bab ii
TRANSCRIPT
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Konflik
Ada beberapa pendapat tentang konflik yang timbul dalam perusahaan.
Pendapat pertama, yang kita sebut sebagai pandangan yang tradisional, adalah
bahwa konflik merupakan hal yang tidak diinginkan dan berbahaya bagi
organisasi. Penganut pendapat ini berargumentasi bahwa timbulnya konflik
menunjukkan adanya sesuatu yang salah dalam organisasi. Apabila kesalahan ini
dibetulkan, semua fungsi dalam organisasi akan bias terintegrasi secara baik.
Pendapat kedua adalah yang disebut pandangan perilaku. Bagi pandangan
ini konflik merupakan suatu peristiwa yang sering terjadi dalam kehidupan
organisasi. Anggota organisasi bermacam-macam dan mereka mungkin
mempunyai kepentingan yang saling bertentangan. Mereka yang menganut
pendapat ini mengatakan bahwa konflik bisa memberikan manfaat, atau disebut
sebagai fungsional bisa pula merugikan, atau disebut sebagai tidak fungsional.
Meskipun demikian, mereka berpendapat bahwa konflik umumnya merugikan
organisasi.
Pendapat yang lebih baru, yang disebut pandangan interaksi, mengatakan
bahwa konflik dalam organisasi merupakan hal yang tidak terhindarkan dan
bahkan diperlukan, sebagamana organisasi dirancang dan bekerja. Meskipun
konflik sering pula membuat organisasi bisa beroperasi dengan lebih efektif. Yang
membedakan pendapat ini dengan pendapat perilaku adalah kalau dalam
pandangan perilaku konflik sedapat mungkin dihilangkan apabila timbul, maka
dalam pandangan ini konflik bukanlah merupakan hal yang harus ditekan, atau
manajer harus menghilangkan semua konflik, tetapi lebih ditekankan pengelolaan
konflik tersebut. Meminimumkan aspek-aspek yang merugukan dan
memaksimumkan aspek-aspek yang menguntungkan. Penelusuran perkembangan
konflik ini telah dilakukan oleh P. Robbins dengan penekanan pada perbedaan
antara pandangan interaksi dengan pandangan tradisional tersebut di atas.
Pandangan tersebut dapat digambarkan dalam tabel berikut:
No Pandangan Lama No Pandangan Baru
1
2
3
4
5
Konflik dapat dihindarkan
Konflik disebabkan oleh
kesalahan-kesalahan namajemen
dalam perencanaan dan
pengelolaan organisasi atau
pengacu
Konflik mengganggu organisasi
dan menghalangi pelaksanaan
optimal
Tugas manajemen adalah
menghilangkan konflik
Pelaksanaan kegiatan organisasi
yang optimal membutuhkan
penghapusan konflik
1
2
3
4
5
Konflik tidak dapat dihindarkan
Konflik timbul karena banyak
sebab, termasuk stuktur organisasi,
perbedaan tujuan yang tidak dapat
dihindarkan, perbedaan dalam
persepsi dan nilai-nilai pribadi dan
sebagainya
Konflik dapat membantu atau
menghambat pelaksanaan kegiatan
organisasi dalam berbagai derajat
Tugas manajemen adalah
mengelola tingkat konflik dan
penyelesaiannya
Pelaksanaan kegiatan organisasi
yang optimal membutuhkan
tingkat konflik yang moderat
B. Sebab-sebab timbulnya konflik
Sebab-sebab timbulnya konflik antara lain:
Berbagai sumber daya yang langka. Karena sumber-sumber daya tersebut
langka, dan karenanya perlu dialokasikan (dimana dalam alokasi tersebut suatu
kelompok mungkin menerima kurang dari yang lain) maka kemungkinan ini
merupakan sumber konflik.
Perbedaan dalam tujuan. Bagian-bagian yang ada dalam suatu oraganisasi
bisa mempunyai tujuan yang berbeda-beda. Sebagai missal, bagian penjualan
mungkin ingin meningkatkan penjualan dengan memberikan persyaratan-
persyaratan penjualan yang lunak.
