bab ii

Download BAB II

If you can't read please download the document

Upload: meiriyan-susanto

Post on 16-Nov-2015

220 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

evapro bab II tataan

TRANSCRIPT

BAB II

23

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. Angka Kematian BayiIMR (Infant Mortality Rate) atau Angka Kematian Bayi (AKB) di suatu wilayah sangat dipengaruhi oleh faktor pendidikan, sosial dan ekonomi di wilayah tersebut. Dan kebijakan pemerintah untuk menekan tingkat kematian bayi di Indonesia sangat berperan untuk meningkatkan angka harapan hidup bayi.

Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat setelah bayi lahir sampai bayi belum berusia satu tahun. Banyak faktor yang dikaitkan dengan kematian bayi.Secara garis besar,dari sisi penyebabnya, kematian bayi ada dua (2) macam yaitu :EndogenEksogen.

Kematian bayi endogen atau yang umum disebut dengan kematian Neonatal adalah kematian bayi yang terjadi pada bulan pertama setelah dilahirkan dan umumnya disebabkan oleh faktor-faktor yang dibawa oleh anak sejak lahir, yang diperoleh dari orang tuanya pada saat konsepsi atau didapat selama satu bulan sampai menjelang usia satu tahun yang disebabkan oleh faktor-faktor yang bertalian dengan pengaruh lingkungan luar.

Angka Kematian bayi atau Infant Mortality Rate (IMR) adalah jumlah kematian bayi dibawah satu (1) tahun pada setiap 1.000 kelahiran hidup.Angka ini merupakan indikator yang sensitif terhadap ketersediaan,pemanfaatan pelayanan kesehatan terutama pelayanan Perinatal disamping juga merupakan indikator terbaik untuk melalui pembangunan sosial ekonomi masyarakat secara menyeluruh. Tujuannya: untuk dapat mengetahui berapa jumlah bayi yang mati di rumah sakit tersebut,atau dapat menentukan berapa % kah bayi yang telah mati pada tahun tersebut.Secara matematis Angka Kematian Bayi dirumuskan:

Beberapa faktor penyebab kematian bayi adalah:Faktor ibu (umur, paritas, dan interval kelahiran)Lingkungan (kondisi udara, air, makanan, serangga yang menyebabkan penya

23

kit)Adanya faktor politik (perang, bom)Sistem kekebalan tubuh yang lemah

23

Penelitian tingkat mortalitas di beberapa wilayah sangat penting dilakukan untuk mengetahui beberapa tempat yang dirasa sangat perlu akan fasilitas kesehatan. Manfaat penelitian tingkat mortalitas suatu daerah:Mengetahui penyebab neonatal, pos neonatal, bayi dan anakMengevaluasi berbagai program yang dijalankan untuk mengurangi tingkat mortalitas Mengidentifikasi faktor-faktor penyebab dan merumuskan suatu program untuk menurunkan tingkat fertilitas yang tinggi.

Variasi dalam sosial ekonomi (seperti pendapatan dan pendidikan), demografi dan fasilitas kesehatan juga berpengaruh pada perbedaan tingkat mortalitas. Lebih jauh lagi di dalam setiap daerah, tingkat mortalitas ini bervariasi antara pedesaan dan perkotaan.Beberapa usaha dalam menekan tingkat kematian bayi:Memberikan imunisasi pada bayi Menyediakan lebih banyak fasilitas kesehatan (RS bersalin, puskesmas, dll)Menyediakan asupan gizi yang cukup pada bayi.

Pada dasarnya penyebab utama kematian ibu dan neonatal adalah sama, yaitu akses perawatan yang kurang baik serta status sosial ibu yang rendah. Bayi meninggal pada bulan pertama kehidupannya dapat di sebabkan karena ibunya meninggal. Kematian maternal mempunyai implikasi yang luas kepada seluruh keluarga dan dampaknya melambung melampui generasi. Yang paling terasa dan cepat dari komplikasi yang menyebabakn kematian dan disabilitas pada ibu adalah bayi yang mereka lahirkan. Dari kerangka konsep menurut Lawn, penyebab yang mendasari kematian (underlying cause) neonatal yang berhubungan dengan masyarakat dan system pemeliharan kesehatan adalah kesehatan ibu selama kehamilan dan perawatan ketika hamil, besalin, dan postpartum yang tidak adekuat.

Selain peran kesehatan ibu ketika hamil, perawatan yang tidak adekuat dan tidak tepat selama hamil, bersalin, dan beberapa jam setelah melahirkan juga mempunyai konsekuensi terhadap terjadinya kematian bayi baru lahir. Untuk menurunkan angka kematian neonatal, kunci utama terletak pada kualitas perawatan neonatal emergensi.

