun dalam lingkungan

yang tak dikenal dan

mengalami keterbatasan

penglihatan dapat

mengakibatkan bingung pada

orangtua.

4. Perubahan ketajaman dan

kedalaman persepsi dapat

menyebabkan bingung /

meningkatkan resiko cedera

sampai pasien belajar untuk

mengkompensasi.

4) Kurang pengetahuan tentang kondisi prognosis pengobatan

berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi, ditandai

25

dengan klien kurang mengikuti instruksi, sering bertanya terjadi

komplikasi yang dapat dicegah.

Tujuan  : Setelah diberikan tindakan keperawatan berupa HE

diharapkan klienmengerti dengan kondisi, prognosis,dan pengobatan.

Kriteria hasil :

Dapat melakukan perawatan dengan prosedur yang benar

Dapat menyembuhkan kembali apa yang telah dijelasakan

26

Intervensi Rasional

1. Kaji informasi tentang

kondisi individu

prognosis tipe prosedur,

tipe prosedur lensa.

2. Tekankan pentingnya

evaluasi perawatan.

Beritahu untuk

melaporkan penglihatan

berawan.

3. Informasikan kepada

klien untuk menghindari

tetes mata yang dijual

bebas.

4. Dorong pemasukan cairan

yang adekuat, makan

terserat.

5. Anjurkan klien untuk

menghindari membaca,

berkedip, mengangkat

yang berat, mengejar saat

defekasi, membongkok

pada panggul, meniup

hidung penggunaan

spray, bedak bubuk,

merokok.

6. Meningkatkan

pemahaman dan

kerjasama dengan

program pasca operasi

1. Pengawasan periodic

menurunkan resiko komplikasi

serius.

2. Dapat bereaksi silang / campur

dengan obat yang diberikan.

3. Memertahankan konsistensi

faeces untuk menghindari

mengejan

4. Aktifitas yang menyebabkan

mata lelah tegang, manuver

valsava atau meningkatkan TID

dapat mempengaruhi hasil

operasi dan mencetuskan

perdarahan.

5. Catatan : iritasi pernapasan yang

menyebabkan batuk / bersih

dapat meningkatkan TID.