Saling ketergantungan dalam menjalankan pekerjaan. Organisasi memang
merupakan gabungan dari berbagai unit yang saling berinteraksi. Akibatnya
kegiatan satu pihak mungkin bisa merugikan pihak lain. Dan ini merupakan
sumber konflik pula. Sebagai misal, bagian produksi mungkin memprotes
kegiatan bagian perbaikan dan pemeliharaan yang bekerja lambat sehingga
mengaibatkan kuota produksi tidak tercapai.
Perbedaan dalam nilai atau persepsi. Perbedaan dalam tujuan, biasanya
dibarengi dengan perbedaan dalam sikap, nilai dan persepsi yang bisa mengarah
ke timbulnya konflik. Sehingga misal, seorang manajer muda mungkin merasa
tidak senang sewaktu diberi tugas-tugas yang rutin, sementara manajer yang lebih
senior merasa bahwa tugas-tugas rutin tersebut merupakan bagian dari latihan.
Sebab-sebab lain. Disamping sebab-sebab di atas, sebab-sebab lain yang
mungkin menimbulkan konflik adalah gaya seseorang dalam bekerja,
ketidakjelasan organisasi dan juga masalah-masalah komunikasi.
C. Akibat adanya konflik
Akibat yang ditimbulkan oleh konflik pada dasarnya ada dua hal pokok
yaitu:negatif/merugikan dan positif/menguntungkan. Adapun akibat-akibat
positif/menguntungkan dari adanya konflik adalah sebagai berikut:
Menimbulkan kemampuan mengoreksi diri sendiri
Dengan adanya konflik maka hal ini akan dirasakan oleh pihak lain.bagi pihak-
pihak tertentu sebenarnya dapatmengambil keuntungan dengan adanya konflik ini,
yaitu mempunyai kemampuan untuk mengoreksi diri sendiri.
a. Meningkatkan prestasi
Dengan adanya konflik dapat menjadikan cambuk, sehingga dapat
menyebabkan peningkatan prestasi daripada sebelumnya. Kita sering melihat
dalam kenyataaan seseorang yang dihina, karenahal ini dianggap cambuk
akhirnya orang tersebut sukses. Mungkin motivasinya untuk menunjukkan pada
orang yang telah menghinanya, bahwa orang yang dihina dapat lebih sukses.
b. Pendekatan yang lebih baik
Dengan adanya konflik tersebut kemungkinan menimbulkan kejutan bagi
salah satu pihak atau kedua belah pihak. Mungkin mereka tidak menyadari bahwa
hal-hal tersebut dapat menimbulkan suatu konflik. Akibatnya mereka berusaha
akan lebih hati-hati dalam hubungan antara satu dengan yang lain. Hal ini dapat
menyebabkan hubungan yang lebih baik daripada sebelumnya.
c. Mengembangkan alternatif yang lebih baik
Akibat konflik mungkin dapat menimbulkan hal-hal merugikan bagi pihak
tertentu, sebab konflik tersebut terjadi antara atasan dan bawahan.Selain akibat-
akibat yang positif, maka konflik dapat pula menyebabkan akibat-akibat yang
negatif, diantaranya:
d. Menghambat adanya kerjasama
Bilamana konflik tersebut sudah cukup parah, maka sulit bagi pihak-pihak
tersebut untuk dapat bekerja sama. Dengan konflik yang cukup berat tersebut akan
terjadi ketegangan serta kekakuan hubungan antara kedua belah pihak, bahkan hal
ini dapat meningkatkan menjadi rasa kebencian yang mendalam.
e. Subyaektif dan emosionil
Pada umumnya pihak-pihak yang sedang konflik pandangannya antara satu
dengan yang lain sudah tidak obyektif lagi serta bersifat emosionil. Akibatnya
tindakan pihak lain dalam pandangannya selalu salah.
f. Apriori
Bila konflik sudah meningkat, maka bukan hanya subyektivitas dan emosionil
yang akan muncul, tapi dapat menyebabkan apriori. Hal ini berarti setiap pendapat
pihak yang lain yang sedang konflik selalu dianggap salah, tanpa meneliti terlebih
dahulu benar tidaknya pendapat tersebut. Dengan katalain pihak lain selalu
dianggap serba salah dan dirinya yang dianggap selalu benar.
g. Saling menjatuhkan
Jika konflik sudah parah dapat berakibat saling menimbulkan kebencian.