Masih ada factor lain yang berkontribusi terhadap kematian neonatal, seperti status social-ekonomi ibu yang rendah, status gizi ibu dan fertilitas yang tinggi. Data menunjukan bahwa ada korelasi antara tingkat tingkat pendidikan ibu dan angka kematian bayi. Agama, budaya, pengalaman yang lalu dan pendidikan mempengaruhi persepsi ibu. Factor tersebut mewarnai dengan kuat kepercayaan masyarakat, pengertian dan penerimaan terhadap pengobatan tradisional dan modern.

Kontribusi factor keterlambatan untuk mendapatkan perawatan yang berkualitas bagi bayi yang sakit merupakan salah satu dari penyebab kematian neonatal. keterlambatan tersebut adalah ssb;Keterlambatan dalam mengenal masalah ketika di rumah.Keterlambatan dalam memutuskan untuk mencari pengobatan.Keterlambatan dalam mencapai fasilitas kesehatan akibat hambatan transportasi dan sumber daya.Keterlambatan dalam menerima perawatan yang berkualitas pada fasilitas kesehatan.

Pelayanan kesehatan neonatus adalah pelayanan kesehatan sesuai standar yang diberikan oleh tenaga kesehatan yang kompeten kepada neonatus sedikitnya 2 kali,selama periode 0 sampai dengan 28 hari setelah lahir, baik di fasilitas kesehatan maupun melalui kunjungan rumah. Pelaksanaan pelayanan kesehatan neonatus meliputi :.Kunjungan Neonatal ke-1 (KN 1) dilakukan pada kurun waktu 1 7 hari setelah lahir..Kunjungan Neonatal ke-2 (KN2) dilakukan pada kurun waktu hari ke 8 sampai dengan harike 28 setelah lahir.Kunjungan neonatal bertujuan untuk meningkatkan akses neonatus terhadap pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin kelainan/masalah kesehatan pada neonatus.

Resiko terbesar kematian neonatus terjadi pada 24 jam pertama kehidupan,minggu pertama dan bulan pertama kehidupannya. Sehingga jika bayi lahir di fasilitas kesehatan sangat dianjurkan untuk tetap tinggal difasilitas kesehatan selama 24 jam pertama. Salah satu penyebab tersering kematian bayi ialah asfiksia, BBLR, IUFD, dan lainnya.

Asfiksia NeonatorumdefinisiAsfiksia neonaturium ialah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernafas secara spontan dan teratur segera setelah (Hutchinson,1967). Keadaan ini disertai dengan hipoksia,hiperkapnia dan berakhir dengan asidosis. Hipoksia yang terdapat pada penderitaa asfiksia ini merupakan fackor terpenting yang dapat menghambat adaptasi bayi baru lahir terhadap kehidupan ekstrauterin (Grabiel Duc,1971). Penilaian statistik dan pengalaman klinis atau patologi anatomis menunjukkan bahwa keadaan ini merupakan penyebab utama mortalitas dan morbiditas bayi baru lahir. Hal ini dibuktikan oleh Drage dan Berendes (1966) yang mendapatkan bahwa skor Apgar yang rendah sebagai manifestasi hipoksia berat pada bayi saat lahir akan mmperlihatkan angka kematian yang tinggi

Haupt(1971) memperlihatkan bahwa frekuensi gangguan perdarahan pada bayi sebagai akibat hipoksia sangat tinggi. Asidosis,gangguan kardiovaskuler serta komplikasinya sebagai akibat langsung dari hipoksia merupakan penyebab utama kegagalan ini akan sering berlanjut menjadi sindrom gangguan pernafasan pada hari-hari pertama setelah lahir(james,1959). Penyelidikan patologi anatomis yang dilakukan oleh Larrhoce dan Amakawa(1971)Menunjukkan nekrosis berat dan difus pada jaringan otak bayi yang meninggal karena hipoksia.

Atas dasar pengalaman klinis, Asfikia Neonatorum dapat dibagi dalam :"Vigorous baby'' skor apgar 7-10, dalam hal ini bayi dianggap sehat dan tidak memerkikan istimewa."Mild-moderate asphyxia" (asfiksia sedang) skor apgar 4-6 pada pemeriksaan fisis akan terlihat frekuensi jantung lebih dari l00x/menit, tonus otot kurang baik atau baik, sianosis, refick iritabilitas tidak adaAsfiksia berat: skor apgar 0-3. Pada pemeriksaan fisis ditemukan' frekuensi jantung kurang dari l00x/menit, tonus otot buruk, sianosis berat dan kadang-kadang pucat, reflek iritabilitas tidak ada

Asfiksia berat dengan henti jantung yaitu keadaan :Bunyi jantung fetus menghilang tidak lebih dari 10 menit sebelu lahir lengkap.Bunyi jantung bayi menghilang post partum.

etiologiAsfiksia janin atau neonatus akan terjadi jika terdapat gangguan perlukaran gas atau pengangkutan O2 dari ibu ke janin. Gangguan ini dapat timbul pada masa kehamilan, persalinan atau segera setelah lahir. Hampir sebagian besair asfiksia bayi baru lahir merupakann kelanjutan asfiksia janin, karena itu penilaian janin selama kehamilan dan persalinan. memegang peran penting untuk keselamatan bayi atau kelangsungan hidup yang sempurna tanpa gejala sisa.