Kebencian yang memuncak dapat mendorong seseorang untuk melakukan
tindakan yang kurang terpuji dalam menjatuhkan lawannya. Misalnya dengan
jalan memfitnah, dengan jalan menghambat, mengadu domba dan sebagainya.
h. Frustasi
Dalam tingkat tertentu konflik dapat memacu pihak-pihak yang sedang
konflik tersebut untuk lebih berprestasi. Tetapi bilamana konflik itu sudah pada
tingkat yang cukup parah, dimana pihak-pihak yang konflik ada yang lemah
mentalnya, maka hal ini akan dapat menimbulkan frustasi/rasa putus asa dengan
segala akibatnya.
D. Cara untuk mengetahui adanya konflik
Konflik selain ada yang berakibat positif juga ada yang berakibat negatif.
Oleh karena itu maka setiap pimpinan harus mengetahui adanya konflik yang ada
dalam organisasinya. Dengan kemampuan mengetahui adanya konflik seawal
mungkin, maka pimpinan akan dapat mencegahnya, mengarahkannya atau
menghilangkannya. Bila konflik diketahui cukup parah, maka penyelesaiannya
cukup sulit.
Untuk mengetahui adanya konflik seawal mungkin sebenarnya dapat
diketahui dari hubungan-hubungan yang ada, sebab hubungan yang tidak normal
pada umumnya suatu gejala adanya konflik. Misalnya ketegangan dalam
hubungan, kekakuan dalam hubungan, saling fitnah-memfitnah dan sebagainya.
Bila pimpinan mengetahui adanya gejala-gejala tersebut, maka hendaknya
segera diteliti apakah gejala-gejala tersebut memang merupakan adanya konflik.
Perlu dicatat bahwa ada juga konflik yang tidak dapat diketahui dari gejala-gejala
tersebut. Sepintas lintas hubungan antara yang satu dengan yang lain adalah baik,
kekakuan dalam hubungan tidak ada.
Oleh karena tidak semua konflik dapat diketahui gejala-gejalanya, maka
untuk dapat mengatahui konflik seawal mungkin, pimpinan harus bertindak aktif.
Beberapa hal yang dapat membantu kemampuan pimpinan tentang adanya konflik
seawal mungkin antara lain adalah:
1. Dapat dicipkan komunikasi timbal balik
Apabila pimpinan mampu menciptakan komunikasi timbal balik terutama dari
bawah keatas, maka bawahan akan mempunyai keberanian untuk mengemukakan
segala sesuatu kepada atasannya. Dari informasi-informasi yang diperoleh dari
bawahan tersebut, kemungkinan ada hal-hal yang merupakan petunjuk bagi
pimpinannya adanya konflik. Dengan pengetahuan ini maka pimpinan dapat
melakukan tindakan-tindakan tertentu, misalnya dengan melakukan pencegahan
atau pengarahan. Bilamana pimpinan tidak mampu menciptakan komunikasi
timbal balik, maka bawahan akan takut mengemukakan segala sesuatu kepada
atasannya. Dengan demikian pimpinan baru dapat mengetahui adanya konflik.