Pengolongan penyebab kegagalan pernafasan pada bayi terdiri dari:Faktor IbuHipoksia ibu Terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian obat analgetika atau anestesia dalam. Hal ini akan menimbulkan hipoksia janin.Gangguan aliran darah uterus Mengurangnya aliran darah pada uterus akan menyebabkan berkurangnya pengaliran oksigen ke plasenta dan kejanin. Hal ini sering ditemukan pada :Ganguan kontraksi uterus, misalnya hipertoni, hipotoni atau tetani uterus akibat penyakit atau obat.Hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan.Hipertensi pada penyakit akiomsia dan lain-lain.Faktor plasenta

Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi plasenta. Asfiksia janin akan terjadi bila terdapat gangguan mendadak pada plasenta, misalnya solusio plasenta, perdarahan plasenta dan lain-lain.Faktor fetus

Kompresi umbilikus akan mengakibatkan terganggunya aliran darah dalam pcmbuluh darah umbilikus dan menghambat pertukaran gas antara ibu dan janin. Gangguan aliran darah ini dapat ditemukan pada keadaan : tali pusat menumbung, tali pusat melilit leher kompresi tali pusat antar janin dan jalan lahir dan lain-lain.Faktor Neonatus

Depresi pusat pernapasan pada bayi baru lahir dapat terjadi karena Pemakaian obat anestesia/analgetika yang berlebihan pada ibu secara langsung dapat menimbulkan depresi pusat pernafasan janin.Trauma yang terjadi pada persalinan, misalnya perdarah intrakranial. Kelainan konginental pada bayi, misalnya hernia diafrakmatika atresia/stenosis saluran pernafasan, hipoplasia paru dan lain-lain.

patofisiologi

Pernafasan spontan bayi baru lahir bergantung kepada kondisi janin pada masa kehamilan dan persalinan. Proses kelahiran sendiri selalu menimbulkankan asfiksia ringan yang bersifat sementara pada bayi (asfiksia transien), proses ini dianggap sangat perlu untuk merangsang kemoreseptor pusat pernafasan agar lerjadi Primarg gasping yang kemudian akan berlanjut dengan pernafasan.Bila terdapat gangguaan pertukaran gas/pengangkutan O2 selama kehamilan persalinan akan terjadi asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini akan mempengaruhi fugsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian. Kerusakan dan gangguan fungsi ini dapat reversibel/tidak tergantung kepada berat dan lamanya asfiksia. Asfiksia yang terjadi dimulai dengan suatu periode apnu (Primany apnea) disertai dengan penurunan frekuensi jantung selanjutnya bayi akan memperlihatkan usaha bernafas (gasping) yang kemudian diikuti oleh pernafasan teratur. Pada penderita asfiksia berat, usaha bernafas ini tidak tampak dan bayi selanjutnya berada dalam periode apnu kedua (Secondary apnea). Pada tingkat ini ditemukan bradikardi dan penurunan tekanan darah.Disamping adanya perubahan klinis, akan terjadi pula G3 metabolisme dan pemeriksaan keseimbangan asam basa pada tubuh bayi. Pada tingkat pertama dan pertukaran gas mungkin hanya menimbulkan asidoris respiratorik, bila G3 berlanjut dalam tubuh bayi akan terjadi metabolisme anaerobik yang berupa glikolisis glikogen tubuh , sehingga glikogen tubuh terutama pada jantung dan hati akan berkuang.asam organik terjadi akibat metabolisme ini akan menyebabkan tumbuhnya asidosis metabolik. Pada tingkat selanjutnya akan terjadi perubahan kardiovaskuler yang disebabkan oleh beberapa keadaan diantaranya hilangnya sumber glikogen dalam jantung akan mempengaruhi fungsi jantung terjadinya asidosis metabolik akan mengakibatkan menurunnya sel jaringan termasuk otot jantung sehinga menimbulkan kelemahan jantung dan pengisian udara alveolus yang kurang adekuat akan menyebabkan akan tingginya resistensinya pembuluh darah paru sehingga sirkulasi darah ke paru dan kesistem tubuh lain akan mengalami gangguan. Asidosis dan gangguan kardiovaskuler yang terjadi dalam tubuh berakibat buruk terhadap sel otak. Kerusakan sel otak yang terjadi menimbuikan kematian atau gejala sisa pada kehidupan bayi selanjutnya.

Manifestasi klinis

Asfiksia biasanya merupakan akibat dari hipoksi janin yang menimbulkan tanda:DJJ lebih dari 100x/mnt/kurang dari l00x/menit tidak teraturMekonium dalam air ketuban pada janin letak kepalaApneaPucat 'sianosispenurunan terhadap stimulus.

Penatalaksanaan Klinis

Tindakan UmumBersihkan jalan nafas : kepala bayi dileakkan lebih rendah agar lendir mudah mengalir, bila perlu digunakan larinyoskop untuk membantu penghisapan lendir dari saluran nafas ayang lebih dalam.Rangsang reflek pernafasan : dilakukan setelah 20 detik bayi tidak memperlihatkan bernafas dengan cara memukul kedua telapak kaki menekan tanda achiles.Mempertahankan suhu tubuh.Tindakan khusus

Asfiksia berat

Berikan O2 dengan tekanan positif dan intermiten melalui pipa endotrakeal. dapat dilakukan dengan tiupan udara yang telah diperkaya dengan O2. Tekanan O2 yang diberikan tidak 30 cm H 20. Bila pernafasan spontan tidak timbul lakukan message jantung dengan ibu jari yang menekan pertengahan sternum 80 100 x/menit.Asfiksia sedang/ringan

Pasang relkiek pernafasan (hisap lendir, rangsang nyeri) selama 30-60 detik. Bila gagal lakukan pernafasan kodok (Frog breathing) 1-2 menit yaitu : kepala bayi ektensi maksimal beri Oz 1-2 1/mnt melalui kateter dalam hidung, buka tutup mulut dan hidung serta gerakkan dagu ke atas-bawah secara teratur 20x/menitPenghisapan cairan lambung untuk mencegah regurgitasi

Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan darah Kadar As. Laktat. kadar bilirubin, kadar PaO2, PHPemeriksaan fungsi paruPemeriksaan fungsi kardiovaskulerGambaran patologi

2. BBLRKelahiran bayi prematur BBLR merupakan salah satu masalah kesehatan utama dalam masyarakat dan merupakan penyebab utama kematian neonatal serta gangguan perkembangan saraf dalam jangka panjang. Penelitian epidemiologi dan mikrobiologi-imunologi akhir-akhir ini telah mengatakan bahwa penyakit periodontal dapat menjadi faktor risiko untuk terjadinya kelahiran bayi prematur BBLR. Mekanismenya mencakup perpindahan patogen periodontal ke jaringan plasenta serta aksi dari lipopolisakarida dan mediator inflamasi.

Usia kehamilan normal bagi manusia adalah 40 minggu. Menurut World Health Organization (WHO), usia kehamilan pada bayi yang baru lahir dikategorikan menjadi prematur, normal, dan lebih bulan. Kelahiran prematur terjadi sebelum 37 minggu usia kehamilan dan bisa dibagi dalam moderate premature atau prematur sedang, very premature atau sangat prematur ,dan extremely premature atau amat sangat prematur. Usia kehamilan ini dihitung dari hari pertama setelah siklus menstruasi terakhir. Prematuritas ini juga dibedakan dalam dua kelompok. Prematuritas murni. Merupakan bayi yang lahir dengan berat badan sesuai dengan masa kehamilan, seperti masa kehamilan kurang dari 37 minggu dengan berat badan 1800-2000 gram.

Bayi dismatur/ small for gestational age. Merupakan bayi dengan berat badan lahir tidak sesuai dengan masa kehamilan, seperti bayi lahir setelah sembilan bulan dengan berat badan tidak mencapai 2500 gram.

Bayi Berat Lahir Rendah atau Low Birth Weight (LBW) adalah berat lahir kurang dari atau sama dengan 2500 gram. Very Low Birth Weight (VLBW) adalah berat bayi lahir kurang dari 1500 gram dan Extremely Low Birth Weght (ELBW) adalah berat bayi lahir kurang dari 1000 gram. Kelahiran bayi prematur berberat badan lahir rendah atau prematur BBLR adalah kelahiran bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram dan lahir sebelum 37 minggu usia kehamilan.

Berbagai faktor telah dikaitkan dengan kelahiran bayi prematur BBLR. Kurang lebih 25% dari kelahiran bayi prematur berberat badan lahir rendah terjadi tanpa adanya faktor risiko, yang menunjukkan pemahaman terbatas mengenai penyebab dan patofisiologi dari masalah tersebut. Walaupun upaya telah dilakukan untuk mengurangi dampak dari faktor risiko melalui perawatan sebelum kelahiran, insidens dari kelahiran bayi prematur BBLR belum berkurang secara signifikan selama dekade terakhir. Sebagian besar kelahiran prematur terjadi tanpa diketahui penyebabnya, namun faktor risiko utama yang dikaitkan dengan prematur BBLR adalah:

1. Faktor Demografik Ras telah dipelajari secara luas sebagai faktor risiko selama beberapa tahun. Wanita berkulit hitam mengalami rasio kelahiran prematur dua kali lebih banyak dari wanita berkulit putih dan dihitung untuk hampir sepertiga dari seluruh bayi prematur. Selain itu, usia ibu hamil yang kurang dari 17 tahun atau lebih dari 34 tahun serta status soal ekonomi yang rendah.