2. Menggunakan jasa pihak ketiga
Pada umumnya pihak-pihak yang sedang berkonflik akan lebih terbuka pada
pihak ketiga yang tidak berpihak kepada keduanya. Oleh karena itu untuk dapat
lebih mempermudah mengatahui seawal mungkin, dapat menggunakan jasa pihak
ketiga yang tidak berpihak kepada salah satu. Misalnya jasa konsultan
3. Menggunakan jasa pengawas informal
Untuk dapat mengetahui adanya konflik sedini mungkin, kita dapat
menempatkan pengawas-pengawas informal. Orang yang kita tempatkan ini
sebetulnya hanya pimpinan yang mengetahui dan sifatnya sangat rahasia.
Pengawas informal ini bertugas selaku orang intel yang harus melaporkan segala
sesuatu kepada atasannya. Untuk berhasilnya usaha ini maka pengawas informal
ini harus bertindak secara wajar, agar tidak diketahui oleh teman-temannya. Dari
laporan pengawas informal ini kita akan dapat mengetahui konflik-konflik yang
terjadi seawal mungkin. Meskipun demikian kita harus hati-hati sebab
kemungkinan yang dilaporkan hanyalah yang baik-baik atau yang menyenangkan
saja. Atau mungkin juga untuk mendapatkan pujian dari atasannya sengaja
mendramatisir laporan yang diberikan.
E. Metode-metode untuk menangani konflik
Dua metode yang sering dipergunakan untuk menangani konflik adalah
dengan cara mengurangi atau menyelesaikan konflik. Untuk metode pengurangan
konflik, salah satu cara yang sering efektif adalah dengan mendinginkan persoalan
terlebih dahulu. Meskipun demikian cara semacam ini sebenarnya belum
menyentuh persoalan yang sebenarnya. Cara lain adalah membuat “musuh
bersama”, sehingga para anggota dalam kelompok tersebut bersatu untuk
menghadapi “musuh” tersebut. Cara semacam ini sebenarnya juga hanya
mengalihkan perhatian dari para anggota kelompok.
Cara yang kedua adalah dengan metode penyelesaian konflik, dimana cara
yang ditempuh adalah dengan mendominir atau menekan, berkompromi dan
penyelesaian masalah secara integratif. Dominasi dan penekanan mempunyai
persamaan: yaitu keduanya menekan konflik, dan bukannya memecahkannya,
dengan memaksanya “tenggelam” ke bawah permukaan dan mereka menciptakan
situasi pemenang dan yang kalah, dimana pihak yang kalah biasanya terpaksa
memberikan jalan kepada pihak yang lebih tinggi kekuasaannya, menjadi kecewa
dan dendam. Penekanan dan dominasi bisa dinyatakan dalam bentuk pemaksaan
sampai dengan pengambilan suara terbanyak.
Dominasi mencoba menyelesaikan konflik dengan menemukan dasar yang
di tengah dari dua belah pihak yang beroposisi. Cara ini lebih memperkecil
kemungkinan untuk timbulnya permusuhan yang terpendam dari duapihak yang
bermusuhan. Meskipun demikian, dipandang dari pertimbangan organisasi,
pemecahan ini bukanlah cara terbaik, karena tidak membuat penyelesaan yang
terbaik pula bagi organisasi, hanya untuk menyenangkan kedua pihak yang
bertentangan.
Dengan cara penyelesaian persoalan secara integratif, konflik antar
kelompok diubah menjadi situasi pemecahan persoalan bersama yang bisa
dipecahkan dengan bertentangan bersama-sama mencoba memecahkan
masalahnya, dan bukan hanya mencoba menekan konflik atau berkompromi.
Meskipun hal ini adalah yang terbaik bagi organisasi, dalam prakteknya sering
sulit tercapai secara memuaskan karena kurang adanya kemauan yang sungguh-
sungguh untuk memecahkan persoalan yang menimbulkan perselisihan.
F. Langkah-langkah manajemen untuk menangani konflik
1. Menerima dan Mendefinisikan Pokok Masalah Yang Menimbulkan .
Ketidakpuasan
Langkah ini sangat penting karena kekeliruan dalam mengetahui masalah yang
sebenarnya akan menimbulkan kekeliruan pula dalam merumuskan cara
pemecahannya.