2. Faktor Tingkah Laku Nutrisi kehamilan yang buruk meningkatkan risiko kelahiran bayi prematur BBLR. Perokok dan penyalahgunaan obat-obatan berperan penting dan kemungkinan menghasilkan vasokontriksi dari uteroplasenta yang mendorong peningkatan rasio kelahiran tiba-tiba. Perawatan prenatal yang inadekuat juga sering dihubungkan dengan kelahiran prematur.1,6,8

3. Kondisi Medis Kehamilan Sejarah kelahiran prematur pada kehamilan sebelumnya atau komplikasi perinatal menempatkan wanita pada risiko yang lebih tinggi untuk kelahiran prematur. Faktanya, kelahiran prematur pada anak pertama merupakan ramalan terbaik bagi kelahiran prematur berikutnya.Komplikasi kehamilan lain mencakup kelainan uterin dan servikal, trauma, perdarahan vagina, polyhydramnios, ruptur prematur dari membran, dan chorioamnionitis. Penyakit kehamilan akut ataupun kronis seperti infeksi saluran kemih, hipertensi , preeclampsia, dan diabetes juga merupakan faktor risiko.

4. Faktor Janin Kehamilan kembar, infeksi kronis janin (seperti infeksi TORCH yaitu toxoplasmosis, rubella, and cytomegalovirus),dan anomali kromosom dan kongenital merupakan faktor risiko.

5. Polusi Udara Paparan polusi udara seperti zat-zat ozon, karbon monoksida,dan nitrat dioksida, telah dilaporkan dalam beberapa penelitian meningkatkan risiko kelahiran prematur dalam dosis tertentu.

6. Infeksi Infeksi bakteri vaginosis dan intraurin merupakan faktor risiko umum dari kelahiran prematur. Bakteri vaginosis dapat meningkatkan faktor risiko kelahiran sangat prematur sebanyak dua kali lipat, dan infeksi intraurin berhubungan dengan risiko yang lebih tinggi. Infeksi yang terlokalisasi pada organ lain selain saluran reproduksi juga penting, salah satunya infeksi periodontal yang memiliki risiko lebih dari dua kali lipat untuk kelahiran prematur.

IUFD

a. PengertianIUFD adalah keadaan tidak adanya tanda-tanda kehidupan janin dalam kandungan baik pada kehamilan yang besar dari 20 minggu atau kurang dari 20 minggu (Rustam Muchtar, 1998). IUFD adalah kematian hasil konsepsi sebelum dikeluarkan dengan sempurna dari rahim ibunya tanpa memandang tuanya kehamilan (Sarwono, 2005)

b. Etiologi dan Faktor PredisposisiPada 25-60% kasus penyebab kematian janin tidak jelas. Kematian janin dapat disebabkan oleh factor maternal, fetal, atau kelainan patologik plasenta.

Factor maternal antara lain:Post term (>42 minggu), dibetes mellitus tidak terkontrol, sistemik lupus eritematosus, infeksi, hipertensi, preeklmpsia, eklampsia, hemoglobinopati, umur ibu tua, penyakit rhesus, rupture uteri, antifosfolipid sundrom, hipotensi akut ibu, kematian ibu.

Factor fetal antara lainHamil kembar, hamil tumbuh terhambat, kelainan congenital, kelainan genetic, infeksi.

Factor plasental antara lain:Kelainan tali pusat, lepasnya plasenta, ketuban pecah dini, vasa previa.Sedangkan factor resiko terjadinya kematian intra unterin meningkat pada usia ibu > 40 tahun, ibu infertile, kemokonsntrsi ibu, riwayat bayi dengan berat badan lahir rendah, infeksi ibu (ureplasma ).

Untuk penyebab pasti penyebab kemtian sebaiknya dilakukan otopsi janian dan pemeriksaan plasenta dan selaput. Diperlukan evaluasi secara komprehensif untuk mencari penyebab kematian janin termasuk analisi kromosom, kemungkinan terpapar infeksi untuk mengantisipasi kehamilan selanjutnya. Sedangkan menurut buku Ilmu Kesehatan Reproduksi Obstetri Patologi FK Unpad yang menjadi penyebab kematian janin adalah sebagai berikut:Lues, diabetes, nferitis kronis dan gestosisPenyakit infeksi akut dan intoksikasiKelianan bawaan yang beratEritroblastosis fetalis.

Patologi dan patofisiologi

Apabila janin mati dalam kehamilan yang telah lanjut terjadilah perubahan- perubahan sebagai berikut :Rigor mostis (tegang mati)

Berlangsung 2,5 jam setelah mati, kemudian lemas kembali.Stadium maserasi I

Timbul lepuh-lepuh pada kulit, mula-mula terisi cairan jernih tapi kemudian menjadi merah. Stadium ini berlangsung 48 jam setelah mati.Stadium maserasi II

Lepuh-lepuh pecah dan mewarnai air ketuban menjadi merah coklat, stadium ini berlangsung 48 jam setelah anak mati.Stadium maserasi III

Terjadi kira-kira 3 minggu setelah anak mati. Badan janin sangat lemas, hubungan antara tulang-tulang sangat longgar dan terdapat oedem dibawah kulit.(Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran, 2003)

Diagnosis Anamnesa/keluhana. Ibu tidak merasakan gerakan janinb. Perut tidak bertambah besarInspeksiTidak tampak gerakan janinPalpasiTFU lebih rendah dari tuanya kehamilanTidak teraba gerakan janinKrepitasi pada tulang kepala janin

AuskultasiDJJ (-)Radiologi.Pemeriksaan radiologi bila dilakukan 5 hari setelah kematian janin, akan tampak gambaran sebagai berikut:Tulang kepala janin tumpang tindih satu sama lainTulang belakang mengalami hiperfleksiTampak gambaran gas pada jantung dan pembuluh darahEdema disekitar tulang kepala.

Pemeriksaan USGUSG merupakan sarana penunjang diagnostic yang baik untuk memastikan kematian janin dimana gambarannya menunjukan:Gerak anak tidak adaDenyut jantung anak tidak adaTampak bekuan darah pada ruang jantung janin

Pemeriksaan hCG urin menjadi negative. Hasil ini terjadi beberapa hari setelah kematian janin . (Saifudin, 2009).

KomplikasiTrauma emosional yang berat terjadi bila waktu antara kematian janin dan persalinan cukup lama. Walaupun sebagian besar wanita hamil akan bersalin secara spontan, namun stres psikologis yang timbul setelah mengetahui bahwa ibu mengandung janin yang sudah mati. (cunningham, 1993) Dapat terjadi infeksi bila ketuban pecahDapat terjadi koagulapati bila kematian janin berlangsung lebih dari 2 minggu (saifudin, 2009).

PenangananSelama menunggu diagnosa pasti, ibu akan mengalami ketakutan memikirkan bahwa bayinya telah meninggal. Pada tahap ini bidan berperan sebagai motivator untuk meningkatkan kesiapan mental ibu dalam menerima segala kemungkinan yang ada.

Diagnosa pasti dapat ditegakkan dengan berkolaborasi dengan dokter spesialis kebidanan melalui hasil USG dan rongen foto abdomen. Menunggu persalinan spontan biasanya aman, tetapi penelitian oleh Radestad et al (1996) memperlihatkan bahwa dianjurkan untuk menginduksi sesegera mungkin setelah diagnosis terjadinya kematian in utero.

B. Kesehatan Ibu dan Anak

Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak adalah upaya kesehatan primer yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan kesehatan ibu dalam menjalankan fungsi reproduksi yang berkualitas serta upaya kelangsungan hidup, perkembangan dan perlindungan bayi, anak bawah lima tahun (balita), dan anak usia prasekolah dalam proses tumbuh kembang.Pelayanan KIA di Puskesmas terdiri dari:Pelayanan kesehatan asuhan kebidanan di wilayah Puskesmas.

Pelayanan kesehatan promotif, preventif dan kuratif/ penanganan kedaruratan kebidanan yang meliputi pelayanan pemeliharaan ibu hamil, pertolongan persalinan, perawatan pasca persalinan bagi ibu dan bayi baru lahir, Keluarga Berencana, ibu sedang menyusui, serta calon ibu di wilayah kerja.Pelayanan kesehatan bagi bayi, balita dan anak pra sekolah

Pelayanan kesehatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang meliputi pemeliharaan kesehatan anak dalam kandungan, pelayanan kesehatan neonatal, pemeriksaan bayi, manajemen terpadu balita sakit, serta deteksi dan stimulasi dini tumbuh kembang balita dan anak pra sekolah di wilayah kerja.

Tujuan UmumTerciptanya pelayanan berkualitas dengan partisipasi penuh pengguna jasa dan keluarganya dalam mewujudkan bahwa setiap ibu mempunyai kesempatan yang terbaik dalam hal waktu dan jarak antar kehamilan, melahirkan bayi sehat yang aman dalam lingkungan yang kondusif sehat, dengan asuhan antenatal yang adekuat, dengan gizi serta persiapan menyusui yang baik.