2. Menggumpulkan Keterangan/Fakta
Fakta yang dikumpulkan haruslah lengkap, tetap harus dihindari tercampurnya
dengan opini atau pendapat. Opini atau pendapat sudah dimasuki unsur subyektif.
Karena itu pengumpulan fakta haruslah dilakukan dengan hati-hati.
3. Menganalisa dan Memutuskan
Dengan diketahuinya masalah dan terkumpulnya data, manajemen haruslah mulai
melakukan evaluasi terhadap keadaan itu. Seringkali dari hasil analisabisa
terdapat berbagai alternatif pemecahan.
4. Memberikan Jawaban
Meskipun manajeman kemudian sudah memutuskan, tetapi keputusan ini haruslah
diberitahukan kepada pihak karyawan.
.
DAFTAR PUSTAKA
Nitisemito, A. 1991. Manajemen Personalia (Manajemen Sumber Daya
Manusia).Ghalia. Jakarta.
Ranupandojo, H dan Suad Husnan. 1983. Manajemen Personalia. BPFE.
Yogyakarta.
Martoyo, Susilo. 1990. Manajemen Sumber Daya Manusia. BPFE. Yogyakarta.
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya telah menyelesaikan sebuah makalah yang sederhana ini.
Makalah ini bertema ”Konflik” untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen
Sumber Dya Manusia II.
Terima kasih saya sampaikan kepada seluruh teman-teman yang telah
membantu dalam penulisan makalah ini.
Sebagai penyusun, saya akui tidak terlepas dari kesalahan dan
keterbatasan. Karena itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang
membangun untuk perbaikan penulisan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi para pembaca khususnya untuk kemajuan Teknologi di
Indonesia
Purwokerto,19 Oktober 2013
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling
memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara
dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha
menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak
berdaya.
LATAR BELAKANG
Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu
dalam suatu interaksi. perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah
menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain
sebagainya. Dengan dibawa sertanya ciri-ciri individual dalam interaksi sosial,
konflik merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat dan tidak satu
masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau
dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan
dengan hilangnya masyarakat itu sendiri.
RUMUSAN MASALAH
1. Apakah pengertian dari konflik itu?
2. Apa saja teori-teori yang mendasi konflik?
3. Apa saja jenis-jenis konflik?
4. Apakah faktor yang melatar belakangi terjadinya konflik?
5. Apa sajakah dampak yang dapat ditimbulkan oleh konflik?
6. Bagaimanakah strategi penyelesaian konflik?
TUJUAN
1. Mengetahui pengertian dari konflik itu?
2. Mengetahui Apa saja teori-teori yang mendasi konflik?
3. Mengetahui Apa saja jenis-jenis konflik?
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Konflik dilatar belakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu
dalam suatu interaksi. Perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah
menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain
sebagainya. Dengan dibawa sertanya ciri-ciri individual dalam interaksi sosial,
konflik merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat dan tidak satu
masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau
dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan
dengan hilangnya masyarakat itu sendiri.
Konflik bertentangan dengan integrasi. Konflik dan integrasi berjalan
sebagai sebuah siklus di masyarakat. Konflik yang terkontrol akan menghasilkan
integrasi. Sebaliknya, integrasi yang tidak sempurna dapat menciptakan konflik.
Konflik sendiri tidak selalu harus dihindari karena tidak selalu negatif
akibatnya. Berbagai konflik yang ringan dan dapat dikendalikan (dikenal dan
ditanggulangi) dapat berakibat positif bagi mereka yang terlibat maupun bagi
organisasi.
B. SARAN
Janganlah sering membuat masalah-masalah yang akan menimbulkan
konflik. Dan jika kamu ingin menyelesaikan sebuah konflik maka selesaikanlah
dengan cara yang positif seperti, cara kompetisi, akomodasi, sharing, kolaborasi
dan penghindaran. Karena itu semua merupakan cara selain dapat menyelesaikan
konflik juga berdampak positif bagi kita semua,