Tujuan KhususMemberikan pelayanan kebidanan dasar dan KIA kepada ibu hamil termasuk KB berupa pelayanan antenatal, pertolongan persalinan dan pelayanan nifas serta perawatan bayi baru lahir.Memberikan pertolongan pertama penanganan kedaruratan kebidanan dan neonatal serta merujuk ke fasilitas rujukan primer sesuai dengan kebutuhan.Memantau cakupan pelayanan kebidanan dasar dan penanganan kedaruratan kebidanan neonatalMenumbuhkan, mengoptimalkan dan memelihara peran serta masyarakat dalam upaya KIA.Memberikan pelayanan kesehatan neonatal esensial seluruh bayi baru lahir yang meliputi usaha pernafasan spontan, menjaga bayi tetap hangat, menyusui dini dan eksklusif, mencegah infeksi serta tata laksana neonatal sakit.Melaksanakan pemeliharaan kesehatan kepada seluruh balita dan anak pra sekolahyang meliputi perawatan bayi baru lahir,pemeriksaan kesehatan rutin, pemberian imunisasi dan upaya perbaikan gizi.Melaksanakan secara dini pelayanan program dan stimulasi tumbuh kembang pada seluruh balita dan anak pra sekolahyang meliputi perkembangan motorik, kemampuan berbicara dan kognitif serta sosialisasi dan kemandirian anak.Melaksanakan manajemen terpadu balita sakit yang datang berobat ke fasilitas rawat jalan termasuk pelayanan pra rujukan dan tindakan lanjutan.Meningkatkan kualitas pelayanan KIA secara berkelanjutan.

SasaranSasaran pelayanan KIA adalah ibu, bayi, balita, anak usia pra sekolah dan keluarga yang tinggal dan berada di wilayah kerja Puskesmas serta yang berkunjung ke Puskesmas.

Mitra Pelayanan KIA di PuskesmasPetugas Medis dan ParamedisKader kesehatan dan kader dasawismaLintas sektor terkait misalnya Pemda, Sekolah, dllSarana pelayanan kesehatan misalnya Polindes, RS Bersalin, Rumah Sakit, dllTokoh masyarakat misalnya tokoh agama, tokoh pemuda, dllLembaga Swadaya Masyarakat (LSM)

KegiatanPelayanan KIA meliputi penyelenggaraan:Pembinaan dan pemantauan kegiatan KIA di wilayah kerja PuskesmasPelayanan antenatalPersalinan/ pendampingan persalinanPelayanan masa nifas pasca persalinan dan bayi baru lahirPelayanan ibu menyusuiPelayanan gawat darurat kebidanan dan neonatalPelayanan kesehatan dan pemantauan tumbuh kembang bayiPelayanan kesehatan dan pemantauan tumbuh kembang anak balitaPelayanan kesehatan dan pemantauan tumbuh kembang anak usia pra sekolah di taman kanak- kanak.

Posyandu

Posyandu adalah program puskesmas yang berhubungan dengan program KIA. Posyandu dilaksanakan setiap bulan sekali dengan beberapa kegiatan rutin Posyandu antara lain menyangkut KIA melalui Imunisasi, KB, Pemeriksaan Ibu hamil, promosi kesehatan. Posyandu memiliki kader-kader yang melakukan pendataan, pencatatan dan promosi tentang kegiatan Posyandu sehingga masyarakat ikut serta dalam kegiatan Posyandu.

Dalam program KIA para kader berperan serta dalam pendataan ibu hamil di wilayah kerjanya sehingga Puskesmas mendapatkan sasaran yang tepat untuk pencapaian target pelayanan kesehatan. Melalui para kader promosi kesehatan dapat dilakukan sehingga masyarakat (ibu hamil, ibu nifas, ibu menyusui). Para kader merupakan masyarakat yang dengan sukarela membantu terlaksananya posyandu dibawah bimbingan Puskesmas dalam hal ini adalah petugas Posyandu. Hasil pencatatan sasaran ibu hamil para kader menjadi sumber data bagi petugas KIA untuk melakukan pelayanan kesehatan bagi ibu hamil yang sesuai dengan target jumlah ibu hamil. Sehingga petugas KIA dapat melakukan tindak lanjut apabila target yang didapatkan tidak sesuai dengan jumlah sasaran dari ibu hamil di wilayah kerjanya.

Pemantauan Wilayah Setempat KIA (PWS-KIA)

Pemantauan wilayah setempat KIA (PWS-Kia) adalah alat manajemen program KIA untuk memantau cakupan pelayanan KIA di suatu wilayah (Puskesmas/Kecamatan) secara terus menerus agar dapat dilakukan tindak lanjut yang cepat dan tepat terhadap desa yang cakupan pelayanan KIAnya masih rendah.

Tujuan PWS KIA adalah meningkatkan jangkauan dan mutu pelayanan KIA di wilayah kerja Puskesmas, melalui pemantauan cakupan pelayanan KIA di tiap desa secara terus-menerus.Memantau cakupan pelayanan KIA yang dipilih sebagai indikator secara teratur (bulanan) dan terus menerus untuk tiap desa.Menilai kesenjangan antara target yang ditetapkan dan pencapaian sebenarnya untuk tiap desa.Menentukan urutan desa prioritas yang akan di tangani secara intensif berdasarkan besarnya kesenjangan antara target dan pencapaian.Merencanakan tindak lanjut dengan menggunakan sumber daya yang tersedia dan yang dapat digali.Membangkitkan peran pamong setempat dalam penggerakan sasaran dan mobilisasi sumberdaya.

Batasan dan Indikator PemantauanBatasan

Pelayanan Antenatal : Pelayanan oleh tenaga kesehatan profesional untuk ibu selama kehamilannya yang dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan antenatal yang ditetapkan.Penjaringan (deteksi) Dini Kehamilan Beresiko : Menentukan ibu hamil yang beresiko oleh kader, tenaga kesehatan, dukun bayi.Kunjungan ibu hamil : kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan untuk pelayanan kesehatan ANC sesuai standar.Kunjungan baru ibu hamil (K1) : Kunjungan ibu hamil pertama sekali pada masa kehamilan.Kunjungan ulang : Kontak ibu hamil yang kedua dan seterusnya untuk ANC selama satu periode kehamilan berlangsung.K4 : Kontak ibu hamil ke-empat atau lebih untuk ANC sesuai standar (1 x triwulan pertama, 1 x triwulan kedua, minimal 2 x triwulan ketiga)Kunjungan neonatal : Kontak neonatal dengan tenaga kesehatan minimal 2 x untuk mendapatkan pelayanan kesehatan neonatal, dengan ketentuan kunjungan 1 x sejak 6 hari- 7 hari setelah lahir, kunjungan ke-2 hari ke-8 sampai hari ke-28.Cakupan akses : Presentase ibu hamil di suatu wilayah, dalam kurun waktu tertentu yang pernah mendapat ANC sesuai standar minimal 1 x selama masa kehamilan.Cakupan Bumil : Presentasi ibu hamil di suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu yang mendapatkan ANC sesuai standar paling sedikit 4 x (1 x triwulan ke-1, 1 x triwulan ke-2, 2 x triwulan ke-3)Sasaran ibu hamil : Jumlah semua ibu hamil di suatu wilayah dalam satu tahun Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan : Presentase ibu bersalin di suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu yang ditolong tenaga kesehatan.Cakupan penjaringan ibu hamil beresiko yang ditemukan kader/dukun bayi dalam waktu tertentu.Cakupan bumil beresiko oleh tenaga kesehatan : Presentase ibu hamil beresiko yang ditemukan oleh tenaga kesehatan, kader/dukun bayi yang dirujuk ke tenaga kesehatan dalam kurun waktu tertentu.Ibu hamil beresiko : Ibu hamil yang mempunyai faktor resiko dan resiko tinggi kecuali ibu hamil normal.Cakupan kunjungan neonatal : Presentase Neonatal (bayi umur kurang dari satu bulan) yang memperoleh pelayanan kesehatan minimal 2 x dari tenaga kesehatan (1 x hari 1-7 dan 1 x hari 8-28)

Indikator Pemantauan

1. Akses Pelayanan Antenatal (K1)Jumlah Kunjungan baru (K1) bumil x 100 %Jumlah sasaran bumil dalam 1 tahun

2. Cakupan Ibu hamil (K4)Jumlah Kunjungan bumil K4 x 100 %Jumlah seluruh sasaran persalinan dalam 1 tahun

3. Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatanJumlah persalinan oleh tenaga kesehatan x 100 %Jumlah seluruh sasaran persalinan dalam 1 tahun

4. Deteksi ibu hamil beresiko oleh masyarakatJumlah bumil beresiko di rujuk kader/dukun bayi ke tenaga kesehatanx 100 %Jumlah seluruh sasaran bumil dalam 1 tahun

Deteksi ibu hamil beresiko oleh tenaga kesehatan

Jmlh bumil beresiko di temukan tenaga kesehatan dan anak yang dirujuk x100 %Jumlah seluruh sasaran bumil dalam 1 tahun

Cakupan pelayanan neonatal oleh tenaga kesehatan

Jmlh bumil beresiko di temukan tenaga kesehatan dan anak yang dirujuk x 100 %Jumlah seluruh sasaran bayi dalam 1 tahun

Jumlah sasaran bayi : 2.7% x jumlah penduduk